Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
LAMPIRAN
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : RIKA PURWANDARI
Tempat, Tanggal Lahir : Rantauprapat, 11 Juni 1995
Alamat : Jl.Abdul Hakim Pasar 1 Per. Classic 2 No.84, Medan
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Email : rika.purwandari@gmail.com Orang tua
Ayah : Safruddin
Ibu : Erni Mijayawati
Riwayat Pendidikan :
1. SD Swasta Panglima Polem Rantauprapat (2001-2007)
2. SMP Swasta Panglima Polem Rantauprapat Tahun (2007-2010) 3. SMA Negeri 1 Medan Tahun (2010-2013)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang) Riwayat Organisasi :-
(2)
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN PADA SUBJEK PENELITIAN
Saya RIKA PURWANDARI, NIM 130100273 mahasiswi semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester ketujuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat. Adapun manfaat penelitian ini agar masyarakat mengetahui dampak dan bahaya merokok dan hubungannya dengan tingkat kecemasan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini, saya akan memberikan saudara kuisioner untuk diisi yaitu kuisioner dengan 14 pertanyaan untuk menilai tingkat kecemasan dan 11 pertanyaan untuk menilai perilaku ketergantungan merokok saudara.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Pada penelitian ini idenditas anda akan dirahasiakan. Hasil pemeriksaan dan jawaban tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain. Bila data anda dipublikasikan kerahasiaan akan tetap dijaga.
Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
(3)
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Umur :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Pendidikan : ( ) Tidak sekolah ( ) Dasar (SD-SMP) ( ) Menengah (SMA) ( ) Perguruan tinggi Telah benar benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti
mengenai penelitian ini yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat” oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini. Demikianlah persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Hormat Saya,
(4)
Lampiran 4
KUISIONER DASS (DEPRESSION ANXIETY AND STRESS SCALE)
Keterangan:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dipertimbangkan, atau lumayan sering 3: Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali
No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1 Saya merasa mulut saya kering
2 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya:sering kali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya)
3 Saya merasa goyah (misalnya: kaki terasa mau copot) 4 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir
5 Saya merasa lemas seperti mau pingsan
6 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat) padahal suhu tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya
7 Saya merasa ketakutan tanpa alasan yang jelas 8 Saya mengalami kesulitan dalam menelan
9 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak melakukan aktivitas fisik. (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah)
(5)
11 Saya takut bahwa saya akan terhambat oleh tugas tugas sepele yang tidak bisa saya lakukan
12 Saya merasa sangat ketakutan
13 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri
(6)
Lampiran 5
KUISIONER GN SBQ (GLOVER NILSSON SMOKING BEHAVIOR
QUESTIONNERE)
Pilih jawaban terbaik anda dengan caramelingkarinya 0 : Tidak sama sekali
1 : Agak
2 : Cukup penting 3 : Penting
4 : Sangat penting
Berapa banyak nilai anda untuk pertanyaan berikut mengikuti ketentuan diatas (khusus untuk pertanyaan 1-2)
No Aspek Penilaian 0 1 2 3 4
1 Kebiasaan merokok sangat penting bagi saya
2 Saya menangani dan memanipulasi rokok saya sebagai bagian dari kegiatan merokok
Pilih jawaban yang terbaik menurut anda dengan cara melingkarinya (untuk pertanyaan 3-11)
0 : Tidak pernah 1 : Jarang
2 : Kadang-kadang 3 : Sering
(7)
No Aspek Penilaian 0 1 2 3 4 3 Apakah anda meletakkan atau mengunyah sesuatu
dimulut anda untuk mengalihkan perhatian anda dari merokok
4 Apakah anda merokok setelah menyelesaikan sesuatu atau pekerjaan
5 Jika anda tidak merokok, akankah anda kesulitan sebelum mengerjakan sesuatu
6 Jika anda tidak diizinkan merokok di tempat tertentu, apakah kemudian anda akan memainkan bungkus rokok atau rokok?
7 Apa tempat tertentu atau hal tertentu dapat memicu anda untuk merokok, contohnya tempat duduk, sofa, ruangan, atau meminum alkohol?
8 Apakah anda menyalakan rokok secara rutin (tanpa keinginan)
9 Apakah anda mendapati diri anda meletakkan sesuatu seperti rokok dan objek lainnya (pena, tusuk gigi, mengunyah permen karet) kedalam mulut anda dan meghisapnya untuk membantu menghilangkan stress, ketegangan, kecemasan, dsb
10 Apakah bagian yang paling anda nikmati saat merokok, apakah saat menyalakannya?
11 Ketika anda sendiri di restoran, terminal bus, pesta, dsb apakah anda akan merasa nyaman atau percaya diri jika anda memegang rokok
(8)
Lampiran 6
LEMBARPENGUMPULAN DATA
I. Karakteristik Responden 1. Nomor Penelitian :
2. Nama :
3. Usia : ( ) Remaja Akhir ( ) Dewasa Awal ( ) Dewasa Akhir ( ) Lansia Awal ( ) Lansia Akhir
4. Pendidikan : ( ) Tidak Sekolah ( ) Pendidikan Dasar ( ) Pendidikan Menengah ( ) PT ( ) Tidak Sekolah
II. Hasil Wawancara 1. Tingkat Kecemasan
( ) Normal ( ) Berat
( ) Ringan ( ) Sangat Berat ( ) Sedang
2. Perilaku Ketergantungan Merokok ( ) Ringan
( ) Sedang ( ) Berat
(9)
(10)
Lampiran 8
Uji Validasi dan Realibilitas (n=20, α=5%) Depression Anxiety and Stress Scale
Variabel
Nomor Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status Alpha Status
Kecemasan 1 0,557 Valid 0,885 Reliabel
2 0,479 Valid Reliabel
3 0,721 Valid Reliabel
4 0,612 Valid Reliabel
5 0,763 Valid Reliabel
6 0,510 Valid Reliabel
7 0,527 Valid Reliabel
8 0,662 Valid Reliabel
9 0,484 Valid Reliabel
10 0,721 Valid Reliabel
11 0,595 Valid Reliabel
12 0,460 Valid Reliabel
13 0,700 Valid Reliabel
14 0,666 Valid Reliabel
Glover Nilsson Smoking Behaviour Questionnaire
Variabel
Nomor Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status Alpha Status Perilaku
Ketergantungan
1 0,836 Valid 0,923 Reliabel
2 0,847 Valid Reliabel
3 0,582 Valid Reliabel
4 0,828 Valid Reliabel
5 0,773 Valid Reliabel
6 0,578 Valid Reliabel
7 0,760 Valid Reliabel
8 0,884 Valid Reliabel
9 0,888 Valid Reliabel
10 0,827 Valid Reliabel
(11)
Lampiran 9
Distribusi Frekuensi Krakterisitik Responden
kelompokusia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17-25 tahun 11 11,0 11,0 11,0
26-35 tahun 30 30,0 30,0 41,0
36-45 tahun 30 30,0 30,0 71,0
46-55 tahun 20 20,0 20,0 91,0
56-65 tahun 9 9,0 9,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak sekolah 2 2,0 2,0 2,0
dasar 14 14,0 14,0 16,0
menengah 81 81,0 81,0 97,0
perguruan tinggi 3 3,0 3,0 100,0
(12)
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
kelompoktingkatkecemasan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 22 22,0 22,0 22,0
ringan 10 10,0 10,0 32,0
sedang 29 29,0 29,0 61,0
berat 20 20,0 20,0 81,0
sangat berat 19 19,0 19,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
Statistics
tingkatkecemasan
N Valid 100
Missing 0
Mean 13,79
Std. Deviation 7,831
Minimum 1
Maximum 38
Distribusi Frekuensi Perilaku Ketergantungan Merokok
tingkatketergantungan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ringan 3 3,0 3,0 3,0
sedang 19 19,0 19,0 22,0
berat 31 31,0 31,0 53,0
sangat berat 47 47,0 47,0 100,0
(13)
Statistics
perilakuketergantunganmerokok
N Valid 100
Missing 0
Mean 29,75
Std. Deviation 8,746
Minimum 10
Maximum 44
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tingkatkecemasan ,109 100 ,005 ,958 100 ,003
perilakuketergantunganmero
kok ,131 100 ,000 ,939 100 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Correlations
tingkatkecemas an
perilakuketerga ntunganmeroko
k
Spearman's rho tingkatkecemasan Correlation Coefficient 1,000 ,536**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 100 100
Perilakuketergantunganmero kok
Correlation Coefficient ,536** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 100 100
(14)
kelompokusia * tingkatketergantungan Crosstabulation
Count
tingkatketergantungan
Total ringan sedang berat sangat berat
kelompokusia 17-25 tahun 2 4 4 1 11
26-35 tahun 0 5 9 16 30
36-45 tahun 1 5 9 15 30
46-55 tahun 0 4 4 12 20
56-65 tahun 0 1 5 3 9
Total 3 19 31 47 100
pendidikan * tingkatketergantungan Crosstabulation
Count
tingkatketergantungan
Total ringan sedang berat sangat berat
pendidikan tidak sekolah 0 0 1 0 1 2
dasar 1 0 0 2 11 14
menengah 0 2 17 28 34 81
perguruan tinggi 0 1 1 0 1 3
Total 1 3 19 30 47 100
kelompoktingkatkecemasan * tingkatketergantungan Crosstabulation
Count
tingkatketergantungan
Total ringan sedang berat sangat berat
kelompoktingkatkecemasan Normal 2 10 7 3 22
ringan 1 1 5 3 10
sedang 0 8 9 12 29
berat 0 0 5 15 20
sangat berat 0 0 5 14 19
(15)
Lampiran 10
(16)
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Abnormal Psychology In A Changing World. 7th ed. Prentice Hall: 2007. p. 171-172.`
2. Muarifah A. Hubungan Kecemasan dengan Agresivitas. Indonesian Physychological Journal: 2005. p. 103.
3. Rahmah A. Kecemasan Sebagai Faktor Predisposisi Perilaku Merokok. Repository UMM: 2013.
4. Depkes RI. Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI: 2014. p. 2-4.
5. Depkes RI. Masalah Merokok di Indonesia. Jakarta: Riskesdas: 2010. 6. Depkes RI. Aliansi Bupati dan Walikota Dalam Pengendalian Masalah
Kesehatan Akibat Tembakau dan Penyakit tidak Menular:Jakarta: Kemenkes RI: 2012. p. 31-33.
7. Komalasari D, Helmi AF. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: 2000.
8. Ramaiah S. Kecemasan Bagaimana Mengatasinya Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor: 2003. p. 9-12.
9. Semiun Y. Teori Kepribadian & Teori Psikoanalitik Freud. Kanisius: Yogyakarta: 2006. p. 87-89.
10. Stuart GW, Sundeen SJ. Principle and Practice of Psychiatric Nursing. 6th ed. St Louis: Mosby year book: 1998. p. 177-181.
11. Varcarolis EM. Essential of Psychiatric Mental Health Nursing. Elsevier Health Science: 2014. p. 166-168
12. Crowford JC, Henry JD. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Normative data and latent structure in a large non clinical sampel. British Journal of Clinical Psycology: 2003. p. 42,111-131. 13. Anitasari L. Hubungan Stress dan Perilaku Merokok Pada Remaja.
Jurnal Universitas Negeri Malang: 2012. p. 2.
14. Dariyo A. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo: 2008. p. 38-40.
15. Laventhal H, Clearly PD. The Smoking Problem: Review of Research and Theory Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin:1980
16. Wahyono B, Maharani C. Peningkatan Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok. Jurnal Universitas Negri Semarang: 2010. p. 2.
17. Nasution IK. Perilaku Merokok Pada Remaja. Repository USU: 2007. p. 10-11.
18. Prasetya LD. Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja. Jurnal Universitas Negri Malang: 2012. p. 2-3.
19. Ruth JM, Sharma E, Beck KH. Reliability and Validity of The Glover-Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire. Am J Health Behav: 2013. 20. Bullen C, Williman J, Howe C, Laugesen M, McRobbie H, Parag V, Walker N. Study Protocol for a randomised controlled trial of
(17)
electronic cigarattes versus nicotine patch for smoking cessation. BMC Public Health: 2013
21. Moylan S, Jacka NF, Pasco AJ, Berk M. Cigarette smoking, nicotine dependence and anxiety disorders: a systematic review of population-based, epidemiological studies. BMC Medicine: 2012
22. Jamal M, Willem AJ, Cuipers P, Penninx WJH. Association of smoking and nicotine dependence with severity and course of symptoms in patients with depressive or anxiety disorder. Dutch Universities: 2012
23. Sastoasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penekitian Klinis. Edisi IV. Jakarta: Sagung Seto:2011
24. Hastono SP, Sabri L. Statistika Kesehatan . Jakarta: PT Rajagrafindo Persada: 2011
25. Novalia S. Tingkat Kecemasan Santri Pondok Pesantren. Jurnal Psikologi Universitas Negeri Malang: 2013
26. State Department of Health of Mato Grosso (SES/MT) and Federal University of Mato Grosso (UFMT), Cuiabá, MT, Brazil. Nicotine dependence and levels of depression and anxiety in smokers in the process of smoking cessation: 2014
27. I G. K. Nyoman Arijana. Prevalensi Buruh Bangunan dengan Ketergantungan Nikotin di Kelurahan Seminyak Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Bali. Jurnal Universitas Udayana: 2013
28. Andi MW, Sudirman N, Watief AR. Perilaku Merokok Pengemudi Ojek di Perumahan Taman Telkomas Kota Makassar. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS.
29. Bagus A, Ngurah IB. Tingkat Ketergantungan Nikotin dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Perokok di Desa Panglipuran. Jurnal Ilmu Penyakit Dalam Unud:2009
(18)
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Teori Stessor Psikososial:
Antar pribadi Pekerjaan Lingkungan Keuangan Penyakit fisik Faktor Keluarga Trauma
Kepribadian: Usia Dukungan Pendidikan rendah Pengalaman Tingkat Pengetahuan Tingkat Kecemasan Perilaku Merokok Ketergantungan Merokok Faktor Lingkungan: Teman sebaya yang merokok Iklan rokok
Faktor Psikologis: Kebiasaan Reaksi
Penurunan Emosi Reaksi emosi
yang positif
Faktor Biologis: kandungan nikotin dalam rokok
(19)
3.2. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 3.2 Kerangka Konsep 3.3. Hipotesis
Berdasarkan paparan diatas peneliti membuat hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok.
Tingkat Kecemasan
Perilaku Ketergantungan Merokok
(20)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan desaincross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2016 dan tempat penelitian ini dilakukan di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat 4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendara becak bermotor yang merokok di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pengendara becak bermotor yang merokok di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Rumus besar sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus lemeshow untuk penelitian analitik desain cross sectional sebagai berikut:
(21)
� = Z2 −dα/P Q2 � = ,9 2 , ,2 ,
n = 96,0 orang n = 100 orang Keterangan:
n = Besar Sampel Minimum
Z1-α/2 = Nilai Distribusi Normal baku α (1,96) P = Proporsi di Populasi (0,5)
Q = 1-P yaitu 1-0,5 = 0,5 d = Kesalahan Absolut 10%
Perkiraan proporsi populasi 0,5. Kesalahan tipe 1α ditetapkan sebesar 5% dan hipotesis dua arah, sehingga zα=1,96. Kesalahan absolut yang masih bisa diterima adalah 10% (0,1). Dari perhitungan diatas didapatkan besar sampel sebesar 100 orang. Sampel ini akan didapatkan dengan teknik pengambilan sampel konsekutif (consequtive sampling).
4.3.3. Kriteria Penelitian 1. Kriteria Inklusi
a) Bersedia mengikuti penelitian
b) Umur sama dengan atau lebih dari 17 tahun 2. Kriteria Eksklusi
a) Subjek diatas 65 tahun b) Subjek tidak merokok
(22)
25
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengambil langsung data tersebut melalui kuisionerdan wawancara. Penelitian ini menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) dan Glover Nillson Smoking Behaviour Quistionnaire (GN SBQ).
4.5. Definisi Operasional
1. Tingkat Kecemasan
Definisi : Reaksi terhadap situasi yag sangat menekan Seseorang
Alat Ukur : Kuisioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) Cara Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : Dimulai dari 0-42 Skala Ukur : Numerik
2. Perilaku ketergantungan merokok
Definisi : Suatu kebiasaan atau ketergantungan seseorang terhadap tembakau
Alat Ukur : Glover Nillson Smoking Behaviour Questionnaire(GNSBQ)
Cara Ukur : Wawancara Hasil Ukur : Dimulai dari 0-44 Skala Ukur : Numerik
(23)
3. Usia
Defenisi : Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun yang dikategorikan menurut Depkes RI. Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : - Masa remaja akhir (17-25 tahun) - Masa dewasa awal (26-35 tahun) - Masa dewasa akhir (36-45 tahun) - Masa lansia awal (46-55 tahun) - Masa lansia akhir (56-65 tahun) Skala Ukur : Ordinal
4. Pendidikan
Defenisi : Pendidikan yang terakhir diselesaikan subjek penelitian Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : - Pendidikan dasar (SD,SMP) - Pendidikan menengah (SMA)
- Pendidikan Tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor)
- Tidak sekolah/ Tidak tamat SD Skala Ukur : Ordinal
4.6. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan komputerisasi dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)
(24)
27
Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menganalisis distribusi dan frekuensi dan proporsi data-data responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Selain itu analisis ini digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi tingkat kecemasan responden dan distribusi frekuensi ketergantungan merokok responden.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok dengan uji statistik korelasi. Untuk mengetahui lebih tepat besar atau derajat hubungan dua variabel digunakan koefisien korelasi spearman karena data tidak terdistribusi normal.23 Korelasi mutlak akan memberikan nilai yang mutlak nilai r=1. Nilai r yang lebih rendah ditafsirkan kuat (r>0,8), sedang (0,6-0,79), lemah (0,4-0,59), sangat lemah (<0,4).24
(25)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kelurahan Siringo-ringo merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu. Kelurahan Siringo-ringo adalah salah satu dari 10 Kelurahan yang ada di Kota Rantauprapat. Penelitian telah dilakukan di masing-masing pangkalan becak yang ada di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini diambil 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Kelurahan Siringo-ringo Kota Rantauprapat. Kemudian hal-hal yang dinilai dari karakteristik responden adalah usia dan pendidikan.Usia responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 17-65 tahun. Data lengkap karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1. di bawah.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik n (%)
Pendidikan
- Tidak sekolah - Dasar (SD-SMP) - Menengah (SMA) - Perguruan Tinggi
2 14 81 3 2 14 81 3 Usia
- 17-25 tahun - 26-35 tahun - 36-45 tahun - 45-55 tahun - 56-65 tahun
11 30 30 20 9 11 30 30 20 9
(26)
29
Dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa sebagian besar pendidikan responden penelitian adalah menengah (SMA dan sederajat). Kategori usia responden yang terbanyak adalah usia dewasa awal(26-35 tahun) 30% dan usia dewasa akhir(36-45 tahun) 30%. Usia responden yang paling muda adalah 18 tahun dan yang paling tua adalah 65 tahun dan rata-rata usia responden adalah 39,33 tahun.
5.1.3. Tingkat Kecemasan
Pada penelitian ini tingkat kecemasan diukur dengan menggunakan kuisioner Depression Anxiety and Stress Scale(DASS). Distribusi frekuensi tingkat kecemasan dapat dilihat ditabel 5.2 dibawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
Skala Kecemasan n % Skor DASS
Normal (0-7) 22 22 Minimum : 1
Ringan (8-9) 10 10 Maksimum : 38
Sedang (10-14) 29 29 X±SD : 13,79±7,831
Berat (15-19) 20 20
Sangat Berat (>20) 19 19
Total 100 100
Berdasarkan tabel di atas responden yang terbanyak mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu 29 orang (29%). Responden yang paling sedikit mengalami kecemasan yang ringan yaitu 10 orang (10%).Skor tertinggi tingkat kecemasan adalah 38 dan skor terendah adalah 1. Mayoritas responden rata-rata mengalami kecemasan yang sedang.
5.1.4. Perilaku Ketergantungan Merokok
Perilaku ketergantungan merokok responden dinilai dengan kuisioner Glover Nilsson Smoking Behaviour Questionnaire (GNSBQ). Distribusi frekuensi perilaku ketergantungan merokok dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
(27)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Ketergantungan Merokok
Perilaku Ketergantungan n % Skor GNSBQ
Ringan (<12) 3 3 Minimum : 10
Maksimum : 44 X±SD : 29,75±8,746
Sedang (12-22) 19 19
Berat (23-33) 31 31
Sangat Berat (>33) 47 47
Total 100 100
Dari tabel di atas, dapat diamati bahwa jumlah responden dengan perilaku ketergantungan merokok yang terbanyak dengan ketergantungan sangat berat adalah 47 orang (47%).Perilaku ketergantungan merokok yang paling sedikit yaitu 3 orang (3%). Skor perilaku ketergantungan merokok pada responden yang terendah adalah 10 dan yang tertinggi adalah 44. Rata-rata mayoritas responden mengalami perilaku ketergantungan merokok yang berat.
5.1.5 Profil perilaku ketergantungan merokok berdasarkan usia dan pendidikan
Responden terbanyakmengalami perilaku ketergantungan merokok yang sangat berat yaitu 47 orang (47%).Profil perilaku ketergantungan merokok dinilai berdasarkan usia dan pendidikan. Profil ketergantungan merokok dapat dilihat pada tabel di bawah ini
(28)
31
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Ketergantungan Merokok Berdasarkan Usia dan Pendidikan
Perilaku Ketergantungan Ringan Sedang Berat SangatBer
at
Total Usia
- 17-25 tahun - 26-35 tahun - 36-45 tahun - 46-55 tahun - 56-65 tahun
2 0 1 0 0 4 5 5 4 1 4 9 9 4 5 1 16 15 12 3 11 30 30 20 9 Pendidikan
- Tidak Sekolah - Dasar
- Menengah - Perguruan
Tinggi 0 0 2 1 1 0 17 1 0 3 28 0 1 11 34 1 2 14 81 3
Total 3 19 31 47 100
Berdasarkan usia yang terbanyak mengalami perilaku ketergantungan merokok yang sangat berat yaitu kelompok usia 26-35 tahun yaitu 16 orang dan 36-45 tahun sebanyak 15 orang. Sedangkan perilaku ketergantungan merokok yang paling sedikit pada usia 56-65 tahun yaitu 9 orang, Mayoritas responden dengan perilaku ketergantungan merokok terbanyak pada usia 26-35 tahun dan 36-45 tahun dengan jumlah masing-masing 30 orang.
Berdasarkan tingkat pendidikan perilaku ketergantungan merokok yang terbanyak adalah dengan ketergantungan merokok sangat berat yaitu 34 orang dan ketergantungan merokok berat yaitu 28 orang. Mayoritas perilaku ketergantungan merokok terbanyak pada tingkat pendidikan menengah sebanyak 81 orang.
5.1.6. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok
Dari seluruh responden berjumlah 100 orang yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, didapatkan hasil dengan total skor dalam bentuk numerik. Hasil skor terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan kolmogrov-smirnov. Hasil signifikasi diperoleh tingkat kecemasan 0,005 dan perilaku 6 merokok
(29)
0,001. Kedua hasil < p dimana p = 0,05. Data yang diperoleh tidak terdistribusi normal. Karena datadiperoleh tidak terdistribusi normal, data dianalisis dengan bivariat dengan menggunakan uji korelasi spearman.
Tabel 5.5 Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok
Variabel X±SD r p-value
Tingkat kecemasan 13,79±7,831 0,536 0,001
Perilaku ketergantungan merokok 29,75±8,746
Berdasarkan hasil, nilai signifikasi adalah 0,001 dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok. Terdapat pula korelasi positif antara DepressionAnxiety Stress Scale dan Glover Nilsson Behaviour Quistionnaire. Semakin meningkat kecemasan semakin meningkat pula perilaku ketergantungan merokok. Korelasi didapatkan 0,536 menandakan ada hubungan yang lemah antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok.
5.2. Pembahasan
5.2.1Karakteristik Responden Penelitian
Pada penelitian, responden berjumlah 100 orang (100%) seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan data Susenas prevalensi merokok di Indonesia 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65,8% ) dibandingkan perempuan (4,2%). Mayoritas pendidikan pengendara becak bermotor pada penelitian ini adalah pendidikan menengah (SMA) dengan presentase 81%, pendidikan dasar sebesar 14%, sedangkan Pergurun Tinggi 3%, tidak sekolah 2%. Penelitian ini tidak sesuaiberdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi merokok yang lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah (tamat dan tidak tamat SD), pekerjaan informal sebagai petani, nelayan, buruh, dan status ekonomi yang rendah.7
(30)
33
Penelitian yang dilakukan pada sampel buruh bangunan di KelurahanSeminyak Bali jenjang pendidikan responden rata-rata sampai pada tingkat menengah, dengan pembagian pendidikan sarjana berjumlah 2 orang (6%) diploma berjumlah 2 orang (6%), SMA/sederajat 18 orang (51%),SMP 10 orang (31%), dan SD berjumlah 2 orang (6%).25
Hasil pengumpulan data pada penelitian ini berdasarkan usia remaja akhir 11 orang (11%), usia dewasa awal 30 orang (30%), usia dewasa akhir (30%), usia lansia awal 20 orang (19%), dan lansia akhir 9 orang (9%). Penelitian yang dilakukan pada 182 orang di Brazil distribusi frekuensi usia responden menunjukan sebagian besar responden berusia 40-59 tahun sebanyak 117 responden (86,67%), usia 20-39 tahun sebanyak 41 responden (82%), dan usia 60 tahun ke atas sebanyak 24 responden (77,42%).26
Berdasarkan tabel diatas, jumlah responden yang mengalami tingkat kecemasan yang normal 22 orang (22%), kecemasan ringan 10 orang (10%), kecemasan sedang 29 orang (29%), kecemasan berat 20 orang (20%), dan kecemasan sangat berat 19 (19%). Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan yang dilakukan di pondok pesantren Nurul Huda Singosari Malang berdasarkan analisis ditemukan bahwa sebesar 14,1% atau 11 orang mengalami kecemasan dengan tingkat tinggi. Sementara yang mengalami tingkat kecemasan sedang sebesar 66,7% atau 52 orang dan sisanya sebesar 19,2% atau 15 orang mengalami tingkat kecemasan rendah.25
Jumlah responden pada penelitian ini mengalami ketergantungan merokok yang ringan 3 orang (3%), ketergantungan yang sedang 19 orang (19%), ketergantungan berat 31 orang (31%), ketergantungan sangat berat 47 orang (47%). Pada penelitian yang dilakukan pada sampel buruh bangunan di KelurahanSeminyak Bali dengan 35 responden diperoleh ketergantungan merokok ringan sebanyak 10 orang (29%), ketergantungan merokok sedang sebanyak 14 orang (40%), dan ketergantungan merokok berat sebanyak 11 orang (31%).27Salahsatu faktor yang mempengaruhi perilaku ketergantungan merokok adalah untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan. Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat pada pengendara becak bermotor rata-rata
(31)
responden merokok karena faktor kebiasaan, menghilangkan rasa kecemasan dan karena ketagihan atau kecanduan.
5.2.2. Profil perilaku ketergantungan merokok berdasarkan usia dan pendidikan
Berdasarkan usia yang terbanyak mengalami perilaku ketergantungan merokok yaitu kelompok usia 26-35 tahun yaitu 16 orang dan 36-45 tahun sebanyak 15 orang. Sedangkan perilaku ketergantungan merokok yang paling sedikit pada usia 56-65 tahun yaitu 9 orang, dengan ketergantungan ringan tidak ada, ketergantungan sedang 1 orang, ketergantungan berat 5 orang, dan ketergantungan berat 3 orang.Berdasarkan hasil penelitian terhadap 35sampel buruh bangunan yang telah dilaksanakan diKelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta, KabupatenBadung didapatkan hasil kelompok usia paling banyak ketergantungan merokok adalah usia 20-29 tahun yaitu 20 orang (57%), usia 30-39 tahun 8 orang (23%), usia 10-19 tahun 6 orang (17%), dan usia 40-49 tahun 1 orang (3%). 23 Penelitian ini juga sesuai dengan data Riskesdas secara Nasional presentase penduduk merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok usia produktif (25-64 tahun). Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011 prevalensi perokok seluruhnya 34,8% atau 59,9 juta orang dewasa saat ini telah merokok.6
Berdasarkan tingkat pendidikan perilaku ketergantungan merokok yang terbanyak adalah kelompok tingkat pendidikan menengah sebanyak 81 orang dengan ketergantungan ringan 2 orang, ketergantungan sedang 17 orang, ketergantungan berat 28 orang, dan ketergantungan sangat berat 34 orang. Sedangkan perilaku ketergantungan merokok paling sedikit pada yang responden yang tidak sekolah sebanyak 2 orang dengan perilaku ketergantungan merokok sedang 1 orang dan ketergantungan sangat berat 1 orang. Berdasarkan penelitian terhadap 35 orang sampel buruh bangunan yang telah dilaksanakan di Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung perilaku ketergantungan merokok terbanyak yaitu tingkat pendidikan menengah (SMA) sebanyak 18 orang
(32)
35
(51%), SMP 13 orang (31%), sedangkan tingkat pendidikan SD, Diploma, dan Sarjana masing-masing sebanyak 2 orang (6%).27
Sementara itu penelitian yang dilakukan di Kelurahan Siringo-ringo terhadap pengendara becak bermotor tidak sesuai dengan data Riskesdas 2010 prevalensi perokok dewasa 31,9% adalah dari kalangan berpendidikan rendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD) sedangkan pada kalangan berpendidikan tinggi (PT) hanya 25,5%. 6
5.2.2. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok
Berdasarkan penelitian ini, ada hubungan yang antara tingkat kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok. Koefisien korelasi diperoleh 0,536 menandakan ada hubungan yang lemah antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok. Penelitian yang dilakukan Koemalasari dan Helmi tentang faktor-faktor perilaku merokok. Perilaku merokok mempunyai kaitan yang erat dengan faktor psikologis terutama efek yang positif yaitu sejumlah 92,5% sedangkan efek negatif hanya sebesar 7,54%. Hasil ini menunjukan bahwa subjek merasakan kepuasan setelah merokok. Kepuasan ini berkaitan dengan aspek-aspek emosi, salah satu yang paling menonjol dirasakan subjek adalah ketenangan (12,7%). Kepuasan psikologis ini berhubungan erat dengan frekuensi merokok subjek.
Kondisi yang paling banyak perilaku merokok adalah subjek dalam tekanan yaitu (40,86%). Konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. Hal ini semakin mempertegas perilaku merokok dianggap sebagai penyeimbang dalam keadaan cemas.7
Moylan et al melakukan penelitian sebanyak 47 studi. Dari hasil studi membuktikan bahwa gangguan kecemasan adalah salah satu faktor risiko seseorang untuk merokok dan mengalami ketergantungan merokok.21 Penelitian yang dilakukan Mumtaz et al pada 438 responden tidak perokok, 411 orang perokok yang tidak ketergantungan, 349 perokok yang sudah ketergantungan, dan
(33)
527 responden mantan perokok dengan rentang usia 18-65 tahun. Hasil penelitian didapatkan tingkat kecemasan responden yang tidak pernah merokok 73,5%, perokok yang tidak ketergantungan 76,6%, perokok yang sudah ketergantungan 79,9%, dan mantan perokok 73,8%. Perokok yang sudah ketergantungan memiliki skor lebih tinggi dari perokok tidak ketergantungan, mantan perokok, dan tidak pernah merokok.22
Penelitian yang dilakukan Urich dkk. mendapatkan hubungan antara ketergantungan merokok dengan LAS (Lifetime Amount of Smoking) yang dihitung berdasarkan jumlah rokok dan lama merokok. Disini dikatakan semakin tinggi Lifetime Amount of Smoking maka tingkat ketergantungan merokok semakin tinggi, walaupun tidak memberikan hasil yang signifikan.28
Penelitian yang dilakukan pada perokok di Desa Penglipuran, Denpasar. Sebagian perokok telah merokok dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu lebih dari 15 tahun sebanyak 66,7%. Skor ketergantungan merokok yang dihasilkan pada kelompok ini juga yang paling tinggi dibandingkan dengan perokok reguler selama kurang dari 5 tahun. Lamanya seseorang merokok ini akan makin meningkatkan ketergantungan terhadap rokok, yang pada akhirnya akan mempersulit seseorang untuk berhenti merokok. Hal ini sesuai dengan teori primer (prime theory) yaitu kekuatan penggerak positif untuk terus merokok demi mendapatkan kenikmatan (reward) yang sebanding, diikuti dengan peningkatan waktu dan jumlah rokok yang dikonsumsi perhari pada akhirnya akan meningkatkan ketergantungan merokok.29
(34)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok. Koefisien korelasi spearmandiperoleh 0,536 menandakan ada hubungan yang lemah antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok.
2. Jumlah responden yang mengalami kecemasan normal 22 orang (22%), kecemasan ringan 10 orang (10%), kecemasan sedang 29 orang (29%), kecemasan berat 20 orang (20%), kecemasan sangat berat 19 (19%). 3. Jumlah responden yang mengalami ketergantungan merokok yang ringan
3 orang (3%), ketergantungan sedang 19 orang (19%), ketergantungan berat 31 orang (31%), ketergantungan sangat berat 47 orang (47%).
4. Profil ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor terbanyak adalah pendidikan menengah (SMA) dengan presentase 81%, usia responden terbanyak adalah usia dewasa awal dan usia dewasa akhir dengan presentase masing-masing 30%, usia lansia awal 19%, usia remaja awal 11 %, usia lansia akhir 9%.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Pengendara Becak Bermotor
Peneliti berharap setelah adanya hasil penelitian ini para pengendara becak bermotor dapat mengalihkan perhatian dari rokok terutama saat mengalami kecemasan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif dan bermanfaat misalnya, beribadah. Serta perlunya dilakukan penyuluhan-penyuluhan tetang dampak dan bahaya rokok terkhusus kepada pekerja di sektor informal seperti pengendara becak bermotor.
(35)
4.2.2. Peneliti Lain
Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya agar bisa tergalih lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor.
(36)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala lain dari berbagai gangguan emosi.8
Freud mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.9
2.1.2. Teori Kecemasan
Beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan, antara lain: a. Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari dalam elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada dalam bahaya.
b. Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap
(37)
cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran menyukai bahwa individu yang terbiasa dalam dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan selanjutya.
c. Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
d. Teori Biologis
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu cemas. Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator (GABA) juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas.10
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Ramaiah ada beberapa faktor yang menunjukan reaksi kecemasan, yaitu:
1. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
2. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaanya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama
(38)
7
jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
3. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja, dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
4. Induksi obat-obatan dan rokok
Obat-obatan dan rokok juga merupakan salah satu penyebab kecemasan, terutama obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat biasanya memiliki efek samping berupa cemas, selain itu nikotin dalam rokok juga mampu mempengaruhi tingkat kecemasan.8
2.1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan
Nevid Jeffrey & Greene Beverly mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, yaitu:
1. Gejala fisik: kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, mudah marah dan tersinggung.
2. Gejala Behavioral: perilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen.
3. Gejala kognitif: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan sesuatu yang akan terjadi di masa depan, ketakutan akan ketidakmampuan mengatasi masalah, bingung, dan sulit berkonsentrasi.1
(39)
2.1.5. Tingkat Kecemasan
Peplau mengindentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu: 1. Kecemasan ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan Gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
2. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi: nafas pendek, denyut nadi dan tekanan darah tinggi, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang
perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau
menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.
(40)
9
4. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatuwalaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat
panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.11
2.1.6. Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) adalah media kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan pada individu. DASS 42 terdiri dari 42 pertanyaan, yang mencakup tiga subvariabel diantaranya: fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. DASS 42 terdiri dari tiga skala yang didesain untuk mengukur 3 jenis keadaan emosional, yaitu depresi, kecemasan, dan stres pada seseorang. Setiap skala terdiri dari 14 pertanyaan.
Tabel 2.1
Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)
Skala Indikator Pertanyaan Nomor
Pertanyaan Depresi - Tidak ada perasaan positif
- Tdak bisa melakukan sesuatu - Tidak ada harapan
- Sedih dan tertekan - Kehilangan minat - Merasa tidak berharga
- Merasa hidup tidak bermanfaat
3 5 10,37
13 16 17,34 21,38
(41)
- Tidak mendapat kesenangan - Merasa putus asa
- Tidak merasa antusias - Sulit berinisiatif
24 26 31 42 Kecemasan - Mulut kering
- Sesak nafas - Sering gemetar
- Berada di situasi cemas - Pusing
- Berkeringat tanpa sebab - Ketakutan
- Sulit menelan
- Sadar akan aksi gerak jantung - Dekat dengan kepanikan - Tidak berdaya
2 4 7,41 9 15 19 20,36 23 25 28,40 30 Stres - Marah karena hal sepele
- Bereaksi berlebihan terhadap situasi - Sulit untuk beristirahat
- Mudah merasa kesal
- Menghabiskan banyak energi karena cemas - Tidak sabaran
- Mudah tersinggung - Mudah marah
- Sulit tenang saat merasa kesal - Sulit untuk sabar
- Merasa gelisah
- Sulit mentolerir gangguan - Mudah gelisah
1 6 8,22 11 12 14 18 27 29 32 33 35 39
(42)
11
Skor dari depresi, kecemasan, dan stres dihitung dengan menjumlahkan skor untuk item yang relevan. Item dari skala depresi adalah pertanyaan nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Item skala kecemasan pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41, dan item skala stres adalah pertanyaan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39 dengan pilihan jawaban 0-3. Nilai 0 tidak pernah sama sekali, 1 kadang-kadang, 2 sering, dan 3 sering sekali.
Subjek menjawab setiap pertanyaan yang ada. Setelah menjawab seluruh pertanyaan, skor dari skala diakumulasikan sehingga mendapat total skor untuk skala depresi, kecemasan, dan stres seperti di bawah ini:
Tabel 2.2 Skor Depression Anxiety and Stress Scale
Depression Anxiety Stress
Normal Mild Moderate Severe Extremely Severe 0-9 10-13 14-20 21-27 28+ 0-7 8-9 10-14 15-19 20+ 0-14 15-18 19-25 26-33 34+
Dalam penelitian ini peneliti memilih 14 pertanyaan dari skala kecemasan yaitu pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41.Hasil dari pengukuran skala kecemasan DASS 42 yaitu skor 0-7 kecemasan normal, 8-9 kecemasan ringan, 10-14 kecemasan sedang, dan 15-19 kecemasan yang berat, dan nilai lebih dari 20 menunjukkan kecemasan yang sangat berat.12
Depression Anxiety Scale 42 DASS 42 sudah teruji validitas secara internasional. Menurut Lovibond & Lovibond DASS mempunyai tingkatan Discriminant Validity. Kuesioner DASS 42 mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan penilaian Alpha Cronbach’s.12
(43)
2.2. Perilaku Merokok
2.2.1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sari dkk menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan, atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco depedency sendiri dapat didefenisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap,biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.
Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat dilihat dari intensitasnya, dimana menurut intensitas adalah besar atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Perilaku merokok sesorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu banyaknya seseorang dalam merokok.13
Perilaku merokok berdasarkan intensitas merokok dibagi berdasarkan jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:
1. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang setiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur di pagi hari.
2. Perokok berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur di pagi hari.
3. Perokok sedang adalah perokok yang mengkonsumsi rokok cukup 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur di pagi hari.
(44)
13
4. Perokok ringan adalah perokok yang mengkonsumsi rokok jarang yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit mulai dari bangun tidur di pagi hari.7
Berdasarkan Management of affect theory ada 4 tipe perilaku merokok, keempat tipe tersebut adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi poleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang akan merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam 3 tipe:
a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan
b) Stimulatiom to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk mrnghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokonya dengan jari-jariny sebelum dia menyalakan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas, ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat
3. Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun.
(45)
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.14
2.2.2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok
Laventhal dan Clearly cit Pitaloka mengungkapkan empat tahap dalam perilaku merokok, yaitu:
1. Tahap prepatory
Seorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok
2. Tahap Initation
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok
3. Tahap Becoming a Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap Maintaining Of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.15
2.2.3. Kandungan Berbahaya dalam Rokok Kandungan yang terdapat pada rokok yaitu: 1. Tar
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar tar yang terdapat pada asap rokok inilah yang menyebabkan adanya resiko kanker.
(46)
15
2. Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam Nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. nikotin merupakan obat perangsang yang memiliki efek berlawanan yaitu memberikan rangsangan sekaligus menenangkan. Nikotin menyebabkan ketagihan karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang berhubungan dengan perasaan senang. 3. Karbon Monoksida
Merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada rokok dengan kandungan 2%-6%. Karbon Monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan daya ikat oksigen (O2) dengan Hb.16
2.2.4. Perilaku Ketergantungan Merokok
Merokok adalah suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok disebut sebagai Tobacco Depedency atau ketergantungan pada tembakau.Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantugan.
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco depedency(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan cemas.7
Secara biologis, nikotin diterima reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membagi jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok
(47)
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Secara manusiawi, orang cenderung untuk mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dpahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok.2
2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Komalasari dan Helmi perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).
a) Faktor Diri (internal)
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa merokok dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat penghilang stres.
b) Faktor Lingkungan (eksternal)
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung, maupun teman sebaya yang merokok dan iklan rokok.7
Laventhal dan Clearly menyatakan motif seseorang merokok dibagi menjadi dua motif:
1. Faktor Psikologis a. Kebiasaan
Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk menemukan perilakunya tanpa tujuan tertentu.
(48)
17
b. Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, maupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.
d. Alasan sosial
Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang.
e. Kecanduan atau ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok.
2. Faktor Biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis.17
2.2.6. Dampak dan Bahaya Merokok
Informasi yang didapat dari Department of Health and Human Service USA mengatakan bahwa pada setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia diantaranya adalah tar, nikotin, gas, CO2, N2, ammonia, serta unsur karsinogen. Mekanisme secara fisiologis meliputi perubahan pada insulin homeostatis, aktivitas lipoprotein lipase dan profil lipid dalam darah. Agregasi platelet dan fibrinogen meningkat, hal ini akan menyebabkan terjadinya proses trombosit pada pembuluh darah yang menyempit. Merokok berhubungan dengan
(49)
pengumpulan lemak di abdomen, disamping itu juga menghambat kontraksi otot lambung sehingga mengurangi nafsu makan.
Nikotin dalam jumlah kecil mempunyai pengaruh menenangkan dan kadang-kadang merangsang. Dalam jumlah yang besar nikotin (20-50mg) dapat menyebabkan terhentinya pernafasan. Nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan menyebabkan denyut jantung menjadi cepat hingga jantung menjadi bekerja berat, nikotin juga membuat seseorang ketagihan. Penelitian yang dilakukan oleh Hammond EC dan Horn D yaitu mengikuti perjalanan hidup 187.787 pria berusia 50-59 tahun selama 44 bulan dengan 11.870 kematian. Ditemukan bahwa mortalitas total dan mortalitas sejumlah penyakit, khususnya kaner beberapa organ lain, jauh lebih tinggi pada perokok dibanding bukan perokok.18
2.2.7. GloverNilson Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ)
GN-SBQ adalah media kuesioner untuk mengukur perilaku ketergantungan merokok. Kuesioner GN SBQ terdiri dari 11 item pertanyaan tentang nilai-nilai dari kebiasaan merokok dan perilaku merokok.2 item pertanyaan spesifik untuk kebiasaan merokok yaitu tentang pentingnya kebiasaan merokok bagi seseorang dan apakah rokok menjadi suatu ritual atau kegiatan bagi seseorang dengan nilai 0-4. Nilai 0 menyatakan tidak sama sekali, 1 agak, 2 cukup penting, 3 penting, dan 4 sangat penting. dan 9 item pertanyaan tentang perilaku ketergantungan merokok dengan tanggapan mulai 0-4. 0 mewakili tidak pernah atau tidak sama sekali, 1 jarang, 2 kadang-kadang, 3 sering, dan 4 selalu.
Indikator pertanyaan kuesioner GN SBQ yaitu: 1. Kebiasaan merokok sangat penting
2. Saya menangani dan memanipulasi rokok saya sebagai bagian dari kegiatan merokok
3. Meletakkan atau mengunyah sesuatu dimulut anda untuk mengalihkan perhatian dari merokok
4. Merokok setelah menyelesaikan sesuatu atau pekerjaan
(50)
19
6. Jika tidak diizinkan merokok di tempat tertentu, kemudian akan memainkan rokok atau bungkus rokok
7. Apa tempat tertentu atau hal tertentu dapat memicu untuk merokok, contohnya tempat duduk, sofa, ruangan, atau meminum alkohol
8. Menyalakan rokok secara rutin (tanpa keinginan)
9. Mendapati diri anda meletakkan sesuatu seperti rokok dan objek lainnya (pena, tusuk gigi, mengunyah permen karet) kedalam mulut dan meghisapnya untuk membantu menghilangkan stress, ketegangan, kecemasan, dsb
10. Bagian yang paling anda nikmati saat merokok, apakah saat menyalakannya
11. Ketika sendiri di restoran, terminal bus, pesta, dsb apakah akan meras nyaman atau percaya diri jika memegang rokok .
Skor tertinggi adalah 44, skor total kuesioner GN-SBQ dihitung dengan menjumlahkan semua pertanyaan dengan skor <12 menunjukkan perilaku ketergantungan ringan, 12-22 ketergantungan sedang, 23-33 tingkat yang berat dan >33 menunjukan tingkat yang sangat berat. Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ (α=0,8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ sangat baik.19,20
2.3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok
Penelitian yang dilakukan Koemalasari dan Helmi tentang faktor-faktor perilaku merokok. Perilaku merokok mempunyai kaitan yang erat dengan faktor psikologis terutama efek yang positif. Seseorang merasakan kepuasan setelah merokok. Kepuasan ini berkaitan dengan aspek-aspek emosi, salah satu yang paling menonjol dirasakan adalah ketenangan. Kepuasan psikologis ini berhubungan erat dengan frekuensi merokok seseorang.
Kondisi yang paling banyak perilaku merokok adalah subjek dalam tekanan. Konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang
(51)
bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. 7
Moylan et al melakukan penelitian sebanyak 47 studi. Dari hasil studi membuktikan bahwa gangguan kecemasan adalah salah satu faktor risiko seseorang untuk merokok dan ketergantungan merokok.21
Penelitian yang dilakukan Mumtaz et al pada 438 responden tidak perokok, 411 orang perokok yang tidak ketergantungan, 349 perokok yang sudah ketergantungan, dan 527 responden mantan perokok dengan rentang usia 18-65 tahun. Hasil penelitian didapatkan tingkat kecemasan responden yang tidak pernah merokok 73,5%, perokok yang tidak ketergantungan 76,6%, perokok yang sudah ketergantungan 79,9%, dan mantan perokok 73,8%. Perokok yang sudah ketergantungan memiliki skor lebih tinggi dari perokok tidak ketergantungan, mantan perokok, dan tidak pernah merokok..22
(52)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anxiety (kecemasan) merupakan suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak meyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.1
Kecemasan dapat dialami 2-4% di setiap kehidupan. Di Amerika Serikat, terdapat 40 juta orang mengalami gangguan cemas terjadi pada usia 18 tahun sampai usia lanjut. Prevalensi kecemasan di Indonesia diperkirakan 2-6 juta jiwa dari 220 juta populasi masyarakat Indonesia.
Kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua individu, hanya saja kadar dan tarafnya yang berbeda-beda. Ada individu yang dapat menyelesaikan masalahnya hingga kecemasan yang dialami tidak berkepanjangan, tetapi tidak jarang kecemasan tersebut mendatangkan gangguan bagi yang mengalaminya.2Kecemasan adalah suatu sinyal yang membuat seseorang waspada akan adanya suatu bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Berbagai macam upaya dilakukan untuk mereduksi kecemasan, dan tindakan yang sering dilakukan adalah merokok.3Tingkat kecemasan seseorang diukur dengan menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
Menurut data WHO 2008 Indonesia menduduki posisi peringkat ke 3 dengan jumlah perokok terbesar setelah China dan India.Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Survei Sosial Ekonomi (Susenas) dan Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi merokok untuk semua kelompok umur terus mengalami lonjakan.4juga tampak prevalensi yang lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di pedesaan, tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD), pekerjaan informal sebagai petani,buruh,nelayan dan status ekonomi rendah.5
(53)
Secara Nasional presentase penduduk merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok usia produktif (25-64 tahun). Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011 prevalensi perokok seluruhnya 34,8% atau 59,9 juta orang dewasa saat ini telah merokok. Data Riskesdas 2010prevalensi perokok dewasa 31,9% adalah dari kalangan berpendidikan rendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD) sedangkan pada kalangan berpendidikan tinggi hanya 25,5%juga tampak pada kalangan berpendapatan rendah, sebanyak 35% sedangkan pada kalangan berpendapatan tinggi hanya 32%.6
Penelitian yang dilakukan oleh Komalasari dan Helmi tentang faktor-faktor perilaku merokok kondisi yang paling banyak perilaku merokok adalah subjek dalam tekanan, konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Hal ini disebabkan efek nikotin yang bersifat adiktif.Nikotin menyebabkan ketergantungan karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang berhubungan dengan perasaan senang.7Tingkat ketergantungan seseorang terhadap rokok diukur dengan menggunakan Glover Nilsson Smoking Behaviour Questionnaire.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat?
(54)
3
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Menilai kekuatan hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
2. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
3. Distribusi frekuensi perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat
4. Profil perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermoto di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat berdasarkan usia dan pendidikan
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Bagi Pengendara Becak Bermotor
Untuk memberikan informasi tentang adanya hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok.
1.4.2. Bagi Peneliti Lain
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
(55)
1.4.2. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan peneliti, dan membuktikan ada tidaknya hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor.
(56)
ii
ABSTRAK
Latar Belakang: Kecemasan adalah suatu sinyal yang membuat seseorang waspada akan adanya suatu bahaya yang mengancam. Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat. Faktor-faktor yang yang paling banyak mempengaruhi perilaku merokok adalah subjek dalam tekanan, konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat.
Metode:Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan metode cross sectional. Sampel penelitian adalah populasi pengendara becak bermotor yang merokok di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat. Sampel dipilih dengan menggunakan metode konsekutif dengan sampel 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Subjek penelitian dengan menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stress Scale untuk tingkat kecemasan dan Glover Nilsson Behaviour Questionnaire untuk perilaku ketergantungan merokok. Data yang didapatkan dalam bentuk numerik kemudian dilakukan uji korelasi spearman karena data tidak terdistribusi normal.
Hasil:Jumlah responden yang mengalami kecemasan normal yaitu 22 orang (22%), dan kecemasan yang terbanyak yaitu responden dengan kecemasansedang 29 orang (29%). Jumlah responden dengan perilaku ketergantungan merokok yang berat 31 orang (31%), dan ketergantungan sangat berat adalah 47 orang (47%). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok. Koefisien korelasi spearman diperoleh 0,536 menandakan ada hubungan yang lemah antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat.
Kata Kunci:Tingkat Kecemasan, Ketergantungan Merokok, Kelurahan Siringo-ringo
(57)
ABSTRACT
Background: Anxiety is a signal that makes a person aware of the existence of a danger. The prevalence of smoking in Indonesia is very high in all walks of life. The factors that most influence smoking behaviors are subject to pressure, cigarette consumption is the efforts to overcome the problems that are emotional or as compensatory anxiety transferred to the smoking behavior. This study aims to determine the relationship between the level of anxiety behaviors of smoking dependence on motorized rickshaw rider in Sub Siringo-Ringo Rantauprapat. Methode: This research is a kind of analytic research with cross sectional method. Samples are motorized rickshaw rider population who smoke in the Village Siringo-Ringo Rantauprapat. Samples were selected using the method consecutively with a sample of 100 people who meet the criteria for inclusion and exclusion criteria. Subjects of research using questionnaires Depression Anxiety Stress Scaleto the level of anxiety and Glover Nilsson Behaviour Questionnairefor the behavior of smoking dependence. Data obtained in the form of numerical then performed Spearman correlation test because the data were not normally distributed.
Results:The number of respondents who experience normal anxieties that 22 people (22%), and anxiety that most are respondents with anxiety were 29 people (29%). The number of respondents with severe behavioral dependency of smoking that 31 people (31%), and very heavy dependence is 47 people (47%). There was a significant relationship between the level of anxiety with behavioral dependency of smoking. Spearman correlation coefficients obtained 0,536 indicate a weak correlation between the level of anxiety with behavioral dependency of smoking. Conclusion: There is a relationship between the level of anxiety with behavioral dependency of smoking in the Village Siringo-Ringo Rantauprapat.
(58)
SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN
DENGAN PERILAKU KETERGANTUNGAN MEROKOK PADA PENGENDARA BECAK BERMOTOR DI KELURAHAN
SIRINGO-RINGO RANTAUPRAPAT
Oleh :
RIKA PURWANDARI 130100273
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(59)
SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN
DENGAN PERILAKU KETERGANTUNGAN MEROKOK PADA PENGENDARA BECAK BERMOTOR DI KELURAHAN
SIRINGO-RINGO RANTAUPRAPAT
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
RIKA PURWANDARI 130100273
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(60)
(61)
ABSTRAK
Latar Belakang: Kecemasan adalah suatu sinyal yang membuat seseorang waspada akan adanya suatu bahaya yang mengancam. Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat. Faktor-faktor yang yang paling banyak mempengaruhi perilaku merokok adalah subjek dalam tekanan, konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat.
Metode:Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan metode cross sectional. Sampel penelitian adalah populasi pengendara becak bermotor yang merokok di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat. Sampel dipilih dengan menggunakan metode konsekutif dengan sampel 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Subjek penelitian dengan menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stress Scale untuk tingkat kecemasan dan Glover Nilsson Behaviour Questionnaire untuk perilaku ketergantungan merokok. Data yang didapatkan dalam bentuk numerik kemudian dilakukan uji korelasi spearman karena data tidak terdistribusi normal.
Hasil:Jumlah responden yang mengalami kecemasan normal yaitu 22 orang (22%), dan kecemasan yang terbanyak yaitu responden dengan kecemasansedang 29 orang (29%). Jumlah responden dengan perilaku ketergantungan merokok yang berat 31 orang (31%), dan ketergantungan sangat berat adalah 47 orang (47%). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok. Koefisien korelasi spearman diperoleh 0,536 menandakan ada hubungan yang lemah antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat.
Kata Kunci:Tingkat Kecemasan, Ketergantungan Merokok, Kelurahan Siringo-ringo
(62)
iii
ABSTRACT
Background: Anxiety is a signal that makes a person aware of the existence of a danger. The prevalence of smoking in Indonesia is very high in all walks of life. The factors that most influence smoking behaviors are subject to pressure, cigarette consumption is the efforts to overcome the problems that are emotional or as compensatory anxiety transferred to the smoking behavior. This study aims to determine the relationship between the level of anxiety behaviors of smoking dependence on motorized rickshaw rider in Sub Siringo-Ringo Rantauprapat. Methode: This research is a kind of analytic research with cross sectional method. Samples are motorized rickshaw rider population who smoke in the Village Siringo-Ringo Rantauprapat. Samples were selected using the method consecutively with a sample of 100 people who meet the criteria for inclusion and exclusion criteria. Subjects of research using questionnaires Depression Anxiety Stress Scaleto the level of anxiety and Glover Nilsson Behaviour Questionnairefor the behavior of smoking dependence. Data obtained in the form of numerical then performed Spearman correlation test because the data were not normally distributed.
Results:The number of respondents who experience normal anxieties that 22 people (22%), and anxiety that most are respondents with anxiety were 29 people (29%). The number of respondents with severe behavioral dependency of smoking that 31 people (31%), and very heavy dependence is 47 people (47%). There was a significant relationship between the level of anxiety with behavioral dependency of smoking. Spearman correlation coefficients obtained 0,536 indicate a weak correlation between the level of anxiety with behavioral dependency of smoking. Conclusion: There is a relationship between the level of anxiety with behavioral dependency of smoking in the Village Siringo-Ringo Rantauprapat.
(63)
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul
“Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok
di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat” berhasil diselesaikan.
Penelitian ini dapat diselesaikan atas dukungan berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K).
2. Dr.dr. Juliandi Harahap, M.A selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. dr.Ramona Duma Sari Lubis, Sp.KK selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak arahan dalam penulisan skripsi ini.
4. dr.H. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku Ketua Penguji yang telah memberikan banyak kritik dan saran terhadap penelitian ini. 5. dr. Riri Andri Muzasti, M.ked(PD), Sp.PDselaku Anggota Penguji yang
telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini.
6. dr. Fasihah Irfani Fitri, Sp.S selaku dosen penasihat akademik yang selalu memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
7. Seluruh pengendara becak bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat yang telah bersedia menjadi responden penelitian.
8. Kedua orang tua tercinta yaitu Safruddin dan Erni Mijayawati yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.
9. Keluarga tercinta Rikky, Ryan, Reza, Sari, dan Ayik yang selalu memberikan semangat selama pengerjaan skripsi ini.
(1)
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan ... 5
2.1.2. Teori Kecemasan ... 5
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ... 6
(2)
vii
2.2. Perilaku Merokok
2.2.1. Pengertian Perilaku Merokok ... 12
2.2.2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok... 14
2.2.3. Kandungan Berbahaya Dalam Rokok ... 14
2.2.4. Perilaku Ketergantungan Merokok ... 15
2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ... 16
2.2.6. Dampak dan Bahaya Rokok ... 17
2.2.7. Glover Nillsson Smoking Behaviour Questionnaire (GN-SBQ) ... 18
2.3. Hubungan Tingkat KecemasandenganPerilakuKetergantungan Merokok ... 19
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS ... 21
3.1. Kerangka Teori ... 21
3.2. Kerangka Konsep ... 22
3.3. Hipotesis ... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1. JenisPenelitian ... 23
4.2. Waktudan Tempat ... 23
4.3. PopulasidanSampel 4.3.1. Populasi ... 23
4.3.2. Sampel ... 23
4.3.3. Kriteria Penelitian ... 24
4.4. TeknikPengumpulan Data ... 25
(3)
viii
BAB 5 HASIL PENELITIAN& PEMBAHASAN ... 28
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 28
5.1.3. Tingkat Kecemasan ... 29
5.1.4. Perilaku Ketergantungan Merokok ... 29
5.1.5. Profil Perilaku Ketergantungan Merokok Berdasarkan Usia dan pendidikan ... 30
5.1.6. Hubungan Tingkat Kecemasan denganPerilaku Ketergantungan Merokok... 31
5.2. Pembahasan 5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian ... 32
5.2.2. Profil Perilaku Ketergantungan Merokok Berdasarkan Usia dan pendidikan ... 34
5.2.3. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok ... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
6.1. Kesimpulan ... 37
6.2. Saran 6.2.1. Bagi Pengendara Becak Bermotor ... 37
6.2.2. Bagi Peneliti Lain ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN
(4)
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) 9
Tabel 2.2 Skor Depression Anxiety and Stress Scale 11
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 28
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan 29
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Ketergantungan Merokok 30
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Ketergantungan Merokok Berdasarkan Usia dan Pendidikan Tabel 5.5 Hubungan antara Tingkat Kecemasan 31 dengan Perilaku Ketergantungan Merokok
(5)
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Teori 21
(6)
xi
DAFTAR SINGKATAN
DASS Depression Anxiety and Stress Scale
DSM Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
GABA Gamma-Aminobutyric Acid
GATS Global Adult Tobacco Survey
GN SBQ Glover Nilsson Smoking Behavior Questionnaire
Hb Hemoglobin
ICD International Classification of Diseases
PT Perguruan Tinggi
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
SD Sekolah Dasar
SMA Sekolah Menengah Atas
SMP Sekolah Menengah Pertama
SPSS Statistical Product and Service Solution
Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional