Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat ( Studi Pada Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan polonia, Kota Medan, Sematera Utara )

(1)

PEMBERDAYAAN PEMERINTAH KELURAHAN

DALAM RANGKA PELAYANAN MASYARAKAT

( STUDI PADA KELURAHAN SARI REJO, KECAMATAN MEDAN

POLONIA, KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA )

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

KRISTANTO NIM : 020903004

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Kristanto

NIM : 020903004

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat.

(Studi Pada Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara )

Medan, Desember 2007

Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs. Marlon Sihombing, MA

Nip. 131 568 391 NIP. 131 568 391 Drs. Marlon Sihombing, MA

Dekan,

NIP. 131 757 010


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah s.a.w sebagai suri tauladan, keluarganya serta para sahabatnya yang telah berjuang dan membawa kita kepada jalan yang benar.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat ”. (Studi pada Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari semua pihak mustahil skripsi ini akan selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat dirampungkan. Untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

1. Teruntuk Bapak dan Mamak tercinta (Samiran dan Sudiati) yang telah

memberikan semua hal yang terbaik buat ananda sehingga bisa sampai pada tahap ini, tiada kata yang dapat mewakili ucapan terima kasih selain seuntaian do’a semoga Allah S.W.T membalas jasa dan jerih payah Bapak dan Mamak.


(4)

2. Untuk Adikku tersayang Kristina, terima kasih atas motivasi yang selalu menyuruh abang agar cepat tamat. Makasih ya dek...

3. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Drs. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu

administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan juga sebagai pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Ibu Betti Nasution Msi. selaku dosen penguji saya yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution Msi. selaku dosen penguji saya yang juga

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Ilmu administrasi Negara yang telah banyak

memberikan Ilmu Pengetahuan yang berguna dan tidak ternilai harganya selama penulis menjalani pendidikan di FISIP-USU.

8. Kepada seluruh pegawai FISIP-USU terutama Kak Mega dan Kak Emi yang

telah membantu penulis dalam urusan administrasi.

9. Kapada Bapak Alkausar Deaysa SSTP yang telah memberikan rekomendasi dan

meluangkan waktu untuk memberikan informasinya sehingga penulis telah dapat melakukan penelitian di Kelurahan Sari Rejo.


(5)

10.Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Masyarakat beserta Aparatur Kelurahan Sari Rejoyang telah memberikan berbagai informasi dan dukungan data sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

11.Buat kawan-kawan seperjuangan Anak AN ’02 yang udah banyak yang hilang,

Fandi Bleh, Arja Mengkontoloyokan, Remon, Rio Aljaber, Faisal Kintil, Riki Botak, Zoel Kisaran, Rajab Polpoke, Dian, Jhohanes, Robiatul Adawiyah or Puput, Petox, Dini, Una, Rima, Nita, Ira, Tika, Sepen, Trea, pokoknya semua yang namanya anak AN 02 terima kasih tak terhingga penulis ucapkan, karena kita tetap suatu keluarga dan saudara. Semoga suatu saat kita berkumpul lagi.

12. Terkhusus kelompok 1 magang, Rio, Firman, Dini, Andri dan Ira, pengalaman

yang terlupakan, Samosir Fight! Aku masih ingat kalian sampai sekarang.

13.Terima kasih juga buat para seniorku, B’ Udin Kallon, B’ Ijal, B’ Abdillah, B’ Ardi, B’ Mahya, B’ Diding, B’ Roni AN+ dan masih buanyak lagi.

Seperti kata pepatah, Tak ada Gading yang Tak Retak, demikian pula dengan skripsi ini yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima koreksi serta saran yang konstruktif dari pembaca.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2007


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI………..…………..iv

DAFTAR TABEL DAN WAWANCARA..……….………..vi

BAB I PENDAHULUAN……….………....1

1.1.. Latar Belakang Masalah……….………...1

1.2. Perumusan Masalah……….………...8

1.3. Tujuan Penelitian……….………...8

1.4. Manfaat Penelitian……….……….8

1.5. Kerangka Teori……….………..9

1.6. Defenisi Konsep……….………..34

1.7. Defenisi Operasional……….………...35

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……….38

1.1.Bentuk Penelitian……….………38

1.2.Lokasi Penelitian………..………38

1.3.Populasi dan Sampel………..………..38

1.4.Tekhnik Pengumpulan Data………...…………..40

1.5.Tekhnik Analisa Data……….……..…………41

1.6.Sistematika Penulisan……….………..41

BAB III DESKRIPSI WILAYAH……….………43

A. Sejarah Singkat Kelurahan Sari Rejo…..…….……….43


(7)

C. Perjuangan Untuk Memperoleh Pengakuan Hukum….…………49

BAB IV PENYAJIAN DATA……….………..53

4.1.Penyajian Data Tentang Distribusi Responden dan Key Informan………..……….……..53

4.2.Karakteristik Responden.……….….53

4.3.Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Sari Rejo Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat…………..………..57

4.4.Peran Pemerintah Kelurahan Sari Rejo Sebagai Pelayan Masyarakat………...74

4.5.Penyajian Data Hasil Wawancara Dengan Aparatur Kelurahan Sari Rejo………80

BAB V ANALISA DATA………...88

BAB VI PENUTUP...92

A. Kesimpulan……….………...92

B. Saran...…...……….……….93


(8)

DAFTAR TABEL DAN WAWANCARA A. DAFTAR TABEL

TABEL 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin…………..……….45

TABEL 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur……….………..…….46

TABEL 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama……...……….…………..47

TABEL 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis……….…………48

TABEL 5. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………….……...54

TABEL 6. Sebaran Responden Berdasarkan Umur……….……54

TABEL 7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………...55

TABEL 8. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan………...56

TABEL 9. Data Lembaga Pendidikan di Kelurahan Sari Rejo………57

TABEL 10. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan..………...58

TABEL 11. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...61

TABEL 12. Kriteria Keluarga Miskin………..62

Daftar Penduduk Penerima Program Raskin………64

TABEL 13. Kelembagaan Ekonomi/Industri di Kelurahan Sari Rejo……….67

TABEL 14. Data Rumah Bersalin di Kelurahan Sari Rejo………...68

TABEL 15. Sarana Transportasi Darat di Kelurahan Sari Rejo………...70

TABEL 16. Prasarana Transportasi Darat di Kelurahan Sari Rejo…………..71

TABEL 17. Data Organisasi Sosial Kemasyarakatan………..73


(9)

DAFTAR WAWANCARA

 Hasil Wawancara dengan Lurah Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan

Polonia Bapak Alkausar Deaysa SSTP……..………80

 Hasil Wawancara dengan Kaur Pembangunan Kelurahan Sari Rejo

Kecamatan Medan Polonia, Saudara Chusnul Fanany S. SSTP………83

 Hasil Wawancara Dengan LPM Kelurahan Sari Rejo………...85


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah

Reformasi dilakukan untuk mewujudkan aparatur negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance. Selain itu, masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan pelayanan yang prima sebagaimana diharapkan masyarakat. Agar harapan tersebut dapat menjadi kenyataan maka dituntut adanya suatu sikap aparatur yang baik, integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi.

Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat pemerintahan di daerah diharapkan dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan dengan lebih baik dari sebelumnya sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

Namun dibalik itu semua telah muncul suatu pemikiran yang positif yaitu munculnya ide serta tentang pemikiran dasar yang menimbulkan reformasi total dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan utama dari reformasi adalah untuk


(11)

menciptakan masyarakat sipil (civil society) dalam kehidupan pemerintahan,

bermasyarakat dan bernegara yang memiliki nilai-nilai good governance serta

menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, sikap keterbukaan, kejujuran dan keadilan yang berorientasi kepada rakyat dan bertanggungjawab kepada rakyat.

Terdapat beberapa persoalan utama yang merupakan bagian dari sejarah masa lalu bangsa Indonesia yang efeknya masih dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang hidup pada masa sekarang ini, yang sekaligus merupakan indikator penyebab terjadinya krisis multidimensi yang masih melanda bangsa Indonesia hingga saat ini. Ketika permasalahan tersebut diidentifikasi, maka ujung dari permasalahan tersebut bermuara kepada terjadinya pendangkalan partisipasi rakyat dalam program pembangunan daerah serta semakin melemahnya posisi nilai tawar rakyat dalam hal perencanaan dan pengambilan keputusan yang melibatkan kehidupan rakyat. Rakyat bukan dijadikan sebagai subjek dalam kehidupan demokrasi dan juga bukan menjadi subjek didalam pembangunan.

Kelurahan merupakan dasar dari satuan pemerintahan yang terkecil dari suatu komunitas pemerintahan negara. Sehingga boleh dikatakan bahwa keberhasilan dalam melakukan pembangunan juga tergantung dari sejauh mana partisipasi masyarakat setempat beserta aparatur pemerintahan kelurahan dalam perencanaan pembangunan tersebut. Dalam arti masyarakat harus ikut berpartisipasi dan diberi kepercayaan dan kewenangan yang cukup dalam mengurusi rumah tangga kelurahannya, sehingga bisa mandiri dan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki daerah tersebut.

Selain sebagai pelaksana dan perencana program pembangunan, maka para aparatur pemerintah kelurahan juga berperan sebagai pelayan masyarakat dalam


(12)

urusan-urusan administrasi dan kependudukan yang menjadi wewenang dari pihak kelurahan. Namun hingga saat ini pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat, terkadang masih sulit untuk dapat diakses langsung oleh masyarakat dan prosedur yang terkadang berbelit-belit dan sering menyulitkan masyarakat ketika harus mengurus surat atau izin tertentu di kelurahan, biaya yang tidak jelas serta terjadinya pungutan liar (pungli), saat ini menjadi cerminan rendahnya kualitas pelayanan di Indonesia.

Dimana ini juga merupakan bagian akibat dari berbagai program pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, namun saat ini masih jauh sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Selain itu juga ada kecenderungan ketidak adilan didalam pelayanan yang diberikan, dimana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit untuk mendapat pelayanan yang baik dan berkualitas dari pihak kelurahan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki uang akan lebih mudah dalam menyelesaikan urusannya. Untuk itu, apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan memunculkan potensi yang berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antar yang kaya dan miskin dalam konteks untuk memperoleh pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan tertentu dapat merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 2005 tentang Pemerintah Kelurahan yang merupakan dasar dalam menuju masyarakat yang berkembang yaitu kelurahan tidak lagi menjadi level administrasi, tidak lagi menjadi bawahan daerah tetapi menjadi masyarakat yang mandiri. Sehingga setiap masyarakat


(13)

yang berada pada lingkungan kelurahan berhak untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan kepentingannya sendiri. Disini harus dipahami bahwa kelurahan merupakan suatu kesatuan hukum yang memiliki hak dan kekuasaan dalam mengatur dan melayani semua kebutuhan dan kepentingan masyarakatnya menuju kesejahteraan.

Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, di mana paradigma pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan yang berorientasi kepuasan masyarakat sebagai berikut :

a. Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui kebijakan yang

memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi pelayanan masyarakat.

b. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan aparatur kelurahan dan

masyarakat sehingga masyarakat juga mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah dibangun bersama.

c. Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan tertentu

sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas.

d. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi

pada hasil, sesuai dengan masukan atau aspirasi yang diharapkan masyarakat.

e. Lebih mengutamakan pelayanan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

f. Memberi akses kepada masyarakat dan responsif terhadap pendapat dari


(14)

Namun dilain pihak, pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada masyarakat diharapkan juga memiliki :

a. Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya.

b. Memiliki perencanaan dalam pengambilan keputusan.

c. Memiliki tujuan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. d. Dituntut untuk akuntabel dan transparan kepada masyarakat. e. Memiliki standarisasi pelayanan yang baik pada masyarakat.

Semenjak gerakan reformasi digulirkan dalam rangka merubah struktur kekuasaan menuju demokrasi dan desentralisasi, maka kebutuhan masyarakat terhadap suatu pelayanan prima dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah kelurahan menjadi sangat penting. Diawali dengan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 dan selanjutnya dilakukan revisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004 , yang telah dijadikan landasan yuridis untuk menggeser fokus politik ketatanegaraan, diawali desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat kepada daerah. Dan sekarang menjadi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 73 tentang Pemerintahan Kelurahan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 72 tentang Pemerintahan Desa.

Inti dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah penyelenggaraan pemerintahan lokal yang menekankan pada prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh daerah masing-masing.

Perencanaan pembangunan didaerah kelurahan tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan pemerintah kelurahan yang merupakan unit terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menjadi tonggak strategis dalam


(15)

keberhasilan seluruh program pembangunan. Karena itu upaya untuk memperkuat dan memberdayakan pemerintah ditingkat kelurahan merupakan langkah dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat sebagai tujuan dalam program pembangunan kelurahan.

Untuk mengakomodir aspirasi masyarakat yang terus berkembang sertra dalam menghadapi perubahan yang terjadi baik dalam lingkungan nasional maupun lingkungan internasional yang secara langsung akan berpengaruh pada roda pemerintahan dan pelaksanaan program pembangunan di negara kita, maka diperlukan adanya suatu pemerintahan kelurahan yang tangguh dan didukung oleh sistem dan mekanisme kerja yang profesional dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Pemerintahan kelurahan harus benar–benar siap dan mampu untuk mengelola setiap potensi yang ada dalam lingkungan masyarakat untuk dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Pemerintah kelurahan juga harus cepat dan tanggap dalam memperhatikan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan warga masyarakatnya. Diharapkan dengan terciptanya pemerintahan kelurahan yang tangguh dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat mewujudkan program-program pembangunan yang terencana secara efektif dan efisien yang pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan cita–cita masyarakat yang adil dan sejahtera.

Konsep pemberdayaan pemerintah kelurahan ini dapat dilaksanakan melalui program peningkatan kualitas atau kemampuan aparat pemerintahan setempat. Hal ini sangat penting mengingat kelurahan atau desa merupakan unit pemerintahan yang


(16)

terkecil dalam tata pemerintahan yang ada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan langsung berhubungan dengan masyarakatnya. Dengan demikian diharapkan bahwa aparat pemerintahan khususnya pada tingkat kelurahan dapat meningkatkan pelayanan yang baik dan berkualitas kepada masyarakat.

Sekarang ini kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat telah mengalami penurunan kualitas dan perlu diadakan perbaikan, bila dilihat dari sisi efisiensi dan efektivitas, responsivitas, kesamaan perlakuan (tidak diskriminatif) maka pelayanan yang diberikan masih jauh dari yang diharapkan oleh masyarakat dan masih memiliki berbagai kelemahan.

Pemerintah Kelurahan Sari Rejo disini berperan dalam perencanaan program pembangunan didaerah harus mampu berkoordinasi dan bekerjasama dengan masyarakat dan mampu menampung segala aspirasi masyakat, agar dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai “ Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat (Studi Pada Pemerintah Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara) “.


(17)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :

“ Bagaimana Upaya–upaya yang harus dilakukan untuk Memberdayakan Pemerintahan Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara “.

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan untuk memberdayakan

Pemerintahan Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas kinerja Pemerintahan Kelurahan

Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia dalam usaha membangun daerahnya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mencari khasanah ilmiah tentang upaya-upaya pemberdayaan

Pemerintah Kelurahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.


(18)

2. Sebagai bahan referensi atau masukan bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan dalam Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan.

3. Dapat dijadikan bahan referensi atau informasi ilmiah dalam penulisan karya ilmiah dan penelitian tentang Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan.

4. Untuk mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat didalam pembangunan

daerah kelurahan.

1.5. Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan preposisi untuk dapat menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. (Singarimbun, 1989;37).

1.5.1. Pemberdayaan Pemerintahan Kelurahan 1.5.1.1. Pengertian Pemberdayaan

a. Menurut HAW Widjaja, pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan

kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri dibidang ekonomi, sosial, agama dan budaya.

Pemberdayaan tidak cukup hanya dengan upaya meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan usaha yang sama, namun juga harus diikuti dengan perubahan struktur sosial ekonomi, mendukung perkembangan struktur


(19)

kehidupan sosial ekonomi melalui peningkatan peran, produktivitas, efisiensi serta perbaikan terhadap akses sumber daya, tekhnologi, pasar dan terhadap sumber pembiayaan.

b. Ahmad Mahmudi, pemberdayaan adalah proses penumbuhan kekuasaan dan

kemampuan diri dari kelompok masyarakat yang miskin/lemah, terpinggirkan dan tertindas.

c. Payne, menyatakan bahwa pemberdayaan pada intinya ditujukan untuk

membantu klien dalam memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain dengan transfer daya dari lingkungan.

d. Shardlow mengatakan bahwa pemberdayaan pada intinya adalah membahas

bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha untuk mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

e. Bank Dunia (World Bank), pemberdayaan adalah realisasi hak-hak untuk

mendapatkan kontrol yang lebih besar terhadap sumber-sumber penopang kehidupan. Tujuan pemberdayaan adalah menjadikan komunitas mandiri terhadap agen-agen eksternal dalam menyusun agenda maupun dalam menangani urusan-urusannya sendiri.


(20)

f. Hulme dan Turner (1996), pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar diarena politik baik secara lokal maupun secara nasional.

g. John Friedmann, pemberdayaan adalah upaya untuk mendapatkan kekuatan

(power) dan mengaitkan kemampuan dengan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumber daya yang menjadi dasar kekuasaan dari suatu sistem maupun dalam suatu organisasi.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau individu maupun kelompok untuk meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya dalam meningkatkan taraf hidupnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan pemerintahan kelurahan adalah merupakan suatu proses yang dilakukan guna meningkatkan kemampuan, keberdayaan, kemandirian dan kinerja aparat pemerintahan kelurahan dalam melaksanakan tugas-tugasnya untuk meningkatkan pelayanan dan taraf hidup masyarakat.

Aparat pemerintahan kelurahan yang ada diupayakan untuk dapat melaksanakan fungsinya masing-masing dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa harus menunggu perintah dan terlepas dari intervensi pemerintah pusat. Aparat kelurahan diharapkan dapat lebih proaktif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan peka terhadap aspirasi yang datang dari masyarakat.


(21)

Dalam rangka pemberdayaan pemerintah kelurahan, maka diharapkan dapat mewujudkan kondisi pemerintah kelurahan yang mandiri. Menurut A.W. Widjaja (2003) hal ini dapat diwujudkan melalui upaya-upaya :

1. Penataan dan pengembangan kelurahan, kerjasama antar kelurahan dan desa

lain dan lembaga masyarakat.

2. Penataan dan pengembangan lembaga pemerintah kelurahan dan paguyuban

pemerintah kelurahan.

3. Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah kelurahan.

4. Penataan dan pengembangan pendapatan kekayaan dan keuangan daerah.

5. Meningkatkan ketahanan masyarakat.

6. Pemantapan nilai-nilai sosial budaya setempat.

7. Pengembangan usaha ekonomi rakyat.

8. Peningkatan sumber daya alam yang berwawasan lingkunagan.

9. Peningkatan pemanfaatan tekhnologi tepat guna sesuai kebutuhan masyarakat.

1.5.1.2. Pegertian Pemerintah Kelurahan

Menurut pasal 1 : 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 tahun 2005 mengemukakan bahwa Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat kerja Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan.

Dalam kamus bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Poerwadaraminta (1998:615) mendefinisikan bahwa Kelurahan adalah daerah (kantor,rumah) Lurah.

Ssmentara itu dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 2005 mengemukakan bahwa :


(22)

a. Kelurahan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota yang berkedudukan di wilayah Kecamatan.

b. Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada Bupati/Walikota melalui Camat.

c. Lurah diangkat oleh Walikota/Bupati atas usul Camat dari Pegawai Negeri

Sipil.

d. Syarat-yarat lurah meliputi :

- Pangkat/golongan minimal Penata (III/c).

- Masa kerja minimal 10 tahun.

- Kemampuan tekhnis dibidang administrasi pemerintahan dan

memahami keadaan sosial budaya masyarakat setempat.

Kelurahan sebagai kesatuan wilayah terkecil didalam wilayah Kecamatan didaerah Kabupaten/Kota, dapat berfungsi sebaga unit kerja pelayanan pada masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagian kewenangan dari Camat kepada Lurah. Sehingga dalam tugas pokok dan fungsinya, pemerintah kelurahan menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam ruang lingkup kelurahan sesuai batas-batas kewenangan yang dilimpahkan Camat.

Pemerintah kelurahan perlu memiliki kemandirian dan akuntabilitas publik yang cukup memadai, dalam interaksinya yang bersifat langsung dengan masyarakat diwilayah kerjanya. Sebagai unit pelaksana pemerintahan yang terendah dibawah kecamatan, jenis-jenis pelayanan yang dapat dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh lurah adalah beragam dengan kriteria yang mencakup pelayanan kebutuhan dasar masyarakat; seperti pelayanan pembuatan KTP, pencatatan akta tanah,


(23)

pelayanan kesehatan, penyuluhan masyarakat, tata pembagian air untuk pertanian (irigasi) dan sebagainya.

Pembentukan kelurahan sebagai unit pemerintahan terkecil dibawah kecamatan ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan kebutuhan daerah melalui analisis potensi daerah, beban kerja daerah dengan memperhatikan prinsip-prinsip efektivitas, efisiensi, responsivitas, fleksibilitas, rasionalitas, rentang kendali dan akuntabilitas.

1.5.1.3. Pembentukan Kelurahan

A.Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Pembentukan Kelurahan

Kelurahan dibentuk dikawasan perkotaan dengan memperhatikan persyaratan luas wilayah, jumlah penduduk, potensi dan kondisi sosial budaya mayarakat. Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung setelah dilakukan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat, pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan harus diusulkan oleh Lurah melalui Camat kepada Bupati atau Walikota dan usul Lurah tersebut dimintakan persetujuan kepada DPRD dan setelah disetujui oleh DPRD, maka Bupati/Walikota menerbitkan peraturan daerah mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan.

Dengan ditetapkan status desa menjadi kelurahan maka kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berubah menjadi kewenangan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota dibawah Kecamatan.


(24)

Menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 73 tahun 2005, tentang pembentukan daerah Kelurahan yaitu :

1. Kelurahan dibentuk diwilayah kecamatan.

2. Pembentukan kelurahan dapat berupa penggabungan dari beberapa kelurahan

atau bagian kelurahan yang bersandingan atau pemekeran kelurahan dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih.

3. Pembentukan kelurahan sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan :

a. Jumlah penduduk.

b. Luas wilayah.

c. Bagian wilayah kerja

d. Sarana dan prasarana pemerintahan.

4. Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi

persyaratan dapat dihapus atau digabung.

5. Pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih dapat

dilakukan setelah paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan kelurahan.

Kepala desa dan perangkat desa serta anggota BPD dari desa-desa yang ditetapkan menjadi kelurahan yang memenuhi persyaratan dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota.

Bagi kepala desa dan perangkat desa serta anggota BPD sebagai mana dimaksud dengan uraian diatas yang tidak memenuhi persyaratan diberhentikan dari


(25)

jabatannya dan diberikan penghargaan sesuai dengan kemampuan keuangan yang dimiliki daerah Kabupaten/Kota.

Seluruh kekayaan dan sumber-sumber pendapatan yang menjadi milik pemerintah dengan berubahnya status desa menjadi kelurahan, diserahkan dan menjadi milik dari pemerintah Kabupaten/Kota. Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan akan dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan memperhatikan kepentingan kelurahan yang bersangkutan.

B. Tujuan Pembentukan

Tujuan pembentukan kelurahan adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna serta meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat kota sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan.

Pembentukan kelurahan-kelurahan baru terutama dikota-kota dimana desa-desa yang telah ada sebelumnya sudah kurang selaras dan serasi dengan perkembangan masyarakatnya yang telah nyata mempunyai ciri dan sifat “masyarakat kota/urban”. Sebagai contoh desa-desa yang berada dikota kecamatan yang telah sedemikian rupa berkembang karena banyaknya industri dengan menggunakan tekhnologi tinggi dikawasan kecamatan tersebut, atau karena menjadi “simpul“ lalu lintas perdagangan yang cukup padat dan lain sebagainya.

C. Syarat-Syarat Pembentukan Kelurahan

1. Faktor penduduk; sekurang-kurangnya 2500 jiwa atau 500 Kepala Keluarga,


(26)

2. Faktor luas wilayah; harus dapat terjangkau secara efektif dalam melaksanakan pemberian pelayanan kepada masyarakat.

3. Faktor letak; berkaitan dengan aspek komunikasi, transportasi dan jarak

dengan pusat kegiatan pemerintahan dan pusat pengembangan harus sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemberian pelayanan masyarakat. 4. Faktor prasarana; berkaitan dengan prasarana perhubungan, pemasaran, sosial

dan fisik pemerintah akan dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat sebagaimana layaknya.

5. Faktor sosial budaya, agama dan adat akan dapat berkembang dengan baik.

6. Faktor kehidupan masyarakat; baik mata pencarian dan ciri-ciri kehidupan

lainnya akan dapat meningkat menjadi lebih baik.

D. Yang Berwenang di Kelurahan

Usul pembentukan kelurahan dibuat oleh Bupati/Walikota setelah mendengarkan pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingakat II bersangkutan, selanjutnya akan disampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, untuk seterusnya oleh Gubernur akan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri.

Setelah mendapat persetujuan dari Menteri Dalam Negeri, maka Gubernur sebagai Kepala Daerah Tingkat I menerbitkan Surat Keputusan Pembentukan Kelurahan yang diusulkan oleh Bupati/Walikota yang bersangkutan.

Kelurahan terdiri dari Lurah dan perangkat-perangkat kelurahan. Perangkat Kelurahan terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan seksi sebanyak-banyaknya 4 (empat)


(27)

seksi jabatan serta jabatan fungsional. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya perangkat kelurahan bertanggung jawab kepada lurah. Perangkat kelurahan diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas usul Camat.

E. StrukturOrganisasi di Kelurahan

Susunan Organisasi Pemerintah Kelurahan terdiri dari :

a. Kepala Kelurahan

b. Sekretaris Kelurahan

c. Kepala-kepala urusan, minimal 3 dan maksimal 5.

d. Kepala-kepala lingkungan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Kepala urusan minimal 3, yaitu :

a. Urusan Pemerintahan

b. Urusan Perekonomian dan Pembangunan

c. Urusan Keuangan dan Urusan Umum

Kepala urusan maksimal 5, yaitu :

a. Urusan Pemerintahan

b. Urusan Perekonomian dan pembangunan

c. Urusan Kesejahteraan rakyat

d. Urusan Keuangan


(28)

1.5.2. Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan dapat dari susunan sebagai berikut :

a. Lurah sebagai Kepala Kelurahan

Kepala kelurahan berada dibawah camat serta bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Kepala Kelurahan mempunyai tugas sebagai penyelenggara dan penanggungjawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, urusan pemerintah umum, termasuk pembinaan keamanan dan ketertiban.

Sebagai tugas utama dari kantor kelurahan yang pada umumnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) dan juga merumuskan kebijakan dan perencanaan pembangunan kelurahan serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan program pembangunan di kelurahan. Dalam penelitian ini, penulis menyoroti tentang pemberdayaan pemerintah kelurahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Fungsi Kepala Kelurahan (Lurah), yaitu :

1. Sebagai alat pemerintah yang berada langsung dibawah Camat.

2. Melaksanakan tugas-tugas dari pemerintah atas (pusat).

3. Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Bupati/Walikota melalui

perantara Camat.

4. Bertugas sebagai penyelenggara dan penaggungjawab utama dibidang

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta bertugas sebagai pembina ketentraman dan ketertiban dalam rangka menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah dan Urusan Pemerintahan Umum.


(29)

5. Berfungsi menggerakkan partisipasi masyarakat, melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya; melaksanakan tanggungjawabnya dalam bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

6. Melaksanakan pembinaan dalam rangka mewujudkan ketentraman dan

ketertiban dalam masyarakat.

Sekretaris Kelurahan memiliki tugas :

a. Melakukan administrasi kepegawaian.

b. Melakukan administrasi keuangan.

c. Melakukan urusan perlengkapan dan inventarisasi kantor kelurahan.

d. Melakukan urusan rumah tangga.

e. Melakukan penyelenggaraan rapat-rapat dasar dan upacara. f. Melakukan urusan tata usaha kelurahan.

g. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan.

Dalam melaksanakan tugasnya sekretaris kelurahan berada dibawah dan bertanggungjawab kepada lurah. Setiap seksi yang ada dikelurahan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada lurah.

Kepala Urusan Pemerintahan memiliki tugas :

a. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang pemerintahan.

b. Mengumpulkan bahan dalam rangka pendirian wilayah dan masyarakat.


(30)

d. Membantu pelaksanaan tugas-tugas dibidang pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

e. Membantu pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Pemilihan Umum

(PEMILU).

f. Membantu pelaksanaan tugas-tugas dibidang keagrariaan sesuai dengan

Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

g. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang pemerintahan.

Kepala Urusan Keamanan dan Ketertiban memiliki tugas :

a. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang keamanan dan

ketertiban.

b. Membantu penyelenggaraan kegiatan administrasi pertahanan sipil.

c. Membantu pengawasan terhadap pelaksanaan penyaluran bantuan kepada

masyarakat serta melakukan kegiatan pengawasan terhadap kegiatan penyaluran bantuan terhadap korban bencana alam dan bencana yang lainnya.

d. Membantu dan mengusahakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan

kerukunan beragama.

e. Mengumpulkan dan menyusun laporan dibidang ketentraman dan ketertiban.

Kepala Urusan Pembangunan memiliki tugas :

a. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang perekonomian


(31)

b. Melakukan pembinaan terhadap kegiatan perkoperasian, pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat.

c. Melakukan kegiatan pelayanan terhadap masyarakat dibidang perekonomian

dan pembangunan.

d. Melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya

masyarakat dalam rangka meningkatkan perekonomian dan melaksanakan program-program pembangunan.

e. Membantu pembinaan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta menjaga

dan memelihara sarana dan prasarana fisik yang terdapat dikelurahan.

f. Membantu, memelihara serta menyiapkan bahan-bahan dalam rangka

musyawarah lembaga masyarakat kelurahan.

g. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang perekonomian dan

pembangunan.

Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat memiliki tugas :

a. Melakukan pembinaan dalam kegiatan keagamaan, kesehatan, keluarga

berencana dan pendidikan masyarakat.

b. Melakukan pelayanan dan pembinaan terhadap kerukunan dan kesejahteraan

masyarakat.

c. Membantu mengumpulkan dan menyalurkan bantuan/dana terhadap korban


(32)

d. Membantu pelaksanaan pembinaan kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Pemuda dan organisasi kemasyarakat yang lainnya.

e. Membina kegiatan pengumpulan zakat, infak, sedekah.

f. Membantu kegiatan pemungutan dana Palang Merah Indonesia (PMI).

g. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang kesejahteraan rakyat.

Kepala Lingkungan memiliki fungsi :

a. Membantu pelaksanaan tugas lurah dalam wilayah kerjanya.

b. Melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan swadaya gotong royong

masyarakat.

c. Melakukan kegiatan penerangan tentang program-program pemerintah kepada

masyarakat dalam wilayah kerjanya.

d. Membantu lurah dalam membina dan mengkoordinasi RT/RW diwilayah

kerjanya.

e. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh lurah.

Kelompok jabatan fungsional memiliki tugas untuk melaksanakan sebagian tugas lurah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.

Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsionalis senior yang telah ditunjuk. Jenis dan jenjang jabatan fungsional ditentukan


(33)

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Serta jumlah tenaga fungsional juga ditentukan berdasarkan jenis dan beban kerja.

Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok jabatan fungsional pada kantor kelurahan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing, maupun dalam satuan unit organisasi dilingkungan Kabupaten/Kota serta dengan instansi lain diluar instansi Pemerintahan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Setiap pemimpin satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasannya masing-masing dan menyiapkan laporan bulanan tepat pada waktunya. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan organisasi dari bawahannya masing-masing, wajib diolah dan disusun sebagai bahan laporan lebih lanjut dan sebagai bahan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya.

Bila digambarkan didalam suatu bagan, maka susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Kelurahan akan tampak sebagai berikut :


(34)

(35)

Beberapa contoh Pelayanan Masyarakat yang dapat dilakukan di Kelurahan Sari Rejo yaitu :

KARTU KELUARGA (KK) adalah Kartu yang memuat data tentang Kepala Keluarga dan semua anggota keluarga.

1. Surat Pengantar dari Kepala Lingkungan. PERSYARATAN :

2. Kartu Keluarga Asli yang lama atau Surat Ijin menetap yang habis masa berlakunya.

3. Fotocopy Akta Perkawinan.

4. Fotocopy Akta Perceraian. 5. Fotocopy Akta Kelahiran.

6. Fotocopy Akta Pengangkatan Anak bagi Anak Angkat.

7. Fotocopy Surat Ganti Nama (WNI) Turunan Asing.

8. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT) bagi WNA.

9. Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi WNA.

10.Mengisi Formulir Permohonan KK model FS.01 dan Formulir Bio Data

model FS.02 untuk Bio Data semua anggota keluarga.

Syarat no 3 sampai 7 harus dilegalisir


(36)

KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) adalah Sebagai bukt i diri (legitimasi) bagi setiap Penduduk dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

PERSYARATAN :

1. Surat Pengantar dari Kepala Lingkungan. 2. Kartu Keluarga Asli.

3. Pasphoto hitam putih terbaru ukuran 3 x 4 = 2 lembar. 4. KTP yang habis masa berlakunya bagi perpanjangan KTP. 5. KTP yang rusak untuk penggantian KTP yang baru.

6. Surat Keterangan dari Kepolisian untuk penggantian KTP hilang. 7. Mengisi formulir KTP model FS.03

MASA BERLAKU : 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang.

AKTE KELAHIRAN

PERSYARATAN :

adalah Akta Kelahiran yang pendaftarannya tidak melebihi jangka waktu 60 hari kerja sejak anak dilahirkan

1. Surat Keterangan Lahir dari Rumah Sakit, Klinik tempat kelahiran anak. 2. Surat Nikah, Akta Perkawinan Catatan Sipil orang tua anak yang dilahirkan.

3. KTP / KRT.

4. SBKRI bagi WNI Turunan.

5. Akta Lahir ibu si anak bagi anak luar kawin.


(37)

F. Administrasi Pemerintahan Kelurahan

Sebagai satuan dari pemerintahan wilayah, maka pemerintah kelurahan diwajibkan melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Perundang-Undangan.

Tujuan yang hendak dicapai adalah peningkatan dalam melakukan pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di kelurahan sehingga benar-benar berdaya guna dan berhasil guna, selaras dan serasi dengan perkembangan pemerintahan dan lajunya pembangunan nasional.

Beberapa macam kegiatan administrasi pemerintahan di kelurahan yang wajib dilaksanakan dengan tertib, terdiri atas :

1. Administrasi Umum

Administrasi umum adalah segala kegiatan-kegiatan pencatatan data mengenai kegiatan-kegiatan pemerintah desa dan pemerintah kelurahan pada buku administrasi umum.

Buku administrasi umum terdiri atas :

a. Buku keputusan desa ( untuk kelurahan tidak perlu ).

b. Buku keputusan kepala desa ( untuk kelurahan menjadi buku keputusan

kepala kelurahan ).

c. Buku kekayaan desa ( kelurahan tidak punya kekayaan, jadi untuk kelurahan

adalah buku inventaris kelurahan ).

d. Buku agenda.

e. Buku ekspedisi


(38)

2. Administrasi Penduduk

Sebagaimana tentang permasalahan administrasi umum yang telah terurai diatas, maka desa dan kelurahan diwajibkan memiliki administrasi khusus sebagai sarana demi lancarnya berbagai program pembangunan, diantaranya program kependudukan yang banyak memiliki kaitan dengan program-program pembangunan lainnya secara nasional.

Buku administrasi penduduk terdiri atas :

a. Buku Induk Penduduk.

b. Buku penduduk sementara.

c. Buku perubahan penduduk.

d. Buku perkembangan penduduk.

e. Buku Kartu Keluarga

f. Buku Kartu Tanda Penduduk

g. Buku jumlah penduduk

Sebagaimana halnya dengan pengisian buku administrasi umum, maka dalam pengisian buku administrasi penduduk harus dipertanggungjawabkan sekretaris kelurahan. Setiap 3 bulan sekali pemerintah kelurahan wajib melaporkan perkembangan penduduk dan kutipan buku jumlah penduduk yang dilaporkan kepada Bupati/Walikota melalui Camat yang bersangkutan.

1.5.3. Kebijaksanaan Pemberdayaan Pemerintahan Kelurahan.

Kebijaksanaan yang dapat ditempuh dalam rangka pemberdayaan pemerintahan kelurahan adalah :


(39)

1. Mengembangkan kemandirian kelembagaan pemerintahan kelurahan, lembaga kemasyarakatan dan lembaga yang lainnya.

2. Meningkatkan pola pengembangan kelurahan, tingkat pengembangan

kelurahan dan pembentukan kelurahan baru.

3. Meningkatkan pola penataan kewenangan kelurahan dan pembagian wilayah

kelurahan, pusat pertumbuhan dan wilayah berkembang, pendataan penduduk dan monografi.

4. Mengembangkan peranan lembaga masyarakat.

5. Menguatkan dan meningkatkan kerjasama antar desa atau kelurahan.

6. Meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah kelurahan dan sistem

pengawasan penyelenggaraan pemerintahan.

7. Perumusan kebijakan fasilitas pemberian tunjangan pendapatan dan tabungan

asuransi bagi aparatur pemerintah kelurahan.

8. Perumusan kebijakan fasilitas pengelolaan sarana dan prasarana pemerintah

kelurahan.

9. Meningkatkan kapasitas sumber pendapatan untuk kepentingan daerah dalam

menggali potensi kekayaan daerah.

10.Meningkatkan pemanfaatan dana pinjaman dan sumbangan dari pihak ketiga

bagi kepentingan pembangunan didaerah kelurahan, pemanfaatan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMD), pendayagunaan dana kas, bangunan kelurahan dan objek rekreasi dikelurahan bagi peningkatan pendapatan dan kekayaan daerahnya.


(40)

11.Pengelolaan pengaturan daerah tingkat Kabupaten/Kota mengenai pengaturan kelurahan dan pembentukan paguyuban pemerintahan kelurah. Perumusan fasilitas kebijakan pembagian dana perimbangan Kabupaten/Kota ke kelurahan dan tugas pembantuan ke kelurahan.

1.5.4. Pelayanan Masyarakat

Secara umum kita telah mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dikelurahan, baik yang bersumber secara internal maupun yang eksternal, seperti semakin pesatnya kegiatan pembangunan yang hasil-hasilnya telah kita rasakan saat ini. Namun demikian masih dapat ditemukan pula dampak yang dapat menimbulkan masalah yang baru. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan kemampuan dibidang perencanaan pembangunan dan pemberian pelayanan yang baik dan berkualitas oleh para aparatur kelurahan kepada masyarakat sehingga permasalahan yang kompleks dan rumit dapat diatasi. Selain itu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah selama ini masih memiliki beberapa kelemahan :

a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.

b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.


(41)

c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.

d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya kurang berkoordinasi. Akibatnya, terjadi tumpang tindih kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.

e. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.

f. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.

g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan

Sehubungan dengan itu,maka lurah dan perangkatnya serta pimpinan lembaga yang ada dikelurahan harus mampu menyusun rancangan pembangunan daerahnya yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat.

Dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya, maka lurah dan perangkat kelurahan, serta pimpinan lembaga kemasyarakatan yang ada di kelurahan memiliki suatu kemampuan untuk menyusun rencana atau program kerja yang secara


(42)

tekhnis dapat dilaksanakan, ekonomis dan menguntungkan serta politis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sementara karakteristik pelayanan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah sebagian besar masih hak monopoli dari pemerintah tersebut sehingga tidak terdapat suatu persaingan yang baik dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat menjadikan lemahnya pengelolaan dan penyediaan pelayanan yang berkualitas. Lebih buruk lagi kondisi ini menjadikan para aparatur pemerintahan sebagi pengelola dan pemberi pelayanan memanfaatkan untuk mengambil keuntungan pribadi, dan cenderung mempersulit prosedur pelayanannya.

Akibat permasalahan tersebut, citra buruk pada pengelolaan pelayanan publik masih melekat sampai saat ini sehingga tidak ada kepercayaan masyarakat pada pengelolaan pelayanan masyarakat yang dilakukan pemerintah. Kenyataan ini merupakan tantangan yang harus segera diatasi terlebih pada era persaingan bebas pada saat ini. Profesionalitas pelayanan kepada masyarakat dan pengembalian kepercayaan masyarakat kepada pemerintah harus diwujudkan.

1.5.5. Pengertian Pelayanan Masyarakat

Pelayanan adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan yang diberikan oleh pihak lain yang memiliki hak atau kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pelayanan masyarakat secara hakekatnya dapat diartikan sebagai pemenuhan segala kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan urusan administrasi ataupun pemberian izin yang bertujuan untuk mempermudah aktivitas masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


(43)

Perencanaan pembangunan kelurahan sesuai dengan hakekatnya yaitu perencanaan pembangunan diwilayah kelurahan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat setempat serta pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat. Kelurahan merupakan potensi wilayah daerah yang perlu dikembangkan pembangunannya melalui kerjasama antara pemerintah setempat dengan warga masyarakatnya. Melalui proses ini maka keinginan dan kebutuhan akan suatu prosedur pelayanan yang baik sesuai dengan dibutuhkan oleh masyarakat dapat terpenuhi

1.6. Definisi Konsep

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi mengatakan bahwa konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan generalisasi dari setiap jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.

Untuk memberikan batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka disini penulis akan mencoba untuk mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan. Adapun yang menjadi defenisi konsep dari penelitian ini adalah :

1.6.1. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah suatu proses yang dilakukan guna untuk memampukan ataupun meningkatkan kemampuan dan kemandirian aparat pemerintahan kelurahan dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.


(44)

1.6.2. Pemerintah Kelurahan

Kelurahan sebagai satuan wilayah terkecil didalam wilayah Kecamatan didaerah Kabupaten/Kota, dapat berfungsi sebagai unit kerja pelayanan kepada masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagian kewenangan dari Camat kepada Lurah. Sehingga dalam tugas pokok dan fungsinya, Pemerintah Kelurahan menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam ruang lingkup Kelurahan sesuai dengan batas-batas kewenangan yang dilimpahkan Camat.

Pemerintah Kelurahan perlu memiliki kemandirian dan akuntabilitas publik yang cukup memadai, dalam interaksinya yang bersifat langsung dengan masyarakat diwilayah kerjanya. Sebagai unit pelaksanaan pemerintahan yang terendah dibawah kecamatan.

1.6.3. Pelayanan

Pelayanan adalah pemenuhan segala kebutuhan yang diberikan oleh pihak lain yang memiliki hak atau kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

1.6.4. Masyarakat

Masyarakat adalah kumpulan dari orang-orang ataupu sekelompok individu yang hidup dan saling melakukan interaksi, bertempat tinggal dan melakukan aktivitasnya pada suatu daerah.

1.7. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran ini


(45)

dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang mendukung penganalisaan dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun;1995;46).

Yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah pemberdayaan pemerintah kelurahan yang dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :

a. Meningkatkan hak aspirasi masyarakat untuk menyuarakan

kepentingan-kepentingan masyarakat secara luas.

b. Menggerakkan masyarakat untuk bekerjasama dalam membangun daerahnya.

c. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia dan kinerja

aparatur pemerintah kelurahan.

d. Meningkatkan potensi kelurahan. Hal ini dapat dilakukan melalui

upaya-upaya sebagai berikut :

• Peningkatan PAD melalui pengelolaan kekayaan daerah dan

usaha-usaha daerah.

• Peningkatan swadaya masyarakat dalam mendukung pelaksanaan

program pembangunan.

• Meningkatkan usaha kecil menengah dan potensi perdagangan yang

ada didaerah kelurahan.

• Pinjaman daerah

• Sumbangan dari pihak ketiga.

e. Meningkatkan kemampuan pemerintahan kelurahan dalam rangka


(46)

Maksudnya adalah memberikan kapasitas yang memadai ataupun kewenangan penuh kepada pemerintah kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti : pembuatan KTP, surat tanah, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Pengelolaannya sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah kelurahan. Dengan demikian pemerintah kelurahan akan paham akan tugas dan tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat.

f. Meningkatkan kemampuan pemerintah kelurahan dalam menjalankan fungsi

keamanan dan ketertiban masyarakat, perlindungan ekonomi rakyat, perlindungan hukum dan perlindungan lingkungan hidup dan keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam mengawasi dan menilai kinerja pemerintah kelurahan dan perangkatnya dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.


(47)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang mencoba untuk menggambarkan fenomena-fenomena alam, fenomena sosial yang dinarasikan tanpa menggunakan analisis statistika.

Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih penulis dalam melakukan penelitian ini adalah diwilayah daerah Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Populasi dan Sampel A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah aparatur pemerintahan kelurahan beserta perangkatnya dan masyarakat yang ada di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara.


(48)

B. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian atau dengan kata lain bahwa sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili keseluruhan populasi.

Penelitian yang penulis lakukan tidak melakukan analisa terhadap populasi, karena semua responden yang penulis wawancarai merupakan key informan yang dianggap mengetahui secara menyeluruh tentang permasalahan penelitian ini. Penulis langsung menetukan siapa saja orang-orang yang dianggap sebagai key informan tersebut dan merekalah yang langsung jadi sampel dalam penelitian ini. Penetapan ini dilakukan atas kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.

Dalam melakukan teknik pengambilan sampel penulis menggunakan metode non probability sampling dimana dalam teknik ini jumlah atau ukuran sampel disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian ini. Pengambilan sampel yang diseuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian (Nawawi, 1987:157)

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Kepala Kelurahan Sari Rejo 1 orang

2. Pegawai Kantor Kelurahan Sari Rejo 3 orang

3. Kepala Lingkungan Kelurahan Sari Rejo 6 orang


(49)

Tekhnik Pengumpulan Data

2.4.1. Tekhnik Pengumpulan Data Primer

a. Wawancara, yaitu tekhnik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dan selanjutnya akan disebut sebagai informan.

b. Observasi, yaitu kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

c. Quesioner, yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan daftar pertanyaan yang telah disediakan kepada para responden.

2.4.2. Tekhnik Pengumpulan Data Sekunder a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi-informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, makalah dan majalah-majalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumenter (Documentary)

Yaitu dengan menggunakan dokumen hukum, kearsipan, catatan-catatan yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.


(50)

Tekhnik Analisa Data

Tekhnik analisa data yang digunakan didalam penelitian ini adalah analisa data deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis data, fakta dan karakteristik populasi dengan cermat dan nyata dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklarifikasikan dalam bentuk tabel tunggal, menganalisa serta menginterpretasikannya kedalam hal yang sebenarnya.

Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, hipotesa, defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang bentuk penelitian yang dilakukan, lokasi penelitian, populasi dan sample, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisa data yang diterapkan dalam penelitian ini.

BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, struktur pemerintahan serta tugas dan fungsi masing-masing bagian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Penyajian data dalam penilitian ini dilakukan dengan menguraikan gambaran data yang diperoleh dilapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan oleh penulis.


(51)

BAB V : ANALISA DATA

Pada bab ini berisikan tentang analisa data yang telah disajikan pada bab sebelumnya dan menarik suatu kesimpulan data penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bagian ini memuat tentang kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak-pihak yang membutuhkan dat-data tersebut.


(52)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

A. Sejarah Singkat Kelurahan Sari Rejo

Kelurahan Sari Rejo merupakan hasil dari pemekaran Kelurahan Polonia. Pada awalnya masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Baru yang kemudian dimekarkan sesuai dengan S.K. Gubsu No. 821:4/1991 pada tanggal 31 Oktober 1991. Kecamatan Medan Baru kemudian dimekarkan menjadi Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan. Kelurahan Sari Rejo masih berada didalam inti Kota Medan dengan perincian sebagai berikut :

• Tempat pemukiman warga

• Lahan pekuburan umum

• Tempat peribadatan

• Tempat pendidikan

• Lahan pertanian/perladangan

• Prasarana umum lainnya

Kelurahan Sari Rejo juga memiliki batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Lapangan Golf Lanud Medan, Landasan

Pacu Polonia.

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Perumahan Taman Malibu Indah dan


(53)

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan rel kereta api dan Kelurahan Pangkalan Mashyur.

• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sei Babura.

Untuk masuk ke Kelurahan Sari Rejo dapat dilakukan dengan melalui tiga jalur utama, yaitu : jalur pertama, melalui Jalan SMUN 2 Medan, Jalur kedua, melalui Jalan Karya Jasa yang tepatnya melalui depan Asrama Haji dan jalur yang ketiga melalui SDN 064027 yang terletak di kawasan simpang Karya Wisata.

Fasilitas transpotasi angkutan umum yang melalui Kelurahan Sari Rejo ada 2 lyn, yaitu yang pertama terminalnya berada di Jalan Cempaka dan yang kedua terminalnya berada di Jalan Karya Bakti. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kalurahan Sari Rejo, sebagai lembaga resmi yang mewakili kepentingan warga telah ke Dinas Perhubungan Kota Medan agar Kelurahan Sari Rejo dapat dilalui angkutan kota yang memiliki trayek sesuai dengan surat LPM No. 06/LPM/SR/I/2005 dan disusul dengan surat No. 47/LPM/II/2006 pada tanggal 8 Februari 2006 yang telah diketahui dan disetujui oleh Lurah Sari Rejo. Namun hingga kini tuntutan dari lembaga yang mewakili aspirasi masyarakat Sari Rejo, belum mendapatkan realisasi dari Pemerintah Kota Medan.

Mengenai sarana lainnya seperti PLN, listrik, air bersih telah dinikmati oleh masyarakat Kelurahan Sari Rejo. Jalan-jalan utama kelurahan telah diaspal beton (hot mix), kecuali jalan di belakang Komplek Paskhas TNI AU dan Jalan Mawar Ujung yang tembus ke Jalan Karya Jasa yang panjangnya lebih kurang 800 meter.


(54)

Namun khusus menyikapi masalah ini, pihak Kelurahan Sari Rejo berusaha untuk benar-benar dapat merealisasikan aspirasi dan tuntutan warga masyarakatnya terhadap prasarana yang belum terpenuhi dengan baik, maka permasalahan tentang perbaikan jalan dan jembatan yang ada di Kelurahan Sari Rejo telah diusulkan dalam Program Pembangunan 2007 ini termasuk pembuatan parit disisi kanan dan kiri jalan disepanjang jalan utama serta penggantian titi gantung menjadi jembatan permanen.

Hal ini sangat penting karena jembatan titi gantung merupakan jalan alternatif yang menghubungkan antara Kelurahan Sari Rejo dengan Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Selayang.

Selain perumahan tempat pemukiman warga pihak Kelurahan Sari Rejo juga turut berperan aktif dalam pembangunan yaitu :

1. Sarana Ibadah

2. Sarana Pendidikan

2. Sarana Lainnya

B. Jumlah Penduduk Kelurahan Sari Rejo

Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

1 Laki-laki 10.523 orang

2 Perempuan 13.768 orang

Jumlah 24.291 orang


(55)

Tabel diatas menerangkan bahwa di Kelurahan Sari Rejo memiliki jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 10.523 jiwa atau 43,36% sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 13.768 jiwa atau sekitar 56,67% dari jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia yang tersebar dalam sembilan lingkungan.

Dari tabel diatas dapat dilihat penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan dapat dibayangkan betapa besarnya perkembangan penduduk di Republik Indonesia, jika satu kelurahan saja memiliki populasi penduduk yang besar.

Sedangkan untuk jumlah penduduk yang dikelompokkan berdasarkan tingkatan umurnya, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

NO GOLONGAN UMUR JUMLAH

1 0 – 12 bulan 473 jiwa

2 1 – 5 tahun 2.134 jiwa

3 6 – 10 tahun 1.943 jiwa

4 11 – 15 tahun 2.300 jiwa

5 16 – 20 tahun 1.983 jiwa

6 21 – 25 tahun 1.731 jiwa

7 26 – 30 tahun 1.835 jiwa

8 31 – 35 tahun 1.895 jiwa


(56)

10 41 – 45 tahun 2.054 jiwa

11 46 – 50 tahun 1.808 jiwa

12 51 – 55 tahun 1.678 jiwa

13 > 55 tahun 2.448 jiwa

Jumlah 24.291 jiwa

Sumber :Profil Kelurahan Sari Rejo Tahun 2006

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak berdasarkan pengelompokkan umur adalah antara usia > 55 tahun yaitu sebanyak 2.448 jiwa atau 10,07%. Sedangkan penduduk yang paling sedikit berdasarkan pengelompokan umur adalah usia 1-12 bulan yaitu sebanyak 473 jiwa atau 1,94%. Jika dilihat jumlah penduduk yang masih balita adalah sebanyak 2.607 jiwa atau sekitar 10,73% . Jumlah penduduk yang berada pada usia pekerja yang produktif, yaitu yang berumur diantara 15-55 tahun adalah 15.420 jiwa atau sekitar 63,48%.

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

NO AGAMA JUMLAH

1 ISLAM 20.213 jiwa

2 KRISTEN PROTESTAN 3.374 jiwa

3 KRISTEN KATOLIK 463 jiwa

4 HINDU 241 jiwa

5 BUDHA -

Jumlah 24.291 jiwa


(57)

Masalah agama adalah suatu masalah yang sangat mudah untuk menimbulkan suatu keretakan dan permasalahan didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari keadaan yang peneliti lihat di Kelurahan Sari Rejo bahwa telah terjalin suatu kerukunan antar umat beragama dan adanya sifat toleransi yang tinggi bagi masing-masing individu untuk memeluk dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang diyakininya.

Adanya kerukunan dan toleransi didalam kehidupan masyarakat dapat dilihat jika sedang melakukan kerja bakti, kegiatan kemasyarakatan, dan sebagainya dimana masyarakat tergabung menjadi satu dan masyarakat juga tidak membeda-bedakan dan membandingkan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya. Letak lokasi peribadatan saling berdekatan antara yang satu dengan yang lainnya dan pada kenyataannya selama ini mereka memberi kebebasan umat yang beragama lain dalam melakukan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.

Dari jumlah penduduk di Kelurahan Sari Rejo yaitu 24.291 jiwa,masyarakat mayoritas beragama Islam yaitu 20.213 jiwa atau sekitar 83,21%, yang beragama Kristen Protestan berada di urutan kedua yaitu sebesar 3.374 jiwa atau sekitar 13,88%, yang beragama Kristen Katolik berjumlah 463 atau sekitar 1,90%, yang beragama Hindu ada 241 jiwa atau sekitar 0,99%.

Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan Etnis

NO ETNIS JUMLAH

1 JAWA 14.430 jiwa


(58)

3 MELAYU 1.028 jiwa

4 INDIA/TAMIL 241 jiwa

5 MINANG 430 jiwa

6 DAN LAIN-LAIN 3104 jiwa

Jumlah 24.291 jiwa

Sumber :Profil Kelurahan Sari Rejo Tahun 2006

Penduduk Kelurahan Sari Rejo bila dilihat dari jenis etnis atau suku memiliki keanekaragaman yang cukup lengkap. Etnis Jawa ada sekitar 14.430 jiwa atau sekitar 59,40% dari jumlah penduduk, etnis Batak berjumlah 5.058 jiwa atau sekitar 20,82%, etnis Melayu ada 1.028 jiwa atau 4,23%, etnis Minang berjumlah 430 jiwa atau sekitar 1,77%, etnis India/Tamil berjumlah 241 jiwa atau sekitar 0,99% sedangkan etnis yang lainnya, yang terdiri dari beberapa suku yang berbeda seperti Ambon,Bugis,Aceh,Cina dan sebagainya berjumlah 3104 jiwa atau sekitar 12,77% dari keseluruhan populasi penduduk yang ada di Kelurahan Sari Rejo.

C. Perjuangan Untuk Memperoleh Pengakuan Hukum

Masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Sari Rejo saat ini berjumlah 24.291 jiwa, yang tersebar di sembilan lingkungan yang menetap secara turun temurun sejak tahun 1948 hingga sekarang dan terus berkembang dari waktu ke waktu.

Sebagai masyarakat dan sebagai warga negara, maka warga Kelurahan Sari Rejo sangat mengharapkan agar hak-haknya dapat dipandang sama dan tidak


(59)

dibeda-bedakan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Hak yang dimaksudkan disini adalah hak sertifikasi atas tanah. Padahal dengan adanya legalisasi hak atas tanah tersebut, warga masyarakat dapat menjadi kekuatan untuk meningkatkan perekonomian di Kelurahan Sari Rejo, karena hak legalisasi tanah tersebut dapat dijadikan sebagai agunan di bank dan dapat menambah uang pemasukan bagi negara. Bandingkan dengan warga masyarakat yang tinggal di Perumahan Taman Malibu Indah, Villa Polonia, Villa Grand Polonia, dan warga masyarakat yang ada di Kelurahan Polonia, dan Pangkalan Mashyur yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Sari Rejo yang telah memiliki sertifikasi atas tanah yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional.

Yang paling menyedihkan bahwa warga masyarakat yang berada di Jalan Antariksa yang lokasinya masih berada di Kelurahan Sari Rejo dapat memperoleh sertifikasi hak atas tanah No. 4 tanggal 5 juli 2002, namun kenapa lingkungan lainnya di Kelurahan Sari Rejo tidak bias mendapatkan sertifikat tanahnya.

Karena itu warga masyarakat Kelurahan Sari Rejo yang berada di lokasi yang sama bersama dengan pihak kelurahan telah berupaya dalam memperjuangkan sertifikasi hak atas tanah dengan berusaha mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan warga masyarakat telah melengkapi segala persyaratan yang diperlukan terutama surat keterangan dari pihak kelurahan dan kecamatan yang menerangkan bahwa warga masyarakat merupakan penduduk tetap dan pemilik terhadap tanah yang ada di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia.


(60)

Pihak Kelurahan Sari Rejo, melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kecamatan Medan Polonia tanggal 12 Mei 2004 No. 188.342/620/SK/MP/2004 yang berdasarkan Perda No. 05 tahun 2003 tentang pengesahan LPM Sari Rejo sebagi mitra dari pihak Kelurahan Sari Rejo yang berusaha untuk membantu masyarakat dalam menyalurkan segala aspirasinya.

Dalam upaya untuk memperjuangkan perolehan sertifikasi hak atas tanah, masyarakat Kelurahan Sari Rejo telah menempuh proses hukum untuk mencari keadilan dan berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 18 Mei 1990 No. 310/PDT.G/1989/PN-MDN yang dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 20 September 1990 No. 294/PDT/1990/PT-MDN dan Putusan Mahkamah Agung tanggal 18 Mei 1995 No. 229 K/PDT/1991 yang menyatakan bahwa tanah-tanah sengketa adalah tanah garapan penggugat (masyarakat).

Pada tanggal 26 Oktober 2004 Reg No. 418/Pdt-G/2004/PN-MDN, Drs Tengku Azan Khan melalui Kuasa Hukumnya Abdul Majid Hutagaol SH., dan Kumala Sakti Nasution SH., telah menggugat masyarakat Sari Rejo melalui Pengadilan Negeri Medan dan setelah beberapa kali dilakukan persidangan, namun gugatan tersebut akhirnya tetap dimenangkan oleh masyarakat Sari Rejo.

Pada tahun 1970, Mendagri dan Dirjen Agraria telah menerbitkan SK No. 1/HPL/DA/1970 tanggal 3 Februari 1970, tentang pemberian hak pengelolaan hak atas tanah kepada Komando Udara Wilayah I Pangkalan Udara Medan yang telah dicabut sesuai dengan SK Mendagri dan Dirjen Agraria No. 150/DA/1982 tanggal 8 September 1982. Juga perlu digaris bawahi bahwa Nota Dinas Biro Hukum


(61)

Departemen Pertanahan RI No. B/Nota 059/III Rokum tanggal 23 Maret tahun 2003 yang salah satu isi nota hukumnya adalah : “Terhadap tanah yang lokasinya diluar tata ruang tersebut para penggarap dapat mengajukan permohonan hak terhadap tanah yang dikuasainya dengan membayar uang pemasukan terhadap negara”.

Untuk memperjuangkan terus hak-hak masyarakat maka pada tanggal 12 September 2006 untuk ketiga kalinya LPM Sari Rejo bersama perwakilan masyarakat dari Komisi A DPRD Kota Medan dan Pihak kecamatan medan polonia dan khususnya Kelurahan Sari Rejo yang diwakili oleh Drs. H. Riwayat Pakpahan selaku Ketua Umum LPM berangkat ke Komisi II DPR-RI yang diterima oleh Ibu Hj. Tumbu Saraswati, SH pada tanggal 13 September 2006.

Pada tanggal 30 Agustus 2006 anggota DPRD Medan mengadakan Rapat ke Dapem II, yaitu Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Baru, yang diadakan dikantor camat Kecamatan Medan Polonia, yang intinya sebagai wakil masyarakat mereka menuntut dan mengajukan protes mengenai penutupan Jalan Avros mulai pukul 22.00-06.00 WIB, begitu juga mengenai masalah sertifikasi hak atas tanah, pengaspalan jalan, masalah angkot, pendirian Puskesmas dan pembuatan jembatan permanen di Jl. Cinta Karya Ujung.


(62)

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1. Penyajian Data Tentang Distribusi Responden dan Key Informan

Data yang akan penulis sajikan mengenai struktur Pemerintah Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara adalah data primer dan data sekunder dan kemudian akan penulis analisa dan interpretasikan secara deskriptif kualitatif. Adapun penyajian data yang akan disajikan dalam :

“Penyajian data hasil wawancara dari key informan dalam hal ini (Aparatur Pemerintahan Kelurahan Sari Rejo, Kepala Lingkungan, LPM, tokoh masyarakat dan tokoh agama) akan dipaparkan dalam bentuk uraian dari pada key informan tersebut tentang bagaimana fungsi dan peranan Pemerintah Kelurahan dalam melayani masyarakat sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan bagaimana pandangan mereka tentang tugas dan fungsi aparatur pemerintah kelurahan yang telah berjalan”.

Sebelum penulis memaparkan penyajian data hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, terlebih dahulu penulis akan menyajikan data karakteristik responden yang bertujuan untuk mengenal keadaaan responden yang akan diteliti sehingga akan dapat memusatkan pemahaman akan data yang akan diperoleh.

4. 2. Karakteristik Responden

Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dan sebagaimana telah disampaikan pada bab terdahulu, dengan demikian sampel adalah


(63)

sebanyak 20 orang dan dapat dikelompokkan menurut karakteristiknya masing-masing. Pengelompokkan tersebut adalah berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.

Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik responden tersebut dapat di rincikan sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin.

JENIS KELAMIN F %

Laki-laki 17 85

Perempuan 3 15

TOTAL 20 100

Sumber : Daftar Wawancara Penelitian 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden penelitian 85% adalah laki-laki dan 15% nya adalah perempuan.

2. Umur

Untuk mengetahui klasifikasi responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan usia.

NO USIA FREKUENSI %


(64)

2 31 – 40 11 55

3 41 – 50 5 25

4 51 – 60 2 10

Jumlah 20 100

Sumber : Daftar Wawancara Penelitian 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia antara 21 – 30 tahun adalah 2 orang atau 10 %, yang berusia antara 31 – 40 tahun 11 orang atau 55 %, yang berusia antara 41 – 50 tahun adalah 5 orang atau 25 % dan yang berusia 51 – 60 tahun adalah 2 orang atau 10 %

3. Pendidikan

Untuk data sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan yaitu : Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan.

NO PENDIDIKAN FREKUENSI %

1 SLTP 5 25

2 SLTA 10 50

3 D I-D III 2 10

4 S-1 3 15

JUMLAH 20 100

Sumber : Daftar Wawancara Penelitian 2007

Dari tingkat pendidikan sebaran responden dapat dilihat 25 % atau 5 orang berpendidikan terakhir SLTP, 50 % atau 10 orang berpendidikan terakhir SLTA dan


(65)

10 % atau 2 orang berpendidikan terakhir D I-D III. Sedangkan lulusan S-1 sebanyak 15 % atau 3 orang.

4. Pekerjaan

Untuk sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan.

NO PEKERJAAN FREKUENSI %

1 PNS 4 20

2 Wiraswasta 3 15

3 Kepala Lingkungan 4 20

4 Karyawan

Swasta/Buruh

6 30

5 Berdagang 3 15

JUMLAH 20 100

Sumber : Daftar Wawancara Penelitian 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden masing-masing memiliki pekerjaan yang beragam. Dimana yang berprofesi sebagai Karyawan swasta atau buruh ada 6 orang atau 30%, PNS dan Kepala Lingkungan masing-masing ada 4 orang atau 20 % dan untuk profesi sebagai Pedagang adalah 3 orang atau 15 %, Selanjutnya 3 orang atau 15 % berprofesi sebagai Wiraswata.


(66)

4.3. Pemberdayaan Pemerintahan Kelurahan Sari Rejo Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat.

1. Pelayanan Masyarakat di Bidang Pendidikan

a. Efektivitas Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan Sari Rejo

Tabel 9 Data Lembaga Pendidikan di Kelurahan Sari Rejo NO LEMBAGA

PENDIDIKAN

JUMLAH GURU JUMLAH MURID

1 TK/TKA 16 orang 240 orang

2 SD/Sederajat 35 orang 2.025 orang

3 SLTP 5 orang 80 orang

4 Kursus Bahasa

Inggris

3 orang

35 orang

5 Kursus

Komputer

2 orang

20 orang

Sumber :Profil Kelurahan Sari Rejo Tahun 2006

Dari data yang diperoleh, sejauh ini pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di Kelurahan Sari Rejo terbilang cukup baik. Fasilitas gedung sekolah dan juga sarana belajar yang ada di SD Negeri dan Yayasan Pendidikan yang dikelola oleh pihak swasta sudah dapat melengkapi persyaratan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.


(67)

Namun dalam menangani masasalah pendidikan ini masyarakat sangat mengharapkan agar Pemerintah Kelurahan Sari Rejo dapat membantu dan mendukung program pendidikan yang ada diwilayahnya, yaitu dengan cara mengajukan peningkatan kualitas pendidikan ke instansi terkait agar memberikan perhatian dan bantuan terhadap sekolah agar dapat lebih baik lagi dan juga membantu dalam hal menyediakan guru yang berkompeten.

b. Kualitas Pendidikan

Tabel 10 Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1 Belum Sekolah 2.607 jiwa

2 Usia 7-45 tahun yang belum pernah

bersekolah

75 jiwa

3 Usia 7-45 tahun yang tidak tamat SD 721 jiwa

4 SD/sederajat 4.443 jiwa

5 SLTP/sederajat 2.814 jiwa

6 SLTA/sederajat 1.971 jiwa

7 D-1 129 jiwa

8 D-2 -

9 D-3 40 jiwa

10 S-1 65 jiwa

11 S-2 5 jiwa


(1)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 2005 yang merupakan dasar dalam menuju masyarakat yang berkembang yaitu Kelurahan tidak lagi menjadi level administrasi, tidak lagi menjadi bawahan daerah tetapi menjadi masyarakat yang mandiri. Sehingga setiap masyarakat yang berada pada lingkungan kelurahan berhak untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan kepentingannya sendiri. Disini harus dipahami bahwa Kelurahan merupakan suatu kesatuan hukum yang memiliki hak dan kekuasaan dalam mengatur kepentingan masyarakatnya menuju kesejahteraan.

Sedangkan kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan fungsinya adalah kendala internal dalam Aparatur Pemerintahan Kelurahan itu sendiri, yaitu keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan profesional dalam menangani bidangnya dalam struktur Pemerintahan Kelurahan. Kendala terakhir adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pembangunan dan masih kurangnya rasa “ikhlas” yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan.

B. SARAN

• Melibatkan masyarakat untuk secara aktif mengawasi, mengevaluasi, dan memberi masukan akan menumbuhkan suasana hubungan antara warga dengan pemerintah sebagai pemberi pelayanan, dalam hal ini pihak Kelurahan agar terbina secara harmonis di mana sikap aparatur kelurahan menjadi lebih terbuka, jujur, transparan, serta tidak diskriminatif.


(2)

• Rekruitmen Aparatur Pemerintah Kelurahan yang baik dan bersih sangat perlu sehingga nantinya tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Pemerintah Kelurahan yang profesional dibidangnya, dan dalam menjalankan fungsinya bisa lebih efektif dan baik dalam melayani kebutuhan masyarakat.

• Mengenai pemberdayaan Pemerintah Kelurahan dalam sektor ekonomi, diharapkan agar Pemerintah Kelurahan dapat meningkatkan kemampuan industri rumah tangga dalam melakukan kegiatan ekonomi,. Diharapkan dengan semakin meningkatnya kemampuan industri kecil dan industri rumah tangga maka akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan,sehingga dapat mengurangi pengangguran yang ada di Kelurahan Sari Rejo.

• Untuk lebih menerapkan pendekatan pembangunan partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur dalam masyarakat Kelurahan, jangan sampai campur tangan Pemerintah Daerah lebih dominan karena hal ini menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat, masyarakat hanya bersifat pasif dalam pembangunan didaerahnya. • Perlunya pemikiran ulang dan perubahan-perubahan terhadap Peraturan Daerah,

baik Peraturan Daerah Propinsi maupun Kota/Kabupaten, sehingga nantinya dapat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan daerahnya masing-masing. Karena kenyataan dilapangan banyak peraturan dan program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

 Anita, Bernadetta, Dimensi Partisipasi Dalam Pembangunan, Politekhnik Negeri Medan, 1998.

 Arikunto, Metode Penelitian Sosial, Rajawali Pers, Jakarta, 1998.

 Budiman, Arief, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia, 1995.

 Osborne, D. & Gaebler, T. 1992. Reinventing government : how the entrepreneurial spirit is transforming the public sector. Reading, Massachussetts : A William Patrick Book.

 Faisal, Sanafiah. Format-format Penelitian Sosial, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.

 Juliantara, Dadang, Pembaruan Desa, Jojakarta, LAPPERA Pustaka Utama, 2003.

 Mahmudi, Ahmad, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Dalam Dinamika: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Edisi Agustus 2002.

 Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1988.

 Mubyarto dan Kartodirjo, Sartono, Pembangunan Pedesaan di Indonesia, Yogyakarta, Liberty, 1988.

 Ndraha, Taliziduhu, Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta, Bina Aksara, 1987.

 Pambudi, Himawan S. dkk, Politik Pemberdayaan: Jalan Mewujudkan Otonomi Desa, Yogyakarta, LAPPERA Pustaka Utama, 2003.

 Poerwodarminto, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia. P.N, Jakarta, Balai Pustaka, 1976.

 Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survey, P.T. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 1989.

 Soemardjan, Selo, Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1993


(4)

 Supriadi Brantakusumah, Dedi. Solihin, Dadang. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.

 Sunardjo, RH. Unang. Tinjauan Singkat Tentang Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Tarsito, Bandung, 1984.

 Surianingrat, Bayu. Pemerintahan Administrasi Desa dan Kelurahan, Jakarta, 1985.

 Syaukani, Affan Gaffar, M. Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2002.

 Tangkilisan, Hesel Negi S, Kebijakan Publik Yang Membumi, Jogjakarta, Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia dan Lukman Offset 2003.

 Widjaja, HAW, Otonomi Desa: Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan Utuh, Jakarta, Rajawali Pers, 2003

 Peraturan Pemerintah No 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (dikutip dari internet ).

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN YANG DIGUNAKAN :

 Sistem Pendataan Profil Kelurahan (Berdasarakan Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 414.3/316/PMD tanggal 17 Februari 2003).  Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sinar

Grafika, Jakarta, 2001.

 UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pustaka Pelajar, 2005.  Selayang Pandang Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia,Kota

Medan, Sumatera Utara,Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Sari Rejo.


(5)

Penulis ikut kegiatan gotong royong dengan masyarakat Lingkungan VIII Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia.


(6)

Proyek Perbaikan dan pembuatan Jalan Beton Permanen di Kelurahan Yang dilakukan Oleh Pemerintah kota Medan

Masyarakat duduk melihat proyek yperbaikan jalan yang dilakukan diLingkungan VIII Kelurahan Sari Rejo