Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016

menjadi suatu kesempatan baru bagi seluruh pelaku ekonomi khususnya yang ada
di kawasan Asia Tenggara untuk lebih berkompetisi dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan ekonomi antar negara di dalam kawasan tersebut mulai dari
perdagangan antar negara, kegiatan investasi antar negara, sampai kepada
transaksi kurs valuta asing. Perusahaan-perusahaan yang ada didalam kawasan ini
mau tidak mau harus menampilkan kinerja terbaik atas perusahaannya untuk
memenangkan persaingan antar perusahaan yang ada didalam kawasan Asean
Economic Community ini guna memenangkan hati para investor baik dalam
maupun luar negeri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud
Examiner pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia menjadi
dua negara yang menduduki peringkat pertama dari tujuh negara yang menjadi
sampel penelitian fraudulent financial statement di Asia Tenggara dengan angka

kecurangan laporan keuangan yang paling tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan
manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia menjadi populasi dan sampel
dalam penelitian ini.
Perbandingan angka kecurangan laporan keuangan diantara tujuh negara
tersebut akan ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

13

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.1

Number of Cases

Fraud Cases in Southeast Asia 2012
4,5
4
3,5
3
2,5

2
1,5
1
0,5
0

Fraud Cases in Southeast
Asia 2012

Country

Sumber : Oktaviani et al. (2014)
Laporan keuangan menjadi salah satu tolak ukur yang paling sering
digunakan dalam menilai keadaan perusahaan yang sebenarnya. Menurut Wolk
(2002) karakteristik kualitatif informasi keuangan yang terdapat dalam laporan
keuangan harus meliputi manfaat lebih besar dari pada biaya, relevansi, nilai
prediktif, nilai umpan balik, ketepatan waktu, keandalan, dapat diverifikasi,
penyajian secara jujur (apa adanya) dan netralitas. Semua unsur-unsur diatas harus
dimiliki oleh sebuah laporan keuangan sebagai syarat untuk menjadi laporan
keuangan yang baik dan benar.

Menurut Sihombing (2014) laporan keuangan merupakan suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang berguna bagi sebagian besar kalangan

14

Universitas Sumatera Utara

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut IAI (PSAK 01), bagian-bagian dari suatu laporan keuangan yang
lengkap antara lain :
1. Laporan Posisi Keuangan (neraca pada akhir periode);
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode;
3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode;
4. Laporan Arus Kas selama periode;
5. Catatan atas Laporan Keuangan berisi ringkasan informasi akuntansi
penting dan informasi lain;

6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif ketika entitas :
menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian
kembali pos-pos laporan keuangan dan mereklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangannya.
Laporan keuangan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi
seperti keputusan investasi dan keputusan pemberian kredit bagi kreditor,
pemerintah, analis, karyawan, lembaga keuangan serta masyarakat. Oleh sebab
itu, unsur penyajian laporan keuangan secara jujur (faithfulness) sangatlah penting
karena pengguna laporan keuangan sangatlah membutuhkan informasi keuangan
yang sebenarnya yang disajikan dalam laporan keuangan, hal ini berguna agar
para pengguna informasi atas laporan keuangan tidak salah langkah dalam
pengambilan keputusan ekonominya. Karena kesalahan dalam pengambilan

15

Universitas Sumatera Utara

keputusan ekonomi dapat membawa dampak negatif yang sangat besar secara
terus-menerus.
Kenyataan yang ada di lapangan tidaklah sesuai dengan apa yang

diharapkan, banyak sekali manajemen dalam perusahaan yang melakukan
manipulasi terhadap laporan keuangannya dikarenakan berbagai faktor yang
menyebabkan manajemen dalam perusahaan tersebut secara terpaksa maupun
tidak melakukan kecurangan dalam penyajian laporan keuangan perusahaannya.
Dimulai dari skandal korporasi luar biasa yang pernah terjadi di Amerika Serikat
yang

dilakukan

oleh

perusahaan

Enron

dalam

memanipulasi

laporan


keuangannya. Perusahaan ini memanipulasi nilai rugi dalam laporan laba rugi
menjadi laba.
Kasus ini ikut

mencoreng nama besar KAP Arthur Andersen yang

dimintai pertanggungjawabannya atas Unqualified Opinion yang diberikan kepada
perusahaan Enron sehingga para pengguna informasi keuangan Enron benar-benar
yakin atas informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.
Terbongkarnya kasus ini telah mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat luas
terhadap perusahaan raksasa milik Amerika ini, sehingga harga saham perusahaan
ini menurun dari U$ 100 menjadi U$ 0,5 perlembar sahamnya. Tidak hanya itu,
krisis kepercayaan ini juga mengakibatkan dikeluarkannya KAP Arthutr Andersen
dari anggota The Big Five sehingga sekarang anggotanya menjadi The Big Four.
Kasus Enron bukan satu-satunya kasus kecurangan pelaporan keuangan
besar yang pernah terjadi di suatu negara, kasus Olympus menjadi salah satu
skandal kecurangan dalam korporasi yang ada di Jepang, perusahaan ini dengan

16


Universitas Sumatera Utara

sengaja menutupi kerugian investasi dengan cara menyelewengkan dana yang
seharusnya digunakan untuk mengakuisisi peralatan medis asal Inggris.
Kecurangan ini akhirnya terbongkar setelah mantan direktur perusahaan ini
meminta pada manajemen Olympus untuk menjelaskan aliran dana untuk
mengakuisisi peralatan medis asal Inggris tersebut.
Tingginya angka kecurangan laporan keuangan dibandingkan jenis fraud
yang lain menjadikan fraudulent financial statement menjadi sangat menarik
untuk diteliti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified
Fraud Examiner (ACFE) dari tiga jenis kecurangan yang sering terjadi, fraudulent
financial statement adalah jenis fraud yang paling sering terjadi ditahun 2010 dan
2012, sehingga jenis kecurangan yang diteliti dalam penelitian ini adalah
kecurangan pada laporan keuangan.
Gambar 1.2
Occupational Fraud Loss

2012
2010


Financial Statement Fraud

Corruption

Asset Misappropriation

Sumber : Oktaviani et al. (2014)

17

Universitas Sumatera Utara

Agency Theory menjadi salah satu konsep yang dapat menjelaskan
terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan, teori ini menjelaskan bahwa
pemegang saham (principal) memiliki kepentingan yang berbeda dengan
manajemen dalam perusahaan (agent) sebagai pihak pengelola perusahaan. Disatu
sisi principles menuntut pemaksimalan profit dalam perusahaan, namun disisi lain
manajemen mengharapkan intensif atas tugas yang ia jalankan. Keadaan yang
bertolak belakang antar agent dan principal ini membuat manajemen cenderung

untuk melakukan tindak kecurangan dalam pelaporan keuangan, karena
terkadang manajemen dalam perusahaan tidak mampu untuk memenuhi target
yang ditetapkan oleh principles, akibatnya manajemen cenderung mengambil
langkah pintas dalam penyajian laporan keuangannya, yaitu dengan melakukan
manipulasi terhadap laporan keuangan.
Teori lain yang dapat menjelaskan terjadinya fraudulent financial
statement adalah Assymetri Information. Keadaan ini terjadi ketika pihak yang
berada dalam internal perusahaan menerima dan memiliki informasi lebih banyak
dari pada pihak yang ada di luar perusahaan. Karena keterbatasan informasi yang
dimiliki pihak eksternal, pihak internal pun dengan leluasa dapat melakukan
fraudulent financial statement. Keadaan ini dapat diatasi juga dengan ketersediaan
dari pihak manajemen dalam perusahaan untuk memberikan informasi sebanyak
mungkin kepada pihak eksternal perusahaan,

untuk menghindari terjadinya

ketimpangan informasi yang dimiliki oleh pihak internal dan pihak eksternal
perusahaan.

18


Universitas Sumatera Utara

Assymetri information seperti ini dapat diatasi dengan signalling theory.
Menurut Wolk (2002), “Signalling theory explains why firms have an incentive to
report voluntarily to the capital market even there were no mandatory reporting
requirements.” Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa signalling theory
berguna untuk mengatasi assymetri information karena signalling theory
menjelaskan mengapa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan dengan
sukarela mengenai informasi tentang keadaan perusahaannya kepada pasar modal
sekalipun tidak ada persyaratan untuk melaporkan.
Dewasa ini, hampir seluruh perusahaan yang ada di seluruh dunia
berkompetisi secara ketat untuk dapat menampilkan performa terbaiknya. Dengan
menampilkan performa terbaiknya, diharapkan pertumbuhan perusahaan akan
meningkat dengan pesat dikarenakan keinginan besar investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga perusahaan memiliki modal yang
jauh lebih banyak lagi untuk digunakan dalam pengembangan perusahaan.
Namun tidak jarang, keinginan untuk menjadi perusahaan yang lebih
diminati oleh investor dibanding perusahaan lain menyebabkan banyak diantara
perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia yang gagal untuk

menerapkan prinsip faithfulness dalam penyajian laporan keuangan perusahaan.
Kinerja yang diharapkan baik malah menyajikan hal yang tidak sebenarnya dalam
laporan keuangan.
Banyak dari perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia
memanipulasi

penyajian

laporan

keuangannya

dengan

sengaja

agar

menarik dimata para investor, hal ini dapat dipastikan akan sangat merugikan para

19

Universitas Sumatera Utara

pengguna informasi keuangan, karena mendapatkan informasi yang tidak
sebenarnya mengenai keadaan perusahaan tersebut, informasi yang menyesatkan
ini berkemungkinan besar akan menyebabkan para pengguna informasi keuangan
salah dalam pengambilan keputusan keuangan.
Menurut Agoes (2011), mengingat bahwa laporan akuntansi diperlukan
oleh masyarakat luas, maka kualitas laporan akuntansi tersebut menjadi sangat
krusial. Sebelum laporan keuangan diterbitkan oleh manajemen sebagai alat
pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan, perlu ada jaminan
bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar. Pihak yang paling tepat
untuk memberikan jaminan ini adalah pihak diluar manajemen yang kompeten
dan independen, pihak ini sering disebut sebagai akuntan publik. Akuntan publik
memiliki fungsi pokok yaitu melakukan pemeriksan umum atas laporan keuangan
perusahaan sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen.
Oleh karena jaminan dari akuntan publik merupakan hal yang sangat
penting dalam penilaian atas kewajaran laporan keuangan, penulis pun
memasukkan faktor “Auditor Switching” sebagai salah satu variabel independen
yang mempengaruhi kemungkinan “fraudulent financial statement” dalam
penyajian laporan keuangan perusahaan. Statement on Auditing Standard (SAS)
99 (2003) menyatakan bahwa :
Fraud is a broad legal concept and auditors do not make legal
determinations of whether fraud has occurred. Rather, the auditor’s
interest specifically relate to acts that result in material’s
misstatement of the financial statements. The primary factor that
distinguishes fraud from error is whether the underlying action that
results in misstatements of financial statements is intentional or
unintentional. For purposes of the statemet, fraud is an intentional

20

Universitas Sumatera Utara

act that results in a material misstatement in financial statements
that are the subject of an audit.
Dari penjelasan yang dicantumkan dalam SAS 99 dapat disimpulkan
bahwa kecurangan merupakan sebuah konsep luas yang sah dan auditor tidak
membuat penentu yang sah apakah kecurangan telah terjadi. Kemudian,
kepentingan auditor secara rinci mengarah pada tindakan menghasilkan kesalahan
yang material. Disebutkan bahwa “Kepentingan auditor yang menghasilkan
kesalahan yang material”, berarti ada kepentingan-kepentingan khusus yang
menyebabkan auditor melakukan tindakan yang menghasilkan kesalahan yang
material, baik disengaja maupun tidak dan baik karena keinginan untuk
menguntungkan diri sendiri maupun karena adanya tekanan ekstrnal, pernyataan
yang diungkapkan dalam SAS 99 ini sangat mendukung pendapat yang
dinyatakan oleh “Soekrisno Agoes” bahwasanya pihak yang paling tepat untuk
menjamin kewajaran penyajian laporan keuangan adalah akuntan publik (auditor).
Selanjutnya disebutkan dalam SAS ini bahwasanya faktor utama penentu
tindakan kecurangan yang disebabkan oleh kesalahan (eror) adalah apakah
tindakan yang mendasari terjadinya kesalahan dalam laporan keuangan adalah
disengaja ataupun tidak disengaja. Untuk tujuan pelaporan, kecurangan
merupakan sebuah kesalahan material yang disengaja dalam laporan keuangan
yang akan menjadi pembahasan dalam audit.
Selain fraudulent financial statement, menurut Association of Certified
Fraud Examiner terdapat dua jenis kecurangan lagi yang menjadi perhatian
khusus bagi organisasi ini. Dua jenis kecurangan yang lain itu adalah corruption

21

Universitas Sumatera Utara

dan asset misappropriation. Korupsi (corruption) merupakan perilaku tidak jujur
yang sering kali melibatkan tindakan yang tidak terlegitimasi, tidak bermoral atau
tidak kompatibel dengan standar etis. Contohnya termasuk penyuapan dan
persekongkolan tender.
Sementara itu penyalahgunaan aset (misappropriation asset) adalah
tindakan pencurian aset oleh karyawan seperti pemalsuan tanda tangan atasan
yang dilakukan oleh karyawan pada faktur yang tidak pernah dilakukan,
mengajukan hutang tanpa persetujuan atasan, memalsukan pengesahan pada cek
dan

mendepositiokannya

dalam

rekening

miliknya

sendiri.

Kemudian

mengguakan aset yang ia curi untuk kepentingan pribadi. (Romney dan Steinbart,
2015)
Penelitian ini didasarkan kepada teori fraud diamond yang merupakan
hasil dari pengembangan fraud triangle, sebuah konsep yang sudah lama kita
ketahui sebelumnya, bahwa teori fraud triangle yang merupakan segitiga
kecurangan memiliki tiga sisi yang menjelaskan mengapa seseorang/suatu badan
bisa melakukan kecurangan. Dalam segitiga kecurangan disebutkan ada tiga unsur
yang menjadi penyebab kecurangan terjadi diantaranya tekanan (pressure)
kesempatan (opportunity) dan rasionalisasi (rationalization). Pengembangan
dalam teori fraud diamond memasukkan unsur kemampuan (capability) dalam
penelitian ini sehingga menjadi sebuah penelitian baru dengan variabel dan
sampel penelitian yang berbeda pula.
Penelitian ini juga memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian
sebelumnya, dimana dari semua penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan,

22

Universitas Sumatera Utara

belum ada yang mencantumkan populasi dan sampel yang berasal dari lebih dari
satu negara, kebanyakan penelitian sebelumnya hanya mencantumkan sampel
penelitian yang berasal dari negara Indonesia saja dan hanya satu penelitian
sebelumnya yang mencantumkan perusahaan yang berasal dari negara Malaysia
sebagai populasi dan sampel dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti
menggabungkan sampel perusahaan yang ada di Indonesia dan Malaysia.
Peneliti mengambil perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia
dan Malaysia sebagai populasi dari penelitian ini dikrenakan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) perusahaan
yang banyak melakukan kecurangan dalam laporan keuangan adalah perusahaaan
industri manufaktur terkhusus yang berada di Indonesia dan Malaysia.
Selain itu, penelitian ini menggunakan variabel yang berbeda dengan
penelitian sebelumnya, baik variabel independen maupun variabel dependennya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2002) menggunakan variabel
independen pertumbuhan tinggi, kerugian laba, arus kas negatif, kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban (leverage), transaksi pihak istimewa dan
pergantian KAP oleh perusahaan sebagai variabel independen, sementara untuk
variabel dependen peneliti sebelumnya memproksikan kecurangan dalam
pelaporan keuangan dengan penyajian kembali laporan keuangan (restatement).
Sementara peneliti sekarang hanya menggunakan dua variabel yang sama dengan
yang

digunakan

Kurniawati

yaitu

kemampuan

perusahaan

memenuhi

kewajibannya (leverage) dan pergantian auditor (auditor switching), sementara

23

Universitas Sumatera Utara

itu untuk variabel dependennya peneliti sekarang menggunakan manajeman laba
sebagai proksi dari fraudulent financial statement.
Bila dibandingkan dengan penelitian Sihombing, penelitian ini selain
memiliki perbedaan dari segi pengambilan sampel dan populasi penelitian, juga
memiliki perbedaan variabel independen yang diteliti. Penelitian milik Sihombing
menggunakan variabel independen sebanyak tujuh buah variabel yaitu financial
target, financial stability, external pressure, nature of industry, ineffective
monitoring, change in auditor, rationalization dan capability. Sementara
penelitian yang peneliti lakukan sekarang ini menggunakan enam buah variabel
independen yaitu return on asset (ROA), financial leverage, capital turnover,
efektivitas pengawasan, auditor switching, dan perubahan direksi. Sementara itu,
untuk variabel dependen penelitian ini dan penelitian Sihombing sama-sama
menggunakan fraudulent financial statement sebagai variabel dependen yang
diproksikan dengan earning management.
Penelitian ini didasarkan banyak dari penelitian sebelumnya, baik yang
ada di dalam maupun luar negeri. Penelitian sebelumnya ada yang masih
menggunakan perspektif fraud triangle dan ada yang sudah menggunakan
perspektif fraud diamond. Seperti penelitian yang dilakukan Rabi’u dan
Noorhayati ditahun 2015 dengan judul : “Fraud Triangle Theory and Fraud
Diamond Theory Understanding the Convergent and Divergent for Future
Research” yang menggunakan variabel dependen berupa fraud financial statement
dan variabel independen yaitu : Insentive/pressure, opportunity, realization dan
capability.

24

Universitas Sumatera Utara

Penelitian sebelumnya yang mengambil tema yang hampir sama dengan
penelitian ini adalah penelitian milik Rasha dan Andrew yang menggunakan
variabel dependen yang sama yaitu fraud financial statement sementara untuk
variabel independen menggunakan insentive/pressure, opportunity, realization
dan capability. Penelitian milik Rasha dan Andrew

ini telah menggunakan

perspektif fraud diamond sehingga ada unsur capability didalamnya. Tidak hanya
itu, penelitian milik Kurniawati dan Sihombing menjadi inspirasi bagi peneliti
untuk membuat penelitian ini, ada beberapa variabel yang sama dengan kedua
penelitian tersebut.
Penelitian terakhir yang paling mengisnpirasi peneliti dalam membuat
penelitian ini adalah penelitian milik Dalnial, Kamaluddin, Sanusi dan Khairuddin
yang berasal dari Malaysia, dengan judul “Accountability In Financial Reporting :
Detecting Fraudulent Firms”. Menggunakan perspektif yang sama yaitu fraud
diamond dengan variabel yang tidak jauh berbeda juga. Penelitian ini
menggunakan populasi dan sampel yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Malaysia, sedangkan sebagian besar penelitian yang lain
menggunakan perusahaan manufaktur yang go public juga.
Dari semua penelitian diatas akhirnya diambillah judul untuk penelitian ini
berupa “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial
Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan
Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond”. Perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia dan Malaysia diambil sebagai populasi dalam penelitian ini
karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud

25

Universitas Sumatera Utara

Examiner (ACFE) perusahaan manufaktur adalah industri yang paling banyak
melakukan tindak kecurangan dalam laporan keuangan. Kemudian untuk
memudahkan

penelitian

ini

telah

dibuat

batasan

operasional

sehingga

memudahkan peneliti untuk menentukan sampel dari seluruh populasi yang ada
dalam penelitian ini.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

untuk penelitian ini adalah :
1. Apakah return on asset berpengaruh negatif secara parsial terhadap
fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia dan Malaysia?
2. Apakah financial leverage berpengaruh positif secara parsial terhadap
fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia dan Malaysia?
3. Apakah capital turnover berpengaruh negatif secara parsial terhadap
fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia dan Malaysia?
4. Apakah efektivitas pengawasan berpengaruh negatif secara parsial
terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur
yang go public di Indonesia dan Malaysia?
5. Apakah auditor switching berpengaruh positif secara parsial terhadap
fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia dan Malaysia?
26

Universitas Sumatera Utara

6. Apakah perubahan direksi berpengaruh positif secara parsial terhadap
fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia dan Malaysia?
7. Apakah return on asset, financial leverage, capital turnover, efektivitas
pengawasan, auditor switching dan perubahan direksi berpengaruh
secara

simultan

terhadap

fraudulent

financial

statement

pada

perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia?
8. Apakah ada perbedaan pengaruh dari

return on asset, financial

leverage, capital turnover, efektivitas pengawasan, auditor switching
dan perubahan direksi antara perusahaan manufaktur yang go public
yang ada di Indonesia dan Malaysia baik secara parsial maupun secara
simultan?
1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh return on asset terhadap terjadinya fraudulent financial
statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan
Malaysia.
2. Pengaruh financial leverage terhadap terjadinya fraudulent

financial

statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan
Malaysia.

27

Universitas Sumatera Utara

3. Pengaruh capital turnover terhadap terjadinya fraudulent financial
statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan
Malaysia.
4. Pengaruh efektivitas pengawasan terhadap terjadinya fraudulent financial
statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan
Malaysia.
5. Pengaruh auditor switching terhadap terjadinya fraudulent financial
statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan
Malaysia.
6. Pengaruh

perubahan direksi terhadap terjadinya fraudulent financial

statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan
Malaysia.
7. Pengaruh return on asset, financial leverage, capital turnover, efektivitas
pengawasan, auditor siwtching dan perubahan direksi secara simultan
terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan
manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.
8. Perbedaan pengaruh return on asset, financial leverage, capital turnover,
efektivitas pengawasan, auditor switching dan perubahan direksi
terhadap fraudulent financial statement antara perusahaan manufaktur
yang go public di Indonesia dan Malaysia.

28

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini selain berguna sebagai tiket bagi peneliti untuk
mendapatkan gelar “Sarjana” juga akan menambah pengetahuan peneliti
secara lebih mendalam dan menyeluruh lagi mengenai segala sesuatu yang
berkaitan

dengan

Fraudulent

Financial

Statement.

Selanjutnya

pengetahuan baru yang peneliti peroleh dari penelitian ini akan dapat
Peneliti bagikan kepada siapa saja yang berkeinginan memperoleh
informasi lebih dalam serta menyeluruh mengenai penelitian ini.
2. Bagi Akademik dan Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan terhadap
teori fraud triangle menjadi fraud diamond yang selama ini telah lama kita
kenal sebagai suatu teori yang berguna untuk menjelaskan fraud . Dengan
hadirnya penelitian ini diharapkan pemahaman para akademisi dan
pembaca sekalian dapat berkembang mengenai perkembangan teori fraud
yang sudah menambahkan unsur “Capability” dalam tindak kecurangan.
3. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan panduan dan
arahan bagi calon investor dalam perusahaan untuk mendeteksi perusahaan
mana yang menyajikan laporan keuangannya secara jujur dan tidak,
kemudian memberikan informasi tambahan tentang perushaan mana yang
menjanjikan keuntungan yang lebih besar lagi dimasa depan.

29

Universitas Sumatera Utara

4. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan manajemen dalam
perusahaan tentang pentingnya menyajikan laporan keuangan secara jujur
dan betapa banyaknya pihak yang akan dirugikan termasuk perusahaan
yang melakukan kecurangan itu sendiri bila fraudulent financial statement
terjadi.

30

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Reporting dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

1 17 116

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

2 36 148

ANALISIS FRAUD DIAMOND UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA FINANCIAL STATEMENT FRAUD Analisis Fraud Diamond Untuk Mendeteksi Terjadinya Financial Statement Fraud Di Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015).

1 10 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 68

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 2 12

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 0 27

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 1 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 0 32

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17