Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Fraud
Istilah fraud bisa jadi merupakan sebuah istilah yang tidak terlalu familiar
bagi masyarakat yang tidak mampelajari bidang Akuntansi maupun Auditing.
Mereka bisa saja menyamakan pemahaman antara fraud dan korupsi, padahal dua
hal ini memiliki cakupan yang berbeda, korupsi termasuk kedalam tindakan fraud,
namun fraud yang ada dalam bidang Akuntansi dan Auditing lebih dari sekedar
istilah korupsi, pemahaman inilah yang harus kita perbaiki dalam memahami
makna dari fraud. Dalam penelitian ini, jenis fraud yang dibahas adalah fraud
fraudulent financial statement, dapat diartikan sebagai tindak kecurangan yang
terjadi dalam laporan keuangan yang kemudian diproksikan dengan earning
management. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan antara fraud dan korupsi
akan dibicarakan pengertian korupsi terlebih dahulu.
Menurut Kayo (2013) (dalam Hamzah, 2004), “ Korupsi adalah salah
satu penyakit masyarakat yang sama dengan jenis kejahatan lain seperti
pencurian, sudah ada sejak manusia bermasyarakat diatas bumi ini. Masalah
utama yang terjadi adalah meningkatnya korupsi itu seiring dengan kemajuan
zaman


dan

teknologi.

Bahkan

ada

gejala

dalam

pengalaman

yang

memprihatinkan, semakin maju pembangunan suatu negara, semakin meningkat
pula kebutuhan yang mendorong orang untuk melakukan korupsi.”

31


Universitas Sumatera Utara

Disisi lain, menurut the Association of Certified Fraud Examiner (ACFE),
fraud diartikan sebagai :
Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan
sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru kepada
pihak lain) dilakukan oleh orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk
mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung
ataupun tidak langsung merugikan pihak lain.
Sementara itu, menurut Tampubolon (2005) (dalam Kurniawati, 2012)
fraud tidak selalu sama dengan tindak kriminal. Tindak kriminal didefinisikan
sebagai an intentional at that violates the Criminal Law under which no legal
excuse applies. Sementara itu fraud didefinisikan sebagai any behavior by which
one person gains or intend to gain a dishonest advantage over another.
Dari semua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya fraud
memang berbeda dari korupsi. Korupsi sangat identik dengan tindak pencurian,
yang sudah terjadi jauh sebelum manusia mengenal istilah fraud, sementara itu
fraud lebih didefinisilkan sebagai tindakan yang melawan hukum dengan
melakukan manipulasi atau membuat laporan yang keliru kepada orang lain

dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang
akan merugikan orang lain. Disisi lain, fraud sering disama artikan dengan
kejahatan. Fraud dan kejahatan tidaklah sama, fraud lebih dapat diartikan sebagai
tindakan melawan hukum untuk mendapatkan keuntungan pribadi, sementara
kejahatan memiliki level yang lebih tinggi dan berat dibandingkan fraud, dan
hukum yang dilanggar pun adalah hukum kriminal.

32

Universitas Sumatera Utara

2.1.2

Fraudulent Financial Statement
Fraudulent financial statement dalam arti yang sempit diartikan sebagai

kecurangan dalam laporan keuangan. Dalam arti yang lebih luas diartikan sebagai
semacam tindakan kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan secara
disengaja ataupun dengan tidak sengaja memanipulasi penyajian laporan
keuangan dengan tujuan tertentu seperti untuk mempertahankan investor yang

telah ada selama ini dan menarik perhatian calon investor baru.
2.1.3

Pressure
Dalam konteks kecurangan dalam laporan keuangan, diartikan sebagai

tekanan ataupun dorongan yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang
melakukan fraud, tekanan dan dorongan ini bermacam-macam, ada yang
diakrenakan hutang (financial leverage), ada yang dikarenakan gaya hidup dan
ada juga yang dikarenakan keserakahan (greed). Semua hal ini disebabkan juga
karena penghasilan yang tidak mencukupi tuntutan kehidupan, sehingga seseorang
terdorong untuk melakukan kecurangan dalam tindakannya.
2.1.4

Earning Management
Menurut Subramanyam dan Wild (2010), earning management merupakan

“Intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya
untuk memenuhi tujuan pribadi”. Sering kali proses ini mencakup mempercantik
laporan keuangan, terutama angka yang paling bawah, yaitu laba. Manajeman

laba dapat berupa komestik, jika manajer memanipulasi akrual yang tidak
memiliki konsekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat terlihat nyata, jika

33

Universitas Sumatera Utara

manajer memilih tindakan dengan konsekuensi arus kas dengan tujuan mengubah
laba.
Berdasarkan beberapa teori, manajemen laba merupakan tindakan untuk
mempercantik penampilan laba dimata pembaca dan pengguna informasi laporan
keuangan. Manajeman laba dapat dilakukan dengan berbagai cara, beberapa
manajemen dalam perusahaan melakukan manjemen laba dengan benar-benar
mengubah angka yang ada pada laba yang disajikan dengan mengurangi jumlah
pendapatan dan memperbesar jumlah beban. Ada juga manajemen dalam
perusahaan yang melakukan manjeman laba dengan cara yang lebih halus lagi
dengan cara mengubah sistem dan/metode penilaian persediaan dalam
perusahaan.
Perusahaan akan selalu menginginkan agar fluktuasi laba dalam
perusahaan tersebut tidak begitu tajam, salah satu jalan yang ditempuh oleh

manajemen adalah melalui perataan laba (income smoothing). Langkah terakhir
yang paling besar yang dapat ditempuh mananjemen dalam earning management
adalah “Big Bath”. Strategi ini dilakukan dengan penghapusan (write-off)
sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dihapuskan biasanya periode
yang kinerjanya benar-benar buruk. Sebagian perusahaan sering memilih salah
satu diantara beberapa metode earning management, namun ada beberapa
perusahaan yang memilih lebih dari satu metode dalam earning management
tersebut.

34

Universitas Sumatera Utara

Menurut Scott, 2003:377 (dalam Kurniawati, 2012) beberapa motivasi
yang mendorong manejemen melakukan earning management adalah sebagai
berikut:
1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih
untuk memaksimalkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer
menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan

mengalami technical default.
3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat lepas dari perusahaan,
khususnya peruahaan besar dan insdustri strategis dan aktivitasnya
melibatkan hajat hidup orang banyak.
4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu motivasi perusahaan untuk
mengurangi laba bersih yang dilaporkan.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi timbul
berkaitan dengan CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan
meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil meningkatkan kinerja
untuk

menghindari

pemecatannya

atau

CEO

yang


baru

untuk

menunjukkan kesalahan CEO sebelumnya.
6. Penawaran saham perdana (Initial Public Offering – IPO), manajer
perusahaan yang go public melakukan earning management untuk
memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnnya dengan harapan
mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai
sinyal dari nilai perusahaan.

35

Universitas Sumatera Utara

7.Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat
yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
2.1.5


Financial Pressure
Financial pressure merupakan bentuk tekanan keuangan yang dialami

oleh perusahaan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri dikarenakan
ketidakmampuan manajemen dalam perusahaan tersebut untuk menampilkan
kinerja operasi yang baik, keuangan dan segala sumber daya yang ada dalam
perusahaan tersebut dalam mewujudkan kinerja perusahaan yang baik dengan
membandingkan apa yang telah ditanamkan pada perusahaan tersebut dengan apa
yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut pada/sampai periode tertentu.
Tekanan

ini

mengakibatkan

perusahaan

dituntut

secara


penuh

untuk

memaksimalkan kinerja perusahaan menggunakan segala sumber daya yang ada,
sehingga nampak tingkat pengembalian yang cukup baik atas segala sumber daya
yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Tak jarang, tekanan keuangan ini
mengakibatkan perusahaan yang tidak mampu untuk memaksimalkan kinerjanya
terpaksa untuk menampilkan hasil yang baik, otomatis hasil yang tidak sesuai
dengan kenyataan ini merupakan bentuk fraudulent financial statement yang
sudah pasti merugikan pengguna informasi laporan keuangan karena tidak
menampilkan informasi keuangan yang sebenarnaya atas perusahaan tersebut.
2.1.6

Return On Asset (ROA)
Dalam penelitian ini, return on asset merupakan proksi dari financial

pressure, ROA menjadi tekanan keuangan bagi perusahaan untuk memaksimalkan
laba dalam perusahaan menggunakan total aset yang ada. Dalam penelitian ini

36

Universitas Sumatera Utara

nanti ROA akan dihitung dengan membandingkan total net income perusahaan
dengan total aset yang ada dalam perusahaan tersebut. Semakin kecil rasio yang
dihasilkan, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk
melakukan kecurangan dalam laporan keuangan dikarenakan perusahaan dituntut
untuk menampilkan kinerja yang baik dalam satu periode tertentu secara
berkesinambungan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam hal
memenangkan hati para investor untuk berinvestasi pada perusahaan.
2.1.7

Financial Leverage
Financial leverage merupakan penggunaan dana dengan beban tetap

dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan
perlembar saham (earning per share) (EPS). Masalah leverage keuangan baru
timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap atau modal dari
pinjaman dengan bunga tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban
tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial
leverage) atau dampak yang positif apabila pendapatan yang diterima dari
penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap atas penggunaan dana
tersebut.
Leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva atau dana
dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutupi biaya tetap atau
membayar beban tetap. Disinilah tekanan keuangan itu muncul, hutang yang ada
didalam perusahaan akan mendatangkan beban baru yaitu beban bunga atas
hutang perusahaan, dikala perusahaan tidak mampu untuk melunasi hutanghutang perusahaan beserta bunganya disaat itu juga tekanan bagi manajemen

37

Universitas Sumatera Utara

perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam laporan keuangan muncul
dikarenakan harus memanipulasi kinerja perusahaan yang tidak memuaskan.
2.1.8

Total Asset Turnover
Total Asset turnover merupakan kecepatan perputaran persediaan dalam

suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio total asset turnover yang dimiliki
oleh suatu perusahaan akan semakin menunjukkan kinerja yang baik dari
perusahaan tersebut. Kemungkinan persediaan yang usang dan impairment dari
nilai persediaan menjadi salah satu faktor utama mengapa rasio total asset tunover
yang tinggi menjadi salah satu indikator perusahaan yang baik dalam menjalankan
usahanya.
Rasio total asset turnover yang tinggi mengindikasikan bahwa produk
yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut diterima baik oleh konsumen,
ditunjukkan dengan rasio perputarannya yang tinggi akibat minat yang tinggi dari
konsumen atas produk tersebut. Disisi lain, rasio total asset turnover yang rendah
menunjukkan hasil kinerja perusahaan yang kurang baik sehingga produknya
kurang diminati masyarakat dan perputarannya menajadi lambat. Tekanan akibat
rasio total asset turnover yang rendah ini sering menjadi salah satu faktor
penyebab manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan, dengan cara
meningkatkan angka penjualan dalam perusahaan tersebut sehingga tampak rasio
yang baik dari perputaran persediaan barang dalam perusahaan.

38

Universitas Sumatera Utara

2.1.9

Kesempatan (Opportunity)
Merupakan peluang yang memungkinkan fraud bisa terjadi. Faktor yang

menyebabkan timbulnya kesempatan untuk melaksanakan fraud antara lain bisa
dikarenakan lemahnya internal control, kurangnya komunikasi antar bagian
dalam perusahaan, rangkap jabatan dan juga penyalahgunaan wewenang.
Kesempatan seseorang untuk melakukan fraud dapat diminimalisir dengan
memperkuat internal control, penerapan peraturan peniadaan rangkap jabatan dan
juga mengetatkan peraturan yang ada didalam perusahaan.
2.1.10 Dewan Komisaris Independen
Menurut Pasal 1 angka 6 UUPT, (dalam Indra, 2006) Dewan komisaris
adalah : “Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi”.
Anggota dewan komisaris disebut dengan nama komisaris. Ini berarti tugas dewan
komisaris adalah melakukan :
a. Pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan;
b. Memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris dapat terdiri dari
satun orang atau lebih. Dewan komisaris merupakan majelis, sehingga
dalam hal dewan komisaris terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota,
maka setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendirisendiri, malainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris. Pengaturan
mengenai besarnya jumlah anggota komisaris dapat diatur dalam
Anggaran Dasar perseroan, disamping itu Anggaran Dasar perseroan juga
39

Universitas Sumatera Utara

dapat mengatur mengenai adanya 1 (satu) orang atau lebih komisaris
independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan.
Komisaris Independen, dalam hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam UUPT, Komisaris Independen
telah diadopsi yakni pada pasal 120 ayat (1) dan ayat (2), menyebutkan :
(1) Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1(satu) orang atau
lebih komisaris independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan.
(2) Komisaris independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat
berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan
pemegang saham uatam, anggota direksi dan/atau anggota dewan
komisaris lainnya.
Kemudian dalam penjelasan Pasal 120 ayat (2) UUPT menyebutkan
bahwa “Komisaris independen yang ada di dalam pedoman tata kelola perseroan
yang baik (code of good corporate governance) adalah komisaris dari pihak luar.”
Istilah independen pada komisaris independen maupun direksi independen
bukan menunjukkan bahwa komisaris atau direksi lainnya tidak independen.
Istilah

komisaris

independen

ataupun

direksi

independen

menunjukkan

keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang saham independen (minoritas)
dan juga mewakili kepentingan investor. Adapun pengertian komisaris
independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas
dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi

40

Universitas Sumatera Utara

kepentingan perusahaan. Jadi, komisaris independen merupakan komisaris yang
tidak ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun
pemegang saham. Karena tidak ada hubungan seperti itu, maka komisaris
independen ini diharapkan dapat bertindak objektif dan dapat melihat persoalan
perseroan mensyaratkan adanya komisaris independen ini.
Kriteria komisaris independen diambil oleh FCGI dan kriteria otoritas
bursa efek Australia tentang Outside Directors. Kriteria untuk Outside Directors
dalam One Tier System tersebut telah diterjemahkan menjadi kriteria untuk
komisaris independen dalam position paper FCGI kepada NCCG. Kriteria tentang
komisaris independen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komisaris Independen bukan merupakan anggota manajemen;
2. Komisaris Independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas,
atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas
perusahaan;
3. Komisaris Independen tersebut dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh
perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai Komisaris setelah tidak lagi
menempati posisi seperti itu;
4. Komisaris Independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut;

41

Universitas Sumatera Utara

5. Komisaris Independen bukan merupakan seorang pemasok atau
pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok atau dengan cara lain
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok
atau pelanggan tersebut;
6. Komisaris Independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan
atau perushaaan lainnya yang satu kelompok selain dengan komisaris
perusahaan tersebut;
7. Komisaris Independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis
apapun atau hubungan lainnya yang dapat atau secara wajar dapat
dianggap

sebagai

campur

tangan

secara

material

dengan

kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi
kepentingan yang menguntungkan perusahaan.
2.1.11 Auditor Switching
Menurut (Damayanti, 2007) (dalam Ramadhana, 2016) pergantian auditor
merupakan peralihan penggunaan jasa auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang dilakukan oleh perusahaan baik karena regulasi maupun karena adanya
ketidakpuasan klien terhadap auditor dalam mengaudit laporan keuangan
perusahaan. Jika suatu pergantian auditor terjadi karena pelaksanaan regulasi
terkait dengan pembatasan jasa audit maka pergantian tersebut diistilahkan
dengan rotasi audit. Jika suatu pergantian auditor dilakukan bukan karena masa
pemberian jasa audit sesuai telah selesai, tetapi karena alasan diluar itu maka
diistilahkan sebagai auditor switching.

42

Universitas Sumatera Utara

Regulasi mengenai penggunaan jasa akuntan publik oleh perusahaan diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002, dimana salah satu
hal yang diatur dalam KMK ini adalah bahwa pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP)
paling lama 5 (lima) tahun berturut-turut oleh akuntan publik paling lama untuk 3
(tiga) tahun. Regulasi ini kemudian disempurnakan kembali dalam Peraturan
Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008, dimana pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam)
tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3(tiga)
tahun berturut-turut.
2.1.12 Perubahan Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun
diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi dapat
dikatakan juga sebagai pemegang saham dalam perusahaan, dalam konteks ini
yang dimaksudkan dengan perusahaannya adalah perseroan. Dapat disimpulkan
bahwasanya direksi memiliki bagian kepemilikan dalam perusahaan. Pergantian
direksi merupakan proses mengganti direksi yang lama dengan direksi yang baru
dan akan mempengaruhi struktur kepemilikan modal perusahaan. Hal ini
dikarenakan pergantian direksi akan memunculkan berbagai macam usaha bagi
direksi yang bersangkutan untuk mempertahankan jabatannya, sehingga

43

Universitas Sumatera Utara

pergantian direksi akan cukup berpengaruh terhadap kecurangan dalam laporan
keuangan.
2.1.13 Korupsi (Corruption)
Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, corruption dapat berarti
korupsi ataupun kecurangan. Andi (2004) menyatakan bahwa
korupsi adalah salah satu penyakit masyarakat yang sama dengan
jenis kejahatan lain seperti pencurian sudah ada sejak manusia
bermasyarakat di atas bumi ini. Yang menjadi masalah utama adalah
meningkatnya korupsi itu seiring dengan kemajuan kemakmuran dan
teknologi. Bahkan ada gejala dalam pengalaman yang
memprihatinkan, semakin maju pembangunan suatu bangsa, semakin
meningkat pula kebutuhan dan mendorong orang untuk melakukan
kecurangan.
Penyebabnya bukan semata-mata masalah ekonomi, tetapi juga karena
adanya “Abuse of power atau perdagangan kekuasaan/kewenangan”. Dalam hal
ini

kewenangan

yang

dimiliki

penyelenggara

negara

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Martin (2006) menyatakan
korupsi dalam formula C=P-A, dimana C (Corruption) akan terjadi bilamana P
(power) tidak dipertanggunjawabkan ( A = accountability) dengan semestinya.
Menurut hasil penelitian Cressey (1953) terhadap 200 orang narapidana tindak
pidana korupsi di Midwest, menyimpulkan bahwa penyebab korupsi adalah apa
yang disebut dengan Fraud Triangle yaitu : “Opportunity, Pressure and
Realization”. Di samping itu, Bologne (1993), menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kecurangan meliputi G-O-N-E yaitu Greeds
(Keserakahan), Opportunities (Kesempatan), Needs (Kebutuhan) dan Exposures
(Pengungkapan). Sementara itu dalam profesi kepolisian dikenal dengan istilah
N+K=C yang berarti bahwa suatu perbuatan tindak kriminal yang dilakukan oleh

44

Universitas Sumatera Utara

pelaku dpaat terjadi karena adanya niat (N) dari diri pelaku dan adanya
kesempatan (K) untuk melakukannya. Dan Klitgaard (1998) menyatakan akronim
C=M+D-A yakni bahwa korupsi (Corruption) diartikan dengan monopoli
(Monopoly)

ditambah

kebijakan

(Discretion)

dikurangi

akuntabilitas

(Accountability). Khusus corporate fraud, penyebab terjadinya fraud dijelaskan
dengan agency theory untuk dikemukakan Patton (1992) dalam bukunya
Accounting Theory (Kayo, 2013).
2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian

terdahulu

mengenai

faktor-faktor

yang

mempengaruhi fraudulent financial statement diringkas dalam tabel 2.1 berikut
ini.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No

1

Nama Peneliti
Variabel
dan Tahun
Penelitian
Penelitian
Sihombing (2014) Dependen:
Fraudulent
Financial
Statement.
Independen:
Financial target,
financial stability,
external pressure,
nature of
industry,
ineffective
monitoring,
change in
Auditor,
rationalization,
capability.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variable financial stability,
external pressure, nature of
industry dan rationalization
berpengaruh secara siginifikan
terhadap terjadinya fraudulent
financial statement. Jadi, keempat
variabel tersebut diterima.
Sementara variable financial
target, ineffective monitoring,
change in auditor dan capability
ditolak karena dalam penelitian
ini terbukti tidak berpengaruh
signifikan terhadap fraudulent
financial statement.

45

Universitas Sumatera Utara

2

Ansar (2012)

3

Kurniawati
(2012)

4

Norbarani (2012)

Dependen :
Financial
Statement Fraud.
Independen :
Free Cash Flow,
Return On Asset,
Financial
Stability,
Personal
Financial Need,
Ineffective
Monitoring.

5

Oktaviani dkk.
(2014)

Dependen :
Fraudulent
Financial
Statement.
Independen :

Dependen:
Fraudulent
financial
reporting.
Independen:
Capital turnover,
capability,
financial distress,
earning
management,
liquidity,
financial leverage
dan firms size.
Dependen :
Financial
Statement Fraud.
Independen :
HIGHR, LOSS,
NCFO, Leverage,
RPT% dan
change in CPA.

Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa capital turnover, dan
capability berpengaruh secara
signifikan terhadap fraudulent
financial reporting, namun
variable financial distress,
earning management, liquidity,
financial leverage dan firm size
terbukti tidak berpengaruh secara
signifikan dalam penelitian ini
terhadap fraudulent financial
reporting.
Hasil penenlitian ini
menunjukkan bahwa, HIGHR,
LOSS, NCFO dan Leverage
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap terjadiya
financial statement fraud, sehigga
keempat hipotesis diatas diterima.
Namun, variabel change in CPA
tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap financial
statement fraud, sehingga
hipotesis ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel free cash flow
memiliki hubungan negatif
dengan financial statement fraud.
Sementara itu, variabel return on
asset memiliki hubungan positif
dengan financial statement fraud,
sehingga kedua hipotesis diatas
diterima. Namun penelitian ini
tidak membuktikan bahwa
variabel financial stability,
financial need dan ineffective
monitoring memilikipengaruh
terhadap financial statement
fraud, sehinga ketiga hipotesis
tersebut ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa seluruh variabel yang
digunakan dalam penelitian ini
memiliki hubungan dengan
fraudulent financial statement,

46

Universitas Sumatera Utara

6

7

Sales Growth,
Asset Growth,
Cash Flow To
Earning Growth,
Account
Receivable
Turnover, Asset
Turnover,
Leverage, Return
On Aset,
Independent
Broad Members
On Audit
Committee Over
Board Size,
Independent
Audit Committee,
Auditor Opinion.
Manurung dan
Dependen :
Hadian (2013)
Financial
Statement Fraud.
Independen :
Asset Growth
Rate, Return On
Asset, Leverage,
Ratio Of
Comissioners.
Yung-I Lou and
Dependen :
Ming-Long Wang Fraud Financial
Statement
Independen :
Financial
Pressure,
Complicated
Transaction,
Weak Internal
Control,
Decrease of
Management
Integrity,
Decrease of
Relationship
Between Manager
and Auditor.

baik itu hubungan positif maupun
hubungan negatif. Dengan begitu,
dapat disimpulkan bahwa semua
hipotesis dalam penelitian ini
diterima.

Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel
asset growth rate, return on asset,
ratio of commissioners memiliki
hubungan positif terhadap
financial statement fraud dan
leverage memiliki hubungan
negatif terhadap financial
statement fraud.
Hasil menunjukkan kecurangan
pelaporan secara positif
berkorelasi kesalah satu kondisi
berikut : tekanan keuangan yang
lebih besar dalam sebuah
perusahaan atau pengawas dari
sebuah perusahaan, persentase
yang lebih tinggi dari transaksi
yang kompleks dari sebuah
perusahaan, lebih banyak
kejujuran manajer dari sebuah
perusahaan yang diragukan atau
lebih banyak kemerosotan dalam
hubungan antara sebuah
perusahaan dan auditornya.
Sebuah model logistik sederhana
yang didasarkan pada contoh
risiko faktor kecurangan dari ISA
no. 240 dan SAS 99 mengukur

47

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan dari kecurangan
pelaporan keuangan dan dapat
keuntungan praktisi.
Kata kunci : Faktor-faktor risiko,
kecurangan pelaporan keuangan,
segitiga kecurangan, ISA 240,
SAS 99

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan

suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu
masalah. Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat
(dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual.
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah return on
asset, financial leverage, capital turnover, efektivitas pengawasan, auditor
switching dan perubahan direksi. Sedangkan variabel dependennya adalah
fraudulent financial statement. . Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :

48

Universitas Sumatera Utara

Motif/Tekanan/Pressure
Financial Pressure


Return On Asset (ROA)

External Pressure


Financial Leverage

External Pressure


Capital Turnover

Kesempatan/Opportunity

Fraudulent Financial
Statement

l
Efektivitas Pengawasan


Jumlah Dewan Komisaris
Independen (BDOUT)

Rasionalisasi/Rationalization


Auditor Switching

Kemampuan/Capability


Perubahan Direksi
(DCHANGE)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

49

Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengarauh Return On Asset Terhadap Fraudulent Financial
Statement di Indonesia dan Malaysia.
Laba bersih merupakan suatu indikator yang selalu digunakan
dalam menilai kinerja suatu perusahaan dalam satu periode tertentu.
Kinerja manajemen dinilai dari seberapa besar kemampuan manajer dalam
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan dibandingkan
dengan sumber daya yang terdapat didalam perusahaan tersebut.
Perbandingan ini sering kali diukur menggunakan rasio keuangan berupa
return on asset yaitu dengan menghitung perbandingan antara net income
before tax suatu perusahan dibagi dengan total aset yang ada dalam
perusahaan tersebut. Semaki kecil rasio yang dihasilkan atas return on
asset suatu perusahaan akan berbanding lurus terhadap semakin buruknya
penilaian pengguna informasi keuangan terhadap kinerja perusahaan
tersebut (Sihombing, 2014)
Oleh sebab itu, ketika rasio return on asset yang dihasilkan suatu
perusahaan ternyata menampilkan performa yang buruk, maka perusahaan
tersebut akan berusaha semaksimal mungkin untuk memanipulasi laporan
keuangan perusahaannya agar terlihat baik dimata para pengguna
informasi keuangan. Dengan begitu, rasio yang rendah atas return on asset
akan berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis untuk return on asset
adalah:

50

Universitas Sumatera Utara

H1: Return on asset berpengaruh negatif terhadap fraudulent
financial statement di Indonesia dan Malaysia.
2.4.2 Pengaruh Financial Leverage Terhadap Fradulent Financial
Statement di Indonesia dan Malaysia.
Perusahaan memiliki dua sumber pendanaan utama dalam
menjalankan operasi perusahaannya. Yang pertama berasal murni dari
pemilik perusahaanya yang disebut sebgai modal perusahaan dan yang
kedua bersal dari luar perusahaan yang disebut dengan hutang. Hampir
semua perusahaan membutuhkan pendanaan dari luar perusahaan ini untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Namun acap
kali, pendanaan eksternal ini jumlahnya terlalu besar dan tidak jarang
melebihi jumlah pendanaan yang berasal dari pemilik perusahaan itu
sendiri. Oleh sebab itu, jumlah liabilitas perusahaan yang terlalu besar
akan menghasilkan penilaian buruk pengguna informasi laporan keuangan
perusahaan atas sumber pendanaan perusahaan dan tingkat kesehatan serta
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya.
Selanjutnya,

tingkat

perbandingan

hutang

terhadap

modal

perusahaan yang cukup besar yang dalam penelitian ini dihitung dengan
perbandingan total hutang terhadap total modal perusahaan (debt to equity
ratio) akan mengakibatkan manajemen dalam perusahaan untuk
memperbaiki penyajian laporan keuangan perusahaan.
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis untuk financial
leverage bahwa :

51

Universitas Sumatera Utara

H2 :

Financial

Leverage

berpengaruh

positif

terhadap

fraudulent financial statement di Indonesia dan Malaysia.

2.4.3

Pengaruh Total Aset Turnover Terhadap Fraudulent Fiancial
Statement di Indonesia dan Malaysia.
Persediaan barang dagang merupakan salah satu aset perusahaan

yang sangat mudah mengalami impairment, sehingga sangatlah tidak baik
untuk terlalu lama menyimpan barang dagang didalam gudang terlalu
lama. Tingkat perputaran persediaan menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menjual barang dan seberapa baik produk perusahaan
tersebut diterima oleh konsumen. Total Asset turnover dihitung dengan
membandingkan penjualan dengan total aset perusahaan. Rasio total asset
turnover yang rendah menggambarkan kinerja yang buruk dari
perusahaan,

sebaliknya

rasio

tota

asset

turnover

yang

tinggi

menggambarkan kinerja yang baik atas sebuah perusahaan. Sehingga
perusahaan yang memiliki rasio total asset turnover yang rendah (buruk)
akan semakin berkemungkinan untuk melakukan fraudulent financial
fraud.
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis untuk total asset
turnover bahwa:
H3: Total Asset turnover berpengaruh negatif terhadap
fraudulent financial statement di Indoenesia dan Malaysia.

52

Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Pengaruh Jumlah Dewan Komisaris Independen Terhadap
Fraudulent Financial Statement di Indonesia dan Malaysia.
Salah satu penyebab terjadinya fraud adalah lemahnya pengawasan
dan internal control dalam perusahaan, sehingga memberikan ruang dan
kemungkinan untuk melakukan fraud. Salah satu cara yang dapat
ditempuh

untuk

meminimalisir

terjadinya

fraud

adalah

dengan

pengawasan yang baik (Sihombing, 2014). Dewan komisaris bertugas
untuk menjamin berjalannya rencana perusahaan sebagaimana mestinya.
Penelitian Basley (1996) menyimpulka bahwa masuknya dewan komisaris
yang berasal dari luar perusahaan akan meningkatkan efektivitas dewan
tersebut dalam mengawasi manajeman untuk mencegah kecurangan
laporan keuangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dechow dkk. (1995)
membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan yang
lebih sedikit memiliki anggota dewan komisaris eksternal.oleh sebab itu,
dalam penelitian ini, efektivitas pengawasan diproksikan dengan
perbandingan jumlah dewan komisaris independen dengan total seluruh
dewan komisaris didalam suatu perusahaan.
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis untuk efektiviktas
pengawasan bahwa :
H4: Efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap
fraudulent

financial

statement

di

Indonesia

dan

Malaysia.

53

Universitas Sumatera Utara

2.4.5

Pengaruh Auditor Switching Terhadap Fraudulent Finacial Statement
di Indonesia dan Malaysia
Pergantian KAP adalah proksi dari rasionalisasi dalam fraud. Ketika

pelaku fraud merasa bahwasanya kecurangan yang dilakukannya adalah tindakan
yang rasional dan tidak menyalahi aturan disitulah rasionalisasi timbul yang
diwujudkan dalam auditor switching. Di Indonesia telah diatur mengenai
pergantian auditor independen oleh perusahaan. Peraturan Menteri Keuangan
mengharuskan pergantian KAP yang telah mendapatkan penugasan audit selama
6 (enam) tahun berturut-turut. Jika perusahaan mengganti KAPnya yang telah
mengaudit selama enam tahun berturut-turut, hal ini tidak akan menimbulkan
pertanyaan, karena bersifat mandatory. Jadi yang perlu diteliti adalah pergantian
KAP yang bersifat voluntary (diluar Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008).
Pergantian KAP sebelum masa yang diwajibkan oleh peraturan diatas
merupakan suatu hal yang patut untuk dicurigai, perusahaan yang melakukan
pergantian KAP sebelum masa waktu yang diwajibkan berarti memiliki masalah
dengan KAP yang telah digandengnya, salah satu masalah yang mungkin terjadi
adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk menutupi fraud yang sudah
mulai terdekteksi oleh KAP yang lama. Satu-satunya upaya paling mudah untuk
menutupi kecurangan ini adalah dengan mengganti KAP yang lama dengan KAP
yang baru, dengan begitu kecurangan dapat ditutupi dan gagal untuk diketahui
oleh pengguna informasi keuangan (user).

54

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis untuk auditor switching
bahwa :
H5: Auditor switching berpengaruh positif terhadap fraudulent
financial statement di Indonesia dan Malaysia.

2.4.6

Pengaruh

Perubahan

Direksi

Terhadap Fraudulent

Financial

Statement di Indonesia dan Malaysia.
Capability merupakan unsur baru yang melengkapi konsep fraud triangle
menjadi fraud diamond. Capability berarti seberapa besar kemampuan seseorang
untuk melakukan fraud didalam suatu entitas. Wolfe and Hermanson (2004)
meneliti tentang capability sebagai salah satu fraud risk factor menyimpulkan
bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya fraud. Perubahan
direksi tidak selalu berdampak baik bagi perusahaan. Perubahan direksi bisa
menjadi suatu upaya bagi perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi
sebelumnya dengan melakukan perubahan susunan direksi ataupun perubahan
susunan direksi ataupun perekrutan direksi baru untuk memperbaiki kinerja
direksi sebelumya.
Sementara disisi lain, bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk
menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan
perusahaan (Sihombing, 2014). Kasus penyingkiran direksi yang mengetahui
kasus fraud ini pernah terjadi pada perusahaan Olympus asal Jepang yang
menyingkirkan direksi mereka dikarenakan mengetahui adanya penyelewengan

55

Universitas Sumatera Utara

dana untuk menutupi kerugian investasi yang seharusnya digunakan untuk
mengakuisisi perlatan medis asal Inggeris.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis untuk perubahan direksi
bahwa :
H6: Perubahan direksi berpengaruh positif terhadap fraudulent
financial statement di Indonesia dan Malaysia.

2.4.7

Pengarauh Return On Asset, Financial Leverage, Total asset Turnover,
Efektivitas Pengawasan, Auditor Switching dan Perubahan Direksi
Terhadap Fraudulent Financial Statement di Indonesia dan Malaysia.
Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya fraudulent financial

statement didalam suatu perusahaan. Tekanan atas target laba yang harus dicapai
suatu perusahaan dalam satu periode yang kemudian akan dibandingkan dengan
total aset yang tersedia didalam perusahaan tersebut sebagai bentuk sumber daya
yang harus dimanfaatkan oleh manajemen dalam perusahaan tersebut untuk
mencapai kinerja seoptimal mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya
fraudulent financial statement. Ketika manajemen tidak mampu mencapai target
return on asset yang telah ditetapkan sebelumnya, manajemen cenderung
melakukan manipulasi laba dalam laporan keuangannya. Tidak hanya itu, tingkat
hutang yang tinggi juga mempengaruhi manajemen dalam perusahaan untuk
melakukan kecurangan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan
perusahaan tampak baik dimata para pengguna informasi laporan keuangan
(users).

56

Universitas Sumatera Utara

Tidak hanya sampai disitu, efektivitas pengawasan yang lemah juga
memberi keleluasaan bagi manajemen dalam perusahaan untuk melakukan
fraudulent financial statement. Rasionalisasi (pembenaran) atas tindak fraudulent
financial statement yang diproksikan dengan auditor switching juga menjadi
salah satu faktor mengapa seseorang bisa melakukan fraud, dan yang terakhir
adalah kemampuan (capability) seseorang juga sangat menentukan apakah fraud
memungkinkan untuk dilakukan atau tidak, dalam hal ini capability diproksikan
dengan pergantian direksi.
H7: Return on asset, financial leverage, total asset turnover,
efektivitas pengawasan, auditor switching dan

perubahan

direksi berpengaruh secara simultan terhadap fraudulent
financial statement di Indonesia dan Malaysia.

57

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Reporting dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

1 17 116

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

2 36 148

ANALISIS FRAUD DIAMOND UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA FINANCIAL STATEMENT FRAUD Analisis Fraud Diamond Untuk Mendeteksi Terjadinya Financial Statement Fraud Di Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015).

1 10 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 68

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 2 12

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 0 18

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 1 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond

0 0 32

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17