Pelayan Perempuan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rayon IV Sumatera Resort
DAFTAR FOTO
Foto 1 : Foto di atas merupakan hasil potret peneliti saat melaksanakan penelitian di GBI Rayon IV Sumatera Resort, yang mana gambar tersebut merupakan lobby sekretariat GBI Rayon IV.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 2 Foto 3
Foto 2. Foto informan (Kak Feronika) yang diperoleh ketika peneliti menjumpai informan seusai ibadah minggu di GBI rayon IV Sumatera Resort.
Sumber : Dokumentasi pribbadi peneliti.
Foto 3. Kak Feronika bersama rekan sesama pelayan tamborin. Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
(2)
175
Foto 4 Foto 5
Foto 4 Foto di atas merupakan gambar Kak Elisabet yang diambil oleh peneliti ketika selesai wawancara dengan informan.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 5. Merupakan foto ketika Kak Elisabet melakukan pelayanan di gereja cabang.
(3)
Foto 6 Foto 7
Foto 6. Ekspresi Informan (Kak Frisca Tarigan) ketika sedang melayani memimpin ibadah, dalam sesi penyembahan (worship) di ibadah.
Sumber : Dokumentasi pribadi informan. Foto 7. Kak Frisca memimpin pujian (praise). Sumber : Dokumentasi pribadi informan.
Foto 8 Foto 9
(4)
177
Foto 10 Foto 11
Foto 10. Para pelayan ibadah melakukan doa bersama sebelum ibadah berlangsung.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 11. Suasana Ibadah Wanita Bethel Indonesia yang diikuti oleh kaum perempuan.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
(5)
Foto 12 Foto 13
Foto 12. Kaum WBI menyerahkan makanan yang telah disiapkan untuk para tukang pekerja bangunan Rumah Persembahan.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 13. Para Wanita WBI foto bersama seusai masak di dapur GBI Rayon IV Sumatera Resort.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 14 Foto 15
Foto 14. Seminar Kesehatan “Kardiovaskular” yang dilaksanakan oleh WBI Rayon IV.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 15. Kak Sri (pelayan GBI) membagikan sarapan pagi untuk anak-anak Sekolah Dasar di tepi jalan di depan GBI Rayon IV Sumatera Resort.
(6)
179
Foto 16. Foto 17
Foto 16. Ibu Caroline yang merupakan Koordinator WBI Rayon IV. Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 17. Kak Mei, salah satu informan pangkal dan juga menjabat sebagai sekretaris WBI.
Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 18 Foto 19
Foto 18. Peneliti mengambil foto bersama dengan informan, Kak Elisabet. Sumber : Dokumentasi pribadi peneliti.
Foto 19. Peneliti mengambil foto bersama dengan informan, Bang Johannes yang merupakan Kepala Departemen Musik GBI Rayon IV.
(7)
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : drg. Caroline Siahaan
Usia : 50 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Bidang Pelayanan : Koordinator WBI
2. Nama : Mei Simatupang
Pekerjaan : Staff GBI Rayon IV Departemen WBI Bidang Pelayanan : Singer
3. Nama : Ria Naibaho
Usia : 44
Pekerjaan : Staff Sekretariat GBI Sumatera Resort
4. Nama : Pdm. Dra, Erni Simatupang, M.Mis.
Usia : 48 Tahun
Pekerjaan : Gembala Bidang Pelayanan : Pendeta
5. Nama : Elisabet Napitupulu
Usia : 40 Tahun
Pekerjaan : Fulltimer GBI Rayon IV Departemen Internal Audit
Bidang Pelayanan : WL dan Singer
6. Nama : Feronika Renpoi Situmeang
Usia : 25 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Perusahaan Farmasi Bidang Pelayanan : Penari Tamborin
(8)
181 7. Nama : Frisca Tarigan
Usia : 26 Tahun
Pekerjaan : Assistant Chief of Staff Sekretariat GBI Rayon IV Bidang Pelayanan : WL (Worship Leader)
8. Nama : Johannes Parhusip
Usia : 36 Tahun
Pekerjaan : Kepala Departemen Musik Sekretariat GBI Rayon IV
Bidang Pelayanan : Pelayanan Musik Gitaris
9. Nama : Ibu Siahaan
Usia : 58 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
10.Nama : Juliana Br. Tarigan
Usia : 35 Tahun
Pekerjaan : PNS
11.Nama : Pdm. Darsono Ambarita, M.Th.
Usia : 36 Tahun
Pekerjaan : Kepala Prodi Teologi STT Pelita Kebenaran Medan
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Harmona, 2007. Perempuan dalam Kemelut Gender. Medan, USU Press.
Fakih, Mansour, 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Handayani, Trisakti, Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang, UMM Press.
Ihromi, T.O., 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
Kendall, Jackie, Debbie Jones. 2007. Lady in Waiting: Wanita dalam Penantian, terj. Natania Tiendas. Bandung, Pionir Jaya.
Koentjaraningrat, 1997. Pengantar Antropologi: Pokok-pokok etnografi II. PT. Jakarta, Rineka Cipta.
Markus S., M.Th, Pdm.,2010. 546 Pertanyaan yang sering ditanyakan orang Kristen. Yogyakarta, ANDI.
Murniati, A. Nunuk P., 2004. Getar Gender : Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga. Magelang, Indonesia Tera. Rudjansyah, Tony, 2015. Antropologi Agama : Wacana-wacana Mutakhir
dalam Kajian Religi dan Budaya. Jakarta, UI-Press.
Saud, Saumiman, 2006. Kualitas Hidup Orang Percaya. Jakarta, Lentera Kehidupan Literatur.
Situmorang, Jonar, 2013. Kristologi : Menggali Fakta-Fakta Tentang Pribadi dan Karya Kristus. Yogyakarta, ANDI.
Situmorang, Jonar, 2016. Kamus Alkitab dan Theologi: Memahami istilah-istilah sulit dalam Alkitab dan Gereja. Yogyakarta, Andi Offset.
Sorge, Bob, 1991. Mengungkapkan Segi Pujian dan Penyembahan, terj. Timothy Youw, Haryono, Marthin Muslie. Yogyakarta, ANDI.
Spradley P, James., 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta, Tiara Wacana.
Strauch , Alexander, 2008. Diaken dalam gereja, terj. Oktriad S. Handoyo. Yogyakarta, ANDI.
(10)
173 Ulfah, Maria, T.O. Ihromi, 1994. Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia.
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Woo Ho, Ro, 2015. Manusia Kepunyaan Allah : Yang Ditemui Melalui Pembacaan Alkitab (Perjanjian Lama). Yogyakarta, Andi Offset.
Sumber Skripsi/Karya Ilmiah :
Marpaung, Hans. “Deskripsi Tari Tamborin dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia (GBI) Tanjung Sari Medan.”
Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.
Sihombing, Gugun. “Manajemen Organisasi, Pelatihan, Dan Struktur Musik Di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Medan Plaza.” Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010.
Sumber Lainnya :
Alkitab edisi Studi. 2010. Lembaga Alkitab Indonesia Buletin GBI „A Time To Prepare A God‟s People Warta Family Altar GBI Rayon IV Edisi Mei 2016 Warta Sepekan Wanita Bethel Indonesia, 14 April 2016
Sumber Internet :
http://artikel.sabda.org/node/715 (diakses pada tanggal 20 Juli 2016 Pukul 12.44 WIB)
http://kbbi.web.id/pelayanan (diakses pada tanggal 30 Juli 2016)
http://petrusfs.com/2007/09/11/motivasi-pelayanan (diakses pada 11 Agustus 2016)
http://sainswindow.blogspot.co.id/2013/10/wanita-dalam-budaya-jawa.html (diakses pada tanggal 20 Januari 2016 Pukul 22:25 WIB)
http://www.sarapanpagi.org/hamba-tuhan-pelayan-penatua-nabi-gembala-vt88.html (diakses tanggal 25 Juli 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Karismatik (diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 19.08)
(11)
BAB III
PELUANG BAGI PEREMPUAN MENJADI PELAYAN GEREJA BETHEL RAYON IV SUMATERA RESORT
3.1Definisi Pelayanan
Dalam kajian antropologi yang mengkaji tentang kebudayaan, dimana salah satu kebudayaan yang dimiliki manusia adalah agama atau kepercayaan. Di dalam suatu ritual atau upacara keagamaan manusia merupakan salah satu komponen penting dalam upacara tersebut. Manusia dalam ritual tersebut sebagai pelaku (pemuji atau penyembah) Tuhan, dan juga merupakan perangkat berjalannya suatu ritual keagamaan. Perangkat jalannya sebuah kebaktian yang selanjutnya disebut pelayan dalam gereja ialah unsur penting berjalannya kebaktian. Kemudian hal inilah yang disebut tindakan pelayanan dalam kepercayaan Kristen. Secara epistimologis, seperti yang diungkapkan oleh Pdm. Markus S., M.Th (2010:196) kata „pelayanan‟ berasal dari bahasa Yunani, yakni diakonia yang
berarti melakukan sesuatu yang diperintahkan Tuhan kepada kita. Bagi orang yang sudah percaya (kepada Yesus Kristus), pelayanan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia sebagai ciptaan-Nya. Yang menjadi obyek dalam pelayanan ialah mengacu kepada siapa yang dilayani oleh manusia. Dalam kepercayaan Kristen yang mengakui ketritunggalan ialah melayani Tuhan. Pelayanan merupakan tindakan yang dilakukan sebagai wujud rasa hormat kepada Tuhan akan apa yang Tuhan telah kerjakan dalam kehidupan manusia. Karena
(12)
51 dalam kepercayaan orang Kristen, Tuhan terlebih dahulu melayani manusia, datang ke bumi menjadi manusia demi melayani umat-Nya. Demikianlah sebaliknya manusia hendaknya melayani Tuhan melalui talenta yang dimiliki, seperti misalnya pelayanan mimbar, pelayanan misi, pelayanan gereja, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya sangat jauh berbeda dengan pelayanan yang dilakukan yang bersifat duniawi (sekuler) seperti pelayanan restoran, pelayanan hotel, dan lainnya. Sementara itu pelayan adalah menunjuk kepada orang-orang yang melakukan pelayanan tersebut. Dalam Alkitab kisah di Alkitab terdapat banyak tokoh yang merupakan melayani Tuhan. Di antaranya adalah Zakheus seorang yang berdosa yang kemudian melayani Yesus dengan apa yang dimilikinya pada saat itu (Lukas 19:1-9), Daud, Daniel, Abraham, serta banyak tokoh Alkitab lainnya yang menjadi teladan dalam kehidupan.
Menurut Pdm. Darsono Ambarita, M. Th. Yang merupakan gembala di GBI Rayon IV, pelayanan merupakan menjadi seorang hamba serta melakukan tugas-tugas di dalam dunia sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan. adapun bentuk tindakan tersebut seperti melakukan pelayanan gereja, melakukan pelayanan keluarga, melakukan pelayanan kemanusiaan kepada orang-orang yang tidak mampu, serta pelayanan dalam bentuk penginjilan (misi). Sedangkan pelayan adalah orang-orang yang melakukan tugas-tugas digeluti dalam pengenalan akan Allah, dan menjadi pelayan baginya ialah menjadi teladan bagi banyak orang. Manusia harus mengabdikan diri pada Tuhan yang dipermuliakan. Konteks melayani adalah manusia tidak menjadi egosentris (berpusat pada diri sendiri), melainkan melayani dengan prinsip Kristosentris (berpusat pada Kristus).
(13)
Melayani meninggalkan egosentris yang dimiliki manusia menuju Kristosentris. Dimana manusia tidak lagi berpikir „saya ada karena diri saya, melainkan sudah berpikir „saya ada karena Tuhan, maka saya melayani Tuhan‟. konsep dari pada melayani ialah memberitakan injil, memuji, dan menyembah. Ini merupakan fokus utama dalam pelayanan.
Kenapa manusia melayani? Karena manusia sebagai hamba Tuhan harus sadar bahwa ada pekerjaan-pekerjaan Tuhan membutuhkan partner (rekan) atau bisa dikatakan perpanjangan tangan Tuhan untuk melakukan tugas-tugas yang Tuhan tidak bisa kerjakan langsung di dunia. Injil sudah jelas merupakan sebuah panduan manusia dalam kehidupannya, bagaimana mengatur hubungan dengan Tuhan dan juga kepada sesame manusia. Isi Alkitab mengandung nasihat-nasihat, himbauan dan perintah kepada manusia, salah satunya ialah nasihat untuk melayani. Dasar pelayanan secara umum jika dilihat dari beberapa ayat yang tertulis di Alkitab diuraikan sebagai berikut :
Galatia 5:13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah
seorang akan yang lain oleh kasih.” Hal ini jelas menerangkan bahwa umat yang telah mengenal Tuhan dan dibebaskan dari dosa harus melayani.
Semua orang Kristen harus melayani karena Tuhan Yesus sudah melayani manusia terlebih dahulu dan Tuhan ingin supaya manusia meneladani dan melanjutkan apa yang sudah dilakukannya. Tertulis
(14)
53 dalam Alkitab Markus 10:45 “Karena Anak Manusia juga datang
bukan untul dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawanya bagi tebusan banyak orang.”
Setiap orang Kristen harus melayani karena setiap orang Kristen adalah bagian dari anggota tubuh Kristus. “Kamu semua adalah tubuh
kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” (1 Korintus 12:27) Sebagai anggota tubuh, manusia harus mengambil bagian dalam pelayanan terhadap anggota tubuh yang lain.
1 Petrus 4:10-11 “(10). Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. (11). Jika ada yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.” Ayat dengan judul perikop „Hidup Orang Kristen‟ ini merupakan nasihat-nasihat kepada setiap umat Kristen untuk melayani sesama manusia untuk memuliakan Tuhan melalui karunia-karunia atau talenta yang dimiliki setiap masing-masing orang.
Matius 28: 19-20 “(19. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak, dan Roh Kudus, (20). dan ajarlah mereka mengetahui segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
(15)
sampai kepada akhir zaman.” Merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus sebelum Dia naik ke surga. Mandat yang diberikan diperintahkan untuk setiap umat manusia, agar semakin banyak orang yang bersaksi untuk Tuhan dan menyebarkan kebenaran serta mengajarkan semua isi Taurat. Hal ini merupakan dasar pelayanan yang dilakukan oleh Orang Kristen yakni bersaksi dan memberitakan kebenaran Injil.
Yohanes 4:23 “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang,
bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian” Semua umat wajib menyembah. Di Alkitab tidak tertulis hanya laki-laki atau hanya perempuan saja yang melayani Tuhan. Setiap orang Kristen mempunyai karunia dalam melayani, yakni melayani dengan talenta, sebab talenta merupakan karunia kemampuan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Setiap orang diberikan talenta yang berbeda-beda agar saling melengkapi dalam pelayanannya. Ada orang yang memiliki talenta bemain musik, ada yang memiliki talenta menginjili, ada juga yang memiliki talenta bernyanyi, serta talenta-talenta lainnya. Melayani juga dilakukan manusia sebagai wujud tunduk akan amanat agung yang Tuhan perintahkan kepada manusia seperti yang tertulis dalam Matius 28;19-20.
Talenta adalah suatu kemampuan atau keahlian yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada seseorang supaya dia bisa terlibat dalam mengurus kekayaan yang Tuhan miliki “Sebab Kerajaan Sorga sama seperti orang yang mau bepergian ke luar
(16)
55
negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikan lima talenta, yang seorang lagi dua talenta dan yang seorang lain satu talenta, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia
berangkat” (Matius 25:14-15). Talenta diberikan sebagai modal bagi seseorang untuk mempertahankan hidupnya di dunia ini, termasuk untuk bisa memberi pelayanan yang maksimal kepada Allah. Artinya talenta tidak hanya dipakai untuk pelayanan di gereja saja melainkan untuk kehidupan sehari-hari21.
3.2Peluang Bagi Perempuan untuk Melayani di GBI Rayon IV
Sejak awal GBI Berdiri di Kota Medan, perempuan sudah diberikan tanggung jawab untuk melayani di gereja, bahkan melayani di berbagai bidang. GBI Rayon IV berdiri tahun 1993, sejak masa itu perempuan sudah terlibat dalam pelayanan gereja. Ibu Marini Ishak merupakan salah satu perempuan pertama yang terlibat dalam pelayanan dan penggembalaan gereja GBI Rayon IV pada masa itu. Dimana ia merupakan pemikir dan penggagas ide dan saran upaya membangun/ membuka cabang gereja GBI untuk wilayah kota Medan. Yang atas pertimbangan akhirnya pada masa itu diutuslah Pendeta R. Bambang Yonan beserta istri untuk melayani dan kini nama GBI Rayon IV sudah cukup besar di Sumatera Utara. Selain itu juga banyak perempuan yang terlibat dalam pelayanan jemaat mula-mula pada masa itu yang mengambil andil dalam sejarah perkembangan GBI Rayon IV. Demikian sampai hari ini banyak perempuan di GBI Rayon IV yang memiliki kerinduan melayani dan mengambil bagian dalam tugas pelayanan gereja.
21
Pdm. Markus S., M.Th, 546 Pertanyaan yang sering ditanyakan orang Kristen. (ANDI: Yogyakarta, 2010), hal. 118:200.
(17)
GBI Rayon IV Sumatera Resort merupakan gereja yang jemaat dan pelayannya terdiri dari lintas budaya, usia, dan jenis kelamin, serta latar belakang ekonomi berbeda. Demikian juga pelayan-pelayan yang terdapat di gereja ini merupakan orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Seperti informan dalam penelitian ini, yakni Kak Elisabet yang berasal dari etnis Batak Toba, Ibu Erni pendeta GI Rayon IV yang berusia 48 tahun yang berasal dari etnis Batak Toba, dan Kak Friska yang berasal dari etnis Karo, juga Kak Feronika Renpoi yang berasal dari etnis Batak Toba.
3.2.1. Perempuan dalam Bidang-bidang Pelayanan
GBI Rayon IV dalam pelayanannya terbagi menjadi beberapa departemen, di antaranya ialah:
Departemen Family Altar Departemen Anak
Departemen Junior Church Departemen Doa
Departemen Musik
Departemen KOM (Komunitas Orientasi Melayani) Departemen Diakonia
Departemen Kesehatan
Departemen Misi dan penginjilan Departemen Wanita Bethel Indonesia Departemen Kebaktian Umum Departemen Baptisan
Departemen Pernikahan Departemen Konseling Departemen Baksos Departemen Diakonia
Dalam setiap departemen di atas terdapat perempuan-perempuan yang ambil bagian dan melayani di dalamnya. Tidak terdapat satu departemen pun yang tidak ada pelayan perempuannya. Dari hasil wawancara yang peneliti peroleh dengan
(18)
57 dan laki-laki tidaklah rumit. Dalam praktiknya perempuan dan laki-laki mengerjakan hal yang sama seperti yang gereja instruksikan. Dalam memilih suatu bidang pelayanan biasanya dipilih secara otomatis atas kemauan pribadi dan kesadaran akan talenta yang dimiliki. Proses yang dilalui ialah secara alami. Untuk pembagian tugas, semua pelayan bertugas sesuai dengan fungsinya. Laki-laki maupun perempuan bebas dalam memilih bidang pelayanan yang ia minati tanpa batasan.
Tabel 3. Daftar jenis pelayanan yang merupakan pelayanan panggung dan mimbar dalam ibadah di GBI Rayon IV Sumatera Resort.
No Jenis Pelayanan Perempuan Laki-laki
1 Pendeta/Gembala √ √
2 Worship Leader (WL) √ √
3 Singer √ √
4 Keyboardist √ √
5 Drummer - √
6 Bassist - √
7 Usher (Penerima Tamu) √ √
8 Penari Tamborin √ -
9 Pendoa √ √
10 Multimedia √ √
11 Soundman - √
12 Guru Sekolah Minggu √ √
GBI Rayon IV Sumatera Resort memiliki ratusan pelayan perempuan yang masuk ke dalam setiap bidang pelayanan di gereja tersebut. Salah sataunya di Departemen Musik lebih dari 50% dari jumlah pelayan adalah pelayan
(19)
perempuan, di dalamnya terdapat banyak perempuan yang berpengaruh dalam pelayanannya. Demikian juga pelayan perempuan dalam Departemen Doa, Departemen Misi dan Penginjilan (Penginjil dan Pendeta Perempuan). Bahkan setiap departemen yang terdapat di GBI Rayon IV.
Dalam Departemen Musik GBI Rayon IV yang menaungi pelayannan di antara lain Musisi (Bassist, Keyboardist, Drummer, Saxophonist), Singer atau Penyanyi Latar, Penari Tamborin, WL,Soundman, Multimedia. Menurut Pihak Departemen Musik, Johannes parhusip, sampai saat ini belum ada perempuan yang mengambil bagian menjadi pelayan di bidang soundman dan menjadi drummer, maupun
bass, bukan karena tidak diperbolehkan namun karena tidak ada yang mau atau
tidak ada yang mendaftarkan diri.
“Sampai saat ini untuk pemain drum, gitaris memang tidak ada yang
mendaftar perempuan. Tetapi kami tidak menutup kesempatan untuk perempuan dijadikan pemain musik. Hanya sampai saat ini belum.” (Johannes Parhusip)
Berbeda halnya dengan tamborin yang mana semua pelayannya adalah perempuan. Hal ini didasarkan karena sampai hari ini sudah menjadi kebiasaan di GBI yang menarikan tarian tamborin adalah perempuan. Kalau pun ada laki-laki hanya bertugas memegang panji bukan menarikan tarian tamborin.
Sama dengan pelayanan lainnya baik Pendoa, WBI (Wanita Bethel Indonesia), Pengajar KOM, Guru Sekolah Minggu juga terdapat pelayan perempuan di dalamnya. Usher yang merupakan sebutan bagi pelayan perempuan atau laki-laki yang masih single (belum menikah) biasanya melayani sebagai penerima (penyambut) jemaat di gereja. Sementara untuk pelayan yang sudah menikah dan
(20)
59 melayani bersama dengan istri atau suaminya disebut diaken (perempuan/istri) dan diakones (pria/suami). Berbeda halnya jika suami atau istrinya tidak melayani maka yang melayani tunggal disebut sebagai usher (yang tidak memiliki pasangan saat melayani). Adapun peranan usher, diaken, dan diakones adalah pelayanan terhadap jemaat, menerima tamu, melayani jemaat, mengumpulkan persembahan, bahkan melayani di perjamuan kudus.
Setelah ditelisik lebih dalam, diaken dan diakones dalam ibadah memiliki tugas yang berbeda. Meskipun secara harfiah mereka bertugas menyambut jemaat. Namun dalam menerima kantong persembahan dari depan dalam sebuah ibadah raya biasanya para lelaki lah yang bertugas kemudian diedarkan yang dibantu oleh kaum perempuan. Jika dahulu yang menghitung jumlah persembahan setelah ibadah selesai adalah perempuan, namun kini para lelaki pun terlibat di dalamnya. Sehingga tidak ada kekhususan terhadap suatu pihak. Hanya ada ide-ide yang dianut di dalamnya.
3.3Proses Perekrutan Pelayan di GBI Rayon IV Sumatera Resort
Semua departemen membuka lebar peluang bagi setiap perempuan yang memiliki kerinduan untuk melayani. Begitu juga sebaliknya terhadap laki-laki. Mungkin ada beberapa bidang dimana lebih banyak jumlah perempuan di dalamnya, namun hal itu bukan dikhususkan untuk perempuan saja, tetapi laki-laki juga ada di dalamnya. Seperti contohnya, guru sekolah minggu. Kecuali WBI yang hanya beranggotakan perempuan saja.
Dalam proses regenerasi atau penerimaan pelayan baru tentunya memiliki proses-proses dan tahapan yang dilalui. GBI memiliki standar-standar untuk merekrut
(21)
orang-orang yang akan melayani menjadi pelayan. Tahapan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan dengan tahap registrasi atau pendaftaran, dimana pendaftaran pelayan-pelayan baru memiliki syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak gereja yang harus dipatuhi tanpa adanya negosiasi. Perekrutan ini dilakukan oleh setiap deprtemen yang menaungi pelayanan tersebut. Semua standar dan proses yang ada di GBI Rayon IV diatur oleh sistem manajemen ISO 9001 yang dimiliki oleh GBI. Adapun syarat-syarat tersebut adalah :
3.3.1. Syarat menjadi pelayan di GBI
Syarat umum (Administratif) :
1. Memiliki KAJ (Kartu Anggota Jemaat)
KAJ merupakan bukti keanggotaan terdaftar di GBI Rayon IV Medan. KAJ juga merupakan syarat untuk melayani sebagai aktivis/pekerja GBI Rayon IV Medan. Bagi jemaat yang ingin menjadi anggota terdaftar harus mengisi formulir KAJ dengan lengkap disertai dengan surat baptis dan surat pindah gereja (bagi yang sudah terdaftar di gereja lain)
2. Sertifikat KOM sebagai bukti telah lulus kelas KOM (Komunitas Orientasi Melayani)
KOM (Komunitas Orientasi Melayani) merupakan sebuah wadah dimana jemaat yang rindu melayani akan dibina dan diarahkan dengan cara menggali firman Tuhan sebagai dasar-dasar kekristenan dan motivasi pelayanan yang baik sehingga bekal tersebut dapat menjadi acuan di dalam pelayanan. KOM bertujuan untuk memperlengkapi pelayan dan jemaat dalam penegetahuan Alkitab maupun
(22)
61 doktrin-doktrinnya. Kelas-kelas KOM terbuka bagi jemaat dari semua kalangan, usia dan pendidikan. Kelas KOM GBI Rayon IV memiliki seri atau tingkatan seperti KOM 100, 200, 300, 400.
3. Sertifikat baptis selam (bukti sudah mengikuti baptis selam)
Sertifikat baptis selam merupakan syarat untuk menjadi pelayan di GBI baik perempuan maupun laki-laki sudah harus melakukan baptis selam. Tidak hanya itu, jemaat GBI secara umum haruslah mengikuti baptisan selam yang hanya dilakukan sekali seumur hidup sebagai tanda menerima Yesus di dalam kehidupan dan bersedia mengikut Yesus.
Baptis Selam atau batisan berasal dari istilah Yunani „baptizo‟ yang arti harfiahnya adalah diselam, dibenamkan, atau ditenggelamkan. Jadi, baptisan air adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengikuti upacara diselamkan atau ditenggelamkan ke dalam air. Baptisan air wajib diikuti oleh setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dalam kehidupan mereka karena baptisan air merupakan baptisan langsung dari Tuhan Yesus. Seperti yang tertulis di Alkitab “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16)
Makna baptisan selam adalah pengakuan bahwa seseorang telah dipersatukan dengan Tuhan Yesus Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Ketika seseorang itu masuk ke dalam air, hal itu merupakan pernyataan komitmen untuk meninggalkan kehidupan lamanya atau mati terhadap kehidupan lamanya. Setelah itu, ia akan ditenggelamkan ke dalam air sebagai lambang peristiwa penguburan Yesus. Sedangkan yang ketiga adalah keluar dari air yang berarti kebangkitan dari
(23)
kematian dan hidup dalam kehidupan baru, tertulis di Alkitab Roma 6:3-5. Pdm. Markus S., M.Th (2010 : 118-119)
Selain syarat-syarat umum di atas terdapat juga syarat lainnya berupa syarat non-administratif yang harus dipenuhi untuk menjadi pelayan, diantaranya adalah pelayan harus memiliki skill (kemampuan) dalam bidang pelayanan yang akan digeluti. Misalnya seorang penari tamborin harus bisa menari dan memiliki kapasitas dalam bidang tersebut atau biasa disebut sebagai kasih karunia maupun talenta. Demikian juga dengan bidang pelayanan lain yang ada di GBI. Syarat lainnya ialah pelayan GBI harus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, sudah lahir baru dan Berbahasa Roh.
Bahasa Roh dikenal dengan istilah glossolalia (Yunani yang berasal dari kata
glossa, yang diterjemahkan dengan lidah atau bahasa. Kata kerjanya lalein yang
berarti berbicara atau berkata-kata dengan menggunakan lidah22. Bahasa roh merupakan salah satu karunia Roh Kudus yang memuji Allah di dalam doa dengan bahasa baru yang tidak dapat orang yang memakainya. Bahasa roh dalam GBI merupakan karunia roh, dimana roh kudus yang memberikan manusia kemampuan dalam berbahasa roh. Tubuh manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh. Roh dimiliki oleh setiap manusia, bahasa roh merupakan komunikasi dengan Allah yang diperoleh dengan cara meminta dan berhikmat. GBI memakai bahasa roh untuk membangun diri sendiri dan berkomunikasi dengan Tuhan, dengan dasar mengikuti semua yang dikatakan di dalam firman Tuhan. Alkitab
22
(24)
63 merupakan tafsiran yang benar. Apapun yang dilakukan diharapkan tidak lari dari firman.
Dasar daripada pengetahuan berbahasa roh adalah 1 Korintus 14:2, 39 “(2). Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata dengan manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (39). Karena itu saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat, dan janganlah melarang orang lain berkata-kata dengan bahasa roh.”
Syarat-syarat tersebut di atas memang tidak ada sertifikatnya, namun beberapa poin tersebut menurut pihak gereja merupakan syarat wajib bagi seorang pelayan. Jika sudah lulus syarat administrasi maka akan mengikuti tahap atau proses-proses lanjutan seperti training dan lain sebagainya tergantung prosedur tiap-tiap bidang pelayanan. Hal-hal di atas dilihat potensinya melalui audisi yang dilakukan pihak gereja. Adapun pihak yang menyeleksi setiap calon pelayan adalah masing-masing departemen yang bernaung di dalam pelayanan tersebut, misalnya untuk merekrut pendoa yang menangani atau merekreut adalah pihak Departemen Doa, demikian juga yang lainnya ditangani oleh masing-masing departemen.
(25)
3.3.2. Audisi
Audisi merupakan satu-satunya yang dilakukan untuk beberapa bagian khususnya yang di bawah naungan Departemen Musik sebagai sarana untuk merekrut seperti WL, Singer, Pemusik (Musisi), Penari Tamborin, Kameramen, Operator, Soundman. Audisi yang dilakukan biasanya merupakan rencana kerja yang sudah terencana oleh Departemen Musik GBI.Untuk tahun ini target audisi dua kali atau dua gelombang dan setiap bidang pelayanan sudah terealisasi melaksanakan audisi. Namun jika keadaannya masih kurang maka akan dilakukan lagi audisi tambahan di luar program kerja.
Audisi merupakan penerimaan awal dimana pihak gereja akan melihat kemampuan seseorang secara teknis. Seperti mampu bernyanyi, bisa bermain musik, bahkan mampu memimpin pujian dalam ibadah. Setelah lolos tahap audisi seorang pelayan akan masuk ke dalam masa training yang berkisar 6 bulan sampai 1 tahun. Jika seorang pelayan sedang dalam masa training namun dilihat sudah memiliki kemampuan yang mencukupi maka diberikan kesempatan langsung untuk melayani di ibadah. Dengan kata lain pelayan tersebut masih dalam status training namun sudah dilibatkan dalam pelayanan. Kasus ini seperti yang terjadi pada Feronika Renpoi, informan yang merupakan penari tamborin di GBI. setelah masa training berakhir maka seorang pelayan akan diberikan tanggung jawab melayani dalam ibadah-ibadah. Namun demikian, tidak semua yang mengikuti training lulus dan langsung terlibat dalam pelayanan. Jika dalam masa training yang sudah ditetapkan tidak lulus, maka akan mengikuti kembali training di
(26)
65 angkatan berikutnya. Dari penuturan Johannes Parhusip hal ini sering terjadi di Departemen Musik.
Dalam setiap audisi dan penerimaan pelayan tidak dipatokkan ataupun dibatasi secara kuantitas jumlah pelayan berdasarkan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun, siapa saja yang mendaftarkan diri untuk melayani akan diperhitungkan. Sementara itu, beberapa pelayanan lain tidak melakukan audisi untuk menerima pelayan-pelayan baru melainkan hanya melalui proses registrasi saja.
3.4. Laki-laki adalah Imam
Di GBI memiliki nilai-nilai yang dibentuk atas paradigma, dimana pria adalah imam gereja maupun imam keluarga yang bertugas memimpin. Namun, tidak dilarang perempuan untuk boleh berada di depan memimpin khotbah atau memimpin pujian. Hal ini dibuktikan dengan banyakanya WL, Singer, Pemusik, bahkan Pendeta berasal dari kaum perempuan. Dengan kata lain harus tetap taat kepada imam.
Dari hasil wawancara dengan Pdm. Darsono Ambarita, S.Th dijelaskan Imam merupakan suatu jabatan dalam umat Israel yang penting peranannya. Seperti yang tertulis di Alkitab, pada masa itu dijelaskan bahwa bangsa Israel merupakan bangsa pilihan Tuhan dan mayoritas masyarakatnya pada kala itu mengikut Tuhan Yesus. Imam dalam ibadah memiliki tugas mempersembahkan korban, mengadakan doa syafaat dan memberi berkat. Dalam keluarga juga memiliki imam, sama halnya seperti dalam sebuah gereja, karena keluarga diartikan sebagai sebuah gereja kecil milik Tuhan. Dalam pandangan Kristen di Alkitab
(27)
menyatakan dengan tegas laki-laki adalah imam. Hal ini bermula di Perjanjian Lama yang mana imam dikhususkan pada tradisi Suku Lewi, namun seiring perkembangan zaman keimaman ini juga berlaku pada suami-suami. Dalam nats Alkitab yang tertulis di Efesus 5:23 yang berbunyi “Karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan
tubuh.” Membenarkan posisi laki-laki adalah imam dalam sebuah keluarga.
Kenyataan ini merupakan suatu hierarki yang memang sudah demikian adanya sejak masa alkitabiah. Budaya paternalistik yang mendukung eksistensi laki-laki sebagai imam, seperti halnya yang telah tertulis di dalam Alkitab. “Tetapi Aku
mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki adalah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah
Allah” (1 Korintus 11:3). Ini menggambarkan para pengikut Yesus sebagai “tubuh Kristus” dimana perempuan dan laki-laki adalah pengikut Kristus. Dengan demikian, sekalipun perempuan memiliki kebebasan melayani bernubuat, bahkan mengajar, perempuan harus tetap tunduk dann taat kepada suami atau laki-laki yang merupakan imam baginya di gereja maupun di keluarga. Itulah sebabnya dalam ibadah raya umumnya doa pembuka, doa syafaat dan doa penutup dibawakan oleh laki-laki.
3.5. Pelayanan Perempuan dalam Perspektif Alkitab
Dalam nats Alkitab terdapat beberapa nats yang mungkin menyatakan tindakan ketidakadilan, namun jika ditelaah memiliki pemahaman dan makna yang berbeda. Seperti yang tertulis di 1 Korintus 14:34 Paulus menuliskan “Sama
(28)
67
berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang
dikatakan juga oleh Hukum Taurat.” Sekilas ayat ini seperti melemahkan dan melarang perempuan, namun jika ditelaah lebih lagi dalam tafsirannya bahwa Paulus tidak sedang berbicara dalam hukum Taurat Alkitab, melainkan “hukum” yang biasa ditafsirkan melalui tradisi. Hal ini ditinjau ulang dengan nats Alkitab yang tertulis di 1 Korintus 11:5 dimana Paulus menghendaki agar perempuan berdoa dan bernubuat (melakukan kegiatan pelayanan).
1 Timotius 2:8-15 dimana Paulus menuliskan bahwa ia tidak mengizinkan perempuan memimpin jemaat dan hendaklah perempuan berdiam diri saja dan menerima ajaran. Dalam tafsirannya ternyata Paulus tidak sedang membicarakan perempuan secara umum, namun menunjuk kepada jemaat Timotius, Paulus mengingatkan hendaklah perempuan tidak memamerkan kekayaan dan menasihatkan kepada jemaat agar dalam ibadah ada keteraturan. Karena pada masa itu perempuan-perempuan itu tidak menjadi teladan yang baik. Jika melayani dengan kasih maka akan sama haknya, demikian tafsiran menurut Paulus.
3.5.1. Kisah Perempuan yang Diperhitungkan dalam Alkitab
Seorang wanita dalam Perjanjian Baru disebut "pelayan/diaken” wanita23
. Alkitab juga telah menceritakan gerakan feminisme pada masa itu dimana banyak perempuan yang terpanggil dan dipakai untuk pelayanan bagi orang sekitarnya maupun bagi bangsanya. GBI merupakan gereja yang menganut dan mempelajari
23
(29)
Alkitab secara keseluruhan, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam sejarah gereja dan teologis, perempuan mempunyai andil besar dalam pelayanan. Hal ini dibuktikan melalui teladan-teladan dan pelayanan yang dilakukan oleh kaum perempuan yang mengenal Tuhan pada masa itu. Dalam Perjanjian Lama tersurat yakni sosok Rut, Ester, Debora, Dorkas. Dalam puluhan kitab yang tergantung dalam Alkitab, dua di antaranya disebut atas nama perempuan yaitu Rut dan Ester. Selain itu diperjanjian baru juga banyak kisah pelayanan yang dilakukan oleh perempuan pada masa itu. Berikut diuraikan serta diartikan beberapa kisah pelayan perempuan yang namanya tertulis di Alkitab baik Perjianjian Lama maupun Baru.
1. Rut Pasal 1-4.
Kitab Rut yang tertulis dalam Perjanjian Lama yang merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi pada zaman hakim-hakim, sekitar 200 tahun sebelum Daud menjadi raja. Sampai saat ini belum diketahui siapa yang menuliskan Kitab Rut ini. Kisah ini diperkirakan dituliskan setengah abad setelah peristiwa-peristiwa yang dituturkan terjadi.
Kisah Rut menceritakan bagaimana Tuhan memakai seorang perempuan yang bukan dari bangsa bangsa Israel melainkan orang Moab untuk melaksakan rencana-Nya di dunia. Rut merupakan seorang janda yang memutuskan mengikut mertuanya dan tinggal di Israel. Ia berani dan mempertahankan hidupnya di tengah-tengah lingkungan yang kurang mendukung. Ia sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan dan ia pun adalah seorang perempuan yang bijaksana. Hingga akhirnya Rut yang setia mengahadapi perkara-perkaranya dan menikah
(30)
69 dengan Boas yang kemudian melahirkan keturunan menjadi Raja yang besar di Israel, yaitu Daud.
Isi pokok dari Kitab Rut mengajarkan banyak hal, antara lain :
Rencana Allah dapat dipenuhi dengan cara yang tidak terduga-duga
Allah berkarya dalam kehidupan orang yang setia
Menolong orang lain dan setia pada keluarga dapat mengubah hidup dan membawa kebahagiaan
Allah melimpahkan kebaikan pada semua orang, bukan hanya orang Yahudi
Allah memperhatikan semua orang yang berkarya pada kehidupan mereka sehari-hari
2. Ester 1-10. Kitab Ester tertulis dalam Perjanjian Lama.
Ester merupakan perempuan yang cantik perawakannya. Kecantikannya terunggul di dunia. Ia merupakan perempuan yang bijaksana. Ester digambarkan sebagai perempuan yang gagah perkasa, ia berani dan memiliki kemampuan untuk menghadapi resiko untuk membebaskan bangsanya yang besar dari kebinasaan. Ia rela mengorbankan dirinya, ia maju dan berani, itulah kecantikan yang sesungguhnya. Dari sikapnya dapat dilihat iman Ester yang luar biasa. Tuhan memakai dia untuk membela dan membebaskan umatnya dari kebinasaan. Ia berpuasa didapan Allah, juga mengajak bangsannya berpuasa. Imannya menjadi contoh (teladan) bagi setiap orang, tidak hanya bagi perempuan saja.
3. Debora, kisahnya tertulis dalam kitab Perjanjian Lama yang tertulis dalam Hakim-hakim 4:1-24, 5:1-31 yang mengisahkan bahwa Allah memilih
(31)
seorang perempuan bernama Debora untuk memimpin orang Israel berperang melawan Yabin. Debora juga dalam kisahnya memuji Allah dengan nyanyian kemenangan sebagai perwujudan sukacitanya setelah menang melawan Yabin.
4. Perjanjian Baru yang tertulis di Kisah Para Rasul 9:36-43, menuliskan kisah seorang perempuan yang bernama Tabita, dalam bahasa Yunani „Dorkas‟ yang melayani janda-janda melalui kemampuannya.
5. Pelayanan yang dilakukan Tuhan Yesus yang diikuti oleh kaum perempuan yang ingin melayani Dia. Tertulis dalam Matius 27:55-56 “Dan disitu banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan -perempuan yang mengikut Yesus untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu
anak-anak Zebedeus”. Perempuan-perempuan ini mengikut Yesus, berkeliling bersama Yesus dan murid-muridNya untuk melayani. Ayat yang sama tertulis di Lukas 8;1-3, dalam nats ini juga dijelaskan terdapat Susana, Yohana, dan perempuan lainnya yang melayani Yesus. Mereka melayani Yesus dan murid-murid-Nya dengan kekayaan mereka.
6. Demikian juga dengan perempuan Samaria yang bertobat kemudian percaya dan bersaksi akan Yesus dan menjadi pengabar injil di kotanya pada saat itu (Yohanes 4:42). Ketika kebangkitan Tuhan Yesus dari kubur perempuan lah yang pertama kali melihat kubur Yesus berperan dalam mengabarkan berita tersebut, adalah Maria dari Magdala, Yohana, dan Maria Ibu Yakobus dan perempuan-perempuan lainnya yang memberitakan kebenaran. (Matius 24:1-12)
(32)
71 7. Kisah Febe yang merupakan rekan sekerja Paulus dalam melayani Tuhan. Ia merupakan pemimpin yang melayani jemaat di Kengkrea, nats ini tertulis di Roma 16:1.
8. Maria dan Marta Lukas 10:38-42. Kisah Maria dan Marta merupakan suatu bukti nyata pelayanan yang dilakukan oleh Marta dengan melayani Yesus dan murid-muridNya. Sementara bentuk pelayanan Maria adalah duduk diam mendengarkan perkataan Tuhan yang bermakna patuh akan apa yang Tuhan katakan.
Nama-nama di atas merupakan sebagian dari perempuan yang namanya tercatat dalam sejarah Alkitab. Selain itu banyak lagi perempuan-perempuan yang namanya masuk ke dalam Alkitab sebagai bentuk pelayanan perempuan. Dari hal di atas membuktikan bahwa perempuan juga memiliki potensi yang sama dengan laki-laki untuk melayani Tuhan. Sehingga menurut Pendeta Darsono Ambarita, jika ada gereja yang membatasi kualitas dan karunia talenta, sebaiknya harus kembali ke Alkitab agar berpatokan pada Alkitab.
3.6. Pandangan Seorang Pendeta tentang Pelayanan Perempuan
Pdm. Darsono Ambarita, M.Th. merupakan salah seorang gembala di GBI Rayon IV, ia juga merupakan salah satu pakar teologi dan juga merupakam dosen sekaligus Kepala Jurusan Teologi di STT Pelita Kebenaran. Berbicara tentang pelayanan perempuan masa kini, Pdm. Darsono Ambarita menjelaskan bahwa sudah jelas pelayanan perempuan tidak menyalahi Alkitab melihat dengan meninjau kembali banyaknya perempuan yang melayani yang tertulis dalam Alkitab. Dikuatkan dengan keberadaan Firman Tuhan yang tak pernah menyuruh
(33)
perempuan atau laki saja yang melayani, namun semua ciptaan-Nya baik laki-laki maupun perempuan diutus untuk melayani dan memberitakan kebenarannya. Di hadapan Tuhan semuanya sama, itulah alasan mengapa ia menyetujui pernyataannya tersebut.
Menurut Pdm. Darsono Ambarita, M.Th., adapun persentase peluang bagi perempuan untuk melayani di GBI Rayon IV adalah 100 %, demikian juga sebaliknya dengan laki-laki. Artinya perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam melayani selama memiliki potensi untuk mendukung pelayanan gereja. GBI Rayon IV menerima pelayanan perempuan dalam setiap bidang maupun departemen. Sampai saat ini tidak ditemui bidang pelayanan yang tidak memperbolehkan perempuan bergabung di dalamnya. Tidak ada batasan, yang dilihat dalam diri seorang pelayan adalah talenta, kemampuan, dan keinginan untuk melayani tanpa melihat jenis kelaminnya.
Kembali kepada Alkitab (back to the Bible) merujuk kembali kepada kebenaran Alkitab, demikianlah penafsiran GBI Rayon IV. Gereja ini sudah cukup terbuka baik dalam aspek ibadah ataupun dalam penyetaraan gender. Perempuan kini juga banyak menjadi pengaruh di gereja. Menurut Pendeta Darsono Ambarita sangat disayangkan sekali jika perempuan tidak dilibatkan atau diberdayakan dalam pelayanan gereja. Karena perempuan juga memiliki potensi yang cukup besar bahkan memiliki keinginan untuk melayani.
Ia mengungkapkan bahwa ada perjalanan sejarah mengenai pergerakan perempuan atau yang disebut feminisme teologi. Gerakan ini merupakan gerakan yang menyatakan diri bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki
(34)
73 dalam sebuah gereja. Awalnya di beberapa gereja pada masa itu hanya laki-laki yang diutamakan dan diperhitungkan. Namun di GBI Rayon IV, teologi yang dipakai dalam memandang pelayanan perempuan sebagai suatu hal yang wajar bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam sebuah pelayanan. Dalam kisah yang tercatat di Alkitab ketika Yesus melayani, Dia tidak hanya mengutamakan kaum laki-laki dalam pelayananNya. Bahkan Dia mengijinkan dan tidak pernah menolak pelayanan yang dilakukan kaum perempuan di sekitar terhadapNya. Adanya gerakan feminisme karena adanya ketidakadilan pada masa lalu. Perempuan cenderung tidak diperhitungkan di dalamnya untuk terlibat menjadi dampak. Terdapat beberapa pada masa lalu yang sampai kini pun masih memiliki aturan-aturan yang membatasi perempuan dalam pelayanan gereja. Salah satu di antaranya adalah Gereja Baptis Indonesia, gereja ini tidak memperbolehkan dengan kata lain melarang perempuan ditahbiskan menjadi gembala. Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) atau aliran Kabar Mempelai juga merupakan salah satu gereja yang tidak memperbolehkan perempuan melayani di gereja.
Di Gereja Katolik ditemukan perempuan terlibat dalam pelayanan, namun tidak ditemukan perempuan yang menjadi pemimpin jemaat atau menjadi pengajar dalam jemaat. Katolik lebih melibatkan perempuan dalam pelayanan kemanusiaan, yang mana hal ni termasuk mengkotakkan dan membatasi gerak dan potensi yang dimiliki oleh perempuan. Berbeda halnya dengan GBI Rayon IV yang memperbolehkan perempuan masuk dalam segala bidang pelayanan tanpa dibatasi satupun.
(35)
Secara pribadi Pdm. Darsono Ambarita mengungkapkan dukungan terhadap pelayanan yang dilakukan perempuan di gereja. Karena menurutnya perempuan merupakan penyeimbang, perempuan adalah penolong, dan perempuan memiliki kemampuan yang berbeda dengan laki-laki. Menurutnya perempuan memiliki kelebihan dalam suatu kondisi akan mampu memanajemen, sungguh-sungguh dalam melayani, memiliki semangat serta memiliki ciri khas tersendiri.
Setiap gereja memiliki masing-masing aturan, serta memiliki tatanan doktrin yang berbeda-beda. Namun di dalam GBI Rayon IV memakai seutuhnya perintah Alkitab dan penerapannya di pelayanan gereja. Perempuan dan laki-laki hakikatnya adalah sama, yakni sama-sama diciptakan oleh Tuhan dan sama-sama memiliki karunia dari Tuhan, sehingga layaklah setiap ciptaan-Nya melayani-Nya. Perempuan harus tunduk pada otoritas orang yang di atasnya. Baik itu orang tua, suami, bahkan pendeta ataupun gembala gereja. Hal ini merupakan wujud ketaatan sebagai suatu dasar hidup orang Kristen. Perempuan melayani dimulai dari yang paling sederhana, membenahi keluarga, menjadi teladan. Jika seorang istri ingin melayani ia harus meminta izin pada suami, jika seorang perempuan ingin melayani hendaklah taat pada orang tua. Perempuan disarankan untuk membenahi keluarga terlebih dahulu agar bisa melayani di gereja maupun tempat lainnya.
(36)
75 3.7. Wanita Bethel Indonesia (WBI) Rayon IV Sumatera Resort
Dukungan terhadap pelayanan perempuan oleh GBI Rayon IV dibuktikan juga dengan adanya suatu wadah yang disediakan oleh GBI khusus untuk perempuan, yakni Wanita Bethel Indonesia. Wanita Bethel Indonesia (WBI) merupakan suatu wadah yang dikhususkan untuk seluruh perempuan di Gereja Bethel Indonesia. WBI awalnya dibentuk karena adanya kerinduan dari Gembala Pembina GBI Rayon IV, Bapak Pdt. R. Bambang Yonan, agar wanita memiliki suatu wadah khusus di gereja. WBI pertama kali melaksanakan ibadah pada tanggal 9 Desember 1999 di salah satu GBI cabang di Kota Medan.
Dalam strukturalnya WBI berada di bawah dalam naungan Koordinator Pemuridan dan Pengajaran yang dipimpin oleh Pendeta Robert Siahaan. WBI tentunya dipimpin oleh seorang perempuan yakni dinamai sebagai Koordinator yang memimpin WBI Rayon IV Kota Medan. Adapun masa kepemimpinan untuk satu periode ialah dua tahun. Sampai saat ini koordinator WBI telah mengalami pergantian berkali-kali, kini WBI Rayon IV dipimpin oleh Ibu drg. Caroline Siahaan sebagai Koordinator WBI.
Karena pada umumnya wanita di dalam keluarga memiliki banyak beban, tentunya karena beban-beban tersebut wanita harus dekat dengan Tuhan. Jika perempuan tidak dekat dengan Tuhan maka akan bisa „menghancurkan‟. Seperti di dalam Alkitab tertulis bahwa perempuan bisa membangun bisa menghancurkan dengan tangannya. Menurut Firman Tuhan di Alkitab wanita di dalam kehidupannya diciptakan sebagai „penolong‟ maka haruslah menjadi penolong yang benar yang berdasarkan Firman Tuhan. Penolong yang benar harus
(37)
berpengetahuan akan hal-hal yang benar supaya bisa menjadi penolong yang benar dan kebenaran itu cuma ada dari Tuhan. Itulah dasar mengapa Bapak Bambang Yonan selaku Gembala Pembina membentuk WBI (Wanita Bethel Indonesia). Sama seperti yang tertulis dalam Amsal 31:30 “Kemolekan adalah
bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji.” Kecantikan perempuan yang takut akan Tuhan melebihi kecantikan luar, seorang perempuan yang takut akan Tuhan akan dihormati dan dihargai oleh masyarakat.
GBI secara umum memiliki sebuah program yang disebut PPW (Pengembangan Pemberdayaan Wanita) adalah sebuah program kerja yang dalam realisasinya dilaksanakan oleh WBI untuk para perempuan. Di dalamnya terdapat pelatihan, aksi sosial, dan lain sebagainya untuk memberdayakan wanita untuk kemuliaan Tuhan. PPW merupakan program yang diusung bersama dengan GBI dan dikerjakan melalui perpanjangan tangan WBI untuk diaplikasikan bagi jemaat bahkan masyarakat. Dengan tujuan setiap perempuan dikembangkan kemampuannya dan dipakai untuk memuliakan Tuhan dan memberkati sesama. WBI-WOW!!! (Woman Of the World) merupakan motto WBI yang didefinisikan sebagai wanita yang menjadi tiang doa, baik di keluarga maupun di gereja. Adapun tujuan dari adanya WBI adalah menjadi alat dan saluran-saluran. Setiap perempuan menurut WBI haruslah cakap dan memiliki visi sebagai berikut:
1. Penolong yang baik dan berpengalaman. 2. Pembawa keselamatan bagi anak.
(38)
77 4. Pembawa kabar baik dan kesaksian.
5. Memimpin anak-anak dan wanita yang lebih muda untuk menjadi wanita yang bijak di dalam Tuhan.
Syarat untuk menjadi bagian dari WBI :
Memiliki surat baptis (sudah dibaptis selam). Memiliki KAJ (Kartu Anggota Jemaat) GBI.
Lulus KOM atau sedang mengikuti kelas KOM (Komunitas Orientasi Melayani).
Prosedur untuk masuk menjadi anggota WBI :
Mengisi data pribadi (formulir), dalam tahap ini para perempuan yang sudah menikah yang ingin melayani harus memiliki izin dari suami agar bisa melayani.
Setelah mendaftarkan diri, kemudian langsung di-training, selama masa training mendapat penilaian oleh pemerhati yang merupakan pihak WBI. Penilaian dilakukan dengan standar-standar yang telah diberlakukan, dilihat loyalitas, kesetiaan, bahkan keaktifan dalam pelayanan. Masa training minimal tiga bulan atau bahkan lebih dari tiga bulan (tergantung dari hasil penilaian secara objektif dan selektif). Setelah masa training maka resmi menjadi anggota dari WBI dan
dipercayakan untuk mengemban tugas pelayanan yang lain-lain bahkan yang lebih besar.
(39)
3.7.1. Program dan Kegiatan WBI
WBI memiliki progam tahunan yang diselenggarakan oleh setiap kabid (kepala bidang). Adapun kegiatan-kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh WBI ialah :
1. Ibadah WBI
Ibadah WBI merupakan ibadah rutin yang dilaksanakan setiap Hari Kamis Pukul 10.00-12.00 WIB di GBI Sumatera Resort. Ibadah ini diselenggarakan oleh Wanita Bethel Indonesia
2. Seminar
WBI memiliki kegiatan seminar yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan terhadap para jemaat. Adapun jenis seminar yang diaksanakan di antaranya adalah seminar keluarga, seminar kesehatan, dan seminar kecantikan (demo kecantikan). Hal ini dilakukan guna memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang hal terkait kepada para peserta seminar. Seminar dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah diatur oleh pihak departemen WBI sesuai dengan kebutuhan.
3. Nonton Bareng
Nonton bareng merupakan salah satu kegiatan yang diusung oleh WBI untuk
memberikan hiburan dan pengetahuan bagi para perempuan. Adapun film yang disajikan biasanya adalah film-film yang berkenaan dengan tema „perempuan‟.
4. Konseling
WBI juga memfasilitasi jasa konseling bagi jemaat yang membutuhkan solusi atas setiap masalah yang dihadapi, baik masalah rohani, pribadi, dan masalah keluarga.
(40)
79 Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh WBI setiap hari Senin sampai Jumat di pagi hari mulai Pukul 07.00 pagi sampai selesai. WBI membagikan 300 bungkus sarapan pagi setiap harinya. Sarapan yang dibagikan setiap paginya dimasak oleh anggota WBI setiap hari. Menu makanan yang dimasak biasanya sudah ditentukan. Mulai hari Senin sampai Kamis menunya adalah nasi, lauk, dan sayur. Sementara untuk hari jumat menu yang disajikan adalah bubur kacang hijau. Untuk memasak dan membagikan sarapan pagi para wanita ini sudah mengatur jadwal. Kaum wanita dari gereja cabang pun turut membantu memasak atau membagikan sarapan pagi ini
GBI melalui program WBI memberikan pelayanan untuk masyarakat melalui sarapan pagi yang dibagikan hampir setiap harinya. Adapun kegiatan ini ditujukan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu, seperti supir angkot, supir bus, tukang becak, anak-anak sekolahan yang belum sarapan, bahkan orang-orang yang kurang mampu yang bermukim di sekitar GBI Sumatera Resort. Membagikan nasi bungkus dilaksanakan di depan gerbang GBI Sumatera Resort yang merupakan Jalan Lintas Jamin Ginting, Simpang Selayang. Membagikan nasi bungkus merupakan kegiatan pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh WBI. Hal ini cukup menyita perhatian peneliti, bahkan peneliti pun pernah berkecimpung langsung membagikan sarapan pagi ini.
6. Memasak untuk pekerja bangunan Rumah Persembahan
GBI Rayon IV saat ini sedang dalam proses membangun sebuah gedung, yakni House Of Sacrifice (Rumah Persembahan). Dalam proses pembangunan dan memiliki banyak pekerja (tukang). Sehingga WBI sebagai perempuan-perempuan GBI, memiliki partisipasi dalam mendukung pembangunan rumah ibadah
(41)
tersebut. Sehingga WBI memiliki partisipasi memasakkan konsumsi (makanan) untuk para pekerja bangunan setiap dua kali dalam sebulan, yakni minggu kedua dan minggu keempat. Adapun makanan yang disediakan oleh WBI sesuai dengan jumlah pekerja.
7. Seminar
Dari hasil pengamatan peneliti dan juga realisasinya, WBI cukup sering melaksanakan seminar. Seminar yang dilaksanakan di antaranya ialah seminar kecantikan (demo make-up), seminar kesehatan, dan seminar keluarga. Adapun yang menjadi sasaran untuk seminar yang dilaksanakan WBI adalah jemaat, baik jemaat secara umum dan juga jemaat yang perempuan
8. Kunjungan
WBI juga memiliki program kunjungan, yakni sebuah kegiatan melakukan kunjungan pada jemaat yang sedang dalam masa-masa sulit dan jemaat yang membutuhkan dukungan doa. Misalnya jemaat yang sedang sakit, jemaat yang sedang dalam masalah, bahkan jika ada jemaat yang meninggal maka akan diberikanpenghiburan dan doa.
9. Rumah Dorkas
Bidang Dorkas ini ialah pelatihan-pelatihan yang dibekali kepada perempuan-perempuan WBI yang mau belajar. Adapun jenis pelatihannya di antaranya ialah menjahit..
(42)
81 3.7.2. Struktur WBI
WBI memiliki struktur organisasi yang membagikan setiap anggotanya ke dalam beberapa bidang. Di antaranya ialah :
1. Koordinator WBI
Koordinator adalah orang yang memimpin berjalannya WBI dan memiliki tanggung jawab mengkoordinir setiap agenda dan program
2. Sekretaris
Sekretaris memiliki tugas mengurus administrasi WBI dan berhubungan langsung dengan pihak Sekretariat WBI dalam menjalankan tugasnya.
3. Kepala Bidang Ibadah
Mengurusi dan melakukan pelaporan ibadah rutin WBI yang dilaksanakan setiap Hari Kamis Pukul 10.00 WIB. Bidang Ibadah memiliki peranan dalam mempersiapkan keperluan ibadah yang dilaksanakan, mempersiapkan kotak persembahan dan warta WBI yang akan dibagikan. Bidang ini juga bertugas mempersiapkan ibadah di luar gereja (jika ada) yang bersifat eksternal.
4. Kepala Bidang Doa
Mengatur jadwal doa, doa keliling, serta mendukung pelayanan WBI. Mereka biasanya berdoa setengah jam sebelum memulai ibadah untuk persiapan menuju ibadah. Serta melakukan pertemuan-pertemuan doa lainnya.
5. Kepala Bidang Dorkas
Nama “Dorkas” berasal dari bahasa Yunani yang artinya Tabita, diambil dari Nats Alkitab yang tertulis di Kisah Para Rasul 9:36-39. Dorkas dikisahkan merupakan seorang perempuan yang baik hati dan banyak memberi sedekah, yang memiliki
(43)
kemampuan dan mau mengajarkan orang lain melalui apa yang dimilikinya. Kegiatan daripada Bidang Dorkas ini ialah pelatihan-pelatihan yang dibekali kepada perempuan-perempuan WBI yang mau belajar. Adapun jenis pelatihannya di antaranya ialah menjahit..
6. Bidang Diakonia
Bidang Diakonia atau bidang pelayanan merupakan bidang yang berperan untuk melakukan pelayanan ekstra atau yang berada di luar gereja. Bidang diakonia ini biasanya melakukan pelayanan ke luar seperti pelayanan ke Rumah Sakit, pelayanan social ke Panti Asuhan, dan Penjara. Biasanya dalam menjalankan pelayanan ini WBI dating dengan membawa bantuan yang bersifat logistic, seperti makanan, pakaian, sarung, dan sebagainya.
7. Bidang keterampilan
Pemberdayaan wanita. Pelatihan payet, rangkai bunga, membuat sabun cair, memasak.
8. Bidang Konseling
Bidang Konseling atau Pemerhati berperan sebagai bidang yang memperhatikan apakah WBI berjalan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosesdur) atau tidak. Selain itu Bidang Konseling memiliki tugas untuk memberikan jasa konseling bagi jemaat dan para wanita yang ingin berbagi. Seperti halnya memberikan jasa konsultasi yang secara cuma-cuma bagi jemaat. Tujuan dari konseling ini ialah untuk membantu jemaat yang memiliki masalah, baik masalah rohani, pribadi, bahkan masalah keluarga. Bidang Konseling akan membantu memberikan solusi dari setiap masalah yang dialami oleh jemaat.
(44)
83 Bidang Kunjungan memiliki peranan dalam WBI yakni melakukan kunjungan pada jemaat yang sedang dalam masa-masa sulit dan jemaat yang membutuhkan dukungan doa. Misalnya jemaat yang sedang sakit, jemaat yang sedang dalam masalah, bahkan jemaat yang meninggal.
(45)
BAB IV
KISAH PELAYAN PEREMPUAN DI GBI RAYON IV SUMATERA RESORT
4.1.Elisabet Napitupulu
4.1.1. Profil Elisabet Napitupulu
Elisabet Napitupulu merupakan seorang pelayan perempuan yang di GBI Rayon IV. Peneliti menyebutnya dengan panggilan Kak Elisabet. Kak Elisabet berusia 40 tahun, sehari-harinya bekerja sebagai fulltimer GBI Rayon IV Sumatera Resort di Departemen Internal Audit. Ia merupakan salah satu pelayan perempuan yang melakoni pelayanan dalam banyak hal. Adapun jenis-jenis pelayanan gereja yang sampai saat ini dilakukannya ialah Singer (penyayi latar), WL (Worship
Leader/Pemimpin Ibadah) pengkhotbah di JC (Junior Church), dan kadangkala
menjadi pengkothbah di ibadah pemuda GBI. Pelayanan yang dilakukannya tidak hanya di ibadah raya/minggu saja, namun juga ibadah-ibadah lainnya yang terdapat di GBI Rayon IV.
Sebagai fulltimer yang bekerja dan mengabdikan dirinya untuk gereja setiap bulannya para pekerja fulltimer dan parttimer menerima PK (Persembahan Kasih), karena menurut aturan Alkitab para pekerja seperti mereka diumpamakan seperti Orang Lewi yang bekerja untuk pelayanan. Jadi, menerima persembahan
(46)
85 kasih sebagai bentuk upah dari pekerjaan pelayanan yang dilakukan24. Selama menjadi fulltimer Kak Elisabet telah banyak mencicipi banyak divisi atau departemen yang ada di GBI. Ia bercerita awalnya ia dipekerjakan di bagian Adminisitrasi Sekretariat, kemudian berpindah ke bagian yang mengurusi Pastoral, setelah itu dipindahkan ke Departemen JC (Junior Church) sebagai Kakak Pembina dan juga yang mengurusi admistrasinya, kemudian berpindah lagi ke Bagian Pembelian, dan saat ini berada di Departemenen Internal Audit.
Kak Elisabet di GBI rayon IV sebagai fulltimer di Departemen Internal Audit. Pekerjaannya yakni mengaudit data. GBI sudah terdaftar Sertifikasi ISO Global, yang mana memiliki sertifikat bahwa GBI secara manajemen mengikuti Standar Internasional. Jadi untuk memantau setiap departemen GBI mengikuti aturan-aturan dan Standar Internasional ada satu depertemen yakni Departemen Internal Audit dengan jabatan MR (Management Representative) sementara eksternal audit ialah dari pusat (Jakarta) yang mana satu tahun sekali akan dilakukan audit, sebelum mereka dating mengecek. Maka internal audit dilaksanakan tiga bulan sekali dalam setahun. GBI sudah memakai ISO 9001 sejak tahun 2012, dengan dasar penggunaan ISO ialah supaya teratur secara administrasi manajemen meskipun hanyalah sebuah gereja.
4.1.2. Sejarah Melayani
Ia melayani di Gereja Bethel Indonesia sudah delapan belas tahun yakni sejak tahun dimulai tahun 1998. Sebelum melayani di GBI, ia juga pernah melakukan
24 Fulltimer merupakan sebutan bagi orang-orang yang bekerja di kantor mengurus administrasi
gereja kantoran baik non kantor (seperti petugas keamanan, petugas kebersihan) dan sebagainya. Ada juga Parttimer yang bekerjanya hanya setengah hari dari pekerja fulltimer. Tugas yang dilakukan dikatakan tergolong pelayanan juga karena bekerja untuk gereja.
(47)
pelayanan di kampusnya semasa kuliah yakni pelayanan Kebaktian Mahasiswa Kristen (KMK-USU). Saat itu ia sedang menempuh pendidikan D3 Komputer Fakultas MIPA. Di dalam pelayanan KMK ini mengikuti Kelompok Kecil (KK) dan kegiatan lainnya. Pada tahun 1995 mulai bertobat di Kampus melalui pelayanan kampus yang diikutinya. Kemudian pada tahun 1996 ia mulai bergabung di gereja beraliran karismatik yakni GBI diajak oleh orang-orang sekitarnya. Sementara ia dan keluarganya merupakan jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang merupakan gereja kesukuan. Almarhum ibunya terlebih dahulu masuk dan mengikuti kegiatan serta ibadah di GBI. Namun pada saat itu ibunya tetap beribadah minggu di HKBP bersama ayahnya. Kegiatan yang diikuti ibunya adalah FA (Family Altar) yang ada yang diadakan di rumah mereka.
”Awalnya dulu mamak yang duluan ikut ibadah GBI, buka FA di rumah sama keluarga lainnya. Jadi aku di usia itulah mengenal gereja karismatik.”
Ia mengikuti jejak ibunya kemudian mengenal GBI dan merasa bertumbuh secara rohani di gereja tersebut hingga akhirnya rutin beribadah dan mengikuti kegiatan GBI. Setelah mempelajari banyak tentang GBI, pada tahun 1997 kemudian ia berkomitmen dan melaksakan baptis selam di GBI.
Makna baptisan selam adalah pengakuan bahwa seseorang telah dipersatukan dengan Tuhan Yesus Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Ketika seseorang itu masuk ke dalam air, hal itu merupakan pernyataan komitmen untuk meninggalkan kehidupan lamanya atau mati terhadap kehidupan lamanya. Setelah itu, ia akan ditenggelamkan ke dalam air sebagai lambang peristiwa penguburan
(48)
87 Yesus. Sedangkan yang ketiga adalah keluar dari air yang berarti kebangkitan dari kematian dan hidup dalam kehidupan baru. (Roma 6:3-5)
Setelah menamatkan studinya di kampus pada tahun 1998 ada kesempatan dimana GBI Medan Plaza pada saat itu membuka lowongan untuk menjadi pekerja
fulltimer Sekretariat GBI Raon IV. Kemudian ia melamar dan diterima menjadi fulltimer di GBI Medan Plaza dimana pada saat itu masih merupakan pusat GBI
Rayon IV25.
“Kenapa aku pengen jadi pelayan, awalnya dulu aku lihat fulltimer di Perkantas. Terus aku jadi termotivasi, kayanya seru ya bekerja jadi fulltimer untuk pelayanan.”
Pada tahun 1998 disaat masih baru memulai belajar, ia melayani di kelompok FA (Family Altar) GBI yang yang merupakan kelompok kecil yang terdiri dari belasan anggota FA yang mana di dalamnya terdapat kegiatan rohani seperti ibadah kelompok, doa, praise and worship, ice breaker. Di dalam kelompok FA inilah ia mulai belajar menjadi pemimpin ibadah atau yang biasa disebut WL (Worship Leader), menjadi pemusik, bahkan menjadi singer. Pelayanannya di FA dimulai sejak menjadi anggota, kemudian seiring berjalannya waktu diangkat menjadi sekretaris FA, wakil ketua, dan kemudian menjadi ketua FA26. Ia juga menceritakan pernah menjadi sekretaris FA Cabang di Menteng. Sejak tahun 2010
25 Fulltimer merupakan sebutan bagi orang-orang yang bekerja di kantor mengurus administrasi
gereja kantoran baik non kantor (seperti petugas keamanan, petugas kebersihan) dan sebagainya. Ada juga Parttimer yang bekerjanya hanya setengah hari dari pekerja fulltime. Tugas yang dilakukan dikatakan tergolong pelayanan juga karena bekerja untuk gereja.
26FA adalah singkatan dari Family Altar, suatu wadah berupa kelompok-kelompok kecil dimana
setiap jemaat digembalakan dengan baik sebagai perpanjangan tangan dari Gembala Pembina. Dengan jumlah jemaat yang sangat besar, tentu tidak cukup waktu bagi gembala untuk melayani jemaat satu persatu, melalui FA semua jemaat dapat digembalakan, mendapat pesan-pesan dan tuntutan yang sama dari Gembala Pembina untuk didiskusikan dan diterapkan. Melalui FA setiap jemaat dipersiapkan agar layak menjadi mempelai Kristus yang berarti dewasa secara rohani. (Warta FA)
(49)
ia sudah tidak aktif lagi di GBI Cabang Menteng dan kini pelayanannya fokus di GBI Pusat yakni Sumatera Resort dan setiap utusannya di cabang-cabang lain. Ia mulai melayani menjadi singer pada Tahun 1999 di GBI Cabang Menteng. Setelah banyak belajar kemudian mencoba menjadi WL, dan kemudian ia aktif juga dalam pelayanan pemuda GBI Cabang Menteng yang dibuka mulai tahun 2001. Dalam pelayanan pemuda ia juga menjabat sebagai sekretaris. Tak lama setelah itu ia mulai menjajagi pelayanannya sebagi singer di GBI pusat yakni GBI Medan Plaza. Ia pun mengikuti audisi untuk WL dan kemudian melayani menjadi WL setelah lulus audisi sekitar tahun 2003. Sebelumnya ia juga sudah menjadi WL di GBI Cabang Menteng, namun untuk menjadi WL di GBI pusat harus mengikuti standar yaitu mengikuti audisi dan seleksi jika lulus barulah boleh melayani di GBI pusat.
4.1.3. Pandangan dan Pengetahuan Pelayannan
Ia aktif melayani sebagai WL dan singer di GBI rayon IV Sumatera Resort bahkan GBI cabang-cabang lainnya, dan baru-baru ini sekitar bulan Februari 2016 lalu ia diberikan kesempatan dan dipercaya untuk mengajar kelas KOM (Kehidupan Orientasi Melayani) untuk beberapa materi seperti materi pujian dan penyembahan. Selain itu ia juga aktif pelayanan di Junior Church menjadi pengkhotbah. Tak hanya itu ia juga mengambil bagian dalam ibadah pemuda yang ada, kadang ia diundang menjadi pengkhothbah di ibadah pemuda. Alasan mengapa ia tertarik untuk mengambil bagian dalam pelayanan pemuda ialah karena ia memiliki visi bagi anak-anak muda agar tidak salah dalam memilih jalan dan pergaulan. Karena menurut pandangannya di masa ini banyak anak muda
(50)
89 yang terikut. Seperti di alkitab tertulis bahwa pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Sehingga dengan adanya kepekaan dari orang-orang sekitar diharapkan mampu membangun pergaulan dan pertumbuhan rohani para pemuda Kristen.
Peran Kak Elisabet di pelayanan pemuda ialah khotbah dan konseling dan bertanya-tanya baik itu tentang hubungan dengan orang tua, dengan teman, bahkan hubungan dengan lawan jenis yang tujuannya mengarahkan setiap keputusan-keputusan yang diambil para pemuda. Tak jarang juga ia membagikan apa yang dimilikinya dalam bentuk saran, cerita bahkan kesaksian untuk setiap pemuda yang konseling dengannya.
“Pelayanan lainnya yang aku lakukan selain Worship Leader, aku juga pelayanan di Junior Church dan khotbah di Ibadah Pemuda yang artinya kita juga membagikanlah apa yang pernah kita terima kepada adik-adik yang disana sebagai sebuah kesaksian”
Pelayanan WL yang biasanya dilakukan ialah setiap minggu, namun kadang-kadang juga dalam setiap bulan diundang menjadi pengkhotbah di JC (Junior
Church). Maka, untuk mengatur setiap jadwal yang padat ia juga harus mampu
memanajemen sebaik mungkin dan melakukan lobbying dengan pihak Departemen Musik agar jadwal pelayanannya tidak bentrok. Dan belakangan ini ia dipercayakan mengajarkan di kelas KOM baik di pusat maupun di cabang dengan materi „pujian dan penyembahan‟. Ia bercerita tentang pengalaman pertamanya menjadi pengkhotbah di FA, dimana saat pertama kalinya sangat gugup dan gemetaran. Namun, seiring berjalannya waktu selalu melatih diri dan hingga kini sudah terbiasa dan santai saja.
(51)
Sebelum menjadi WL awalnya ialah pelayan singer yakni penyanyi latar yang biasanya berjumlahkan 3-5 orang dalam suatu ibadah. Namun, seiring berjalannya waktu ia termotivasi untuk mencoba mengikuti audisi WL. Memang sesungguhnya cikal-bakal WL ialah berasal dari singer, namun WL sangat berbeda perannya dengan singer yang hanya menyanyikan pujian penyembahan saja, berbeda halnya dengan WL yang memimpin jalannya ibadah mulai dari awal hingga akhir serta harus memiliki kapasitas ber-fellowship, berdoa, memuji dan menyembah serta membawa jemaat untuk masuk ke dalam hadirat Tuhan. Dengan kata lain singer tidak bisa membawa dan mengarahkan jalannya ibadah, mereka hanyalah bernyayi untuk membantu peneguhan vocal dan pembagian suara pada saat menyanyikan pujian dan penyembahan, berbeda halnya dengan Worship
Leader (WL). Sampai saat ini pun ia tetap melayani sebagai singer.
Untuk menjadi seorang singer maupun WL harus mengikuti tahap dan standar yang telah ditetapkan. Proses penyaringan (audisi) melalui Departemen Musik. Pada masa itu Kak Elisabet sudah terlebih dahulu menjadi fulltimer GBI Medan Plaza yang notabene juga sudah melayani sebagai singer di GBI Cabang Menteng. Kemudian ia mengikuti audisi singer GBI Cabang Pusat yang mengaudisi ialah Kepala Departemen Musik. Setelah audisi lolos kemudian ditraning dan latihan dan direkomendasikan untuk melayani.
Menurutnya pujian dan penyembahan, pada jaman dulu tabut Tuhan diangkat oleh beberapa orang. Jika direfleksikan pada pemahaman pelayanan masa kini pujian penyembahan merupakan tabut Tuhan yang dibawakan oleh beberapa orang yang terdiri dari Worship Leader, Singer, Pemusik (Drum, Keyboard, Bass, Gitar, Saxophone) ini adalah tim dan pemimpinnya adalah WL.
(52)
91 Menurut Kak Elisabet tujuan dari pada pujian penyembahan ialah untuk Tuhan, karena di dalam Firman Tuhan dikatakan bahwa Tuhan bertahta atas pujian dan penyembahan umatnya. Jika Tuhan sudah bertahta maka Ia akan melawat umatnya dan meyatakan kemuliannya. Pujian penyembahan yang dilakukan jemaat mengalir dari setiap pribadi masing-masing tanpa paksaan.
Pelayanan yang dilakukan hampir setiap hari sangat ia nikmati. Ketika ditanya apa arti melayani menurut pendapatnya, ia mengatakan bahwa makna pelayanan baginya adalah melayani Tuhan dan melayani sesama. Menurut pendapatnya makna pelayanan baginya adalah melayani Tuhan dan melayani sesama. Melayani berarti mengasihi „mengasihi‟, dan bagaimana cara mengasihi dikembalikan kepada setiap pribadi masing-masing. Misalnya menjadi seorang WL adalah untuk memuji Tuhan karena kita mengasihi Tuhan dan sembari itu WL juga harus mampu membawa jemaat untuk turut memuji Tuhan yang merupakan bentuk kita mengasihi sesama kita. Selain memiliki „kasih‟ kepada Tuhan yang menciptakan, manusia juga harus mengasihi sesamanya manusia, itulah bentuk pelayanan yang Kak Elisabet artikan.
“Melayani ya mengasihi, nah kalo mengasihi itu kan kembali kepada
setiap pribadi masing-masing. Misalnya menjadi seorang WL adalah untuk memuji Tuhan karena kita mengasihi Tuhan dan sembari membawa jemaat untuk turut memuji Tuhan agar tidak hanya kita yang
menikmati hadirat Tuhan”
Adapun motivasi ataupun dorongan yang membuat ia tertarik melayani awalnya ialah ingin bekerja untuk Tuhan di dalam gereja, disamping itu ia selalu „rindu‟ untuk mengasihi Tuhan dan sesama dengan pelayanan yang dilakukannya
(53)
seberapapun ia mampu dengan talenta27 yang dimilikinya baik itu bernyanyi maupun mengajar. Melayani belasan tahun bukan hal yang sulit dan bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Baginya memberi, menikmati dan mencintai pelayanan adalah kunci melakukan pelayanan dengan baik sampai akhirnya. ”Ya kita cintai pelayanan ini gitu, artinya membangun orang lain
dengan talenta yang kita miliki. Misalnya aku nih jadi WL atau Singer kalo orang tidak mendapat dampak dan menjadi berkat, jangan sampai orang lain tidak terhanyut memuji Tuhan juga, nah begitu juga untuk
menyanyi atau khotbah.”
4.1.4. Pelayanan Keluarga
Sebagai seorang pekerja fulltimer di Sekretariat GBI Rayon IV Kak Elisabet bekerja setiap hari Selasa-Sabtu, dimana senin sampai jumat bekerja mulai pukul 09.00-16.00 WIB, sementara hari sabtu bekerja hanya setengah hari saja. Untuk hari Minggu dan Senin merupakan jadwal untuk Kantor GBI Rayon IV tidak beroperasi atau libur. Baginya bekerja sebagai seorang fulltimer di gereja adalah suatu pelayanan yang selalu diidamkan. Di luar itu ia juga memiliki banyak jadwal pelayanan bahkan jadwal latihan, sekalipun sudah lama melayani tetap saja para pelayan khususnya pelayan music mengadakan latihan. Untuk latihan para
singer dilakukan setiap hari kamis malam. Kesibukannya tentu saja tak lepas dari
aktifitas yang berbau pelayanan.
Kak Elisabet menceritakan tentang bagaimana kehidupan pribadinya di luar pelayanan, yakni di rumah. Ditengah jadwal pelayanannya yang padat setiap minggunya, ia tidak mengesampingkan tugas-tugasnya di rumah. Menurutya
27 Talenta adalah suatu kemampuan atau keahlian yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada
seseorang supaya dia bisa terlibat dalam mengurus kekayaan yang Tuhan miliki “Sebab Kerajaan Sorga sama seperti orang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya
(54)
93 dalam hidup ini tidak hanya bekerja dan pelayanan di gereja saja melainkan ada waktu untuk bersantai. Manusia juga memiliki keluarga yang harus diperhatikan juga, dimana ia juga harus melakukan pelayanan bagi keluarganya. Ia juga selalu meluangkan waktunya untuk keluarganya dan memperhatikan ayahnya, khususnya untuk makanan ayahnya harus ia persiapkan.
“Kita kan hidup ada untuk bekerja, ada hidup untuk keluarga, ada waktu untuk istirahat, kan gitu. Ya mungkin kalau kami dari jam sembilan
sampai jam 4 itu bekerja. “
Kak Elisabet merupakan anak keempat dari enam bersaudara di keluarganya. Ia sampai saat ini masih single dan belum berkeluarga. Dari kelima saudaranya hanya ia dan adiknya yang belum menikah. Ia tinggal hanya bersama ayahnya saja di rumah karena ibunya sudah meninggal dunia. Selain melayani di luar baik di lingkungan pergaulan dan di gereja baginya sangat penting melayani keluarga. Kasih yang paling utama itu ditunjukkan bagi Tuhan, yakni hubungan pribadi dengan Tuhan, kemudian yang kedua ialah keluarga, dan yang ketiga barulah dengan teman-teman dan lingkungan. Ia bercerita juga setiap harinya berdoa untuk keluarga adalah yang paling utama, kemudian juga berdoa bagi pemimpin rohani, kemudian berdoa bagi lingkungan bangsa dan negara.
Ayahnya beribadah di gereja yang berbeda dengannya, ayah Kak Elisabet merupakan jemaat tetap dan beribadah di Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang merupakan gereja protestan kesukuan yaitu suku Batak Toba. Menurutnya sekalipun berbeda dengan ayahnya ia tak pernah membatasi diri baginya melayani keluarga adalah prioritas. Sebagai bentuk kasihnya kepada orang tuanya ia kadangkala beribadah bersama dengan ayahnya di Gereja HKBP
(55)
pada saat momen-momen tertentu seperti misalnya ibadah paskah, ibadah tahun baru, dan sebagainya. Ia juga bercerita waktu perjalanan ke Jambi ayahnya beribadah dengannya di GBI.
Selain itu melayani keluarga ia wujudkan dalam bentuk melengkapi dan memperhatikan setiap kebutuhan keluarganya. Pelayanan bagi keluarga perlu dilakukan agar kita menjadi berkat bagi keluarga. Kalau ada acara biasanya mereka akan kumpul bersama keluarga dan ia melibatkan diri dalam fellowship keluarga. Ia memiliki panggilan religius di keluarga
Orang tuanya juga memberi support terhadap pelayanan yang dilakukannya. Sejauh pelayanannya dari awal sampai saat ini, ia tidak pernah dimarahi atau dilarang mengikuti dan ibadah di GBI hanya saja ia bercerita pernah ditegur karena pulang kemalaman. Baginya teguran itu lumrah yang diyakini karena keluarganya memperdulikannya. Dalam melakukan pelayanan orang tuanya tetap memberi dukungan dan bersikap santai sekalipun mereka beribadah di gereja yang berbeda. Karena pada umumnya keluarga Kristen biasanya beribadah di gereja yang sama ataupun dalam satu aliran gereja yang sama. Namun dalam konteks ini keluarga Kak Elisabet adalah keluarga yang membebaskan pilihan bagi anak-anaknya.
”Nah, lama-lama kita terlalu aktif bukan dimarahin karena mengikut
gereja itu, enggak. Dimarahin karena „kau terlalu sibuk disana, pulang
terlalu malam‟ nah begitu kan. Namanya juga anak perempuan, kalau
aku tidak dimarahin dan tidak ditegur berarti dia mengijinkan dan semuanya baik-baik aja”
Sebagai seorang pekerja yang melayani di Ladang Tuhan, kak Elisabet mendapatkan dukungan positif dari ayahnya. Bahkan ayahnya melakukan hal-hal
(1)
10.Melakukan penelitian Antropologi Kesehatan dengan judul
“Vegetarian pada Masyarakat Hindu Tamil di Kota Medan” tahun
2014
11.Mengikuti penelitian Antropologi Visual di Desa Sei Nagalawan pada tahun 2014.
12.Mengikuti Training of Fasilitator (TOF) yang dilaksanakan oleh Departemen Antropologi pada Januari 2015
13.Panitia Rapat Kerja Nasional Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (Rakernas JKAI) 2015 dengan tema “Lingkungan Hidup dan
Adat Sumatera Utara” sebagai Koordinator Dana.
14.Mengikuti penelitian dan Praktik Kerja Lapangan I di Desa Lumban Suhi-suhi, Samosir pada Mei 2015.
15.Mengikuti Magang/Praktik Kerja Lapangan II di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan pada September-November 2015.
Selain itu penulis juga sampai kini aktif di sebuah organisasi ekstra dan pelayanan mahasiswa yakni IMPERATIF sebagai anggota dan sebagai anggota tim. Penulis pernah mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra yang dilakukan oleh organisasi dan telah mengikuti Latihan Kepemimpinan Dasar dan Menengah di tahun 2015 dan 2016.
Penulis pernah berpartisipasi pada riset/survey di luar akademik, di antaranya mengikuti Suvey Politik di Kota Medan oleh IRC tahun 2013, survey Permasalahan Publik oleh MRC pada Februari 2016, mengikuti survey Permasalahan Masyarakat oleh SMRC Maret 2016, dan mengikuti survey Opini Publik tentang Korupsi oleh CSIS pada April 2016.
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian lapangan untuk skripsi yang
berjudul “Pelayan Perempuan di Gereja Bethel Indonesia Rayon IV Sumatera Resort”. Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana sosial di bidang Antropologi Sosial.
Dalam penulisan skripsi ini banyak tantangan yang harus dihadapi, hal ini terkait dengan cara memperoleh data dan penentuan informan, seta tahap penelitian pun mengalami kesulitan karena masalah waktu yang terbatas yang dimiliki informan dengan berbagai faktor kesibukan. Namun kendala tersebut tidak menjadi masalah besar atas bantuan berbagai pihak yang turut terlibat.
Skripsi ini membahas secara holistik mengenai pelayan perempuan yang terdapat di GBI Rayon IV Sumatera Resort. Peneliti mengambil emapat informan kunci yang menjadi fokus utama yang merupakan pelayan di gereja ini. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak gereja untuk mendapatkan data-data dan informasi terkait pelayanan perempuan di gereja ini. Disamping itu, peneliti juga mewawancarai beberapa keluarga dari informan kunci untuk mendapatkan informasi terkait tentang pelayanan informan.
Skripsi ini terdiri dari 6 bab yang berisikan latar belakang, teori, deskripsi , pembahasan, analisis, dan kesimpulan. Skripsi ini mengkaji secara mendalam tentang peranan, fungsi, serta peluang dan kaitannya dengan eksitensi pelayan perempuan yang dilakukan di GBI Rayon IV Sumatera Resort.
(3)
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Dengan segala kerendahan penulis menghimbau untuk setiap pembaca diharapkan kritik dan sarannya, serta lanjutan penelitian yang lebih mendalam agar kajian pelayan perempuan ini dapat berkembang. Semoga skripsi ini berguna bagi seluruh pembaca serta dapat memperkaya wawasan saya dan pembaca. Terima kasih.
Medan, September 2016
Penulis,
(4)
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Persetujuan ...
Pernyataan Originalitas ... i
Abstrak ... ii
Ucapan Terima Kasih ... iii
Riwayat Hidup ... vii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Bagan... xiii
Daftar Tabel ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Tinjauan pustaka ... 9
1.2.1. Agama ... 10
1.2.2. Pelayan dan Pelayanan ... 12
1.2.3. Melihat dalam Perspektif Gender ... 13
1.3.Rumusan Masalah ... 19
1.4.Tujuan dan Manfaat ... 19
1.5.Metode Penelitian ... 20
1.6.Lokasi Penelitian ... 22
1.7.Analisis Data ... 23
1.8.Pengalaman Penelitian ... 23
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1.Sejarah Gereja Bethel Rayon IV ... 27
2.1.1Masa Awal Gereja Bethel di Indonesia ... 27
2.1.2Masa Pemisahan GBI dan GPdI ... 29
2.1.3Sejarah Gereja Bethel Rayon IV Sumatera Resort ... 31
2.2.Deskripsi GBI Rayon IV Sumatera Resort ... 37
2.2.1.Visi dan Misi GBI Rayon IV ... 41
2.2.2.Struktur Organisasi GBI Rayon IV ... 43
2.2.3.Jadwal dan Tata Ibadah GBI Rayon IV Sumatera Resort .... 42
BAB III. PELUANG BAGI PEREMPUAN UNTUK MENJADI PELAYAN DI GBI RAYON IV 3.1.Definisi Pelayanan ... 50
3.2.Peluang Bagi Perempuan Untuk Melayani di GBI Rayon ... 55
3.2.1.Perempuan dalam Bidang-bidang Pelayanan ... 56
(5)
3.3.1.Syarat Menjadi Pelayan di GBI Rayon IV ... 60
3.3.2.Audisi ... 64
3.4.Laki-laki adalah Imam ... 65
3.5.Pelayanan Perempuan dalam Perspektif Alkitab ... 66
3.5.1. Kisah Perempuan yang Diperhitungkan di dalam Alkitab . 67 3.6.Pandangan Seorang Pendeta tentang Pelayanan Perempuan ... 71
3.7.Wanita Bethel Indonesia (WBI) Rayon IV Sumatera Resort ... 75
3.7.1. Program dan Kegiatan WBI ... 78
3.7.2. Struktur WBI ... 81
BAB IV. KISAH PELAYAN PEREMPUAN DI GBI RAYON IV SUMATERA RESORT 4.1. Elisabet Napitupulu ... 84
4.1.1. Profil Elisabet Napitupulu ... 84
4.1.2. Sejarah Melayani ... 85
4.1.3. Pandangan dan Pengetahuan Pelayanan ... 88
4.1.4. Pelayanan keluarga ... 92
4.1.5. Pandangan Terhadap Pelayanan Perempuan di Gereja ... 95
4.2. Pdm. Dra. Erni Simatupang, M.Mis ... 99
4.2.1. Profil Erni Simatupang ... 99
4.2.2. Sejarah Melayani dan Keterlibatan dalam Pelayanan ... 101
4.2.3. Pandangan dan Pengetahuan Tentang Pelayanan ... 110
4.2.4. Pandangan Terhadap Pelayanan Perempuan di Gereja ... 115
4.2.5. Pelayanan Keluarga dan Pribadi ... 119
4.3. Feronika Renpoi Situmeang ... 121
4.3.1. Profil Feronika Renpoi Situmeang ... 121
4.3.2. Sejarah Melayani ... 122
4.3.3. Ketertarikan Pada Pelayanan di GBI ... 125
4.3.4. Pengetahuan dan Pandangan tentang Pelayanan ... 126
4.3.5. Pelayanan Tamborin ... 128
4.3.6. Pelayanan Keluarga ... 134
4.3.7. Pengetahuan Ibu Siahaan Tentang Pelayanan Feronika Renpoi ... 136
4.4. Frisca Tarigan ... 139
4.4.1. Profil Frisca Tarigan ... 139
4.4.2. Sejarah dan Keterlibatan dalam Pelayanan ... 140
4.4.3. Dasar dan Motivasi Pelayanan Frisca Tarigan ... 142
4.4.4. Pengetahuan tentang Pelayanan ... 147
4.4.5. Pelayanan Keluarga ... 151
4.4.6. Pengetahuan Juliana Tarigan tentang Pelayanan Frisca .... 153
BAB V BUDAYA DAN PELAYAN PEREMPUAN DI GEREJA ... 157
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 169
(6)
DAFTAR PUSTAKA ... 172 LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 1. GBI Cabang Luar Kota ... 40 Tabel 2. Jadwal Ibadah dan Kegiatan GBI Rayon IV Sumatera Resort ... 45 Tabel 3. Daftar jenis pelayanan GBI Rayon IV Sumatera Resort... 57