Implementasi Metode Dempster Shafer dan Metode Bayes Untuk Mendiagnosa Lumpuh Otak (Cerebral Palsy) Pada Anak Berbasis Android

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Anak-anak yang terlahir ke dunia merupakan generasi penerus bangsa yang kelak
akan melanjutkan cita-cita suatu bangsa dan juga orang tua mereka sehingga
kesehatan dan tumbuh kembang anak menjadi sebuah prioritas. Menurut (Depkes RI,
2005) untuk mewujudkan pembangunan nasional dalam rangka menciptakan manusia
seutuhnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia berada dalam
kandungan hingga melewati masa balita dengan melindungi anak dari ancaman
kematian dan kelainan. Ancaman kematian dan kelainan merupakan faktor resiko
yang tidak dapat dipungkiri. Jika angka kematian dan kelainan pada anak meningkat
di suatu negara maka dapat mempengaruhi masa depan suatu bangsa. Faktor resiko
penyebab kematian dan kelainan pada anak sering dipengaruhi oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik disebut juga potensi bawaan dari orang tua yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertumbuhan seperti jenis kelamin, ras atau suku
bangsa sedangkan faktor lingkungan menjadi penentu tercapai atau tidaknya potensi
bawaan. Jika salah satu dari kedua faktor tersebut kurang memadai maka
menyebabkan kematian dan kelainan pada anak (Soetjiningsih, 1995).
Cerebral palsy merupakan salah satu kelainan motorik pada anak yang sering
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor penyebab utama

cerebral palsy belum diketahui namun menurut (Soetjiningsih, 1995) kemungkinan
besar faktor genetik menyebabkan cerebral palsy apabila ditemukan lebih dari satu
anak menderita kelainan cerebral palsy. Hal-hal lainnya disebabkan oleh faktor
lingkungan yang dapat dibagi

menjadi lingkungan pranatal (masa kehamilan),

lingkungan perinatal (masa kehamilan tua hingga memasuki persalinan) dan
lingkungan pascanatal (setelah lahir). Pada umumnya cerebral palsy terjadi pada anak
usia bayi atau sejak dilahirkan dengan keadaan rusaknya jaringan otak yang permanen

Universitas Sumatera Utara

2

dan tidak progresif yang akan mempengaruhi perkembangan otak normal, ini ditandai
dengan adanya kelainan dalam sikap dan gerak serta kelainan neurologis berupa
kelumpuhan dan kelainan mental (Ngastiyah, 2003). Angka kelahiran anak cerebral
palsy di negara barat diperkirakan 2-2,5 per 1000 kelahiran hidup (Rosenbaum, 2003).
Di Indonesia diperkirakan 1-5 per 1000 anak dengan jumlah penderita laki-laki lebih

banyak daripada wanita. Sering ditemukan pada kasus kelahiran anak pertama dan
umur ibu diatas 40 tahun (Soetjiningsih, 1995). Ada beberapa tipe cerebral palsy yaitu
spastik, atetoid, ataksia dan campuran. Tipe spastik paling banyak dialami penderita
kelainan ini dengan persentase (70%), atetoid (15%), ataksia (5%) dan lainnya tipe
campuran (Suharso D, 2006).
Kelainan cerebral palsy biasanya disertai dengan komplikasi lain seperti
gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, retardasi mental, epilepsi dan lain-lain.
Dengan adanya komplikasi tersebut maka penanganan dan perawatan anak cerebral
palsy menjadi hal yang kompleks. Keterbatasan informasi, pengetahuan, dan akses
kesehatan menjadi penyebab utama keterlambatan dalam mendeteksi dini cerebral
palsy. Dalam penelitian (Mardiani, 2006) hanya 3,5% anak cerebral palsy yang
terdeteksi dini (0-3 bulan) studi kasus di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)
Semarang, sebagian besar terdeteksi saat anak berusia 19-24 bulan. Hal ini berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan Rosenbaum (2003) bahwa semakin awal gejala
cerebral palsy dapat diketahui dan dilakukan perawatan maka semakin kecil tingkat
keparahan cerebral palsy. Menurut (Herliana, 2011) Hambatan lain yang dirasakan
oleh keluarga penyandang cerebral palsy di daerah pedesaan yaitu jauhnya jarak yang
ditempuh keluarga pasien untuk melakukan pengobatan ke dokter sehingga mereka
membawa sang anak ke mantri atau bidan terdekat yang memiliki keterbatasan sarana,
minimnya penjelasan dari petugas kesehatan terkait dengan penyakit anaknya,

mahalnya biaya terapi dan pengobatan di rumah sakit serta kurangnya informasi
mengenai terapi-terapi pendukung untuk anak cerebral palsy karena banyak diantara
orang tua hanya mengetahui terapi di fisioterapi sedangkan terapi pendukung lain
seperti terapi terapi wicara dan terapi okupasi jarang diketahui.
Secara fisik penyandang cerebral palsy dapat dikenali namun dalam bidang
kedokteran perlu ketelitian dan dokter yang berpengalaman di bidangnya dalam
mendiagnosis cerebral palsy. Hal ini sejalan dengan pendapat (Soetjiningsih, 1995)
bahwa perlu adanya pemeriksaan yang berkali-kali untuk menetapkan diagnosis

Universitas Sumatera Utara

3

cerebral palsy hal ini disebabkan banyaknya kasus baru dan sindrom yang
menyerupai cerebral palsy maka dibutuhkan kecermatan dan ketelitian anamnesis
cerebral palsy dalam menyingkirkan sindrom lain yang menyerupai cerebral palsy
dengan memastikan bahwa gejala gangguan otak tersebut tidak progresif.
Berbagai macam kesulitan atau hambatan dalam mengetahui gejala dini
cerebral palsy dapat dibantu dengan memanfaatkan salah satu bidang ilmu komputer
yaitu kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan cabang ilmu sistem pakar.

Sistem pakar ditujukan untuk membantu orang awam dalam menyelesaikan suatu
permasalahan rumit, yang pada umumnya masalah tersebut hanya dapat diselesaikan
dengan bantuan seorang ahli (Kusumadewi, 2009). Sistem pakar bermanfaat dalam
menghemat waktu seseorang yang seharusnya dibutuhkan untuk pergi berkonsultasi
ke seorang ahli, kini dengan suatu perangkat sistem maka pengguna dapat menerima
informasi yang dibutuhkan dan dapat diakses dimana saja.
Kemudahan dalam penggunaannya membuat sistem pakar berkembang sangat
pesat. Aplikasi sistem pakar yang ada saat ini tidak hanya berbasis komputer namun
dapat dirancang pada perangkat mobile salah satunya mobile android. Android
merupakan sistem operasi Open Source berbasis kernel Linux yang banyak digunakan
untuk telepon seluler. Sifat Android yang Open Source dan tools yang lengkap
membuat banyak pengembang membuat aplikasi sendiri. Android juga memiliki
market untuk tempat penyimpanan dan pemakaian bebas aplikasi untuk para
pengguna. Hal tersebut membuat Android tumbuh pesat (Pratama, 2011).
Faktor ketidakpastian sangat mempengaruhi kualitas keputusan dalam sistem
pakar. ketidakpastian dapat berupa keterbatasan sensor, gangguan lingkungan dan
lain-lain yang menyebabkan kurangnya informasi untuk membuat keputusan.
Keterbatsan informasi tersebut menjadi masalah untuk membuat keputusan terbaik
(Budiharto & Suhartono, 2014).
Dalam Artificial Intelligence memiliki beberapa teori yang berupa formulasi

untuk memecahkan masalah ketidakpastian pada sistem pakar seperti Teori dempster
shafer, Teorema bayes, Probabilitas Klasik, Faktor Kepastian (Certainty Factor) dan
Teori fuzzy zadeh.

Universitas Sumatera Utara

4

Penerapan metode dalam penelitian ini menggunakan metode bayes dan
metode dempster shafer. metode bayes menyatakan suatu peristiwa dapat dihitung
probabilitas kejadiannya berdasarkan pengaruh yang didapat dari suatu pengujian.
Nilai probabilitas dapat diperbaiki jika informasi atau fakta (evidence) bertambah.
Dengan dukungan informasi memberikan kemudahan dalam mengubah atau
memperbaiki nilai kemungkinan yang ada menjadi lebih baik (Budiharto &
Suhartono, 2014). Selain itu, metode dempster shafer merupakan algoritma yang
memiliki bobot keyakinan untuk setiap fakta-fakta yang mendukung suatu himpunan
hipotesis. Bobot keyakinan diberikan pada masing-masing unsur himpunan tersebut.
Prinsipnya metode dempster shafer dapat memungkinkan untuk mengetahui
pembedaan antara ketidaktahuan dan ketidakpastian (Hartati & Iswanti, 2008).
Menurut penelitian sebelumnya dari (Yarni, 2013) dengan menggunakan

metode

dempster shafer sangat bermanfaat dalam memperkuat diagnosa karena

metode ini tidak bertumpu pada aturan (rule) tetapi memiliki nilai sehingga tingkat
kepercayaan lebih akurat. Selain itu, dalam metode dempster shafer semakin banyak
informasi yang diinput semakin mudah untuk menentukan kesimpulan. Nilai yang
dihasilkan dari perhitungan sistem dan manual terbukti sama dengan hasil diagnosa
yaitu berupa nilai kepercayaan dan nama penyakit yang sama.
Penelitian lain dengan menggunakan teori bayes (Ningrum, 2013) menyatakan
76,7% keberhasilan sistem pakar dengan menggunakan teorema bayes, ini ditandai
dengan mencocokkan hasil rekam medis beberapa pasien yang memiliki penyakit
epilepsi sama dengan hasil perhitungan sistem dengan teori bayes.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian dan
membangun suatu aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa cerebral palsy dengan
menggunakan metode dempster shafer dan metode bayes berbasis android.

Universitas Sumatera Utara

5


1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
bagaimana mendiagnosa cerebral palsy pada anak menggunakan sistem pakar
menggunakan metode dempster shafer dan metode bayes.

1.3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan membangun sistem pakar untuk menentukan
kelainan

diagnosa

cerebral palsy berdasarkan metode dempster shafer dan metode bayes,

pemberian terapi yang tepat serta menentukan metode yang paling akurat antara
dempster shafer dan bayes.


1.4.

Batasan Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Kriteria yang digunakan yaitu mendiagnosa kelainan cerebral palsy pada anak
usia balita.
2. Diagnosa cerebral palsy ini berdasarkan gejala-gejala yang timbul secara fisik
bukan pemeriksaan laboratorium. Gejala-gejala yang timbul secara fisik
seperti : kaki jinjit, kaki dan tangan kaku, tidak dapat berjalan, bentuk kaki
menyilang, tidak dapat mengangkat kepala, dll.
3. Sistem akan mendiagnosa cerebral palsy berdasarkan bagian tubuh yang
terkena yaitu tipe Spastic dengan derajat keparahannya. Derajat keparahan
tersebut yaitu:
1.

Ringan

Perkembangan motorik anak normal namun hanya
terganggu secara kualitatif.


Universitas Sumatera Utara

6

2.

Sedang

Anak dapat berjalan dengan atau tanpa alat bantu. Alat
bantu yang digunakan yaitu tongkat atau tipod, brace.
Sebagian aktifitas dapat dilakukan sendiri. Anak masih
mampu berinteraksi dengan orang lain, makan dan
minum sendiri, duduk, mengesot dan merangkak.

3.

Berat

Aktifitas sehari-hari memerlukan bantuan. Anak sama

sekali tidak mampu berjalan atau tidak memiliki
kemampuan gerak. Alat bantu gerak yang biasa
digunakan seperti kursi roda. Anak tidak mampu
berkomunikasi.

4. Metode yang digunakan yaitu dempster shafer dan bayes untuk penerapan
perhitungannya.
5. Menggunakan bahasa pemrograman Basic for Android.

1.5.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk memberikan informasi jenis kelainan
cerebral palsy dengan derajat keparahannya sehingga dapat memberikan saran
perawatan atau terapi yang tepat.

1.6.

Metodologi Penelitian


Beberapa metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan dengan cara mempelajari dan meneliti berbagai bahan
referensi yaitu literatur-literatur yang bersumber dari buku-buku, teks, jurnal

Universitas Sumatera Utara

7

ilmiah, situs-situs di internet, dan bacaan-bacaan yang ada kaitannya
dengan masalah penelitian.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan fakta-fakta yang mendukung
perancangan sistem dengan mengadakan wawancara dengan seorang pakar dan
membandingkan hasil penelitian dengan studi literatur.
3. Analisis dan Perancangan Sistem
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil studi literatur dan
pengumpulan data

yang diperoleh sehingga menjadi suatu informasi.

Kemudian hasil analisis digunakan untuk perancangan data, perancangan
antarmuka, dan perancangan prosedural sistem untuk memudahkan dalam
proses implementasi berikutnya.
4. Implementasi dan Pengujian
Pada tahap ini dilakukan penerapan rancangan untuk diimplementasikan ke
dalam bahasa pemrograman yang dipilih. Kemudian melakukan pengujian
terhadap sistem serta membandingkan nilai keakuratan antara metode
dempster shafer

dan metode bayes. Tiap-tiap metode menghasilkan nilai

densitas dan kesimpulan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
sistem kepada pengguna, kemudian kesimpulan dari masing-masing metode
dibandingkan menurut fakta yang berasal dari pakar (dokter) maka hasil dari
kesimpulan kedua metode yang bernilai sama dengan fakta dari pakar
merupakan metode yang akurat.
5. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan hasil perancangan sistem ke
dalam format penulisan skripsi.

Universitas Sumatera Utara

8

1.7.

Sistematika Penulisan

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan Sistem Pakar, Metode
Dempster Shafer, Metode Bayes ,Cerebral Palsy dan Android.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini menjelaskan analisis yang dilakukan terhadap permasalahan dan
penyelesaian persoalan dalam mendiagnosa cerebral palsy dan Perancangan
sistem yang akan dibangun.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Bab ini berisi implementasi perancangan sistem dari hasil analisis dan
perancangan yang sudah dibuat, serta menguji sistem untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan pada sistem yang dibuat.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian serta saran yang
diharapkan dapat bermanfaat dalam usaha untuk melakukan perbaikan dan
pengembangan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara