Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal
di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka
berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada
pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama
karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan
produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini
bermaksud meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan
(Aak, 1990).
Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani
dalam menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan penyuluh pertanian
bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi disini
maksudnya adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bertani, yang
didalamnya termasuk bagaimana cara-cara penyebaran benih, pemeliharaan
tanaman, memungut hasil serta termasuk pula didalamnya benih, pupuk, obatobatan pemberantas hama penyakit, alat-alat, sumber tenaga dan berbagai
kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola
untuk mengambil keputusan (Negara, 2000).
Peranan komoditi pangan di Indonesia, khususnya padi begitu besar, sebab padi
merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hal
itu terkait pada penyediaan kebutuhan pangan pokok, terutama pada komoditas
Universitas Sumatera Utara
padi sebagai pangan utama. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional
menjadi salah satu permasalahan yang menonjol.
Untuk keperluan penanaman padi tersebut, tentunya tidak terlepas dari tersedianya
bibit karena bibit merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam itu akan berproduksi
tinggi dengan mutu yang baik, tentunya bibit itu berasal dari benih (butiran gabah)
yang bermutu.
Dalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang
harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi
adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan
menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses
perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan,
pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak,
1990).
Dalam agribisnis modern, industri perbenihan/pembibitan memegang peranan
yang sangat penting. Di negara – negara yang maju agribisnisnya, antara lain
dicirikan oleh pesatnya perkembangan industri perbenihan/pembibitan. Bahkan
benih/bibit merupakan salah satu eksport yang penting bagi negara maju. Hampir
semua benih/bibit unggul yang dewasa ini digunakan di negara- negara
berkembang termasuk Indonesia berasal dari negara maju, atau yang lebih maju
sistem dan usaha agribisnis (Pambudy, 2002).
Pentingnya bibit dalam usaha pertanian sudah tidak diragukan lagi. Tidak pelak
lagi negara yang industri pembibitannya maju dapat menghasilkan produk –
Universitas Sumatera Utara
produk pertanian yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan
dengan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu
benih dan bibit yang baik (Setiawan, 1999).
Dalam kegiatan budidaya tanaman, benih menjadi salah satu faktor utama yang
menjadi penentu keberhasilan. Peningkatan produksi pun banyak ditunjang oleh
peran benih bermutu. Menurut FAO bahwa peningkatan campuran varietas lain
dan kemerosotan produksi pertanian sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman
adalah akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya. Salah satu
faktor rendahnya tingkat ketersedian benih bermutu (bersertifikat) adalah tingkat
kesadaran masyarakat dalam hal ini petani untuk menggunakan benih yang
berkualitas tinggi masih sangat kurang. Pada umumnya petani menyisihkan
sebagian hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam berikutnya.
Benih ini tentu saja tidak terjamin mutunya (Wirawan danWahyuni, 2002).
Keberadaan petani penangkar benih atau usaha perbenihan padi lainnya sangat
penting khususnya untuk memenuhi kebutuhan benih di Sumatera Utara (Sumut)
yang masih kekurangan dalam jumlah banyak . Dibutuhkan sekitar 25.000 ton
benih padi setiap tahun dengan luas lahan pertanian padi mencapai sekitar
800.000 hektare sementara produksi benih padi di sumut masih mencapai 4.000
ton pertahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut harus dipasok
dari Jawa ataupun daerah lain.
Ketersediaan dan kebutuhan benih yang diperlukan oleh petani di Kabupaten
Serdang bedagai tidak selalu berasal dari pemerintah saja, petani juga
mendapatkan benih padi sawah yang berasal dari penangkaran swadaya di daerah
Universitas Sumatera Utara
petani tersebut. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan benih yang
berasal dari pemerintah dikarenakan pada saat petani membutuhkan benih untuk
usaha tani mereka stok benih yang berasal dari pemerintah tidak tersedia atau
sudah habis.
Penangkaran swadaya merupakan suatu usaha penangkaran padi yang mempunyai
tujuan untuk menyediakan benih sumber bermutu yang memenuhi standar
perbenihan. Dengan adanya penangkaran ini, petani dapat dengan mudah membeli
benih yang bermutu untuk kegiatan usaha taninya. Penggunaan benih yang
bermutu merupakan salah satu komponen produksi yang memiliki beberapa
keuntungan, antara lain peningkatan produksi dan mutu, mengatasi kendala dari
gangguan hama penyakit, serta peningkataan pendapatan. Sebagai suatu usaha
penangkaran benih pada umumnya didirikan untuk meningkatkan usaha di bidang
ekonomi pertanian, menghasilkan benih pertanian bermutu tinggi dan berkualitas
yang langsung menunjang kegiatan usaha para petani, mendapatkan keuntungan
yang berkesinambungan serta meningkatkan peran swasta dalam industri
perbenihan di daerah tersebut.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah yang memiliki rata – rata
produktifitas yang tinggi dan
tidak semua petani di daerah penelitian
menggunakan benih yang berasal dari pemerintah saja melainkan dari
penangkaran swadya. Berikut
merupakan data luas panen, dan rata – rata
produksi padi sawah menurut kecamatan tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah menurut
Kecamatan Tahun 2013
Kotarih
Luas Panen
Harvest Area
(Ha)
(2)
17
Silinda
397
1 951
49,15
86
432
49,97
Dolok Masihul
2 631
14 027
53,32
Serbajadi
1 148
5 968
52,00
550
2 736
49,76
0
0
0
4 773
25 023
52,43
408
2 161
52,91
Bandar Khalipah
6 853
35 749
52,17
Tanjung Beringin
6 219
32 938
52,96
Sei Rampah
4 700
25 888
55,08
Sei Bamban
11 142
61 036
54,78
5 796
30 472
52,57
Perbaungan
12 616
69 897
55,40
Pegajahan
3 310
18 368
55,49
Pantai Cermin
7 709
42 458
55,08
68 355
369 190
54,01
328 344
364 876
51,64
49,62
Kecamatan
District
(1)
Bintang Bayu
Sipispis
Dolok Merawan
Tebing Tinggi
Tebing Syahbandar
Teluk Mengkudu
Serdang Bedagai
2012
63 584
2011
73 534
Sumber : BPS Serdang Bedagai 2013
Produksi
Production
(Ton)
(3)
86
Rata-Rata Produksi
Yield Rate
(Kw/Ha)
(4)
49,74
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa masing - masing kecamatan di Serdang Bedagai
memiliki posisi yang strategis dilihat dari luas panen, produksi dan produktivitas
padi seperti kecamatan Perbaungan dan Pegajahan. Kabupaten Serdang Bedagai
merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup baik dalam
pengembangan usaha pertanian terutama usahatani padi.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi perbenihan telah mencapai
kemajuan yang sangat pesat. Benih tidak lagi diperlakukan secara tradisional,
Universitas Sumatera Utara
namun telah berkembang menjadi industri yang dapat memberikan keuntungan
dan lapangan pekerjaan yang cukup besar. Kesadaran akan pentingnya
penggunaan benih yang bermutu (berlabel), mendorong tumbuh berkembangnya
usaha perbenihan baik yang berskala besar maupun kecil. Di Indonesia,
perkembangan usaha perbenihan meningkat cukup pesat dimana pemerintah perlu
membentuk suatu usaha perbenihan seperti PT. Pertani, PT. Sang Hyang Sri dan
lainnya sebagai langkah dalam usaha memenuhi akan kebutuhan benih yang
bermutu. Pada akhirnya masyarakat pertanian pun ikut terlibat dalam usaha
pertanian ini dimana mereka menjadi petani penangkar benih yang bisa bermitra
dengan perusahaan besar atau secara swasembada mengelola usaha perbenihannya
(Hadi, 2009).
Salah satu penggunaan lahan terluas di Kabupaten Serdang Bedagai digunakan
untuk lahan persawahan dengan luas lahan 68.355 Ha. Oleh karena itu Serdang
Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang baik dalam
pengembangan usahatani padi. Untuk keperluan penanaman padi tersebut, maka
tidak terlepas dari tersedianya benih bermutu dan bersertifikat agar tanaman padi
yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan mutu yang baik. Masalah yang
dihadapi petani di daerah penelitian adalah terbatasnya ketersediaan benih
bersertifikat yang berasal dari pemerintah. Melihat kondisi tersebut beberapa
petani penangkar di daerah penelitian melakukan penangkaran benih padi
bersertifikat agar kebutuhan akan benih selalu terpenuhi pada musim tanam
selanjutnya sekaligus meningkatkan kesadaran petani untuk menggunakan benih
padi bersertifikat. Selain itu usaha penangkaran benih padi menjadi salah satu
peluang untuk meningkatkan pendapatan usahatani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
penangkaran swadaya untuk mengetahui penyelenggaraan usahatani penangkaran
benih padi di daerah tersebut, mengetahui komponen biaya, penerimaan,
pendapatan, dan kelayakan usaha penangkaran
benih padi di penangkaran
swadaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penyelenggaraan usaha tani penangkaran benih padi di daerah
penelitian ?
2. Berapa
biaya
produksi,
penerimaan,
dan
pendapatan
usahatani
penangkaran benih padi di daerah penelitian ?
3. Apakah usaha tani penangkaran benih padi di daerah penelitian layak
diusahakan secara finansial ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui penyelenggaraan usaha tani penangkaran benih padi di
daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan
usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis usaha tani penangkaran benih padi layak diusahakan
atau tidak di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Sebagai
masukan
dan
bahan
pertimbangan
bagi
petani
dalam
mengembangkan usaha penangkaran benih padi.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah atau instansi terkait
untuk perumusan kebijakan dalam meningkatkan penggunaan benih
unggul bermutu.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal
di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka
berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada
pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama
karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan
produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini
bermaksud meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan
(Aak, 1990).
Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani
dalam menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan penyuluh pertanian
bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi disini
maksudnya adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bertani, yang
didalamnya termasuk bagaimana cara-cara penyebaran benih, pemeliharaan
tanaman, memungut hasil serta termasuk pula didalamnya benih, pupuk, obatobatan pemberantas hama penyakit, alat-alat, sumber tenaga dan berbagai
kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola
untuk mengambil keputusan (Negara, 2000).
Peranan komoditi pangan di Indonesia, khususnya padi begitu besar, sebab padi
merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hal
itu terkait pada penyediaan kebutuhan pangan pokok, terutama pada komoditas
Universitas Sumatera Utara
padi sebagai pangan utama. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional
menjadi salah satu permasalahan yang menonjol.
Untuk keperluan penanaman padi tersebut, tentunya tidak terlepas dari tersedianya
bibit karena bibit merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam itu akan berproduksi
tinggi dengan mutu yang baik, tentunya bibit itu berasal dari benih (butiran gabah)
yang bermutu.
Dalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang
harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi
adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan
menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses
perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan,
pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak,
1990).
Dalam agribisnis modern, industri perbenihan/pembibitan memegang peranan
yang sangat penting. Di negara – negara yang maju agribisnisnya, antara lain
dicirikan oleh pesatnya perkembangan industri perbenihan/pembibitan. Bahkan
benih/bibit merupakan salah satu eksport yang penting bagi negara maju. Hampir
semua benih/bibit unggul yang dewasa ini digunakan di negara- negara
berkembang termasuk Indonesia berasal dari negara maju, atau yang lebih maju
sistem dan usaha agribisnis (Pambudy, 2002).
Pentingnya bibit dalam usaha pertanian sudah tidak diragukan lagi. Tidak pelak
lagi negara yang industri pembibitannya maju dapat menghasilkan produk –
Universitas Sumatera Utara
produk pertanian yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan
dengan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu
benih dan bibit yang baik (Setiawan, 1999).
Dalam kegiatan budidaya tanaman, benih menjadi salah satu faktor utama yang
menjadi penentu keberhasilan. Peningkatan produksi pun banyak ditunjang oleh
peran benih bermutu. Menurut FAO bahwa peningkatan campuran varietas lain
dan kemerosotan produksi pertanian sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman
adalah akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya. Salah satu
faktor rendahnya tingkat ketersedian benih bermutu (bersertifikat) adalah tingkat
kesadaran masyarakat dalam hal ini petani untuk menggunakan benih yang
berkualitas tinggi masih sangat kurang. Pada umumnya petani menyisihkan
sebagian hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam berikutnya.
Benih ini tentu saja tidak terjamin mutunya (Wirawan danWahyuni, 2002).
Keberadaan petani penangkar benih atau usaha perbenihan padi lainnya sangat
penting khususnya untuk memenuhi kebutuhan benih di Sumatera Utara (Sumut)
yang masih kekurangan dalam jumlah banyak . Dibutuhkan sekitar 25.000 ton
benih padi setiap tahun dengan luas lahan pertanian padi mencapai sekitar
800.000 hektare sementara produksi benih padi di sumut masih mencapai 4.000
ton pertahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut harus dipasok
dari Jawa ataupun daerah lain.
Ketersediaan dan kebutuhan benih yang diperlukan oleh petani di Kabupaten
Serdang bedagai tidak selalu berasal dari pemerintah saja, petani juga
mendapatkan benih padi sawah yang berasal dari penangkaran swadaya di daerah
Universitas Sumatera Utara
petani tersebut. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan benih yang
berasal dari pemerintah dikarenakan pada saat petani membutuhkan benih untuk
usaha tani mereka stok benih yang berasal dari pemerintah tidak tersedia atau
sudah habis.
Penangkaran swadaya merupakan suatu usaha penangkaran padi yang mempunyai
tujuan untuk menyediakan benih sumber bermutu yang memenuhi standar
perbenihan. Dengan adanya penangkaran ini, petani dapat dengan mudah membeli
benih yang bermutu untuk kegiatan usaha taninya. Penggunaan benih yang
bermutu merupakan salah satu komponen produksi yang memiliki beberapa
keuntungan, antara lain peningkatan produksi dan mutu, mengatasi kendala dari
gangguan hama penyakit, serta peningkataan pendapatan. Sebagai suatu usaha
penangkaran benih pada umumnya didirikan untuk meningkatkan usaha di bidang
ekonomi pertanian, menghasilkan benih pertanian bermutu tinggi dan berkualitas
yang langsung menunjang kegiatan usaha para petani, mendapatkan keuntungan
yang berkesinambungan serta meningkatkan peran swasta dalam industri
perbenihan di daerah tersebut.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah yang memiliki rata – rata
produktifitas yang tinggi dan
tidak semua petani di daerah penelitian
menggunakan benih yang berasal dari pemerintah saja melainkan dari
penangkaran swadya. Berikut
merupakan data luas panen, dan rata – rata
produksi padi sawah menurut kecamatan tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah menurut
Kecamatan Tahun 2013
Kotarih
Luas Panen
Harvest Area
(Ha)
(2)
17
Silinda
397
1 951
49,15
86
432
49,97
Dolok Masihul
2 631
14 027
53,32
Serbajadi
1 148
5 968
52,00
550
2 736
49,76
0
0
0
4 773
25 023
52,43
408
2 161
52,91
Bandar Khalipah
6 853
35 749
52,17
Tanjung Beringin
6 219
32 938
52,96
Sei Rampah
4 700
25 888
55,08
Sei Bamban
11 142
61 036
54,78
5 796
30 472
52,57
Perbaungan
12 616
69 897
55,40
Pegajahan
3 310
18 368
55,49
Pantai Cermin
7 709
42 458
55,08
68 355
369 190
54,01
328 344
364 876
51,64
49,62
Kecamatan
District
(1)
Bintang Bayu
Sipispis
Dolok Merawan
Tebing Tinggi
Tebing Syahbandar
Teluk Mengkudu
Serdang Bedagai
2012
63 584
2011
73 534
Sumber : BPS Serdang Bedagai 2013
Produksi
Production
(Ton)
(3)
86
Rata-Rata Produksi
Yield Rate
(Kw/Ha)
(4)
49,74
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa masing - masing kecamatan di Serdang Bedagai
memiliki posisi yang strategis dilihat dari luas panen, produksi dan produktivitas
padi seperti kecamatan Perbaungan dan Pegajahan. Kabupaten Serdang Bedagai
merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup baik dalam
pengembangan usaha pertanian terutama usahatani padi.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi perbenihan telah mencapai
kemajuan yang sangat pesat. Benih tidak lagi diperlakukan secara tradisional,
Universitas Sumatera Utara
namun telah berkembang menjadi industri yang dapat memberikan keuntungan
dan lapangan pekerjaan yang cukup besar. Kesadaran akan pentingnya
penggunaan benih yang bermutu (berlabel), mendorong tumbuh berkembangnya
usaha perbenihan baik yang berskala besar maupun kecil. Di Indonesia,
perkembangan usaha perbenihan meningkat cukup pesat dimana pemerintah perlu
membentuk suatu usaha perbenihan seperti PT. Pertani, PT. Sang Hyang Sri dan
lainnya sebagai langkah dalam usaha memenuhi akan kebutuhan benih yang
bermutu. Pada akhirnya masyarakat pertanian pun ikut terlibat dalam usaha
pertanian ini dimana mereka menjadi petani penangkar benih yang bisa bermitra
dengan perusahaan besar atau secara swasembada mengelola usaha perbenihannya
(Hadi, 2009).
Salah satu penggunaan lahan terluas di Kabupaten Serdang Bedagai digunakan
untuk lahan persawahan dengan luas lahan 68.355 Ha. Oleh karena itu Serdang
Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang baik dalam
pengembangan usahatani padi. Untuk keperluan penanaman padi tersebut, maka
tidak terlepas dari tersedianya benih bermutu dan bersertifikat agar tanaman padi
yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan mutu yang baik. Masalah yang
dihadapi petani di daerah penelitian adalah terbatasnya ketersediaan benih
bersertifikat yang berasal dari pemerintah. Melihat kondisi tersebut beberapa
petani penangkar di daerah penelitian melakukan penangkaran benih padi
bersertifikat agar kebutuhan akan benih selalu terpenuhi pada musim tanam
selanjutnya sekaligus meningkatkan kesadaran petani untuk menggunakan benih
padi bersertifikat. Selain itu usaha penangkaran benih padi menjadi salah satu
peluang untuk meningkatkan pendapatan usahatani padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
penangkaran swadaya untuk mengetahui penyelenggaraan usahatani penangkaran
benih padi di daerah tersebut, mengetahui komponen biaya, penerimaan,
pendapatan, dan kelayakan usaha penangkaran
benih padi di penangkaran
swadaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penyelenggaraan usaha tani penangkaran benih padi di daerah
penelitian ?
2. Berapa
biaya
produksi,
penerimaan,
dan
pendapatan
usahatani
penangkaran benih padi di daerah penelitian ?
3. Apakah usaha tani penangkaran benih padi di daerah penelitian layak
diusahakan secara finansial ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui penyelenggaraan usaha tani penangkaran benih padi di
daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan
usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis usaha tani penangkaran benih padi layak diusahakan
atau tidak di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Sebagai
masukan
dan
bahan
pertimbangan
bagi
petani
dalam
mengembangkan usaha penangkaran benih padi.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah atau instansi terkait
untuk perumusan kebijakan dalam meningkatkan penggunaan benih
unggul bermutu.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara