Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB V

BAB V.
Mambere Namalum Sebagai Pendekatan Pastoral Berbasis Budaya

Berdasarkan temuan dan hasil kajian pastoral terhadap asal usul mambere
namalum serta landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual membere namalum,

dimana selanjutnya akan dipakai menjadi sebuah pendekatan pendampingan
pastoral berbasis budaya.
A. Landasan filosofis
Setiap tindakan manusia didasari oleh motifasi yang ada dalam dirinya.
Motivasi dapat bersifat negatif dalam pengertian tindakan tersebut tidak
membawa ke arah yang baik atau penghancuran. Atau tindakan yang mampu
mempengaruhi diri sendiri dan orang lain ke arah yang lebih baik. Sebelum
bertindak selalu ada motifasi sebagai penyebab dari sebuah tindakan disadari atau
tidak. Dalam filosofi habonaron do bona yang artinya kebenaran nya pangkal,
merupakan falsafah yang mendasari semua tindakan dan cara berfikir orang
Simalungun. Pemikiran yang benar serta diwujudkan dalam tindakan yang benar
akan menghasilkan kehidupan yang benar bagi sipelaku.
Tindakkan yang benar pada diri sendiri akan dirasakan oleh unit terkecil
dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga relasi dibangun diatas
kebenaran sehingga tiap anggota keluarga dapat melakukan perannya masingmasing. Saling memberlakukan kebenaran pada diri sendiri dan orang lain

menjadikan keluarga dapat melakukan tugas dan fungsinya masing-masing.
Mambere namalum merupakan sebuah tindakan atau prilaku yang benar.
119

Memberlakukan mambere namalum berarti melakukan sebuah tindakan yang
benar kepada orang tua. Disebut benar karena menempatkan orang tua pada posisi
tertinggi

sehingga rasa hormat dan menghargai diberikan anak dan cucu

merupakan sikap yang benar. Sikap yang benar ini akan menghasilkan sebuah
kehidupan yang benar dimana diberlakukan riah do saud ni horja, ase malum,
ase taratur, ase gabur janah siang, ase manggargar janah marminak, matobu
goluh on, goluh namataboh janah ase borsih. Dengan memberlakukan semua ini

maka orang tua menjadi sumber dari nilai-nilai spiritual bagi anak dan cucu.
Sehingga ketika orang menjadi tua, mengalami penurunan fisik maka nilainya
bergeser dari fungsi fisik menuju kepada hal-hal spiritual yang menghidupkan dan
yang dibutuhkan untuk menghidupkan anak dan cucu. Penurunan fisik tidak
menjadi alasan bagi orang lanjut usia untuk ditinggalkan. Justru masa lanjut usia

adalah waktunya untuk ditempatkan pada posisi tertinggi dalam keluarga karena
menjadi sumber hidup bagi anak cucu. Keterbatasan fisik dialami pada tahapan
lanjut usia tetapi hikmat dan sumber hidup ada pada mereka. Pengalamannya
memberi nilai tertinggi dalam keluarga sehingga ketika ia ditempatkan sebagai
sumber hikmat, sehingga ia menerima penghormatan, penghargaan, kepedulian
dan kasih dari anak cucu. Semua ini menjadikan orang tua tidak hidup dalam
kesepian dan ditinggal karena ia berkarya sampai akhir kehidupan. Semakin tua
seseorang, semakin bernilai spiritual dalam keluarga.
Sikap benar anak cucu dalam keluarga dengan menempatkan orang tua pada
posisi tertinggi

melalui adat mambere namalum juga berdampak dalam

kehidupannya. Tindakan ini merupakan bagian dari penghidupan habonaron do
120

bona dalam keluarga. Memperlakukan orang tua dengan diinginkan bagi anak

cucu adalah hidup sehat, berumur panjang dan diberkati. Semua ini diawali dari
tindakan yang benar kepada orang tua. Artinya jika orang lanjut usia dihargai dan

dihormati melalui mambere namalum maka orang tua akan mendukung kehidupan
anak dan cucu secara spiritual. Anak dan cucu harus selalu hidup dalam hormat
dan menghargai orang tua selama mereka hidup sehingga kehidupan keluarga ada
dalam kebenaran. Disamping itu juga menempatkan orang tua pada posisi
tertinggi merupakan wujud dari rasa terimakasi dan hormat serta ketaatan anak
cucu dalam pelaksanaan firman Tuhan yaitu Hukum Taurat ke 5 : ‘hormatilah
ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan Tuhan Allah

kepadamu”. Pelaksanaan mambere namalum bukan hanya pelaksanaan adat
tetapi menjadi bagian dari iman. Dengan demikian habonaron do bona dalam
keluarga adalah dengan memberlakukan kebenaran itu pada tiap-tiap anggota
keluarga. Dengan kebenaran maka fungsi dan peran tiap anggota keluarga dapat
memenuhi apa yang menjadi kebutuhan tiap individu dalam keluarga, khususnya
bagi orang lanjut usia.
Setiap manusia merindukan hidup selalu bermakna, merasakan kedamaian dan
sejahtera sampai akhir kehidupan. Khususnya bagi orang lanjut usia, penurunan
fisik tidak menjadi alasan baginya ditinggalkan. Justru yang seharusnya adalah
semakin tua usia seseorang, semakin memiliki posisi tertinggi dalam keluarga.
Ketika keluarga melihat lanjut usia dari ukuran fungsi atau produktif, maka
muncul alasan untuk meninggalkan karena dianggap tidak berfungsi atau tidak

produktif. Keadaan ini mendatangkan kesedihan bagi orang lanjut usia sehingga
121

tidak bermakna sampai batas akhir kehidupannya. Keadaan ini menjadikan
kekuatan yang dimiliki keluarga berkurang. Keluarga menjadi kuat ketika semua
anggota keluarga saling mendukung untuk bertumbuh bersama ke arah yang lebih
baik. Dengan mengabaikan atau meninggalkan orang lanjut usia maka keluarga
sedang mengalami krisis identitas dan kekuatan dalam segala bidang kehidupan.
Pelaksanaan mambere namalum tidak hanya sekali, tetapi dilakukan secara
berulang-ulang dalam tradisi paabingkon pahompu, palahou boru, das sura-sura,
ma dokah lang pajumpa dan borit boritan. Menunjukkan adanya pengulangan

untuk mengingatkan setiap anggota keluarga akan fungsinya masing-masing,
adanya peneguhan diantara anggota keluarga, kesempatan untuk memperbaiki
hubungan yang rusak, menjalin hubungan yang lebih akrab, saling kenal satu
dengan yang lain, khususnya menghargai dan menghormati orang tua. Tindakkan
berulang ini juga merupakan pendidikan dalam keluarga yang harus terus
dilaksanakan dan diwariskan pada anak cucu, sebagai pengikat dan pembaharu
dalam keluarga. Mambere namalum menjadi identitas masyarakat Simalungun
dalam mendidik anggota keluarga dalam kebenaran serta berwujudan hidup dalam

habonaron do bona.

Keluarga sebagai unit masyarakat kecil, segala tindakan dan tutur kata
haruslah berdasar pada kebenaran. Ini menjadikan identitas keluarga Simalungun
menjadi kuat karena setiap anggota masyarakat menghidupkan nilai spiritual dari
bonaron do bona melalui mambere namalum. Pelaku kebenaran menjadikan

kehidupannya selalu ada pada jalur yang benar sehingga menghasilkan hal-hal
yang baik bagi dirinya maupun bagi orang lain dan masyarakat luas. Praktek
122

habonaron do bona yang dimulai dari diri sendiri, berlanjut dalam keluarga serta

masyarakat luas. Semua dasar tindakan kepada
kebenaran.

manusia harus dimulai dari

Dengan kebenaran kekurangan dapat diketahui dan diperbaiki,


kerusakan dapat dihindari serta bila kerusakan terjadi maka ada dasar atau pondasi
untuk kembali kepada hidup yang benar. Kebenaran akan membawa kehidupan
seseorang dalam tindakannya menjadi pendamping bagi orang lain yang sedang
membutuhkan pertolongan karena suatu hal atau penyebab lainnya. Dengan kata
lain kebenaran adalah dasar dalam melakukan tindakan dan berelasi dengan orang
lain, baik dalam relasi yang singkat maupun jangka panjang. Relasi dalam
kebenaran berlaku untuk semua manusia, sehingga habonaron do bona
menawarkan sebuah relasi yang benar bagi setiap menusia melampaui agama,
budaya dan ras. Dalam habonaran do bona ada bahasa universal yang dapat
menyatukan semua manusia sehingga sekat-sekat dapat ditembus yaitu tindakan
yang benar. Manusia yang dalam hidupnya didasari oleh kebenaran akan mampu
berelasi dengan semua manusia tanpa sekat. Sehingga kebenaran adalah bahasa
universal untuk sebuah tawaran persaudaraan sesama manusia dan dalam bersikap
pada alam semesta. Sehingga bersikap benar dalam memperlakukan orang lain
sekaligus memberlakukan alam semesta dengan benar.
B. Nilai Spiritual
Sebagai pegangan hidup habonaron do bona sangat kaya akan nilai kehidupan
yang dapat dipraktekkan dalam keluarga Simalungun, yaitu riah do saud ni horja,
malum ma na milas na mohop, ase atur, gabur janah siang, matobu, marminak,
mataboh dan borsih. Nilai-nilai ini dapat dijadikan pedoman dan etika dalam

123

berelasi dengan orang lain melampaui sekat agama, ras dan yang lainnya. Dengan
habonaron do bona, masyarakat Simalungun memiliki kesempatan menawarkan

persaudaraan universal kepada sesama bahkan kepada alam semesta. Persaudaraan
universal yang memiliki kebersamaan untuk hidup dalam keharmonisan, bersatu
serta menjunjung tinggi Pancasila menuju kepada kehidupan yang adil, sejahtera
dan makmur.
Kehidupan yang berpangkal dari kebenaran akan mendatangkan kebaikkan,
sehingga habonaron do bona yang merupakan falsafah hidup orang Simalungun
dilaksanakan dalam kehidupan berkeluarga melalui mambere namalum. Nilainilai spiritual untuk memenuhi kebutuhan orang lanjut usia yaitu :
1. Riah do saud ni horja , artinya berdamai untuk musyawarah. Prinsip dalam

pelaksanaan mambere namalum adalah berdamai. Dalam kehidupan
berkeluarga sering rentan terhadap konflik, yang dapat bersumber dari
semua anggota keluarga. Oleh sebab itu, dibutuhkan hati yang damai,
tanpa luka batin sebelum melakukan mambere namalum. Riah do saud ni
horja menjadi penyembuh bagi semua anggota keluarga sebelum


mencapai kesepakatan. Semua pihak harus sembuh, anak dengan anak dan
anak dengan orang tua agar dapat membicarakan pelaksanaan mambere
namalum
2. Sipanganon namalum sebagai simbol dari magou ma na milas na mohop,

artinya hilanglah yang panas. Interaksi dalam keluarga sering sekali
diwarnai oleh konflik yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan satu
124

dengan yang lain. Dalam keluarga sering dijumpai anak dengan anak
bermasalah, atau orang tua dengan anak dan menantu bermasalah,
menantu dengan menantu bermasalah. Oleh sebab itu, ungkapan magou
ma na milas na mohop berarti hilanglah segala yang menggangu hati dan

pikiran. Mambere namalum berfungsi untuk memulihkan semua anggota
keluarga dan memperbaiki hubungan yang rusak menjadi hubungan yang
baik. Melalui mambere namalum ada kesempatan pemulihan sehingga
masuk dalam hubungan baru yang saling memperbaiki diri.
3. Ase atur, atau supaya teratur, merupakan simbol dari hidup yang penuh


dengan keteraturan. Harapan dalam keteraturan adalah teratur dalam
tingkah laku, dalam percakapaan dan dalam pengaturan hidup. Orang tua
diharapkan menjadi contoh bagi anak cucu sehingga hidup mereka harus
teratur. Hidup dalam keteraturan mendatangkan sukacita . Keteraturan
hidup orang tua dalam tutur kata dan sikap menjadi bentuk bimbingan
kepada anak dan cucu.
4. Nitak gabur-gabur dan atau nitak siang siang, artinya dengan memakan

nitak diharapkan orang tua sehat sehingga dapat mendoakan, menuntun
dan membimbing anak serta cucu. Juga konflik yang pernah terjadi harus
dilupakan sehingga orang tua dapat ‘melihat’ anak cucu dengan terang
atau tulus. Diharapkan juga anak cucu mendapatkan rejeki yang baik,
seperti disebutkan gabur-gabur, ungkapan dari tanah yang subur.
Ditambahkan tolor na irobus, atau telur rebus, simbol ketertutupan dan
setelah dibuka dapat dilihat iisinya serta enak untuk dimakan.
125

Menunjukkan hubungan yang tertutup karena dihalangi oleh luka hati
telah diganti menjadi terbuka, sehingga hubungan menjadi baik, indah.
Dalam hubungan yang indah ini orang tua memelihara atau mengasuh

kehidupan anak dan cucu sehingga dapat mengembangkan potensinya.
5. Pisang siminak atau pisang berminyak, merupakan harapan hidup yang

semakin baik, sehingga berminyak, tanda sukacita. Juga seperti pisang
yang berkembang maka kehidupan anak cucu juga mengalami
perkembangan. Semua ini tercapai jika orang tua mendukung kehidupan
anak dan cucu
6. Tobu atau tebu, memberi rasa manis, pengharapan yang terkandung

didalamnya adalah seperti tebu yang semakin tua semakin manis, maka
kehidupan orang tua, anak dan cucu semakin lama semakin manis karena
keharmonisan dalam keluarga serta ekonomi yang semakin manis atau
meningkat. Dalam hal ini, penulis menambahkan bahwa keharmonisan
keluarga merupakan fungsi pastoral dari membere namalum untuk
mencapai hidup yang manis, indah.
7. Kalapa mumbang atau kelapa muda, sifat kelapa selalu diatas jika dalam

air menandakan harapan bahwa kehidupan keluarga akan selalu diatas
dalam segala hal. Kelapa juga memiliki sifat semakin tua semakin
berminyak, sepeti itulah kehidupan orang tua diharapkan semakin tua

semakin berhikmat sehingga sumber keteladanan bagi anak dan cucu.
Penulis melihat bahwa keteladanan juga merupakan bagian dari fungsi

126

pastoral mambere namalum karena dalam keteladanan ada praktek hidup
yang benar.
8. Anggir uttei atau jeruk purut, merupakan simbol kebersihan. Dengan

memandikannya maka orang tua bersih sehingga sehat dan dengan
meminumnya pikiran yang menggangu akan hilang sehingga pikiran
menjadi bersih atau tenang. Dalam kondisi sehat fisik dan psikis menjadi
orang tua mampu mengutuhkan dirinya dan semua anggota keluarga.
Melalui temuan di lapangan, penulis menemukan 8 nilai dalam mambere
namalum dalam upaya pendampingan untuk pemenuhan hak orang lanjut usia,
yaitu menyembuhkan, mendukung, membimbing, memulihkan, memelihara atau
mengasuh, mengutuhkan serta dua nilai yang ditambahkan : keteladanan dan
keharmonisan.
C. Desain Pendekatan Pastoral Mambere Namalum
Dari konteks teoritis dan landasan filosofis yang melahirkan nilai-nilai spiritual
maka desain pastoral mambere namalum dideskripsikan sebagai berikut

127

Bagan 1: Desain Pendekatan Pastoral Mambere Namalum

128

Bagan diatas menempatkan teori pendampingan dan konseling pastoral
sebagai teori utama. Teori pendukung lainnya adalah pendampingan berbasis
budaya. Semua landasan teori tersebut dipakai untuk menyoroti landasan filosofis
dari mambere namalum yaitu habonaran do bona. Dalam pengkajian secara
pastoral ditemukan adanya nilai – nilai spiritual yaitu riah do saud ni horja,
malum na milas na mohop, ase atur, gabur janah siang, matobu goluh, marminak
janah manggargar, mataboh dan borsih. Adapun pendekatan dan teknik pastoral
mambere namalum adalah riah do saud ni horja (berbicara), mambere namalum

(memberikan yang menyembuhkan), tonggo lao mangan (doa mau makan), rup
mangan (makan bersama), tonggo dop mangan (doa setelah makan), mangulosi

(memberi ulos) dan parsahapan (percakapan). Pendekatan dan teknik itu dipakai
untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia sekaligus memecahkan masalah yang
terjadi dalam keluarga, yaitu :
1.

Menyembuhkan untuk musyawarah

Konflik yang terjadi dalam keluarga menjadikan komunikasi terputus
sehingga sulit untuk berbicara dalam rangka menyelesaikan persoalan. Keadaan
ini mengakibatkan sulitnya memenuhi kebutuhan orang lanjut usia. Karena itu
dalam teknik riah do saud ni horja , yang diutamakan adalah membuka
komunikasi yang bersifat terbuka, penerimaan diri sendiri dan anggota keluarga.
Proses percakapan menjadi penyembuhan dengan sesama anggota keluarga.
Setiap anggota keluarga yang memiliki keinginan untuk melakukan mambere
namalum menjadi konselor bagi anggota keluarga yang lain. Juga adat menjadi

kontrol atau menjadi pendamping yang mendorong dan memberikan kekuatan
129

kepada semua anggota keluarga untuk berbicara. Dengan berbicara maka proses
penyembuhan setiap anggota keluarga sedang berlangsung, karena semua pihak
menyadari bahwa kesembuhan harus dilakukan dan diperjuangkan oleh setiap
anggota keluarga sebelum mambere namalum dilakukan. Langkah untuk
mewujudkan teknik riah do saud ni horja yaitu
a. Adanya kerinduan untuk hidup dalam relasi yang baik dalam keluarga
sehingga memunculkan pemikiran tentang keadaan anggota keluarga yang
lain. Dengan memfokuskan pada upaya penyembuhan maka yang
dilakukan adalah memahami kondisi setiap anggota keluarga. Sehingga
dimulai komunikasi verbal dengan melakukan percakapan langsung
maupun dengan handphone atau sapaan dan non verbal yang dimulai
dengan bahasa tubuh, misalnya senyum, mengangguk ketika bertemu
dengan anggota keluarga yang lain.
b. Berkunjung sebagai bentuk dari kehadiran dalam hidup mereka.
Perkunjungan untuk menyampaikan kepada anggota keluarga lain kesediaan
untuk berbagi rasa sekaligus melihat apakah kehadiran dapat memecahkan
kekakuan hubungan, apakah merasa tertanggung karena tidak siap dengan
kehadiran kita
c. Berbagi informasi tentang keadaan semua anggota keluarga untuk melihat
respon dan kepedulian sehingga dapat dinilai apakah percakapan dilanjutkan
atau harus dialihkan pada hal-hal yang lain.

130

d. Menyampaikan tujuan ketika dirasa anggota keluarga

siap untuk

menyembuhkan dirinya sendiri sehingga dapat masuk dalam percakapan
perencanaan mambere namalum

2.Memberikan makanan dan minuman
2.1.Pemulihan
Hubungan yang rusak karena konflik dapat diselesaikan melalui teknik
magou ma na milas na mohop. Tahapan setelah berbicara yang merupakan proses

penyembuhan, masuk dalam pemulihan semua anggota keluarga ketika
menyerahkan makanan na malum diserta ucapan magou ma na milas na mohop.
Ucapan tersebut memiliki kekuatan yang mendorong semua anggota keluarga
untuk mengalami pemulihan bersama. Ketika pemulihan terjadi, luka hati sembuh
yang berdampak pada semangat hidup.

Dalam teknik pemulihan ini maka

langkah yang dilakukan adalah
a. setiap anggota keluarga memiliki keyakinan bahwa kesalahannya telah
dimaafkan oleh anggota keluarga yang lain
b. semua berjuang menghilangkan rasa malu dan pikiran yang menganggap diri
sendiri yang paling benar, sehingga dapat menerima kesalahan diri sendiri
yang berdampak pada penerimaan orang lain dengan segala kekurangan dan
kelebihan

131

c. melihat bahwa ada hubungan baru dengan melupakan semua permasalahan
serta membuka komunikasi yang baik untuk membangun hubungan yang
didasari kesadaran bahwa semua anggota keluarga saling membutuhkan
sehingga harus saling menopang dan mendukung
2.2.Membimbing
Konflik mengakibatkan hilangnya hormat dan penghargaan terhadap
semua anggota keluarga, khususnya orang tua. Oleh sebab itu, dalam relasi yang
baru, dibutuhkan tutur kata dan sikap yang teratur dalam arti tutur kata dan sikap
harus menunjukkan hormat bagi yang lain sehingga melalui semua itu
mendatangkan hormat dan saling menghargai. Dalam pelaksanaan mambere
namalum, setelah makan dilakukan doa menutup acara makan dan minum. Orang
yang sudah makan cukup, memiliki kekuatan baru untuk membimbing anak cucu
sehingga menjadi teladan dalam keluar. Dimulai dari orang tua menjadi contoh
dalam tutur kata dan sikap kepada anak cucu. Ketika orang tua melakukannya
maka proses membimbing untuk bersikap dan bertutur yang benar dilakukan
kepada anak cucu. Upaya ini dapat dilakukan dengan
a. berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan mengulang kembali tutur kata dan
sikap yang melukai orang lain
b. memulai percakapan dan sikap yang menunjukkan hormat dan menghargai
sesama anggota keluarga
c. diberlakukan juga dalam masyarakat, kapan pun dan dimanapun
132

2.3. Memelihara atau mengasuh
Orang tua diberi makan supaya kuat dan sehat sehingga dapat melakukan
tugasnya memelihara atau mengasuh anak cucu agar semua anggota keluarga
dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dalam
pemeliharaan ini, orang tua melibatkan kuasa Tuhan sehingga anak cucu sehingga
peran orang tua adalah perantara anak cucu dengan Tuhan. Tehnik ini dapat
tercapai dengan :
a. orang tua, anak dan cucu membicarakan rencana yang akan dilakukan
sehingga ada keterbukaan
b. orang tua mendoakan serta memberi pertimbangan, nasehat dan bimbingan
yang baik untuk kemajuan anak dan cucu
c. anak dan cucu menerima pertimbangan, nasehat dan bimbingan orang tua
karena orang tua adalah sumber hikmat dalam kehidupan
d. jika terjadi kegagalan atau kesalahan, maka orang tua mendorong, memberi
semangat serta mendoakan agar anak dan cucu memiliki semangat untuk
berjuang kembali

2.4. Keharmonisan

133

Hidup menjadi indah, manis ketika ada keharmonisan dalam keluarga.
Keharmonisan dapat terjadi ketika semua anggota keluarga dapat melakukan tugas
dan fungsinya masing-masing karena semua saling mendukung untuk kebaikkan
individu dan bersama. Upaya ini dapat dicapai dengan :
a. orangtua bersikap adil dan bijaksana dalam memperlakukan semua anggota
keluarga
b. anak cucu bersikap hormat dan patuh pada kebijakan orang tua
c. semua anggota keluarga harus saling peduli dan saling menopang
2.5. Dukungan
Seseorang yang ingin berkembang sangat membutuhkan dukungan dari
orang lain, khususnya dari anggota keluarga. Dukungan menimbulkan semangat
serta kekuatan untuk berjuang secara maksimal. Ketika dukungan diberiakan
maka hidup akan berseri sehingga dimungkinkan untuk mencapai yang terbaik
dalam hidup, termasuk berketurunan. Dukungan dapat dilakukan dengan :
a. saling terbuka serta memberi masukkan diantara sesama anggota keluarga
sehingga dapat menentukan yang pilihan terbaik
b. dukungan juga dapat berbentuk kesediaan diri untuk berkorban waktu, dana,
pemikiran serta kekuatan lainnya agar tujuan tercapai
2.6. Keteladanan

134

Menjadi teladan adalah bagian yang harus dimiliki oleh setiap orang tua
agar anak dan cucu memiliki kehidupan yang pantas untuk dicontoh. Keteladanan
orang tua dalam seluruh kehidupannya berdasarkan dari pengalamana hidup
sehingga dapat menentukan hal yang terbaik dalam hidup. Juga keteladanan
menjadikan anak cucu memiliki tokoh yang harus dicontoh dalam hidup. Nilainilai dalam keteladanan menjadi pedoman anak dan cucu dalam menghadapai
berbagai persoalan hidup sehingga mereka tidak hilang kendali, tidak takut dan
memiliki tujuan yang terarah. Upaya dalam mencapai keteladanan adalah :
a. pengalaman hidup seharusnya menjadikan orang tua berhikmat sehingga
secara keseluruhan hidupnya adalah teladan bagi anak cucu
b. keteladanan menjadikan orang tua menjadi kontrol bagi keseluruhan sikap
anak cucu sehingga tidak ada kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran
dalam hidup
2.7. Mengutuhkan
Setiap manusia yang mengalami konflik dapat memiliki kesempatan untuk
mengutuhkan kembali dirinya. Orang tua yang mengalami konflik dalam keluarga
dapat mengalami pengutuhan kembali ketika pikirannya terbebas dari konflik
sehingga tubuh menjadi sehat. Dalam pengutuhan ini, orang tua dapat melakukan
pengutuhan dalam kehidupan anak dan cucu. Pendekatan yang dapat dilakukan
adalah:
a. melakukan seluruh tugas dan tanggungjawabnya kepada anak cucu
135

b. anak dan cucu tetap menghargai dan menghormati orang tua
3. Tonggo lao mangan atau doa mau makan
Segala harapan yang disampaikan dalam pelaksanaan mambere namalum
melibatkan kuasa Tuhan karena tanpa Tuhan tidak mungkin harapan dapat
dicapai. Doa menjadi wujud atau bentuk kesehatian dan kesepakatan atas apa
yang diharapkan dan disampaikan kepada Tuhan. Satu keinginan yang
disampaikan dalam doa menunjukkan bahwa semua anggota keluarga hidup
dalam satu tujuan, tidak mementingkan kepentingan satu atau beberapa orang.
Doa memiliki ‘otoritas’ untuk meneguhkan setiap anggota keluarga untuk hidup
dalam nilai-niali mambere namalum sehingga :
a. konflik selesai dan hidup sehati dimana orang tua ditempatkan pada posisi
tertinggi dalam keluarga
b. semua nilai-nilai spiritual akan memelihara atau mengasuh kehidupan
keluarga dengan dihidupkan atau dilakukan oleh semua anggota keluarga
4. Rup mangan atau makan bersama
Setelah doa, maka dilanjutkan dengan makan bersama. Bagi orang
Simalungun, makan bersama menandakan persaudaraan yang kuat, satu tujuan
dan harapan. Ketika terjadi konflik, dengan makan bersama maka setiap orang
tidak boleh hidup dalam konflik. Yang ada hanya pemikiran upaya perdamaian
semua pihak. Jika belum siap maka kaman bersama tidak dapat dilakukan.
Melalui makan bersama maka keluarga kembali diutuhkan sehingga:
136

a. anggota keluarga sudah selesai dengan konflik dan mampu menerima
keadaan masing-masing serta keadaan orang lain
b. anggota keluarga berada dalam posisi disertai tanggungjawab masingmasing yang harus dilakukan agar terjadi keseimbangan hidup sehingga
keharmonsan tercapai, hidup menjadi indah
5. Tonggo dop salpu mangan atau doa setelah makan
Makanan dan minuman diyakini merupakan bagian dari cara Tuhan
memelihara kehidupan manusia. Melalui makanan dan minuman manusia menjadi
sehat dan kuat untuk melakukan hal yang berkenan dihadapan Tuhan. Maka
dalam doa setelah makan dinyatakan agar makanan dan minuman menjadi
kekuatan untuk melakukan tindakan yang benar serta meminta tuntunan dan kuasa
Tuhan untuk menghidupkan dan melanjutkan mambere namalum. Melalui doa
setelah makan maka kuasa Tuhan tetap dilibatkan sehingga mambere namalum
memiliki otoritas yang kuat dalam keluarga :
a. keluarga diyakinkan bahwa makan dan minum pemberian Tuhan untuk
menguatkan dan memampukan keluarga melakukan tanggungjawabnya
b. dalam menghidupkan nilai spiritual mambere namalum, otoritas kuasa
Tuhan memampukan semua anggota keluarga
c. nilai mambere namalum menjadi pembimbing yang mengontrol dalam
kehidupan orang tua, anak dan cucu
6.Mangulosi, memberi ulos
137

Orang tua yang sudah menerima makanan namalum akan mangulosi cucu
sebagai tanda sukacita. Ucapan ketika mangulosi adalah ‘ase malas angkula
nima’ artinya supaya hangat badan kalian. Hangat yang dimaksud bukan badan
yang tidak kedinginan tetapi lebih menunjuk kepada kehangatan meliputi
keseluruhan hidup anak dan cucu. Kehangatan dalam hidup terjadi karena sudah
tidak memiliki luka batin serta masuk dalam hubungan yang baru. Menjadi hangat
karena dalam keluarga ada yang menjadi figur teladan karena adanya kesadaran
akan tugas tanggungjawab. Orang tua menyadari bahwa keseluruhan hidupnya
adalah keteladanan bagi anak dan cucu. Kesadaran menjadikan orang tua
melakukan tugas tanggungjawab dalam menopang kehidupan anak dan cucu.
Pemberian ulos (mangulosi) diberikan sesuai dengan keadaan anak cucu, dengan
teknik :
a. jika ada diantara anak atau cucu belum mendapatkan jodoh maka ketika
mengulosi, orang tua akan memberikan pengharapan dan semangat agar

keinginan dapat tercapai.
b. jika diantara anak atau cucu belum mendapatkan keturunan maka kakek
nenek akan melakukan ritual dengan menggendong tanduk kecil berisi beras
dan telur. Tanduk berisi beras dan telur tersebut digendong dengan ulos
tertentu, lalu kakek nenek mengelilingi anak atau cucu yang belum
mendapatkan keturunan sebanyak tiga kali disertai ucapan ‘songon ahu
maranak marboro, sonai homa ho maranak marboru’ artinya seperti saya

punya anak laki-laki, anak perempuan, engkau juga akan mengendong anak
laki-laki dan anak perempuan. Setelah itu, ulos dan beras diberikan kepada
138

anak dan cucu yang tidak punya keturunan supaya digendong sampai pulang
ke rumah.
c. jika belum mendapatkan pekerjaan maka diulosi dengan harapan supaya
mendapatkan pekerjaan
d. jika masih sekolah maka diulosi agar sekolah berjalan dengan baik, manjadi
anak yang baik dan pintar
e. jika kesehatan yang terganggu maka diulosi dengan ucapan agar cepat sehat
f. jika anak tidak rukun dalam keluarga maka dinasehati dan diberi ulos dengan
ucapan supaya berdamai.
7. Parsahapan, percakapan
Setelah mangolosi masuk dalam acara percakapan. Percakapn ini bersifat
mendukung dan hidup dalam keteladanan. Biasanya percakapan berisi :
a. ungkapan penyesalan atas kesalahan yang pernah dilakukan diserta
permohonan agar semua pihak mendukung sehingga kesalahan yang sama
tidak terjadi lagi.
b. menegaskan dan mengingatkan semua anggota keluarga agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama
c. pernyataan harapan kedepan agar hidup lebih baik , jika terjadi konflik maka
semua berupaya agar tidak terjadi perpecahan

139

d.

menunjukkan kepedulian bagi anggota keluarga yang membutuhkan
pertolongan.

8. Bersalaman dan berpelukan sebelum pulang ke tempat masing-masing
Pada penghujung acara pelaksanaan mambere namalum, setiap keluarga saling
bersalaman dan berpelukan jika dimungkinkan. Bersalaman menunjukkan bahwa
konflik dan luka hati telah selesai sehingga setiap anggota keluarga masuk dalam
hubungan yang baru, dimana kesehatian dalam keluarga terjadi. Hal ini
berdampak pada keutuhan individu dan keluarga serta keutuhan kehidupan dalam
masyarakat dengan cara,
a.bersalaman menjadi simbol pengutuhan semua anggota keluarga
b.sentuhan fisik melalui salaman menjadi bukti akan penyembuhan dan pemulihan
konflik yang ada
c.sebagai sentuhan fisik yang saling mempengaruhi dalam hubungan selanjutnya.
D. Rangkuman
Penulis menyimpulkan bahwa persoalan orang lanjut usia harus
diselesaikan oleh keluarga itu sendiri sehingga :
1. mambere namalum merupakan cara orang Simalungun yang hidup di desa

Nagori untuk memenuhi kebutuhan orang lanjut usia. Kebutuhan orang
lanjut usia di desa Nagori adalah dikunjungi, disembuhkan, dihargai dan

140

dihormati, menjadi orang tua teladan, imam bagi anak cucu serta hidup
sempurna dapat dipenuhi dalam mambere namalum.
2. mambere namalum memiliki fungsi merekonsiliasi keluarga yang
mengalami konflik untuk kembali diutuhkan
3. mambere namalum memiliki fungsi memelihara keutuhan keluarga

141

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rambu Solo' Sebagai Tindakan Pastoral T2 752011033 BAB V

0 1 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB VI

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB IV

0 1 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB I

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunjuitam: Kumpul Keluarga sebagai Pendampingan dan Konseling Kedukaan T2 752016016 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB V

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB IV

0 0 32