Pelayan Perempuan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rayon IV Sumatera Resort
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV
2.1.1. Masa Awal Gereja Bethel di Indonesia
Gereja Bethel Indonesia atau biasa disingkat dengan GBI adalah sebuah sinode
gereja yang bernaung di bawah Persatuan Gereja Indonesia (PGI). GBI juga
merupakan anggota dari Dewan Pentakosta Indonesia (DPI) serta ikut juga
kedalam organisasi yakni Persekutuan Injil Indonesia (PII).
Pada tahun 1922, Pendeta W.H. Offiler dari Bethel Pentecostal Temple Inc.,
Seattle, Washington, Amerika Serikat, mengutus dua orang misionarisnya untuk
datang ke Indonesia yaitu Pdt. Van Klaveren dan Pdt. Groosbeek. Para misionaris
tersebut ialah berkebangsaan Amerika keturunan Belanda. Sesampainya di
Indonesia mereka mulai menjalankan tujuan awal dari kedatangan mereka itu
yakni dalam rangka memberitakan Injil di Bali. Setelah itu tidak beberapa lama
kemudian mereka kembali memberitakan injil berpindah kedaerah Cepu, Jawa
Tengah. Di kota ini mereka bertemu dengan F.G. Van Gessel, yakni seorang
Kristen Injil yang bekerja
pada perusahaan minyak Belanda Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM).
Groosbeek kemudian menetap di Cepu dan mengadakan kebaktian bersama-sama
dengan Van Gessel. Sementara itu, Van Klaveren pindah ke Lawang, Jawa Timur.
Pada bulan Januari 1923, Nyonya Van Gessel, sebagai wanita pertama di
27
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang menerima dan mendapatkan Baptisan Roh Kudus dan demikian
pula dengan suaminya menerima Baptisan tersebut beberapa bulan setelahnya.
Pada tanggal 30 Maret 1923, Groosbeek mengundang Pdt. J. Thiessen dan
Weenink Van Loon dari Bandung dalam rangka pelayanan baptisan air untuk
pertama kalinya di Jemaat Cepu. Pada saat itu kurang lebih ada lima belas jiwa
yang telah dibaptiskan. Dalam kebaktian-kebaktian selanjutnya jumlah jemaat
yang menerima Baptisan Roh Kudus setiap minggu semakin bertambah, hingga
kemudian terlihat banyaknya orang yang menderita sakit dan kemudian
mengalami kesembuhan secara mujizat. Karunia-karunia Roh Kudus tersebut
dinyatakan dengan ajaib di tengah-tengah jemaat itu sendiri. Hal inilah yang
memicu awal mula Pergerakan Pentakosta yang ada di Indonesia. Keempat orang
ini yaitu Van Klaveren, Groosbeek, Van Gessel, dan Pdt. J. Thiessen merupakan
pionir dari Gerakan Pentakosta yang pertama di Indonesia. Kemudian tidak lama
Groosbeek pindah ke Surabaya, sedangkan Van Gessel menjadi Evangelis
meneruskan memimpin jemaat di Cepu. Hingga April 1926, Groosbeek dan Van
Klaveren pindah kembali ke Batavia (Jakarta). Sementara van Gessel meletakkan
jabatannya sebagai pegawai tinggi di BPM yang kemudian berpindah ke Surabaya
untuk memimpin Jemaat Surabaya. Jemaat yang dipimpin oleh Van Gessel
bertumbuh dan berkembang pesat dengan membuka cabang dimana-mana,
sehingga mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu
dengan sebutan De Pinksterkerk di Indonesia (sekarang ini GPdI kepanjangannya
Gereja Pentakosta di Indonesia).
28
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1932, jemaat di Surabaya akhirnya membangun sebuah gedung Gereja
dengan kapasitas 1000 orang, pada saat itu merupakan gereja terbesar yang ada di
Surabaya. Pada tahun 1935. Van Gessel mulai memperdalam pengajaran
Alkitabnya yang disebut dengan Studi Tabernakel. Melihat perkembangan gereja
yang dirintis sangat pesat, memicu Gereja Bethel Pentecostal Temple Seattle,
kembali mengutus beberapa misionaris. Salah satu diantaranya yaitu, Pdt. W. W.
Patterson, yang membuka sekolah Alkitab di Surabaya (NIBI: Netherlands Indies
Bible Institute). Setelah Perang Dunia II berakhir, para misionaris tersebut
melanjutkan kembali pelayanannya dengan membuka Sekolah Alkitab di berbagai
tempat yang ada di Indonesia.
Sesudah agresi milliter Belanda di Indonesia berakhir, maka kepimpinan gereja
harus diserahkan juga kepada orang Indonesia itu sendiri. Pada saat itulah H. N.
Rungkut terpilih sebagai ketua GPdI menggantikan Van Gessel. Adapun alasan
yang menyebabkan terjadinya perpindahan tampuk kepemimpinan tersebut
disebabkan oleh karena jemaat gereja yang seharusnya menjaga jarak dari sikap
politik yang terpecah belah malah sebaliknya terjebak dalam semangat
nasionalisme yang tengah berkobar-kobar dalam menghadapi penjajahan Belanda.
Akibatnya roh nasionalisme tersebut melingkupi suasana didalam Gereja
Pentakosta itu sendiri. Dalam hal ini Van gessel menyadari bahwa ia tidak dapat
lagi melakukan sesuatu hal yang berarti sebagai pemimpin yang saat itu telah
digantikan kepada H. N. Rungkut.
29
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Masa Pemisahan GBI dari GPdI
Kondisi rohani Gereja Pentakosta yang tidak kondusif di saat itu menyebabkan
ketidakpuasan disebagian kalangan pendeta-pendeta GPdI. Ketidakpuasan ini juga
ditambah lagi dengan kekuasaan otoriter dari Pengurus Pusat Gereja. Akibatnya,
sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang memisahkan diri dari Organisasi
Gereja Pentakosta tersebut, di antaranya adalah Pdt. H. L. Senduk.
Pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, mereka kemudian membentuk
suatu organisasi gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS).
Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin rohani” dan H. L. Senduk ditunjuk
sebagai “Pemimpin Organisasi” (Ketua Badan Penghubung). H. L. Senduk
berperan sebagai Pendeta bagi jemaat yang ada di Jakarta, sedangkan Van Gessel
pimpinan seluruh jemaat yang ada di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1954, Van
Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya (waktu itu dibawah
Pemerintahan Belanda). Jemaat di Surabaya diserahkannya kepada menantunya,
Pdt. C. Totays. Di Hollandia (sekarang Jayapura), Van Gessel membentuk suatu
organisasi baru yang bernama Bethel Pinkesterkerk (sekarang Gereja Bethel
Pentakosta).
Roda sejarah pun terus berputar, dapat terlihat GBIS di bawah kepemimpinan H.
L. Senduk telah berkembang dengan sangat pesat. Berbagai macam kesulitan yang
ada serta banyaknya tantangan yang harus dihadapi terlihat dari semakin besarnya
organisasi tersebut begitu banyak pula kepentingan yang harus diakomodasi.
Tahun 1968-1969, kepemimpinan Senduk di GBIS, diambil alih oleh pihak-pihak
lain yang disokong oleh suatu keputusan Menteri Agama. Pada akhirnya H. L.
30
Universitas Sumatera Utara
Senduk dan para pendukungnya memisahkan diri dari organisasi GBIS. Pada
tanggal 6 Oktober 1970, H. L. Senduk dan rekan-rekannya membentuk sebuah
organisasi gereja baru bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang diakui
sebagai suatu organisasi keagamaan yang berhak hidup dan berkembang di bumi
Indonesia. Gereja ini diakui oleh Pemerintah secara resmi melalui Surat
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember
1972.
Pada tahun 1972, Pdt. H. L. Senduk kemudian memanggil anak rohaninya yaitu,
Pdt. S. J. Mesach dan Pdt. Olly Mesach untuk membantu pelayanannya di GBI
Jemaat Pertamburan, dimana pada saat itu, Pdt. S. J. Mesach telah menjadi
Gembala Sidang GBI Jemaat Sukabumi, yang telah dilayaninya sejak tahun 1963.
Pada awal GBI didirikan jumlah jemaat mula-mula yang beribadah tidak kurang
dari 20 orang, namun sejalannya dengan waktu bisa dilihat hingga saat ini
perkembangan jumlah jemaat GBI yang tumbuh semakin lama semakin banyak
hingga mencapai ratusan ribu jemaat yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air
dan Luar Negeri.
2.1.3. Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV Sumatera Resort
Pada bulan Februari tahun 1993 Pdt. R. Bambang Jonan selaku Gembala sidang
GBI Rayon IV yang terpanggil beserta istri menjejakkan kakinya di kota Medan 15.
Beliau diutus oleh pembina rohani/Gembala Sidang GBI pusat Pdt. Dr. Ir. Niko
Ntjotorahardjo dalam mengawali visi dan misi semula untuk merintis dan
15
GBI ranting bagian barat terdiri dari 6 rayon, pusat rayon I-II berada di kota Jakarta. Pusat rayon
III berada di wilayah kota Pekanbaru. Pusat rayon IV berada di wilayah kota Medan (GBI
Sumatera Resort merupakan pusat rayon IV). Serta pusat rayon V-VI berada diluar Indonesia.
31
Universitas Sumatera Utara
membangun sebuah gereja cabang GBI di kota Medan. Berawal dari kediaman
keluarga Ir. Paulus Rianta yang bersedia memberikan tumpangan rumahnya
sebagai tempat penginapan sementara bagi kedua utusan tersebut sebagai batu
loncatan guna pencapaian dari visi dan misi itu sendiri.
Selama proses tukar-pikir yang panjang, akhirnya atas segala pertimbangan yang
ada Pdt. R. Bambang Jonan bersedia untuk memutuskan dan mencari sebuah
kontrakan yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat ibadah. Dalam hal ini
ditetapkan sebuah kontrakan yang berada di Jl. Zaenal Arifin, Medan. Dua buah
ruko yang berderet dengan tiga lantai, adapun guna dan fungsi bangunan secara
spesifikasi yakni lantai pertama dari ruko tersebut dipergunakan sebagai kantor
kesekretariatan gereja, sedang di lantai dua pada dinding yang memisahkan antara
kedua ruko yang letaknya bersebelahan tersebut dibongkar agar dijadikan satu
ruangan penuh yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya ibadah. Serta pada
lantai tiga, ruko tersebut digunakan sebagai tempat ruangan pribadi gereja.
Di GBI pelayan disebut juga sebagai „pengerja‟, yakni pelayan-pelayan yang
bekerja untuk gereja milik Tuhan yang merupakan istilah yang diambil dari
Alkitab. Ibadah Minggu pertama Gereja Bethel Indonesia Rayon IV diadakan di
gedung Uniland pada bulan februari 1993, ibadah tersebut sekaligus merupakan
hari perayaan pembukaan cabang gereja baru GBI di kota Medan. Gembala
Sidang R. B. Jonan selaku pimpinan mendeklarasikan nama dari gereja tersebut
dengan sebutan “Gereja Bethel Indonesia Kemah Daud” (yang saat ini telah
berubah nama menjadi Gereja Bethel Indonesia/ GBI). GBI Kemah Daud
memulai aktifitas ibadah dimulai dengan „modal ketaatan‟ ditambah dengan 3
32
Universitas Sumatera Utara
pasang diaken16 yang terdiri dari beberapa pengerja yaitu, sepasang suami dan
istri yang bernama Bapak dan Ibu H.M. Manik, Bapak dan Ibu G, Sihombing,
Bapak (alm) Muller Parhusip dan Ibu, Bapak (alm) Max Lodewyk, dan tiga orang
pengerja yang berfungsi sebagai guru sekolah minggu yaitu, Sdri. Sintaria Purba,
Gloriati Pinem dan Herni Purba, dan beberapa pengerja imam-imam musik yaitu,
Sdr. Stephen (kini sebagai koordinator dept. musik), Sdr. Budiman Salim (kini
sebagai koordinator pelayanan sosial), Sdr. Obed Sembiring (kini sebagai
koordinator dept. musik), serta beberapa muda-mudi yang turut mengambil bagian
didalam pelayanan sebagai partisipan guna mengisi tugas-tugas gereja yang ada
yaitu, Sdr. Basingan Sebayang, Jackson Wong, Lisma Bakkara, Sabarati.
Kemudian Sdri. Rebecca dan Sdri. Petra. Adapun data dari jumlah jemaat GBI
Kemah Daud mula-mula terhitung pada saat ibadah perdana tesebut ditambah
dengan jumlah pengerja gereja yang ada ialah berjumlah 119 orang.
Berdirinya GBI di kota Medan tidak terlepas dari peranan seorang ibu yang
bernama Marini Ishak, dimana beliau merupakan salah satu dari pengerja GBI
pusat yang berada di Jakarta. Berawal dari sebuah ide pemikiran, Ibu Marini ingin
mengungkapkan kerinduan hatinya dengan menghadap kepada pembina/ Gembala
Sidang GBI pusat yakni Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo, dalam menyampaikan sebuah
saran upaya membangun/ membuka cabang gereja GBI untuk wilayah kota
Medan. Berdasarkan hal tersebut, dengan segala pertimbangan yang ada akhirnya
Pembina GBI Pusat bersedia untuk memenuhi permohonan dari Ibu Marini Ishak
tersebut ditandai dengan pengutusan Pdt. R. Bambang Jonan beserta istri ke
Medan.
16
Diaken merupakan sebutan pasangan suami istri yang sama-sama melayani sebagai pelayan di
GBI.
33
Universitas Sumatera Utara
Di dalam perkembangannya kemudian, diperlukan tempat ibadah yang lebih
memadai dan dapat disewa secara permanen. Untuk itu maka mulai dicarilah
tempat idaman tersebut dengan membentuk 2 tim kecil yang bertugas mencari
tempat ibadah, dimana tim pertama terdiri dari Pendeta R. Bambang Yonan, Pdt.
Petrus Honggo, sdr. Stephen, dan tim kedua terdiri dari para ibu yaitu Ibu Marini
Ishak, Ibu Ana Soejono (alm), dan Ibu Shanty. Pada waktu itu gereja belum
memiliki kendaraan, sehingga kedua tim kecil ini menggunakan sarana
transportasi apa saja untuk pergi dari suatu tempat ke tempat lain. Bila sedang
beruntung ada saja yang mengantar dengan menggunakan kendaraan. Namun bila
semua sedang sibuk, maka becak dayung, taksi bahkan jalan kaki juga digunakan
untuk berburu tempat ibadah. Semua gedung yang ada tempat kosongnya
digunakan untuk menjajagi kemungkinan tempat ibadah yang ada disana. Mulai
dari ball room hotel yang ada di pusat Kota Medan, gedung perkantoran, bahkan
gedung pertemuan seperti Wisma Benteng dan gedung-gedung lain, semua telah
dikunjungi. Namun ternyata tidak mudah mencari tempat ibadah yang tetap.
Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap minggu harus beribadah di tempat
yang berbeda. Bila hari minggu ini diadakan di Hotel Danau Toba Internasional,
minggu depan bisa dilakukan di Wisma Kartini, atau di Uniland, bahkan di
tempat-tempat lainnya. Ada hal unik yang dilakukan setiap pengumuman di akhir
ibadah, yaitu mengingatkan semua jemaat agar membaca iklan Koran Analisa
setiap hari sabtu yang akan datang, pihak gereja akan memasang iklan
pemberitahuan tentang dimana ibadah minggu selanjutnya akan dilakukan.
34
Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini berlangsung selama berbulan-bulan. Meskipun tempat ibadah
berpindah-pindah, namun jemaat pun ikut berpindah-pindah dengan setia. Setelah
menjalani ibadah selama beberapa bulan lamanya, akhirnya pada tanggal 25 juli
1993 GBI Kemah Daud menemukan sebuah tempat ibadah yang telah memenuhi
standar ruangan dengan kapasitas yang cukup guna menampung jumlah jemaat
yang datang beribadah. Pada saat itulah pengukuhan/ pentakhbisan nama gereja
dilakukan dan dilantik langsung oleh BPD17 (pada saat itu dijabat oleh Alm. Pdt.
J. Simangunsong) yang dinyatakan secara resmi dengan sebutan “Gereja Bethel
Indonesia (GBI)”. Adapun proses perolehan tempat tersebut berawal dari bantuan
hamba Tuhan yakni Alm. Bapak Rh. Napitupulu yang saat itu menjabat Direktur
PTP. IV yang bersedia datang menemui Ibu Vera Pardede (yakni istri dari Bpk.
Drs. Rudolf M, Pardede) dengan maksud dan tujuan kedatangan beliau antara lain
untuk menyampaikan sebuah permohonan dalam hal pemakaian tempat yang
dimiliki oleh keluarga Pardede tersebut agar dapat dijadikan sebagai tempat
ibadah GBI berlangsung.
Sehingga atas persetujuan pengelola Hotel Danau Toba Internasional Medan
tepatnya di ball room, sehingga saat ini tempat tersebut dapat dijadikan sebagai
tempat ibadah GBI secara permanen. Oleh karena hal tersebut jemaat tidak lagi
harus berpindah-pindah, bahkan dari gereja ini lahirlah gereja-gereja cabang GBI
yang lain yang semakin lama semakin berkembang sehingga membentuk sebuah
rayon baru yang dinamakan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV. Setelah melalui
proses perjalanan yang cukup panjang, GBI dalam membuka cabang yang ada di
gedung Medan Plaza juga akhirnya dapat ditempuh, bermula dari penglobian
17
Merupakan singkatan dari Badan Pengerja Daerah yaitu sebuah badan yang menaungi seluruh
GBI se-Sumatera Utara dan berada dibawah pimpinan Badan Pengerja Pusat di Jakarta.
35
Universitas Sumatera Utara
tempat tersebut yang dimana pada awalnya gedung Medan Plaza tepatnya pada
lantai enam dan tujuh ialah tempat hiburan malam yakni sebuah tempat yang
dijadikan sebagai bisnis pub dan karaoke. Namun setelah mengadakan negoisasi
yang cukup panjang dalam upaya menjadikan tempat tersebut sebagai tempat
ibadah.
Akhirnya pada tahun 1997 gedung Medan Plaza tepatnya pada lantai enam dan
lantai tujuh dapat diperoleh izin pemakaian gedung sebagai tempat yang akan
digunakan untuk ibadah bagi gereja GBI. Sejak saat itu pembentukan gereja ini
dalam perayaan ibadah pembukaanya dikenal dengan sebutan “Gereja Bethel
Indonesia Medan Plaza” (GBI Medan Plaza). Dengan diperolehnya gedung
Medan Plaza sebagai tempat ibadah maka, tercetus pula sebuah ide pemikiran dari
Gembala Pembina Pdt. R. Bambang Jonan untuk menjadikan GBI Medan Plaza
sebagai pusat perkantoran/ kesekretariatan gereja sekaligus dengan berpindahnya
pusat perkantoran yang sebelumnya terdapat di Jl. Zaenal Arifin Medan, dengan
sendirinya berpindah di Medan Plaza dan dijadikan sebagai pusat GBI Rayon IV
itu sendiri.
Pada tanggal 22 Agustus 2015 lalu terjadi peristiwa kebakaran Medan Plaza yang
turut menghanguskan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV yang berada di lantai 6
Medan Plaza. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan perkantoran GBI Rayon IV
direlokasikan langsung ke Sumatera Resort. Sumatera Resort yang notabene
dahulunya merupakan sebuah ressort yang terletak di Jalan Jamin Ginting KM
11,5 sudah dibeli dan menjadi milik GBI Rayon IV sejak lama dan kini sedang
dibangun juga sebuah gedung besar yang bernama Rumah Persembahan (House
36
Universitas Sumatera Utara
of Sacrifice) yang kelak akan dipakai sebagai gedung ibadah dan operasional
gereja. Disamping itu bangunan-bangunan yang ada di Sumatera Resort juga
dipakai untuk ibadah oleh GBI Simalingkar yang merupakan cabang GBI Rayon
IV. Sehingga kini GBI Sumatera Resort menjadi pusat Rayon IV.
2.2. Deskripsi GBI Rayon IV Sumatera Resort
Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort, sebagai sebuah organisasi keagamaan
yang sifatnya formal, tidak terlepas dari latar belakang kebudayaan jemaatnya
yang terdiri dari berbagai ragam suku bangsa (etnis), terutama etnis yang terdapat
di Sumatera Utara. Bagaimanapun jemaat Gereja Bethel Indonesia Sumatera
Resort ini akan membawa peradaban ke dalam ritual dan penghayatan agamanya.
Berbeda dengan gereja-gereja yang berlatar-belakang etnis tertentu, maka GBI
berusaha memasukkan berbagai etnis ke dalamnya, yang penting adalah mereka
yang beragama Kristen Protestan, dan turut menjadi pengikut atau simpatisan
aliran kharismatik. Di Sumatera Utara banyak gereja yang mayoritas jemaatnya
berdasar kepada kelompok etnik tertentu, misalnya Gereja Huria Kristen Batak
(HKBP) adalah sebuah organisasi agama Kristen Protestan yang jemaatnya
mayoritas beretnis Batak Toba. Kemudian ada Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS) yang mayoritas jemaatnya adalah beretnis Simalungun.
Selepas itu ada juga Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang mayoritas beretnis
Karo. Kemudian ada pula Gereja Batak Angkola yang berlatar-belakang
kebudayaan etnik Angkola. Begitu pula dengan Gereja masyarakat Pakpak-Dairi,
Gereja Etnis Nias (BNKP), dan lain-lainnya.
37
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengamatan, Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort terdiri dari
berbagai etnis yang ada di Sumatera Utara bahkan di luar Sumatera juga ada.
Bahkan dalam awal sejarah perkembangannya, gereja ini dipimpin oleh berbagai
etnis. Adapun eberapa etnis yang ada di antaranya ialah etnis Batak Toba, Karo,
Simalungun, Jawa, Mandailing, Tionghoa, dan lain sebagainya. Hal ini tak
terlepas dari komposisi etnis yang menjadi jemaat GBI, baik di dalam konteks
Indonesia, maupun Sumatera Utara. Untuk itulah pada bahagian ini akan
diuraikan keberadaan Gereja Bethel Indoneia Sumatera Resort dalam konteks
Sumatera Utara yang heterogen secara etnis, budaya, bahasa.
GBI Rayon IV Sumatera Resort terletak di Jalan Jamin Ginting Km. 11,5
Simpang Selayang, Medan. GBI Sumatera Resort tampak seperti sebuah
perumahan mini di dalamnya. Hal ini dikarenakan Sumatera Resort awalnya
merupakan sebuah penginapan. Sumatera Resort terdiri dari banyak gedunggedung. Di antaranya Gedung sekretariat (perkantoran) GBI Rayon IV, Ruang
Maninjau untuk sekolah minggu dan aktifitas lainnya, Menara Doa, Ruang Bagas
Godang untuk Ruang Ibadah, gedung STT Pelita Kebenaran yakni kampus yang
didirikan dalam naungan GBI Rayon IV. Terdapat sebuah kolam berenang yang
cukup luas, kolam ini merupakan kolam baptisan selam yang dipakai untuk
membaptis jemaat.
Sumatera Resort juga difasilitasi dengan kantin dan koperasi. Selain itu di
Sumatera Resort yang kini sedang dalam proses membangun Rumah
Persembahan (House Of Sacrifice) yang cukup besar yang akan dipakai GBI
Rayon IV sebagai tempat ibadah dan pelayanan. Di dalam Sumatera Resort juga
38
Universitas Sumatera Utara
terdapat sebuah bangunan seperti kamar-kamar yang merupakan fasilitas bagi
beberapa orang tukang bangunan yang mengerjakan bangunan Rumah
Persembahan.
Dimulai dari menapakkan kaki sejak dua puluh tiga tahun yang lalu di Sumatera
Utara sampai sekarang ini GBI Rayon IV telah memiliki banyak cabang-cabang
gereja baik di Kota Medan bahkan kota-kota lainnya yang ada di Sumatera Utara.
Tidak hanya itu GBI Rayon IV juga menaungi GBI cabang Aceh dan Kepulauan
Riau. Perkembangan gereja ini cukup pesat hal ini disebabkan gencarnya
dilakukan misi dan penginjilan dari pusat, dan juga banyaknya didirikan POS PI
(Pos Penginjilan) GBI Rayon IV di seluruh wilayah bahkan sampai daerah-daerah
kecil di Sumatera Utara. Dengan adanya misi ini, maka setelah memiliki jemaat
yang memadai didirikanlah gereja-gereja cabang di wilayah tersebut.
Berikut Gereja-gereja cabang GBI Rayon IV Medan18.
Cabang Kota Medan :
18
GBI Sumatera Resort
GBI Pelita Nusantara
GBI HDTI (Hotel Danau Toba
Internasional)
GBI Hotel Pelangi
GBI Medan Fair
GBI Novotel
GBI Selecta
GBI Swis-Bel Hotel
GBI Hermes Place
GBI Centre Point Mall
GBI Grand Angkasa
GBI Sun Plaza
GBI Anugerah
GBI Simalingkar B
GBI Medan Timur
GBI Gatot Subroto
Warta Jemaat GBI Rayon IV Edisi Minggu, 22 Mei 2016
39
Universitas Sumatera Utara
GBI Sunggal
GBI Tanjung Sari
GBI Menteng Raya
GBI Hotel griya Helveitia
GBI Pinang Baris
GBI Perjuangan
GBI Yang Lim Plaza
GBI Sempakata
GBI Centre Point Karibia
GBI Adam Malik
GBI MMTC
GBI Namorambe
GBI Antares
GBI Delitua
GBI Hotel Metro Medan
GBI Sibiru-biru
GBI Batu Karang
GBI Martubung
GBI Belawan
GBI Entrance
GBI Setia Budi Mandiri
GBI Simpang Kantor
GBI JW Marriot
Tabel 1. GBI Cabang Luar Kota
1. Binjai
14. Rantau Prapat
GBI Mandarin Binjai
GBI Hotel Indah
GBI Binjai-Langkat
GBI Panjang Tonga
GBI Tanjung-Langkat
GBI Pangkatan
GBI Pangkalan Brandan
GBI Damuli
GBI Bukit LawangBandar Sakti
GBI Labuhan BatuCikampak
GBI Labuhan Batu-Blok
Songo
GBI Karya Perdana Air
Hitam-Riau
GBI Ahmad YaniSammart
2. Kabanjahe
GBI Kabanjahe
GBI Berastagi
GBI Tiga Binanga
GBI Gedung RG Mart
GBI Bandar Baru
GBI Aek Kanopan
40
Universitas Sumatera Utara
3. GBI Porsea
15. Tarutung
4. GBI Tebing Tinggi
GBI Tarutung
5. Pematang Siantar
GBI Lintong Ni Huta
GBI Pematang Siantar
GBI Dolok Sanggul
GBI Siantar Plaza
Bakkara-Desa Bakkara
GBI Griya Siantar
16. GBI Sibolga
GBI International
Convention Hall
17. Madina - GBI Aek Bingke
GBI Hotel Sapadia
GBI Balige
6. Tanjung Balai
GBI Tanjung Balai
GBI Panipahan
7. GBI Kisaran
8. GBI Martoba I
9. GBI Siborong-borong
10. GBI Sitingkir-tingkir
11. GBI Buluh Pancur-Juhar
12. GBI Teluk Dalam
13. GBI Parsoburan
18. Padang Sidempuan
GBI Padang Sidempuan
GBI Padang Sidempuan 2
19. GBI Sidikalang
20. Aceh Timur - GBI Langsa
21. GBI Banda Aceh
22. Nias – GBI Gunung Sitoli
23. GBI Pulau Tello
24. Batam
GBI Batam
GBI Batu Aji
25. Pulau Baluta – GBI Pulau
Baluta
26. GBI Lubuk Pakam
27. GBI Tanjung Morawa
41
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Visi dan Misi GBI Rayon IV
Setiap Lembaga tentunya memliki visi, misi, tujuan, serta standar. Adapun visi,
misi,, tujuan, dan standar GBI Rayon IV Sumatera Resort, yakni :
a. Visi Global
Yesaya 40:3 dan Mazmur 24:7
“Mempersiapkan Umat yang Layak Bagi Raja Kemuliaan” (“Prepare the Way for
the King of Glory”).
b. Visi Gereja
Yesaya 54:2-3 “(2) Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda
tempat kediamanmu, janganlah menghematnya, panjangkanlah tali-tali kemahmu
dan pancangkanlah kokoh-kokoh patokmu! (3) Sebab engkau akan mengembang
ke kanan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan
mendiami kota-kota sunyi”
c. Misi Gereja
Kisah Para Rasul 15:16-17 dan 1 Tawarikh 23:30
Melayani dengan pola ibadah pemulihan pondok Daud yaitu doa, pujian, dan
penyembahan, dan keintiman dalam kebersamaan.
d. Objektif Mutu (Quality Objectives)
Objektif Mutu GBI Rayon IV Medan adalah :
42
Universitas Sumatera Utara
1. Menggenapi visi global dan visi gereja lokal serta misi GBI Rayon IV
Medan
2. Menjadi
gereja
dengan
struktur
administrasi,
keuangan,
dan
manajemen yang baik, kuat dan sesuai dengan standar internasional
3. Menjadi gereja yang transparan dalam segala bidang
4. Memberikan pelayanan yang tepat waktu pada jemaat
5. Menjadi contoh teladan dan berkat bagi kota dan bangsa
6. Menjadi berkat bagi gereja yang ada di bangsa-bangsa (di luar wilayah
Indonesia)
2.2.2. Struktur Organisasi GBI Rayon IV
Setiap gereja tentunya memiliki struktur atau bagan organisasi yang mengatur
sistem dan manejemen gerejanya oleh setiap bidang. Struktur ini diuraikan
melalui setiap bidang yang dijabat, selain itu peneliti juga menyajikan jenis
kelamin dari setiap bidang yang memimpin dalam bidang tersebut untuk
memperjelas uraiannya. Berikut peneliti sajikan Struktur Organisasi GBI Rayon
IV.
43
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1. Struktur Organisasi GBI Rayon IV
(6 Oktober 2012-6 Oktober 2016)
Gembala Sidang
(L)
Keterangan :
L : Laki-laki
Chief of Staff
(P)
P : Perempuan
Dewan Penasihat
Gembala (L)
Internal Audit
Departemen (P)
Internal Audit
Keuangan (P)
IT dan Multimedia
(L dan P)
Divisi
Pelayanan
Tubuh
Kristus (L)
Koordinator
Pelayanan
Misi Luar
Negeri (L)
Kepala Divisi
Keuangan (P)
Kepala Divisi Pelayanan
Kerohanian (L)
Koordinator
Koordinator
Pemuridan/Pengajaran
Apolistik/
(L)
Koordinator
Pastoral (L)
Profetik (P)
Kepala
Kepala
Departemen KOM Departeman
Doa (L)
(L)
Kepala Departemen
Pengawas
FA (L)
Menara Doa (P)
Kepala Departemen
Anak (P)
Kepala Departemen
Junior Church (P)
Kepala
Departemen
Musik (L)
Kepala
Pembina Departemen Departemen
Misi &
Pemuda (L)
Penginjilan (L)
Kepala Departemen
Pemuda
Ka. Departemen WBI
(P)
UPG (L)
Koordinator Koordinator
Pelayanan
Pembelian
Kemanusiaan (P)
(L)
Kepala
Departmen
Baptisan (L)
Kepala Departemen
Kesehatan (P)
Staff
Pembelian
(L dan P)
Kepala
Departemen
Pernikahan (L)
Kepala
Departemen
Diakonia (L)
Administr
asi
Pembelian
Kepala
Departemen
Konseling&
Kunjungan (L)
Kepala
Departemen
Baksos (P)
Koordinator
Kebaktian
Umum (L)
Koordinator
Sekretariat (P)
Kepala Departemen
Pengelolaan Aset (L)
Koordinator
Keuangan
(P)
Koordinator
Akuntansi L dan P
Kasir (L dan P)
Staff
Akuntansi
(L dan P)
Staff Pengelolaan
Aset (L)
Kepala Departemen
Umum (L)
Staff Bank
(L dan P)
Tim Penunjang
(Driver, OB, Security,
Asisten) (L&P)
Staff Keuangan
Persembehan
(L dan P)
Kepala Departemen
Personalia (L)
Staff
Administrasi (P)
Kepala
Departemen
Kematian &
Penghiburan (L)
Tim Pemerhati
(P)
Hodpitality (P)
)
44
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Jadwal dan tata ibadah GBI Rayon IV Sumatera Resort
Tabel 2. Jadwal Ibadah dan Kegiatan GBI Rayon IV Sumatera Resort 19:
Nama
Ibadah/Kegiatan
Jadwal Ibadah/Kegiatan
Tempat
Ibadah Raya/Ibadah
Minggu
Setiap Hari Minggu dengan jadwal
:
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah I
: Pkl. 07.30-09.30 WIB
Ibadah II : Pkl. 10.00-12.00 WIB
Ibadah III : Pkl. 12.15-14.15 WIB
Ibadah IV : Pkl. 16.00-18.00 WIB
Ibadah V : Pkl. 18.00-20.00 WIB
Ibadah Sekolah
Minggu
Setiap Hari Minggu dengan jadwal
:
Ibadah I
Sumatera Resort
: Pkl. 07.30-09.30 WIB
Ibadah II : Pkl. 10.00-12.00 WIB
Ibadah III : Pkl. 12.15-14.15 WIB
Ibadah IV : Pkl. 16.00-18.00 WIB
Ibadah V : Pkl. 18.00-20.00 WIB
Ibadah Junior
Church
Setiap Hari Minggu
Sumatera Resort
Pkl 07.45-09.30 WIB
Pkl. 10.15-12.00 WIB
Ibadah Pemuda
Setiap Hari Sabtu, Pukul 19.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah Doa Puasa
Setiap Hari Sabtu, Pukul 10.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah WBI (Wanita
Bethel Indonesia)
Setiap Hari Kamis Pukul 10.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah FA (Family
Setiap Hari Jumat
Di setiap lokasi FA
19
Warta Sepekan GBI Rayon IV Edisi 14 April 2016
45
Universitas Sumatera Utara
Altar)
Ibadah Holy Ghost
Meeting Family
Altar (HGM FA)
Hari Jumat (Hanya jumat pertama
dalam sebulan jika ada Doa
Malam)
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Menara Doa 24 Jam
Setiap hari (24 Jam)
Ruang Menara Doa
Ibadah Menara Doa
Setiap Hari Selasa, Pukul 10-12.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah HGM (Holy
Ghost Meeting)
Setiap Hari Rabu, minggu ke2,3,4, dan 5 (jika ada)
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Pukul 18.30 WIB
Baptisan Selam
Setiap Hari Minggu, Pukul 14.30
WIB
Kolam Renang
Sumatera Resort
Jadwal-jadwal di atas merupakan jadwal berbagai kegiatan yang terdapat di GBI
Rayon IV Sumatera Resort. Setiap jadwal ini tentunya sudah menjadi jadwal tetap
kegiatan
yang
dilaksanakan.
Sekalipun
mengalami
perubahan
biasanya
perubahan-perubahan jadwal tersebut akan diberitahukan kepada jemaat dan
diumumkan melalui warta jemaat yang cetak maupun warta jemaat dalam bentuk
video yang ditayangkan sebelum ibadah berakhir disetiap minggunya.
Di samping jadwal ibadah tentunya sebuah gereja memliki suatu pengaturan agar
suatu ibadah atau kegiatan lebih terarah dan jelas. GBI memiliki tata ibadah yang
mungkin berbeda dari gereja-gereja lainnya. Adapun tata ibadah secara umum di
GBI Rayon IV Sumatera Resort ialah :
46
Universitas Sumatera Utara
Pra Ibadah
1. Ucapan selamat datang dari WL (Worship Leader/Pemimpin Ibadah)
Setelah masuk ke dalam gereja, sesuai dengan waktu mulainya ibadah, maka
ibadah dimulai dan WL memberikan ucapan selamat datang kepada jemaat.
2. Bersalam-salaman (Fellowship)
WL mengajak jemaat untuk bersalam-salaman dekat jemaat lain yang berada
didekatnya sambil mengucapkan kalimat seperti “Selamat hari minggu, mari
bersukacita!” dan kalimat-kalimat lainnya. Hal ini ditujukan untuk mengakrabkan
jemaat.
Ibadah
1. Doa pembuka
Ibadah diawali dengan doa pembuka yang biasanya dipimpin oleh koordinator
kebaktian umum gereja.
2. Prosesi penyembahan (worship)
WL memimpin jemaat untuk masuk ke dalam hadirat ibadah dengan
membawakan lagu penyembahan diiringi dengan alunan musik. Disaat inilah
penari tamborin masuk altar dan menarikan tarian penyembahan. Di dalam
penyembahan juga terdapat doa-doa penyembahan dan ucapan syukur yang
dibawakan oleh WL.
3. Prosesi Pujian (praise)
47
Universitas Sumatera Utara
Pujian yang dinyanyi terdiri dari beberapa lagu yang juga diiringi oleh pemusik.
Biasanya WL cukup enerjik dalam memimpin pujian bersama dengan jemaat.
4. Prosesi Penyembahan
Menyanyikan nyanyian penyembahan untuk memulai mendengarkan firman
Tuhan melalui khotbah yang akan didengarkan
5. Khotbah
Khotbah dipimpin oleh pembicara, baik itu pendeta maupun penginjil.
6. Persembahan-Warta jemaat
Jemaat memberikan persembahan yang diedarkan oleh para diaken, diakones, dan
usher. Sembari memberikan persembahan jemaat juga dihimbau untuk
menyaksikan video yang berisikan warta jemaat yang berisi informasi-informasi
seputar kegiatan gereja dan lain-lain.
7. Doa syafaat
Doa syafaat yang berarti menaikkan doa secara keseluruhan. Doa syafaat dipimpin
oleh pendoa syafaat yang diutus gereja, topik doa syafaat adalah bangsa dan
negara serta kota, pemimpin-pemipin bangsa, pemimpin-pemimpin gereja, gereja,
jemaat, Kota Kudus Jerusalem.
8. Doa berkat
Doa berkat merupakan
doa pemberkatan sebelum ibadah berakhir, biasanya
dipimpin oleh pendeta maupun gembala jemaat.
48
Universitas Sumatera Utara
GBI mengadopsi pola pujian penyembahan Pondok Daud yang lebih
mengutamakan pujian dan pemyembahan yang menjadi ciri khasnya dalam
sebuah ibadah. Seringkali “Pujian dan Penyembahan” disebut seolah-olah
keduanya sama persis atau paling tidak terkombinasi menjadi satu. Dalam
penerapannya, pujian dan penyembahan merupakan suatu hal yang terpisah.
Dimana keduanya memiliki makna dan fungsi yang berbeda, yang akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Pujian (Praise)
Pujian merupakan pujian keagungan yang ditujukan kepada Tuhan melalui
nyanyian yang dinyanyikan. Pujian adalah ekspresi dari kekaguman dan rasa
syukur manusia kepada Tuhan, biasanya pujian itu dalam tempo yang cepat
(beat). Biasanya diungkapkan dengan tepuk tangan, sorak-sorai yang riang20.
2. Penyembahan (Worship)
Penyembahan merupakan ungkapan atau ekspresi yang menyembah dengan
tempo yang lambat (slow).
Dalam menyanyikan penyembahan jemaat
menikmati keintiman dengan Tuhan melalui lagu yang dinyanyikan. Cara
bernyanyi cenderung penuh perasaan dan dengan teknik bernyanyi yang
menghasilkan nyanyian yang indah. Di dalam penyembahan juga biasanya WL
mengajak jemaat untuk masuk ke dalam penyembahan kepada Tuhan sembari
memuji Tuhan dan memakai bahasa roh.
20
Bob Sorge, Mengungkapkan Segi Pujian dan Penyembahan, terj. Timothy Youw, Haryono,
Marthin Muslie (Yogyakarta: ANDI, 1991) hal. 2,15.
49
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV
2.1.1. Masa Awal Gereja Bethel di Indonesia
Gereja Bethel Indonesia atau biasa disingkat dengan GBI adalah sebuah sinode
gereja yang bernaung di bawah Persatuan Gereja Indonesia (PGI). GBI juga
merupakan anggota dari Dewan Pentakosta Indonesia (DPI) serta ikut juga
kedalam organisasi yakni Persekutuan Injil Indonesia (PII).
Pada tahun 1922, Pendeta W.H. Offiler dari Bethel Pentecostal Temple Inc.,
Seattle, Washington, Amerika Serikat, mengutus dua orang misionarisnya untuk
datang ke Indonesia yaitu Pdt. Van Klaveren dan Pdt. Groosbeek. Para misionaris
tersebut ialah berkebangsaan Amerika keturunan Belanda. Sesampainya di
Indonesia mereka mulai menjalankan tujuan awal dari kedatangan mereka itu
yakni dalam rangka memberitakan Injil di Bali. Setelah itu tidak beberapa lama
kemudian mereka kembali memberitakan injil berpindah kedaerah Cepu, Jawa
Tengah. Di kota ini mereka bertemu dengan F.G. Van Gessel, yakni seorang
Kristen Injil yang bekerja
pada perusahaan minyak Belanda Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM).
Groosbeek kemudian menetap di Cepu dan mengadakan kebaktian bersama-sama
dengan Van Gessel. Sementara itu, Van Klaveren pindah ke Lawang, Jawa Timur.
Pada bulan Januari 1923, Nyonya Van Gessel, sebagai wanita pertama di
27
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang menerima dan mendapatkan Baptisan Roh Kudus dan demikian
pula dengan suaminya menerima Baptisan tersebut beberapa bulan setelahnya.
Pada tanggal 30 Maret 1923, Groosbeek mengundang Pdt. J. Thiessen dan
Weenink Van Loon dari Bandung dalam rangka pelayanan baptisan air untuk
pertama kalinya di Jemaat Cepu. Pada saat itu kurang lebih ada lima belas jiwa
yang telah dibaptiskan. Dalam kebaktian-kebaktian selanjutnya jumlah jemaat
yang menerima Baptisan Roh Kudus setiap minggu semakin bertambah, hingga
kemudian terlihat banyaknya orang yang menderita sakit dan kemudian
mengalami kesembuhan secara mujizat. Karunia-karunia Roh Kudus tersebut
dinyatakan dengan ajaib di tengah-tengah jemaat itu sendiri. Hal inilah yang
memicu awal mula Pergerakan Pentakosta yang ada di Indonesia. Keempat orang
ini yaitu Van Klaveren, Groosbeek, Van Gessel, dan Pdt. J. Thiessen merupakan
pionir dari Gerakan Pentakosta yang pertama di Indonesia. Kemudian tidak lama
Groosbeek pindah ke Surabaya, sedangkan Van Gessel menjadi Evangelis
meneruskan memimpin jemaat di Cepu. Hingga April 1926, Groosbeek dan Van
Klaveren pindah kembali ke Batavia (Jakarta). Sementara van Gessel meletakkan
jabatannya sebagai pegawai tinggi di BPM yang kemudian berpindah ke Surabaya
untuk memimpin Jemaat Surabaya. Jemaat yang dipimpin oleh Van Gessel
bertumbuh dan berkembang pesat dengan membuka cabang dimana-mana,
sehingga mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu
dengan sebutan De Pinksterkerk di Indonesia (sekarang ini GPdI kepanjangannya
Gereja Pentakosta di Indonesia).
28
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1932, jemaat di Surabaya akhirnya membangun sebuah gedung Gereja
dengan kapasitas 1000 orang, pada saat itu merupakan gereja terbesar yang ada di
Surabaya. Pada tahun 1935. Van Gessel mulai memperdalam pengajaran
Alkitabnya yang disebut dengan Studi Tabernakel. Melihat perkembangan gereja
yang dirintis sangat pesat, memicu Gereja Bethel Pentecostal Temple Seattle,
kembali mengutus beberapa misionaris. Salah satu diantaranya yaitu, Pdt. W. W.
Patterson, yang membuka sekolah Alkitab di Surabaya (NIBI: Netherlands Indies
Bible Institute). Setelah Perang Dunia II berakhir, para misionaris tersebut
melanjutkan kembali pelayanannya dengan membuka Sekolah Alkitab di berbagai
tempat yang ada di Indonesia.
Sesudah agresi milliter Belanda di Indonesia berakhir, maka kepimpinan gereja
harus diserahkan juga kepada orang Indonesia itu sendiri. Pada saat itulah H. N.
Rungkut terpilih sebagai ketua GPdI menggantikan Van Gessel. Adapun alasan
yang menyebabkan terjadinya perpindahan tampuk kepemimpinan tersebut
disebabkan oleh karena jemaat gereja yang seharusnya menjaga jarak dari sikap
politik yang terpecah belah malah sebaliknya terjebak dalam semangat
nasionalisme yang tengah berkobar-kobar dalam menghadapi penjajahan Belanda.
Akibatnya roh nasionalisme tersebut melingkupi suasana didalam Gereja
Pentakosta itu sendiri. Dalam hal ini Van gessel menyadari bahwa ia tidak dapat
lagi melakukan sesuatu hal yang berarti sebagai pemimpin yang saat itu telah
digantikan kepada H. N. Rungkut.
29
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Masa Pemisahan GBI dari GPdI
Kondisi rohani Gereja Pentakosta yang tidak kondusif di saat itu menyebabkan
ketidakpuasan disebagian kalangan pendeta-pendeta GPdI. Ketidakpuasan ini juga
ditambah lagi dengan kekuasaan otoriter dari Pengurus Pusat Gereja. Akibatnya,
sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang memisahkan diri dari Organisasi
Gereja Pentakosta tersebut, di antaranya adalah Pdt. H. L. Senduk.
Pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, mereka kemudian membentuk
suatu organisasi gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS).
Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin rohani” dan H. L. Senduk ditunjuk
sebagai “Pemimpin Organisasi” (Ketua Badan Penghubung). H. L. Senduk
berperan sebagai Pendeta bagi jemaat yang ada di Jakarta, sedangkan Van Gessel
pimpinan seluruh jemaat yang ada di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1954, Van
Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya (waktu itu dibawah
Pemerintahan Belanda). Jemaat di Surabaya diserahkannya kepada menantunya,
Pdt. C. Totays. Di Hollandia (sekarang Jayapura), Van Gessel membentuk suatu
organisasi baru yang bernama Bethel Pinkesterkerk (sekarang Gereja Bethel
Pentakosta).
Roda sejarah pun terus berputar, dapat terlihat GBIS di bawah kepemimpinan H.
L. Senduk telah berkembang dengan sangat pesat. Berbagai macam kesulitan yang
ada serta banyaknya tantangan yang harus dihadapi terlihat dari semakin besarnya
organisasi tersebut begitu banyak pula kepentingan yang harus diakomodasi.
Tahun 1968-1969, kepemimpinan Senduk di GBIS, diambil alih oleh pihak-pihak
lain yang disokong oleh suatu keputusan Menteri Agama. Pada akhirnya H. L.
30
Universitas Sumatera Utara
Senduk dan para pendukungnya memisahkan diri dari organisasi GBIS. Pada
tanggal 6 Oktober 1970, H. L. Senduk dan rekan-rekannya membentuk sebuah
organisasi gereja baru bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang diakui
sebagai suatu organisasi keagamaan yang berhak hidup dan berkembang di bumi
Indonesia. Gereja ini diakui oleh Pemerintah secara resmi melalui Surat
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember
1972.
Pada tahun 1972, Pdt. H. L. Senduk kemudian memanggil anak rohaninya yaitu,
Pdt. S. J. Mesach dan Pdt. Olly Mesach untuk membantu pelayanannya di GBI
Jemaat Pertamburan, dimana pada saat itu, Pdt. S. J. Mesach telah menjadi
Gembala Sidang GBI Jemaat Sukabumi, yang telah dilayaninya sejak tahun 1963.
Pada awal GBI didirikan jumlah jemaat mula-mula yang beribadah tidak kurang
dari 20 orang, namun sejalannya dengan waktu bisa dilihat hingga saat ini
perkembangan jumlah jemaat GBI yang tumbuh semakin lama semakin banyak
hingga mencapai ratusan ribu jemaat yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air
dan Luar Negeri.
2.1.3. Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV Sumatera Resort
Pada bulan Februari tahun 1993 Pdt. R. Bambang Jonan selaku Gembala sidang
GBI Rayon IV yang terpanggil beserta istri menjejakkan kakinya di kota Medan 15.
Beliau diutus oleh pembina rohani/Gembala Sidang GBI pusat Pdt. Dr. Ir. Niko
Ntjotorahardjo dalam mengawali visi dan misi semula untuk merintis dan
15
GBI ranting bagian barat terdiri dari 6 rayon, pusat rayon I-II berada di kota Jakarta. Pusat rayon
III berada di wilayah kota Pekanbaru. Pusat rayon IV berada di wilayah kota Medan (GBI
Sumatera Resort merupakan pusat rayon IV). Serta pusat rayon V-VI berada diluar Indonesia.
31
Universitas Sumatera Utara
membangun sebuah gereja cabang GBI di kota Medan. Berawal dari kediaman
keluarga Ir. Paulus Rianta yang bersedia memberikan tumpangan rumahnya
sebagai tempat penginapan sementara bagi kedua utusan tersebut sebagai batu
loncatan guna pencapaian dari visi dan misi itu sendiri.
Selama proses tukar-pikir yang panjang, akhirnya atas segala pertimbangan yang
ada Pdt. R. Bambang Jonan bersedia untuk memutuskan dan mencari sebuah
kontrakan yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat ibadah. Dalam hal ini
ditetapkan sebuah kontrakan yang berada di Jl. Zaenal Arifin, Medan. Dua buah
ruko yang berderet dengan tiga lantai, adapun guna dan fungsi bangunan secara
spesifikasi yakni lantai pertama dari ruko tersebut dipergunakan sebagai kantor
kesekretariatan gereja, sedang di lantai dua pada dinding yang memisahkan antara
kedua ruko yang letaknya bersebelahan tersebut dibongkar agar dijadikan satu
ruangan penuh yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya ibadah. Serta pada
lantai tiga, ruko tersebut digunakan sebagai tempat ruangan pribadi gereja.
Di GBI pelayan disebut juga sebagai „pengerja‟, yakni pelayan-pelayan yang
bekerja untuk gereja milik Tuhan yang merupakan istilah yang diambil dari
Alkitab. Ibadah Minggu pertama Gereja Bethel Indonesia Rayon IV diadakan di
gedung Uniland pada bulan februari 1993, ibadah tersebut sekaligus merupakan
hari perayaan pembukaan cabang gereja baru GBI di kota Medan. Gembala
Sidang R. B. Jonan selaku pimpinan mendeklarasikan nama dari gereja tersebut
dengan sebutan “Gereja Bethel Indonesia Kemah Daud” (yang saat ini telah
berubah nama menjadi Gereja Bethel Indonesia/ GBI). GBI Kemah Daud
memulai aktifitas ibadah dimulai dengan „modal ketaatan‟ ditambah dengan 3
32
Universitas Sumatera Utara
pasang diaken16 yang terdiri dari beberapa pengerja yaitu, sepasang suami dan
istri yang bernama Bapak dan Ibu H.M. Manik, Bapak dan Ibu G, Sihombing,
Bapak (alm) Muller Parhusip dan Ibu, Bapak (alm) Max Lodewyk, dan tiga orang
pengerja yang berfungsi sebagai guru sekolah minggu yaitu, Sdri. Sintaria Purba,
Gloriati Pinem dan Herni Purba, dan beberapa pengerja imam-imam musik yaitu,
Sdr. Stephen (kini sebagai koordinator dept. musik), Sdr. Budiman Salim (kini
sebagai koordinator pelayanan sosial), Sdr. Obed Sembiring (kini sebagai
koordinator dept. musik), serta beberapa muda-mudi yang turut mengambil bagian
didalam pelayanan sebagai partisipan guna mengisi tugas-tugas gereja yang ada
yaitu, Sdr. Basingan Sebayang, Jackson Wong, Lisma Bakkara, Sabarati.
Kemudian Sdri. Rebecca dan Sdri. Petra. Adapun data dari jumlah jemaat GBI
Kemah Daud mula-mula terhitung pada saat ibadah perdana tesebut ditambah
dengan jumlah pengerja gereja yang ada ialah berjumlah 119 orang.
Berdirinya GBI di kota Medan tidak terlepas dari peranan seorang ibu yang
bernama Marini Ishak, dimana beliau merupakan salah satu dari pengerja GBI
pusat yang berada di Jakarta. Berawal dari sebuah ide pemikiran, Ibu Marini ingin
mengungkapkan kerinduan hatinya dengan menghadap kepada pembina/ Gembala
Sidang GBI pusat yakni Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo, dalam menyampaikan sebuah
saran upaya membangun/ membuka cabang gereja GBI untuk wilayah kota
Medan. Berdasarkan hal tersebut, dengan segala pertimbangan yang ada akhirnya
Pembina GBI Pusat bersedia untuk memenuhi permohonan dari Ibu Marini Ishak
tersebut ditandai dengan pengutusan Pdt. R. Bambang Jonan beserta istri ke
Medan.
16
Diaken merupakan sebutan pasangan suami istri yang sama-sama melayani sebagai pelayan di
GBI.
33
Universitas Sumatera Utara
Di dalam perkembangannya kemudian, diperlukan tempat ibadah yang lebih
memadai dan dapat disewa secara permanen. Untuk itu maka mulai dicarilah
tempat idaman tersebut dengan membentuk 2 tim kecil yang bertugas mencari
tempat ibadah, dimana tim pertama terdiri dari Pendeta R. Bambang Yonan, Pdt.
Petrus Honggo, sdr. Stephen, dan tim kedua terdiri dari para ibu yaitu Ibu Marini
Ishak, Ibu Ana Soejono (alm), dan Ibu Shanty. Pada waktu itu gereja belum
memiliki kendaraan, sehingga kedua tim kecil ini menggunakan sarana
transportasi apa saja untuk pergi dari suatu tempat ke tempat lain. Bila sedang
beruntung ada saja yang mengantar dengan menggunakan kendaraan. Namun bila
semua sedang sibuk, maka becak dayung, taksi bahkan jalan kaki juga digunakan
untuk berburu tempat ibadah. Semua gedung yang ada tempat kosongnya
digunakan untuk menjajagi kemungkinan tempat ibadah yang ada disana. Mulai
dari ball room hotel yang ada di pusat Kota Medan, gedung perkantoran, bahkan
gedung pertemuan seperti Wisma Benteng dan gedung-gedung lain, semua telah
dikunjungi. Namun ternyata tidak mudah mencari tempat ibadah yang tetap.
Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap minggu harus beribadah di tempat
yang berbeda. Bila hari minggu ini diadakan di Hotel Danau Toba Internasional,
minggu depan bisa dilakukan di Wisma Kartini, atau di Uniland, bahkan di
tempat-tempat lainnya. Ada hal unik yang dilakukan setiap pengumuman di akhir
ibadah, yaitu mengingatkan semua jemaat agar membaca iklan Koran Analisa
setiap hari sabtu yang akan datang, pihak gereja akan memasang iklan
pemberitahuan tentang dimana ibadah minggu selanjutnya akan dilakukan.
34
Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini berlangsung selama berbulan-bulan. Meskipun tempat ibadah
berpindah-pindah, namun jemaat pun ikut berpindah-pindah dengan setia. Setelah
menjalani ibadah selama beberapa bulan lamanya, akhirnya pada tanggal 25 juli
1993 GBI Kemah Daud menemukan sebuah tempat ibadah yang telah memenuhi
standar ruangan dengan kapasitas yang cukup guna menampung jumlah jemaat
yang datang beribadah. Pada saat itulah pengukuhan/ pentakhbisan nama gereja
dilakukan dan dilantik langsung oleh BPD17 (pada saat itu dijabat oleh Alm. Pdt.
J. Simangunsong) yang dinyatakan secara resmi dengan sebutan “Gereja Bethel
Indonesia (GBI)”. Adapun proses perolehan tempat tersebut berawal dari bantuan
hamba Tuhan yakni Alm. Bapak Rh. Napitupulu yang saat itu menjabat Direktur
PTP. IV yang bersedia datang menemui Ibu Vera Pardede (yakni istri dari Bpk.
Drs. Rudolf M, Pardede) dengan maksud dan tujuan kedatangan beliau antara lain
untuk menyampaikan sebuah permohonan dalam hal pemakaian tempat yang
dimiliki oleh keluarga Pardede tersebut agar dapat dijadikan sebagai tempat
ibadah GBI berlangsung.
Sehingga atas persetujuan pengelola Hotel Danau Toba Internasional Medan
tepatnya di ball room, sehingga saat ini tempat tersebut dapat dijadikan sebagai
tempat ibadah GBI secara permanen. Oleh karena hal tersebut jemaat tidak lagi
harus berpindah-pindah, bahkan dari gereja ini lahirlah gereja-gereja cabang GBI
yang lain yang semakin lama semakin berkembang sehingga membentuk sebuah
rayon baru yang dinamakan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV. Setelah melalui
proses perjalanan yang cukup panjang, GBI dalam membuka cabang yang ada di
gedung Medan Plaza juga akhirnya dapat ditempuh, bermula dari penglobian
17
Merupakan singkatan dari Badan Pengerja Daerah yaitu sebuah badan yang menaungi seluruh
GBI se-Sumatera Utara dan berada dibawah pimpinan Badan Pengerja Pusat di Jakarta.
35
Universitas Sumatera Utara
tempat tersebut yang dimana pada awalnya gedung Medan Plaza tepatnya pada
lantai enam dan tujuh ialah tempat hiburan malam yakni sebuah tempat yang
dijadikan sebagai bisnis pub dan karaoke. Namun setelah mengadakan negoisasi
yang cukup panjang dalam upaya menjadikan tempat tersebut sebagai tempat
ibadah.
Akhirnya pada tahun 1997 gedung Medan Plaza tepatnya pada lantai enam dan
lantai tujuh dapat diperoleh izin pemakaian gedung sebagai tempat yang akan
digunakan untuk ibadah bagi gereja GBI. Sejak saat itu pembentukan gereja ini
dalam perayaan ibadah pembukaanya dikenal dengan sebutan “Gereja Bethel
Indonesia Medan Plaza” (GBI Medan Plaza). Dengan diperolehnya gedung
Medan Plaza sebagai tempat ibadah maka, tercetus pula sebuah ide pemikiran dari
Gembala Pembina Pdt. R. Bambang Jonan untuk menjadikan GBI Medan Plaza
sebagai pusat perkantoran/ kesekretariatan gereja sekaligus dengan berpindahnya
pusat perkantoran yang sebelumnya terdapat di Jl. Zaenal Arifin Medan, dengan
sendirinya berpindah di Medan Plaza dan dijadikan sebagai pusat GBI Rayon IV
itu sendiri.
Pada tanggal 22 Agustus 2015 lalu terjadi peristiwa kebakaran Medan Plaza yang
turut menghanguskan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV yang berada di lantai 6
Medan Plaza. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan perkantoran GBI Rayon IV
direlokasikan langsung ke Sumatera Resort. Sumatera Resort yang notabene
dahulunya merupakan sebuah ressort yang terletak di Jalan Jamin Ginting KM
11,5 sudah dibeli dan menjadi milik GBI Rayon IV sejak lama dan kini sedang
dibangun juga sebuah gedung besar yang bernama Rumah Persembahan (House
36
Universitas Sumatera Utara
of Sacrifice) yang kelak akan dipakai sebagai gedung ibadah dan operasional
gereja. Disamping itu bangunan-bangunan yang ada di Sumatera Resort juga
dipakai untuk ibadah oleh GBI Simalingkar yang merupakan cabang GBI Rayon
IV. Sehingga kini GBI Sumatera Resort menjadi pusat Rayon IV.
2.2. Deskripsi GBI Rayon IV Sumatera Resort
Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort, sebagai sebuah organisasi keagamaan
yang sifatnya formal, tidak terlepas dari latar belakang kebudayaan jemaatnya
yang terdiri dari berbagai ragam suku bangsa (etnis), terutama etnis yang terdapat
di Sumatera Utara. Bagaimanapun jemaat Gereja Bethel Indonesia Sumatera
Resort ini akan membawa peradaban ke dalam ritual dan penghayatan agamanya.
Berbeda dengan gereja-gereja yang berlatar-belakang etnis tertentu, maka GBI
berusaha memasukkan berbagai etnis ke dalamnya, yang penting adalah mereka
yang beragama Kristen Protestan, dan turut menjadi pengikut atau simpatisan
aliran kharismatik. Di Sumatera Utara banyak gereja yang mayoritas jemaatnya
berdasar kepada kelompok etnik tertentu, misalnya Gereja Huria Kristen Batak
(HKBP) adalah sebuah organisasi agama Kristen Protestan yang jemaatnya
mayoritas beretnis Batak Toba. Kemudian ada Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS) yang mayoritas jemaatnya adalah beretnis Simalungun.
Selepas itu ada juga Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang mayoritas beretnis
Karo. Kemudian ada pula Gereja Batak Angkola yang berlatar-belakang
kebudayaan etnik Angkola. Begitu pula dengan Gereja masyarakat Pakpak-Dairi,
Gereja Etnis Nias (BNKP), dan lain-lainnya.
37
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengamatan, Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort terdiri dari
berbagai etnis yang ada di Sumatera Utara bahkan di luar Sumatera juga ada.
Bahkan dalam awal sejarah perkembangannya, gereja ini dipimpin oleh berbagai
etnis. Adapun eberapa etnis yang ada di antaranya ialah etnis Batak Toba, Karo,
Simalungun, Jawa, Mandailing, Tionghoa, dan lain sebagainya. Hal ini tak
terlepas dari komposisi etnis yang menjadi jemaat GBI, baik di dalam konteks
Indonesia, maupun Sumatera Utara. Untuk itulah pada bahagian ini akan
diuraikan keberadaan Gereja Bethel Indoneia Sumatera Resort dalam konteks
Sumatera Utara yang heterogen secara etnis, budaya, bahasa.
GBI Rayon IV Sumatera Resort terletak di Jalan Jamin Ginting Km. 11,5
Simpang Selayang, Medan. GBI Sumatera Resort tampak seperti sebuah
perumahan mini di dalamnya. Hal ini dikarenakan Sumatera Resort awalnya
merupakan sebuah penginapan. Sumatera Resort terdiri dari banyak gedunggedung. Di antaranya Gedung sekretariat (perkantoran) GBI Rayon IV, Ruang
Maninjau untuk sekolah minggu dan aktifitas lainnya, Menara Doa, Ruang Bagas
Godang untuk Ruang Ibadah, gedung STT Pelita Kebenaran yakni kampus yang
didirikan dalam naungan GBI Rayon IV. Terdapat sebuah kolam berenang yang
cukup luas, kolam ini merupakan kolam baptisan selam yang dipakai untuk
membaptis jemaat.
Sumatera Resort juga difasilitasi dengan kantin dan koperasi. Selain itu di
Sumatera Resort yang kini sedang dalam proses membangun Rumah
Persembahan (House Of Sacrifice) yang cukup besar yang akan dipakai GBI
Rayon IV sebagai tempat ibadah dan pelayanan. Di dalam Sumatera Resort juga
38
Universitas Sumatera Utara
terdapat sebuah bangunan seperti kamar-kamar yang merupakan fasilitas bagi
beberapa orang tukang bangunan yang mengerjakan bangunan Rumah
Persembahan.
Dimulai dari menapakkan kaki sejak dua puluh tiga tahun yang lalu di Sumatera
Utara sampai sekarang ini GBI Rayon IV telah memiliki banyak cabang-cabang
gereja baik di Kota Medan bahkan kota-kota lainnya yang ada di Sumatera Utara.
Tidak hanya itu GBI Rayon IV juga menaungi GBI cabang Aceh dan Kepulauan
Riau. Perkembangan gereja ini cukup pesat hal ini disebabkan gencarnya
dilakukan misi dan penginjilan dari pusat, dan juga banyaknya didirikan POS PI
(Pos Penginjilan) GBI Rayon IV di seluruh wilayah bahkan sampai daerah-daerah
kecil di Sumatera Utara. Dengan adanya misi ini, maka setelah memiliki jemaat
yang memadai didirikanlah gereja-gereja cabang di wilayah tersebut.
Berikut Gereja-gereja cabang GBI Rayon IV Medan18.
Cabang Kota Medan :
18
GBI Sumatera Resort
GBI Pelita Nusantara
GBI HDTI (Hotel Danau Toba
Internasional)
GBI Hotel Pelangi
GBI Medan Fair
GBI Novotel
GBI Selecta
GBI Swis-Bel Hotel
GBI Hermes Place
GBI Centre Point Mall
GBI Grand Angkasa
GBI Sun Plaza
GBI Anugerah
GBI Simalingkar B
GBI Medan Timur
GBI Gatot Subroto
Warta Jemaat GBI Rayon IV Edisi Minggu, 22 Mei 2016
39
Universitas Sumatera Utara
GBI Sunggal
GBI Tanjung Sari
GBI Menteng Raya
GBI Hotel griya Helveitia
GBI Pinang Baris
GBI Perjuangan
GBI Yang Lim Plaza
GBI Sempakata
GBI Centre Point Karibia
GBI Adam Malik
GBI MMTC
GBI Namorambe
GBI Antares
GBI Delitua
GBI Hotel Metro Medan
GBI Sibiru-biru
GBI Batu Karang
GBI Martubung
GBI Belawan
GBI Entrance
GBI Setia Budi Mandiri
GBI Simpang Kantor
GBI JW Marriot
Tabel 1. GBI Cabang Luar Kota
1. Binjai
14. Rantau Prapat
GBI Mandarin Binjai
GBI Hotel Indah
GBI Binjai-Langkat
GBI Panjang Tonga
GBI Tanjung-Langkat
GBI Pangkatan
GBI Pangkalan Brandan
GBI Damuli
GBI Bukit LawangBandar Sakti
GBI Labuhan BatuCikampak
GBI Labuhan Batu-Blok
Songo
GBI Karya Perdana Air
Hitam-Riau
GBI Ahmad YaniSammart
2. Kabanjahe
GBI Kabanjahe
GBI Berastagi
GBI Tiga Binanga
GBI Gedung RG Mart
GBI Bandar Baru
GBI Aek Kanopan
40
Universitas Sumatera Utara
3. GBI Porsea
15. Tarutung
4. GBI Tebing Tinggi
GBI Tarutung
5. Pematang Siantar
GBI Lintong Ni Huta
GBI Pematang Siantar
GBI Dolok Sanggul
GBI Siantar Plaza
Bakkara-Desa Bakkara
GBI Griya Siantar
16. GBI Sibolga
GBI International
Convention Hall
17. Madina - GBI Aek Bingke
GBI Hotel Sapadia
GBI Balige
6. Tanjung Balai
GBI Tanjung Balai
GBI Panipahan
7. GBI Kisaran
8. GBI Martoba I
9. GBI Siborong-borong
10. GBI Sitingkir-tingkir
11. GBI Buluh Pancur-Juhar
12. GBI Teluk Dalam
13. GBI Parsoburan
18. Padang Sidempuan
GBI Padang Sidempuan
GBI Padang Sidempuan 2
19. GBI Sidikalang
20. Aceh Timur - GBI Langsa
21. GBI Banda Aceh
22. Nias – GBI Gunung Sitoli
23. GBI Pulau Tello
24. Batam
GBI Batam
GBI Batu Aji
25. Pulau Baluta – GBI Pulau
Baluta
26. GBI Lubuk Pakam
27. GBI Tanjung Morawa
41
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Visi dan Misi GBI Rayon IV
Setiap Lembaga tentunya memliki visi, misi, tujuan, serta standar. Adapun visi,
misi,, tujuan, dan standar GBI Rayon IV Sumatera Resort, yakni :
a. Visi Global
Yesaya 40:3 dan Mazmur 24:7
“Mempersiapkan Umat yang Layak Bagi Raja Kemuliaan” (“Prepare the Way for
the King of Glory”).
b. Visi Gereja
Yesaya 54:2-3 “(2) Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda
tempat kediamanmu, janganlah menghematnya, panjangkanlah tali-tali kemahmu
dan pancangkanlah kokoh-kokoh patokmu! (3) Sebab engkau akan mengembang
ke kanan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan
mendiami kota-kota sunyi”
c. Misi Gereja
Kisah Para Rasul 15:16-17 dan 1 Tawarikh 23:30
Melayani dengan pola ibadah pemulihan pondok Daud yaitu doa, pujian, dan
penyembahan, dan keintiman dalam kebersamaan.
d. Objektif Mutu (Quality Objectives)
Objektif Mutu GBI Rayon IV Medan adalah :
42
Universitas Sumatera Utara
1. Menggenapi visi global dan visi gereja lokal serta misi GBI Rayon IV
Medan
2. Menjadi
gereja
dengan
struktur
administrasi,
keuangan,
dan
manajemen yang baik, kuat dan sesuai dengan standar internasional
3. Menjadi gereja yang transparan dalam segala bidang
4. Memberikan pelayanan yang tepat waktu pada jemaat
5. Menjadi contoh teladan dan berkat bagi kota dan bangsa
6. Menjadi berkat bagi gereja yang ada di bangsa-bangsa (di luar wilayah
Indonesia)
2.2.2. Struktur Organisasi GBI Rayon IV
Setiap gereja tentunya memiliki struktur atau bagan organisasi yang mengatur
sistem dan manejemen gerejanya oleh setiap bidang. Struktur ini diuraikan
melalui setiap bidang yang dijabat, selain itu peneliti juga menyajikan jenis
kelamin dari setiap bidang yang memimpin dalam bidang tersebut untuk
memperjelas uraiannya. Berikut peneliti sajikan Struktur Organisasi GBI Rayon
IV.
43
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1. Struktur Organisasi GBI Rayon IV
(6 Oktober 2012-6 Oktober 2016)
Gembala Sidang
(L)
Keterangan :
L : Laki-laki
Chief of Staff
(P)
P : Perempuan
Dewan Penasihat
Gembala (L)
Internal Audit
Departemen (P)
Internal Audit
Keuangan (P)
IT dan Multimedia
(L dan P)
Divisi
Pelayanan
Tubuh
Kristus (L)
Koordinator
Pelayanan
Misi Luar
Negeri (L)
Kepala Divisi
Keuangan (P)
Kepala Divisi Pelayanan
Kerohanian (L)
Koordinator
Koordinator
Pemuridan/Pengajaran
Apolistik/
(L)
Koordinator
Pastoral (L)
Profetik (P)
Kepala
Kepala
Departemen KOM Departeman
Doa (L)
(L)
Kepala Departemen
Pengawas
FA (L)
Menara Doa (P)
Kepala Departemen
Anak (P)
Kepala Departemen
Junior Church (P)
Kepala
Departemen
Musik (L)
Kepala
Pembina Departemen Departemen
Misi &
Pemuda (L)
Penginjilan (L)
Kepala Departemen
Pemuda
Ka. Departemen WBI
(P)
UPG (L)
Koordinator Koordinator
Pelayanan
Pembelian
Kemanusiaan (P)
(L)
Kepala
Departmen
Baptisan (L)
Kepala Departemen
Kesehatan (P)
Staff
Pembelian
(L dan P)
Kepala
Departemen
Pernikahan (L)
Kepala
Departemen
Diakonia (L)
Administr
asi
Pembelian
Kepala
Departemen
Konseling&
Kunjungan (L)
Kepala
Departemen
Baksos (P)
Koordinator
Kebaktian
Umum (L)
Koordinator
Sekretariat (P)
Kepala Departemen
Pengelolaan Aset (L)
Koordinator
Keuangan
(P)
Koordinator
Akuntansi L dan P
Kasir (L dan P)
Staff
Akuntansi
(L dan P)
Staff Pengelolaan
Aset (L)
Kepala Departemen
Umum (L)
Staff Bank
(L dan P)
Tim Penunjang
(Driver, OB, Security,
Asisten) (L&P)
Staff Keuangan
Persembehan
(L dan P)
Kepala Departemen
Personalia (L)
Staff
Administrasi (P)
Kepala
Departemen
Kematian &
Penghiburan (L)
Tim Pemerhati
(P)
Hodpitality (P)
)
44
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Jadwal dan tata ibadah GBI Rayon IV Sumatera Resort
Tabel 2. Jadwal Ibadah dan Kegiatan GBI Rayon IV Sumatera Resort 19:
Nama
Ibadah/Kegiatan
Jadwal Ibadah/Kegiatan
Tempat
Ibadah Raya/Ibadah
Minggu
Setiap Hari Minggu dengan jadwal
:
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah I
: Pkl. 07.30-09.30 WIB
Ibadah II : Pkl. 10.00-12.00 WIB
Ibadah III : Pkl. 12.15-14.15 WIB
Ibadah IV : Pkl. 16.00-18.00 WIB
Ibadah V : Pkl. 18.00-20.00 WIB
Ibadah Sekolah
Minggu
Setiap Hari Minggu dengan jadwal
:
Ibadah I
Sumatera Resort
: Pkl. 07.30-09.30 WIB
Ibadah II : Pkl. 10.00-12.00 WIB
Ibadah III : Pkl. 12.15-14.15 WIB
Ibadah IV : Pkl. 16.00-18.00 WIB
Ibadah V : Pkl. 18.00-20.00 WIB
Ibadah Junior
Church
Setiap Hari Minggu
Sumatera Resort
Pkl 07.45-09.30 WIB
Pkl. 10.15-12.00 WIB
Ibadah Pemuda
Setiap Hari Sabtu, Pukul 19.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah Doa Puasa
Setiap Hari Sabtu, Pukul 10.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah WBI (Wanita
Bethel Indonesia)
Setiap Hari Kamis Pukul 10.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah FA (Family
Setiap Hari Jumat
Di setiap lokasi FA
19
Warta Sepekan GBI Rayon IV Edisi 14 April 2016
45
Universitas Sumatera Utara
Altar)
Ibadah Holy Ghost
Meeting Family
Altar (HGM FA)
Hari Jumat (Hanya jumat pertama
dalam sebulan jika ada Doa
Malam)
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Menara Doa 24 Jam
Setiap hari (24 Jam)
Ruang Menara Doa
Ibadah Menara Doa
Setiap Hari Selasa, Pukul 10-12.00
WIB
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Ibadah HGM (Holy
Ghost Meeting)
Setiap Hari Rabu, minggu ke2,3,4, dan 5 (jika ada)
Ruang Bagas Godang,
Sumatera Resort
Pukul 18.30 WIB
Baptisan Selam
Setiap Hari Minggu, Pukul 14.30
WIB
Kolam Renang
Sumatera Resort
Jadwal-jadwal di atas merupakan jadwal berbagai kegiatan yang terdapat di GBI
Rayon IV Sumatera Resort. Setiap jadwal ini tentunya sudah menjadi jadwal tetap
kegiatan
yang
dilaksanakan.
Sekalipun
mengalami
perubahan
biasanya
perubahan-perubahan jadwal tersebut akan diberitahukan kepada jemaat dan
diumumkan melalui warta jemaat yang cetak maupun warta jemaat dalam bentuk
video yang ditayangkan sebelum ibadah berakhir disetiap minggunya.
Di samping jadwal ibadah tentunya sebuah gereja memliki suatu pengaturan agar
suatu ibadah atau kegiatan lebih terarah dan jelas. GBI memiliki tata ibadah yang
mungkin berbeda dari gereja-gereja lainnya. Adapun tata ibadah secara umum di
GBI Rayon IV Sumatera Resort ialah :
46
Universitas Sumatera Utara
Pra Ibadah
1. Ucapan selamat datang dari WL (Worship Leader/Pemimpin Ibadah)
Setelah masuk ke dalam gereja, sesuai dengan waktu mulainya ibadah, maka
ibadah dimulai dan WL memberikan ucapan selamat datang kepada jemaat.
2. Bersalam-salaman (Fellowship)
WL mengajak jemaat untuk bersalam-salaman dekat jemaat lain yang berada
didekatnya sambil mengucapkan kalimat seperti “Selamat hari minggu, mari
bersukacita!” dan kalimat-kalimat lainnya. Hal ini ditujukan untuk mengakrabkan
jemaat.
Ibadah
1. Doa pembuka
Ibadah diawali dengan doa pembuka yang biasanya dipimpin oleh koordinator
kebaktian umum gereja.
2. Prosesi penyembahan (worship)
WL memimpin jemaat untuk masuk ke dalam hadirat ibadah dengan
membawakan lagu penyembahan diiringi dengan alunan musik. Disaat inilah
penari tamborin masuk altar dan menarikan tarian penyembahan. Di dalam
penyembahan juga terdapat doa-doa penyembahan dan ucapan syukur yang
dibawakan oleh WL.
3. Prosesi Pujian (praise)
47
Universitas Sumatera Utara
Pujian yang dinyanyi terdiri dari beberapa lagu yang juga diiringi oleh pemusik.
Biasanya WL cukup enerjik dalam memimpin pujian bersama dengan jemaat.
4. Prosesi Penyembahan
Menyanyikan nyanyian penyembahan untuk memulai mendengarkan firman
Tuhan melalui khotbah yang akan didengarkan
5. Khotbah
Khotbah dipimpin oleh pembicara, baik itu pendeta maupun penginjil.
6. Persembahan-Warta jemaat
Jemaat memberikan persembahan yang diedarkan oleh para diaken, diakones, dan
usher. Sembari memberikan persembahan jemaat juga dihimbau untuk
menyaksikan video yang berisikan warta jemaat yang berisi informasi-informasi
seputar kegiatan gereja dan lain-lain.
7. Doa syafaat
Doa syafaat yang berarti menaikkan doa secara keseluruhan. Doa syafaat dipimpin
oleh pendoa syafaat yang diutus gereja, topik doa syafaat adalah bangsa dan
negara serta kota, pemimpin-pemipin bangsa, pemimpin-pemimpin gereja, gereja,
jemaat, Kota Kudus Jerusalem.
8. Doa berkat
Doa berkat merupakan
doa pemberkatan sebelum ibadah berakhir, biasanya
dipimpin oleh pendeta maupun gembala jemaat.
48
Universitas Sumatera Utara
GBI mengadopsi pola pujian penyembahan Pondok Daud yang lebih
mengutamakan pujian dan pemyembahan yang menjadi ciri khasnya dalam
sebuah ibadah. Seringkali “Pujian dan Penyembahan” disebut seolah-olah
keduanya sama persis atau paling tidak terkombinasi menjadi satu. Dalam
penerapannya, pujian dan penyembahan merupakan suatu hal yang terpisah.
Dimana keduanya memiliki makna dan fungsi yang berbeda, yang akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Pujian (Praise)
Pujian merupakan pujian keagungan yang ditujukan kepada Tuhan melalui
nyanyian yang dinyanyikan. Pujian adalah ekspresi dari kekaguman dan rasa
syukur manusia kepada Tuhan, biasanya pujian itu dalam tempo yang cepat
(beat). Biasanya diungkapkan dengan tepuk tangan, sorak-sorai yang riang20.
2. Penyembahan (Worship)
Penyembahan merupakan ungkapan atau ekspresi yang menyembah dengan
tempo yang lambat (slow).
Dalam menyanyikan penyembahan jemaat
menikmati keintiman dengan Tuhan melalui lagu yang dinyanyikan. Cara
bernyanyi cenderung penuh perasaan dan dengan teknik bernyanyi yang
menghasilkan nyanyian yang indah. Di dalam penyembahan juga biasanya WL
mengajak jemaat untuk masuk ke dalam penyembahan kepada Tuhan sembari
memuji Tuhan dan memakai bahasa roh.
20
Bob Sorge, Mengungkapkan Segi Pujian dan Penyembahan, terj. Timothy Youw, Haryono,
Marthin Muslie (Yogyakarta: ANDI, 1991) hal. 2,15.
49
Universitas Sumatera Utara