Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Kelahiran Anak Pertama di Klinik Mahdarina Pasar IV Padang Bulan Kecamatan Medan Selayang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam mengalami realitas, kepribadian masih
tetap utuh, perilaku dapat terganggu, tetapi masih dalam batas-batas normal.
Kecemasan didefenisikan pula sebagai suatu kondisi emosional yang
tidak menyenangkan yang datang dari dalam, bersifat meningkatkan,
menggelisahkan, dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman
bahaya yang tidak diketahui asalnya oleh individu. Perasaan ini disertai oleh
komponen somatik, fisiologik, otonomik, biokimia, hormonal dan perilaku.
Kecemasan (ansietas) juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana
seseorang merasa tidak nyaman dan adanya tekanan sistem saraf otonom
dalam aktifitas rangsangan akibat ancaman yang tidak diketahui Jaya, K
(2015).
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang
tidak menyenangkan yang dialami oleh setiap makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari
individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu
keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.
7
Universitas Sumatera Utara
Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai
sesuatu
dan
keseimbangan
merupakan
sumber
penting
dalam
usaha
memelihara
hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman
terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.
Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan penting
untuk memeliharakeseimbangandiri dan melindungi diri Suliswati, (2005);
didalam Purba & dkk, (2013).
2.2
Faktor Penyebab Kecemasan
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan terdiri
dari 2 macam yaitu :
1)
faktor internal.
Faktor internal kecemasan dapat bersumber dari diri sendiri antara lain
yaitu: tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan penyakit yang dialami.
2)
faktor eksternal.
Faktor eksternal kecemasan dapat bersumber dari keluarga (dukungan
dari orang tua dan suami), masyarakat (peran tenaga kesehatan), dan
lingkungan (lingkungan fisik biologis, dan sosial).
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan
oleh
orang
yang
mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
8
Universitas Sumatera Utara
3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala (Hidayat, 2006).
2.3 Gejala – Gejala Kecemasan
Gunarsa (1996) mengemukakan bahwa ada beberapa gejala yang muncul
akibat adanya kecemasan, yaitu :
1) Cenderung terus-menerus merasa khawatir akan sesuatu yang akan di
hadapi.
2) Cenderung lebih mudah tersinggung, tidak sabar, sering mengeluh, sulit
berkonsentrasi dan sering sulit tidur.
3) Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat
tidak menentu.
4) Secara fisiologis, individu nampak berkeringat yang berlebihan walau
udara tidak panas, jantung berdebar terlalu kencang, tangan atau kaki
dingin, mengalami gangguan pencernaan, mulut dan tenggorokan kering,
muka terlihat pucat, sering buang air kecil, otot dan persendian kaku,
mengalami gangguan pernafasan dan tekanan darah yang tinggi.
5) Individu cepat lelah, tidak dapat rileks, mudah terkejut dan terkadang
menggerakkan anggota tubuh secara berlebihan, seperti menggoyangkan
tangan atau kaki.
9
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat Gunarsa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
gejala kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Gejala fisiologis yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi fisik antara
lain mudah berkeringat yang berlebihan wlau udara tidak panas, jantung
berdebar terlalu kencang, tangan atau kaki dingin, mengalami gangguan
pencernaan, mulut dan tenggorokan kering, muka terlihat pucat, otot dan
persendian kaku, mengalami gangguan pernafasan, tekanan darah yang
tinggi, cepat lelah dan sulit tidur, tidak dapat rileks, mudah terkejut dan
terkadang menggerakkan anggota tubuh secara berlebihan.
2) Gejala fisikologis yaitu kecemasan yang berwujud gejala kejiwaan seperti
mudah merasa khawatir, mudah tersinggung dan tidak sabar, sering
mengeluh, sulit berkonsentrasi, ketegangan, rasa was-was dan keresahan
yang bersifat tidak menentu.
2.4 Respon Individu Terhadap Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundden (1998) kecemasan dapat diekspresikan
langsung melalui perubahan fisiologi, perilaku, kognitif dan afektif secara
tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari kecemasan.
2.4.1 Respon fisiologis terhadap kecemasan
1) Pada sistem kardiovaskuler terjadi : palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi dan tekanan
darah turun
10
Universitas Sumatera Utara
2) Pada sistem saluran pernafasan terjadi : nafas cepat, pernafasan
dangkal, rasa tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan,
rasa tercekik dan terenggah-enggah.
3) Pada sistem neuromeskuler terjadi : insomnia, ketakutan, gelisah,
wajah tegang dan kelemahan secara umum
4) Pada sistem gastrointestinal terjadi : kehilangan nafsu makan,
menolak maka, nausea dan diare perasaan panas atau dingin pada
kulit dan muka pucat.
2.4.2 Respon pada perilaku
1) Perubahan pada perilaku karena kecemasan dapat terjadi: gelisah,
ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dan menghindar.
2) Respon pada kognitif : dapat terjadi tidak sabar, tegang, nervous,
takut yang berlebihan, gugup yang luas biasanya dan sangat gelisah.
2.5
Predisposisi Kecemasan
Menurut Jaya, K (2015) faktor predisposisi terjadinya kecemasan
dapat dilihat dari uraian berikut ini:
1) Pandangan psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu Id dan Superego. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
11
Universitas Sumatera Utara
2) Pandangan interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, perpisahan dan kehilangan serta hal-hal yang
menimbulkan kelemahan fisik.
3) Pandangan perilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan
gangguan yang biasa ditemukan dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan kecemasan dan antara ganggguan kecemasan dengan
depresi.
5) Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin memantau dan mengatur
kecemasan.
6) Teori kognitif
Kecemasan timbul karena stimulus yang datang tidak dapat ditanggapi
dengan respon yang sesuai.
12
Universitas Sumatera Utara
2.6
Presipitasi Kecemasan
Menurut Jaya, K (2015) faktor presipitasi dari kecemasan adalah
sebagai berikut:
1) Ancaman terhadap integritas diri
Ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunkan kapasitas
untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri
Membahayakan indentitas, harga diri, dan fungsi sosial. Sedangkan
kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap faktor yang berhubungan
dengan kecemasan sangat tergantung pada usia, status kesehatan, jenis
kelamin, pengalaman, sistem pendukung, intensitas stresor dan tahap
perkembangan.
2.7
Tingkat Kecemasan
Menurut Janiwarti, B (2011) tingkat ansietas antara lain:
1) Kecemasan Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapangan persepsi melebar dan orang akan
bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan
ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respon-respon
fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali
mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka
berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.
13
Universitas Sumatera Utara
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah
lapangan persepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif.
Adapun respon perilaku dan emosi dari oramg yang mengalami ansietas
adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang-kadang meninggi.
2) Kecemasan Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapangan persepsi pada lingkungan
menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain. Respon fisiologis dari orang yang
mengalami ansietas sedang adalah sering nafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi, dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah
lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima,
berfokus terhadap apa yang menjadi perhatian. Adapun respon perilaku
dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit
tidur, dan perasaan tidak aman.
3) Kecemasan Berat
Pada ansietas berat lapangan menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal
lain. Individu sulit berpikir realitas dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memutuskan banyak pengarahan untuk memusatkan
perhatian pada area lain. Reapon-respon fisiologis ansietas berat adaah
14
Universitas Sumatera Utara
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa
sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan.
Respon kognitif orang mengalami ansietas berat adalah lapangan
persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan
tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
4) Panik
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat
sempit
dan
sudah
mengalami
gangguan
sehingga
tidak
bisa
mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apa pun walaupun dia sudah
diberikan pengarahan. Respon-respon fisiologis panik adalah napas
pendek, rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik
yang sangat rendah. Sementara respon-respon kognitif penderita panik
adalah lapangan persepsi yang sangat sempik sekali dan tidak mampu
berpikir logis. Adapun respon prilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kontrol, diri dan memiliki persepsi yang kacau.
2.8 Mekanisme Koping
Stuar dan Sundeen (1998) menyatakan bahwa kecemasan tingkat ringan
sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat kecemasan sedang
dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu reaksi yang
berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres dan
15
Universitas Sumatera Utara
mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi kecemasan ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stres.
Ketika
mengalami
kecemasan,
individu
menggunakan
berbagai
mekanisme koping atau cara penyelesaian masalah, dan jika tidak dapat
mengatasi kecemasan secara sehat dapat menyebabkan perilaku yang
patologis, sehingga mengalami koping individu yang tidak efektif. Berkaitan
dengan kecemasan pada pria dan wanita, perempuan lebih cemas akan
ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif,
eksploratif, dan lebih rileks sedangkan perempuan lebih sensitif (Myers, 1983
dikutif dari Trismiati,2004). Lebih lanjut Trismiati (2004) menyatakan bahwa
perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan dari
pada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah
mengeluarkan air mata.
Koping individu yang tidak efektif adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami ketidakmampuan dalam
menangani ansietas karena tidak memiliki kemampuan secara fisik, perilaku
maupun kognitif.
Respon Adaptif
Respon
Maladaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
16
Universitas Sumatera Utara
2.9
Fisiologi Kehamilan
2.9.1 Uterus
Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan
dan hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara produksi miosit baru
terbatas. Peningkatan ukuran sel otot, ini diiringi oleha kumulasi
jaringan fibrosa, terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan
bermakna jaringan elastik. Anyaman yang berbentuk ikut memperkuat
dinding uterus (Cunningham at al, 2012).
Sejak awal kehamilan uterus sudah mengalami kontraksi ireguler
yang secara normal tidak menyebabkan nyeri. Selama trimester kedua,
kontraksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Karena
fenomena ini pertama kali diungkapkan oleh J.Braxton Hicks pada
tahun 1872 maka kontraksi ini dinamakan kontraksi Braxton Hicks.
Kontraksi ini muncul tanpa dapat diduga dan secara sporadis serta
biasanya tidak berirama. Intensitasnya bervariasi antara sekitar 5 dan
25 mm Hg (Alvares dan Caldeyro Barcia, 1950). Sampai beberapa
minggu menjelang akhir kehamilan, kontraksi ini jarang terjadi, tetapi
meningkat selama satu atau dua minggu terakhir kehamilan. Pada saat
ini, kontraksi dapat sesering setiap 10 sampai 20 menit dan juga,
sedikit banyak, mungkin berirama (Cunningham at al, 2012).
17
Universitas Sumatera Utara
2.9.2 Penambahan Berat
Sebagian besar dari penambahan berat selama kehamilan
disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume
darah serta cairan ekstrasel ekstravaskulear. Sebagian kecil dari
peningkatan
ini
dihasilkan
oleh
perubahan
metabolik
yang
menyebabkan peningkatan air sel dan pengendapan lemak dan protein
baru apa yang disebut sebagai cadangan ibu ( maternal reserves ).
Hytten ( 1991 ) melaporkan bahwa penambahan berat rerata selama
kehamilan adalah sekitar 12,5 kg atau 27,5 kg.
2.9.3 Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan
parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara
membesar dan memperlihatkan vena-vena halus dibawah kulit. Puting
menjadi jauh lebih besar, berwarna lebih gelap, dan lebih tegak.
Setelah beberapa bulan pertama, pemijatan lembut pada puting sering
menyebabkan keluarnya cairan kental kekuningan-kolustrum. Selama
beberapa bulan tersebut, areola menjadi lebih lebar dan lebih gelap.
2.9.4 Curah Jantung
Selama kehamilan normal, tekanan arteri rerata dan resistemsi
vaskuler menurun, sementara volume darah dan laju metabolik basal
meningkat. Akibatnya, pada awal kehamilan curah jantung saat
istirahat, jika diukur dalam posisi berbaring lateral, meningkat secara
bermakna (Duvekot, dkk,1993; Mabie, dkk., 1994). Curah terus
18
Universitas Sumatera Utara
meningkat dan tetap meninggi selama sisa kehamilan.
Selama kehamilan tahap lanjut dalam wanita dalam posisi
terlentang, uterus yang besar secara konsisten menekan aliran balik
vena dari tubuh bagian bawah. Uterus juga dapat menekan aorta
(bienarz, dkk., 1968). Akibatnya adalah pengisian jantung mungkin
berkurang disertai penurunan curah jantung. Secara spesifik, Bamber
dan Dresner (2003) mendapatkan curah jantung pada aterm meningkat
1,2 L/mnt-hampir 20 persen-jika seorang wanita berpisah dari posisi
terlentang menjadi penyamping. Selain itu, pada posisi terlentang,
aliran darah uterus hamil diperkirakan berkurang sepertiganya
berdasarkan velosimetri Doppler (Jeffreys, dkk., 2006). Yang perlu
dicata, Simpson dan James (2005) mendapatkan bahwa saturasi
oksigen janin lebih tinggi sekitar 10 persen ketika wanita melahirkan
berada dalam posisi berbaring lateral dibandingkan dengan terlentang.
Saat berdiri, curah jantung turun dengan tingkatan serupa pada wanita
tak hamil (Easterling, dkk., 1988).
2.9.5 Tekanan Darah
Kehamilan normal tidak banyak berpengaruh pada tekanan darah.
Walaupun pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung dan
peningkatan resistensi vaskular, tekanan sistolik tidak banyak berubah.
Namun, tekanan darah diastolik lebih rendah pada dua semester
pertama dan kembali ke tinggkat sebelum hamil pada trimester ketiga.
Pembentukan jaringan vaskuler baru dan relaksasi tonus perifer akibat
19
Universitas Sumatera Utara
pengaruh progesteron menyebabkan penurunan resistensi terhadap
aliran darah.
Peningkatan perbedaan antar tekanan darah diastolik dan sistolik
berarti selama hampir sepanjang kehamilan, tekanan nadi meningkat.
Hipotensi, terutama pada awal kehamilan, dikaitkan dengan rasa lelah,
nyeri kepala, dan pusing, yang dialami oleh banyak wanita.
Pada wanita normotensif, tekanan darah pada kehamilan
dipengaruhi oleh postur (Wichman, Ryden, & Wichman, 1984).
Tekanan darah lebih tinggi saat mereka duduk dan turun saat berbaring,
terutama berbaring di satu sisi.
Berbaring telentang menyebabkan uterus dan isisnya menekan
pembuluh besar, terutama vena iliaka dan vena kava inferior yang
berdinding tipis sehingga aliran balik vena berkurang. Sebagian besar
wanita mengalami penurunan tekanan darah lebih dari 10% saat
mereka berbaring, bagi sebagian wanita penurunan ini menjadi ekstrem
dan mencapai hampir 50%. Efek posisi litotomi pada persalinan adalah
mengurangi curah jantung secara bermakna (Carbonne et al, 1996).
Pada akhir kehamilan, sebagian besar wanita mengalami edema
di tungkai bawah. Edema lebih parah pada wanita hipertensif, minum
air pada wanita hamil tampaknya menyebabkan peningkatan volume
tungkai bawah dan diuresis tertunda sampai ia berbaring sehingga
terjadi nokturia.
20
Universitas Sumatera Utara
2.9.6 Sistem Pencernaan
a) Mengidam dan menghindari makanan tertentu
Dua-pertiga wanita hamil memperlihatkan preferensi makanan
yang mencolok berupa mengidam atau tidak menyukai makanan
tertentu. Diperkirakan sensitivitas papil pengecap menumpul selama
kehamilan (Bowen, 1992).
Sensasi kecap mungkin menumpul selama kehamilan sehingga
ambang untuk semua sensasi kecap meningkat. Sensasi penciuman
mungkin meningkat, wanita hamil biasanya sangat peka terhadap bau
yang mengganggu, misalnya nikotin dan kopi. Perubahan pada
pengecapan dan penciuman ini tampaknya mencerminkan sekresi hCG.
b) Mual dan muntah pada kehamilan
Antara 50% dan 90% wanita hamil mengalami mual dan muntah
pada kehamilan (MMK). Biasanya pada trimester pertama walaupun
20% mengalami MMK selama gestasi. Mual dan muntah mungkin
merupakan manifestasi fisik pertama adanya kehamilan. MMK lebih
sering pada populasi perkotaan yang telah mengalami Westernisasi dan
dipengaruhi oleh etnis, status pekerjaan, dan usia ibu. Puncak MMK
biasanya pada usia gestasi 8-12 minggu, gejala biasanya mereda pada
pertengahan kehamilan. Walaupun sekitar 50% wanita dengan MMK
lebih sering mengalami pada pagi hari, sebagian mengalami mual dan
muntah pada malam hari, dengan pola bifasik, atau sepanjang hari.
21
Universitas Sumatera Utara
MMK biasanya diterapi secara konservatif dengan istirahat dan
pemberian keyakinan serta nasihat untuk mengonsumsi makanan yang
kaya karbohidrat yang mudah dicerna dan rendah lemak dalam jumlah
kecil, tetapi sering. Daging dan bau yang keras dapat memperparah
MMK. Walawpun mungkin menimbulkan dampak sosioekonomi,
MMK dianggap sebagai tanda prognostik yang baik dan berkaitan
dengan hasil akhir kehamilan yang positif.
Mual dan muntah berlebihan yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik, dan defesiensi gizi
dikenal sebagai hiperemesis gravidarum.
2.9.7 Tidur
Pada kehamilan, pola tidur berubah. Telah diamati adanya
peningkatan keinginan tidur dan tidur siang pada trimester pertama
(Brunner et al, 1994). Diperkirakan progesteron memengaruhi aktivitas
neuron di otak sehingga kadar neurotransmiter eksitatorik menurun
(Semith, 1991). Estrogen memperkuat efek ini dengan meningkatkan
jumlah reseptor untuk progesteron. Julah tidur rapid eye movement
(REM) meningkat dari 25 minggu, memuncak pada 33-36 minggu.
Tidur non-REM stadium 4 (tidur dalam) berkurang. Keadaan inilah
yang tampaknya penting untuk perbaikan jaringan dan pemulihan dari
kelelahan. Pada paruh kedua kehamilan, wanita cendrung tidur lebih
sedikit karena mereka sering terganggu oleh nokturia, dispnea, nyeri
uluhati, hidung tersumbat, nyeri otot, stres, dan rasa cemas, serta
22
Universitas Sumatera Utara
aktivitas janin.
2.10
Kondisi Psikologis Ibu Selama Kehamilan
Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis
khusus yang lebih jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan
perubahan biologis yang sedang terjadi.
Respons psikologis ini dapat terulang pada kehamilan berikutnya
pada setiap wanita :
a.
Trimester pertama
Pada bulan pertama kehamilan, ibu dapat merasakan emosi yang tidak
stabil seperti sindrom pra-menstruasi, seperti mudah tersinggung, perubahan
suasana hati, tidak rasional dan mudah menangis. Ibu juga akan sering
mengalami kekhawatiran secara berlebihan terhadap kondisi kandungan.
Karena kehamilan merupakan pengalaman pertama ibu, perasaan tertekan di
perut bagian bawah yang dirasakan sering dikhawatirkan sebagai tanda dari
keguguran. Saat mengalami stres, ibu hamil akan mengalami sakit kepala,
sakit punggung, atau hilangnya selera makan. Reaksi negatif terhadap stres
dapat diperparah oleh suasana hati yang biasa dialami ibu hamil. Jika stres
berlanjut dan tidak segera dimanajemen maka ibu dapat jatuh kekeadaan
depresi yang di tandai dengan perasaan sedih, kosong, lemas, gangguan tidur
(terlalu banyak atau terlalu sedikit), perubahan kebiasaan makan (tidak makan
atau makan terus), keletihan yang tidak biasa, dan/atau kegelisahan yang
berlebihan serta kehilangan minat melakukan kegiatan. Oleh karena itu,
23
Universitas Sumatera Utara
manajemen stres yang tepat selama trimester pertama sangat penting agar
stres tidak berlanjut ke trimester kedua dan ketiga.
b.
Trimester kedua
Memasuki trimester kedua, ibu mulai dapat merasakan perubahan fisik
akibat kehamilan. Hal yang sering dirasakan ibu adalah perasaan frustasi
karena berada pada masa peralihan, misalnya akibat baju yang sudah terlalu
kecil tetapi enggan untuk memakai baju hamil karena kehamilan yang belum
terlalu besar. Sesak nafas, masalah tidur, dan peningkatan tekanan darah yang
biasa mulai terjadi pada awal trimester kedua sering menjadi sumber
kekhawatiran ibu. Pada akhir trimester kedua, orangtua mulai berfikir tentang
tanggung jawab yang akan segera dipikul, perubahan gaya hidup, serta biaya
keuangan dan emosional dari merawat seorang bayi. Karena proses persalinan
sudah semakin dekat, ibu mulai mengalami kecemasan akan nyeri persalinan.
Ibu yang belum pernah mengalami persalinan akan merasakan perasaan takut,
dan cemas.
c.
Trimester ketiga
Trimester ketiga di tandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena
kelahiran bayi yang semakin dekat. Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat
periode tingkat semangat, stress bahkan sampai depresi ketika bayi membesar
dan ketidaknyamanan bertambah. Trimester ketiga sering disebut periode
penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai
menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah sehingga ibu
menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was
24
Universitas Sumatera Utara
mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuat ibu berjaga-jaga
sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan
muncul (Bandini, 2013).
Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam
menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama
wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan
pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan
tentang keberadaan bayi. Ibu lebih protektif terhadap bayinya. Sebagian besar
pemikiran di fokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai
jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
2.11 Ketidaknyamanan Fisik Ibu Hamil
Menurut Louise (2006), tidak semua wanita mengalami semua
ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak
wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat, diantaranya adalah:
1)
Nyeri punggung
Sering diperparah dengan disebut nyeri punggung yang lama (Backache),
nyeri punggung muncul dalam persalinan dan peurperium juga pada
kehamilan. Nyeri punggung berkaitan dengan ‘regangan’ yang disebabkan
oleh uterus yang membesar (Dutro & Wheleer, 1991). Regangan seperti itu
hanya dapat diperburuk oleh perubahan postur atau lordosis, yang oleh
wanita hamil dianggap untuk mempertahankan keseimbangannya.
25
Universitas Sumatera Utara
2)
Sering buang air kecil
Kebanyakan ibu hamil sering pergi ke toilet pada trimester pertama dan
ketiga. Salah satu alasan dari bertambah seringnya buang air kecil adalah
meningkatnya volume cairan tubuh dan meningkatnya efisiensi ginjal, yang
membantu mempercepat pembuangan produk sisa. Alasan lainnya adalah
tekanan dari rahim yang membesar ketika ia masih berada di dalam pinggul,
di sebelah kandung kemih. Tekanan pada kandung kemih ini sering kali
mereda setelah rahim naik ke dalam rongga perut, di sekitar bulan keempat,
dan biasanya tidak kembali sampai ke trimester ketiga atau ketika bayi
“turun” kembali kerongga pinggul pada bulan kesembilan.
3)
Kram tungkai
Spasme nyeri pada betis atau muskus gastroknemius adalah masalah
lazim pada kehamilan. Perkiraan insiden bervariasi dari yang rendah
sebanyak 5% wanita hamilsampai hampir 50% (Dahle., 1995; Bracken, dkk.,
1989). Masalah ini tidak hanya diakibatkan oleh sifat nyeri kram ini, tetapi
frekuensi dan gangguannya dalam pola hidup karena sering terjadi saat
malam hari. Dalam studi mereka, Dahle dkk., menemukan bahwa 88% dari
73 penderita yang merupakan wanita hamil dalam sampel mereka mengalami
kram ini hanya pada malam hari, tetapi bagi wanita yang lain kram juga
terjadi pada siang hari.
Postur bersandar adalah sebuah faktor dan menghubungkan hal ini dengan
uterus kehamilan yang menekan saraf yang mempersarafi tungkai; ‘ibu jari
kaki menunjuk saat meregangkan tungkai atau berjalan’ juga dipersalahkan
26
Universitas Sumatera Utara
(Bobak dan Starn, 1993).
4)
Insomnia
Insomnia dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab seperti kekhawatiran,
kecemasan, terlalu gembira menyambut sesuatu. Pada wanita hamil hal ini
ditambah
dengan
ketidaknyamanan
akibat
uterus
yang
membesar,
ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin, terutama jika
janin tersebut aktif (Varney, 2007).
5)
Tekanan di perut bagian bawah
Tekanan di perut bagian bawah sangat biasa terutama pada kehamilan
pertama. Kemungkinan besar, radar tubuh yang sangat peka hanya
menangkap beberapa dari banyak perubahan yang sedang terjadi di perut
bagian bawah, lokasi dari rahim anda pada saat ini. Apa yang anda rasakan
mungkin adalah sensasi penanaman embrio di dinding rahaim, bertambahnya
aliran darah, menebalnya lapisan rahim, atau sekedar rahim anda sedang
membesar.
6)
Sesak nafas (hiperventilasi)
Sesak nafas ringan adalah normal, dan banyak ibu hamil yang
mengalaminya di awal trimester kedua. Hal ini disebabkan hormon
kehamilan yang merangsang pusat pernafasan untuk meningkatkan frekuensi
dan kedalaman nafas, sehingga anda merasa “sulit bernafas”. Juga terdapat
pembengkakan pada pembuluh darah kapiler dari saluran pernafasan dan
bagian tubuh lainnya, serta mengendurnya otot-otot paru-paru, saluran
bronkhus,dan otot-otot lain. Ketika kehamilan berlanjut, anda semakin sulit
27
Universitas Sumatera Utara
menarik nafas dalam karena rahim yang membasar mendesak kearah
diafragma dada, ini mendesak paru-paru dan membuatnya sulit untuk
mengembang dengan penuh (Murkoff et al, 2006).
7)
Pingsan dan pusing
Pada trimester pertama, pusing bisa terjadi karena tidak cukupnya
pasokan darah untuk memenuhi sistem predaran darahyang sedang
mengambang dengan cepat, pada trimester kedua, ia bisa disebabkan oleh
tekanan rahim yang membesar pada pembuluh darah ibu. Pusing juga bisa
menyerang setiap kali anda bangun terlalu cepat dari posisi duduk atau
berdiri. Ini disebabkan oleh peralihan darah yang tiba-tiba dari otak ketika
anda mengganti posisi (Murkoff et al, 2006)
8)
Kelelahan (fatique)
Kelelahan dapat terjadi karena tubuh ibu hamil sedang memproduksi
sistem pendukung kehidupan bayi, yaitu plasenta, yang belum akan selesai
sampai akhir trimester pertama. Selain itu, tubuh sedang menyesuaikan diri
dengan banyak tuntutan fisik dan emosional dari kehamilan. Begitu tubuh
sudah menyesuaikan diri dan plasenta telah selesai (sekitar bulan keempat),
ibu akan memiliki lebih banyak tenaga (Murkoff et al, 2006).
28
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam mengalami realitas, kepribadian masih
tetap utuh, perilaku dapat terganggu, tetapi masih dalam batas-batas normal.
Kecemasan didefenisikan pula sebagai suatu kondisi emosional yang
tidak menyenangkan yang datang dari dalam, bersifat meningkatkan,
menggelisahkan, dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman
bahaya yang tidak diketahui asalnya oleh individu. Perasaan ini disertai oleh
komponen somatik, fisiologik, otonomik, biokimia, hormonal dan perilaku.
Kecemasan (ansietas) juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana
seseorang merasa tidak nyaman dan adanya tekanan sistem saraf otonom
dalam aktifitas rangsangan akibat ancaman yang tidak diketahui Jaya, K
(2015).
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang
tidak menyenangkan yang dialami oleh setiap makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari
individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu
keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.
7
Universitas Sumatera Utara
Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai
sesuatu
dan
keseimbangan
merupakan
sumber
penting
dalam
usaha
memelihara
hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman
terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.
Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan penting
untuk memeliharakeseimbangandiri dan melindungi diri Suliswati, (2005);
didalam Purba & dkk, (2013).
2.2
Faktor Penyebab Kecemasan
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan terdiri
dari 2 macam yaitu :
1)
faktor internal.
Faktor internal kecemasan dapat bersumber dari diri sendiri antara lain
yaitu: tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan penyakit yang dialami.
2)
faktor eksternal.
Faktor eksternal kecemasan dapat bersumber dari keluarga (dukungan
dari orang tua dan suami), masyarakat (peran tenaga kesehatan), dan
lingkungan (lingkungan fisik biologis, dan sosial).
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan
oleh
orang
yang
mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
8
Universitas Sumatera Utara
3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala (Hidayat, 2006).
2.3 Gejala – Gejala Kecemasan
Gunarsa (1996) mengemukakan bahwa ada beberapa gejala yang muncul
akibat adanya kecemasan, yaitu :
1) Cenderung terus-menerus merasa khawatir akan sesuatu yang akan di
hadapi.
2) Cenderung lebih mudah tersinggung, tidak sabar, sering mengeluh, sulit
berkonsentrasi dan sering sulit tidur.
3) Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat
tidak menentu.
4) Secara fisiologis, individu nampak berkeringat yang berlebihan walau
udara tidak panas, jantung berdebar terlalu kencang, tangan atau kaki
dingin, mengalami gangguan pencernaan, mulut dan tenggorokan kering,
muka terlihat pucat, sering buang air kecil, otot dan persendian kaku,
mengalami gangguan pernafasan dan tekanan darah yang tinggi.
5) Individu cepat lelah, tidak dapat rileks, mudah terkejut dan terkadang
menggerakkan anggota tubuh secara berlebihan, seperti menggoyangkan
tangan atau kaki.
9
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat Gunarsa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
gejala kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Gejala fisiologis yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi fisik antara
lain mudah berkeringat yang berlebihan wlau udara tidak panas, jantung
berdebar terlalu kencang, tangan atau kaki dingin, mengalami gangguan
pencernaan, mulut dan tenggorokan kering, muka terlihat pucat, otot dan
persendian kaku, mengalami gangguan pernafasan, tekanan darah yang
tinggi, cepat lelah dan sulit tidur, tidak dapat rileks, mudah terkejut dan
terkadang menggerakkan anggota tubuh secara berlebihan.
2) Gejala fisikologis yaitu kecemasan yang berwujud gejala kejiwaan seperti
mudah merasa khawatir, mudah tersinggung dan tidak sabar, sering
mengeluh, sulit berkonsentrasi, ketegangan, rasa was-was dan keresahan
yang bersifat tidak menentu.
2.4 Respon Individu Terhadap Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundden (1998) kecemasan dapat diekspresikan
langsung melalui perubahan fisiologi, perilaku, kognitif dan afektif secara
tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari kecemasan.
2.4.1 Respon fisiologis terhadap kecemasan
1) Pada sistem kardiovaskuler terjadi : palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi dan tekanan
darah turun
10
Universitas Sumatera Utara
2) Pada sistem saluran pernafasan terjadi : nafas cepat, pernafasan
dangkal, rasa tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan,
rasa tercekik dan terenggah-enggah.
3) Pada sistem neuromeskuler terjadi : insomnia, ketakutan, gelisah,
wajah tegang dan kelemahan secara umum
4) Pada sistem gastrointestinal terjadi : kehilangan nafsu makan,
menolak maka, nausea dan diare perasaan panas atau dingin pada
kulit dan muka pucat.
2.4.2 Respon pada perilaku
1) Perubahan pada perilaku karena kecemasan dapat terjadi: gelisah,
ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dan menghindar.
2) Respon pada kognitif : dapat terjadi tidak sabar, tegang, nervous,
takut yang berlebihan, gugup yang luas biasanya dan sangat gelisah.
2.5
Predisposisi Kecemasan
Menurut Jaya, K (2015) faktor predisposisi terjadinya kecemasan
dapat dilihat dari uraian berikut ini:
1) Pandangan psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu Id dan Superego. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
11
Universitas Sumatera Utara
2) Pandangan interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, perpisahan dan kehilangan serta hal-hal yang
menimbulkan kelemahan fisik.
3) Pandangan perilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan
gangguan yang biasa ditemukan dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan kecemasan dan antara ganggguan kecemasan dengan
depresi.
5) Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin memantau dan mengatur
kecemasan.
6) Teori kognitif
Kecemasan timbul karena stimulus yang datang tidak dapat ditanggapi
dengan respon yang sesuai.
12
Universitas Sumatera Utara
2.6
Presipitasi Kecemasan
Menurut Jaya, K (2015) faktor presipitasi dari kecemasan adalah
sebagai berikut:
1) Ancaman terhadap integritas diri
Ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunkan kapasitas
untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri
Membahayakan indentitas, harga diri, dan fungsi sosial. Sedangkan
kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap faktor yang berhubungan
dengan kecemasan sangat tergantung pada usia, status kesehatan, jenis
kelamin, pengalaman, sistem pendukung, intensitas stresor dan tahap
perkembangan.
2.7
Tingkat Kecemasan
Menurut Janiwarti, B (2011) tingkat ansietas antara lain:
1) Kecemasan Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapangan persepsi melebar dan orang akan
bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan
ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respon-respon
fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali
mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka
berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.
13
Universitas Sumatera Utara
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah
lapangan persepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif.
Adapun respon perilaku dan emosi dari oramg yang mengalami ansietas
adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang-kadang meninggi.
2) Kecemasan Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapangan persepsi pada lingkungan
menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain. Respon fisiologis dari orang yang
mengalami ansietas sedang adalah sering nafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi, dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah
lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima,
berfokus terhadap apa yang menjadi perhatian. Adapun respon perilaku
dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit
tidur, dan perasaan tidak aman.
3) Kecemasan Berat
Pada ansietas berat lapangan menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal
lain. Individu sulit berpikir realitas dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memutuskan banyak pengarahan untuk memusatkan
perhatian pada area lain. Reapon-respon fisiologis ansietas berat adaah
14
Universitas Sumatera Utara
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa
sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan.
Respon kognitif orang mengalami ansietas berat adalah lapangan
persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan
tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
4) Panik
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat
sempit
dan
sudah
mengalami
gangguan
sehingga
tidak
bisa
mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apa pun walaupun dia sudah
diberikan pengarahan. Respon-respon fisiologis panik adalah napas
pendek, rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik
yang sangat rendah. Sementara respon-respon kognitif penderita panik
adalah lapangan persepsi yang sangat sempik sekali dan tidak mampu
berpikir logis. Adapun respon prilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kontrol, diri dan memiliki persepsi yang kacau.
2.8 Mekanisme Koping
Stuar dan Sundeen (1998) menyatakan bahwa kecemasan tingkat ringan
sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat kecemasan sedang
dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu reaksi yang
berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres dan
15
Universitas Sumatera Utara
mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi kecemasan ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stres.
Ketika
mengalami
kecemasan,
individu
menggunakan
berbagai
mekanisme koping atau cara penyelesaian masalah, dan jika tidak dapat
mengatasi kecemasan secara sehat dapat menyebabkan perilaku yang
patologis, sehingga mengalami koping individu yang tidak efektif. Berkaitan
dengan kecemasan pada pria dan wanita, perempuan lebih cemas akan
ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif,
eksploratif, dan lebih rileks sedangkan perempuan lebih sensitif (Myers, 1983
dikutif dari Trismiati,2004). Lebih lanjut Trismiati (2004) menyatakan bahwa
perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan dari
pada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah
mengeluarkan air mata.
Koping individu yang tidak efektif adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami ketidakmampuan dalam
menangani ansietas karena tidak memiliki kemampuan secara fisik, perilaku
maupun kognitif.
Respon Adaptif
Respon
Maladaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
16
Universitas Sumatera Utara
2.9
Fisiologi Kehamilan
2.9.1 Uterus
Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat peregangan
dan hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara produksi miosit baru
terbatas. Peningkatan ukuran sel otot, ini diiringi oleha kumulasi
jaringan fibrosa, terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan
bermakna jaringan elastik. Anyaman yang berbentuk ikut memperkuat
dinding uterus (Cunningham at al, 2012).
Sejak awal kehamilan uterus sudah mengalami kontraksi ireguler
yang secara normal tidak menyebabkan nyeri. Selama trimester kedua,
kontraksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Karena
fenomena ini pertama kali diungkapkan oleh J.Braxton Hicks pada
tahun 1872 maka kontraksi ini dinamakan kontraksi Braxton Hicks.
Kontraksi ini muncul tanpa dapat diduga dan secara sporadis serta
biasanya tidak berirama. Intensitasnya bervariasi antara sekitar 5 dan
25 mm Hg (Alvares dan Caldeyro Barcia, 1950). Sampai beberapa
minggu menjelang akhir kehamilan, kontraksi ini jarang terjadi, tetapi
meningkat selama satu atau dua minggu terakhir kehamilan. Pada saat
ini, kontraksi dapat sesering setiap 10 sampai 20 menit dan juga,
sedikit banyak, mungkin berirama (Cunningham at al, 2012).
17
Universitas Sumatera Utara
2.9.2 Penambahan Berat
Sebagian besar dari penambahan berat selama kehamilan
disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume
darah serta cairan ekstrasel ekstravaskulear. Sebagian kecil dari
peningkatan
ini
dihasilkan
oleh
perubahan
metabolik
yang
menyebabkan peningkatan air sel dan pengendapan lemak dan protein
baru apa yang disebut sebagai cadangan ibu ( maternal reserves ).
Hytten ( 1991 ) melaporkan bahwa penambahan berat rerata selama
kehamilan adalah sekitar 12,5 kg atau 27,5 kg.
2.9.3 Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan
parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara
membesar dan memperlihatkan vena-vena halus dibawah kulit. Puting
menjadi jauh lebih besar, berwarna lebih gelap, dan lebih tegak.
Setelah beberapa bulan pertama, pemijatan lembut pada puting sering
menyebabkan keluarnya cairan kental kekuningan-kolustrum. Selama
beberapa bulan tersebut, areola menjadi lebih lebar dan lebih gelap.
2.9.4 Curah Jantung
Selama kehamilan normal, tekanan arteri rerata dan resistemsi
vaskuler menurun, sementara volume darah dan laju metabolik basal
meningkat. Akibatnya, pada awal kehamilan curah jantung saat
istirahat, jika diukur dalam posisi berbaring lateral, meningkat secara
bermakna (Duvekot, dkk,1993; Mabie, dkk., 1994). Curah terus
18
Universitas Sumatera Utara
meningkat dan tetap meninggi selama sisa kehamilan.
Selama kehamilan tahap lanjut dalam wanita dalam posisi
terlentang, uterus yang besar secara konsisten menekan aliran balik
vena dari tubuh bagian bawah. Uterus juga dapat menekan aorta
(bienarz, dkk., 1968). Akibatnya adalah pengisian jantung mungkin
berkurang disertai penurunan curah jantung. Secara spesifik, Bamber
dan Dresner (2003) mendapatkan curah jantung pada aterm meningkat
1,2 L/mnt-hampir 20 persen-jika seorang wanita berpisah dari posisi
terlentang menjadi penyamping. Selain itu, pada posisi terlentang,
aliran darah uterus hamil diperkirakan berkurang sepertiganya
berdasarkan velosimetri Doppler (Jeffreys, dkk., 2006). Yang perlu
dicata, Simpson dan James (2005) mendapatkan bahwa saturasi
oksigen janin lebih tinggi sekitar 10 persen ketika wanita melahirkan
berada dalam posisi berbaring lateral dibandingkan dengan terlentang.
Saat berdiri, curah jantung turun dengan tingkatan serupa pada wanita
tak hamil (Easterling, dkk., 1988).
2.9.5 Tekanan Darah
Kehamilan normal tidak banyak berpengaruh pada tekanan darah.
Walaupun pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung dan
peningkatan resistensi vaskular, tekanan sistolik tidak banyak berubah.
Namun, tekanan darah diastolik lebih rendah pada dua semester
pertama dan kembali ke tinggkat sebelum hamil pada trimester ketiga.
Pembentukan jaringan vaskuler baru dan relaksasi tonus perifer akibat
19
Universitas Sumatera Utara
pengaruh progesteron menyebabkan penurunan resistensi terhadap
aliran darah.
Peningkatan perbedaan antar tekanan darah diastolik dan sistolik
berarti selama hampir sepanjang kehamilan, tekanan nadi meningkat.
Hipotensi, terutama pada awal kehamilan, dikaitkan dengan rasa lelah,
nyeri kepala, dan pusing, yang dialami oleh banyak wanita.
Pada wanita normotensif, tekanan darah pada kehamilan
dipengaruhi oleh postur (Wichman, Ryden, & Wichman, 1984).
Tekanan darah lebih tinggi saat mereka duduk dan turun saat berbaring,
terutama berbaring di satu sisi.
Berbaring telentang menyebabkan uterus dan isisnya menekan
pembuluh besar, terutama vena iliaka dan vena kava inferior yang
berdinding tipis sehingga aliran balik vena berkurang. Sebagian besar
wanita mengalami penurunan tekanan darah lebih dari 10% saat
mereka berbaring, bagi sebagian wanita penurunan ini menjadi ekstrem
dan mencapai hampir 50%. Efek posisi litotomi pada persalinan adalah
mengurangi curah jantung secara bermakna (Carbonne et al, 1996).
Pada akhir kehamilan, sebagian besar wanita mengalami edema
di tungkai bawah. Edema lebih parah pada wanita hipertensif, minum
air pada wanita hamil tampaknya menyebabkan peningkatan volume
tungkai bawah dan diuresis tertunda sampai ia berbaring sehingga
terjadi nokturia.
20
Universitas Sumatera Utara
2.9.6 Sistem Pencernaan
a) Mengidam dan menghindari makanan tertentu
Dua-pertiga wanita hamil memperlihatkan preferensi makanan
yang mencolok berupa mengidam atau tidak menyukai makanan
tertentu. Diperkirakan sensitivitas papil pengecap menumpul selama
kehamilan (Bowen, 1992).
Sensasi kecap mungkin menumpul selama kehamilan sehingga
ambang untuk semua sensasi kecap meningkat. Sensasi penciuman
mungkin meningkat, wanita hamil biasanya sangat peka terhadap bau
yang mengganggu, misalnya nikotin dan kopi. Perubahan pada
pengecapan dan penciuman ini tampaknya mencerminkan sekresi hCG.
b) Mual dan muntah pada kehamilan
Antara 50% dan 90% wanita hamil mengalami mual dan muntah
pada kehamilan (MMK). Biasanya pada trimester pertama walaupun
20% mengalami MMK selama gestasi. Mual dan muntah mungkin
merupakan manifestasi fisik pertama adanya kehamilan. MMK lebih
sering pada populasi perkotaan yang telah mengalami Westernisasi dan
dipengaruhi oleh etnis, status pekerjaan, dan usia ibu. Puncak MMK
biasanya pada usia gestasi 8-12 minggu, gejala biasanya mereda pada
pertengahan kehamilan. Walaupun sekitar 50% wanita dengan MMK
lebih sering mengalami pada pagi hari, sebagian mengalami mual dan
muntah pada malam hari, dengan pola bifasik, atau sepanjang hari.
21
Universitas Sumatera Utara
MMK biasanya diterapi secara konservatif dengan istirahat dan
pemberian keyakinan serta nasihat untuk mengonsumsi makanan yang
kaya karbohidrat yang mudah dicerna dan rendah lemak dalam jumlah
kecil, tetapi sering. Daging dan bau yang keras dapat memperparah
MMK. Walawpun mungkin menimbulkan dampak sosioekonomi,
MMK dianggap sebagai tanda prognostik yang baik dan berkaitan
dengan hasil akhir kehamilan yang positif.
Mual dan muntah berlebihan yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik, dan defesiensi gizi
dikenal sebagai hiperemesis gravidarum.
2.9.7 Tidur
Pada kehamilan, pola tidur berubah. Telah diamati adanya
peningkatan keinginan tidur dan tidur siang pada trimester pertama
(Brunner et al, 1994). Diperkirakan progesteron memengaruhi aktivitas
neuron di otak sehingga kadar neurotransmiter eksitatorik menurun
(Semith, 1991). Estrogen memperkuat efek ini dengan meningkatkan
jumlah reseptor untuk progesteron. Julah tidur rapid eye movement
(REM) meningkat dari 25 minggu, memuncak pada 33-36 minggu.
Tidur non-REM stadium 4 (tidur dalam) berkurang. Keadaan inilah
yang tampaknya penting untuk perbaikan jaringan dan pemulihan dari
kelelahan. Pada paruh kedua kehamilan, wanita cendrung tidur lebih
sedikit karena mereka sering terganggu oleh nokturia, dispnea, nyeri
uluhati, hidung tersumbat, nyeri otot, stres, dan rasa cemas, serta
22
Universitas Sumatera Utara
aktivitas janin.
2.10
Kondisi Psikologis Ibu Selama Kehamilan
Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis
khusus yang lebih jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan
perubahan biologis yang sedang terjadi.
Respons psikologis ini dapat terulang pada kehamilan berikutnya
pada setiap wanita :
a.
Trimester pertama
Pada bulan pertama kehamilan, ibu dapat merasakan emosi yang tidak
stabil seperti sindrom pra-menstruasi, seperti mudah tersinggung, perubahan
suasana hati, tidak rasional dan mudah menangis. Ibu juga akan sering
mengalami kekhawatiran secara berlebihan terhadap kondisi kandungan.
Karena kehamilan merupakan pengalaman pertama ibu, perasaan tertekan di
perut bagian bawah yang dirasakan sering dikhawatirkan sebagai tanda dari
keguguran. Saat mengalami stres, ibu hamil akan mengalami sakit kepala,
sakit punggung, atau hilangnya selera makan. Reaksi negatif terhadap stres
dapat diperparah oleh suasana hati yang biasa dialami ibu hamil. Jika stres
berlanjut dan tidak segera dimanajemen maka ibu dapat jatuh kekeadaan
depresi yang di tandai dengan perasaan sedih, kosong, lemas, gangguan tidur
(terlalu banyak atau terlalu sedikit), perubahan kebiasaan makan (tidak makan
atau makan terus), keletihan yang tidak biasa, dan/atau kegelisahan yang
berlebihan serta kehilangan minat melakukan kegiatan. Oleh karena itu,
23
Universitas Sumatera Utara
manajemen stres yang tepat selama trimester pertama sangat penting agar
stres tidak berlanjut ke trimester kedua dan ketiga.
b.
Trimester kedua
Memasuki trimester kedua, ibu mulai dapat merasakan perubahan fisik
akibat kehamilan. Hal yang sering dirasakan ibu adalah perasaan frustasi
karena berada pada masa peralihan, misalnya akibat baju yang sudah terlalu
kecil tetapi enggan untuk memakai baju hamil karena kehamilan yang belum
terlalu besar. Sesak nafas, masalah tidur, dan peningkatan tekanan darah yang
biasa mulai terjadi pada awal trimester kedua sering menjadi sumber
kekhawatiran ibu. Pada akhir trimester kedua, orangtua mulai berfikir tentang
tanggung jawab yang akan segera dipikul, perubahan gaya hidup, serta biaya
keuangan dan emosional dari merawat seorang bayi. Karena proses persalinan
sudah semakin dekat, ibu mulai mengalami kecemasan akan nyeri persalinan.
Ibu yang belum pernah mengalami persalinan akan merasakan perasaan takut,
dan cemas.
c.
Trimester ketiga
Trimester ketiga di tandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena
kelahiran bayi yang semakin dekat. Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat
periode tingkat semangat, stress bahkan sampai depresi ketika bayi membesar
dan ketidaknyamanan bertambah. Trimester ketiga sering disebut periode
penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai
menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah sehingga ibu
menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was
24
Universitas Sumatera Utara
mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuat ibu berjaga-jaga
sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan
muncul (Bandini, 2013).
Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam
menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama
wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan
pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan
tentang keberadaan bayi. Ibu lebih protektif terhadap bayinya. Sebagian besar
pemikiran di fokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai
jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
2.11 Ketidaknyamanan Fisik Ibu Hamil
Menurut Louise (2006), tidak semua wanita mengalami semua
ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak
wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat, diantaranya adalah:
1)
Nyeri punggung
Sering diperparah dengan disebut nyeri punggung yang lama (Backache),
nyeri punggung muncul dalam persalinan dan peurperium juga pada
kehamilan. Nyeri punggung berkaitan dengan ‘regangan’ yang disebabkan
oleh uterus yang membesar (Dutro & Wheleer, 1991). Regangan seperti itu
hanya dapat diperburuk oleh perubahan postur atau lordosis, yang oleh
wanita hamil dianggap untuk mempertahankan keseimbangannya.
25
Universitas Sumatera Utara
2)
Sering buang air kecil
Kebanyakan ibu hamil sering pergi ke toilet pada trimester pertama dan
ketiga. Salah satu alasan dari bertambah seringnya buang air kecil adalah
meningkatnya volume cairan tubuh dan meningkatnya efisiensi ginjal, yang
membantu mempercepat pembuangan produk sisa. Alasan lainnya adalah
tekanan dari rahim yang membesar ketika ia masih berada di dalam pinggul,
di sebelah kandung kemih. Tekanan pada kandung kemih ini sering kali
mereda setelah rahim naik ke dalam rongga perut, di sekitar bulan keempat,
dan biasanya tidak kembali sampai ke trimester ketiga atau ketika bayi
“turun” kembali kerongga pinggul pada bulan kesembilan.
3)
Kram tungkai
Spasme nyeri pada betis atau muskus gastroknemius adalah masalah
lazim pada kehamilan. Perkiraan insiden bervariasi dari yang rendah
sebanyak 5% wanita hamilsampai hampir 50% (Dahle., 1995; Bracken, dkk.,
1989). Masalah ini tidak hanya diakibatkan oleh sifat nyeri kram ini, tetapi
frekuensi dan gangguannya dalam pola hidup karena sering terjadi saat
malam hari. Dalam studi mereka, Dahle dkk., menemukan bahwa 88% dari
73 penderita yang merupakan wanita hamil dalam sampel mereka mengalami
kram ini hanya pada malam hari, tetapi bagi wanita yang lain kram juga
terjadi pada siang hari.
Postur bersandar adalah sebuah faktor dan menghubungkan hal ini dengan
uterus kehamilan yang menekan saraf yang mempersarafi tungkai; ‘ibu jari
kaki menunjuk saat meregangkan tungkai atau berjalan’ juga dipersalahkan
26
Universitas Sumatera Utara
(Bobak dan Starn, 1993).
4)
Insomnia
Insomnia dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab seperti kekhawatiran,
kecemasan, terlalu gembira menyambut sesuatu. Pada wanita hamil hal ini
ditambah
dengan
ketidaknyamanan
akibat
uterus
yang
membesar,
ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin, terutama jika
janin tersebut aktif (Varney, 2007).
5)
Tekanan di perut bagian bawah
Tekanan di perut bagian bawah sangat biasa terutama pada kehamilan
pertama. Kemungkinan besar, radar tubuh yang sangat peka hanya
menangkap beberapa dari banyak perubahan yang sedang terjadi di perut
bagian bawah, lokasi dari rahim anda pada saat ini. Apa yang anda rasakan
mungkin adalah sensasi penanaman embrio di dinding rahaim, bertambahnya
aliran darah, menebalnya lapisan rahim, atau sekedar rahim anda sedang
membesar.
6)
Sesak nafas (hiperventilasi)
Sesak nafas ringan adalah normal, dan banyak ibu hamil yang
mengalaminya di awal trimester kedua. Hal ini disebabkan hormon
kehamilan yang merangsang pusat pernafasan untuk meningkatkan frekuensi
dan kedalaman nafas, sehingga anda merasa “sulit bernafas”. Juga terdapat
pembengkakan pada pembuluh darah kapiler dari saluran pernafasan dan
bagian tubuh lainnya, serta mengendurnya otot-otot paru-paru, saluran
bronkhus,dan otot-otot lain. Ketika kehamilan berlanjut, anda semakin sulit
27
Universitas Sumatera Utara
menarik nafas dalam karena rahim yang membasar mendesak kearah
diafragma dada, ini mendesak paru-paru dan membuatnya sulit untuk
mengembang dengan penuh (Murkoff et al, 2006).
7)
Pingsan dan pusing
Pada trimester pertama, pusing bisa terjadi karena tidak cukupnya
pasokan darah untuk memenuhi sistem predaran darahyang sedang
mengambang dengan cepat, pada trimester kedua, ia bisa disebabkan oleh
tekanan rahim yang membesar pada pembuluh darah ibu. Pusing juga bisa
menyerang setiap kali anda bangun terlalu cepat dari posisi duduk atau
berdiri. Ini disebabkan oleh peralihan darah yang tiba-tiba dari otak ketika
anda mengganti posisi (Murkoff et al, 2006)
8)
Kelelahan (fatique)
Kelelahan dapat terjadi karena tubuh ibu hamil sedang memproduksi
sistem pendukung kehidupan bayi, yaitu plasenta, yang belum akan selesai
sampai akhir trimester pertama. Selain itu, tubuh sedang menyesuaikan diri
dengan banyak tuntutan fisik dan emosional dari kehamilan. Begitu tubuh
sudah menyesuaikan diri dan plasenta telah selesai (sekitar bulan keempat),
ibu akan memiliki lebih banyak tenaga (Murkoff et al, 2006).
28
Universitas Sumatera Utara