Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Kecemasan

2.1.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap
situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul
sendiri atau bergabung dengan gejala lain dari berbagai gangguan emosi.8
Freud

mengatakan

bahwa

kecemasan

adalah


fungsi

ego

untuk

memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita
bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu
akan meningkat sampai ego dikalahkan.9

2.1.2. Teori Kecemasan
Beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan, antara lain:
a. Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang
terjadi antara elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh normanorma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari

dalam elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan
ego bahwa ada dalam bahaya.
b. Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap
5
Universitas Sumatera Utara

6

cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan
dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran
menyukai bahwa individu yang terbiasa dalam dirinya dihadapkan
pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas pada
kehidupan selanjutya.
c. Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
d. Teori Biologis

Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk

benzodiazepine, reseptor ini

mungkin

memicu cemas.

Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator (GABA)
juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan

dengan

kecemasan,

sebagaimana

halnya


dengan

endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap
cemas.10
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Ramaiah ada beberapa faktor yang menunjukan reaksi
kecemasan, yaitu:
1. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
2. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaanya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama

Universitas Sumatera Utara


7

jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
3. Sebab-sebab fisik
Pikiran

dan

tubuh

senantiasa

saling

berinteraksi

dan


dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi
seperti misalnya kehamilan, semasa remaja, dan sewaktu pulih dari
suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahanperubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
4. Induksi obat-obatan dan rokok
Obat-obatan dan rokok juga merupakan salah satu penyebab
kecemasan, terutama obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat
biasanya memiliki efek samping berupa cemas, selain itu nikotin dalam
rokok juga mampu mempengaruhi tingkat kecemasan.8

2.1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan
Nevid Jeffrey & Greene Beverly mengklasifikasikan gejala-gejala
kecemasan dalam tiga jenis gejala, yaitu:
1. Gejala fisik: kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat,
sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, mudah marah
dan tersinggung.
2. Gejala Behavioral: perilaku menghindar, terguncang, melekat dan
dependen.

3. Gejala kognitif: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan
ketakutan sesuatu yang akan terjadi di masa depan, ketakutan akan
ketidakmampuan

mengatasi

masalah,

bingung,

dan

sulit

berkonsentrasi.1

Universitas Sumatera Utara

8


2.1.5. Tingkat Kecemasan
Peplau mengindentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu:
1. Kecemasan ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan
dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.
Tanda dan Gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat,
waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi
masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan
fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap
suara, tanda vital dan pupil normal.
2. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Respon fisiologi: nafas pendek, denyut nadi dan
tekanan darah tinggi, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan
respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,
serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat
yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang
perhatian

sangat

terbatas,

tidak

dapat

berkonsentrasi

atau

menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada
tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar,

insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil
maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan
serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.

Universitas Sumatera Utara

9

4. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatuwalaupun dengan
pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat
panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.11

2.1.6. Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)

Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) adalah media kuesioner
untuk mengukur tingkat kecemasan pada individu. DASS 42 terdiri dari 42
pertanyaan, yang mencakup tiga subvariabel diantaranya: fisik, emosi/psikologis,
dan perilaku. DASS 42 terdiri dari tiga skala yang didesain untuk mengukur 3
jenis keadaan emosional, yaitu depresi, kecemasan, dan stres pada seseorang.
Setiap skala terdiri dari 14 pertanyaan.

Tabel 2.1
Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)
Skala

Indikator Pertanyaan

Nomor
Pertanyaan

Depresi

-

Tidak ada perasaan positif

3

-

Tdak bisa melakukan sesuatu

5

-

Tidak ada harapan

10,37

-

Sedih dan tertekan

13

-

Kehilangan minat

16

-

Merasa tidak berharga

17,34

-

Merasa hidup tidak bermanfaat

21,38

Universitas Sumatera Utara

10

Kecemasan

Stres

-

Tidak mendapat kesenangan

24

-

Merasa putus asa

26

-

Tidak merasa antusias

31

-

Sulit berinisiatif

42

-

Mulut kering

2

-

Sesak nafas

4

-

Sering gemetar

-

Berada di situasi cemas

9

-

Pusing

15

-

Berkeringat tanpa sebab

19

-

Ketakutan

-

Sulit menelan

23

-

Sadar akan aksi gerak jantung

25

-

Dekat dengan kepanikan

-

Tidak berdaya

30

-

Marah karena hal sepele

1

-

Bereaksi berlebihan terhadap situasi

6

-

Sulit untuk beristirahat

-

Mudah merasa kesal

11

-

Menghabiskan banyak energi karena cemas

12

-

Tidak sabaran

14

-

Mudah tersinggung

18

-

Mudah marah

27

-

Sulit tenang saat merasa kesal

29

-

Sulit untuk sabar

32

-

Merasa gelisah

33

-

Sulit mentolerir gangguan

35

-

Mudah gelisah

39

7,41

20,36

28,40

8,22

Universitas Sumatera Utara

11

Skor dari depresi, kecemasan, dan stres dihitung dengan menjumlahkan
skor untuk item yang relevan. Item dari skala depresi adalah pertanyaan nomor 3,
5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Item skala kecemasan pertanyaan
nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41, dan item skala stres adalah
pertanyaan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39 dengan pilihan
jawaban 0-3. Nilai 0 tidak pernah sama sekali, 1 kadang-kadang, 2 sering, dan 3
sering sekali.
Subjek menjawab setiap pertanyaan yang ada. Setelah menjawab seluruh
pertanyaan, skor dari skala diakumulasikan sehingga mendapat total skor untuk
skala depresi, kecemasan, dan stres seperti di bawah ini:

Tabel 2.2 Skor Depression Anxiety and Stress Scale
Normal
Mild
Moderate
Severe
Extremely Severe

Depression
0-9
10-13
14-20
21-27
28+

Anxiety
0-7
8-9
10-14
15-19
20+

Stress
0-14
15-18
19-25
26-33
34+

Dalam penelitian ini peneliti memilih 14 pertanyaan dari skala kecemasan
yaitu pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41.Hasil dari
pengukuran skala kecemasan DASS 42 yaitu skor 0-7 kecemasan normal, 8-9
kecemasan ringan, 10-14 kecemasan sedang, dan 15-19 kecemasan yang berat,
dan nilai lebih dari 20 menunjukkan kecemasan yang sangat berat.12
Depression Anxiety Scale 42 DASS 42 sudah teruji validitas secara
internasional. Menurut Lovibond & Lovibond DASS mempunyai tingkatan
Discriminant Validity. Kuesioner DASS 42 mempunyai nilai reliabilitas sebesar
0,91 yang diolah berdasarkan penilaian Alpha Cronbach’s.12

Universitas Sumatera Utara

12

2.2.

Perilaku Merokok

2.2.1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sari
dkk menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau
menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Dahulu perilaku
merokok disebut sebagai suatu kebiasaan, atau ketagihan, tetapi dewasa ini
merokok disebut sebagai tobacco depedency sendiri dapat didefenisikan sebagai
perilaku penggunaan tembakau yang menetap,biasanya lebih dari setengah
bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh
kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.
Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah
rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat dilihat dari
intensitasnya, dimana menurut intensitas adalah besar atau kekuatan untuk suatu
tingkah laku. Perilaku merokok sesorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah
dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu banyaknya seseorang dalam
merokok.13
Perilaku merokok berdasarkan intensitas merokok dibagi berdasarkan
jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:
1. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok sangat
sering yaitu merokok lebih 31 batang setiap harinya dengan selang
merokok lima menit setelah bangun tidur di pagi hari.
2. Perokok berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok 21-30 batang
rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit
setelah bangun tidur di pagi hari.
3. Perokok sedang adalah perokok yang mengkonsumsi rokok cukup 1121 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur
di pagi hari.

Universitas Sumatera Utara

13

4. Perokok ringan adalah perokok yang mengkonsumsi rokok jarang yaitu
sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit mulai dari
bangun tidur di pagi hari.7
Berdasarkan Management of affect theory ada 4 tipe perilaku merokok, keempat
tipe tersebut adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi poleh perasaan positif. Dengan
merokok seseorang akan merasakan penambahan rasa yang positif.
Dalam hal ini dibagi dalam 3 tipe:
a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah
atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya
merokok setelah minum kopi atau makan
b) Stimulatiom to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa.
Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa
dengan

tembakau

sedangkan

untuk

mrnghisapnya

hanya

dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang
berlama-lama memainkan rokonya dengan jari-jariny sebelum dia
menyalakan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak
orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif,
misalnya bila marah, cemas, ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat
3. Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang
sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat
setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya
akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam
sekalipun.

Universitas Sumatera Utara

14

4. Perilaku

merokok

yang

sudah

menjadi

kebiasaan.

Mereka

menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan
perasan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada
tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat
otomatis.14

2.2.2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok
Laventhal dan Clearly cit Pitaloka mengungkapkan empat tahap dalam
perilaku merokok, yaitu:
1. Tahap prepatory
Seorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan,
sehingga menimbulkan niat untuk merokok
2. Tahap Initation
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok
3. Tahap Becoming a Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang
per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap Maintaining Of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan

diri

(self

regulating).

Merokok

dilakukan

untuk

memperoleh efek yang menyenangkan.15

2.2.3. Kandungan Berbahaya dalam Rokok
Kandungan yang terdapat pada rokok yaitu:
1.

Tar
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar
tar yang terdapat pada asap rokok inilah yang menyebabkan adanya
resiko kanker.

Universitas Sumatera Utara

15

2.

Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam
Nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan.
nikotin merupakan obat perangsang yang memiliki efek berlawanan
yaitu memberikan rangsangan sekaligus menenangkan. Nikotin
menyebabkan ketagihan karena dapat memicu dopamine yaitu unsur
kimia di dalam otak yang berhubungan dengan perasaan senang.

3.

Karbon Monoksida
Merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada rokok
dengan kandungan 2%-6%. Karbon Monoksida pada paru-paru
mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar
200 kali lebih kuat dibandingkan dengan daya ikat oksigen (O2)
dengan Hb.16

2.2.4. Perilaku Ketergantungan Merokok
Merokok adalah suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok
disebut sebagai Tobacco Depedency atau ketergantungan pada tembakau.Saat
pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah
batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari
para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi
kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantugan.
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan
kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco
depedency(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku
yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini
disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan
menimbulkan cemas.7
Secara biologis, nikotin diterima reseptor asetilkolin-nikotinik yang
kemudian membagi jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan,
perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok

Universitas Sumatera Utara

16

akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan
rasa lapar. Di jalur adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan
sorotonin. Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang
sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Secara manusiawi, orang cenderung
untuk mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan
sehingga dapat dpahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok.2

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Komalasari dan Helmi perilaku merokok selain disebabkan dari
faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan
(eksternal).
a) Faktor Diri (internal)
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi
image bahwa merokok dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan
diri) dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan
alasan sebagai alat penghilang stres.
b) Faktor Lingkungan (eksternal)
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok adalah
keluarga atau orang tua, saudara kandung, maupun teman sebaya yang
merokok dan iklan rokok.7
Laventhal dan Clearly menyatakan motif seseorang merokok dibagi
menjadi dua motif:
1.

Faktor Psikologis
a. Kebiasaan
Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap
dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif.
Seseorang merokok hanya untuk menemukan perilakunya tanpa
tujuan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

17

b. Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif
misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok
juga dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan
menunjukan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan
biasa, maupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi
dengan orang lain.
d. Alasan sosial
Merokok

ditujukan

untuk

mengikuti

kebiasaan

kelompok

(umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan
perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang.
e. Kecanduan atau ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan.
Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam
rokok.
2.

Faktor Biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam
rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada
rokok secara biologis.17

2.2.6. Dampak dan Bahaya Merokok
Informasi yang didapat dari Department of Health and Human Service
USA mengatakan bahwa pada setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000
unsur kimia diantaranya adalah tar, nikotin, gas, CO2, N2, ammonia, serta unsur
karsinogen. Mekanisme secara fisiologis meliputi perubahan pada insulin
homeostatis, aktivitas lipoprotein lipase dan profil lipid dalam darah. Agregasi
platelet dan fibrinogen meningkat, hal ini akan menyebabkan terjadinya proses
trombosit pada pembuluh darah yang menyempit. Merokok berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

18

pengumpulan lemak di abdomen, disamping itu juga menghambat kontraksi otot
lambung sehingga mengurangi nafsu makan.
Nikotin dalam jumlah kecil mempunyai pengaruh menenangkan dan
kadang-kadang merangsang. Dalam jumlah yang besar nikotin (20-50mg) dapat
menyebabkan terhentinya pernafasan. Nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan
menyebabkan denyut jantung menjadi cepat hingga jantung menjadi bekerja berat,
nikotin juga membuat seseorang ketagihan. Penelitian yang dilakukan oleh
Hammond EC dan Horn D yaitu mengikuti perjalanan hidup 187.787 pria berusia
50-59 tahun selama 44 bulan dengan 11.870 kematian. Ditemukan bahwa
mortalitas total dan mortalitas sejumlah penyakit, khususnya kaner beberapa
organ lain, jauh lebih tinggi pada perokok dibanding bukan perokok.18

2.2.7. GloverNilson Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ)
GN-SBQ

adalah

media

kuesioner

untuk

mengukur

perilaku

ketergantungan merokok. Kuesioner GN SBQ terdiri dari 11 item pertanyaan
tentang nilai-nilai dari kebiasaan merokok dan

perilaku merokok.2 item

pertanyaan spesifik untuk kebiasaan merokok yaitu tentang pentingnya kebiasaan
merokok bagi seseorang dan apakah rokok menjadi suatu ritual atau kegiatan bagi
seseorang dengan nilai 0-4. Nilai 0 menyatakan tidak sama sekali, 1 agak, 2 cukup
penting, 3 penting, dan 4 sangat penting. dan 9 item pertanyaan tentang perilaku
ketergantungan merokok dengan tanggapan mulai 0-4. 0 mewakili tidak pernah
atau tidak sama sekali, 1 jarang, 2 kadang-kadang, 3 sering, dan 4 selalu.
Indikator pertanyaan kuesioner GN SBQ yaitu:
1. Kebiasaan merokok sangat penting
2. Saya menangani dan memanipulasi rokok saya sebagai bagian dari
kegiatan merokok
3. Meletakkan atau mengunyah sesuatu dimulut anda untuk mengalihkan
perhatian dari merokok
4. Merokok setelah menyelesaikan sesuatu atau pekerjaan
5. Jika tidak merokok, akankah kesulitan sebelum mengerjakan sesuatu

Universitas Sumatera Utara

19

6. Jika tidak diizinkan merokok di tempat tertentu, kemudian akan
memainkan rokok atau bungkus rokok
7. Apa tempat tertentu atau hal tertentu dapat memicu untuk merokok,
contohnya tempat duduk, sofa, ruangan, atau meminum alkohol
8. Menyalakan rokok secara rutin (tanpa keinginan)
9.

Mendapati diri anda meletakkan sesuatu seperti rokok dan objek lainnya
(pena, tusuk gigi, mengunyah permen karet) kedalam mulut dan
meghisapnya untuk membantu menghilangkan stress, ketegangan,
kecemasan, dsb

10. Bagian

yang paling

anda

nikmati

saat

merokok,

apakah

saat

menyalakannya
11. Ketika sendiri di restoran, terminal bus, pesta, dsb apakah akan meras
nyaman atau percaya diri jika memegang rokok .
Skor tertinggi adalah 44, skor total kuesioner GN-SBQ dihitung dengan
menjumlahkan semua pertanyaan dengan skor 33 menunjukan tingkat yang sangat berat. Validitasnya diukur dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ (α=0,8).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ
sangat baik.19,20

2.3.

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan
Merokok
Penelitian yang dilakukan Koemalasari dan Helmi tentang faktor-faktor

perilaku merokok. Perilaku merokok mempunyai kaitan yang erat dengan faktor
psikologis terutama efek yang positif. Seseorang merasakan kepuasan setelah
merokok. Kepuasan ini berkaitan dengan aspek-aspek emosi, salah satu yang
paling menonjol dirasakan adalah ketenangan. Kepuasan psikologis ini
berhubungan erat dengan frekuensi merokok seseorang.
Kondisi yang paling banyak perilaku merokok adalah subjek dalam
tekanan. Konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang

Universitas Sumatera Utara

20

bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan
terhadap perilaku merokok. 7
Moylan et al melakukan penelitian sebanyak 47 studi. Dari hasil studi
membuktikan bahwa gangguan kecemasan adalah salah satu faktor risiko
seseorang untuk merokok dan ketergantungan merokok.21
Penelitian yang dilakukan Mumtaz et al pada 438 responden tidak
perokok, 411 orang perokok yang tidak ketergantungan, 349 perokok yang sudah
ketergantungan, dan 527 responden mantan perokok dengan rentang usia 18-65
tahun. Hasil penelitian didapatkan tingkat kecemasan responden yang tidak
pernah merokok 73,5%, perokok yang tidak ketergantungan 76,6%, perokok yang
sudah ketergantungan 79,9%, dan mantan perokok 73,8%. Perokok yang sudah
ketergantungan memiliki skor lebih tinggi dari perokok tidak ketergantungan,
mantan perokok, dan tidak pernah merokok..22

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Labuhanbatu

1 52 85

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

16 89 70

HUBUNGAN PERILAKU TEMAN DAN STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN Hubungan Perilakuteman Dan Stres Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Dukuh, Sukoharjo.

0 7 15

HUBUNGAN PERILAKUTEMAN DAN STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN Hubungan Perilakuteman Dan Stres Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Dukuh, Sukoharjo.

0 7 15

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Juwiring.

0 3 17

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 4 13

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 2

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 4

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 2

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 2 15