Studi Potensi Pemanfaatan Energi Gelombang Laut Sebagai Pembangkit Listrik di Perairan Pantai Pulau Sumatera Bagian Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gelombang Laut
Gelombang yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis tergantung dari daya yang menyebabkannya. Gelombang laut dapat
disebabkan oleh angin (gelombang angin), daya tarik bumi-bulan-matahari
(gelombang pasang surut), gempa (vulkanik dan tektonik) di dasar laut
(gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang/ombak merupakan pergerakan naik turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Angin di atas
lautan memindahkan tenaganya ke permukaan perairan,menyebabkan riak-riak,
alunan atau bukit dan merubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang
atau ombak (Utami, 2010).
Ada dua tipe gelombang bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya yaitu
gelombang pembangun atau gelombang pantai (constructive wave) dan
gelombang yang tidak membentuk pantai (deconstructive wave). Yang termasuk
gelombang pembentuk pantai bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan cepat
rambat gelombangnya rendah. Saat gelombang pecah di pantai, material yang
terangkut akan tertinggal di pantai (deposit) yaitu ketika aliran balik dari
gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan sedimen akan mengalir
kembali ke laut. Sedangkan gelombang yang sifatnya tidak membentuk pantai
biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang besar (atau bisa sama
tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap
ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada
banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke
tengah laut atau ke tempat lain.
2.1.1. Interaksi Antar Gelombang
Dalam usaha menjelaskan proses tumbuhnya gelombang laut, banyak teori
yang dikemukakan para ahli tetapi hanya ada dua teori yang saling melengkapi
Universitas Sumatera Utara
dan dapat menjelaskan pertumbuhan gelombang di lautan. Adapun beberapa teori
yang dimaksud :
a. Teori yang pertama dikemukakan oleh Phillips (1957), yang
menyatakan bahwa turbulensi dalam angin menyebabkan fluktuasi
acak permukaan laut yang menghasilkan gelombang-gelombang kecilkecil (riak) dengan
panjang gelombang beberapa sentimeter.
Gelombang-gelombang kecil-kecil ini kemudian tumbuh secara linear
melalui proses resonansi dengan fluktuasi tekanan turbulensi.
b. Teori yang kedua dikemukakan oleh Miles (1957) dan yang lebih
dikenal sebagai Teori Ketidakstabilan atau Mekanisme Arus Balik
(feed-back mechanism) menyatakan bahwa ketika ukuran gelombanggelombang kecil yang sedang tumbuh mulai mengganggu aliran udara
di atasnya, angin yang bertiup memberikan tekanan yang semakin kuat
seiring dengan meningkatnya ukuran gelombang, sehingga gelombang
tumbuh menjadi besar. Proses pemindahan energi ini berlangsung
secara tak stabil, semakin besar ukuran gelombang semakin cepat
kecepatan gelombang. Ketidakstabilan menyebabkan gelombang
tumbuh secara eksponensial.
c. Kemudian teori yang terakhir yang dikemukakan oleh Hasselmann
(1961 ; 1963) dan Hasselmann, et al., dinamakan Teori Interaksi Tak
Linear.
Seiring
gelombang
dengan
proses
yang sedang tumbuh
pertumbuhannya,
yang beragam
gelombangenergi
dan
frekuensinya saling berinteraksi untuk menghasilkan gelombang yang
lebih panjang. Interaksi yang terjadi melibatkan proses pemindahan
energi secara tak linear dari gelombang yang berfrekuensi tinggi ke
frekuensi lebih rendah. Proses transfer energi ini menyebabkan
gelombang-gelombang periode panjang mempunyai energi yang lebih
tinggi. Jika periode gelombang cukup panjang, cepat rambat
gelombang dapat melebihi kecepatan angin pembentuknya, sehingga
gelombang dapat keluar dari daerah pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Ilustrasi pergerakan partikel zat cair pada gelombang
(Weisberg dan Parish n.d. dalam Utami, 2010)
Terlihat bahwa pelampung bergerak dalam satu lingkaran (orbital) ketika
gelombang bergerak naik dan turun. Partikel air berada dalam suatu
tempat,bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu gerakan kecil
dari sisi satu ke sisi semula. Gerakan ini memberi gambaran suatu bentuk
gelombang. Pelampung yang mengapung di air pindah ke pola yang sama, naik
turun di suatu lingkaran yang lambat, yang dibawa oleh pergerakan air (Utami,
2010).
Di bawah permukaan, gerakan putaran gelombang semakin mengecil.
Pergerakan orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga
kemudian di dasarnya hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar
dari sisi ke sisi yang disebut “surge” (Utami, 2010).
2.2
Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Energi Listrik
Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak:
a. Energi Gelombang Laut
Energi kinetik yang terkandung pada gelombang laut digunakan untuk
mengerakkan turbin (Gambar 2.2). Ombak naik ke dalam ruangan generator,lalu
air yang naik menekan udara keluar dari ruang generator (Gambar 2.6) dan
menyebabkan turbin berputar ketika air turun,udara bertiup dari luar ke dalam
ruang generator dan memutar turbin kembali (Utami, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Energi kinetik yang terdapat pada gelombang laut
digunakan untuk menggerakkan turbin (Leāo, 2005 dalam Utami, 2010)
b. Pasang Surut Air Laut
Pasang surut adalah naik turunnya posisi permukaan perairan atau
samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari.
Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan
pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga kejadian sangat dibutuhkan
dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terkena sewaktu air pasang naik dan
terpapar sewaktu pasang surut dinamakan mintakat pasangs (Wikipedia).
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut.
Ketika pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir.
Kemudian ketika air surut, air dibelakang reservoir dapat dialirkan seperti pada
PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita membutuhkan gelombang pasang yang
besar, dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang pasang dan
gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki kriteria tersebut.
Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah
pembangkit listrik di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik
untuk 240.000 rumah (Utami, 2010).
c. Pemanfaatan Perbedaan Temperatur Air Laut (Ocean Thermal
Energy)
Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan
memanfaatkan perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut
Universitas Sumatera Utara
kita akan merasakan bahwa semakin kita menyelam suhu laut akan semakin
rendah (dingin). Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar
matahari memanasi permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut suhunya
sangat dingin (Utami, 2010).
Pembangkit listrik bisa dibangun dengan memanfaatkan perbedaan suhu
untuk menghasilkan energi. Perbedaan suhu yang diperlukan sekurang-kurangnya
38oFahrenheit antara suhu permukaan dan suhu bawah laut untuk keperluan ini.
Cara ini dinamakan Ocean Thermal Energy Conversion atau OTEC. Cara ini telah
digunakan di Jepang dan Hawaii dalam beberapa proyek percobaan (Utami,
2010). Adapun mekanisme dasar pada pergerakan gelombang laut akan dijelaskan
sebagai berikut :
d. Pergerakan Gelombang
Paramater – paramater yang digunakan dalam menghitung gelombang dua
dimensi yang memiliki permukaan bebas dan bergantung pada gravitasi adalah:
2.3
λ
= Panjang Gelombang (m)
ɑ
= Amplitudo (m)
T
= Periode Gelombang (s)
F
= frekuensi (s-1)
Sistem Oscillating Water Column
Sistem ini (Gambar 2.3) membangkitkan listrik dari naik turunnya air laut
akibat gelombang laut yang masuk ke dalam sebuah kolom osilasi yang
berlubang. Naik turunnya air laut ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara
di lubang bagian atas kolom dan tekanan yang dihasilkan dari naik turunnya air
laut dalam kolom tersebut akan menggerakan turbin (Utami, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Sistem Oscillating Water Column
Tenaga mekanik yang dihasilkan dari sistem-sistem tersebut ada yang
akan mengaktifkan generator (Gambar 2.6) secara langsung atau mentransfernya
ke dalam fluida udara, yang selanjutnya akan menggerakan turbin atau generator
(Utami, 2010).
Sistem Oscillating Water Column (OWC) merupakan sistem dengan
konstruksi yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu Ruang Udara (Air
Chamber) dan Turbin Udara Generator (Air Turbine Generator). Kesemuanya ini
direncanakan untuk membangkitkan energi listrik melalui turbin generator yang
dapat berputar karena tekanan udara yang disebabkan oleh gerakan naik turunnya
gelombang didalam ruang udara tetap (Utami, 2010).
Gerakan naik turunnya air pada kolom osilasi diasumsikan sebagai piston
hidraulik. Piston ini selanjutnya menekan udara yang berfungsi sebagai fluida
udara. Udara yang bertekanan tersebut akan menggerakan turbin udara yang
selanjutnya menggerakan generator listrik (Utami, 2010).
Proses pengubahan dari energi gerak gelombang kepada energi potensial
tekanan udara berlangsung secara isothermis. Pendekatan ini dipilih karena dalam
proses kompresi ini dianggap tidak terjadi peningkatan temperatur yang berarti.
Besarnya kompresi tergantung kepada panjang langkah piston, sedangkan panjang
langkah piston dipengaruhi oleh tinggi gelombang (H) dan efisiensi absorsi
gelombang pada kolom osilasi (Utami, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.4
Perhitungan Energi Gelombang Laut Sistem OWC
Energi gelombang yang dapat dibangkitkan oleh pembangkit listrik
tenaga gelombang laut sistem OWC dan Pelamis ini dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.1) s/d (2.7) berikut :
�
1
Ep= 4 ��2 �� � ..........................................................................(2.1)
�
�
1
Ek = 4 ��2 �� � .........................................................................(2.2)
�
Maka energi total satu periode (Ew) adalah
Ew = Ep + Ek..............................................................................(2.3)
�
1
1
�
Ew = 4 ��2 �� � + 4 ��2 �� � ...................................................(2.4)
�
1
�
Ew = 2 ��2 .................................................................................(2.5)
Dengan kerapatan energi per m2 :
�
1
Ew = 2 ��2 � .............................................................................(2.6)
�
Daya yang dapat dibangkitkan :
P =
di mana
:
��
�
......................................................................................(2.7)
Ew = Energi Total Satu Periode (J)
Ep = Energi Potensial (J)
Ek = Energi Kinetik (J)
ρ = Massa Jenis Air (kg/m3)
ɑ = Amplitudo (m)
T = Periode Gelombang (s)
λ = Panjang Gelombang (m)
L = Perubahan Lebar Gelombang Dua Dimensi, tegak
lurus dengan arah rambat gelombang x, dengan satuan
(m)
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
gc = Faktor Konversi 1.0 kg.m/(N.s2)
Universitas Sumatera Utara
2.5
Penentuan Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Sistem Oscillating Water Column (OWC)
a. Tinggi Gelombang Laut
Tinggi gelombang yang dapat dimanfaatkan untuk PLTGL sistem
oscillating water column ini adalah gelombang yang selalu terbentuk sepanjang
tahun dengan tinggi minimal satu sampai dua meter. Gelombang yang sesuai
dengan kriteria tinggi tersebut adalah gelombang Swell dimana mengandung
energi yang besar.
b. Arah Datang Gelombang
Mulut konektor harus sesuai dengan arah datang gelombang, jika tidak
searah maka energi gelombang yang masuk akan berkurang sebab banyak yang
hilang akibat sifat refleksi, difraksi maupun refraksi pada gelombang.
c. Syarat Gelombang Baik
Gelombang baik adalah gelombang yang tidak pecah akibat pendangkalan.
Pada saat gelombang terpecah ada energi yang terbuang dimana masa air akan
mengandung gelembung udara sehingga mempengaruhi besar kerapatan massa.
d. Keadaan Topografi Lautan
Optimasi terhadap desain akhir PLTGL sistem owc dan pelamis
tergantung topografi kelautan atau barimetri disekitar lokasi. Apabila kondisi
dasar lautan atau permukaannya kurang memenuhi persyaratan maka dapat
dilakukan pengerukan atau penambalansebuah roda turbin mungkin terdapat satu
baris sudu gerak saja yang disebut turbin bertingkat tunggal, dan jika terdapat
beberapa baris sudu gerak disebut turbin bertingkat ganda.
2.6
Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
a. Turbin
Turbin adalah mesin penggerak awal, yang mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Dimana energi fluida kerjanya dipergunakan langsung
untuk memutar roda turbin. Pada turbin hanya terdapat gerak rotasi. Bagian turbin
yang berputar dinamakan stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak dalam
Universitas Sumatera Utara
rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang menggerakkan atau
memutar beban seperti generator listrik.
Gambar 2.4 Turbin (Wells Turbine) (Murdani, 2008)
b. Turbin Angin
Prinsip dasar kerja dari turbin udara (Gambar 2.5) adalah mengubah energi
mekanis dari tekanan udara menjadi energi putar pada turbin, lalu putaran turbin
digunakan untuk memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik.
Umumnya daya efektif yang dapat dipanen oleh sebuah turbin angin hanya
sebesar 50% - 70%. Sistem ini terdiri dari sebuah ruangan yang dibangun di tepi
pantai. Gerakan laut atau gelombang laut mendorong kantong udara sebuah
pemecah gelombang ke atas dan ke bawah. Kemudian udara akan melewati turbin
udara. Selanjutnya, ketika gelombang kembali ke laut, udara tadi akan beredar
melalui turbin pada arah yang sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Skema Turbin Angin (Murdani, 2008)
c. Generator
Generator (Gambar 2.6) adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
mengkonversi energi mekanis dari prime mover menjadi energi listrik. Generator
yang umum dipergunakan dalam sistem pembangkit adalah generator asinkron.
Secara garis besar generator terbagi atas stator dan rotor.
Gambar 2.6 Generator (Rodrigues Leao, 2005)
Universitas Sumatera Utara
d. Stator
Stator adalah bagian dari generator (Gambar 2.6) yang tidak bergerak.
Stator memiliki kumparan dan inti. Biasanya inti stator terbuat dari lembaranlembaran besi yang dilaminasi, kemudian diikat satu sama lain membentuk stator.
Laminasi dimaksudkan agar rugi akibat arus Eddy kecil. Pada stator terdapat
kumparan jangkar.
e. Rotor
Rotor adalah bagian dari generator (Gambar 2.6) yang bergerak atau
berputar. Ada dua jenis rotor pada generator asinkron yaitu :
•
Rotor Dengan Kutub Menonjol (salient pole)
Biasa dipakai pada mesin-mesin dengan putaran rendah atau menengah.
Kutub rotornya terbuat dari besi berlaminasi untuk mengurangi arus Eddy. Untuk
mesin yang besar, kumparan rotor seringkali dibuat dari kawat persegi.
•
Rotor Dengan Kutub Silinder
Biasa dipakai pada mesin dengan kecepatan tinggi. Untuk putaran rendah
biasanya rotor bulat ini diameternya kecil dan panjang. Kumparan rotor diatur
sedemikian rupa sehingga terdapat fluks maksimum pada suatu posisi tertentu.
Rotor dengan bentuk ini biasanya lebih seimbang dengan noise yang rendah.Pada
rotor terdapat kumparan medan. Arus searah untuk menghasilkan fluks pada
kumparan medan dialirkan ke rotor melalui cincin geser.
2.7
Sistem Pelamis
Sistem pelamis (Gambar 2.7) dikembangkan oleh ocean power delivery,
pada sistem ini terdapat tabung-tabung yang sekilas terlihat seperti ular yang
mengambang di permukaan laut sebagai penghasil listrik.Setiap tabung memiliki
panjang sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat segmen.
Setiap ombak yang melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder
tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral. Gerakan yang ditimbulkan akan
mendorong piston diantara tiap sambungan segmen yang selanjutnya memompa
cairan hidraulik bertekanan melalui sebuah motor untuk menggerakkan generator
listrik.
Supaya tidak ikut terbawa arus, setiap tabung ditahan di dasar laut
menggunakan jangkar khusus. Prinsipnya menggunakan gerakan naik turun dari
Universitas Sumatera Utara
ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak naik turun pula di dalam
sebuah silinder.
Gambar 2.7 Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power
Delivery. Proyek komersial pertama dengan kapasitas 2,25 MW telah
dibangun di tengah laut 4,8 km dari tepi pantai Portugal
Alat ini terdiri dari beberapa bagian berbentuk silinder yang disambung.
Bagian-bagiannya, yang sebagian di bawah air digerakkan oleh gelombang.
Karena setiap bagian bergerak, mereka memompa minyak melalui motor yang
menghasilkan gerakan pada generator. Generator (Gambar 2.6) pada gilirannya
menghasilkan listrik. Meskipun perangkat Pelamis beroperasi pada efisiensi
15% saja, 30 bagian pelamis dapat mensuplai listrik untuk sebanyak 20.000
rumah.
Gambar 2.7.1 Bagian Internal Pelamis
Penjelasan mengenai bagian – bagian dari Pelamis adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Power Module
Ada empat power module, satu untuk tiap sendi. Power module ini bagian
yang seperti tubuh ularnya dan berupa tabung-tabung warna oranye. Di tabungtabung tersebut terdapat pembangkit listrik dan komponen pengkonversi energi.
Gambar 2.7.2 Power Module Pelamis
b. Universal Joints
Universal Joint (Gambar 2.7.3) adalah bagian yang memungkinkan si ular
laut melenggok-lenggok, seperti sendi dalam tubuh manusia. Setiap sendi
memiliki dua derajat kebebasan dengan 4 silinder hidrolis.
Gambar 2.7.3 Universal Joints
Universitas Sumatera Utara
c. Machine Connection and Anchoring System
Pembangkit ini memiliki jangkar untuk menahan diri agar tidak terbawa
arus laut. Pada bagian ini juga terdapat sistem elektrik yang bertujuan untuk
mendistribusikan listrik hasil konversi. Seperti dalam gambar di bawah, bagian ini
juga berguna untuk mendistribusi listrik menggunakan kabel bawah laut untuk
selanjutnya didistribusikan ke rumah penduduk.
Gambar 2.7.4 Machine Connection dan Anchoring System
2.8
Perhitungan Gelombang Laut
2.8.1
Panjang dan Kecepatan Gelombang Laut
Periode datangnya gelombang dapat dihitung menggunakan
persamaan yang disarankan oleh Nielsen (1986) dalam Utami (2010) sebagai
berikut:
T =
dimana :
3,55 * √�.....................................................(2.1)
T
= periode gelombang (s)
H
= tinggi gelombang (m)
Universitas Sumatera Utara
Dengan
mengetahui
perkiraan
periode
datangnya
gelombang
tersebut,selanjutnya kita dapat menghitung panjang dan kecepatan gelombang
dengan persamaan menurut Ross (1980) dalam Utami (2010) sebagai berikut:
� = 5,12 ∗ � 2 ...........................................................(2.2)
dimana :
�
T
=
panjang gelombang (m)
=
periode gelombang (s)
Maka, kecepatan gelombang yang datang dapat dihitung menggunakan
persamaan:
�
V = � ......................................................................(2.3)
dimana :
v
=
kecepatan gelombang (m/s)
�
=
panjang gelombang (m)
=
periode gelombang (s)
T
2.9.
Perhitungan Daya Listrik
2.9.1
Energi Listrik Metode OWC
Untuk menghitung energi listrik kita menggunakan rumus:
1
Ew = 4 ∗ w ∗ ρ ∗ g ∗ a2 ∗ λ...................................(2.4)
Kemudian,untuk menghitung daya listrik menggunakan rumus:
Pw = η ∗
Ew
T
1
Pw = η ∗ 4
...............................................(2.5)
∗w∗ρ∗g∗a 2 ∗λ
T
Universitas Sumatera Utara
dimana :
2.9.2
Ew
= Energi gelombang (J)
w
= Lebar chamber (m)
ρ
= Kerapatan air (kg/m3)
a
= Amplitudo (m)
Pw
= Daya listrik (W)
η
= Efisiensi (%)
Energi Listrik Metode Pelamis
Untuk menghitung energi listrik menggunakan rumus :
1
E = 8 ∗ ρ ∗ g ∗ H 2 ............................................................(2.7)
Untuk menghitung daya listrik menggunakan rumus :
ρ∗g 2
P = 64∗π ∗ H 2 ∗ T............................................................(2.6)
dimana :
2.10
P
= Daya listrik per satuan panjang (W/m)
ρ
= Kerapatan air (kg/m3)
g
= Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
T
= Periode gelombang (s)
H
= Tinggi gelombang (m)
Sistem Kanal (Tapered Channel)
Sistem Kanal atau Tapered Channel ini adalah sistem dimana gelombang
air laut masuk ke dalam bak penampung dengan ketinggian yang disesuaikan
yang melewati pintu meruncing dengan elevasi tertentu, kemudian air laut yang
telah ditampung dapat menggerakan turbin sehingga menghasilkan energi serta
daya listrik yang diperlukan. Sistem ini pertama kali dibuat di Toftestallen,
Norwegia (Gambar 2.10.1) pada tahun 1985, tetapi rusak akibat bencana badai
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 1988. Seiring perkembangan teknologi, sistem Kanal ini lebih cocok
digunakan di perairan Indonesia terutama Pantai Pulau Sumatera dan analisa
perhitungan energi dan daya listriknya sama dengan sistem Kolom Osilasi Air
yang bersifat on-shore. Tetapi karena efisiensi tidak diketahui akibat pembangkit
yang rusak, maka hasil yang didapat tidak seperti dua sistem sebelumnya.
Berikut adalah beberapa gambar untuk dimensi sistem Kanal (Gambar
2.10) :
Gambar 2.10 Model Dimensi Sistem Kanal
Sistem Kanal memiliki prinsip kerja seperti pembangkit listrik tenaga air
pada umumnya. Mempunyai tinggi dan elevasi pada dimensinya serta
menampung air yang masuk ke dalam bak penampung tertutup sehingga dapat
menggerakan generator atau turbin untuk menghasilkan energi dan daya listrik.
Sistem ini sekarang banyak digunakan juga sebagai penahan gelombang,karena
gelombang yang datang disimpan didalam bak penampung.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10.2 Pembangkit Listrik Sistem Kanal di Toftestallen, Norwegia
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gelombang Laut
Gelombang yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis tergantung dari daya yang menyebabkannya. Gelombang laut dapat
disebabkan oleh angin (gelombang angin), daya tarik bumi-bulan-matahari
(gelombang pasang surut), gempa (vulkanik dan tektonik) di dasar laut
(gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang/ombak merupakan pergerakan naik turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Angin di atas
lautan memindahkan tenaganya ke permukaan perairan,menyebabkan riak-riak,
alunan atau bukit dan merubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang
atau ombak (Utami, 2010).
Ada dua tipe gelombang bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya yaitu
gelombang pembangun atau gelombang pantai (constructive wave) dan
gelombang yang tidak membentuk pantai (deconstructive wave). Yang termasuk
gelombang pembentuk pantai bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan cepat
rambat gelombangnya rendah. Saat gelombang pecah di pantai, material yang
terangkut akan tertinggal di pantai (deposit) yaitu ketika aliran balik dari
gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan sedimen akan mengalir
kembali ke laut. Sedangkan gelombang yang sifatnya tidak membentuk pantai
biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang besar (atau bisa sama
tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap
ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada
banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke
tengah laut atau ke tempat lain.
2.1.1. Interaksi Antar Gelombang
Dalam usaha menjelaskan proses tumbuhnya gelombang laut, banyak teori
yang dikemukakan para ahli tetapi hanya ada dua teori yang saling melengkapi
Universitas Sumatera Utara
dan dapat menjelaskan pertumbuhan gelombang di lautan. Adapun beberapa teori
yang dimaksud :
a. Teori yang pertama dikemukakan oleh Phillips (1957), yang
menyatakan bahwa turbulensi dalam angin menyebabkan fluktuasi
acak permukaan laut yang menghasilkan gelombang-gelombang kecilkecil (riak) dengan
panjang gelombang beberapa sentimeter.
Gelombang-gelombang kecil-kecil ini kemudian tumbuh secara linear
melalui proses resonansi dengan fluktuasi tekanan turbulensi.
b. Teori yang kedua dikemukakan oleh Miles (1957) dan yang lebih
dikenal sebagai Teori Ketidakstabilan atau Mekanisme Arus Balik
(feed-back mechanism) menyatakan bahwa ketika ukuran gelombanggelombang kecil yang sedang tumbuh mulai mengganggu aliran udara
di atasnya, angin yang bertiup memberikan tekanan yang semakin kuat
seiring dengan meningkatnya ukuran gelombang, sehingga gelombang
tumbuh menjadi besar. Proses pemindahan energi ini berlangsung
secara tak stabil, semakin besar ukuran gelombang semakin cepat
kecepatan gelombang. Ketidakstabilan menyebabkan gelombang
tumbuh secara eksponensial.
c. Kemudian teori yang terakhir yang dikemukakan oleh Hasselmann
(1961 ; 1963) dan Hasselmann, et al., dinamakan Teori Interaksi Tak
Linear.
Seiring
gelombang
dengan
proses
yang sedang tumbuh
pertumbuhannya,
yang beragam
gelombangenergi
dan
frekuensinya saling berinteraksi untuk menghasilkan gelombang yang
lebih panjang. Interaksi yang terjadi melibatkan proses pemindahan
energi secara tak linear dari gelombang yang berfrekuensi tinggi ke
frekuensi lebih rendah. Proses transfer energi ini menyebabkan
gelombang-gelombang periode panjang mempunyai energi yang lebih
tinggi. Jika periode gelombang cukup panjang, cepat rambat
gelombang dapat melebihi kecepatan angin pembentuknya, sehingga
gelombang dapat keluar dari daerah pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Ilustrasi pergerakan partikel zat cair pada gelombang
(Weisberg dan Parish n.d. dalam Utami, 2010)
Terlihat bahwa pelampung bergerak dalam satu lingkaran (orbital) ketika
gelombang bergerak naik dan turun. Partikel air berada dalam suatu
tempat,bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu gerakan kecil
dari sisi satu ke sisi semula. Gerakan ini memberi gambaran suatu bentuk
gelombang. Pelampung yang mengapung di air pindah ke pola yang sama, naik
turun di suatu lingkaran yang lambat, yang dibawa oleh pergerakan air (Utami,
2010).
Di bawah permukaan, gerakan putaran gelombang semakin mengecil.
Pergerakan orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga
kemudian di dasarnya hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar
dari sisi ke sisi yang disebut “surge” (Utami, 2010).
2.2
Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Energi Listrik
Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak:
a. Energi Gelombang Laut
Energi kinetik yang terkandung pada gelombang laut digunakan untuk
mengerakkan turbin (Gambar 2.2). Ombak naik ke dalam ruangan generator,lalu
air yang naik menekan udara keluar dari ruang generator (Gambar 2.6) dan
menyebabkan turbin berputar ketika air turun,udara bertiup dari luar ke dalam
ruang generator dan memutar turbin kembali (Utami, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Energi kinetik yang terdapat pada gelombang laut
digunakan untuk menggerakkan turbin (Leāo, 2005 dalam Utami, 2010)
b. Pasang Surut Air Laut
Pasang surut adalah naik turunnya posisi permukaan perairan atau
samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari.
Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan
pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga kejadian sangat dibutuhkan
dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terkena sewaktu air pasang naik dan
terpapar sewaktu pasang surut dinamakan mintakat pasangs (Wikipedia).
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut.
Ketika pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir.
Kemudian ketika air surut, air dibelakang reservoir dapat dialirkan seperti pada
PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita membutuhkan gelombang pasang yang
besar, dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang pasang dan
gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki kriteria tersebut.
Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah
pembangkit listrik di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik
untuk 240.000 rumah (Utami, 2010).
c. Pemanfaatan Perbedaan Temperatur Air Laut (Ocean Thermal
Energy)
Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan
memanfaatkan perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut
Universitas Sumatera Utara
kita akan merasakan bahwa semakin kita menyelam suhu laut akan semakin
rendah (dingin). Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar
matahari memanasi permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut suhunya
sangat dingin (Utami, 2010).
Pembangkit listrik bisa dibangun dengan memanfaatkan perbedaan suhu
untuk menghasilkan energi. Perbedaan suhu yang diperlukan sekurang-kurangnya
38oFahrenheit antara suhu permukaan dan suhu bawah laut untuk keperluan ini.
Cara ini dinamakan Ocean Thermal Energy Conversion atau OTEC. Cara ini telah
digunakan di Jepang dan Hawaii dalam beberapa proyek percobaan (Utami,
2010). Adapun mekanisme dasar pada pergerakan gelombang laut akan dijelaskan
sebagai berikut :
d. Pergerakan Gelombang
Paramater – paramater yang digunakan dalam menghitung gelombang dua
dimensi yang memiliki permukaan bebas dan bergantung pada gravitasi adalah:
2.3
λ
= Panjang Gelombang (m)
ɑ
= Amplitudo (m)
T
= Periode Gelombang (s)
F
= frekuensi (s-1)
Sistem Oscillating Water Column
Sistem ini (Gambar 2.3) membangkitkan listrik dari naik turunnya air laut
akibat gelombang laut yang masuk ke dalam sebuah kolom osilasi yang
berlubang. Naik turunnya air laut ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara
di lubang bagian atas kolom dan tekanan yang dihasilkan dari naik turunnya air
laut dalam kolom tersebut akan menggerakan turbin (Utami, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Sistem Oscillating Water Column
Tenaga mekanik yang dihasilkan dari sistem-sistem tersebut ada yang
akan mengaktifkan generator (Gambar 2.6) secara langsung atau mentransfernya
ke dalam fluida udara, yang selanjutnya akan menggerakan turbin atau generator
(Utami, 2010).
Sistem Oscillating Water Column (OWC) merupakan sistem dengan
konstruksi yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu Ruang Udara (Air
Chamber) dan Turbin Udara Generator (Air Turbine Generator). Kesemuanya ini
direncanakan untuk membangkitkan energi listrik melalui turbin generator yang
dapat berputar karena tekanan udara yang disebabkan oleh gerakan naik turunnya
gelombang didalam ruang udara tetap (Utami, 2010).
Gerakan naik turunnya air pada kolom osilasi diasumsikan sebagai piston
hidraulik. Piston ini selanjutnya menekan udara yang berfungsi sebagai fluida
udara. Udara yang bertekanan tersebut akan menggerakan turbin udara yang
selanjutnya menggerakan generator listrik (Utami, 2010).
Proses pengubahan dari energi gerak gelombang kepada energi potensial
tekanan udara berlangsung secara isothermis. Pendekatan ini dipilih karena dalam
proses kompresi ini dianggap tidak terjadi peningkatan temperatur yang berarti.
Besarnya kompresi tergantung kepada panjang langkah piston, sedangkan panjang
langkah piston dipengaruhi oleh tinggi gelombang (H) dan efisiensi absorsi
gelombang pada kolom osilasi (Utami, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.4
Perhitungan Energi Gelombang Laut Sistem OWC
Energi gelombang yang dapat dibangkitkan oleh pembangkit listrik
tenaga gelombang laut sistem OWC dan Pelamis ini dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.1) s/d (2.7) berikut :
�
1
Ep= 4 ��2 �� � ..........................................................................(2.1)
�
�
1
Ek = 4 ��2 �� � .........................................................................(2.2)
�
Maka energi total satu periode (Ew) adalah
Ew = Ep + Ek..............................................................................(2.3)
�
1
1
�
Ew = 4 ��2 �� � + 4 ��2 �� � ...................................................(2.4)
�
1
�
Ew = 2 ��2 .................................................................................(2.5)
Dengan kerapatan energi per m2 :
�
1
Ew = 2 ��2 � .............................................................................(2.6)
�
Daya yang dapat dibangkitkan :
P =
di mana
:
��
�
......................................................................................(2.7)
Ew = Energi Total Satu Periode (J)
Ep = Energi Potensial (J)
Ek = Energi Kinetik (J)
ρ = Massa Jenis Air (kg/m3)
ɑ = Amplitudo (m)
T = Periode Gelombang (s)
λ = Panjang Gelombang (m)
L = Perubahan Lebar Gelombang Dua Dimensi, tegak
lurus dengan arah rambat gelombang x, dengan satuan
(m)
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
gc = Faktor Konversi 1.0 kg.m/(N.s2)
Universitas Sumatera Utara
2.5
Penentuan Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Sistem Oscillating Water Column (OWC)
a. Tinggi Gelombang Laut
Tinggi gelombang yang dapat dimanfaatkan untuk PLTGL sistem
oscillating water column ini adalah gelombang yang selalu terbentuk sepanjang
tahun dengan tinggi minimal satu sampai dua meter. Gelombang yang sesuai
dengan kriteria tinggi tersebut adalah gelombang Swell dimana mengandung
energi yang besar.
b. Arah Datang Gelombang
Mulut konektor harus sesuai dengan arah datang gelombang, jika tidak
searah maka energi gelombang yang masuk akan berkurang sebab banyak yang
hilang akibat sifat refleksi, difraksi maupun refraksi pada gelombang.
c. Syarat Gelombang Baik
Gelombang baik adalah gelombang yang tidak pecah akibat pendangkalan.
Pada saat gelombang terpecah ada energi yang terbuang dimana masa air akan
mengandung gelembung udara sehingga mempengaruhi besar kerapatan massa.
d. Keadaan Topografi Lautan
Optimasi terhadap desain akhir PLTGL sistem owc dan pelamis
tergantung topografi kelautan atau barimetri disekitar lokasi. Apabila kondisi
dasar lautan atau permukaannya kurang memenuhi persyaratan maka dapat
dilakukan pengerukan atau penambalansebuah roda turbin mungkin terdapat satu
baris sudu gerak saja yang disebut turbin bertingkat tunggal, dan jika terdapat
beberapa baris sudu gerak disebut turbin bertingkat ganda.
2.6
Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
a. Turbin
Turbin adalah mesin penggerak awal, yang mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Dimana energi fluida kerjanya dipergunakan langsung
untuk memutar roda turbin. Pada turbin hanya terdapat gerak rotasi. Bagian turbin
yang berputar dinamakan stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak dalam
Universitas Sumatera Utara
rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang menggerakkan atau
memutar beban seperti generator listrik.
Gambar 2.4 Turbin (Wells Turbine) (Murdani, 2008)
b. Turbin Angin
Prinsip dasar kerja dari turbin udara (Gambar 2.5) adalah mengubah energi
mekanis dari tekanan udara menjadi energi putar pada turbin, lalu putaran turbin
digunakan untuk memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik.
Umumnya daya efektif yang dapat dipanen oleh sebuah turbin angin hanya
sebesar 50% - 70%. Sistem ini terdiri dari sebuah ruangan yang dibangun di tepi
pantai. Gerakan laut atau gelombang laut mendorong kantong udara sebuah
pemecah gelombang ke atas dan ke bawah. Kemudian udara akan melewati turbin
udara. Selanjutnya, ketika gelombang kembali ke laut, udara tadi akan beredar
melalui turbin pada arah yang sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Skema Turbin Angin (Murdani, 2008)
c. Generator
Generator (Gambar 2.6) adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
mengkonversi energi mekanis dari prime mover menjadi energi listrik. Generator
yang umum dipergunakan dalam sistem pembangkit adalah generator asinkron.
Secara garis besar generator terbagi atas stator dan rotor.
Gambar 2.6 Generator (Rodrigues Leao, 2005)
Universitas Sumatera Utara
d. Stator
Stator adalah bagian dari generator (Gambar 2.6) yang tidak bergerak.
Stator memiliki kumparan dan inti. Biasanya inti stator terbuat dari lembaranlembaran besi yang dilaminasi, kemudian diikat satu sama lain membentuk stator.
Laminasi dimaksudkan agar rugi akibat arus Eddy kecil. Pada stator terdapat
kumparan jangkar.
e. Rotor
Rotor adalah bagian dari generator (Gambar 2.6) yang bergerak atau
berputar. Ada dua jenis rotor pada generator asinkron yaitu :
•
Rotor Dengan Kutub Menonjol (salient pole)
Biasa dipakai pada mesin-mesin dengan putaran rendah atau menengah.
Kutub rotornya terbuat dari besi berlaminasi untuk mengurangi arus Eddy. Untuk
mesin yang besar, kumparan rotor seringkali dibuat dari kawat persegi.
•
Rotor Dengan Kutub Silinder
Biasa dipakai pada mesin dengan kecepatan tinggi. Untuk putaran rendah
biasanya rotor bulat ini diameternya kecil dan panjang. Kumparan rotor diatur
sedemikian rupa sehingga terdapat fluks maksimum pada suatu posisi tertentu.
Rotor dengan bentuk ini biasanya lebih seimbang dengan noise yang rendah.Pada
rotor terdapat kumparan medan. Arus searah untuk menghasilkan fluks pada
kumparan medan dialirkan ke rotor melalui cincin geser.
2.7
Sistem Pelamis
Sistem pelamis (Gambar 2.7) dikembangkan oleh ocean power delivery,
pada sistem ini terdapat tabung-tabung yang sekilas terlihat seperti ular yang
mengambang di permukaan laut sebagai penghasil listrik.Setiap tabung memiliki
panjang sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat segmen.
Setiap ombak yang melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder
tersebut bergerak secara vertikal maupun lateral. Gerakan yang ditimbulkan akan
mendorong piston diantara tiap sambungan segmen yang selanjutnya memompa
cairan hidraulik bertekanan melalui sebuah motor untuk menggerakkan generator
listrik.
Supaya tidak ikut terbawa arus, setiap tabung ditahan di dasar laut
menggunakan jangkar khusus. Prinsipnya menggunakan gerakan naik turun dari
Universitas Sumatera Utara
ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak naik turun pula di dalam
sebuah silinder.
Gambar 2.7 Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power
Delivery. Proyek komersial pertama dengan kapasitas 2,25 MW telah
dibangun di tengah laut 4,8 km dari tepi pantai Portugal
Alat ini terdiri dari beberapa bagian berbentuk silinder yang disambung.
Bagian-bagiannya, yang sebagian di bawah air digerakkan oleh gelombang.
Karena setiap bagian bergerak, mereka memompa minyak melalui motor yang
menghasilkan gerakan pada generator. Generator (Gambar 2.6) pada gilirannya
menghasilkan listrik. Meskipun perangkat Pelamis beroperasi pada efisiensi
15% saja, 30 bagian pelamis dapat mensuplai listrik untuk sebanyak 20.000
rumah.
Gambar 2.7.1 Bagian Internal Pelamis
Penjelasan mengenai bagian – bagian dari Pelamis adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Power Module
Ada empat power module, satu untuk tiap sendi. Power module ini bagian
yang seperti tubuh ularnya dan berupa tabung-tabung warna oranye. Di tabungtabung tersebut terdapat pembangkit listrik dan komponen pengkonversi energi.
Gambar 2.7.2 Power Module Pelamis
b. Universal Joints
Universal Joint (Gambar 2.7.3) adalah bagian yang memungkinkan si ular
laut melenggok-lenggok, seperti sendi dalam tubuh manusia. Setiap sendi
memiliki dua derajat kebebasan dengan 4 silinder hidrolis.
Gambar 2.7.3 Universal Joints
Universitas Sumatera Utara
c. Machine Connection and Anchoring System
Pembangkit ini memiliki jangkar untuk menahan diri agar tidak terbawa
arus laut. Pada bagian ini juga terdapat sistem elektrik yang bertujuan untuk
mendistribusikan listrik hasil konversi. Seperti dalam gambar di bawah, bagian ini
juga berguna untuk mendistribusi listrik menggunakan kabel bawah laut untuk
selanjutnya didistribusikan ke rumah penduduk.
Gambar 2.7.4 Machine Connection dan Anchoring System
2.8
Perhitungan Gelombang Laut
2.8.1
Panjang dan Kecepatan Gelombang Laut
Periode datangnya gelombang dapat dihitung menggunakan
persamaan yang disarankan oleh Nielsen (1986) dalam Utami (2010) sebagai
berikut:
T =
dimana :
3,55 * √�.....................................................(2.1)
T
= periode gelombang (s)
H
= tinggi gelombang (m)
Universitas Sumatera Utara
Dengan
mengetahui
perkiraan
periode
datangnya
gelombang
tersebut,selanjutnya kita dapat menghitung panjang dan kecepatan gelombang
dengan persamaan menurut Ross (1980) dalam Utami (2010) sebagai berikut:
� = 5,12 ∗ � 2 ...........................................................(2.2)
dimana :
�
T
=
panjang gelombang (m)
=
periode gelombang (s)
Maka, kecepatan gelombang yang datang dapat dihitung menggunakan
persamaan:
�
V = � ......................................................................(2.3)
dimana :
v
=
kecepatan gelombang (m/s)
�
=
panjang gelombang (m)
=
periode gelombang (s)
T
2.9.
Perhitungan Daya Listrik
2.9.1
Energi Listrik Metode OWC
Untuk menghitung energi listrik kita menggunakan rumus:
1
Ew = 4 ∗ w ∗ ρ ∗ g ∗ a2 ∗ λ...................................(2.4)
Kemudian,untuk menghitung daya listrik menggunakan rumus:
Pw = η ∗
Ew
T
1
Pw = η ∗ 4
...............................................(2.5)
∗w∗ρ∗g∗a 2 ∗λ
T
Universitas Sumatera Utara
dimana :
2.9.2
Ew
= Energi gelombang (J)
w
= Lebar chamber (m)
ρ
= Kerapatan air (kg/m3)
a
= Amplitudo (m)
Pw
= Daya listrik (W)
η
= Efisiensi (%)
Energi Listrik Metode Pelamis
Untuk menghitung energi listrik menggunakan rumus :
1
E = 8 ∗ ρ ∗ g ∗ H 2 ............................................................(2.7)
Untuk menghitung daya listrik menggunakan rumus :
ρ∗g 2
P = 64∗π ∗ H 2 ∗ T............................................................(2.6)
dimana :
2.10
P
= Daya listrik per satuan panjang (W/m)
ρ
= Kerapatan air (kg/m3)
g
= Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
T
= Periode gelombang (s)
H
= Tinggi gelombang (m)
Sistem Kanal (Tapered Channel)
Sistem Kanal atau Tapered Channel ini adalah sistem dimana gelombang
air laut masuk ke dalam bak penampung dengan ketinggian yang disesuaikan
yang melewati pintu meruncing dengan elevasi tertentu, kemudian air laut yang
telah ditampung dapat menggerakan turbin sehingga menghasilkan energi serta
daya listrik yang diperlukan. Sistem ini pertama kali dibuat di Toftestallen,
Norwegia (Gambar 2.10.1) pada tahun 1985, tetapi rusak akibat bencana badai
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 1988. Seiring perkembangan teknologi, sistem Kanal ini lebih cocok
digunakan di perairan Indonesia terutama Pantai Pulau Sumatera dan analisa
perhitungan energi dan daya listriknya sama dengan sistem Kolom Osilasi Air
yang bersifat on-shore. Tetapi karena efisiensi tidak diketahui akibat pembangkit
yang rusak, maka hasil yang didapat tidak seperti dua sistem sebelumnya.
Berikut adalah beberapa gambar untuk dimensi sistem Kanal (Gambar
2.10) :
Gambar 2.10 Model Dimensi Sistem Kanal
Sistem Kanal memiliki prinsip kerja seperti pembangkit listrik tenaga air
pada umumnya. Mempunyai tinggi dan elevasi pada dimensinya serta
menampung air yang masuk ke dalam bak penampung tertutup sehingga dapat
menggerakan generator atau turbin untuk menghasilkan energi dan daya listrik.
Sistem ini sekarang banyak digunakan juga sebagai penahan gelombang,karena
gelombang yang datang disimpan didalam bak penampung.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10.2 Pembangkit Listrik Sistem Kanal di Toftestallen, Norwegia
Universitas Sumatera Utara