Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). (Studi pada Desa Suka Rende Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Rencana pemerintah menaikkan harga BBM yang dipublikasikan pada 12
Juni 2013 lalu oleh orang nomor satu di Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Rencana tersebut menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Penolakan pun
terjadi, ini terlihat dari maraknya demo yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya para mahasiswa dan buruh di Indonesia. Aksi penolakan kenaikan
BBM ini dilakukan serentak pada tanggal 17 Juni 2013, hampir seluruh pelosok di
Indonesia melakukan aksi penolakan kenaikan BBM. Aksi tersebut banyak
diantaranya berakhir dengan ricuh. Para pendemo berontak dan terlibat aksi
dorong-mendorong, tolak-menolak dengan pihak keamanan. Para pendemo kesal
karena aspirasi mereka tidak diterima dengan baik oleh pihak yang berkait. Aksi
tersebut berbarengan dengan rapat paripurna pengesahan RAPBN-P 2013 di
Gedung Parlemen, Jakarta. Rapat tersebut berjalan alot, pasalnya dari sembilan
fraksi ada lima fraksi yang mendukung kenaikan BBM yaitu Fraksi Demokrat,
Fraksi PKB, Fraksi PPP, Fraksi PAN, dan Fraksi Partai Golkar. Selain itu empat
fraksi yang menolak yaitu Fraksi PKS, Fraksi Hanura, Fraksi Gerindra dan Fraksi
PDI-P. Para fraksi tersebut mempunyai argumen sendiri tentang kenaikan BBM.
Dalam rapat paripurna pengesahan APBN itu dimenangkan oleh fraksi yang

mendukung kenaikan BBM. Dengan demikian, kenaikan BBM akan menjadi
boomerang bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin. Walaupun dari

1
Universitas Sumatera Utara

kenaikan BBM ini ada kompensasi dana sebesar 40 persen yang dipersiapkan
untuk pelaksanaan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM),
namun tetap saja meresahkan masyarakat. Akibat kenaikan BBM ini premium
yang semula seharga Rp. 4.500,- naik menjadi Rp. 6.500,- dan solar dari harga
Rp. 4.500,- naik menjadi Rp. 5.500,-

Oleh karena dasar tersebut, maka Pemerintah memberikan suatu solusi
yang dianggap tepat sebagai jalan pintas dalam meredam dampak kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM), dengan membuat program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) yang diharapkan mampu menjadi solusi untuk mencegah
meningkatnya angka kemiskinan masyarakat Indonesia. Sehingga dengan
pengurangan subsidi untuk Bahan Bakar Minyak tidak mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi Rumah tangga khususnya mereka yang berada dibawah
garis kemiskinan.


Rencananya Bantuan Langsung Sementara Masyarakat atau BLSM akan
dicairkan sehari setelah kenaikan BBM diumumkan, bentuk pencairan dana
tersebut diberikan kepada masyarakat yang telah di data oleh tim khusus dengan
menggunakan Kartu Pelindung Sosial (KPS) yang telah diberikan sebelum
diadakannya rapat paripurna pengesahan RAPBN-P 2013. Dana dapat dicairkan
dengan mendatangi ke kantor pos masing-masing, setiap orang mendapatkan Rp.
150.000, per bulan selama empat bulan. Bantuan Langsung Sementara untuk
Masyarakat, yang selanjutnya disebut BLSM adalah program pemberian bantuan

2
Universitas Sumatera Utara

tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan Pemerintah dalam
rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM. 1

Selanjutnya, Masyarakat penerima Bantuan Langsung Tunai (BLSM) yang
telah diberi tanda identitas yang disebut Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
merupakan hasil pendataan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tahun 2011
yang dilakukan oleh tim Pendataan Program Perlindungan Sosial atau disebut

PPLS.

Berdasarkan

hasil

Pendataan

tersebut

diputuskan

bahwa

Kartu

Perlindungan Sosial (KPS) diberikan kepada 25% Rumah Tangga dengan status
sosial ekonomi terendah. Sebagaimana diketahui, bahwa jumlah penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan pada bulan September 2012 adalah 11,66%.
Maka, pemberian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) tidak hanya mencakup

masyarakat yang miskin namun juga mencakup masyarakat yang rentan.

Melalui Kementrian Sosial, ada tiga program BLSM yang dirancang untuk
mencegah peningkatan angka kemiskinan pasca kenaikan BBM: 2

•Pertama, Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), yaitu
bantuan tunai sebesar Rp 150.000 selama 4 (empat) bulan untuk sekitar 15,5 juta
Rumah Tangga miskin dan rentan yang akan dibayarkan sebanyak 2 (dua) kali,
atau Rp300.000 per pembayaran.

1

http://www.antaranews.com/berita/378755/blsm-pertolongan-pertama-pada-kenaikan-bbm
diakses pada tanggal 07 September 2013 pukul 20:00Wib
2
Antaranews.com, Jum’at 10/05/2013 diakses pada tanggal 06 September 2013 pukul 21:45 Wib

3
Universitas Sumatera Utara


•Program kedua, Tambahan alokasi beras dari program Beras untuk Masyarakat
Miskin (RASKIN) sebanyak 15 kg per rumah tangga selama 3 (tiga) bulan, yaitu
Juni, Juli, dan September 2013. Sehingga untuk bulan-bulan tersebut alokasi
beras per rumah tangga menjadi 30 kg.

•Ketiga, Tambahan nilai bantuan dan jumlah cakupan siswa penerima Bantuan
Siswa Miskin (BSM) sehingga dari cakupan sebelumnya sebesar 8,7 juta anak
usia sekolah menjadi 16,6 juta anak usia sekolah.

Pelaksanaan program BLSM tentu menghasilkan pro dan kontra di
masyarakat. Karena tidak semua masyarakat mendukung pelaksanaan program
tersebut, dikarenakan tujuan dari Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
kurang efektif mengingat disertai dengan kenaikan BBM. Ditambah dengan
laporan hasil pelaksanaan yang tidak pernah ditunjukkan kepada publik membuat
kepercayaan masyarakat akan program-program yang dicanangkan oleh
pemerintah menjadi berkurang.

Salah satu tanggapan dari masyarakat yang dikutip penulis yaitu “Kalau
pemerintah yakin program BLSM itu efektif, pemerintah seharusnya berani
membeberkan hasil dari program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang

dihentikan selepas Pemilihan Presiden 2009 itu. Berapa banyak warga miskin
yang bisa atau sudah keluar dari selimut kemiskinan berkat BLT itu”. 3 Disamping
itu banyak keluhan-keluhan yang terjadi di dalam masyarakat terhadap program
tersebut. Masyarakat kurang merasakan adanya manfaat yang besar dari bantuan
3

http://www.antaranews.com/berita/380706/blsm-dari-berbagai-pandangan

4
Universitas Sumatera Utara

tersebut karena diseimbangi oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
dan bahan pokok lainnya. Hal ini ditambah dengan kondisi pelaksanaan yang
terjadi diluar perencanaan. Permasalahan-permasalahan dalam sosialisasi maupun
penyaluran dana BLSM menjadi sesuatu yang kompleks di masyarakat. Proses
pelaksanaan merupakan salah satu penilaian penting untuk mengukur keberhasilan
berjalannya program tersebut. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan program ini
mempunyai kendala masing-masing, seperti banyaknya Rumah Tangga Sasaran
yang ternyata sudah meninggal dunia, pindah tanpa ada pemberitahuan, Kartu
Perlindungan Sosial yang ganda, serta alamat yang tidak diketahui. Berikut

dengan indikator yang telah ditetapkan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang
sering ditemukan di lapangan.

Masyarakat sering menjadi kelinci percobaan atau korban dari kegagalan
pelaksanaan suatu program yang telah dibuat oleh pemerintah. Hal ini
dikarenakan pada tahapan pelaksanaan atau implementasi sering di anggap
sebagai bagian yang sepele atau tidak terlalu penting. Sebenarnya tahapan
pelaksanaan menjadi bagian terpenting dalam mencapai tujuan dan target dari
program atau kebijakan yang telah ditetapkan. Bila pelaksanaan berjalan mulus,
bisa dikatakan kebijakan tersebut berhasil mencapai tujuan utamanya. Namun
sebaliknya, bila pelaksanaan dari suatu program terdapat banyak masalah atau
mendapat banyak kekurangan maka kebijakan yang dilaksanakan tersebut dapat
dikatakan gagal.

5
Universitas Sumatera Utara

Kegagalan-kegagalan tersebut sering terjadi pada tahapan pelaksanaannya
(implementasi). Dimana terdapat banyak pelaksana yang terkait dengan program
BLSM yang menjadi sumber permasalahan dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Bilamana tahapan pelaksanaan gagal, maka keseluruhan tujuan dari
suatu program tersebut menjadi tidak terlaksana sesuai dengan perencanaan awal
suatu kebijakan. Pada umumnya tahapan pelaksanaan suatu kebijakan sering
diabaikan mengingat tahapan perencanaanlah yang sering dianggap menjadi kunci
keberhasilan suatu program. Anggapan pemerintah bahwa bila perencanaan yang
dilakukan benar-benar sempurna, maka tujuan dari program tersebut pasti
tercapai. Hal tersebut seringkali tidak didukung dengan kenyataan yang terjadi
dilapangan. Keberagaman masyarakat sangat sulit disatukan bila hanya
mengandalkan suatu perencanaan yang dianggap terbaik.

Angka penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) di
Indonesia dapat kita lihat berdasarkan tabel data berikut :

6
Universitas Sumatera Utara

TABEL 1
ANGKA PENERIMA BLSM DI INDONESIA
NAMA PROVINSI
JUMLAH RUMAH

TANGGA SASARAN (RTS)
1
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
356,720
2
SUMATERA UTARA
746,220
3
SUMATERA BARAT
275,431
4
RIAU
227,656
5
JAMBI
162,779
6
SUMATERA SELATAN
419,579
7

BENGKULU
121,574
8
LAMPUNG
573,954
9
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
41,635
10
KEPULAUAN RIAU
64,732
11
DKI JAKARTA
226,462
12
JAWA BARAT
2,615,790
13
JAWA TENGAH
2,482,157

14
D I YOGYAKARTA
288,391
15
JAWA TIMUR
2,857,469
16
BANTEN
526,178
17
BALI
151,924
18
NUSA TENGGARA BARAT
471,566
19
NUSA TENGGARA TIMUR
421,799
20
KALIMANTAN BARAT
233,922
21
KALIMANTAN TENGAH
83,711
22
KALIMANTAN SELATAN
161,592
23
KALIMANTAN TIMUR
147,718
24
SULAWESI UTARA
161,089
25
SULAWESI TENGAH
201,239
26
SULAWESI SELATAN
484,617
27
SULAWESI TENGGARA
158,716
28
GORONTALO
89,918
29
SULAWESI BARAT
75,453
30
MALUKU
119,825
31
MALUKU UTARA
55,531
32
PAPUA BARAT
90,547
33
PAPUA
435,003
TOTAL RUMAH TANGGA SASARAN 15,530,897
(RTS)
(Sumber : Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2011)
NO

7
Universitas Sumatera Utara

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah Rumah Tangga Sasaran
(RTS) di Sumatera Utara mencapai 746.220. Sasaran utama dalam pelaksanaan
program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) merupakan
masyarakat yang tinggal di Desa atau Kelurahan yang secara ekonomis masih
tertinggal dari masyarakat perkotaan. Masyarakat-masyarakat Desa yang
umumnya bermatapencaharian sebagai petani menjadi penyumbang terbesar
dalam persentase tingkat kemiskinan dan masyarakat rentan. Terkhusus di Desa
Suka Rende yang berada di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang yang
terdiri dari 6 (enam) Dusun yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani
terdiri dari kurang lebih 920 kepala keluarga (KK) sekaligus sebagai lokasi
penelitian terdapat sekitar 150 Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang telah lulus
dalam pendataan oleh tim yang dibentuk Badan Pusat Statistik (BPS) yang
tergolong dari masyarakat miskin dan masyarakat rentan kemiskinan. Desa Suka
Rende sebagai salah satu sasaran dari program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat tidak terlepas dari masalah pelaksanaan di lapangan. Berdasarkan
wawancara ringan yang peneliti lakukan dengan Pemerintah Desa Suka Rende
terlihat bahwa kurangnya sosialisai yang dilakukan kepada masyarakat, sehingga
ketika pengumuman Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang lolos verifikasi oleh
Badan Pusat Satistik yang dikeluarkan oleh PT. Pos Indonesia, banyak masyarakat
atau RTS yang tidak lolos verifikasi data melakukan orasi atau demonstrasi ke
kantor Pemerintahan Desa Suka Rende. Hal ini jelas merupakan kesalahan pada
sosialisasi yang kurang baik yang dilakukan oleh Pemerintahan Desa Suka Rende

8
Universitas Sumatera Utara

sehingga masyarakat tidak mengerti bagaimana proses pelaksanaan dari Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
masalah dalam pelaksanaan program pemerintah Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) sebagai tema dari penelitian ini dan menjadikannya judul
“Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM) Studi pada Desa Suka Rende, Kecamatan
Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara”.

I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang melatarbelakangi masalah di atas, maka
penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Persepsi
Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) Studi pada Desa Suka Rende, Kecamatan Kutalimbaru,
Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara?”

I.3 Pembatasan Masalah
Untuk lebih memperjelas ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
agar tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

9
Universitas Sumatera Utara

a. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara
sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek
yang akan diteliti.
b. Persepsi yang dimaksud adalah persepsi masyarakat mengenai proses
pelaksanaan program BLSM yang dilakukan di Desa Suka Rende
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang. Proses yang dimaksud
antara lain adalah:
1. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan program BLSM
2. Mekanisme pelaksanaan dan kendala yang dihadapi masyarakat.
3. Tanggungjawab pemerintah Desa (implementor) dan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
4. Intensitas sosialisasi dan pengawasan yang dilakukan implementor.
5. Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang pelaksanaan pembagian Kartu
Perlindungan Sosial dan Penanganan Pengaduan Masyarakat.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pelaksanaan.
7. Kelemahan dan kendala dalam proses palaksanaan program.
c. Responden dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Suka Rende yang
menjadi Rumah Tangga Sasaran (RTS) dari program BLSM dan
Perangkat Desa Suka Rende sebagai pelaksana (Implementor).
I.4 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
10
Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan atau tahapan mekanisme
program BLSM di Desa Suka Rende.
2. Untuk mengetahui tanggapan atau persepsi masyarakat tehadap proses
pelaksanaan program BLSM di Desa Suka Rende.

I.5 Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan akan memberikan
manfaat antara lain :
1. Secara

teoritis/akademis,

hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memperkaya khasanah kepustakaan, khususnya mengenai persepsi
masyarakat terhadap pelaksanan program BLSM, serta dapat menjadi
bahan masukan bagi mereka yang menindaklanjuti penelitian ini dengan
mengambil kancah penelitian yang sama dan dengan informan penelitian
yang lebih baik.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
sebagai berikut :
a. Bagi penulis, sebagai masukan dan penambah wawasan serta literatur
perpustakaan yang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap
pelaksanan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat.
b. Bagi instansi, sebagai bahan masukan yang berarti bagi suatu instansi
yang berkaitan dengan pelaksanaan program Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat dalam upaya penyempurnaan dan peningkatan

11
Universitas Sumatera Utara

kegiatan dalam pelaksanaan program BLSM di waktu yang akan
datang.

I.6 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah.
Menurut Kerlinger 4 teori merupakan serangkaian asumsi, konsep,
kontruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori
disusun sebagai landasan berifikir untuk menunjukkan persfektif yang digunakan
dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.
Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan
referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang
sedang diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.6.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat
4

Dalam Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1995, hlm 3.

12
Universitas Sumatera Utara

indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi
merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera.

Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan
integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam
diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif
berpengaruh dalam proses persepsi.
Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin 5 adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch, 6 persepsi adalah suatu proses
tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur
dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson
dan Hilgard 7 mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai
cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus
yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk kedalam otak,

5

Rakhmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hlm. 51
Ruch, Psysiologyn and Biophysics, Mac Graw Hill Book Co, Singapore, 1967, hlm. 300.
7
Atkinson dan Hilgard, Pengantar Psikologi, Erlangga, Jakarta, 1991, hlm. 201.

6

13
Universitas Sumatera Utara

kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru
kemudian dihasilkan persepsi. 8

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku,
memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh
individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap objek).
Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan
arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu
melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Sementara menurut De Vito, 9 persepsi adalah proses ketika kita menjadi
sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Menurut
Kotler, 10 yang menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses di mana
seseorang dapat memilih, mengatur, dan mengartikan informasi menjadi suatu
gambar yang sangat berarti di dunia. Dalam arti sempit, Persepsi sebagai
pengelihatan atau bagaiman cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti
luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu. 11

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia persepsi didefinisikan sebagai
tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses

8

Atkinson dan Hilgard, 1991:209
Josep A De Vito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta, 1997, hlm. 75.
10
Kotler, 2004 : 193
11
Alex Sobur¸Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003, hlm. 445.

9

14
Universitas Sumatera Utara

seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. 12 Jadi secara
umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pengelompokan dan
penginterprestasian berdasarkan pengalaman tentang peristiwa yang diperoleh
melalui panca inderanya untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan
sensasi dengan persepsi sudah jelas. Walaupun begitu, menafsirkan makna
informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi,
motivasi. 13 Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi)
adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian-penyandian baik (deconding)
dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi
tidak akurat, tidak mungkin dapat berkomunikasi efektif. Persepsi lah yang
menentukan untuk menyeleksi proses dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin
tinggi derajat kesamaan individu, semakin mudah dan semakin sering mereka
berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk
kelompok budaya atau kelompok indentitas. 14 Menurut McMahon, 15 Persepsi
diartikan sebagai proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan
menggunakan alat penerima informasi (sensory information).

12

KBBI, 2005: 807
Rakhmat, 2007: 51
14
Deddy Mulyana, Ilmu Konumikasi:Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm.
180.
15
Isbandi R Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1994, hlm. 55.

13

15
Universitas Sumatera Utara

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi
merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat
memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses
menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan
proses belajar individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi
dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. 16

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :


Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi
yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap
lingkungan juga dapat berbeda.



Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental
yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga
perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

16

Dalam Rakhmat, 1989: 52

16
Universitas Sumatera Utara



Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk
mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang
untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagai minat.



Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat
memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.



Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada
ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadiankejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.



Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.



Motivasi. motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika seseorang
ingin lulus dengan cum laude maka nilai B akan diinterpretasikan sebagai
nilai yang buruk, namun jika seseorang ingin cepat lulus maka nilai B
adalah nilai yang sudah baik.



Budaya. Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda,
namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai
sama saja. Inilah yang membentuk terjadinya stereotip. Kita akan melihat

17
Universitas Sumatera Utara

orang tua sebagai sama saja cerewetnya dan suka membanggakan masa
lalunya. Demikian pula orang tua akan mempersepsikan anak muda
sekarang sebagai anak muda yang kurang tahu sopan santun dan kurang
tahu bekerja keras.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik
dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya
dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :


Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus. Faktor ini menyatakan
bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah
untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan
dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk
perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.



Warna dari objek-objek. Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih
banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan
dengan yang sedikit.



Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.



Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi
makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang

18
Universitas Sumatera Utara

hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu
objek yang bisa mempengaruhi persepsi.


Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian
terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
Sedangkan menurut Siagian 17 secara umum, terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang :
1. Diri orang yang bersangkutan sendiri
Apabila seorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi
tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu
yang turut mempengaruhi seperti sikap, motivasi, kepentingan, minat
pengalaman dan harapannya.
2. Sasaran persepsi tersebut
Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifaat
sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang
melihatnya. Dengan perkataaan lain, gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk
dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang
orang lain melihatnya.
3. Faktor situasi
Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi
mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi

17

Sondang P Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Bina Aksara, Jakarta, 1989, hlm. 101.

19
Universitas Sumatera Utara

merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi
seseorang.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Siagian dapat dijelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah dari diri
individu yang bersangkutan, sasaran-sasaran persepsi dan faktor situasi. Ketiga
faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Sejalan
dengan ini, ada faktor-faktor yang juga menentukan persepsi yaitu latar belakang
budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, berita-berita yang
berkembang. 18

I.6.1.1 Proses Persepsi

Proses persepsi terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yakni proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Dalam fase ini rangsangan yang
diterima

selanjutnya

diorganisasikan

dalam

suatu

bentuk,

interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pengalaman
masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan
kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan

18

Kasali, 1994: 23

20
Universitas Sumatera Utara

seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang
kompleks menjadi sederhana.
3. Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan
interpretasi. 19

I.6.1.2 Persepsi yang Positif
Setiap individu diharapkan bisa membangun persepsi yang positif terhadap
diri mereka di benak orang lain. Dengan upaya tersebut individu atau masyarakat
akan mampu memberikan persepsi yang positif juga terhadap suatu benda atau
objek yang dilihat. Di dalam suatu situasi, misalnya suatu program atau kebijakan
yang akan diberikan kepada masyarakat diharapkan persepsi yang positif dapat
dibangun oleh masyarakat tersebut. Individu atau masyarakat sebagai objek suatu
kebijakan atau program tentunya mempunyai persepsi masing-masing baik secara
positif maupun negatif. Bila persepsi masyarakt positif terhadap suatu program,
maka peluang untuk mencapai keberhasilan program tersebut akan semakin besar.
Namun sebaliknya, jika masyarakat mempunyai persepsi yang negatif tentunya
akan menjadi penghambat program tersebut berjalan dengan baik.
Membangun persepsi yang baik pada masyarakat untuk menilai suatu
program sangatlah penting bilamana sasaran dari program tersebut adalah
masyarakat itu sendiri. Masyarakat sepantasnya diberikan pemahaman tentang
penampilan atau perencanaan, proses kerja atau pelaksanaan dan hasil atau tujuan
yang akan dicapai dari suatu program sehingga akan memunculkan persepsi yang
19

Alex Sobur¸Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003, hlm. 446.

21
Universitas Sumatera Utara

positif. Persepsi yang baik sangat dibutuhkan agar pelaksanaan program yang
akan ditujukan kepada masyarakat dapat berhasil karena masyarakat sebagai
sasaran program tersebut sekaligus sebagai salah satu indikator dalam menilai
apakah program tersebut dikatakan baik atau tidak. Dengan meningkatkan
persepsi yang baik maka masyarakat akan merasa menjadi bagian dalam program
tersebut. Sehingga tingkat keberhasilan program dapat dicapai dengan mudah
sesuai dengan tujuan program itu sendiri.

I.6.2 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat dengan Pelaksanaan Program
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat

Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan suatu program merupakan
pandangan masyarakat pada proses-proses pelaksanaan suatu kebijakan yang
ditujukan kepadanya. Sementara program BLSM merupakan program yang
ditujukan kepada masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan daya beli
masyarakat. Sementara itu, kemampuan untuk menciptakan persepsi akan
mempengaruhi hubungan antara persepsi itu sendiri terhadap pelaksanaan suatu
program atau kebijakan.
Hubungan antara keduanya dapat dilihat jika masyarakat memiliki
persepsi yang baik terhadap suatu program yang akan dilaksanakan. Pandangan
masyarakat akan suatu kebijakan menilai bahwa program atau kebijakan tersebut
pasti mempunyai pengaruh yang baik. Dengan kondisi tersebut, pelaksanaan suatu
program lebih cenderung dikatakan berhasil oleh masyarakat. Hubungan lain yang
terjadi bila pelaksanaan program BLSM berjalan dengan baik dan berhasil maka

22
Universitas Sumatera Utara

akan menghasilkan persepsi atau tanggapan yang baik dari masyarakat. Jadi,
tingkat keberhasilan pelaksanaan program BLSM akan menentukan bagaimana
persepsi masyarakat terhadap program tersebut, apakah baik atau tidak baik.

I.6.3 Pengertian Pelaksanaan Program (Implementasi)

Pelaksanaan atau lebih sering dikenal dengan kata implementasi
merupakan suatu tindakan atau aktifitas yang dilakukan untuk menyampaikan
suatu kebijakan kepada masyarakat sehingga membawa hasil yang diharapkan.
Pelaksanaan atau implementasi merupakan tahapan yang penting dalam suatu
kebijakan dan tidak dapat dipisahkan dalam formulasi suatu kebijakan.
Implementasi dikatakan penting karena tanpa implementasi, kebijakan tak akan
bisa mewujudkan hasilnya. Disamping itu implementasi bukanlah proses yang
sederhana, tetapi sangat kompleks dan rumit karena di pengaruhi oleh banyak
variable. Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah
kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Browne dan Wildavsky20 mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”

20

dalam Nurdin dan Usman, 2004:7

23
Universitas Sumatera Utara

Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi apa yang
oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau
mengatur prilaku kelompok sasaran (target group).

Adapun makna Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solichin Abdul Wahab,21
mengatakan bahwa, yaitu: “Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya
terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan
fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan
kebijaksanaan

yang

timbul

negara,

yang

sesudah

disahkannya

mencakup

baik

pedoman-pedoman

usaha-usaha

untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada
masyarakat atau kejadian kejadian”.

Dari pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu proses
implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku
badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu
program yang telah ditetapkan serta menimbulkan ketaatan pada diri kelompok
sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan
sosial yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi segala
pihak yang terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang diharapkan ataupun
yang tidak diharapkan.

21

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 65.

24
Universitas Sumatera Utara

Sementara Budi Winarno 22 yang mengatakan bahwa: “implementasi
kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu pemerintah dan individu-individu swasta (kelompok-kelompok)
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya”.
Tahapan implementasi program secara singkat terdiri dari :
a. Penyusunan sumber-sumber yang ada. (resources acquisitions)
b. Interprestasi hukum, yang bisanya terbentuk regulasi tertulis dan
elaborasinya (interpretation)
c. Perencanaan program (planning)
d. Pengorganisasian program (organizing)
e. Penyediaan keuntungan, pelayanan dan paksaan segera dikembangkan
(providing benefits, servicer, coercion).

I.6.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Implementasi

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu
sama lain. untuk memperkaya pemahaman kita tentang berbagai variabel yang
terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada pembatasan dalam penelitian ini
maka peneliti memilih pendekatan yang dikemukakan oleh Edwards III

22

Budi Winarno, Kebijakan Publik, teori dan proses, Media Presindo, Yogyakarta, 2002.

25
Universitas Sumatera Utara

sebagaimana dikutip dalam buku Erwan Agus dan Dyah Ratih 23. Dalam
pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel,
yakni: komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat
variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.

1. Komunikasi
Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuantujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam
pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan
demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi
atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga
implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu

Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat
kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan
tertentu, atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber informasi yang
berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi
berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan
harus

mengetahui

apakah

mereka

dapat

melakukannya.

Sesungguhnya

implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus mengerti
secara jelas dan akurat mengenahi maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor
pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya

23

Dalam Erwan Agus dan Dyah Ratih, Implementasi Kebijakan Publik, Gava Media, Yogyakarta,
2012, hlm. 91.

26
Universitas Sumatera Utara

mereka tidak mengerti apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor
kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika
dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya
komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi
kebijakan.
Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan
aspek komunikasi ini, yaitu:
1) Transmisi,

yaitu

penyaluran

komunikasi

yang baik

akan

dapat

menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Seringkali yang
terjadi dalam proses transmisi ini yaitu adanya salah pengertian, hal ini
terjadi karena komunikasi implementasi tersebut telah melalui beberapa
tingkatan birokrasi.
2) Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima
oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan.
Kejelasan informasi kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi
kebijakan, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan
fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan, tetapi pada tataran yang lain
maka hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak
dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
3) Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi
yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan
konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan. Apabila perintah yang

27
Universitas Sumatera Utara

diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan
bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumber daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan,
implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud
sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efiktif.
Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para
pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan
kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program,
adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada
sebagaimana yamg diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang
dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana
prasarana.

Sumber daya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan)
berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka
tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana
kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skill/kemampuan

28
Universitas Sumatera Utara

para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen
SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program.

Informasi merupakan sumber daya penting bagi pelaksanaan kebijakan.
Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenahi bagaimana cara
menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan
apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan
kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan bahwa
tingkat pusat tidak tahu kebutuhan yang diperlukan para pelaksana dilapangan.
Kekurangan informasi/pengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki
konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak bertanggungjawab, atau pelaksana
tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan inefisien. Implementasi
kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan
pemerintah yang ada.

Sumber daya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk
menentukan

bagaimana

program

dilakukan,

kewenangan

untuk

membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf,
maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang
mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.

29
Universitas Sumatera Utara

3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika
implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan
melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan
pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.

Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan, kesadaran
pelaksana,

petunjuk/arahan

pelaksana

untuk

merespon

program

kearah

penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana
mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami
kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak
tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan
menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat
pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.

Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program
dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan
ini adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan
pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan
keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi
yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif

30
Universitas Sumatera Utara

bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total
dalam melaksanakan kebijakan/program.

4. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu
dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur
operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi
pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang
panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape
yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang membuat tidak fleksibel.

I.6.4 Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)

BLSM atau Bantuan Langsung Sementara Masyarakat adalah salah satu
program dari pemerintah yang merupakan kompensasi kepada masyarakat miskin
akibat kenaikan BBM, tujuannya adalah agar masyarakat tidak semakin jatuh
kedalam jurang kemiskinan dan meningkatkan daya beli masyarakat ditengahtengah naiknya harga BBM dan bahan pokok lainnya. Sehingga dengan
meningkatnya harga BBM karena pemangkasan subsidi tidak berdampak buruk
terhadap masyarakat yang rentan.
Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) diluncurkan
oleh pemerintah mulai 22 Juni 2013 dan diberikan kepada 15,5 juta Rumah
Tangga Sasaran (RTS) dengan besaran Rp150.000,- per bulan selama empat

31
Universitas Sumatera Utara

bulan. Tahap awal BLSM diberikan dua bulan sekaligus, yaitu Rp300.000,- di
mana akan dibagikan bertahap sampai Juli. Pembagiannya fokus pada dua tempat,
yaitu PT. Pos Indonesia yang telah ditunjuk dan komunitas masyarakat melalui
perangkat pemerintahan. BLSM akan diberikan dalam tiga tahap. Tahap pertama
di 15 kota besar (11 ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, makassar, Ambon, Jayapura dan 4
kota lainnya yaitu Malang, Yogyakarta, solo, Bogor) yang dimulai pada tanggal
22 dan 24 Juni 2013, tahap kedua pada 25 Juni mencakup 33 propinsi, dan tahap
ketiga per 1 Juli mencakup semua kabupaten kota dam kecamatan. Penyaluran ini
didahului dengan mencetak Kartu Perlindungan Sosial (KPS) sebagai bukti
pengambilan dana BLSM dan didistribusikan oleh PT. Pos Indonesia.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Rumah Tangga Sasaran
penerima BLSM adalah:

1. Penerima BLSM harus membawa KPS dan Identitas yang ditetapkan
seperti KTP, Surat Nikah, Surat Keterangan dari Kelurahan/desa, Kartu
Keluarga.
2. Penerima dana (RTS) harus tercantum dalam Daftar Nominatif.
3. Pembayaran BLSM kepada RTS dilakukan di Kantor Pos Online dan di
komunitas/Kantor Pos Offline.
4. Apabila RTS yang berhak meninggal dunia, pembayaran dapat diwakilkan
kepada ahli waris RTS dengan menggunakan surat keterangan kematian

32
Universitas Sumatera Utara

dan surat keterangan ahli waris yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang serta mengunjukan identitas asli RTS dan ahli waris.
5. Pembayaran dilakukan satu-persatu kepada RTS yang memiliki KPS, tidak
diperkenankan melakukan pembayaran secara kolektif, kecuali untuk
daerah tertentu yang akan ditetapkan tersendiri.

Untuk mendanai BLSM tersebut, alokasi anggarannya mencapai Rp9,3
triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun
2013. Alokasi anggaran BLSM tersebut lebih rendah Rp2,3 triliun dari anggaran
sebelumnya yang mencapai Rp11,625 triliun. Penghematan ini dimungkinkan
karena penyaluran BLSM sebesar Rp150.000,- per bulan yang semula lima bulan
dipotong menjadi empat bulan. Selisih penghematan tersebut akan dialokasikan
untuk biaya penyaluran dan pengamanan BLSM sebesar Rp360 miliar,
infrastruktur modal Rp500 miliar, dan tambahan kebutuhan mendesak sebesar
Rp196,4 miliar. Sementara itu, alokasi terbesar dari selisih penghematan akan
digunakan untuk pembangunan infrastruktur dasar yang bersifat bantuan sosial
senilai Rp1,25 triliun.

I.6.4.1 Kartu Perlindungan Sosial (KPS)

Kartu Perlindungan Sosial (KPS) adalah Kartu yang diterbitkan oleh
Pemerintah Indonesia dalam rangka Program Percepatan dan Perluasan Sosial
(P4S). Dengan memiliki (KPS), rumah tangga berhak menerima program-program
perlindungan sosial, seperti : Beras Miskin (Raskin) dan Bantuan Siswa Miskin

33
Universitas Sumatera Utara

(BSM), sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga tahun 2014. KPS memuat
informasi Nama Kepala Rumah Tangga, Nama Pendamping Kepala Rumah
Tangga, Nama Anggota Rumah Tangga, Alamat Rumah Tangga, dilengkapi
dengan kode batang beserta nomor identitas KPS yang unik. Bagian depan
bertuliskan Kartu Perlindungan Sosial dengan logo burung Garuda.

Sebagai penanda Rumah Tangga Miskin, Kartu Perlindungan Sosial ini
berguna untuk mendapatkan manfaat dari Program Subsidi Beras untuk
masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dikenal dengan Program RASKIN.
Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk mendapatkan manfaat program
Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM). Pemerintah mengeluarkan Kartu Perlindungan Sosial ini
kepada 15,5 juta Rumah Tangga Miskin dan rentan yang merupakan 25% Rumah
Tangga dengan status sosial ekonomi terendah diIndonesia. Kartu Perlindungan
Sosial dikirimkan langsung ke alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS) oleh PT Pos
Indonesia (Persero).

Syarat dan Ketentuan

1. Kepala Rumah Tangga beserta seluruh Anggota Rumah Tangganya
berhak menerima Program Perlindungan Sosial sesuai ketentuan
yang berlaku
2. Kartu ini harus disimpan dengan baik, kehilangan atau kerusakan
Kartu menjadi tanggung jawab Pemegang Kartu

34
Universitas Sumatera Utara

3. Penerima Program Perlindungan Sosial harus dapat menunjukan
kartu ini pada saat pengambilan manfaat program
4. Kartu tidak dapat dipindahtangankan

Nomor Kartu Keluarga yang tercantum pada KPS tidak menjadi
persyaratan utama bagi penerima kartu untuk memperoleh manfaat dari program
perlindungan sosial Sumber Data Kartu Perlindungan Sosial adalah Data Rumah
Tangga Sasaran (RTS) bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikelola
oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pendataan
RTS telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu:
Pendataan Sosial Ekonomi (PSE) pada tahun 2005, Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2008, dan yang terakhir PPLS pada tahun
2011. Dalam rangka meningkatkan keakuratan data RTS, metodologi pendataan
RTS

disempurnakan,

yang

mana

penyempurnaan

metodologi

tersebut

dikoordinasikan oleh TNP2K. Pendataan di lapangan untuk mencacah seluruh
karakteristik Rumah Tangga sasaran dilakukan oleh BPS. Hasil pencacahan
tersebut disampaikan kepada TNP2K untuk diolah sehingga menghasilkan 40%
data Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah. Data tersebut
kemudian dikelola sebagai Basis Data Terpadu (BDT).

Berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT), diputuskan bahwa KPS diberikan
kepada 25% Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah. Sebagaimana
diketahui, bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan pada

35
Universitas Sumatera Utara

bulan September 2012 adalah 11,66%. Maka, pemberian KPS tidak hanya
mencakup mereka yang miskin namun juga mencakup mereka yang rentan.

Ketentuan Pembayaran

1. Pembayaran setiap tahap diperlakukan secara terpisah.
2. Apabila ada pemegang Kartu Perlindungan Sosial yang tidak
mencairkan pembayaran tahap pertama di lokasi yang ditetapkan,
masih dapat mengambil pada tahap kedua.
3. Apabila tidak tercatat dalam Daftar Nominasi di lokasi kantor
bayar terdekat, pemegang Kartu Perlindungan Sosial dapat
dieskalasikan ke Kantor Pos untuk mendapat ijin pembayaran.

Pemegang Kartu Perlindungan Sosial tidak diperbolehkan mencairkan di
lokasi selain Kantor Bayar yang ditetapkan atau di Kantor Pos.
Adapun ciri-ciri Kartu Perlindungan Sosial (KPS) tersebut adalah :

1. Terdapat lambang Garuda di kiri atas kartu
2. Terdapat Invisible Ink & Microtext Security
3. Terdapat tulisan Republik Indonesia di bawah lambang Garuda
4. Tertera masa