Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Menjadi tua adalah sebuah proses yang biasa terjadi, sangat manusiawi
dan setiap manusia akan mengalaminya. Sejak lahir manusia terus berproses
menjadi tua. Dalam proses ini, perubahan demi perubahan terjadi dalam setiap
manusia, termasuk lingkungan juga mempengaruhinya. Tetapi reaksi setiap orang
berbeda-beda. Ada dua reaksi dalam memasuki masa lanjut usia. Pertama, melihat
masa tua sebagai hal yang menakutkan karena terjadi perubahan fisik. Terjadi
penurunan fungsi tubuh yang mempengaruhi seluruh hidup lanjut usia serta
lingkungan termasuk orang-orang disekitarnya mengalami perubahan dalam
merespon seseorang yang sudah tua. Kedua, melihat masa tua sebagai masa yang
menggembirakan karena tetap bertahan melewati berbagai persoalan dalam
dirinya maupun dari luar dirinya. 1
Masa lanjut usia yang harus terjadi pada setiap manusia, mengakibatkan
adanya perubahan dalam diri manusia itu sendiri. Perubahan berdampak pada diri
sendiri dan juga lingkungan dimana seseorang masuk dalam tahapan lanjut usia.
Nouwen dan Gaffney mengatakan bahwa masa lanjut usia seharusnya adalah
masa dimana seseorang menemukan kembali dirinya yang secara penuh karena
makna hidup yang sebenarnya adalah menghayati kehidupan dengan sungguhsungguh dan bersyukur. Sehingga menjadi tua tidak perlu disembunyikan atau


1

Dr. Kartono Mohamad, Di Atas 40 tahun (Sinar Harapan Jakarta cet-1 1983) 15 - 16

1

disangkal, namun dimengerti, diterima sebagai proses perkembangan kehidupan,
maka bertambahnya usia dapat menjadi suatu gerak menuju saat kepenuhan 2 .
Melihat lanjut usia sebagai sebuah gerak menuju kepenuhan akan menjadikan
seluruh kehidupan manusia berarti karena penurunan fisik tidak diartikan
kehilangan fungsi tetapi mendapatkan peran/fungsi dan tempat yang baru. Proses
menjadi hal yang menggembirakan karena setiap tahapan dalam kehidupan
manusia adalah bermakna.
Ketidaksiapan memasuki tahapan lanjut usia menimbulkan masalah baru
yang membuat lanjut usia tertekan dalam menjalani seluruh proses kehidupannya.
Masalah yang muncul dimulai dari penurunan fungsi tubuh, kesehatan yang
menurun, hidup monoton, terkurung di rumah, aktifitas yang terbatas
mengakibatkan lanjut usia mengalami ketertekanan, tidak sejahtera dalam
hidupnya.3 Hidup yang seharusnya mengalami pemenuhan di lanjut usia berubah
menjadi sebuah kehidupan yang menyedihkan karena lanjut usia tidak siap

menghadapi segala perubahan yang ada dalam dirinya. Persoalan utama bukan
pada perubahan yang terjadi pada lanjut usia tetapi lebih pada bagaimana lanjut
usia dapat menyesuaikan diri.
Cara pandang masyarakat juga sangat berperan dalam penerimaan lanjut
usia. Pandangan masyarakat yang mendukung lanjut usia : di satu sisi lanjut usia
memang merupakan proses penurunan alami yang terlihat dari penurunan fungsi
tubuh, perubahan mental dan psikis serta perubahan cara pandang terhadap lanjut
2

Henry J. M. Nouwen dan Walter J. Gaffney, Meniti Roda Kehidupan, (Kanisius, cet. 6, 2006),
11-15
3
Richard l. Morgan, Tetap Ceria Di Usia Senja (PT. BPK Gunung Mulia, cet-5 2004) 56 - 57

2

usia tentang apa yang diharapkan oleh lanjut usia dan apa yang diharapkan dari
lanjut usia. Lanjut usia memang mengalami kemunduran-kemunduran tetapi itu
tidak menjadi alasan bahwa lanjut usia buruk dan tidak berguna, karena justru
pada lanjut usia ada peningkatan dalam pengalaman hidup yang menjadikan lanjut

usia semakin bijaksana, kaya dengan pengalaman spiritual. Erikson mengatakan
bahwa ada 2 kecenderungan dalam fase akhir siklus kehidupan manusia, dengan
istilah “integritas” (integritas) dan “keputusasaan” (despair ). 4 Harapan setiap
manusia adalah tetap bermakna sampai masa tua. Tetapi yang sering terjadi justru
sebaliknya sehingga akhir kehidupan seseorang di masa lanjut usia menjadi tidak
bermakna, tidak bahagia. Semua bersumber dari diri lanjut usia itu sendiri serta
bagaimana lingkungan menerima mereka.
Pandangan masyarakat yang melemahkan keadaan lanjut usia, seperti yang
disebutkan dalam teori penarikan diri (disengagement theory) dan teori interaksi
sosial (social interaction theory), walaupun teori ini tidak bertujuan memojokkan
lanjut usia. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory) oleh Cumming dan
Henry mengatakan bahwa seseorang dianggap berhasil mengalami proses penuaan
apabila dapat menarik diri dari kegiatan terdahulu dan memusatkan pada diri
sendiri serta mempersiapkan diri menghadapi kematian. 5 Hal yang senada juga
dikatakan oleh Hurlock bahwa tugas lanjut usia berkaitan dengan kehidupan
pribadi dari pada kehidupan orang lain. Oleh sebab itu lanjut usia diharapkan
menyesuaikan diri dalam upaya perbaikan dan perubahan yang terjadi secara
4

Erik Erikson, He Life Cycle Completed: Review (New York, London: N. W. Norton & Company,

1985) 61 - 66
5
Hardywinoto, Tony Setiabudhi, Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai Aspek (Jakarta PT
Gramedia Pustaka Utama, 1999) 45

3

bertahap.6 Teori Interaksi Sosial (Social Interaction Theory) yang dikembangkan
oleh Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964), yang dikutip Hardywinoto
dan Setiabudhi mengatakan interaksi sosial didasarkan hukum pertukaran barang
dan jasa. 7 Dalam perspektif teori ini lanjut usia dapat menjadi kelompok yang
tersingkirkan karena ketika ia tidak mampu lagi melakukan tukar menukar jasa
dan barang atau dalam transaksi yang melampaui kemampuan lanjut usia.
Golongan manakah yang disebut sebagai lanjut usia? Sebutan lanjut usia
adalah bagi seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun keatas seperti yang
dinyatakan dalamUU No. 13 tahun 1998 Bab I Pasal I tentang kesejahteraan
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun, disebut sebagai lanjut usia.
Gladding (1996) mengutip pendapat Myers mengatakan bahwa usia 65 tahun
merupakan masa seseorang mulai berhenti dari pekerjaannya (pensiun). Tetapi
WHO (1989) memberikan batasan lanjut usia 60 tahun. Masa lanjut usia dibagai

tiga tahapan yaitu elderly age (60-75 tahun), old age (75-89 tahun), dan very old
(90 tahun ke atas)8.
Salah satu dampak dari kemajuan pembangunan adalah meningkatnya
umur harapan hidup seseorang semakin panjang. Akibatnya semakin banyak
orang yang lanjut usia. Dari data USA Bureau of the Celcius, diperkirakan
Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di dunia, antara
tahun 1990-2025 yaitu sebesar 414%. Menurut United State Buerau of the Sensus,
tahun 2020 Indonesia mengalami 14% pertambahan lanjut usia, dan itu
6

Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan (Jakarta, Erlangga, 1992) 375-383
Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan........................ 384
8
Yeniar Indriana, Gerontologi & Progeria (Pustaka Pelajar 2012), 3

7

4

menempatkan Indonesia sebagai nomor 4 dengan jumlah terbanyak lanjut usia

setelah RRC, India dan Rusia.

9

Data ini memberikan gambaran bahwa

pertambahan menimbulkan masalah baru dan harus ditangani dengan strategi
yang khusus untuk memenuhi pencapaian kesejahteraan lanjut usia. Persoalan
pertambahan lanjut usia ini tidak boleh diabaikan karena usia lanjut adalah bagian
dari keseluruhan perkembangan manusia, juga warga Negara Indonesia dan
anggota masyarakat maka tanggungjawab kesejahteraan lanjut usia adalah
tanggungjawab bersama antara Negara, masyarakat lembaga kerohanian, lembaga
social dan lembaga masyarakat lainnya serta lanjut usia itu sendiri sehingga
mampu menjawab kebutuhan mereka yaitu pencapaian kesejahteraan lanjut usia.
Dalam pencapaian kebutuhan lanjut usia, peran keluarga sangat besar sekali
karena keluarga adalah masyarakat terdekat bagi lanjut usia.
Lingkungan yang paling baik bagi lanjut usia adalah di tengah-tengah
keluarga bersama dengan anak dan anggota keluarga lainnya. Keluarga sebagai
unit sosialisasi pertama dan utama dalam masyarakat merupakan tempat
penanganan yang paling layak bagi lanjut usia, khususnya bagi mereka yang

membutuhkan perawatan dan perhatian khusus karena sakit penyakit. 10

Ini

menunjukkan keluarga menjadi komunitas yang terpenting bagi lanjut usia karena
satu, adanya dukungan emosional keluarga yang mendukung dalam keberhasilan
menangani

segala

permasalahan.

Dua,

lanjut

usia

dapat


mengalihkan

9

Slamento, Stress, Depresi serta Problema Psiko Sosial yang dialami Lansia, Lembaga-Lembaga
yang dimanfaatkan, dan Faktor Faktor demografik yang terkait (Pusat penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial-LPU UKSW, Salatiga, 1999) 1-2
10
Habibullah, Article “Who carer for the Extretumely Disabled Elderly? An Examination of their
condition in Rural Bihar”, 2013

5

pengalamannya pada seluruh anggota keluarga. Tiga, interaksi antar generasi
dapat berkesinambungan sehingga dapat melibatkan lanjut usia dalam
pembangunan. Empat, keluarga merupakan titik awal tumbuh kembangnya pola
pikir dan pola sikap yang tepat bagi lanjut usia. Lima, mengurangi beban
pemerintah dalam upaya menangani masalah lanjut usia. Ini membongkar dan
mengubah paradigma yang ada di tengah-tengah masyarakat bahwa lanjut usia
berarti tidak produktif khususnya dikalangan lanjut usia itu sendiri. Tetapi

kemajuan jaman menimbulkan perubahan pola pikir di tengah-tengah masyarakat.
Salah satu dampak negative yang muncul adalah sifat individualistic dengan
generasi muda.
Pemerintah juga menyadari bahwa peran keluarga sangat penting didalam
mengupayakan pemenuhan lanjut usia. Semua dimulai dari keluarga seperti yang
dinyatakan dalam UU RI No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
khususnya Bab I pasal 1 butir 6 yang mengatakan : “yang dimaksud dengan
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan
anaknya, ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anaknya beserta kakek dan atau
nenek.” 11 Keluarga menjadi bagian terpenting dalam kehidupan orang lanjut usia.
Fungsi keluarga bukan hanya sebagai penerus keturunan tetapi merupakan tempat
pendidikan pertama dan utama. Setiap anggota keluarga merupakan produsend
dan konsumen. Sehingga tiap anggota keluarga dibutuhkan dan saling
membutuhkan satu dengan yang lain.12 Artinya dalam keluarga orang lanjut usia

11

Hadi Setia Tunggal, (ed) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang :
Kesejahteraan Lanjut Usia (Jakarta: Harvarindo 1999) 4.
12

Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga (Widya Sari Press, 2004), 17

6

dibutuhkan dan membutuhkan orang lain. Tidak ada alasan bagi keluarga untuk
melihat anggota keluarga yang lain, khususnya orang usia sebagai anggota yang
‘kurang berfungsi’.
Persoalan orang lanjut usia juga terjadi di tengah-tengah keluarga suku
Simalungun. Menurut penulis yang menarik adalah bagaimana keluarga
Simalungun mengatasi persoalan yang muncul dalam keluagra di antar generasi.
Seperti yang sudah disebutkan bahwa tidak semua orang lanjut usia siap
memasuki babak akhir kehidupannya. Ketidaksiapan itu menjadi persoalan bagi
orang lanjut usia dan juga keluarga. Sullender mengatakan bahwa dalam budaya
berbagai subkultur dan sistem kekeluargaan akan membentuk ekspresi atau sikap
seseorang.13 Maka budaya dipakai sebagai ekspresi atau sikap untuk memenuhi
apa yang dibutuhkan oleh orang lanjut usia. Budaya Mambere namalum adalah
sikap yang dibentuk suku Simalungun, yang diwariskan turun temurun untuk
menghormati oarng tua (orang lanjut usia), dengan tujuan : (a) sebagai ucapan
syukur kepada Tuhan karena memberi umur yang panjang kepada orang tua, (b)
menunjukan rasa hormat dan terimakasih


kepada orang tua, 14 (c) memohon

berkat dari orang tua,15 (d) menyatakan pengharapan agar orang tua sehat-sehat
dan jauh dari bencana, (e) kadang-kadang dipakai juga untuk membagikan

13

R. Scott Sullender, Grief and Growth, (Paulist Press 1985) hlm 25
Gens G. Malau, Aneka Ragam Pengetahuan Budaya Batak, (Jakarta Yayasan Bina Budaya
Nusantara 2000), 120
15
J. C. Vergouwen, Masayarakat dan Hukum Adat Batak Toba, (Yogyakarta : LKIS 2004), 103-113

14

7

warisan kepada keturunannya,

(F) orang tua sudah kritis dan mendekati

kematian16 (hanya beberapa)
`

Dengan tujuan ini maka mambere namalum diharapkan dapat menjadi

penyembuh dan bentuk dukungan kepada orang lanjut usia.17 Mambere namalum
ini biasanya diberikan kepada orang tua yang sudah memiliki cucu. Karena
seseorang yang sudah punya cucu dianggap sudah tua dan layak untuk menerima
makanan namalum. Tetapi bisa juga terjadi, makanan namalum itu diberikan pada
orang tua yang sedang sakit sehingga ada pengharapan orang tua segera sembuh.
Jika yang terjadi justru sebaliknya, maka mambere namalum itu merupakan
penghormatan dan rasa terimakasih anak kepada orang tua yang terakhir.
Pelaksanaan mambere namalum dilakukan dengan memakai simbol
makanan dan minuman. Menurut Cabrera masyarakat Asia umumnya dikenal
dengan sikap sentimental dalam hubungan interpersonal. Semacam sensitifitas
dalam prilaku dan emosi dalam lingkungan sehingga kuat berkomunikasi dengan
metafor yang khas, yang diwariskan turun temurun. Pengaruh animisme sangat
besar sehingga dalam tugas sebagai konselor mempengaruhi tugas seorang
konselor di Asia.18 Melalui makanan dan minuman ada makna yang dipahami
dan diterima secara bersama-sama yang terus menerus diwariskan dalam setiap
generasi. Sehingga makan dan minuman juga merupakan simbol dari adanya
16

Lothar Schreiner : Adat dan Injil: perjumpaan adat dengan iman Kristen di Tanah Batak,
(Jakarta BPK Gunung Mulia 1994), 189
17
Ward Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Kanisius, BPK Gunung
Mulia, 2002) 18
18
Alfredo P. Cabrera : Pastoral Care and Counseling in Pluralistic Society ; Metapor: Timeless Tool
In Counseling For Asian People (Fifth Asia Conference on Pastoral Care and Counselling, 1993),
75-76

8

keterkaitan prilaku serta keyakinan dimasa lalu dengan kehidupan sekarang.
Alexander dan Susman mengatakan bahwa makanan dan minuman sangat terkait
erat dengan identitas individu dan kelompok. Oleh karena itu makanan dan
minuman adalah penanda tambahan identitas etnis tertentu. Juga menunjukkan
adanya kesinambungan hubungan masa lalu dan sekarang, dimana proses
akulturasi diungkapkan oleh anggota kelompok tertentu.19
Tahapan lanjut usia dimana terjadi penurunan fisik, dapat berdampak pada
kehidupan orang lanjut usia secara keseluruhan. Ketika orang lanjut usia siap
mamasuki usia senja maka hidup tetap bermakna baginya. Tetapi ketidaksiapan
mengakibatkan masa lanjut usia menjadi kehidupan yang menyedihkan,
kehidupannya tercabik. Oleh sebab itu dibutuhkan pendampingan pastoral yang
membantu orang lanjut usia dapat mencapai kepenuhan hidup. Melalui
pendampingan dan konseling pastoral yang bertujuan untuk mengutuhkan
kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya, yakni fisk, sosial, mental,
dan spiritual. 20 Mambere namalum dalam suku Simalungun bertujuan agar
kehidupan orang lanjut usia menjadi utuh karena keluarga mendukung serta
menempatkan mereka pada posisi tertinggi dalam keluarga.
Dalam mambere namalum anak dan cucu dari orang lanjut usia
memberikan rasa hormat, permohonan maaf, terimakasih, meminta nasehat, minta
didoakan orang tua lanjut usia. Peran orang lanjut usia diyakini sebagai Tuhan
“yang kelihatan” sehingga orang lanjut usia tetap pada posisi tertinggi, dihormati
19

Charlene M. Alexander & Lynn Sussman, Handbook of Multicultural Counseling: Creative
Approaches to Multicultural Counseling (Sage Publication. Inc, 1995), 378-380
20
Aart Van beek, Pendampingan Pastoral (BPK Gunung Mulia, cet-5, 2016) hlm 16

9

dan dihargai. Keadaan ini menjadikan orang lanjut usia memiliki peran yang
penting sekali bagi kehidupan anak-anak dan cucu. Ada nilai yang dapat menjadi
sumber makna hidup yang diperoleh dari nilai kreatif ( creative values), nilai
pengalaman (experience values) serta nilai sikap (attitudinal values). 21 Dengan
adat ini diharapkan lanjut usia mendapatkan jati dirinya secara utuh, menemukan
makna hidup, tujuan hidup dan penghargaan atas dirinya sendiri. Ini berkaitan
dengan pola pikir, mengubah prilaku serta mengubah penderitaan menjadi bahagia
sehingga memiliki makna hidup dalam kepenuhan.22
Dalam pencapaian kebahagiaan sampai masa lanjut usia, peran keluarga
sebagai bagian dari kehidupan orang lanjut usia sangat penting karena proses
kehidupan serta pemaknaannya terjadi ditengah-tengah keluarga. Memakai
pengalaman hidup dan nilai budaya dari konseli, baik individu maupun kelompok,
sangat penting untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh. Dalam hal ini
budaya dipakai sebagai sebuah strategi yang berperan untuk penyembuhan dan
menyeimbangkan nilai individu dan kelompok dalam sisitem budaya yang ada. 23
Individu dalam masyarakat memilki identitas yang bersumber dari satu kultur atau
beberapa kultur. Dampaknya adalah kultur seseorang atau sekelompok orang
terlihat dalam relasi, masalah emosi dan prilaku serta pemahaman tentang hidup.
Kultur tersebut ditemukan dalam simbol yang diwariskan secara turun temurun
untuk berkomunikasi, bertahan hidup dan mengembangkan pengetahuan tentang

21

Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling (Kanisius 2014) 5-6
Jacob Daan Engel, Model Logo Konseling untuk memperbaiki Low Spiritual Self-Esteem (Kanisius
2014)13-14
23
Derald Wing Sue & David Sue, Counseling The Cultural Diverse, Theori and Practice (John Wiley
& Sons, Inc, 2003)16-18
22

10

hidup. Aspek penting yang terkait didalamnya adalah konsep realitas, memahami
diri, konstruksi moral, konsep waktu, nilai penting tempat.24
Penulis melihat bahwa mambere namalum yang dilakukan oleh suku
Simalungun diberbagai tempat memiliki tata cara yang diatur oleh kebijakan
pengetua adat setempat. Oleh sebab itu yang menjadi batasan masalah adalah
penulis akan melihat bagaimana mambere namalum dapat menjadi pendampingan
dan konseling pastoral budaya untuk orang lanjut usia, dan pemahaman
masyarakat akan nilai-nilai hidup yang ada pada adat mambere namalum yang
dilakukan di desa Nagori. Dalam pelaksanaan mambere namalum, semua anggota
keluarga harus berdamai untuk bermusyawarah mengambil kesepakatan dalam
pelaksaaannya. Oleh sebab itu, konseling pastoral dilakukan sebelum pelaksanaan
mambere namalum dengan tujuan agar semua pihak berdamai. Pintu masuk
mambere namalum adalah perdamaian semua anggota keluarga sehingga dapat

memenuhi syarat yang utama.
Pemenuhan kebutuhan pada lanjut usia belum secara serius dilayani oleh
gereja. Terlihat dari belum ada pelayanan khusus untuk orang lanjut usia.
Theodore Wedel mengatakan bahwa hal seperti ini merupakan masalah abadi
yaitu ketidak-relevanan gereja pada situasi. GKPS dalam hal ini melihat
pelayanan pada orang lanjut usia belum terbuka karena sifat pelayanan masih
‘kebijakan’. Sehingga ada kesenjangan antara gereja GKPS dengan orang lanjut
usia. Kondisi ini melumpuhkan GKPS untuk ‘menterjemahkan Injil dalam situasi
yang relefan dengan kondisi orang lanjut usia. Sehingga pendampingan dan
24

John McLeod, Pengantar Konseling : teori dan studi Kasus, (273-290)

11

konseling pastoral dalam upaya pemenuhan kebutuhan orang lanjut usia masih
tertinggal jauh.25
Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan pertanyaan penelitian adalah
bagaimana mambere namalum untuk pemenuhan kebutuhan lanjut usia sebagai
pendampingan dan konseling pastoral berbasis budaya? Pertanyaan tersebut
dijabarkan dalam dua sasaran pencapaian penelitian, yaitu : a) bagaimana asal
usul, pelaksanaan dan pemaknaan mambere namalum dalam masyarakat Nagori
dikaji dari perspektif pastoral? b) bagaimana kajian tersebut menghasilkan
landasan filosofis dan nilai spiritual mambere namalum sebagai pendekatan
konseling dan pendampingan pastoral berbasis budaya? Rumusan masalah dan
pertanyaan penelitian tersebut untuk mencapai tujuan

penelitian, yaitu a)

mengkaji asal usul, pelaksanaan dan pemaknaan mambere namalum dalam
masyarakat Nagori; b) mengembangkan mambere namalum sebagai pendekatan
pendampingan dan konseling pastoral berbasis budaya.
Manfaat Penelitian
Dengan menjawab dan mengkaji mambere namalum sebagai pendampingan
dan konseling pastoral berbasis budaya maka akan membantu masyarakat Nagori
memahami kekayaan nilai falsafah hidup yang ada pada mambere namalum serta
pemenuhan kebutuhan orang lanjut usia. Juga menjadi sebuah alat pastoral yang
dapat dilakukan oleh suku Simalungun, khususnya Gereja Kristen Protestan
Wedel & Howe e gataka bahwa gereja seharus ya e terje ahka i jil sesuai de ga
kondisi yang ada. Dalam kaitannya dengan pendampingan pastoral maka injil adalah dasar untuk
Pendampingan pastoral yang menjadi alat yang dipakai gereja untuk memberi kesembuhan pada
umat yang terluka....Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, hlm 17

25

12

Simalungun (GKPS) untuk memenuhi kebutuhan orang lanjut usia sehingga hidup
tetap bermakna sampai akhir batas kehidupan. Secara luas penulis berharap dapat
memberikan kontribusi bagi orang Simalungun.

Kontribusi tersebut untuk

memperkaya dan mempertajam makna mambere namalum dalam perspektif
pastoral yang dapat dijadikan model pelayanan pastoral untuk orang lanjut usia.
Selain itu, persoalan yang muncul pada orang lanjut usia menjadi sebuah
tanggungjawab

bagi

penulis

sebagai

pelayan

untuk

dapat

melakukan

pendampingan dan konseling agar setiap manusia sejak lahir sampai masa tua
tidak mengalami penurunan makna hidup. Sekaligus sebagai upaya untuk
memberdayakan keluarga Simalungun agar memahami dan memiliki kesiapan
untuk hidup bersama dengan orang lanjut usia, saling mendukung dalam
pemenuhan kebutuhan hidup. Juga sebagai jembatan untuk mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama study di Univeritas Kristen Satya Wacana agar berguna
bagi masyarakat.
Metode Penelitian
Upaya menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam
penelitian

ini,

dan

memenuhi

sebuah

karya

ilmiah

yang

dapat

dipertanggungjawabkan, make penulis akan melakukan penelitian di lapangan.
Penulis memakai pendekatan kualitatif, karena sifat data kualitatif mendetail,
berdasarkan data yang ada, nyata, hasilnya menyangkut pengertian, konsep serta
melekat pada objek penelitian menyajikannya dalam bentuk kata-kata, bukan pada

13

angka.26 Hasil penelitian akan di deskripsikan sehingga mendapatkan gambaran
secara sistematis, akurat dan factual yang bersumber dari fakta-fakta penelitian.27
Pengumpulan data dilakukan penulis dengan cara wawancara terbuka
sehingga tidak membatasi informan menyampaikan pemahaman mereka tentang
orang lanjut usia dan adat mambere namalum sehingga dalam proses wawancara
tidak merasa canggung. Pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu, misalnya

orang tersebut dianggap dapat menjadi sumber yang akurat untuk memenuhi
kebutuhan dari penelitian. Atau dia penguasa sehingga memudahkan peneliti
mejelajahi situasi sosial yang diteliti. 28 Untuk memenuhi pencapaian penelitian,
wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh gereja, pemerintah
dan masyarakat Nagori yang melakukan mambere namalum, sebagai penerima
dan pemberi. Alasan penulis memilih desa Nagori adalah masyarakat masih aktif
melestarikan adat mambere namalum. Desa Nagori merupakan tempat asal usul
penulis sehingga sejak kecil penulis telah berpartisipasi dalam adat mambere
namalum. Selanjutnya, di Nagori hanya ada satu agama dan satu gereja yaitu

GKPS sehingga seiring perkembangan apakah dimungkinkan GKPS Nagori
melihat peluang untuk menjadikan mambere namalum sebagai pendampingandan
konseling pastoral bagi warganya, dalam perkembangannya untuk semua suku
Simalungun.

26

Prof. DR. H. Kaelan, M. S., Matode Penelitian Kualitatif (Paradigma Yogyakarta 2012) 4-6
Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) 54
28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, cet-20, 2014),
300-301

27

14

Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab satu: Pendahuluan
penelitian. Bagian ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan alasan penelitian, metode dan manfaat penelitian sebagai pintu masuk dalam
kajian yang diteliti. Bab dua : Pada bab ini penulis akan memaparkan teori
pendampingan dan konseling pastoral sebagai teori primer. Teori ini akan dipakai
penulis untuk menganalisa gagasan mambere namalum dalam perspektif
pendampingan dan konseling pastoral berbasis budaya. Bab tiga : bagian yang
memuat gambaran umum lokasi penelitian dan temuan penelitian yang meliputi
pendeskripsian asal usul, pelaksanaan dan pemaknaan mambere namalum di
Nagori. Bab empat : pada bagian ini penulis akan mengkaji asal usul, pelaksanaan
dan pemaknaan mambere namalum dari perspektif pastoral. Bab lima : penulis
memaparkan tentang membere namalum sebagai pendekatan pendampingan dan
konseling pastoral. Bab enam berisi Kesimpulan dan Temuan Hasil Penelitian.
Penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan hasil penelitian serta
saran-saran berupa kontribusi serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

15

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rambu Solo' Sebagai Tindakan Pastoral T2 752011033 BAB I

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB VI

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB V

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB IV

0 1 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunjuitam: Kumpul Keluarga sebagai Pendampingan dan Konseling Kedukaan T2 752016016 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB V

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB I

0 2 13