Penggunaan Multi Mikroba Lokal dengan Berbagai Dosis dan Inkubasi terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Pelepah Daun Kelapa Sawit In Vitro

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pakan ruminansia sebagian besar berupa hijauan, namun persediaan
hijauan semakin terbatas karena ketersediaan lahan untuk tanaman pakan semakin
menyempit. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mencari
bahan pakan alternatif baik yang berasal dari limbah pertanian maupun
perkebunan seperti pelepah daun kelapa sawit. Pelepah daun kelapa sawit
merupakan salah satu limbah perkebunan kelapa sawit, dimana keberadaannya
cukup tersedia melimpah sepanjang tahun di Indonesia khususnya Sumatera
Utara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), luas areal perkebunan
kelapa sawit di Sumatera Utara hingga tahun 2012 mencapai luas 5.456.500 ha
dan pada tahun 2013 seluas 5.592.000 ha.
Beberapa
Saccharomyces

mikroba
cerevisae

seperti


kapang

Aspergillus

mempunyai

potensi

dari

diketahui

niger,
besar

ragi
untuk

meningkatkan nilai nutrisi bahan pakan maupun meningkatkan aktivitas kinerja
mikroba rumen. Chen et al., (2004) melaporkan bahwa mikroorganisme yang bisa

dijadikan probiotik adalah khamir dan jamur. Spesies khamir yang digunakan
sebagai probiotik adalah Saccharomyces cereviseae dan Candida pentolopesii,
sedangkan spesies jamur yang digunakan sebagai probiotik adalah Aspergillus
niger dan Aspergillus oryzae. Beberapa mikroba seperti kapang Aspergillus niger,
ragi Saccharomyces cerevisiae diketahui mempunyai potensi besar untuk
meningkatkan nilai nutrisi bahan pakan. Sumber lain yang dapat digunakan adalah
jenis bakteri yang berasal dari ternak ruminansia yang dapat diisolasi dari rumen
maupun feses. Hasil peneitian Wulandari (2015) menunjukkan bahwa isolat

Universitas Sumatera Utara

bakteri rumen kerbau berjumlah 10 isolat. Di dalam cairan rumen terdapat empat
species bakteri selulolitik yang dominan, yaitu: Fibrobacter succinogenes,
Butyrivibrio fibrisolvens, Ruminococcus albus, dan R. flavvfaciens.
Proses fermentasi sangat dipengaruhi oleh faktor dosis dan waktu. Tingkat
dosis berkaitan dengan besaran populasi mikroba yang berpeluang menentukan
cepat tidaknya perkembangan mikroba dalam menghasilkan enzim untuk
merombak substrat, sehingga pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produk
akhir.
Pertumbuhan mikroba ditandai dengan lamanya waktu yang digunakan,

sehingga konsentrasi metabolik semakin meningkat sampai akhirnya menjadi
terbatas yang kemudian dapat menyebabkan laju pertumbuhan menurun.
Mudahnya memperoleh bahan pakan tersebut karena merupakan limbah
perkebunan maka timbullah pemikiran untuk melakukan penelitian, sehingga
dapat dilihat sejauh mana bahan pakan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak yang dapat meningkatkan kecernaan yang dilanjutkan dengan uji
kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.
Mengacu pada uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti perlakukan
fermentasi pelepah daun kelapa sawit secara in vitro. Metode fermentasi dengan
menggunakan

Mikroorganisme

Lokal

(MOL)

yaitu

Aspergillus


niger,

Saccharomyces cerevisiae dan isolat bakteri rumen kerbau dengan dosis dan
lama inkubasi yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Mengkaji kemampuan mikroorganisme dengan dosis dan waktu inkubasi
yang berbeda dalam meningkatkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organik terhadap fermentasi pelepah daun kelapa sawit secara in vitro.
Hipotesis Penelitian
Penggunaan beberapa mikroorganisme dengan dosis dan lama inkubasi
yang berbeda dapat meningkatkan kecernaan bahan kering (KCBK) dan
kecernaan bahan organik (KCBO) in vitro pada pelepah daun kelapa sawit.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi kalangan
akademis, peneliti dan masyarakat tentang pemanfaatan pelepah daun kelapa
sawit dengan penambahan beberapa mikroorganisme dengan dosis dan waktu

inkubasi yang berbeda untuk meningkatkan kecernaan pelepah daun kelapa sawit
in vitro.

Universitas Sumatera Utara