1. KAK EDIT KERUSAKAN
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
KERANGKA ACUAN KERJA
(KAK)
KEGIATAN PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP
0
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berdasarkan
tatanan
geologinya memungkinkan untuk terjadinnya mineral dan
batubara. Keberadaan mineral baik mineral logam, bukan logam maupun
batuan menimbulkan peluang berusaha di sektor pertambangan baik
secara legal maupun illegal.
Kegiatan pertambangan dapat menimbulkan dampak positif maupun
dampak negatif. Dampak positif adalah sumber devisa negara, sumber
pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lahan pekerjaan, dan
sebagainya, sedangkan dampak negatif dapat berupa bahaya kesehatan
bagi masyarakat sekitar areal pertambangan, kerusakan lingkungan
hidup, dan sebagainya.
Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan
pertambangan maupun pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan
akan berbeda pada setiap jenis pertambangan, tergantung pada metode
dan teknologi yang digunakan. Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi
disebabkan oleh perusahaan tambang yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku dan adanya penambangan tanpa izin (PETI) yang melakukan
proses penambangan secara liar dan tidak ramah lingkungan.
Secara
umum
kerusakan
lahan
yang
terjadi
akibat
aktivitas
pertambangan antara lain :
1
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
1. Perubahan vegetasi penutup yang mengakibatkan semakin luasnya
bukaan lahan sehingga menimbulkan Lahan Akses Terbuka;
2. Perubahan morfologi akibat penggalian bahan tambang baik di
perbukitan, sungai maupun sempadan sungai;
3. Perubahan hidrologi akibat hilangnya vegetasi penutup;
4. Kerusakan tanah akibat tercampurnya tubuh tanah (top soil dan
sub
soil)
secara
tidak
teratur
sehingga
akan
mengganggu
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah.
Merujuk kepada Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan
Dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup,
mengamanatkan
pemerintah untuk melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup, maka pemerintah dalam hal ini, Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota
sesuai
dengan
kewenangannya,
wajib
melakukan
pengawasan dalam mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam oleh
pelaku kegiatan guna meminimalisir akibat negatif sebagai dampak dari
pelaksanaan berbagai kegiatan.
Untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
pertambangan khususnya Pertambangan Tanpa Izin (PETI), maka Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sumatera
Barat
memiliki
Program
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dengan
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
pada Tahun 2017. Dalam pelaksanaan kegiatan ini Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan instansi terkait
Pemprov Sumbar (Dinas ESDM dan PSDA) dan instansi lingkungan hidup
kab/kota melakukan Inventarisasi Lahan Akses Terbuka untuk mengetahui
lokasi dan kondisi akibat kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI). Dari
data hasil inventarisasi tersebut kemudian dilakukan evaluasi untuk
menentukan
kebijakan
selanjutnya
antara
lain
penentuan
wilayah
pemulihan Lahan Akses Terbuka dan upaya untuk meminimalisir PETI dan
dampaknya.
1.2
Maksud, Tujuan dan Sasaran
2
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
A.
Maksud
Maksud dilaksanakannya pembinaan pengawasan dan pengendalian
dampak kerusakan lingkungan adalah, agar dampak negatif dari
kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat terinventarisasi dan
diminimalkan
dengan
berkelanjutan
dan
prinsip
pelaksanaan
berkesinambungan,
serta
pembangunan
berwawasan
lingkungan.
B.
Tujuan
- Melakukan pembinaan terhadap pelaku kegiatan pertambangan
rakyat.
- Mengetahui dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan
tambang.
- Inventarisasi Lahan Akses Terbuka.
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran dari Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup adalah Lahan Akses Terbuka.
1.3 Lokasi Kegiatan
Lokasi
Kegiatan
Pembinaan
Pengawasan
dan
Pengendalian
Kerusakan Lingkungan tahun 2017 dengan sasaran 9 (sembilan)
kab/kota yaitu :
1. Kab. Dharmasraya
2. Kab. Solok Selatan
3. Kab. Padang Pariaman
4. Kab. Sijunjung
5. Kab. Pesisir Selatan
6. Kab. Limapuluh Kota
7. Kab. Solok
8. Kota Sawahlunto
9. Kota Padang
1.4 Asal Sumber Dana
3
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
Sumber pembiayaan Kegiatan Pengawasan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan 2017, berasal dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017
pada kegiatan Pengawasan Pengendalian Kerusakan Lingkungan
dengan Alokasi Dana Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
1.5 Organisasi Pengguna Barang /Jasa
Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi sumatera Barat dengan melibatkan instansi terkait kegiatan
yang
susunan
keanggotaannya
ditetapkan
melalui
Keputusan
Gubernur tentang Pembentukan Tim Pengawasan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan Tahun 2017.
4
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 2
2.1
DATA PERENCANAAN
Data Dasar
Data dasar yang digunakan berasal dari data hasil inventarsiasi Lahan
Akses Terbuka 2 (dua) tahun terakhir (periode 2015 s/d 2016) baik
melalui verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan Pemkab/Pemko
terkait maupun dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selain data tersebut untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dapat
digunakan juga data citra landsat yang merupakan informasi awal adanya
bukaan lahan dan data IUP Operasi Produksi yang ada di Provinsi
Sumatera Barat. Data citra landsat dapat diperoleh dari LAPAN sedangkan
data IUP Operasi Produksi berasal dari Dinas ESDM Prov Sumbar.
Data citra landsat merupakan data awal terkait adanya bukaan lahan
secara umum, sedangkan untuk kriteria Lahan Akses Terbuka merupakan
bekas lahan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat
yang tidak memiliki izin dan telah ditinggalkan. Untuk mengetahui Lahan
Akses Terbuka data dari hasil foto citra landsat tersebut kemudian
dilakukan overlay dengan memasukkan data IUP Operasi Produksi
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengurangi luasan
lahan yang terbuka karena kriteria Lahan Akses Terbuka. Setelah di
overlaykan untuk mengeliminir kriteria Lahan Akses Terbuka kemudian
dilakukan
perencanaan
untuk
melakukan
survey
lapangan
untuk
mengetahui kondisi real di lapangan.
A. Standar/Kriteria Yang Digunakan
5
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
Untuk mengetahui tingkat kerusakan lingkungan hidup maka harus
mempedomani kriteria baku tingkat kerusakan sebagaimana telah
diamanatkan pada Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sampai
saat ini Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Pengendalian
Kerusakan belum diterbitkan oleh Pemerintah. Regulasi yang telah
diterbitkan oleh Pemerintah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 150
Tahun 2000 tentang Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi
Biomassa.
Sekaitan dengan Lahan Akses Terbuka, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan saat ini sedang dalam proses finalisasi yang
nantinya
akan
dijadikan
pedoman
dalam
menentukan
tingkat
kerusakan Lahan Akses Terbuka. Sedangkan untuk pencegahan dan
pengendalian
kerusakan
lingkungan
hidup
akibat
kegiatan
pertambangan emas rakyat dapat mengacu kepada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008.
B. Studi-Studi Terdahulu yang pernah dilaksanakan
Studi yang dilakukan terdahulu terkait pemantauan kerusakan
tanah dengan cara survey lahan akses terbuka yang dilakukan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta
mengumpulkan data melalui studi perpustakaan.
C. Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1990
tentang
Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara;
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008 tentang
Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
akibat Pertambangan Emas Rakyat.
8. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa;
10. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 14 Tahun 2012
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkan Daerah Provinsi
Sumatera Barat;
12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 10 Tahun 2016
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Barat
Tahun 2017;
13. Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 75 Tahun 2016 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2017;
7
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 3
RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI
3.1 Tujuan Yang Ingin di Capai
Tujuan yang akan dicapai pada masing-masing tahapan kegiatan
yaitu:
1. Penyamaan Persepsi
Penyamaan persepsi dilakukan dengan rapat koordinasi awal
dengan
menampung
informasi
keberadaan
lokasi
kegiatan
penambangan tanpa izin dan rencana lokasi yang akan dilakukan
verifikasi lapangan terkait dengan Lahan Akses Terbuka serta
penyamakan persepsi terkait dengan :
a. Kriteria Lahan Akses Terbuka yaitu :
- Tidak berizin (SPPL, UKL/UPL, Amdal)
- Wilayah (APL atau juga Kawasan Hutan,)
- Pelaku (masyarakat atau juga Investor)
- Tidak Aktif (atau juga yang aktif)
b. Pengambilan Data Lapangan, antara lain :
- Jenis dan Sistem Penambangan
- Aspek Lingkungan
- Aspek Sosial
2. Pelaksanaan Inventarisasi Lahan Akses Terbuka
Lahan Akses Terbuka merupakan lahan yang memiliki akses
secara terbuka bagi pihak lain untuk memanfaatkan secara ilegal,
sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
Pelaksanaan
inventarisasi
lahan
akses
terbuka
8
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
merupakan tindaklanjut dari hasil rapat koordinasi awal dengan
instansi lingkungan hidup kab/kota terkait.
Pelaksanaan verifikasi lapangan dalam rangka inventarisasi lahan
akses terbuka dilaksanakan secara terkoordinasi antara Pemprov
Sumbar (Dinas Lingkungan Hidup, Dinas ESDM dan Dinas PSDA)
dan Instansi Lingkungan Hidup Kab/Kota terkait dilakukan pada 9
(sembilan) kab/kota.
3. Pelaksanaan Sosialisasi Dampak Kegiatan Pertambangan
Sosialisasi kegiatan dampak pertambangan akan dilaksanakan di
Kabupaten
inventarisasi
Sijunjung
lahan
dengan
akses
pertimbangan
terbuka
Tahun
bahwa
2016,
hasil
kegiatan
pertambangan tanpa izin (PETI) banyak di temukan di Kabupaten
Sijunjung dan menindaklanjuti Surat Bupati Sijunjung
Nomor
540/116/Distamben-2016 tanggal 19 Mei 2016 perihal Laporan
Kegiatan Penambangan Tanpa Izin (PETI).
Sosialisasi akan dilakukan dengan melibatkan pelaku kegiatan
pertambangan rakyat dan stake holder terkait dengan harapan
dapat
merubah
mainset
berfikir
dan
meminimalisir
ketergantungan terhadap PETI.
4. Evaluasi Hasil Inventarisasi Lahan Akses Terbuka
Dari
hasil
inventarisasi
yang
telah
dilakukan
terhadap
9
(sembilan) kab/kota tersebut kemudian dilakukan evaluasi untuk
mengetahui kriteria kerusakan lahan akses terbuka, dampak yang
ditimbulkan serta rencana penentuan pemulihan lahan akses
terbuka yang akan diusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
3.2 Keluaran Yang Akan dihasilkan
Untuk output Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup meliputi :
a. Jumlah peserta sosialisasi dampak kegiatan pertambangan.
9
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
b. Jumlah kab/kota yang dilakukan pengawasan dan pengendalian
kerusakan.
c. Laporan hasil kegiatan yang dilaksanakan.
d. Follow-up
hasil
pelaksanaan
Kegiatan
Pengawasan
dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup.
3.3 Mekanisme Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
a. Tahap Persiapan :
- Pembuatan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Petunjuk
Operasional (PO).
- Penetapan keputusan tentang Pembentukan Tim Pembinaan
Pengawasan
dan
Pengendalian
Kerusakan
Lingkungan,
berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Barat.
- Rapat Koordinasi rencana kegiatan dan persiapan sarana
dan prasarana bahan dan kelengkapan yang dibutuhkan,
untuk pelaksanaan kegiatan.
- Persiapan Administrasi: penyusunan Surat Tugas dan surat
pemberitahuan verifikasi lapangan serta surat-surat lain
yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
b. Tahap Pelaksanaan :
- Melakukan koordinasi dengan instansi lingkungan hidup
kab/kota terkait dengan rencana pelaksanaan verifikasi
lapangan;
- Koordinasi dengan instansi lingkungan hidup dan instansi
terkait kab/kota mekanisme pelaksanaan verifikasi lapangan;
- Melakukan pengamatan langsung secara visual di lapangan
berkaitan dengan inventarisasi lahan akses terbuka;
c.
Tahap Evaluasi :
- Evaluasi dan pengolahan data hasil inventarisasi lahan akses
terbuka dan sosialisasi dampak kegiatan pertambangan.
10
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
- Pembuatan
laporan
hasil
Kegiatan
Pengawasan
dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup.
- Menindaklanjuti melalui surat follow up ke Pemkab/kota.
3.4 Peralatan dan Material
Pelaksanaan kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup di fokuskan kepada Inventarisasi Lahan Akses
Terbuka dan tidak menggunakan jasa laboratorium karena sampai
saat ini belum ada baku kerusakan terkait dengan Lahan Akses
Terbuka.
3.5 Lingkup Kewenangan
Setelah keluaran dihasilkan akan dilakukan rapat koordinasi dan
rapat
teknis
dengan
instansi/dinas
terkait
guna
melahirkan
rekomendasi tindaklanjut yang harus dilakukan oleh masing-masing
instansi teknis terkait kab/kota.
11
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 4
PRODUK LAPORAN
4.1 Jenis Laporan
Untuk Jenis laporan akan dibuatkan dalam bentuk :
a. Laporan
pelaksanaan
sosialisasi
berisikan
pelaksanaan
sosialisasi dampak kegiatan pertambangan
b. Laporan perjalanan dinas dibuat setiap selesai pelaksanaan
tugas perjalanan dinas, berdasarkan perintah tugas Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat
c. Laporan Kegiatan Tahunan dibuat setelah semua kegiatan
yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kegiatan ini selesai
dilaksanakan.
4.2 Jumlah Laporan
a.
Laporan kegiatan dibuat dalam jumlah 5 (lima) eksemplar.
b.
Laporan
pelaksanaan
Bintekdibuat
dalam
jumlah
3
(tiga)
eksemplar, dengan masing-masing eksemplar akan diserahkan
kepada kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat,
sebagai pertanggung jawaban keuangan, perpustakaan dan
arsip kegiatan bidang.
c.
Laporan
perjalanan
dinas,
jumlahnya
3
eksemplar:
yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Barat,
bendahara sebagai pertanggung jawaban
keuangan dan arsip bidang.
12
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
4.3 Frekuensi Laporan
Untuk frekuensi pelaporan dilaksanakan setiap selesai pelaksanaan
tugas
selambat-lambatnya
satu
minggu
setelah
pelaksanaan
kegiatan, sedangkan untuk laporan tahunan dibuat dan disampaikan
selambat-lambatnya minggu ke IV bulan Desember tahun berjalan.
a.
Laporan Kegiatan Tahunan dibuat 1 x dalam satu tahun, selabatlambatnya Minggu IV bulan Desember 2016
b.
Laporan
Pelaksanaan
Sosialisasi
Dampak
Kegiatan
Pertambangan dibuat setelah pelaksanaan sosialisasi selesai
dilaksanakan
c.
Laporan perjalanan dinas dibuat selesai melakukan perjalanan
dinas.
13
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 5
PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat, yang akan dijadikan
pedoman
dalam
pelaksanaan
Kegiatan
Pengawasan
dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan Tahun 2017. Apabila terdapat
kekeliruan, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Padang,
Januari 2017
Kepala Bidang
Pengendalian Pencemaran,
Kerusakan Lingkungan dan
Pentaatan Hukum
Lingkungan
Ir. SITI AISYAH, MSi
Pembina Tk. I
NIP. 19670928 199203 2 002
Disetujui dan disahkan
Tanggal,
Januari 2017
Kepala Dinas Lingkungan
Hidup
Provinsi Sumatera Barat
14
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
Drs. ASRIZAL ASNAN, MM
Pembina Utama Madya
NIP. 19570803 198503 1 005
15
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
KERANGKA ACUAN KERJA
(KAK)
KEGIATAN PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP
0
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berdasarkan
tatanan
geologinya memungkinkan untuk terjadinnya mineral dan
batubara. Keberadaan mineral baik mineral logam, bukan logam maupun
batuan menimbulkan peluang berusaha di sektor pertambangan baik
secara legal maupun illegal.
Kegiatan pertambangan dapat menimbulkan dampak positif maupun
dampak negatif. Dampak positif adalah sumber devisa negara, sumber
pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lahan pekerjaan, dan
sebagainya, sedangkan dampak negatif dapat berupa bahaya kesehatan
bagi masyarakat sekitar areal pertambangan, kerusakan lingkungan
hidup, dan sebagainya.
Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan
pertambangan maupun pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan
akan berbeda pada setiap jenis pertambangan, tergantung pada metode
dan teknologi yang digunakan. Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi
disebabkan oleh perusahaan tambang yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku dan adanya penambangan tanpa izin (PETI) yang melakukan
proses penambangan secara liar dan tidak ramah lingkungan.
Secara
umum
kerusakan
lahan
yang
terjadi
akibat
aktivitas
pertambangan antara lain :
1
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
1. Perubahan vegetasi penutup yang mengakibatkan semakin luasnya
bukaan lahan sehingga menimbulkan Lahan Akses Terbuka;
2. Perubahan morfologi akibat penggalian bahan tambang baik di
perbukitan, sungai maupun sempadan sungai;
3. Perubahan hidrologi akibat hilangnya vegetasi penutup;
4. Kerusakan tanah akibat tercampurnya tubuh tanah (top soil dan
sub
soil)
secara
tidak
teratur
sehingga
akan
mengganggu
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah.
Merujuk kepada Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan
Dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup,
mengamanatkan
pemerintah untuk melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup, maka pemerintah dalam hal ini, Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota
sesuai
dengan
kewenangannya,
wajib
melakukan
pengawasan dalam mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam oleh
pelaku kegiatan guna meminimalisir akibat negatif sebagai dampak dari
pelaksanaan berbagai kegiatan.
Untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
pertambangan khususnya Pertambangan Tanpa Izin (PETI), maka Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sumatera
Barat
memiliki
Program
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dengan
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
pada Tahun 2017. Dalam pelaksanaan kegiatan ini Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan instansi terkait
Pemprov Sumbar (Dinas ESDM dan PSDA) dan instansi lingkungan hidup
kab/kota melakukan Inventarisasi Lahan Akses Terbuka untuk mengetahui
lokasi dan kondisi akibat kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI). Dari
data hasil inventarisasi tersebut kemudian dilakukan evaluasi untuk
menentukan
kebijakan
selanjutnya
antara
lain
penentuan
wilayah
pemulihan Lahan Akses Terbuka dan upaya untuk meminimalisir PETI dan
dampaknya.
1.2
Maksud, Tujuan dan Sasaran
2
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
A.
Maksud
Maksud dilaksanakannya pembinaan pengawasan dan pengendalian
dampak kerusakan lingkungan adalah, agar dampak negatif dari
kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat terinventarisasi dan
diminimalkan
dengan
berkelanjutan
dan
prinsip
pelaksanaan
berkesinambungan,
serta
pembangunan
berwawasan
lingkungan.
B.
Tujuan
- Melakukan pembinaan terhadap pelaku kegiatan pertambangan
rakyat.
- Mengetahui dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan
tambang.
- Inventarisasi Lahan Akses Terbuka.
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran dari Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup adalah Lahan Akses Terbuka.
1.3 Lokasi Kegiatan
Lokasi
Kegiatan
Pembinaan
Pengawasan
dan
Pengendalian
Kerusakan Lingkungan tahun 2017 dengan sasaran 9 (sembilan)
kab/kota yaitu :
1. Kab. Dharmasraya
2. Kab. Solok Selatan
3. Kab. Padang Pariaman
4. Kab. Sijunjung
5. Kab. Pesisir Selatan
6. Kab. Limapuluh Kota
7. Kab. Solok
8. Kota Sawahlunto
9. Kota Padang
1.4 Asal Sumber Dana
3
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
Sumber pembiayaan Kegiatan Pengawasan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan 2017, berasal dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017
pada kegiatan Pengawasan Pengendalian Kerusakan Lingkungan
dengan Alokasi Dana Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
1.5 Organisasi Pengguna Barang /Jasa
Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi sumatera Barat dengan melibatkan instansi terkait kegiatan
yang
susunan
keanggotaannya
ditetapkan
melalui
Keputusan
Gubernur tentang Pembentukan Tim Pengawasan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan Tahun 2017.
4
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 2
2.1
DATA PERENCANAAN
Data Dasar
Data dasar yang digunakan berasal dari data hasil inventarsiasi Lahan
Akses Terbuka 2 (dua) tahun terakhir (periode 2015 s/d 2016) baik
melalui verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan Pemkab/Pemko
terkait maupun dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selain data tersebut untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dapat
digunakan juga data citra landsat yang merupakan informasi awal adanya
bukaan lahan dan data IUP Operasi Produksi yang ada di Provinsi
Sumatera Barat. Data citra landsat dapat diperoleh dari LAPAN sedangkan
data IUP Operasi Produksi berasal dari Dinas ESDM Prov Sumbar.
Data citra landsat merupakan data awal terkait adanya bukaan lahan
secara umum, sedangkan untuk kriteria Lahan Akses Terbuka merupakan
bekas lahan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat
yang tidak memiliki izin dan telah ditinggalkan. Untuk mengetahui Lahan
Akses Terbuka data dari hasil foto citra landsat tersebut kemudian
dilakukan overlay dengan memasukkan data IUP Operasi Produksi
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengurangi luasan
lahan yang terbuka karena kriteria Lahan Akses Terbuka. Setelah di
overlaykan untuk mengeliminir kriteria Lahan Akses Terbuka kemudian
dilakukan
perencanaan
untuk
melakukan
survey
lapangan
untuk
mengetahui kondisi real di lapangan.
A. Standar/Kriteria Yang Digunakan
5
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
Untuk mengetahui tingkat kerusakan lingkungan hidup maka harus
mempedomani kriteria baku tingkat kerusakan sebagaimana telah
diamanatkan pada Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sampai
saat ini Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Pengendalian
Kerusakan belum diterbitkan oleh Pemerintah. Regulasi yang telah
diterbitkan oleh Pemerintah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 150
Tahun 2000 tentang Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi
Biomassa.
Sekaitan dengan Lahan Akses Terbuka, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan saat ini sedang dalam proses finalisasi yang
nantinya
akan
dijadikan
pedoman
dalam
menentukan
tingkat
kerusakan Lahan Akses Terbuka. Sedangkan untuk pencegahan dan
pengendalian
kerusakan
lingkungan
hidup
akibat
kegiatan
pertambangan emas rakyat dapat mengacu kepada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008.
B. Studi-Studi Terdahulu yang pernah dilaksanakan
Studi yang dilakukan terdahulu terkait pemantauan kerusakan
tanah dengan cara survey lahan akses terbuka yang dilakukan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta
mengumpulkan data melalui studi perpustakaan.
C. Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1990
tentang
Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara;
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008 tentang
Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
akibat Pertambangan Emas Rakyat.
8. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa;
10. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 14 Tahun 2012
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkan Daerah Provinsi
Sumatera Barat;
12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 10 Tahun 2016
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Barat
Tahun 2017;
13. Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 75 Tahun 2016 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2017;
7
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 3
RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI
3.1 Tujuan Yang Ingin di Capai
Tujuan yang akan dicapai pada masing-masing tahapan kegiatan
yaitu:
1. Penyamaan Persepsi
Penyamaan persepsi dilakukan dengan rapat koordinasi awal
dengan
menampung
informasi
keberadaan
lokasi
kegiatan
penambangan tanpa izin dan rencana lokasi yang akan dilakukan
verifikasi lapangan terkait dengan Lahan Akses Terbuka serta
penyamakan persepsi terkait dengan :
a. Kriteria Lahan Akses Terbuka yaitu :
- Tidak berizin (SPPL, UKL/UPL, Amdal)
- Wilayah (APL atau juga Kawasan Hutan,)
- Pelaku (masyarakat atau juga Investor)
- Tidak Aktif (atau juga yang aktif)
b. Pengambilan Data Lapangan, antara lain :
- Jenis dan Sistem Penambangan
- Aspek Lingkungan
- Aspek Sosial
2. Pelaksanaan Inventarisasi Lahan Akses Terbuka
Lahan Akses Terbuka merupakan lahan yang memiliki akses
secara terbuka bagi pihak lain untuk memanfaatkan secara ilegal,
sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
Pelaksanaan
inventarisasi
lahan
akses
terbuka
8
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
merupakan tindaklanjut dari hasil rapat koordinasi awal dengan
instansi lingkungan hidup kab/kota terkait.
Pelaksanaan verifikasi lapangan dalam rangka inventarisasi lahan
akses terbuka dilaksanakan secara terkoordinasi antara Pemprov
Sumbar (Dinas Lingkungan Hidup, Dinas ESDM dan Dinas PSDA)
dan Instansi Lingkungan Hidup Kab/Kota terkait dilakukan pada 9
(sembilan) kab/kota.
3. Pelaksanaan Sosialisasi Dampak Kegiatan Pertambangan
Sosialisasi kegiatan dampak pertambangan akan dilaksanakan di
Kabupaten
inventarisasi
Sijunjung
lahan
dengan
akses
pertimbangan
terbuka
Tahun
bahwa
2016,
hasil
kegiatan
pertambangan tanpa izin (PETI) banyak di temukan di Kabupaten
Sijunjung dan menindaklanjuti Surat Bupati Sijunjung
Nomor
540/116/Distamben-2016 tanggal 19 Mei 2016 perihal Laporan
Kegiatan Penambangan Tanpa Izin (PETI).
Sosialisasi akan dilakukan dengan melibatkan pelaku kegiatan
pertambangan rakyat dan stake holder terkait dengan harapan
dapat
merubah
mainset
berfikir
dan
meminimalisir
ketergantungan terhadap PETI.
4. Evaluasi Hasil Inventarisasi Lahan Akses Terbuka
Dari
hasil
inventarisasi
yang
telah
dilakukan
terhadap
9
(sembilan) kab/kota tersebut kemudian dilakukan evaluasi untuk
mengetahui kriteria kerusakan lahan akses terbuka, dampak yang
ditimbulkan serta rencana penentuan pemulihan lahan akses
terbuka yang akan diusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
3.2 Keluaran Yang Akan dihasilkan
Untuk output Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup meliputi :
a. Jumlah peserta sosialisasi dampak kegiatan pertambangan.
9
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
b. Jumlah kab/kota yang dilakukan pengawasan dan pengendalian
kerusakan.
c. Laporan hasil kegiatan yang dilaksanakan.
d. Follow-up
hasil
pelaksanaan
Kegiatan
Pengawasan
dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup.
3.3 Mekanisme Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
a. Tahap Persiapan :
- Pembuatan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Petunjuk
Operasional (PO).
- Penetapan keputusan tentang Pembentukan Tim Pembinaan
Pengawasan
dan
Pengendalian
Kerusakan
Lingkungan,
berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Barat.
- Rapat Koordinasi rencana kegiatan dan persiapan sarana
dan prasarana bahan dan kelengkapan yang dibutuhkan,
untuk pelaksanaan kegiatan.
- Persiapan Administrasi: penyusunan Surat Tugas dan surat
pemberitahuan verifikasi lapangan serta surat-surat lain
yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
b. Tahap Pelaksanaan :
- Melakukan koordinasi dengan instansi lingkungan hidup
kab/kota terkait dengan rencana pelaksanaan verifikasi
lapangan;
- Koordinasi dengan instansi lingkungan hidup dan instansi
terkait kab/kota mekanisme pelaksanaan verifikasi lapangan;
- Melakukan pengamatan langsung secara visual di lapangan
berkaitan dengan inventarisasi lahan akses terbuka;
c.
Tahap Evaluasi :
- Evaluasi dan pengolahan data hasil inventarisasi lahan akses
terbuka dan sosialisasi dampak kegiatan pertambangan.
10
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
- Pembuatan
laporan
hasil
Kegiatan
Pengawasan
dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup.
- Menindaklanjuti melalui surat follow up ke Pemkab/kota.
3.4 Peralatan dan Material
Pelaksanaan kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup di fokuskan kepada Inventarisasi Lahan Akses
Terbuka dan tidak menggunakan jasa laboratorium karena sampai
saat ini belum ada baku kerusakan terkait dengan Lahan Akses
Terbuka.
3.5 Lingkup Kewenangan
Setelah keluaran dihasilkan akan dilakukan rapat koordinasi dan
rapat
teknis
dengan
instansi/dinas
terkait
guna
melahirkan
rekomendasi tindaklanjut yang harus dilakukan oleh masing-masing
instansi teknis terkait kab/kota.
11
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 4
PRODUK LAPORAN
4.1 Jenis Laporan
Untuk Jenis laporan akan dibuatkan dalam bentuk :
a. Laporan
pelaksanaan
sosialisasi
berisikan
pelaksanaan
sosialisasi dampak kegiatan pertambangan
b. Laporan perjalanan dinas dibuat setiap selesai pelaksanaan
tugas perjalanan dinas, berdasarkan perintah tugas Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat
c. Laporan Kegiatan Tahunan dibuat setelah semua kegiatan
yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kegiatan ini selesai
dilaksanakan.
4.2 Jumlah Laporan
a.
Laporan kegiatan dibuat dalam jumlah 5 (lima) eksemplar.
b.
Laporan
pelaksanaan
Bintekdibuat
dalam
jumlah
3
(tiga)
eksemplar, dengan masing-masing eksemplar akan diserahkan
kepada kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat,
sebagai pertanggung jawaban keuangan, perpustakaan dan
arsip kegiatan bidang.
c.
Laporan
perjalanan
dinas,
jumlahnya
3
eksemplar:
yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Barat,
bendahara sebagai pertanggung jawaban
keuangan dan arsip bidang.
12
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
4.3 Frekuensi Laporan
Untuk frekuensi pelaporan dilaksanakan setiap selesai pelaksanaan
tugas
selambat-lambatnya
satu
minggu
setelah
pelaksanaan
kegiatan, sedangkan untuk laporan tahunan dibuat dan disampaikan
selambat-lambatnya minggu ke IV bulan Desember tahun berjalan.
a.
Laporan Kegiatan Tahunan dibuat 1 x dalam satu tahun, selabatlambatnya Minggu IV bulan Desember 2016
b.
Laporan
Pelaksanaan
Sosialisasi
Dampak
Kegiatan
Pertambangan dibuat setelah pelaksanaan sosialisasi selesai
dilaksanakan
c.
Laporan perjalanan dinas dibuat selesai melakukan perjalanan
dinas.
13
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
BAB 5
PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat, yang akan dijadikan
pedoman
dalam
pelaksanaan
Kegiatan
Pengawasan
dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan Tahun 2017. Apabila terdapat
kekeliruan, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Padang,
Januari 2017
Kepala Bidang
Pengendalian Pencemaran,
Kerusakan Lingkungan dan
Pentaatan Hukum
Lingkungan
Ir. SITI AISYAH, MSi
Pembina Tk. I
NIP. 19670928 199203 2 002
Disetujui dan disahkan
Tanggal,
Januari 2017
Kepala Dinas Lingkungan
Hidup
Provinsi Sumatera Barat
14
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
Drs. ASRIZAL ASNAN, MM
Pembina Utama Madya
NIP. 19570803 198503 1 005
15