Kesiapan Ibu Pramenopause Dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

(1)

Kesiapan Ibu Pramenopause dalam Menghadapi Menopause di

Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

SKRIPSI

Oleh Tina Rahayu

111101056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Kesiapan Ibu Pramenopause dalam Menghadapi Menopause di

Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

SKRIPSI

Oleh Tina Rahayu

111101056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

(4)

(5)

Prakata

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesiapan Ibu Pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan” yang menjadi salah satu syarat meraih gelar Sarjana di Fakultas Keperawatan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nur Asiah S.Kep. Ns., M.Biomed selaku pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, perhatian, dan petunjuk demi terselesainya skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Wardiah Daulay, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji pertama yang telah bersedia memberikan sara, masukan dan dukungan.

3. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp., Ns., M.Biomed selaku penguji kedua yang telah bersedia memberikan saran dan motivasi .

4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., Ns., M.Kep., Sp.Mat selaku dosen pembimbing akademik saya yang telah membimbing saya selama perkuliahan ini.


(6)

6. Bapak Arman. E. Perangin-angin, SP selaku Lurah di Kelurahan Simpang Selayang yang telah memberikan izin melakukan penelitian skripsi ini. 7. Kedua orang tua saya, Drs. Hulman Silitonga dan Tiarlan Siahaan, Sp.d,

terima kasih untuk doa, dukungan semangat, kesabaran, dan kasih sayangnya yang menjadi sumber inspirasi bagi saya.

8. Adik saya Wira Perdana Silitonga dan Lilianta Silitonga, terima kasih untuk dukungan doanya.

9. Sahabat- sahabat saya di Fakultas Keperawatan USU dan NHKBP Tanjung Sari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skipsi ini masih banyak kekurangan sehingga dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2015


(7)

Daftar Isi

Halaman

Halaman judul ... i

Halaman pernyataan orisinalitas ... ii

Halaman persetujuan sidang ... iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar tabel ... ix

Daftar singkatan ... x

Daftar skema ... xi

Abstrak ... xii

Abstract ... xiii

BA 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Perumusan masalah ... 5

3. Tujuan penelitian... 5

3.1. Tujuan umum ... 5

3.2. Tujuan khusus ... 5

4. Manfaat penelitian ... 6

4.1. Pendidikan keperawatan ... 6

4.2. Pelayanan keperawatan ... 6

4.3. Penelitian keperawatan ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Menopause ... 7

1.1. Definisi ... 7

1.2. Usia menopause... 7

1.3. Fisiologi menopause ... 8

1.4. Periode menopause ... 10

1.5. Gejala menopause ... 11

2. Kesiapan ... 11

2.1. Defenisi ... 11

2.2. Kesiapan menghadapi menopause ... 12

2.2.1. Kesiapan Fifik ... 14

2.2.1.1.Mengkonsumsi makanan bergizi ... 14

2.2.1.2.Menghindarkan stres ... 15

2.2.1.3.Menghindarkan kebiasaan merokok, minum kopi,dan minuman beralkohol. 17


(8)

2.2.1.5.Melakukan kunjungan rutin ke petugas

kesehatan ... 19

2.2.2. Kesiapan Psikologis ... 20

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 25

1. Kerangka konseptual ... 25

2. Defenisi operasional ... 26

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

1. Desain penelitian ... 27

2. Populasi, sampel, dan teknik sampling ... 27

2.1. Populasi penelitian ... 27

2.2. Sampel penelitian ... 27

2.3. Teknik sampling ... 28

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 28

4. Pertimbangan etik ... 29

5. Instrumen penelitian ... 30

5.1. Kuesioner data demografi ... 30

5.2. Kuesioner kesiapan ibu pramenopause menghadapi menopause ... 30

6. Validitas dan reabilitas instrumen ... 31

6.1. Validitas ... 31

6.2. Reliabilitas ... 31

7. Pengumpulan data ... 32

8. Analisa data ... 33

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

1. Hasil ... 34

1.1. Karakteristik responden ... 34

1.2. Gambaran kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan ... 34

2. Pembahasan ... 39

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

1. Kesimpulan ... 48

2. Saran... 48


(9)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 51

1. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian ... 52

2. Lembar persetujuan menjadi subjek penelitian ... 54

3. Instrumen penelitian ... 55

4. Lembar bukti bimbingan ... 59

5. Taksasi dana ... 60

6. Jadwal penelitian ... 60

7. Daftar riwayat hidup ... 61

8. Uji reliabilitas kuesioner ... 62

9. Distribusi data demografi ... 64

10. Distribusi kesiapan responden ... 67

11. Hasil per item kuesioner ... 68

12. Lembar uji validitas 1 ... 74

13. Lembar uji validitas 2 ... 75

14. Lembar uji validitas 3 ... 76

15. Lembar bukti abstrak ... 77

16. Surat permohonan pengambilan data ... 78

17. Surat balasan izin penelitian dari kelurahan ... 79

18. Surat balasan izin penelitian dari Balitbang ... 80

19. Surat permohonan uji reliabilitas ... 81

20. Surat etika penelitian ... 82


(10)

Daftar Tabel

Halaman Tabel 3.1. Defenisi operasional kesiapan ibu pramenopause dalam

menghadapi menopause ... 25 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik data demografi ibu

pramenopause di Kelurahan Simpang Kecamatan Medan

Tuntungan Selayang ... 34 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi kesiapan ibu pramenopause secara fisik dalam

menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan ... 35 Tabel 5.3. Distribusi kesiapan ibu pramenopause secara psikologis dalam

menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang


(11)

Daftar Singkatan

FSH : FoIikel stimulating hormone LH : Luteinizing hormone


(12)

Daftar Skema

Halaman Skema 1. Kerangka penelitian kesiapan ibu pramenopause dalam

menghadapi menopause ... 21


(13)

Judul : Kesiapan Ibu Pramenopause dalam Menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

Nama : Tina Rahayu

Nim : 111101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2014/2015

ABSTRAK

Fase pramenopause merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium, keluhan yang sering dialami ibu pada fase ini berupa perubahan psikologis dikarenakan perubahan fisik dan perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai lagi, sehingga banyak ibu mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali menggangu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menggangu kualitas hidupnya. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah populasi 1.305 orang. Pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan sampel 306 ibu pramenopause. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner kesiapan fisik dan kesiapan psikologis. Berdasarkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas berumur 51-55 tahun sebanyak 155 orang (50,7%), suku batak sebanyak 210 orang (68,6%), beragama Kristen Protestan sebanyak 164 orang (53,6%), pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 171 orang (55,9%), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sebanyak 125 orang (40,8%), dan berpenghasilan >2.000.000 sebanyak 223 orang (72,9%). Hasil penelitian menunjukan bahwa 303 orang (99%) ibu pramenopause di Kelurahan Simpang Selayang siap menghadapi menopause. Disarankan kepada Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Simpang Selayang untuk lebih aktif dalam memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan agar ibu-ibu pramenopause turut aktif dalam mengikuti kegiatan di pelayanan kesehatan agar kesiapan ibu pramenopause lebih maksimal dan mendapatkan informasi yang akurat.


(14)

Title of the Thesis : The Preparedness of Pre-Menopause Women in Facing Menopause at Simpang Selayang Village, Medan Tuntungan Subdistrict

Name : Tina Rahayu

Std. ID Number : 111101056

Department : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Pre-manopause phase is a changing period from reproductive period to senium period. In this period, women usually undergo psychological change because of physical change and the change in menstruation pattern so that they complain about these disturbances in their daily activities. The research used descriptive method. The population was 1,305 pre-menopause women, and 306 of them were used as the samples, taken by using cluster sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about women’s preparedness physically

and psychologically. Based on the respondents’ characteristics, it was found that

155 respondents (50.7%) were between 51 and 55 years old, 210 respondents (68.6%) were Bataknese, 164 respondents (53.6%) were Protestants, 171 respondents (55.9%) were college graduates, 125 respondents (40.8%) were government employees, and 223 respondents (72.9%) had the income of > Rp. 2,000,000. The result of the research showed that 303 respondents (99%) were pre-menopause women who were prepared to face menopause. It is recommended that the Health Service at Simpang Selayang village actively provide health counseling/education in order that pre-menopause women actively participate in health care activities so that they will get maximal and accurate information.


(15)

Judul : Kesiapan Ibu Pramenopause dalam Menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

Nama : Tina Rahayu

Nim : 111101056

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2014/2015

ABSTRAK

Fase pramenopause merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium, keluhan yang sering dialami ibu pada fase ini berupa perubahan psikologis dikarenakan perubahan fisik dan perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai lagi, sehingga banyak ibu mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali menggangu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menggangu kualitas hidupnya. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah populasi 1.305 orang. Pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan sampel 306 ibu pramenopause. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner kesiapan fisik dan kesiapan psikologis. Berdasarkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas berumur 51-55 tahun sebanyak 155 orang (50,7%), suku batak sebanyak 210 orang (68,6%), beragama Kristen Protestan sebanyak 164 orang (53,6%), pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 171 orang (55,9%), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sebanyak 125 orang (40,8%), dan berpenghasilan >2.000.000 sebanyak 223 orang (72,9%). Hasil penelitian menunjukan bahwa 303 orang (99%) ibu pramenopause di Kelurahan Simpang Selayang siap menghadapi menopause. Disarankan kepada Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Simpang Selayang untuk lebih aktif dalam memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan agar ibu-ibu pramenopause turut aktif dalam mengikuti kegiatan di pelayanan kesehatan agar kesiapan ibu pramenopause lebih maksimal dan mendapatkan informasi yang akurat.


(16)

Title of the Thesis : The Preparedness of Pre-Menopause Women in Facing Menopause at Simpang Selayang Village, Medan Tuntungan Subdistrict

Name : Tina Rahayu

Std. ID Number : 111101056

Department : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Pre-manopause phase is a changing period from reproductive period to senium period. In this period, women usually undergo psychological change because of physical change and the change in menstruation pattern so that they complain about these disturbances in their daily activities. The research used descriptive method. The population was 1,305 pre-menopause women, and 306 of them were used as the samples, taken by using cluster sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about women’s preparedness physically

and psychologically. Based on the respondents’ characteristics, it was found that

155 respondents (50.7%) were between 51 and 55 years old, 210 respondents (68.6%) were Bataknese, 164 respondents (53.6%) were Protestants, 171 respondents (55.9%) were college graduates, 125 respondents (40.8%) were government employees, and 223 respondents (72.9%) had the income of > Rp. 2,000,000. The result of the research showed that 303 respondents (99%) were pre-menopause women who were prepared to face menopause. It is recommended that the Health Service at Simpang Selayang village actively provide health counseling/education in order that pre-menopause women actively participate in health care activities so that they will get maximal and accurate information.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Seorang wanita yang telah menginjak usia diatas 45 tahun akan mengalami proses penuaan yang dimulai dari indung telur yang selama ini menghasilkan hormon-hormon menjadi tidak mampu lagi menghasilkan hormon estrogen yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga tubuh mengalami ketidakseimbangan hormon yang berdampak pada perubahan seorang wanita. Semua perubahan yang terjadi ini disebut dengan istilah menopause (Wahyunita, 2010).

Penurunan estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause, yaitu: (1) fase pramenopause, yaitu merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Keluhan yang dialami wanita pada fase ini biasanya berupa perubahan psikologis dikarenakan perubahan fisik dan perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai lagi; (2) fase menopause, adalah saat haid terakhir. Fase menopause biasanya berlangsung antara periode 3-4 tahun dengan gejala berupa perubahan fisik dan kejiwaannya semakin terlihat; (3) fase pasca menopause (senium), adalah periode ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik, hal ini dikarenakan keluhan semakin berkurang dan terjadi pada usia diatas 60-65 tahun (Wahyunita, 2010).


(18)

Saat memasuki masa menopause, terjadi penurunan atau hilangnya hormon estrogen yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali menggangu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menggangu kualitas hidupnya, untuk itu perlu dilakukan usaha pengukuran tingkat kesiapan ibu menghadapi menopause guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti depresi, emosi yang berlebihan (Proverawati, 2010).

Perubahan fisik, sosial, dan emosi dalam hidup, serta perubahan psikologis pada diri wanita membuat masa menopause menjadi salah satu goncangan dan analisis diri terbesar bagi beberapa wanita. Menopause merupakan kejadian yang sangat individual, dengan berbagai masalah akibat “usia paruh baya” yang menyertainya sehingga bagaimana setiap wanita menerima dan mengalami waktu perubahan fisik ini sangat bervariasi (Andrews, 2009).

Pemikiran-pemikiran seorang wanita menopause tentang hari tuanya, kehilangan kemampuan untuk berproduksi dan kehilangan daya tarik terkadang membuat wanita menopause merasa tertekan dan menurunnya rasa percaya diri karena menganggap tidak lagi menjadi seorang wanita sempurna, hal inilah yang menjadi pemicu utama wanita menopause menjadi depresi dan menyebabkan wanita mempunyai resiko terbesar mengalami depresi dibandingkan pria. Bila hal ini tidak segera ditanggapi maka depresi akan menjadi depresi berat.

Gangguan kecemasan merupakan hal yang sering dialami wanita yang akan menghadapi menopause, kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya. Namun


(19)

kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas meskipun orang di sekitarnya memberikan dukungan. Kecemasan yang timbul pada wanita menopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatikan. Merasa cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik. Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu vilatitas dan fungsi organ-organ tubuhnya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaannya sebagai seorang wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan sosialnya (Glasier, 2006).

Pengetahuan wanita tentang siklus hidupnya sangatlah penting agar wanita dapat melakukan persiapan fisik dan mental untuk mengurangi gangguan yang mungkin akan dirasakan (Wahyunita, 2010). Pemahaman yang baik mengenai menopause pada wanita merupakan salah satu hal yang penting. Kurang mengetahui pengetahuan yang benar tentang menopause pada wanita maka akan menimbulkan suatu yang kurang baik untuk psikis dan juga akan menimbulkan suatu kasus kecemasan berlebihan. Peningkatan jumlah menopause pada wanita lansia setiap tahunnya akan memunculkan suatu masalah tersendiri, jika ditambah dengan adanya suatu keluhan yang terjadi pada masa menopause akan membuat wanita kurang nyaman dan bisa menggangu kehidupan sehari-hari mereka serta menurunkan kualitas hidup mereka. Keadaan seperti ini pasti membutuhkan suatu


(20)

penanganan yang tepat agar mereka lebih siap untuk menghadapi gejala menopause pada wanita.

Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia sangat cepat. Menurut proyeksi penduduk Indonesia tahun 2006-2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk perempuan berusia diatas 50 tahun meningkat dari 107 juta menjadi 373 juta orang, dan tahun 2025 diperkirakan aka nada 75 juta perempuan menopause (BKKBN, 2012). Berdasarkan sensus penduduk untuk wilayah Sumatera Utara menurut kelompok umur 40-51 tahun, tahun 2011 adalah 73.6261 orang. Jumlah perempuan berusia 45-55 tahun di wilayah Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan adalah 1.305 orang.

Penelitian sebelumnya oleh Ismayati (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause di Perumahan Sewon Asri diperoleh ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan menghadapi menopause yang ditunjukkan oleh nilai

p hitung sebesar 0,540 sehingga nilai p hitung > p tabel (0,540>0,496).

Penelitian sebelumnya oleh Aslim (2013) yaitu hubungan pengetahuan dan sikap wanita premenopause tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause di Kelurahan Campago Guguk Bulek Kecamatan Mandiangan Koto Selayan Bukit Tinggi diperoleh hasil terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause dengan nilai p < 0,05 dengan hasil 0,001.

Penelitian sebelumnya oleh Nurdono (2013) yaitu gambaran sikap ibu terhadap masa pramenopause pada ibu-ibu di Desa Gonggang kecamatan Poncol


(21)

Kabupaten Magetan adalah memiliki gambaran sikap yang negatif terhadap masa pramenopause. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan masih adanya pemahaman negatif dan keliru tantang masa pramenopause sehingga mempengaruhi sikap dan kesiapan dalam menghadapi masa pramenopause.

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan wawancara dari 10 orang terdapat 5 orang wanita pramenopause yang tidak memiliki kepedulian untuk menghadapi fase menopause, selain itu peneliti menemukan adanya wanita pramenopause di Kelurahan Simpang Selayang yang merasakan berbagai keluhan dan kecemasan yang dialaminya dan mereka bersikap biasa saja dalam menghadapi fase menopause tersebut. Berdasarkan survei awal di Puskesmas di Kelurahan Simpang Selayang belum ada penyuluhan terkait menopause.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause.

2. Perumusan masalah

Bagaimana kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause?

3. Tujuan penelitian 3.1. Tujuan umum


(22)

3.2. Tujuan khusus

3.2.1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik ibu pramenopause dalam mengahadapi menopause.

3.2.2. Mengidentifikasi gambaran kesiapan ibu pramenopause dalam mengahadapi menopause

4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 4.1. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan di bidang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi perempuan serta bermanfaat bagi pengembangan studi tentang menopause.

4.2. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan promosi kesehatan dan penyuluhan keperawatan yang lebih komprehensif pada ibu-ibu yang akan menghadapi menopause.

4.3. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data dasar dan juga pembanding bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause.


(23)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

1. Menopause 1.1. Defenisi

Menurut Wahyunita (2010), kata menopause berasal dari bahasa Yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara” yang secara linguistik lebih tepat disebut “menocease”. Secara medis istilah menopause mengandung arti

berhentinya masa menstruasi dikarenakan penurunan fungsi organ-organ kewanitaan seorang wanita.

1.2. Usia menopause

Wanita yang memilki berat badan yang rendah, wanita multipara, wanita yang merokok, dan pajanan terhadap bahan toksik (seperti kemoterapi) menyebabkan menopause terjadi lebih dini. Menurut Wahyunita (2010), seorang wanita dianggap memasuki menopause jika wanita tersebut tidak mengalami menstruasi lagi dalam kurun waktu 12 bulan tanpa disertai intervensi tertentu. Tidak ada perhitungan yang tepat mengenai usia pastinya seorang wanita akan mengalami menopause, hal ini tergantung dari setiap individu. Rata-rata wanita mengalami menopause di usia sekitar 45 tahun-55 tahun.


(24)

1.3. Fisiologi menopause

Setiap wanita lahir dengan folikel dalam jumlah tertentu yang berkurang melalui ovulasi dan jika terjadi atresia. Ketika jumlah folikel menurun, estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium menurun sebagai respon terhadap FSH (folikel-stimulating-hormone) yang dikeluarkan hipofisis, sampai lama-kelamaan tidak terjadi lonjakan LH (luteinizing hormone). Selama siklus tanpa ovulasi selanjutnya, hipofisis meningkatkan produksi FSH sebagai upaya untuk meningkatkan produksi estrogen. Kadar LH juga ikut meningkat. Siklus ini dapat memanjang dan haid menjadi lebih ringan. Siklus menjadi lebih sering tanpa ovulasi dan tidak teratur, dengan perdarahan per vaginam terjadi pada akhir fase luteal yang tidak adekuat atau setelah kadar estradiol mencapai puncak tanpa ovulasi atau terbentuk korpus leteum. Lonjakan estrogen dapat menyebabkan haid lebih banyak dan pembesaran fibroid uterus. Hormon-hormon terus berfluktuasi dengan cara ini selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Setelah kurang lebih 400 kali ovulasi, kapasitas reproduksi menjadi aus, dan terjadilah menopause.

Ovarium terus memproduksi sedikit estrogen. Prekursor hormon androstenedion diubah menjadi estrone, suatu bentuk estrogen, dalam sel-sel lemak. Estron (E1) adalah estrogen dominan pascamenopause. Estriol (E3) merupakan estrogen yang secara biologis lemah, yang dihasilkan dari metabolism estron. Ovarium terus memproduksi testosterone dalam jumlah hanya sedikit lebih kecil daripada yang diproduksi selama masa reproduksi, dan kemudian dalam jumlah berlebihan pada kebanyakan wanita pascamenopuse.


(25)

Sekitar 75% wanita mengalami gejala menopause. Dua puluh lima persen hingga tiga puluh persen wanita berkonsultasi dengan pemberi layanan kesehatan tentang gejala-gejala ini. Kadar FSH dan LH digunakan secara klinis untuk memastikan awitan menopause. Kadar maksimumnya dicapai 1-2 tahun setelah menopause yang alami dan tetap meningkat selama 10-15 tahun. Menopause akibat pembedahan terjadi jika ovarium diangkat atau jika kegagalan ovarium terjadi setelah histerektomi sebagai akibat gangguan aliran darah di dalam ovarium. Setelah menopause karena pembedahan, kadar FSH dan LH meningkat dalam 20-30 hari.

Apabila estrogen berkurang, aliran darah ke saluran reproduksi dan saluran kemih ikut menurun. Aktivitas mitosis pada epitel berkurang, dan di dinding vagina, produksi sel-sel epitel vagina superficial secara bertahap berkurang, mengakibatkan dinding vagina memendek, sempit, dan rapuh. pH meningkat, jumlah laktobasili menurun, dan ketahanan terhadap vaginitis menurun. Kandung kemih dan jaringan uretra atropi, mengakibatkan peningkatan jarak antara urine dan saraf sensoris. Peningkatan frekuensi berkemih, disuria, nokturia, dan inkontinensia urgensi dapat timbul sebagai akibatnya. Muara uretra dan muara vagina bersama-sama bergerak mendekat dan dengan pH yang lebih mendasar, risiko infeksi saluran kemih (ISK) meningkat. Sintesis kolagen, yang juga distimulasi oleh estrogen, menurun. Inkontinensia stress dan prolaps organ pelvis dapat terjadi (Manuaba, 2009).


(26)

1.4. Periode menopause dalam fase klimakterium

Klimakterium adalah periode kehidupan seorang wanita saat ia berpindah dari tahap reproduktif ke tahap tidak reproduktif, disertai regresi fungsi ovarium (Bobak, 2004).

Masa klimakterium menurut Manuaba (2009), dimulai dari fase pramenopause yaitu ketika terjadi penurunan estrogen, meningkatnya hormon gonadotropin, gangguan keseimbangan hormon (menstruasi tidak teratur, menstruasi anovulatoir [haid tanpa ovulasi], hanya terdapat rangsangan estrogen, menimbulkan gejala psikologis [takut tua, takut tidak menarik, emosi labil, cepat marah, sering marah, sering sedih, sukar tidur] dan kardiovaskular (hot flushes

[terasa panas pada pipi, wajah, dan tengkuk], sering berdebar, dan kulit terasa kering dan panas).

Selanjutnya di ikuti fase menopause yaitu periode disaat terjadi haid terakhir atau saat menstruasi terakhir, tenggang waktu sekitar 1 sampai 2 tahun.

Fese yang ketiga adalah pascamenopause yaitu ketika keadaan masih terdapat kegoncangan hormonal, masih ada gejala klinis berkelanjutan dari premenopause. Diakhiri fase senium yaitu keadaan keseimbangan hormonal tercapai sehingga wanita tidak mengalami kegoncangan psikologis. Gangguan organik dapat terjadi berupa kulit terasa kering, epitel vagina tipis yang menimbulkan dispareunia, mudah infeksi sistisis senilis, atau vagininitis senilis, dan tulang mengalami osteoporosis sehingga mudah patah.


(27)

1.5. Gejala menopause

Sindrom klimakterium terjadi bila keluhan karena penurunan estrogen dengan gejala psikosomatik dan kardiovaskuler. Menurut Morgan (2009), gejala klimakterium dimulai dengan perubahan dalam menstruasi seperti siklus menstruasi sering kali tidak menghasilkan sel telur, perdarahan tiba-tiba yang disertai bercak selama hari ke-19 sampai ke-25 dapat terjadi, diikuti oleh menstruasi pada waktu rutin. Lebih 60% ibu mengalami menstruasi yang jarang dan siklus yang berlompatan dan sebagian besar ibu mengalami perdarahan yang sebentar dan sedikit disertai bekuan dan rasa kram.

Peningkatan tanda dan gejala IMS yaitu seperti bengkak, ketidaknyamanan panggul, sakit kepala, iritabilitas dan perubahan mood. Gangguan Vasomotor (hot flushes, berkeringat di malam hari) terjadi pada 45% wanita. Sebesar 25% wanita mengalami rasa panas lebih dari 5 tahun, 2% mengalami sepanjang hidup. Hot flushes yang terjadi selama tidur menimbulkan keringat berlebihan. Perubahan kulit seperti penipisan dan penurunan lapisan lemak subkutan, kekeringan, kerontokan rambut, hirsutisme ringan di wajah.

Masalah psikologis, sosial, dan seksual seperti depresi dan perubahan

mood disebabkan oleh perubahan hormon dan insomnia merupakan hal yang sering dialami.

Sikap sosial , latar belakang kebudayaan, keluarga, dan perasaan pribadi semuanya direfleksikan pada respon wanita terhadap menopause. Keinginan seksual dan kenikmatan koitus menurun.


(28)

2. Kesiapan menghadapi menopause 2.1. Defenisi kesiapan

Kesiapan berasal dari kata “siap” mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003) kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan sesuatu. Kesiapan seorang perempuan menghadapi masa menopause akan sangat membantu dalam menjalani masa menopause ini dengan lebih baik.

Menurut Chaplin (2005) kesiapan (readiness) adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu. Dapat juga diartikan sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik maupun mental atau psikologisnya.

2.2. Kesiapan menghadapi menopause

Menurut Manuaba (2004), wanita yang tidak siap menghadapi menopause akan mengalami: menurunnya kemampuan berfikir dan ingatan, gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tampa diketahui sebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak, dan ditinggalkan sendiri. Wanita menopause juga akan mengalami penurunan berbagai fungsi tubuh, sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu, penting bagi seorang wanita selalu berpikir positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang


(29)

sifatnya alami, seperti halnya keluhan yang muncul pada fase kehidupannya yang lain. Tentunya sikap yang positif ini bisa muncul jika diimbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga ibu lebih siap baik siap secara fisik, mental, dan spiritual. Perlu diketahui, kehidupan yang dijalani pada masa sebelumnya memiliki pengaruh yang kuat pada masa yang akan datang (Kasdu, 2002).

Menopause merupakan proses alamiah yang terjadi pada semua perempuan, namun efek sampingnya banyak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga apabila tidak siap menghadapinya. Masa perubahan ini akan dapat dilalui dengan baik, tanpa gangguan yang berarti, jika wanita tersebut mampu menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang muncul. Faktor penentu apakah wanita tersebut siap dengan datangnya masa menopause ini ada di tangan wanita itu sendiri. Di sini faktor pengetahuan mengenai menopause sangat berpengaruh dalam menghadapi masa tersebut (Kusmiran, 2011).

Menurut Morgan (2009), masa premenopause bukan sesuatu yang harus ditakuti, jika para wanita yang memiliki umur senja mengetahui dengan benar proses menopause, sehingga bisa lebih siap menghadapi segala kemungkinan. Sehingga diperlukan kesiapan dalam menghadapi masa menopause. Secara umum melalui wawancara yang efektif dan pendidikan tentang masa menopause diharapkan para wanita akan lebih tabah menghadapi. Kesiapan seorang wanita menghadapi masa menopause akan sangat membantu ia menjalani masa ini dengan lebih baik. Mengacu beberapa pendapat diatas, kesiapan wanita mengatasi keluhan menopause adalah suatu upaya yang dilakukan oleh wanita menopause


(30)

untuk mengatasi keluhan menopause yang sedang dihadapinya sehingga wanita menopause tersebut dapat menjalani masa menopause dengan nyaman tampa merasa keluhan menopause tersebut sebagai sesuatu yang mengganggu.

Berdasarkan Kasdu (2002) terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan ketika wanita hendak memasuki masa menopause antara lain:

2.2.1. Mengkonsumsi makanan bergizi

Beberapa nutrisi yang disarankan untuk dikonsumsi wanita yang akan menghadapi menopause diantaranya adalah: (1) Kalsium, asupan kalsium yang cukup (1200 sampai 1500 mg perhari) dapat membantu menurunkan risiko osteoporosis serta mengurangi keluhan hot flushes. Kalsium dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung kalsium misalnya sayuran hijau yang segar, makanan atau sari buah yang mengandung kalsium tinggi dan susu. (2) Vitamin D, diperlukan untuk membantu proses penyerapan kalsium. Sumber vitamin D dijumpai pada sinar matahari dan sejumlah makanan misalnya susu, hati, keju, yogurt dan ikan tuna. (3) Asam lemak omega 3 dan asam folat, berguna untuk mengurangi keluhan depresi. Sumber makanan dari sayuran berwarna hijau, jus jeruk, dan produk susu yang banyak mengandung asam omega 3 dan asam folat. (4) Zat besi, berperan dalam mencegah osteoporosis dan diperlukan pada pembentukan kolagen yaitu protein berserat yang merupakan komponen penting untuk tulang. Zat besi didapatkan dari daging, hati sapi dan ayam, tiram, kerang, cokelat, kubis, biji bunga matahari, kentang, bayam, kismis, sereal sertan ubi


(31)

jalar. (5) Antioksidan, zat yang menghambat proses oksidasi atau reaksi kimia yang melibatkan oksigen atau peroksida. Yang termasuk antioksidan utama adalah vitamin A, C dan E. Vitamin A terdapat pada kuning telur, hati, susu, mentega, sayuran waran hijau, tomat, kol serta selada. Vitamin C dapat diperoleh dengan mengkonsumsi sayuran hijau, seperti brokoli dan bayam serta buah segar berwarna kuning/merah seperti jambu klutuk/biji, jeruk, tomat, dan anggur. Mengkonsumsi vitamin E selain dapat mengurangi gejala menopause juga sebagai suatu upaya untuk mencegah penurunan daya ingat. Vitamin E diperoleh dari ubi jalar, kacang-kacangan, sayur, buah, red clover dan black cohosh (Yuliastutik, 2013).

2.2.2. Menghindarkan stress

Salah satu cara untuk menghindarkan stress adalah dengan membiasakan gaya hidup rileks dan menghindari tekanan yang dapat membebani pikiran. Hal ini penting untuk mengatasi dampak psikologis akibat menopause. Wanita yang memasuki menopause, sebagian besar merasa tidak sempurna lagi sebagai wanita. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan tidak diatasi akan berkembang menjadi stress yang berdampak buruk pada kehidupan berumah tangga dan sosial seorang wanita. Kemampuan seseorang untuk mengatasi dampak menopause (stres, ketegangan, dan takut menjadi tua) berbeda-beda, ada yang mampu dan ada yang berkepanjangan. Dalam hal ini ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan bagi pemulihan dampak


(32)

menopause, yaitu: Rehabilitasi fisik, dapat dilakukan dengan olahraga yang teratur, stabilitas kejiwaan/ mental-emosional, dapat berkonsultasi pada dokter atau psikiater, dimana akan diberikan terapi berupa obat-obatan (anti depresi atau anti cemas dan lain sebagainya) atau dapat juga dengan psikoterapi (termasuk psikoterapi keagamaan): untuk memulihkan rasa kepercayaan diri, harga diri, tahu arti hidup yang berguna (meaningful life). Teknik relaksasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan sendiri oleh individu untuk mengurangi stress, kekalutan emosi dan bahkan dapat mereduksi pelbagai gangguan-gangguan fisiologis dalam Tuhan. Teknik manajemen stress yang baik, yang tidak hanya memberikan perasaan damai atau ketenangan di dalam diri individu, teknik ini juga dapat menjadi sebuah hobby yang positif bila dilakukan secara rutin. Melakukan Teknik relaksasi sangat menguntungkan terutama bagi wanita yang mengalami sindrome pre menopause karena dengan ini dapt memberikan perasaan tenang dan terhindar dari rasa panik. Beberapa teknik relaksasi yang dapat mencegah terjadinya sindrom menopause, diantaranya: (1) Yoga, salah satu cara meditasi yang menenangkan pikiran. Dengan melakukan pada saat pre menopause dapat mengurangi kecemasan dan membuat tubuh menjadi lebih rileks. Manfaat dari melakukan yoga adalah mencegah osteoporosis, melancarkan peredaran darah, melindungi jantung, menjaga memori, menurunkan berat badan, menurunkan gula darah dan kolesterol jahat. (2) Meditasi, pada fase sindrom pre menopause banyak terjadi


(33)

gangguan fisik yang dapat menggangu ketenangan jiwa, jadi teknik meditasi sangat berguna untuk memberikan ketenangan jiwa. Gerakan meditasi dapat dilakukan dengan bersila dan memejamkan mata mendengarkan alam sekitar serta melakukan nafas dalam.

2.2.3. Menghentikan kebiasaan merokok, minum kopi, dan minuman beralkohol

Merokok dapat merusak kesehatan seseorang, selain itu merokok juga akan merusak kecantikan. Asap nikotin dapat membuat kulit wajah kering dan kusam. Bibir dan gusi menghitam, bahkan kuku dan jemari akan kehilangan keindahannya karena kandungan nikotin yang dipegang setiap hari. Merokok juga dapat mempercepat terjadinya sindrom menopause karena penelitian membuktikan bahwa wanita yang merokok mempunyai kadar estrogen yang lebih rendah daripada wanita yang tidak merokok. Konsumsi kopi secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti jantung berdebar, gelisah, insomnia (sulit tidur), gugup, tremor (tangan bergemetar), bahkan mual sampai muntah-muntah. Minuman kopi juga berbahaya bagi penderita hipertensi karena senyawa kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Kopi juga bisa meningkatakan aliran darah ke ginjal dengan akibat produksi urin bertambah. Mengkonsumsi kopi terlalu banyak dapat mengurangi kesuburan wanita dan jika dikombinasikan dengan alkohol. Bagi wanita usia menopause, minum kopi dalam jumlah banyak bisa menambah


(34)

resiko keroposan tulang (osteoporosis). Dan penggunaan alkohol dalam proses ekstraksi menghasilkan kadar isoflavon yang rendah.

2.2.4. Olahraga secara teratur

Meski menopuase adalah sesuatu yang alami, menurut Melani dalam Varney (2007), untuk mencegah berbagai keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause yang disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, adalah pengaturan menu makanan yang tepat sedini mungkin, selain itu olahraga juga dapat mengatasi keluhan menopause, Olahraga yang sesuai dengan usia tengah baya, dengan olahraga produksi

endorphine dalam otak meningkat, kondisi ini dapat memelihara keceriaan dan kegembiraan, pengiriman oksigen ke otakpun meningkat, sehingga ketegangan otot dan berbagai gangguan fisik berkurang. Olahraga juga dapat menyehatkan jantung dan tulang, mengatur berat badan, menyegarkan tubuh dan dapat memperbaiki suasana hati, sehingga stres dan depresi akibat menopause dapat diatasi. Olahraga yang teratur merupakan hal, olahraga juga sudah terbukti bisa mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu, dan juga mengusir stres. Olahraga yang dianjurkan yaitu menggunakan beban tubuh untuk bergerak, seperti jalan kaki atau jalan santai. Dengan melakukan paling sedikit 3 kali dalam seminggu minimal 30 menit sekali latihan. Untuk yang baru memulai, lakukan secara perlahan. Di mulai dengan jalan kaki ringan selama 20 menit tiga kali dalam seminggu.


(35)

Masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi pada setiap wanita, salah satu yang dapat dilakukan untuk mempersiapakan diri menghadapi menopause adalah mendapatkan informasi yang benar. Hal ini dapat diperoleh dengan beberapa cara antara lain membaca buku yang berkaitan dengan menopause, melakukan kujungan rutin ke petugas kesehatan mengatasi keluhan yang menggangu kenyamanan seseorang yang disebabkan oleh gejala-gejala yang akan menghadapi menopause terutama jika gaya hidup yang memunculkan masalah pada masa menopause.


(36)

Menurut Suryani (2010), persiapan secara psikologis pada wanita yang akan menghadapi menopause:

a. Dukungan informatif, seperti:

1. Adanya memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.

2. Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa menerima status quo (keadaan dirinya pada saat ini) dan diharapkan dapat memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya.

3. Memberi nasehat agar dapat menerima keadaannya dengan lapang dada.

4. Memberikan nasehat agar selalu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan yang terjadi kepada suaminya.

5. Memberikan nasehat pada wanita tersebut untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak, elektronik dan lain-lain.

6. Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual.

7. Dengan cara mendekatkan diri pada kekuatan supranatural contohnya ibadah teratur.

8. Memberikan contoh-contoh pengalaman positif tentang wanita menopause.


(37)

10. Memberikan latihan penanganan stress.

11. Memberikan nasihat untuk konsulatsi ke dokter obygn atau psikolog bila perlu.

12. Memberi nasihat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal yang positif misalnya: mengikut kegiatan sosial, banyak berkumpul dengan keluarga dan cucu, berolahraga, menghadiri seminar atau ceramah, membaca berita, rekreasi dan lain-lain.

13. Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat misalnya, melukis dan lain-lain.

b. Dukungan emosional

1. Mempunyai perasan empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause.

2. Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kondisi isterinya.

3. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut.

4. Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, harmonis, dan saling pengertian


(38)

c. Dukungan penghargaan

1. Memberikan penghormatan (rasa hormat) kepada wanita tersebut sehingga wanita tersebut merasa dihargai.

2. Memberikan dorongan/support kepada wanita tersebut sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.

d. Dukungan instrumental

1. Memberikan bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause (yang dilakukan oleh keluarga, teman, dan lain-lain).

2. Memberikan bantuan materi terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause (yang dilakukan oleh keluarga).


(39)

Kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause

- Fisik - Psikologis

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan ibu pramenopause dalam mengahadapi menopause. Pada saat memasuki menopause, terjadi penurunan atau hilangnya estrogen yang menyebabkan mengalami keluhan atau gangguan yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari. Untuk itu diperlukan bagaimana kesiapan ibu dalam menghadapi menopause, sehingga seorang ibu dapat mempersiapan dirinya baik secara fisik dan psikologis.

Skema 1. Kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause. 1. Siap


(40)

2. Defenisi operasional

Tabel 3.1. Defenisi operasional kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

Variabel Defenisi Alat Ukur Skala dan Hasil Ukur

Kesiapan ibu pramenopause dalam

menghadapi menopause

Persiapan ibu dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan baik secara:

A. Fisik: Mengkonsumsi makanan bergizi, menghindarkan stress, menghentikan kebiasaan merokok, minum kopi, dan minuman beralkohol, olahraga teratur, melakukan kunjungan rutin ke petugas kesehatan

B. Psikologis: Dukungan informatif, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan instrumental. Kuesioner sebanyak 21 pernyataan. Pernyataan positif (1,2,3,4,5,6,8,9, 10,12,14,15,17,18, 19,20,21) Pernyataan negatif (7,11,13,16) Ordinal

1. Siap = 11-21

2. Tidak siap = 0-10

Dengan kategori : 1. Pernyataan positif,

jika benar = 1, salah= 0

2. Pernyataan negatif

Jika benar = 0, salah = 1


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan gambaran kesiapan ibu pramenopause menghadapi menopause.

2. Populasi, sampel, dan teknik sampling 2.1. Populasi penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini, adalah seluruh wanita yang berusia 45-55 tahun yang belum mengalami menopause yang tinggal di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan, yang berjumlah 1.305 orang yang terdiri dari 17 lingkungan.

2.2. Sampel penelitian

Menurut Sastroasmoro (2011), sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi, maupun eksklusi. (1) wanita yang berusia 45-55 tahun, (2) terdaftar sebagai warga Kelurahan Simpang Selayang Medan, (3) bersedia menjadi subjek penelitian. (4) belum mengalami menopause.


(42)

Penentuan besar sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:

306 orang

Keterangan: n = ukuran sampel N = Populasi

e = Persentase kelonggaran (2%,5%,10%) 2.3. Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

cluster sampling yaitu pengambilan sampel secara gugus, peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi, tetapi cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di dalam populasi yaitu lingkungan 2, 4, dan 15. Alasan peneliti memilih tiga kelurahan ini adalah karena jumlah populasi lebih banyak.

3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena di kelurahan Simpang Selayang Medan, banyak terdapat wanita pada periode pramenopause menuju menopause (usia 45-55 tahun) dan daerah tersebut belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dan jarang dilakukan kegiatan penyuluhan. Waktu penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan Maret-Juni 2015.


(43)

4. Pertimbangan etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada komite etik Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan surat permohonan kepada kantor Kelurahan Simpang Selayang dan kantor Kecamatan Medan Tuntungan untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan menekankan masalah etik. Lembar persetujuan diberikan dan dijelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, resiko, dan hak-hak sebagai subjek penelitian. Bila responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan (informed concent). Tetapi bila responden tidak bersedia, maka peneliti tidak memaksa dan menghormati hak-hak responden (self determination).

Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Untuk menjaga kerahasiaan catatan mengenai data responden, peneliti tidak mencantunkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuisioner) tetapi hanya menulis nomor kode yang digunakan. Dan kerahasiaan informasi mengenai responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality) (Nursalam, 2009).

5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti yang berpedoman pada tujuan penelitian dan tinjauan pustaka. Instrument ini terdiri dari dua bagian yaitu


(44)

kuesioner data demografi dan kuesioner kesiapan ibu pramenopause menghadapi menopause.

5.1. Kuesioner data demografi

Kuisioner data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi usia, agama, suku, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan keluarga.

5.2. Kuesioner kesiapan ibu pramenopause menghadapi menopause Kuesioner kesiapan ibu pramenopause menghadapi menopause berisi 25 pernyataan. Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan mengenai apa yang diketahui ibu pramenopause mengenai persiapan menghadapi menopause. Kuesioner ini berupa checklist atau daftar cek dengan skala guttman, berupa pernyataan yang akan diamati dan responden memberikan jawaban dengan memberikan cek ( ) sesuai dengan hasil yang diinginkan peneliti. Pernyataan positif (1,2,3,4,5,6,8,9,10,12,14,15,17,18,19,20,21) pada kuesioner kesiapan ini jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Apabila pernyataan negatif (7,11,13,16), untuk jawaban benar diberi skor 0 dan salah diberi skor 1. Jadi total skor terendah adalah 0 dan total skor tertinggi adalah 21 .

Maka kategori tingkat kesiapan yaitu: 1. Siap : skor (11- 21)


(45)

6.1. Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen (Priyatno, 2008).

Uji validitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas isi sebuah instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrumen penelitian tersebut mewakili karakteristik yang dikaji. Penelitian tentang validitas isi bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli. Uji validitas pada instrumen ini telah dilakukan oleh tiga dosen yang berkompeten dari Departemen Maternitas Fakultas Keperawatan USU, dan hasil uji validnya adalah 0,97.

6.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2009). Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Noor, 2011).

Uji reliabilitas pada penelitian ini telah dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 30 orang responden yang memenuhi kriteria sampel di luar


(46)

Richardson (K-R 20) yaitu dengan hasil 0,72. Menurut Siregar (2012), kriteria pengujian, jika nilai reliabilitas instrument >0,7 maka instrument penelitian dinyatakan reliabel.

7. Pengumpulan data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada instansi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dari instansi pendidikan kemudian peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian ke Kantor Kelurahan Simpang Selayang. Peneliti mendapatkan informasi dengan cara mendatangi perkumpulan kegiatan ibu-ibu seperti dalam perkumpulan agama Kristen yaitu perkumpulan Pendalaman Alkitab dan dalam kegiatan agama Muslim yaitu wiritan. Setelah mendapat izin penelitian, kemudian peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan bila responden setuju untuk menjadi responden penelitian, maka peneliti mengajukan surat persetujuan responden (informed consent) untuk ditandatangani. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner secara teliti dan cermat, dan peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Waktu yang diberikan pada responden untuk mengisi kuisioner adalah 45 menit. Setelah diisi kuisioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada kuisioner yang tidak lengkap maka diselesaikan pada saat itu juga.


(47)

8. Analisa data

Menurut Setiadi (2007) setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, penelitian data atau analisa data yang terdiri beberapa tahap yaitu Editing

dilakukan untuk memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data, Dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Entry data Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data, Memasukkan data, boleh dengan cara manual atau melalui pengelolaan komputer. Cleaning pembersihan data, untuk melihat variabel apakah data sudah benar atau belum.

Metode analisa data yang digunakan adalah analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi karakteristik dan kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Kecamatan Medan Tuntungan.


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret – 31 Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan pada 306 responden. Penyajian data meliputi karakteristik data demografi responden dan deskripsi kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan.

1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Responden

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah diperoleh data demografi di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan dengan jumlah responden sebanyak 306 responden yang menjadi subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 51-55 tahun sebanyak 155 orang (50,7%), suku batak yaitu sebanyak 210 orang (68,6%), beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak 164 orang (53,6%), pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 171 orang (55,9%), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sebanyak 125 orang (40,8%), penghasilan mayoritas responden adalah berpenghasilan >2.000.000 sebanyak 223 orang (72,9%). Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.


(49)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik data demografi ibu pramenopause di Kelurahan Simpang Kecamatan Medan Tuntungan Selayang (n = 306)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

Usia - 45-50 - 51-55 151 155 49,3 50,7 Suku - Batak - Jawa - Melayu - Aceh - Nias Agama - Islam

- Kristen Protestan

- Kristen Katolik

210 36 24 17 19 121 164 21 68,6 11,8 7,8 5,6 6,2 39,5 53,6 6,9 Pendidikan - SD - SMP - SMA - PERGURUAN TINGGI Pekerjaan

- Pegawai Negeri Sipil

- Pegawai Swasta

- Wiraswasta

- Ibu Rumah Tangga Penghasilan - <1.650.000 - 1.650.000-2.000.000 - >2.000.000 11 26 98 171 125 43 31 107 54 29 223 3,6 8,5 32,0 55,9 40,8 14,1 10,1 35,0 17,6 9,5 72,9

1.2. Gambaran kesiapan fisik ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan

Hasil dari penelitian diperoleh data kesiapan fisik ibu pramenopause dalam menghadapi menopause yaitu ibu yang mengonsumsi makanan bergizi yang mengandung kalsium (seperti: susu, sayuran hijau yang segar dan sari buah)


(50)

sebanyak 288 orang (94,1%), ibu yang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin E (seperti: ubi-ubian, kacang-kacangan, dan buah) sebanyak 293 orang (95,8%), membiasakan hidup rileks (tidak membebani pikiran) sebanyak 238 orang (77,8%), ibu yang teknik relaksasi (menenangkan pikiran) sebanyak 238 orang (77,8%), yang tidak merokok dan mengonsumsi alkohol sebanyak 250 orang (81,7%), ibu yang tidak mengkonsumsi kopi sebanyak 229 orang (74,8%), yang tidak berolahraga sebanyak 183 orang (59,8%), ibu yang melakukan olahraga jalan kaki atau jalan santai sebanyak 273 orang (98,2%), yang melakukan kunjungan rutin ke petugas kesehatan sebanyak 118 orang (38,6%).

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi kesiapan ibu pramenopause secara fisik dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan (n = 306)

No.

Pernyataan Benar Salah

F % F %

1. Mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung kalsium 288 94,1 18 5,9 2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin E 293 95,8 13 4,2 3. Membiasakan hidup rileks(tidak membebani pikiran) 238 77,8 68 22,2 4. Melakukan teknik relaksasi (menenangkan pikiran) 174 56,9 132 43,1 5. Tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol 250 81,7` 56 18,3

6. Tidak mengkonsumsi kopi 229 74,8 77 25,2

7. Tidak berolahraga 183 59,8 123 40,2

8. Melakuan olahraga jalan kaki atau jalan santai 273 89,2 33 10,8 9. Melakukan kunjungan rutin ke petugas kesehatan 118 38,6 188 61,4


(51)

Hasil yang diperoleh berdasarkan kesiapan ibu pramenopause secara psikologis dalam menghadapi menopause adalah ibu yang menyadari setiap wanita akan mengalami masa tua adalah sebanyak 283 orang (92,5%), ibu yang malu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan kepada suaminya sebanyak 203 orang (66,3%), ibu yang yang semakin rajin mengikuti kegiatan keagamaan sebanyak 264 orang (86,3%), yang sering mendengarkan pengalaman positif teman sebanyak 266 orang (86,9%), suami yang selalu menganjurkan untuk terus berkonsultasi ke petugas kesehatan sebanyak 158 orang (51,6%), keluarga yang kurang peduli terhadap setiap perubahan yang terjadi pada istrinya sebanyak 57 orang (18,6%), keluarga yang selalu memberikan dorongan sebanyak 236 orang (77,1%), keluarga tetap meghormati istri terhadap perubahan yang terjadi sebanyak 277 orang (90,5%), keluarga selalu membantu pekerjaan rumah sebanyak 253 orang (82,7%), keluarga memberikan bantuan finansial sebanyak 254 orang (83,0%), ibu yang mengisi kegiatan dengan hal-hal yang positif sebanyak 266 orang (86,9%).

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi kesiapan ibu pramenopause secara psikologis dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan (n = 306)

No. Pernyataan Benar Salah

F % F %

1. Menyadari setiap wanita akan menglami masa tua 283 92,5 23 7,5 2. Malu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan 203 66,3 103 33,7


(52)

3. Semakin rajin mengikuti kegiatan keagamaan 264 86,3 42 13,7 4. Malas membaca buku tentang menopause 186 60,8 120 9,2

5. Mendengar pengalaman positif teman 266 86,9 40 13,1

6. Suami selalu menganjurkan untuk berkonsultasi 158 51,6 148 48,4 7. Keluarga kurang peduli terhadap setiap perubahan 249 81,4 57 18,6

8. Keluarga memberikan dorongan 136 77,1 70 22,9

9. Keluarga tetap menghormati 277 90,5 29 9,5

10. Keluarga selalu membantu pekerjaan rumah 253 82,7 53 17,3

11. Keluarga memberikan bantuan finansial 254 83 52 17

12. Mengisi kegiatan dengan hal-hal yang positif 266 86,9 40 13,1 Hasil yang diperoleh bahwa kesiapan ibu pramenopause dalam

menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan adalah responden siap sebanyak 303 orang (99,0%) dengan skor kuesioner 11-21 dan yang tidak siap sebanyak 3 orang (1,0%) dengan skor kuesioner 0-10.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan (n = 306)

Kategori Kesiapan Frekuensi Persentase (%)

Siap 303 99,0

Tidak Siap 3 1,0

2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Kecamatan Medan Tuntungan ditemukan bahwa ibu yang siap dalam menghadapi menopause yaitu sebanyak 303 responden (99%). Hal ini mungkin dipengaruhi dari tingkat pendidikan


(53)

responden yang mayoritas perguruan tinggi yaitu 55,9%. Hal ini sesuai dengan Mubarak (2007), pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, dan pada akhirnya semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki. Hal ini juga di dukung dari penelitian sebelumnya oleh Ismayati (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause di Perumahan Sewon Asri diperoleh ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan menghadapi menopause. Menurut Kasdu (2002), kesiapan ibu pramenopase dalam menghadapi menopause dapat dilihat dari persiapan ibu dalam mempersiapkan hal-hal yang hendak dilakukan ketika hendak memasuki menopause dengan pengetahuan yang memadai. Pengetahuan disini bukan saja yang diperoleh dari bangku sekolah/kuliah, tetapi juga yang secara informal diperoleh, seperti belajar mandiri. (Ihromi, 1999). Mayoritas responden menjawab benar yaitu 86,9% bahwa ibu pramenopuse sering mendengarkan pengalaman positif teman yang sudah menopause untuk membantu lebih memahami tentang menopause. Mendengar pengalaman positif dari teman

sebaya sangat membantu ibu dalam menjalani dan menghadapi masa menopause, karena mereka yang sudah menjalani masa

menopause sudah lebih mengerti dan memahami apa saja yang perlu dilakukan dan dipersiapkan (Suryani, 2010). Responden sebagian besar menjawab benar sekitar 60,8% yaitu membaca buku tentang menopause. Motivasi ibu di Kelurahan Simpang Selayang menunjukan cukup tinggi. Menurut teori Tamher (2009),


(54)

adanya motivasi dari diri sendiri akan sangat membantu individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah akan membentuk koping yang destruktif. Walaupun masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi pada setiap wanita, tetapi jauh lebih baik dari hari sebelumnya memasuki masa tersebut dengan membaca buku (Kasdu, 2002).

Dilihat dari jawaban responden terbukti ibu di Kelurahan Simpang Selayang siap dalam menghadapi menopause, dari kesiapan secara fisik mayoritas responden menjawab benar yaitu 94,1 % tentang mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung kalsium (seperti: susu, sayuran hijau yang segar dan sari buah) untuk menurunkan resiko osteoporosis (keroposan tulang) dan rasa panas (hot flushes) selama tidur. Begitu juga dengan tentang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin E, sperti ubi-ubian, kacangan-kacangan, dan buah untuk mencegah penurunan daya ingat (sering lupa) sebagian besar responden menjawab benar yaitu 95,5%.

Sama halnya juga dengan Tamher (2009), semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi masih dapat produktif, mereka justru banyak memberikan konstrubusinya sebagai pengisi waktu luang. Seperti pada masa sekarang ini, banyak ibu menopause mengalami perubahan, misalnya penampilan lebih menarik, berprestasi, produktif dan memegang kedudukan penting, baik di pemerintahan, pendidikan, maupun swasta, walaupun masih ada kekhawatiran


(55)

bahwa menopause akan menghambat mereka berprestasi dan berkarya (Martaadisoebrata, 2005). Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikan rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Ini dibuktikan responden yang tidak siap dalam menghadapi menopause memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah SD dan SMP.

Dilihat dari segi usia, mayoritas ibu berumur 51-55 tahun yaitu 155 orang (50,7%). Semakin bertambah usia seseorang semakin siap, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua (Tamher, 2009). Dilihat dari aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin bertambahnya usia maka semakin matang dan dewasa perilaku seseorang. (Mubarak, 2009)

Mayoritas agama yang di yakini oleh ibu di Kelurahan Simpang Selayang adalah beragama Kristen Protestan sebanyak 164 orang (53,6%) dan semua responden memiliki agama yang di anut sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing. Semua ajaran agama mengajarkan semua yang sudah, sedang, atau yang akan kita lakukan harus dikembalikan kepada Allah. Dengan cara ini, apapun yang terjadi dapat diterima dengan lapang hati, baik sesuatu yang menyenangkan atau tidak karena hal itu adalah bagian dari kehidupan yang memang harus dijalani. Oleh karena itu harus diupayakan tubuh tetap sehat, bugar, hati gembira, dan pikiran tenang dengan kepercayaan bahwa semua dilakukan untuk menunjang kesehatan. Dengan demikian, menjalani masa-masa


(56)

menopause akan lebih baik, secara fisik sehat, psikis puas, dan batin tenang (Kasdu, 2002). Mayoritas responden menjawab benar sekitar 86,3% yaitu semakin rajin mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan menjelang menopause. Sesuai dengan teori menurut Martaadisoebrata (2005), bahwa dari segi spiritual terutama di Indonesia, menopause harus dianggap sebagai sesuatu yang patut disyukuri karena tidak semua orang diberi umur panjang dan diberi kesempatan untuk lebih banyak bertaubat, beribadah, dan beramal saleh. Menurut Kasdu (2002), juga menyatakan ibu menopause berpandangan bahwa peristiwa menopause merupakan setelah masa reproduksi berakhir, mereka tidak menggangu aktivitas mereka (terutama beribadah dalam agama Islam).

Terdapat berbagai macam suku dan budaya di Kelurahan Simpang Selayang dan mayoritas bersuku batak yang meliputi batak toba, batak simalungun, batak pakpak, dan mandailing sebanyak 210 orang (68,6%). Dari sudut pandang antropologi, seperti halnya menstruasi dan kelahiran, menopause adalah peristiwa fisiologis, sekaligus produk budaya yang dipengaruhi oleh kepercayaan, harapan, dan kebiasaan masyarakat. Harapan dan kepercayaan ini membentuk stereotipe menopause, yang berbeda antar masyarakat dari berbagai bangsa. Stereotipe menopause yang klasik adalah perempuan yang tampak sedih, agak gemuk, rambut mulai beruban, kulit mengerut, fisik dan pribadi yang tidak menarik lagi yang diharapkan dari pribadi tersebut. Namun sesuai dengan perkembangan jaman, ibu menopause mengalami perubahan, misalnya lebih menarik, berprestasi, dan produktif (Martaadisoebrata, 2005).


(57)

Mayoritas pekerjaan responden adalah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu sekitar 125 orang (40,8%). Menurut Mubarak (2007), lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Pendapatan rata-rata responden adalah di atas 2.000.000 menurut Kasdu (2002), menyebutkan bahwa menopause dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami, terkait bagaimana memenuhi kebutuhan untuk mempersiapkan dalam menjelang menopause, seperti memberikan bantuan materi untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan menjelang menopause (Suryani, 2010). Keluarga responden sebagian besar memberikan bantuan finansial yaitu sekitar 83%. Menurut Proverawati (2010), keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor tersebut cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis dan psikologis.

Pernyataan tentang membiasakan hidup rileks (tidak membebani pikiran) untuk menghindarkan stress, sebagian responden menjawab benar yaitu 77,8%. Sesuai dengan menurut Martaadisoebrata (2005), menyatakan bahwa perempuan Timur menganggap menopause sebagai suatu peristiwa alamiah biasa yang harus dijalani oleh semua perempuan. Sebagian besar responden yaitu 86,9% bahwa mengisi kegiatan dengan hal-hal yang positif, seperti: mengikuti kegiatan sosial, berolahraga, dan rekreasi bersama keluarga. Kejenuhan dan tekanan kehidupan membuat stress atau bosan, upaya relaksasi atau mengendorkan pikiran harus


(58)

dilakukan. Misalnya, menyalurkan hobi untuk zaman sekarang hampir semua fasilitas tersedia (Kasdu, 2002).

Dibandingkan pernyataan tentang membiasakan hidup rileks (menenangkan pikiran) dan meditasi (dilakukan dengan memejamkan mata serta melakukan teknik napas dalam) untuk mengatasi stress, sebagaian responden hanya menjawab benar sekitar 56,9%. Ternyata pengetahuan responden tentang menopause masih kurang, karena sesuai dari survei awal para ibu di Kelurahan Simpang Selayang jarang mengikuti kegiatan di Puskesmas. Hal ini juga dibuktikan dengan melihat jawaban responden bahwa melakukan kunjungan rutin ke petugas kesehatan untuk mengatasi keluhan yang diakibatkan gejala menopause hanya 38,6% yang menjawab benar. Biasanya, seseorang baru ke dokter atau ke petugas kesehatan jika mereka merasa dirinya tidak sehat. Idealnya, secara rutin seseorang yang menginjak usia 40 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap setahun sekali sehingga berbagai informasi seputar menopause jelas dan dapat dipahami lebih dalam (Kasdu, 2002). Begitu juga dengan pernyataan yaitu tentang tidak berolahraga, karena umur yang semakin bertambah dapat memperberat kerja tubuh (membuat badan lelah) sebagian responden menjawab benar yaitu 59,8% ternyata ibu di kelurahan simpang selayang masih banyak enggan melakukan olahraga dengan alasan ketuaan. Biasanya, keengganan ini berawal karena kebiasaan olahraga tidak menjadi bagian dari pola hidupnya. Namun, apabila kebiasaan ini sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-harinya, usia tua bukan menjadi halangan untuk meneruskan kebiasaan ini (Kasdu, 2002). Sama halnya dengan mayoritas responden melakukan olahraga yang sesuai yaitu


(59)

jalan kaki atau jalan santai yaitu 89,2%, mayoritas ibu di kelurahan Simpang Selayang ternyata melakukan olahraga, mereka kurang memahami bahwa jalan santai atau jalan kaki merupakan bagian dari olahraga, disini dapat ditegaskan kembali bahwa mengikuti kegiatan penyuluhan di Puskesmas sangat penting dalam memahami terkait tentang persiapan menuju menopause.

Mayoritas reponden menjawab benar pernyataan tentang tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol karena dapat mempercepat menopause yaitu 81,7%, Begitu juga dengan pernyataan tentang tidak mengkonsumsi kopi karena dapat menyebabkan sulit tidur dan menambah resiko osteoporosis (keroposan tulang), mayoritas responden menjawab benar yaitu 74,8%. Disini dapat dilihat kesadaran ibu pramenopause tentang gaya hidup sehat baik. Selain pencegahan melalui pemenuhan asupan kalsium setiap hari, hal lain yang perlu diperhatikan gaya hidup. Diantaranya, menghentikan kebiaasan merokok, minum minuman keras, dan megkonsumsi kopi secara berlebihan (Kasdu, 2002).

Mayoritas responden menjawab benar tentang menyadari setiap wanita akan mengalami masa tua yaitu 92,5%, sehingga merasa tidak khawatir jika terjadi menopause. Menurut Proverawati (2010), keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun psikis ini tentu akan menggangu kesehatan wanita yang bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Dalam menyikapi dirinya yang akan memasuki masa pramenopause, beberapa wanita menyambutnya dengan biasa. Mereka menganggap kondisi ini sebagai bagian dari siklus hidupnya. Martaadisoebrata (2005) juga menyatakan bahwa


(60)

perempuan timur menganggap menopause sebagai suatu peristiwa alamiah biasa yang harus dijalani oleh semua perempuan. Proses penuaan tidak dianggap sebagai hilangnya kecantikan, tetapi proses pematangan untuk menjadi manusia bijaksana.

Mayoritas keluarga responden peduli terhadap perubahan pada ibu pramenopause, yaitu sekitar 81,4%. Memasuki masa menopause sangat sensitif terhadap pengaruh emosional dari fluktuasi hormon. Sehingga keluarga merupakan tempat berlindung yang paling disukai, dan yang paling mengerti perubahan yang terjadi. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu dalam menghadapi masalah (Tamher, 2009). Mayoritas keluarga responden sekitar 82,7% selalu membantu pekerjaan rumah karena mengerti perubahan yang terjadi. Sesuai dengan teori Kasdu (2002), seorang suami yang peka menyadari bahwa istrinya tidak akan segesit/selincah sewaktu muda. Suami ataupun keluarga harus tanggap untuk berinisiatif membantu melakukan tanggung jawab keluarga, seperti dengan melakukan pekerjaan mencuci pakaian atau berbelanja.

Keluarga responden sebagian besar selalu memberikan dorongan (support) agar lebih percaya diri menghadapi menopause yaitu sekitar 77,1%. Menurut Martaadisoebrata (2005) berbeda dengan perempuan barat (Amerika) melihat menopause sebagai suatu kehilangan, yaitu kehilangan untuk punya anak dan kecantikan. Bagi beberapa perempuan, kemampuan untuk mempunyai anak menggambarkan status dan harga dirinya. Dalam masyarakat barat, kecantikan itu sangat diagungkan, sedangkan kedewasaan tidak. Menurut Kasdu (2002),


(61)

dukungan dari orang-orang sekitar, khususnya suami sebagai pasangan hidup dapat memberikan peran positif bagi ibu pramenopause menumbuhkan bahwa kehadirannya masih sangat diperlukan dalam menghadapi hidup.

Mayoritas keluarga responden tetap menghormati ibu pramenopause sehingga merasa dihargai walaupun semakin tua dan akan mengalami menopause yaitu sekitar 90,5%. Kebiasaan sosial budaya di dunia Timur sampai sekarang masih menempatkan orang usia yang sudah tua pada tempat terhormat dan penghargaan yang tinggi (Tamher, 2009).

Sebagian besar yaitu sekitar 51,6% suami setiap responden selalu menganjurkan untuk terus berkonsultasi ke petugas kesehatan. Ini berarti ada dukungan dari suami terhadap istri, ini sangat membantu ibu pramenopause dalam menjalani menopause. Sesuai dengan teori Kasdu (2002), anggota keluarga terutama suami dapat membantu seorang wanita yang mengalami menopause yang membutuhkan dukungan praktis dan pengertian emosi. Sekitar 66,3% mengenai tidak malu mengkomunikasikan setiap perubahan fisik yang terjadi menjelang menopause kepada suami. Disini dapat kita ketahui bahwa mekanisme koping ibu di Kelurahan Simpang Selayang cukup baik, karena responden berusaha untuk saling berbagi masalah yang akan di hadapinya menjelang menopause.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu-ibu pramenopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan adalah 99% responden siap dalam menghadapi menopause baik secara fisik maupun psikologis.

2. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Disarankan untuk lebih aktif dalam memberikan penyuluhan / pendidikan kesehatan/ konseling melalui kegiatan posyandu lansia kepada para ibu pramenopause agar ibu-ibu pramenopause turut aktif dalam mengikuti kegiatan di pelayanan kesehatan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya bahwa fakor pendidikan mempengaruhi kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause dan memperluas variabel-variabel lainnya seperti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause.


(63)

Daftar Pustaka

Andrews, Gilly. (2009). Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Aslim, Missi. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Premenopause tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause di Kelurahan Campago Guguk Bulek Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukit Tinggi. Diakses tanggal 1 November 2014.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Bow. (2009). Apa itu dukungan sosial. Diambil tanggal 3 November 2014 dari http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html

Badan Pusat Statistik. (2011). Jumlah Penduduk menurut Umur, Jenis Kelamin, Propinsi, Kabupaten/Kota. www.badan-pusat-statistik.go.id. Diakses tanggal 1 November 2014.

Budiarto, Eko. (2001). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Balai

Pustaka.

Glasier, Anna. (2005). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Ihromi, T.O. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Ismayati, Atik. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause pada Ibu Premenopause di


(64)

Perumahan Sewon Asri Yogyakarta. Diakses tanggal 27 Oktober 2014, dari http:/lib.uns.ac.id

Kasdu, D. (2002). Kiat Sehat Dan Bahagia Diusia Menopause. Jakarta: Puspa Swara.

Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., & Manuaba, I.B.G. (2010). Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: TIM.

Manuaba, S.K.D.S., Manuaba, C., Manuaba, F., & Manuaba. (2009). Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Martaadisoebrata, D., Sastrawinta, S.R., & Saifuddin, A.B. (2005). Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Morgan, G., Hamilton, C. (2009). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Mubarak, W.I., Chayatin, N.,Rozikin, K., & Supradi. (2007). Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawaatan. Jakarta: Salemba Medika.


(65)

Nurdono. (2013). Gambaran Sikap Ibu terhadap Masa Pramenopause pada Ibu-Ibu di Desa Gonggang Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Diakses tanggal 2 Februari 2015 dari http:/umm.ac.id

Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Proverawati, A. ( 2011). Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sastroasmoro, S., Ismael, S. (2011). Dasar–Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.Swara.

Siregar. S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana

Soekanto. (2002). Sosioloogi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. Sudarma, M. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Suryani. E., Widyasih, H. (2010). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya Tamher, S., Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Yuliastutik, Reni. (2013). Buku Ajar Penatalaksanaan dan Terapi Seks Menopause. Yogyakarta: Fitramaya.

Wahyunita, V.D., Fitrah. (2010). Memahami Kesehatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info Media.


(66)

Lampiran 1

No. Kode Responden : (Diisi oleh peneliti)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Saya bernama Tina Rahayu / 111101056 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Kesiapan Ibu Pramenopause dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan.

Manfaat penelitian ini adalah agar ibu pramenopause lebih memahami apa saja yang perlu dipersiapkan dalam menjalani menopause.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Saudari untuk menjadi responden saya dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan saudari untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan tanpa pengaruh dari orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudari. Informasi yang saudari berikan murni digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan dan tidak dipergunakan untuk keperluan lain. Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudari boleh menolak jika tidak bersedia menjadi


(67)

responden. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi saudari dalam penelitian ini.

Medan, 2015 Peneliti Responden Responden


(68)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya bertanda tangan di bawah ini, bersedia menjadi subjek penelitian yang berjudul “Kesiapan Ibu Pramenopause dalam menghadapi menopause”.

Saya sudah membaca semua keterangan tentang tujuan, resiko, manfaat, dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian. Dan saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan diri saya sendiri. Identitas dan jawaban yang akan saya berikan terjamin kerahasiannya dan hanya diperlukan sebagai bahan penelitian.

Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani secara sadar dan tanpa suatu paksaan.

Medan, 2015


(69)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN KESIAPAN IBU PRAMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN SIMPANG SELAYANG

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

Petunjuk pengisian:

1. Saudari diharapkan bersedia mengisi seluruh pertanyaan dibawah ini 2. Beri tanda check list (√) pada jawaban yang anda anggap benar 3. Isilah jawaban tanpa bekerjasama dengan orang lain

4. Jika ada hal yang kurang jelas, silahkan bertanya pada peneliti

Kode :

Tanggal :

Alamat/ Lingkungan :

I. KUESIONER DATA DEMOGRAFI 1. Usia:

2. Suku:

Batak (Toba, Karo, Simalungun, Mandailing) Aceh Jawa Nias Melayu

3. Agama: Islam


(70)

Kristen katolik Hindu

Budha

4. Tingkat pendidkan terakhir: SD

SMP SMA

Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan:

Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga

6. Penghasilan keluarga: < Rp. 1.650.000

Rp. 1.650.000-Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)