PO KAK 2017 KAK Udarambien

KERANGKA ACUAN KERJA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan

lingkungan

pada

saat

ini

sangat

merugikan


kehidupan masyarakat tidak saja dari segi materil tapi juga dari
segi immateril, contonhya saja berbagai penyakit dapat timbul
akibat dari lingkungan yang tidak sehat, bahkan bencana alam
juga dapt terjadi akibat dari lingkungan yang tidak terjaga.
Untuk itu diperlukan selalu adanya upaya dari Pemerintah dan
seluruh elemen masyarakat untuk mengurangi laju kerusakan
lingkungan dan melakukan pemulihan kualitas lingkungan.
Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan
kebutuhan

paling

utama

untuk

mempertahankan

hidupya.


Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat
berlangsung tanpa oksigen dari udara. Bagi manusia tidak ada
yang dapat bertahan tanpa udara lebih dari 3 (tiga) menit.
Namun dengan adanya berbagai aktifitas manusia, dapat
mengakibatkan penurunan kualitas udara. Oleh karena itu
masyarakat perlu mengetahui kondisi udara di sekitar mereka
dan dirasa perlu untuk melaksanakan suatu program yang dapat
menyentuh kepada upaya ke arah perbaikan kualitas udara
ambien yang diawali dengan ketersediaan data base terutama
data kualitas udara ambien di Provinsi Sumatera Barat sehingga
didapat gambaran tentang kondisi kualitas udara ambien yang
dapat digunakan sebagai bahan untuk mengambil langkah –
langkah kebijakan lebih lanjut.
Udara ambien adalah udara sekitar kita yang kita hirup seharihari. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari
gas nitrogen (78%), oksigen (20%), argon (0,93%) dan karbon
dioksida (0,003%). Sedangkan udara emisi adalah udara yang
1 | D I N A S L H P R O V. S U M B A R

KERANGKA ACUAN KERJA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN


langsung

dikeluarkan

oleh

sumber

emisi

seperti

2017

knalpot

kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik. Kontribusi
pencemaran udara oleh gas

buang kendaraan bermotor dari


penggunaan bahan bakar minyak (BBM) merupakan terbesar
(49%) dari penggunaan. Udara emisi ini dapat mencemari udara
ambien,

dan

dapat

juga

tidak

mencemari

udara

ambien

tergantung dari pengelolaan lingkungannya.

Merujuk

Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 bahwa

pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dan komponen lain ke dalam udara ambien akibat
kegiatan manusia sehingga mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya. Beberapa gas seperti Sulfur Dioksida (SO 2),
Hidrogen sulfida (H2S) dan karbon monoksida (CO) selalu di
bebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses
alami

seperti

aktifitas

vulkanik,

pembusukan


tanaman,

kebakaran hutan dan sebagainya. Selain disebabkan polutan
alami tersebut, polusi udara juga oleh aktifitas manusia. Adanya
bahan asing di udara dalam jumlah tertentu serta berada di
udara dalam waktu yang lama di udara akan mengganggu
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP Nomor 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi

dan Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah wajib

menginformasikan kualitas udara kepada masyarakat. Untuk itu
setiap daerah perlu melakukan pemantauan kualitas udara
secara kontinyu (berkala).

Konstribusi pencemaran udara ambien di Sumatera Barat
berasal dari kegiatan transportasi,
2 | D I N A S L H P R O V. S U M B A R

industri,

pemukiman,

KERANGKA ACUAN KERJA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

2017

pembakaran sampah serta kebakaran hutan dan lahan. Kabut
asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang hampir setiap
tahun di musim kemarau di Sumatera Barat telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap penurunan kualitas udara ambien
dewasa ini. Dampak kebakaran hutan dan lahan lebih jauh juga
telah

menimbulkan


kerugian

ekonomi,

ekologi,

gangguan

keselamatan transportasi dan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat.

1.2 Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan Kegiatan
 Melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas udara
ambien

pada

18


(delapan

belas)

Kabupaten/Kota

di

Sumatera Barat
 Menginformasikan kualitas udara ambien yang diperkirakan
telah menimbulkan pencemaran udara pada stakeholder.
b.Sasaran Kegiatan
Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan ini adalah
 Terpantaunya kondisi kualitas udara ambien pada 18
(delapan belas) kabupaten/kota di Sumatera Barat
 Terinformasikannya
kualitas
udara
ambien


yang

diperkirakan telah menimbulkan pencemaran udara pada
stakeholder.

1.3 Lokasi Kegiatan dan Titik Sampling

3 | D I N A S L H P R O V. S U M B A R

N
Kabupaten/kota
JumlahKUALITAS UDARA
Lokasi
KERANGKA
ACUAN KERJA PEMANTAUAN
AMBIEN
o

1.


Titik

Kota Padang

3

-

1.4

1

2.

Kota Bukittinggi

3.

Kota Payakumbuh

1

4.

Kota Solok

1

5.

Kota Pariaman

1

6.
7.
8.
9.

Kota Padang
Panjang
Kota Sawahlunto
Kab.Padang
Pariaman
Kab.Agam

1
1
1
1

1
0.

Kab. Pasaman Barat

1

1
1.

Kab.Lima Puluh Kota

1

1
2.

Kab. Pesisir Selatan

1

1
3.

Kab. Dharmasraya

1

1
4.

Kab. Sijunjung

1

1
5.

Kab. Pasaman

1

1
6.

Kab. Solok

1

4|DIN
LH
P RDatar
O V . S U M B A1R
1AS
Kab.
Tanah

-

-

-

7.
1
8.

Kab.Solok Selatan

1

-

2017

Simp Lubeg (Kawasan
padat lalu lintas)
Ulu gadut (Kawasan
industri)
Perumnas Siteba
(Kawasan pemukiman)
Terminal Aur Kuning
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Depan UKM Center
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Simpang Rumbio
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Lapangan Merdeka
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Simpang Padang
Panjang (Kawasan
Padat Lalu lintas)
Taman Segitiga
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Terminal Lubuk Alung
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Simpang Padang Luar
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Depan Kantor Wali
Nagari Lingkuang Aua
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Depan Kantor Bupati
Sarilamak (Kawasan
Pemukiman)
Depan PDAM Painan
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Depan Masjid ALIkhwan,Sungai Rumbai
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Depan RSUD (Kawasan
Padat Lalu lintas)
Depan Kantor LH
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Simpang Pasar Sumani
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Lapangan Cindua Mato
(Kawasan Padat Lalu
lintas)
Depan Masjid Jabal Nur,
Padang Aro (Kawasan
Padat Lalu lintas)

A
sa
l
S
u
m
b
er
D
a
n
a

KERANGKA ACUAN KERJA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

Sumber

pembiayaan

kegiatan

Pemantauan

2017

Kualitas

Udara

Ambien berasal dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD
Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 pada kegiatan
Pemantauan

Kualitas

Udara

Ambien

dengan

alokasi

dana

Rp.105.000.000 (Seratus Lima juta rupiah)

1.5 Organisasi Pengguna Barang / Jasa
Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh Bapedalda Provinsi
Sumatera Barat dengan melibatkan instansi terkait, sedangkan
pengambilan

dan

pemeriksaan

sampel

udara

bekerjasama

dengan Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

5 | D I N A S L H P R O V. S U M B A R

KERANGKA ACUAN KERJA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

2017

BAB II
DATA PERENCANAAN KEGIATAN
2.1 Data Dasar
Sumber data dasar yang diperlukan dalam pemantauan kualitas
udara ambien sebelum dilakukannya pemantauan antara lain
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Kriteria lokasi
Jumlah lokasi/ titik sampling
Parameter pencemar udara
Indeks pencemar udara dan
Indeks standar pencemar udara.
Hasil pemantauan tahun sebelumnya

2.2 Standar/Kriteria yang Digunakan
A.

KRITERIA LOKASI

1. Kawasan padat lalu lintas
2. Kawasan industri
3. Kawasan Pemukiman Penduduk
4. Kawasan yang terkena imbas kebakaran hutan dan lahan
B. PARAMETER PENCEMAR UDARA
1. Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam
dan tidak mudah terbakar diudara. Sumber SO 2 berasal dari
pembakaran bahan bakar mengandung sulfur (minyak, batu
bara, bijih-bijihan mengandung logam) pada pembangkit listrik
dan industri serta emisi kendaran bermotor yang menggunakan
minyak solar sulfur tinggi.
Pencemaran SO 2 menimbulkan dampak terhadap manusia
dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar
0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah
iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm
atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi
6 | D I N A S L H P R O V. S U M B A R

KERANGKA ACUAN KERJA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

2017

terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO 2 dianggap pencemar yang
berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita

yang

mengalami

penyakit

khronis

pada

sistem

pernafasan kadiovaskular.
Apabila kadar SO2 dalam udara ambien telah melebihi Baku
Mutu (365mg/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran
24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan
upaya-upaya menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti
masker gas serta mengurangi aktifitas diluar rumah.
2. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau,
tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang
tidak berwarna. Senyawa CO merupakan hasil dari pembakaran
tidak sempurna dan mempunyai potensi bersifat racun yang
berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan
pigmen darah yaitu haemoglobin.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor,
terutama yang menggunakan bahan bakar bensin, pembakaran
batubara dan minyak dari industri serta pembakaran sampah
domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak
90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan
bermotor.
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku
mutu

(10.000

ug/Nm3

udara

dengan

rata-rata

waktu

pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan
dilakukan upaya-upaya menggunakan alat pelindung diri (APD)
seperti masker gas dan menutup/menghindari tempat-tempat
yang diduga mengandung CO.
3. Partikel Debu (Total Suspended Partikulat/TSP dan PM10)

7 | D I N A S L H P R O V. S U M B A R

KERANGKA ACUAN KERJA PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

2017

Partikulat debu merupakan campuran yang sangat rumit
dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di
udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron
sampai dengan maksimal 500 mikron. Debu yang berukuran