Strategi Badan Penanaman Modal Kota Medan Dalam Meningkatkan Investasi Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Setiap negara cenderung akan selalu berusaha meningkatkan pembangunan
ekonomi, kesejahteraan dan keamananan masyarakatnya. Usaha tersebut dilakukan
dengan beragam cara tersendiri oleh setiap negara dan berbeda antara negara satu
dengan neara lainnya. Dan salah satu usaha yang cenderung dilakukan oleh negara
adalah menarik sebanyak-banyaknya investasi asing masuk kenegaranya.
Investasi mempunyai multiplier effect yang besar karena dengan dilakukannya
investasi akan mendorong peningkatan baik di sisi produksi maupun sisi konsumsi.
Dengan peningkatan di kedua sisi tersebut tentu akan menyebabkan terbentuknya
pertumbuhan ekonomi. Sehingga sangat wajar apabila Indonesia dan semua negara di
dunia berusaha menarik minat semua pihak untuk berinvestasi. Multiplier effect dari
investasi dapat dilihat dari sisi produksi yaitu produksi akan tergenjot karena investasi
akan memberikan ketersediaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan produksi
menjadi lebih baik. Selanjutnya, untuk berproduksi tentunya membutuhkan sumber
daya manusia yang lebih banyak sehingga akan mendorong pembukaan juga
perluasan lapangan pekerjaan. Dengan bertambahnya lapangan pekerjaan, maka
pendapatan masyarakat akan meningkat dan akibatnya dari sisi konsumsi pun secara
otomatis akan meningkat pula yang berakibat pasar domestik akan semakin bergairah.

Investasi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh iklim investasi yang
kondusif dan memiliki prospek pengembangan yang jelas di negara penerima modal
tersebut. Iklim investasi yang dimaskud ialah kebijakan kelembagaan dan lingkungan
yang akan mempengaruhi pengembalian dan resiko suatu investasi baik secara
1
Universitas Sumatera Utara

langsung terjadi maupun yang akan terjadi dimasa mendatang. Faktor-faktor yang
menjadikan pelemahan investasi di Indonesia sendiri antara lain adalah tingkat
korupsi yang tinggi, infrastruktur yang minim, dan kepastian hukum yang lemah
berdasarkan hasil survei ASEAN-BAC (ASEAN-Business Advisory Council) 20112012 terhadap 405 pebisnis. Hasil survei tersebut menyebutkan bahwa, faktor utama
yang menjadi penghalang investasi di Indonesia adalah korupsi, masalah infrastruktur
yang minim seperti jalan menjadikan biaya transportasi sangat tinggi karena sarana
jalan yang sangat tidak memadai. Faktor lainnya yang menjadi penghambat daya
saing dan iklim investasi di Indonesia adalah kepastian hukum dan peraturan atau
yang lebih dikenal dengan birokrasi. Menurut hasil survei ASEAN-BAC tersebut
menunjukkan bahwa Indeks kepastian hukum dan peraturan Indonesia 3,80 menjadi
yang tertinggi kedua setelah Vietnam yang indeksnya menunjukkan 3,82. Disusul
Filipina dengan indeks 3,85. Sementara untuk indeks pengenaan pajak dan
administrasi sebagai penghambat investasi, Indonesia masuk dalam tiga besar

tertinggi dengan indeks 3,64 sama dengan Filipina dan Kamboja.
Berdasarkan data realisasi investasi di Indonesia menurut Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan adanya peningkatan investasi setiap
tahunnya baik yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Hal ini menunjukkan bahwa adanya
keseriusan pemerintah dalam mengupayakan peningkatan investasi di Indonesia.
Tabel 1.1 Realisasi Investasi di Indonesia Tahun 2010-September 2015 Dalam Triliun Rupiah

PMDN
PMA

2010

2011

2012

2013

2014


Jan-Sep
2015

Total

60.5

76.0

92.2

128.2

156.1

133.2

646.2


307.0

266.8

1,388.5

148.0
175.3
221.0
270.4
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

2
Universitas Sumatera Utara

Namun hal tersebut belumlah cukup untuk menjamin bahwa Indonesia tetap
eksis mempertahankan eksistensi sebagai negara penarik investor. Tantangan terbesar
yang kini dihadapi Indonesia adalah dimulainya era Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) dimana pasar bebas yang terbuka memungkinkan adanya relokasi perusahaan
kenegara lain yang kesempatannya semakin terbuka lebar.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai tujuan dari integrasi ekonomi
kawasan 2020 yang telah disepakati sebagai visi ASEAN 2020. MEA dicetuskan
pertama kali pada pertemuan ASEAN Concord II di Bali 2003 dimana pada
pertemuan itu ASEAN sepakat untuk membentuk suatu komunitas ekonomi ASEAN
yang disebut ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Selanjutnya tindak lanjut dari pertemuan pertama tersebut
dituangkan dalam sebuah Declaration of AEC Blue Print di Singapura 2007. Dalam
blue print tersebut AEC ditunjang dengan 4 pilar. Pelaksanaan MEA sendiri dimulai
sejak akhir tahun 2015, dimana ASEAN akan terintegrasi menjadi satu masyarakat
ekonomi. Area kerjasama MEA meliputi pengembangan sumber daya manusia dan
peningkatan kapasitas, pengakuan kualifikasi profesional, konsultasi lebih dekat pada
kebijakan makro ekonomi dan keuangan, langkah-langkah pembiayaan perdagangan,
peningkatan infastruktur dan konektivitas komunikasi, pengembangan transaksi
elektronik melalui e-ASEAN, mengintegrasikan industri diseluruh wilayah untuk
mempromosikan sumber daya daerah dan meningkatkan keterlibatan sektor swasta
untuk membangun MEA, dimana kawasan ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan
terbuka yang berbasis produksi; dengan pergerakan bebas arus barang, jasa, investasi,
modal, dan tenaga kerja. Tujuannya menurut Djafar, dkk dalam Malau (2014:165)
untuk menciptakan pasar tunggal ASEAN yang akan bersifat liberal capital dan
mengutamakan tenaga kerja yang terampil.


3
Universitas Sumatera Utara

Menghadapi implementasi MEA, Indonesia masih menghadapi beberapa
tantangan baik eksternal maupun internal. Berdasarkan Prosiding Seminar Nasional
dan Sidang Pleno XVI Pleno Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Tahun 2013,
menjabarkan bahwa tantangan eksternal yang masih dihadapi Indonesia adalah tingkat
persaingan perdagangan yang semakin ketat, semakin besarnya defisit neraca
perdagangan Indonesia dengan negara ASEAN lainnya, dan bagaimana Indonesia
dapat meningkatkan daya tarik investasi. Sementara itu tantangan internalnya adalah
rendahnya pemahaman masyarakat terhadap MEA, ketidaksiapan daerah menghadapi
MEA, tingkat pembangunan daerah yang masih sangat bervariasi dan kondisi sumber
daya manusia dan ketenagakerjaan Indonesia.
Saat ini, tingkat persaingan perdagangan antar negara ASEAN sangat ketat.
Peningkatan persaingan yang semakin terbuka dan tajam dalam pemasaran barang dan
jasa tersebut bermula dari penerapan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun
1992 dimana implementasinya dilakukan secara bertahap sejak 1 Januari 1993 sampai
dengan tahun 2002. Sementara itu, Indonesia hanya memberikan kontribusi sebesar
14,6% terhadap ekspor intra kawasan ASEAN pada 2011 dan peran tersebut masih

berada pada posisi keempat di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand (berdasarkan
data Trademap diolah Bappenas).
Tantangan eksternal yang kedua adalah neraca perdagangan Indonesia dengan
ASEAN berdasarkan data WITS (diolah Bappenas) menunjukkan laju defisit yang
semakin besar. Defisit tersebut untuk pertama kalinya terjadi pada 2007 dan defisit
terbesar terjadi pada 2008. Defisit sempat mengalami perbaikan pada tahun
berikutnya, namun trend defisit cenderung terus terjadi dan semakin membesar
sampai tahun 2012.

4
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan survei yang dilakukan UNCTAD terhadap 174 perusahaan,
Indonesia termasuk urutan keenam negara yang paling prospektif di bidang bisnis dan
ekonomi selama 2012 sampai dengan 2014. Bahkan urutan ini merupakan urutan
pertama dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu, upaya
tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia antara lain
perlunya menjaga momentum Indonesia sebagai tujuan berinvestasi yang lebih
menarik dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Disamping itu pemerintah
perlu melakukan sinergi dan sinkronisasi antara strategi dan program pemerintah

dengan strategi dan program swasta dalam mencermati dan memanfaatkan peluang
pasar ASEAN. Pemerintah juga perlu memperhatikan sektor-sektor yang menjadi
fokus

prioritas

Indonesia,

menentukan

langkah-langkah

strategis

untuk

pengembangannya.
Akselerasi penerapan MEA menuntut upaya-upaya persiapan yang maksimal
dari setiap daerah di Indonesia, sehingga Indonesia dapat memperoleh manfaat besar
dari penerapan MEA yang diharapkan juga menjadi perhatian besar oleh setiap daerah

sehingga tiap daerah dapat mempersiapkan daerahnya untuk mempromosikan daerah
masing-masing untuk menarik minat para investor. Hal ini diharuskan bagi setiap
daerah di Indonesia sesuai dengan kebijakan otonomi daerah dimana setiap daerah
otonom harus melaksanakan pembangunan daerahnya disegala bidang, dengan
harapan dapat dilaksanakan secara mandiri.
Kebijakan tersebut dicanangkan oleh Pemerintah melalui Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor
23 Tahun 2014. Tujuan utama dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah adalah
meringkankan pemerintah pusat untuk menjalankan tugasnya di daerah. Pemerintah
pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas

5
Universitas Sumatera Utara

atau yang bersifat umum dan mendasar) nasional yang bersifat strategis. Dilain pihak,
kemampuan prakarsa dan kreatifitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga
kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di daerah akan
semakin kuat dengan demikian fungsi primer pemerintah yang dijalankan secara
konsisten oleh pemerintah. Dalam undang-undang tersebut diamanatkan suatu
kewenangan otonomi yaitu agar daerah melaksanakan pembangunan disegala bidang,

terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana publik (public service), yakni
menuntut setiap daerah untuk dapat berkreasi dalam mengembangkan daerahnya
masing-masing serta mencari sumber pendapatan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harus
mampu menjadi wadah bagi pertumbuhan dan perkembangan investasi yang
dilakukan melalui regulasi dan formulasi kebijakan pembangunan, kebijakan tersebut
diharapkan mengadopsi kekhasan daerahnya masing-masing dengan memanfaatkan
potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam daerah, kelembagaan dan
tehnologi yang sesuai dengan karakter daerah masing-masing.
Sebagai salah satu daerah otonom, kota Medan dituntut mampu menonjolkan
potensi didaerahnya untuk menarik minat investor. Strategi kota Medan harus lebih
agresif mengingat bahwa persaingan dalam menarik investor bukan hanya dengan
daerah-daerah yang ada di Indonesia saja, melainkan juga dengan seluruh daerah di
dari berbagai negara yang tergabung dalam ASEAN.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Promosi
Daerah Provinsi (BPMPD) Kepulauan Riau berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Munarmi dalam jurnal Peran Badan Penanaman Modal Dan Promosi
Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013, dimana untuk meningkatkan investasi
didaerahnya, BPMPD Kepulauan Riau menyelnggarakan strategi yang mengutamakan


6
Universitas Sumatera Utara

pembaharuan dalam pemberian pelayanan yang berintegrasi pada pelayanan prima
yan terdiri dari 4 unsur pokok antara lain kecepatan, ketepatan, keramahan, dan
kenyamanan. Sayangnya dari 4 unsur tersebut, hanya unsur kecepatan, ketepatan dan
kenyaman yang sudah dapat dikatakan baik, pada unsur keramahan masih
dikategorikan kurang baik. Selain Strategi tersebut, BPMPD Provinsi Riau juga
melaksanakan strategi lain yaitu strategi dalam komunikasi yang diharapkan
memberikan informasi tentang potensi dan peluang investasi di Provinsi Riau kepada
calon investor dalam negeri maupun asing melalui upaya promosi, membina
pelaksanaan penanaman modal melalui pendataan, evaluasi, dan monitoring, serta
meningkatkan upaya fasilitasi dan kerjasama dengan calon investor dan stakeholder,
seperti dipaparkan dalam jurnal Strategi Komunikasi Badan Penanaman Modal Dan
Promosi Daerah (BPMPD) Provinsi Riau Dalam Menarik Investor Asing Oleh
Novelda Riyanti.
Berbeda halnya dengan strategi yang digunakan pemerintah Sumatera Selatan
untuk menarik investor asing masuk kedaerahnya. berdasarkan jurnal Upaya
Pemerintah Sumatera Selatan Menarik Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman
Modal oleh Sri Handayani, upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah Sumatera
Selatan yaitu: menambah kantor perwakilan Sumatera Selatan di Jakarta sekaligus
sebagai tempat promosi, baik untuk berbagai hasil produksi khas daerah Sumatera
Selatan maupun potensi bisnis dan investasi di Sumatera Selatan selain itu, upaya
yang dilakukan pemerintah Sumatera Selatan adalah meningkatkan komitmen kepala
daerah dan stakeholder untuk dapat melaksanakan kegiatan penanaman modal,
sehingga iklim investasi yang kondusif serta memberi kepastian hukum bagi investor
asing yang berinvestasi di Sumatera Selatan; membuat peraturan-peraturan kebijakan
yang tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat berubah dan dapat menjamin adanya

7
Universitas Sumatera Utara

kepastian hukum; prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit yang dapat
mengakibatkan high cost economy. Pelaksanaan penyelenggaran perizinan penanaman
modal terpadu satu pintu di Sumatera Selatan adalah bagian pelayanan publik untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya bagi investor asing, selain itu
pemerintah Sumatera Selatan terus meningkatkan sarana dan prasana yang dapat
menunjang terlaksananya investasi dengan baik serta menyusun rencana-rencana
penanaman modal yang dalam garis besarnya berisi tujuan, susunan prioritas strategis
dan promosi penanaman modal.
Berada di jalur pelayaran Selat Malaka, menjadikan kota Medan sebagai pintu
gerbang kegiatan ekonomi domestik dan mancanegara. Kota Medan juga berbatasan
dengan Kabupaten Deli Serdang dan juga beberapa daerah kaya sumber daya alam,
mempengaruhi kemampuan kota Medan dalam hal ekonomi sehingga memiliki
hubungan kerjasama yang saling memperkuat dengan daerah sekitarnya, serta
merupakan pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan
keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta berbagai pusat
perdagangan regional dan internasional, dengan jumlah penduduk Kota yang
mencapai lebih dari 2 juta jiwa dan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia.
Berbagai potensi yang dimiliki kota Medan ini, dapat menjadi modal awal bagi kota
Medan untuk dapat unggul sebagai lokasi yang strategis untuk investasi dibanding
dengan daerah lain. Hal ini menjadi tugas besar bagi pemerintah daerah kota Medan
untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut sehingga menjadi nilai lebih yang
akan menjadi bahan pertimbangan bagi investor.
Badan Penanaman Modal Kota Medan merupakan SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) yang berada dibawah Badan Penanaman Modal dan Promosi
Provinsi Sumatera Utara (BPMP) sebagai perpanjangan tangan Badan Koordinasi

8
Universitas Sumatera Utara

Penanaman Modal (BKPM) untuk menyelenggarakan fungsi utama dibidang
Penanaman Modal di Pemerintah Daerah. Badan Penanaman Modal adalah segala
bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun
penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia.
Badan Penanaman Modal Kota Medan berperan penting untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi didaerah. Pertumbuhan ekonomi kota Medan diharapkan dapat
mengalami kemajuan yang signifikan, diharapkan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dalam bidang investasi dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sesuai dengan undang-undang nomor
25 tahun 2007 bahwa untuk mewujudkan kedaulatan politik dan mempercepat
pembangunan ekonomi nasional dalam meningkatkan penanaman modal untuk
mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
modal yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini juga sejalan dengan
Perda nomor 10 tahun 2011 Tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri dan

Penanaman Modal Asing, kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan investasi baik
penanaman modal dalam negeri maupun penamanan modal asing dilakukan
pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi,
penyerapan tenaga kerja, dan penambahan devisa negara.
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, penulis tertarik
untuk meneliti; “Strategi Badan Penanaman Modal Kota Medan Dalam
Meningkatkan Investasi Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Kota
Medan.”

9
Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah
Didasarkan pada pemaparan latar belakang diatas, yang menjdai rumusan
masalah penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Strategi Badan Penanaman Modal
Kota Medan Dalam Meningkatkan Investasi Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN di Kota Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan yaitu meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menggambarkan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
Badan Penanaman Modal Kota Medan.
2. Untuk mengetahui dan menggambarkan kondisi iklim investasi di Kota Medan
saat ini.
3. Untuk mengetahui Strategi Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat mencakup:
1. Secara ilmiah, sebagai sarana untuk melatih serta mengembangkan
kemampuan perpikir ilmiah penulis berdasarkan kajian ilmu administrasi
negara.
2. Secara kontributif, sebagai bahan rekomendasi dan manfaat bagi Badan
Penanaman Modal Kota Medan dalam menjalankan tugasnya baik dimasa
sekarang maupun dimasa mendatang.

10
Universitas Sumatera Utara

3. Secara praktis, untuk meningkatkan pemahaman tentang strategi Badan
Penanaman Modal kota Medan dalam Meningkatkan Investasi.
4. Secara akademis, untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
penting untuk memperoleh gelar strata-1 Administasi Negara, dan diharapkan
dapat memberi sumbangan ilmiah serta menjadi referensi bagi penelitian
berikutnya.

11
Universitas Sumatera Utara