Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta. , 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta

Arsanti, I.W. 1995. Analisis Produksi dan Strategi Pemasaran Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Boediono. 1992. Ekonomi Mikro. Bagian Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Fitriadi, J. 1998. Pengaruh Media Tumbuhan dan Pemberian Jenis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasul Padi (Oryza sativa. L) Kultivar TR 74 dan Cisokan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Hadi, R.M. 2009. Kajian Ekonomi Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Kabupaten Banjar. Thesis. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Harmono dan Agus Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis. Agromedia

Pustaka. Jakarta

Kasim, S. A. 1997. Ekonomi Produksi Pertanian. Fakultas Pertanian Unlam. Banjar Baru.

, S. A. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Mubyarto. 1984. Masalah Industri Gula di Indonesia. BPFE. Yogyakarta

Mulyadi. 2004. Sistem Akuntansi. Edisi Kesembilan, Sekolah Tinggi Hukum YKPN, Yogyakarta.

Negara, S. 2000. Difusi Inovasi. FP USU. Medan.

Pambudy, R. 2-8 Oktober 2002 No 2965 Thn XXXIII. Peranan Kelembagaan dalam Pengembangan Asosiasi Produsen Penangkar Benih. Agriwacana. Sinar Tani.

Rahardi, F dan Rudi Hartono. 2003. Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahim, Aastuti dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.


(2)

Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta , 1995. Analisis Usaha Tani.UI Press. Jakarta

, 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil. Rajawali Press. Jakarta.

, 2000. Pengantar Agroindustri. Rajagrafindo Pustaka. Jakarta

, 2006. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Rajagrafindo Pustaka. Jakarta

Suparyono dan Agus Setyono, 1993. Padi. Penebar Swadaya.Jakarta.

Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan . J & J Learning. Yogyakarta.

Suratiyah, Ken. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wirawan, B dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya, Jakarta.


(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang memproduksi dan mendistribusikan benih padi. Selain itu, kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki rata – rata produksi padi yang tinggi sebesar 328.344 ton dengan luas lahan 63.584 Ha sehingga memiliki potensi yang baik dalam pengembangan usahatani padi.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode sensus dimana terdapat 8 penangkaran benih padi di daerah penelitian. Pengambilan sampel di daerah penelitian berdasarkan informan yang berasal dari usaha perbenihan padi yaitu penangkaran swadaya yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Adapun data penangkar benih padi di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Data Penangkar Benih Usahatani Penangkar Benih Padi

No Nama Penangkar Kelompok Kecamatan

1. Bambang KT. Si Campur Jaya Pantai Cermin

2. H. Muliyadi KP. Mulia Bakti Pantai Cermin

3. Mujiono KP. Karya Tani Tebing Tinggi

4. Anwar KT. Bina Sari Jaya Sei Bamban

5. Samiin KP. Tani Jaya Sei Rampah

6. Supiyanto KP. Mulia Tani Jaya Perbaungan

7. Janil Purba KP. Suka Maju Perbaungan


(4)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dari pihak usaha perbenihan padi dengan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai dan kepustakaan lainnya yang digunakan sebagai data penunjang dan pelengkap.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengetahui penyelenggaraan usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah (2 dan 3), metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah menghitung biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan usaha penangkaran benih padi unggul dengan analisis B/C dan R/C Ratio.

Menurut Kasim, 2004 untuk menghitung biaya usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian dianalisis menggunakan rumus :

1). Biaya

Keterangan :

TC = Total biaya usahatani dalam periode usahatani (Rp) TC = FC + VC


(5)

FC = Besarnya biaya yang berupa biaya tetap (Rp) VC = Besarnya biaya yang berupa biaya variabel (Rp) 2). Penerimaan

Penerimaan usaha penangkaran benih padi adalah hasil perkalian antara jumlah keseluruhan hasil fisik yang diperoleh dikalikan dengan harganya masing-masing.

Secara umum untuk menghitung penerimaan usaha penangkaran benih padi dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

TR = Total penerimaan (Rp) Y = Jumlah produksi (Kg)

Py = Harga benih per satuan produksi (Rp/Kg) (Soekartawi, 1995).

3). Pendapatan

Pendapatan penangkaran benih merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penangkar benih padi selama satu musim tanam. Secara umum untuk menghitung pendapatan dianalisis menggunakan rumus :

Keterangan :

Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp) (Soekartawi, 2001).

Pd = TR - TC TR = Y . Py


(6)

5). Analisis R/C Ratio

R/C (Revenue Cost Ratio) adalah pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Jika nilai R/C diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Rasio =

Analisis ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari usaha tani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh (Harmono dan Andoko, 2005).

6). Analisis B/C Ratio

Analisis pendapatan dan biaya B/C ratio adalah perbandingan antara tingkat pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol. Semakin besar nilai B/C maka semakin besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono, 2003). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

B/C Rasio =


(7)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi :

1. Usaha penangkaran benih padi adalah suatu usahatani yang menyediakan benih sumber bermutu dan bersertifikat yang memenuhi standar perbenihan. 2. Benih padi adalah bahan tanaman hasil perkembangbiakkan tanaman padi

secara generatif yang digunakan untuk produksi benih selanjutnya dalam satu musim tanam, dihitung dalam satuan kilogram (Kg) .

3. Input produksi adalah bahan baku produksi yang digunakan selama proses produksi benih padi dalam satu kali musim tanam seperti benih (kg), pupuk (kg), pestisida (liter) dan kemasan benih ukuran 5 kg.

4. Output produksi adalah banyaknya jumlah produksi berupa benih yang dihasilkan dalam usaha penangkaran benih padi dalam satu kali musim tanam diukur dalam kilogram (Kg).

5. Total biaya (total cost) adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usaha atau merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variable dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh atau biaya yang relatif tetap jumlahnya, contohnya penyusutan peralatan dan pajak dinyatakan dalam rupiah (Rp).


(8)

7. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya sarana produksi bibit, pupuk, pestisida, kemasan, dan tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah (Rp).

8. Penerimaan penangkaran benih padi adalah hasil perkalian antara jumlah produksi benih dikalikan dengan harganya masing-masing dinyatakan dalam rupiah (Rp).

9. Pendapatan penangkaran benih merupakan penerimaan yang berasal dari hasil penjualan benih padi unggul setelah dikurangi total biaya yang dikeluarkan oleh petani penangkar dinyatakan dalam rupiah (Rp).

10. R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan benih padi. 11.B/C adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi yang

dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan benih padi.

3.5.2 Batasan Operasional :

1. Tempat penelitian adalah Penangkaran Swadaya, di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha penangkaran benih padi pada penangkaran swadaya.


(9)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57” Lintang Utara, 30 16” Lintang Selatan, 980 33” Bujur Timur, 990 27” Bujur Barat dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan.

Secara topografis, wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada ketinggian 0 – 500 m dpl (dari permukaan laut) dan memiliki garis pantai sepanjang 55 Km dan 1 (satu) pulau terluar yaitu pulau Berhala yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kabupaten Serdang Bedagai juga terdapat banyak sungai yang selain dapat dipergunakan untuk irigasi dan sumber energi, juga dapat dikelola untuk bahan baku industri air mineral dan air minum.

Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun


(10)

Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Bila dilihat dari luas wilayah per Kecamatan berdasarkan jumlah 17 (tujuh belas) kecamatan, maka dapat dilihat Kecamatan Dolok Masihul mempunyai proporsi terluas 237.417 Km2 (12,49 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai), sedangkan kecamatan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan Serba Jadi dengan luas 50.690 Km2 (2,67 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan 2013 No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Kelurahan Desa

Luas / Area (Km2)

Persen tase (%)

1. Kotarih Kotarih - 11 78,024 4,11

2. Silinda Tarean - 9 56,740 2,99

3. Bintang Bayu

Bintang Bayu - 19 95,586 5,03

4. Dolok Masihul

Dolok Masihul

1 27 237,417 12,49

5. Serba Jadi Serba Jadi - 10 50,690 2,67

6. Sipispis Sipispis - 20 145,259 7,64

7. Dolok Merawan

Dolok Merawan

- 17 120,600 6,35

8. Tebing Tinggi

Tebing Tinggi

- 14 182,291 9,59

9. Tebing Syahbandar

Paya Pasir - 10 120,297 6,33

10. Bandar Khalipah

Bandar Khalipah

- 5 116,000 6,10

11. Tanjung Beringin

Tanjung Beringin

- 8 74,170 3,90

12. Teluk Mengkudu

Sialang Buah - 12 66,950 3,52

13. Sei Rampah Sei Rampah - 17 198,900 10,47

14. Sei Bamban Sei Bamban - 10 72,260 3,80

15. Perbaungan Perbaungan 4 24 111,620 5,87

16. Pegajahan Pegajahan 1 13 93,120 4,90

17. Pantai Cermin

Pantai Cermin

- 12 80,296 4,23

Jumlah 6 237 1.900,220 100,00


(11)

4.1.2 Tata Guna Lahan

Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai luas yang fungsinya dibagi menjadi areal persawahan, perkebunan, pemukiman, hutan, kolam, tambak, semak/alang – alang, rawa dan untuk keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Kampung/Pemukiman 7.064 3,49

2. Sawah 68.355 20,41

3. Tegalan/Kebun 26.341 13,04

4. Perkebunan Besar 74.697 37,0

5. Perkebunan Rakyat 40.641 20,13

6. Hutan 7.538 3,73

7. Kolam/Tambak 1.009 0,5

8. Semak/Alang-Alang 2.060 1,02

9. Rawa 978 0,48

10. Lain- lain 331 0,16

Jumlah 201.879 100

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

Tabel diatas menunjukkan jumlah penggunaan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 201.879 Ha dengan penggunaan lahan yang paling luas adalah digunakan untuk perkebunan besar yaitu sebesar 37 % dengan luas lahan 74.697 Ha dan penggunaan lahan terluas kedua adalah untuk sawah sebesar 20,41 % dengan luas lahan 68.355 Ha.

4.1.3. Keadaan Penduduk

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jumlah penduduk sebanyak 604.026 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 149.346 yang tersebar di seluruh Kabupaten Serdang Bedagai.


(12)

Tabel 5. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2013

No

Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Kotarih 2. 083 4 .102 4. 002 8. 104

2. Silinda 2. 200 4 .258 4. 209 8. 467

3. Bintang Bayu 2. 898 5 .439 5. 314 10. 753

4. Dolok Masihul 12. 954 24.205 24. 819 49. 024

5. Serbajadi 5. 063 9 .814 10 . 063 19. 877

6. Sipispis 8. 287 16.368 15. 762 32. 130

7. Dolok

Merawan 4. 573 8 .687 8. 618 17. 305

8. Tebing Tinggi 10. 453 20.374 20. 532 40. 906

9. Tebing

Syahbandar 8. 215 16.388 16. 325 32. 713

10. Bandar

Khalipah 6. 127 12.504 12.673 25. 177

11. Tanjung

Beringin 8. 736 19.117 18 .345 37. 462

12. Sei Rampah 15. 934 32.433 31 .974 64. 407

13. Sei Bamban 10. 444 21.719 21 .766 43. 485

14. Teluk

Mengkudu 10. 016 21.035 20 .750 41 .785

15. Perbaungan 24. 246 50.847 50 .710 101.557

16. Pegajahan 6. 886 13.782 13 .513 27 .295

17. Pantai Cermin 10. 231 21.967 21 .612 43 .579

Jumlah 149. 346 303.039 300 .987 604.026 Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yang berjumlah 102.557 jiwa dan jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yang berjumlah 8.104 jiwa. Penduduk yang dominan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah penduduk yang berjenis kelamin laki - laki yakni sebanyak 303.039 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk.


(13)

Tabel 6. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha

No. Lapangan Usaha Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Sektor Pertanian 81.962 32,07

2 Perdagangan 32.698 12,79

3. Industri 32.253 12,62

4. Jasa 30.877 12,08

5. Pertambangan dan Penggalian 403 0,16

6. Jasa Keuangan 538 1,21

7. Lain – lain 76.834 30,06

Jumlah 255.565 100

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

Tabel diatas menunjukkan jumlah angkatan kerja adalah 255.565 jiwa dengan persentase terbesar pada sektor pertanian adalah sebesar 32,07 % atau sebesar 81.962 jiwa. Sedangkan persentase terbesar kedua adalah pada sektor perdagangan sebesar 12,62 % dengan jumlah 32.698 jiwa.

Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 No Golongan Umur (Tahun)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0 - 4 34.173 32.172 66.345

2. 5 - 9 31.523 30.359 61.882

3. 10 - 14 31.808 29.831 61.639

4. 15 - 19 29.323 27.070 56.393

5. 20 - 24 24.343 23.217 47.560

6. 25 - 29 23.937 24.280 48.217

7. 30 - 34 22.805 22.948 45.753

8. 35 - 39 20.885 21.370 42.255

9. 40 - 44 20.281 20.245 40.526

10. 45 - 49 17.903 18.972 36.875

11. 50 - 54 11.753 15.825 31.562

12. 55 - 59 7.025 12.014 23.767

13. 60 + 18.568 22.684 41.252

Jumlah 303.039 300.987 604.026

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

Tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai yang berusia produktif (15 – 64 tahun) berjumlah 405.448 jiwa yang terdiri dari 196.823 laki – laki dan 208.625 perempuan dari keseluruhan jumlah penduduk.


(14)

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam suatu wilayah. Sarana dan prasarana yang baik di Kabupaten Serdang Bedagai akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan dari daerah dan masyarakat sekitar. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung yang ada akan mempercepat laju perkembangan masyarakat dan memperlancar akses masuknya informasi di Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut sarana dan prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. Sarana Ibadah Mesjid Mushola Gereja Protestan Gereja Katolik Vihara Pura 631 459 470 47 18 1 2. Sarana Kesehatan

Puskesmas Polindes Rumah Sakit Rumah Bersalin Posyandu Balai Pengobatan/Poliklinik 20 217 6 9 863 170 3. Pendidikan

Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Tsanawiyah Madrasah Aliyah SD Negeri SD Swasta SMP Negeri SMP Swasta SMU Negeri SMU Swasta SMK Negeri SMK Swasta 34 58 24 431 27 38 46 18 22 7 27 Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013


(15)

Tabel diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai sudah memadai. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di kabupaten tersebut meliputi sarana ibadah, kesehatan, dan pendidikan yang ketiga nya sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. 4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Tingkat Usia

Berdasarkan usia responden pada usaha penangkaran benih padi, rata – rata usia penangkar benih adalah 50,87 tahun. Data mengenai usia penangkar responden dapat dilihat pada tabel.

Tabel 9. Tingkat Usia Penangkar Responden

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. ≤ 40 1 12,5

2. 41 – 50 4 50

3. 51 – 60 2 25

4. > 60 1 12,5

Jumlah 8 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa ada delapan penangkar sampel. Penangkar benih yang paling banyak adalah penangkar yang tergolong kisaran usia 41 – 50 tahun yaitu sebesar 50 %, sedangkan penangkar yang tergolong usia ≤ 40 tahun dan > 60 tahun masing – masing hanya ada satu orang sebesar 12,5 %.

4.2.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan penangkar responden rata-rata adalah SMA. Data tingkat pendidikan petani ditampilkan pada tabel .

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Penangkar Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. SMA 5 62,5

2. Sarjana 3 37,5


(16)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penangkar sampel yang paling dominan adalah penangkar yang mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak lima orang atau sebesar 62,5 % sedangkan tiga penangkar lainnya mempunyai tingkat pendidikan sarjana atau sebesar 37,5 %.

4.2.3. Pengalaman Bertani

Tingkat pengalaman bertani menggambarkan berapa lama penangkar telah menjalankan usahatani yang sekarang sedang dijalani. Data mengenai pengalaman bertani penangkar responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11. Lama Bertani Penangkar Responden No Kisaran Lama

Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase

1. ≤ 5 3 37,5

2. 6 – 10 3 37,5

3. 11 – 15 - -

4 16 – 20 2 25,0

Jumlah 8 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1 4.2.4. Lahan Usahatani

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata luas lahan penangkar benih padi sawah adalah seluas ha. Data mengenai luas lahan yang dimiliki penangkar responden dapat dilihat pada tabel.

Tabel 12. Luas Lahan yang Dimiliki oleh Penangkar dan Kelompok Penangkar Responden

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) Pribadi Kelompok Pribadi Kelompok Pribadi Kelompok

1. ≤ 2 ≤ 24 1 0 12,5 0

2. 3 – 6 25 – 62 6 5 75 62,5

3. 7 - 10 63 - 100 1 3 12,5 37,5

Jumlah 8 8 100 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penangkar dengan luas lahan pribadi 3 -6 ha berjumlah 6 orang atau sebesar 75 %, dan jumlah penangkar


(17)

dengan luas lahan ≤ 2 ha dan 7 – 10 ha adalah masing – masing 1 orang atau sebesar 12,5 %. Untuk luas lahan yang dimiliki oleh kelompok penangkar 25 – 62 Ha adalah sebanyak 5 orang atau sebesar 62,5 % sedangkan untuk luas lahan 63 – 100 Ha yang dimiliki oleh kelompok penangkar adalah sebanyak 3 orang atau sebesar 37,5 %.

4.2.5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh penangkar benih di daerah penelitian. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh penangkar benih (sebagai kepala keluarga) adalah semua anggota keluarga (selain kepala keluarga) yang ditanggung atau berada dalam anggaran belanja keluarga. Data mengenai jumlah tanggungan penangkar benih dapat dilihat pada tabel.

Tabel 13. Jumlah Tanggungan Keluarga Penangkar Benih Responden No Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah Petani (Orang)

Persentase (%)

1. 2 2 25

2. 3 1 12,5

3. 4 4 50

4. 5 1 12,5

Jumlah 8 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan penangkar benih padi paling besar adalah berjumlah 4 orang dengan jumlah petani sebanyak 4 orang atau sebesar 50 %. Sebagian penangkar benih lainnya mempunyai tanggungan sebanyak 2 orang dengan jumlah petani sebanyak 2 orang dan sebagian lain penangkar benih mempunyai tanggungan 3 dan 5 orang dengan jumlah petani masing – masing adalah 1 orang atau sebesar 12,5 %.


(18)

(19)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyelenggaraan Usaha Penangkaran Benih Padi

Pada dasarnya tidak banyak perbedaan antara penanaman padi untuk penangkaran dengan penanaman padi untuk konsumsi. Perbedaan keduanya terletak pada jenis benih yang digunakan. Penanaman padi untuk penangkaran menggunakan benih penjenis (Breeder Seed), benih dasar (Foundation Seed) dan benih pokok (Stock Seeds) sebagai sumber benih, sedangkan untuk benih konsumsi menggunakan benih sebar (Extension Seeds). Teknik Penanaman keduanya pun hampir sama, yang membedakan untuk penangkaran benih padi ada badan pengawasan lembaga perbenihan yang berwenang yaitu pengawas benih (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih).

Sumber benih yang digunakan digunakan penangkar untuk pertanaman produksi benih di daerah penelitian satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Contohnya untuk memproduksi benih kelas FS (Foundation Seed/Benih Dasar/BD) atau label putih, maka sumber benih yang digunakan penangkar adalah benih padi kelas BS (Breeder Seed/Benih Penjenis/BS) atau label kuning, sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS (Stock Seed/Benih Pokok/BP) atau label ungu, maka sumber benih yang digunakan penangkar adalah benih FS atau BS dan untuk memproduksi benih kelas ES (Extension Seed/Benih Sebar/BR) sumber benih yang digunakan penangkar adalah benih pokok atau benih dasar. Berikut merupakan prosedur penyelenggaran usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian :


(20)

1. Pemilihan Varietas dan Asal Benih

Untuk pemilihan varietas yang diperbanyak, penangkar menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen, kesesuaian lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Benih sumber yang digunakan berasal dari kelas yang lebih tinggi. Untuk menghasilkan benih dasar (FS) digunakan benih penjenis (BS), untuk menghasilkan benih pokok (SS) digunakan benih dasar, sedangkan untuk menghasilkan benih sebar (ES) digunakan benih pokok. Penangkar membeli benih yang berasal dari penangkar lain atau Balai Benih Induk Padi.

2. Pemilahan dan Perlakuan Benih

Langkah awal yang dilakukan penangkar benih adalah benih yang akan ditanam disemaikan terlebih dahulu. Penangkar melakukan uji benih yang baik dan layak untuk disemaikan. Penentuan benih yang baik dan layak adalah dengan cara menyiapkan kaleng yang berisi air dan diberi campuran larutan abu dapur dengan perbandingan keduanya 10 – 12 bagian air dan 1 bagian abu dapur. Kemudian benih dimasukkan dan diaduk ke dalam campuran larutan tersebut. Setelah pengadukan, benih tersebut dibiarkan sekitar lima menit maka akan terlihat perbedaan benih dimana ada beberapa benih yang melayang atau mengapung di permukaan larutan. Benih yang mengapung tersebut adalah benih yang kurang baik untuk disemai dan benih tersebut harus dibuang sebab ada kemungkinan bercampur biji hampa. Sebelum disebar benih direndam didalam air selama 24 jam kemudian diperam selama 24 jam untuk memacu perkecambahan. Biji yang telah siap kemudian disebarkan merata pada lokasi persemaian. Setiap varietas benih diletakkan berbeda – beda di lahan persemaian. Setelah berumur 30 – 40


(21)

hari bibit siap untuk ditanam di persawahan. Bibit yang akan ditanam di sawah dipindahkan dengan cara mencabut sampai ke akarnya.

3. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan di daerah penelitian meliputi kegiatan membersihkan lahan, membajak dan meratakan tanah. Penangkar mengolah lahannya dengan menggunakan jasa jetor. Penangkar mengupah tenaga kerja untuk mengolah lahannya dikarenakan tidak membuang tenaga untuk mencangkul lagi. Apabila lahan sudah selesai untuk ditanami, maka bibit siap untuk dipindahkan ke lahan tersebut. Bibit yang akan ditanam sebaiknya memiliki kriteria diantaranya daun tidak ing, sehat dan bebas dari hama dan penyakit, umur tidak lebih dari 40 hari, daun berjumlah 5 – 7 helai, batang besar dan sehat, tinggi kurang lebih 25 – 30 cm.

4. Penanaman

Dalam kegiatan penanaman ada beberapa hal yang diperhatikan penangkar antara lain yaitu cara tanam, jarak tanam, jumlah tanaman tiap lubang, dan kedalaman menanam. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm. Jarak tanam merupakan hal terpenting yang diperhatikan karena apabila jarak tanam terlalu rapat dapat mengganggu pertumbuhan, dan jika terlalu renggang jumlah bibit yang akan ditanam menjadi lebih sedikit. Untuk perbanyakan benih dasar (FS) dari benih penjenis (BS) bibit ditanam satu batang perlubang tanam. Sedangkan untuk perbanyakan benih pokok (SS) dari benih dasar (FS) dan benih sebar (ES) dari benih pokok (SS) ditanam 2 – 3 batang perlubang tanam.


(22)

5. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya sama dengan budidaya padi pada umumnya. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan, pengairan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan benih dilakukan mulai dari umur 1 bulan.

5.1 Pemupukan

Pemupukan dilakukan sama halnya dengan penanaman padi untuk konsumsi. Penangkar di daerah penelitian menggunakan empat macam pupuk yaitu urea, TSP, phonska, ZA dan pupuk pelengkap cair. Takaran atau dosis pupuk yang digunakan untuk luas lahan 1 Ha tergantung oleh penangkar benih tergantung penangkar masing – masing. Pemupukan dilakukan rata – rata 10 hari setelah masa tanam oleh penangkar untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bibit dengan baik. Pemberian pupuk pertama diberikan dengan cara disebarkan merata dan kemudian diinjak – injak.

5.2 Penyulaman

Tanaman penyulaman harus dipilih dari tanaman yang seragam dengan pertumbuhan yang sehat. Sisa bibit yang telah dicabut diletakkan di bagian pinggir petakan dan nantinya digunakan untuk menyulam. Penyulaman dilakukan pada 5 - 10 hari setelah tanam (HST) dengan ketentuan bibit dan varietas umur yang sama.

5.3 Penyiangan

Penyiangan (pengendalian gulma) dilakukan secara manual dan kimiawi oleh penangkar dengan cara membuang gulma dan tanaman pengganggu lainnya sebanyak dua atau tiga kali yaitu pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam.


(23)

Penyiangan yang dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida untuk mengatasi rumput – rumput liar di areal persawahan. Penyemprotan herbisida dilakukaan saat tanaman berumur 15 – 20 hari setelah tanam dengan dosis sesuai dengan petunjuk pada label.

5.4 Pengairan

Pengairan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca dan fase pertumbuhan tanaman. Pengairan dilakukan secara berseling dengan cara sewaktu menanam bibit, kondisi lahan macak – macak, kemudian secara berangsur – angsur lahan diairi 2 – 5 cm sampai tanaman berumur 10 hari setelah tanam. Lahan tidak diairi atau sampai keadaaan permukaan tanah tampak retak – retak selama 2 hari, kemudian diairi kembali setinggi 5 – 10 cm. Sampai tahapan bunga keluar sampai 10 hari sesudahnya, lahan harus terus digenangi sekitar 10 cm. Sebelum panen sampai panen terhitung sejak 10 hari sebelumnya, lahan dikeringkan dengan tujuan mempercepat kemasakan gabah dan mempermudah panen.

5.5 Pengendalian hama dan penyakit

Penangkar menggunakan beberapa jenis pestisida sesuai dengan kebutuhan lahan. Pestisida yang digunakan untuk jamur atau fungisida adalah skore, filia dan britop. Selain itu, dikarenakan faktor alam dan usaha yang memungkinkan adanya berbagai jenis serangga dan ulat maka penangkar menggunakan insektisida prepapton, atau disebut racun ulat. Kemudian penangkar juga menggunakan insektisida untuk racun keong, racun lembing dan insektisida untuk jenis wereng yaitu plenum.


(24)

6. Seleksi/Rouging

Benih bermutu memiliki salah satu syarat yaitu memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu penangkar melakukan rouging dimulai pada tahap awal sampai akhir pertanaman. Rouging dilakukan untuk menyeleksi tanaman yang ciri – ciri fisiknya berbeda dari ciri – ciri varietasnya tanaman yang diproduksi benihnya. Selama proses produksi di lapangan tanaman diseleksi empat kali yaitu pada saat umur tanaman 30 hari, penangkar menyeleksi tanaman yang warna, bentuk batang dan tinggi nya berbeda dengan tanaman aslinya. Pada saat umur 50 – 60 hari setelah tanam, penangkar menyeleksi dan membuang tanaman yang posisi dan warna bunga yang berbeda dengan tanaman aslinya atau keseragaman pada saat berbunga. Rouging ketiga yaitu saat tanaman mulai berbunga atau sekitar 85 - 95 hari setelah tanam, tanaman yang memiliki bentuk dan posisi daun yang berbeda serta warna dan bentuk gabah yang berbeda, maka penangkar membuang tanaman tersebut. Rouging terakhir dilakukan pada saat 1 minggu sebelum panen, pada tahap ini tanaman sudah masak dengan usia 100 – 115 hari setelah tanam.

7. Panen dan Pengolahan Benih

Tahap akhir penanaman padi untuk penangkaran adalah panen. Tanaman padi dipanen pada umur 110 - 115 hari setelah tanam. Lahan pertanaman untuk produksi benih padi dipanen oleh penangkar setelah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) sudah menyatakan lulus sertifikasi lapangan. Waktu panen yang tepat pada saat tanaman sudah telah masak penuh yaitu ditandai dengan ciri – ciri antara lain kulit biji jika dikupas telah berisi beras dan sulit dipecahkan oleh kuku, seluruh bagian tanaman berwarna kuning jerami, dan


(25)

tanaman sudah merunduk. Pemanenan pada waktu yang tepat dilakukan karena berpengaruh pada jumlah dan mutu gabah yang dihasilkan. Panen dilakukan dengan cara diarit dan sebelumnya alat – alat yang digunakan untuk panen dibersihkan oleh penangkar. Padi yang telah dipanen kemudian dirontok. Setelah itu penangkar memasukkan calon benih per varietas ke dalam karung dan diberi label untuk mengetahui nama varietas, kelas calon benih, tanggal panen serta lokasi produksi benih tersebut. Kemudian benih diangkut ke ruang pengolahan benih. Penangkar membuat laporan yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen. Selanjutnya pada tahapan pengeringan, benih dijemur pada alas yang terbuat dari semen atau disebut lantai jemur. Sebelumnya lantai jemur telah dibersihkan dan mengatur jarak yang cukup antar benih yang dijemur dari varietas yang berbeda. Kemudian dilakukan pembalikan 4 jam sekali agar padi kering merata. Pada saat penjemuran, penangkar juga membersihkan sisa – sisa kotoran seperti daun – daun padi, jerami, tanah dan benih hampa.

8. Pengawasan dan Sertifikasi Benih 8.1 Permohonan Sertifikasi

Penangkar mengajukan permohonan kepada Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk memiliki izin penyelenggaran usaha produksi benih padi. Permohonan diajukan paling lambat 10 hari sebelum penanaman dan mengisi formulir permohonan. Permohonan dilampiri dengan label benih sumber yang akan ditanam.


(26)

8.2 Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan dilakukan sebelum pengolahan atau sebelum masa tanam. Pemeriksa lapangan memastikan kebenaran nama dan alamat penangkar, letak dan situasi areal, sumber benih dan batas areal.

8.3 Pemeriksaan Alat Panen, Tempat Penyimpanan dan Tempat Pengolahan Benih

Pemeriksaan dilakukan untuk menghindari pencampuran dengan sisa – sisa Penangkar benih mengajukan permintaan untuk pemeriksaan tersebut selambat – lambatnya satu minggu sebelum panen.

8.4 Pengambilan Contoh Benih

Pengawas benih mengambil contoh benih dari kelompok benih. Satu kelompok benih adalah satu varietas benih dari satu kelas yang telah dikemas dan disusun secara teratur oleh penangkar.

8.5 Pengujian Contoh Benih

Pengujian dilakukan di laboratorium untuk mengetahui mutu benih yang diproduksi oleh penangkar. Penangkar akan menerima dan mengetahui laporan hasil pengujian benih. Pengujian ulangan hanya dilakukan 1 kali apabila pada pengujian pertama benih belum memenuhi standar mutu benih.

8.6 Pemberian Sertifikat dan Pengawasan Benih

Standar sertifikasi benih ditetapkan untuk tiap jenis tanaman dikarenakan satu permohonan hanya berlaku untuk satu varietas dan satu kelas benih. Penangkar benih mengajukan permintaan nomor seri label setelah laporan lengkap hasil pengujian oleh BPSB menyatakan lulus atau memenuhi standar mutu benih.


(27)

Pengawasan dimulai dari tahapan proses produksi benih sampai tahapan penanganan pasca panen. Pengawasan lapangan untuk penanaman produksi benih padi dari BPSB Sumatera Utara dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah, pemeriksaan lapangan pertama fase vegetatif, 30 hari setelah tanam, pemeriksaan fase berbunga, 30 hari sebelum panen, pemeriksaan fase masak, 1 minggu sebelum panen (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Sumatera Utara).

Tujuan sertifikasi adalah menjamin kemurnian dan kebenaran varietas dan menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan. Sertifikasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan laboratorium, dan pengawasan pemasangan label (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Sumatera Utara). Kegiatan pengawasan dan sertifikasi dilakukan oleh BPSB Sumatera Utara.

Uji mutu benih dilakukan di laboratorium oleh BPSB terhadap contoh benih yang mewakili.

Tabel 14. Standar Mutu Benih Padi Bersertifikat Berdasarkan Pengujian Di Laboratorium

Variabel mutu FS SS ES

Kadar air, maks (%) 13,0 13,0 13,0

Benih murni, min (%) 99,0 99,0 98,0

Kotoran, maks (%) 1,0 1,0 2,0

Varietas lain, maks (%) 0,0 0,1 0,2

Biji gulma, maks (%) 0,0 0,1 0,2

Daya berkecambah, min (%) 80,0 80,0 8,0

Sumber : Badan Pengawasan dan Sertifikasi benih, 2013

Pengawasan pemasangan label bertujuan untuk mengetahui kebenaran pemasangan dan isi label. Warna label untuk tanaman padi disajikan pada tabel dibawah ini.


(28)

Tabel 15. Warna Label Benih Bermutu

Kelas Benih Warna Label

Benih Penjenis (BS, Breeder Seed) Kuning

Benih Dasar (BD, Foundation Seed) Putih

Benih Pokok (BP, Stock Seed) Ungu

Benih Sebar (BR, Extension Seed) Biru

Sumber : Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih, 2014 9. Pengemasan

Pengemasan benih dilakukan untuk mempermudah dalam penyaluran benih, selain itu untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan serangga. Untuk pemasaran benih tersebut, penangkar mengemas benih dengan menggunakan kantong plastik tebal berukuran sekitar 0,08 mm atau lebih, ukuran plastik untuk 5 kg benih dan plastik dikelim rapat. Pengemasan benih tersebut dilakukan setelah contoh benih dinyatakan lulus berdasarkan hasil uji lab oleh BPSB. Kemudian penangkar mencetak label benih dan memasukkan ke dalam kemasan sebelum kemasan dikelim rapat. Pengemasan dan pemasangan label benih disertai nama kelompok penangkar misalnya “ Si Campur Jaya” untuk menghindari adanya tindak pemalsuan.

10. Penyimpanan

Benih yang bersih dan telah kering disimpan secara teratur di gudang penyimpanan yang terletak dibelakang rumah penangkar. Gudang penyimpanan terbuat dari semen, bersih, mempunyai ventilasi yang cukup dan tidak lembab, serta bebas dari gangguan hama dan penyakit. Benih yang telah dimasukkan di dalam karung disimpan di gudang penyimpanan. Benih disimpan dan disusun secara teratur oleh penangkar. Setiap varietas terletak terpisah dari varietas lainnya. Penangkar di daerah penelitian menyimpan benih selama 30 hari setelah


(29)

proses pengeringan. Lama penyimpanan benih hendaknya memperhatikan masa berlakunya label benih. Masa berlakunya label benih padi 6 bulan sejak selesainya pengujian dan paling lama adalah 9 bulan setelah tanggal panen.

5.2 Analisis Usaha Tani dan Komponen Biaya

5.2.1 Biaya Produksi Usaha Penangkaran Benih Padi

Usaha penangkaran benih padi di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 8 (delapan) tempat penangkaran. Nama usaha penangkaran tersebut adalah sesuai dengan nama kelompok tani di masing – masing tempat penangkaran. Penangkar ini melaksanakan usaha pertanaman padi untuk memproduksi benih padi yang nantinya akan dijual sebagai benih padi berlabel. Menjalankan usaha penangkaran benih padi memiliki harapan yang cukup terjamin di daerah tersebut. Banyak petani di daerah penelitian yang berminat untuk menjalankan usaha penangkaran benih padi untuk memperoleh keuntungan lebih.

Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh penangkar benih padi dalam menjalankan usaha produksi benih berlabel. Biaya yang digunakan dalam usaha produksi benih tersebut antara lain biaya sarana produksi, biaya penyusutan gudang, mesin dan alat, biaya tenaga kerja, biaya pengawasan dan sertifikasi benih. Total biaya adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Sedangkan yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan mesin dan alat, biaya irigasi dan biaya sertifikasi.

a. Biaya Penyusutan

Peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk usaha penangkaran benih padi sangat berpengaruh dalam kegiatan proses produksi untuk menghasilkan benih


(30)

padi. Mesin – mesin dan peralatan yang digunakan pada penangkaran benih padi dalam kegiatan proses produksi adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Mesin/Media Produksi Pada Penangkaran Benih Padi

No Mesin / Media Keterangan

1 Lantai Jemur Digunakan sebagai media pengeringan benih secara alami

2 Mesin Seed Cleaner Digunakan sebagai mesin pembersihan benih 3 Mesin Pengepakan Digunakan sebagai pengepakan/pengemasan benih

padi

4 Mesin Jahit Digunakan untuk menjahit karung benih 5 Mesin Penggerak Digunakan untuk menggerakkan mesin. 6 Gudang

Penyimpanan

Digunakan untuk menyimpan benih yang telah diolah

7 Impulse Sealer Digunakan untuk menutup kemasan plastik yang sudah berisi

benih lulus

8 Mesin Perontok Digunakan untuk merontokkan padi pada saat pemanenan untuk memperoleh benih

9 Jetor Digunakan untuk mengolah lahan sebelum

menanam bibit

Sumber : Penangkaran Swadaya Kabupaten Serdang Bedagai Tabel 17. Peralatan Produksi Pada Penangkaran Benih Padi

No Peralatan Keterangan

1 Truk Digunakan untuk mengangkut benih ke kios penjualan

2 Mobil Pick Up Digunakan untuk mengangkut benih ke kios penjualan

3 Timbangan Digunakan untuk mengukur berat benih 5 Garu Besar Digunakan untuk mengatur benih pada saat di

lantai jemur 6 Gerobak Sorong

Digunakan untuk mengangkut benih yang telah dikemas dari gudang penyimpanan ke dalam bak truk

Sumber : Penangkaran Swadaya Kabupaten Serdang Bedagai

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam usaha penangkaran benih padi mengalami penyusutan dari waktu ke waktu. Menurut Suratiyah (2009), untuk menghitung nilai penyusutan dapat digunakan rumus :

Penyusutan = iaya embelian- ilai esidu mur konomis


(31)

Biaya penyusutan mesin dan peralatan usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18. Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan Usaha Penangkaran Benih Padi (Rp/Unit)

Sampel Biaya Penyusutan (Rp) Total Biaya

(Rp) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 12.596.125 12.596.125 25.192.250

2 - 5.929.250 5.929.250 11.858.500

3 8.999.833,5 8.999.833,5 - 17.999.667

4 4.271.027,7 4.271.027,7 4.271.027,7 12.813.083

5 - 7.383.541,5 7.383.541,5 14.767.083

6 - 10.856.584 - 10.856.584

7 - 12.767.083 - 12.767.083

8 - - 3.651.500 12.574.050

Jumlah 118.828.300

Rata – Rata 14.853.538

Sumber : Data diolah dari lampiran 13

Tabel menunjukkan bahwa total biaya penyusutan penangkar benih padi adalah sebesar Rp 118.828.300 dan biaya rata – rata penyusutan dari penangkar benih padi adalah sebesar Rp 14.853.538. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya penyusutan tertinggi adalah sebesar Rp 25.192.250 dikeluarkan oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya penyusutan terendah adalah sebesar Rp 10.856.584 dikeluarkan oleh KP. Tani Jaya. Perhitungan biaya penyusutan dihitung selama proses produksi.

b. Biaya Sertifikasi Benih

Biaya sertifikasi adalah biaya yang yang harus dikeluarkan oleh penangkar untuk memperoleh label yang dilampiri tanda bukti lulus pengujian laboratorium oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Biaya sertifikasi yang harus dibayar penangkar meliputi biaya pemeriksaan lapangan per hektar, uji benih untuk pengisian label per kg , uji benih untuk pelabelan ulang per contoh benih,


(32)

kesehatan dimana tarif tersebut sudah ditentukan oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi benih. Adapun biaya yang harus dikeluarkan penangkar untuk sertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 19. Biaya Sertifikasi Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Sertifikasi (Rp) Biaya (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 2.193.500 4.202.250 6.395.750

2 - 1.083.000 2.707.500 3.790.500

3 223.700 604.000 - 827.700

4 99.875 1.619.500 2.707.500 4.426.875

5 - 541.500 3.358.875 3.900.375

6 - 2.241.000 - 2.241.000

7 - 204.750 - 204.750

8 - 8.802.250 541.500 541.500

Jumlah 323.575 8.487.250 13.517.625 22.328.450

Rata – Rata 161.787,5 1.060.906 2.703.525 2.791.056 Sumber : Data diolah dari lampiran 35

Total biaya sertifikasi yang dikeluarkan untuk memperoleh label pada usaha penangkaran benih padi adalah sebesar Rp. 22.328.450 sedangkan rata – rata biaya sertifikasi adalah sebesar 2.791.056. Biaya Sertifikasi tertinggi adalah sebesar Rp 6.395.750 dikeluarkan oleh KP Suka Maju sedangkan biaya sertifikasi terendah adalah sebesar Rp 204.750 dikeluarkan oleh KP Mulia Tani Jaya. Biaya yang dikeluarkan tergantung oleh luas lahan penangkar benih, jumlah produksi benih, dan jumlah contoh benih yang diproduksi.

c. Biaya Irigasi

Biaya irigasi adalah biaya yang dikeluarkan penangkar kepada petugas pengairan untuk memberikan pengairan (irigasi) dalam menyelenggarakan usaha penangkaran benih padi. Pengairan dilakukan selama 4 bulan mulai dari pengolahan tanah sampai 10 hari sebelum panen. Berikut merupakan biaya irigasi usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian :


(33)

Tabel 20. Biaya Irigasi Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Pengairan (Rp) Total (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 5.400.000 11.400.000 16.800.000

2 - 3.000.000 7.500.000 10.500.000

3 300.000 3.000.000 - 3.300.000

4 150.000 4.200.000 7.500.000 11.850.000

5 - 1.500.000 9.750.000 11.250.000

6 - 6.000.000 - 6.000.000

7 - 600.000 - 600.000

8 - - 1.500.000 1.500.000

Jumlah 61.800.000

Rata – Rata 7.725.000

Sumber : Data diolah dari lampiran 14

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa total biaya pengairan seluruh usaha penangkaran benih padi adalah sebesar Rp 61.800.000 dan biaya rata – rata pengairan adalah sebesar Rp 7.725.000. Biaya pengairan tertinggi adalah sebesar Rp 16.800.000 yang dikeluarkan oleh KP Suka Maju dan biaya terendah adalah sebesar Rp 600.000 yang dikeluarkan oleh KP Mulia Tani Jaya. Biaya pengairan yang dikeluarkan penangkar adalah sebesar Rp 300.000/Ha.

d. Biaya Sarana Produksi

Dalam menjalankan usaha penangkaran produksi benih padi, tentunya penangkar membutuhkan bahan baku untuk menghasilkan benih padi berlabel yang nantinya akan dijual. Biaya bahan baku yang termasuk dalam usaha penangkaran benih padi meliputi biaya sumber benih, pupuk, pestisida, dan plastik kemasan benih. Adapun biaya bahan baku sumber benih yang dikeluarkan penangkar untuk produksi benih dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(34)

Tabel Biaya 21. Pembelian Sumber Benih Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya (Rp)

Total (Rp) Benih

Penjenis

Benih Dasar Benih Pokok

1 - 1.740.000 2.745.000 4.485.000

2 - 960.000 1.800.000 2.760.000

3 300.000 720.000 - 1.020.000

4 150.000 1.440.000 1.800.000 3.390.000

5 - 480.000 2.250.000 2.730.000

6 - 1.680.000 - 1.680.000

7 - 120.000 - 120.000

8 - - 360.000 360.000

Jumlah 450.000 7.140.000 8.955.000 16.545.000

Rata – Rata

225.000 1.020.000 1.791.000 2.068.125 Sumber : Data diolah dari lampiran 15

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian benih sumber oleh seluruh penangkar benih padi selama satu kali musim tanam adalah sebesar Rp 16.545.000 dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.068.125. Biaya pembelian sumber benih tertinggi adalah sebesar Rp 4.485.000 oleh KP Suka Maju dimana penangkar menggunakan dua kelas benih yaitu benih dasar dan benih pokok. Sedangkan biaya pembelian sumber benih terendah adalah sebesar Rp 120.000 oleh KP Mulia Tani Jaya dimana penangkar hanya menggunakan satu kelas benih yaitu benih dasar. Benih yang diperoleh penangkar dibeli dari penangkar lain atau dari Balai Benih Induk Padi.

Adapun biaya bahan baku pembelian pupuk yang dikeluarkan penangkar untuk produksi benih dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(35)

Tabel 22. Biaya Pembelian Pupuk Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Pupuk (Rp) Total (Rp)

Benih Penjenis Benih Dasar Benih Pokok

1 - 52.596.000 111.036.000 163.632.000

2 - 30.812.500 77.031.250 107.843.750

3 3.570.000 35.700.000 - 39.270.000

4 1.434.000 40.152.000 71.700.000 113.286.000

5 - 18.262.500 118.706.250 136.968.750

6 - 60.250.000 - 60.250.000

7 - 5.962.500 - 5.962.500

8 - - 15.525.000 15.525.000

Jumlah 5.004.000 243.735.500 393.998.500 642.738.000 Rata – Rata 2.502.000 34.819.357 78.799.700 80.342.250 Sumber : Data diolah dari lampiran 16

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian pupuk oleh seluruh penangkar benih padi selama 1 kali musim tanam adalah sebesar Rp 642.738.000 dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 80.342.250. Biaya pembelian pupuk tertinggi adalah sebesar Rp 163.632.000 oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 5.962.500 oleh KP. Mulia Tani Jaya. Pembelian pupuk oleh penangkar benih tergantung dari luas lahan produksi penangkar benih padi.

Adapun biaya bahan baku pembelian pestisida yang dikeluarkan penangkar untuk produksi benih dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 23. Biaya Pembelian Pestisida Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Biaya Pestisida (Rp)

Total (Rp) Benih Penjenis Benih Dasar Benih Pokok

1 - 1.777.500 3.752.500 5.530.000

2 - 1.002.500 2.506.250 3.508.750

3 98.500 985.000 - 1.083.500

4 49.375 1.382.500 2.468.750 3.900.625

5 - 501.250 3.258.125 3.759.375

6 - 1.975.000 - 1.975.000

7 - 197.500 - 197.500

8 - - 493.750 493.750

Jumlah 147.875 7.821.250 12.479.375 20.448.500


(36)

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian pestisida oleh seluruh penangkar benih padi selama 1 kali musim tanam adalah sebesar Rp 20.448.500dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.556.062. Biaya pembelian pestisida tertinggi adalah sebesar Rp 5.530.000 oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 197.500 oleh KP. Mulia Tani Jaya. Pestisida yang digunakan penangkar benih adalah herbisida, insektisida dan fungisida dan biaya yang dikeluarkan penangkar benih untuk pembelian pestisida tergantung dari luas lahan produksi benih padi.

Benih padi yang telah diolah tentunya dikemas oleh penangkar dengan dengan kemasan benih berupa plastik ukuran 5 kg dan dengan label sesuai dengan jenis varietas dan kelas benih tersebut. Jumlah plastik yang dibutuhkan tergantung dari jumlah produksi benih dalam 1 kali musim tanam dalam bentuk gabah kering panen. Tujuan pengemasan benih adalah mempermudah konsumen seperti petani dalam memperoleh benih yang akan dibelinya. Adapun biaya pembelian kemasan ukuran 5 kg untuk benih padi yang akan dijual kepada konsumen dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 24. Biaya Pembelian Kemasan Benih Padi

Sampel Biaya Kemasan (Rp) Biaya

(Rp) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 15.600.000 30.225.000 45.825.000

2 - 7.200.000 18.000.000 25.200.000

3 1.170.000 3.900.000 - 5.070.000

4 431.250 10.350.000 17.250.000 28.031.250

5 - 4.050.000 24.806.200 28.856.250

6 - 14.400.000 - 14.400.000

7 - 900.000 - 900.000

8 - - 3.750.000 3.750.000

Jumlah 1.601.250 56.400.000 94.031.200 152.032.500 Rata – Rata 800.625 8.057.142,8 18.806.240 19.004.062 Sumber : Data diperoleh dari lampiran 25


(37)

Dari tabel diatas maka diperoleh total biaya pembelian plastik kemasan benih dengan ukuran 5 kg oleh seluruh penangkar benih padi selama 1 kali musim tanam adalah sebesar Rp 152.032.500 dan rata – rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 19.004.062. Biaya pembelian plastik kemasan tertinggi adalah sebesar Rp 45.825.000 oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 900.000 oleh KP. Mulia Tani Jaya.

e. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha penangkaran benih padi berasal dari tenaga kerja luar keluarga. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan penangkar benih di daerah penelitian bersifat borongan meliputi biaya persemaian benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan , pemanenan dan pengolahan benih. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk usaha penangkaran produksi benih padi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 25. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penangkaran Produksi Benih Padi

Sampel Biaya Tenaga Kerja (Rp) Total (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 85.125.000 174.425.000 259.550.000

2 - 45.880.000 114.700.000 160.580.000

3 5.530.000 39.080.000 - 44.610.000

4 2.472.500 65.630.000 114.625.000 182.727.500

5 - 22.330.000 142.675.000 165.005.000

6 - 90.900.000 - 90.900.000

7 - 7.975.000 - 7.975.000

8 - - 22.330.000 22.330.000

Jumlah 8.002.500 356.920.000 568.755.000 927.792.500 Rata – Rata 4.001.250 50.988.571,4 113.751.000 115.974.063 Sumber : Data diolah dari lampiran 21

Dari tabel diatas maka diperoleh total seluruh biaya tenaga kerja penangkaran benih padi di daerah penelitian mulai dari pra panen sampai pasca panen adalah


(38)

kerja tertinggi adalah sebesar Rp 259.550.000 yang dikeluarkan oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya terendah adalah sebesar Rp 7.975.000 yang dikeluarkan oleh KP. Mulia Tani Jaya. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tergantung dari luas lahan, kebutuhan tanam benih sumber, dan produksi benih.

Maka total biaya produksi untuk usaha penangkaran benih padi adalah penjumlahan total biaya tetap (biaya penyusutan, biaya irigasi dan biaya sertifikasi) dan biaya variabel (biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 26. Total Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Total Biaya Biaya (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 177.015.625 352.251.125 529.266.750

2 - 95.862.250 231.819.250 327.681.500

3 20.182.033,5 92.983.834 - 113.165.868

4 9.060.527,7 129.037.528 223.967.277,7 362.065.333

5 - 55.046.292 314.194.366,5 369.240.659

6 - 188.287.584 - 188.287.584

7 - 29.036.833 - 29.036.833

8 - - 48.480.750 48.480.750

Jumlah 29.242.561,2 767.269.946 1.170.712.719,2 1.967.225.276 Rata – Rata 14.621,280,6 109.609.992 234.142.543,8 245.903.160 Sumber : Data diolah dari lampiran 44

Jadi total biaya produksi yang dikeluarkan oleh penangkar benih padi di Kabupaten Serdang bedagai adalah sebesar Rp 1.967.225.276 dan total biaya rata – rata adalah sebesar Rp 245.903.160. Total biaya produksi tertinggi adalah sebesar Rp 529.266.750yang dikeluarkan oleh KP. Suka Maju sedangkan biaya produksi terendah adalah sebesar Rp 29.036.833 yang dikeluarkan oleh KP. Mulia Tani Jaya. Total biaya produksi rata – rata per hektar adalah sebesar Rp 8.756.828,3. Dari tabel juga dapat dihitung biaya produksi rata – rata per hektar untuk produksi benih dasar adalah sebesar Rp 5.574.058,3. Biaya produksi rata –


(39)

rata per hektar untuk produksi benih pokok adalah sebesar Rp 1.226.202,7. Sedangkan biaya produksi rata – rata per hektar untuk produksi benih sebar adalah sebesar Rp 1.867.699,3.

5.2.2 Penerimaan Usaha Penangkaran Benih Padi

Penerimaan dalam usaha penangkaran benih padi merupakan perkalian antara seluruh jumlah hasil produksi dengan harga jual produksi tersebut. Hasil produksi tersebut berupa gabah yang dihasilkan dari usaha produksi benih. Adapun total penerimaan usaha penangkaran benih padi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 27. Total Penerimaan Pada Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Penerimaan (Rp) Penerimaan (Rp)

Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 540.000.000 988.125.000 1.528.125.000

2 - 270.000.000 637.500.000 907.500.000

3 54.000.000 135.000.000 - 189.000.000

4 22.500.000 405.000.000 637.500.000 1.065.000.000

5 - 135.000.000 780.937.500 915.937.500

6 - 540.000.000 - 540.000.000

7 - 33.750.000 - 33.750.000

8 - - 127.500.000 127.500.000

Jumlah 76.500.000 2.058.750.000 3.171.562.500 5.306.812.500 Rata – Rata 38.250.000 294.107.142,8 634.312.500 663.351.563 Sumber : Data diolah dari lampiran 45

Tabel diatas menunjukkan bahwa total penerimaan dari penjualan benih padi oleh penangkar benih dalam sekali panen adalah sebesar Rp 5.306.812.500 dan penerimaan rata – rata adalah sebesar Rp 663.351.563 per usaha sedangkan penerimaan rata – rata keseluruhan per hektar adalah sebesar Rp 23.895.045,16 dimana penangkar menjual hasil produksinya kepada pengecer, kios – kios, atau lembaga pemasaran lainnya. Penerimaan tertinggi adalah sebesar Rp 1.528.125.000 yang diterima oleh KP. Suka Maju dan Penerimaan terendah adalah sebesar Rp 33.750.000 yang diterima oleh KP. Mulia Tani Jaya.


(40)

Penerimaan rata – rata untuk produksi benih dasar per hektar adalah sebesar Rp 25.500.000. Penerimaan rata – rata untuk produksi benih pokok per hektar adalah sebesar Rp 3.722.875,2. Sedangkan penerimaaan rata – rata untuk produksi benih sebar per hektar adalah sebesar Rp 5.054.282,8. Penerimaan yang diperoleh penangkar benih padi tergantung dari jumlah benih dan harga yang sesuai dengan kelas benih.

5.2.3 Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dikurangi total biaya usaha penangkaran benih padi. Pendapatan yang diperoleh oleh penangkar benih padi dalam satu kali musim panen atau setelah panen dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 28. Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Pendapatan (Rp) Pendapatan

(Rp) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 381.880.550 647.189.050 1.029.069.600

2 - 183.243.400 410.708.400,1 593.951.800

3 42.499.900 53.783.400 - 96.283.300

4 17.277.925 285.360.550 417.118.800 719.757.275

5 - 88.465.650 473.216.075 561.681.725

6 - 370.099.350 - 370.099.350

7 - 17.826.950 - 17.826.950

8 - - 81.940.450,1 81.940.450,1

Jumlah 59.777.825 1.380.659.850 2.030.172.775 3.470.610.450 Rata – Rata 29.888.912,5 197.237.121 399.916.235 433.826.306,3 Sumber : Data diolah dari lampiran 46

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh total pendapatan penangkar benih padi sebesar Rp 3. 470.610.450 dan pendapatan rata – rata sebesar Rp 433.826.306,3. Pendapatan rata –rata per hektar secara keseluruhan adalah sebesar Rp 15.138.217,04. Pendapatan tertinggi adalah sebesar Rp 1.029.069.600 yang diterima oleh KP. Suka Maju dan pendapatan terendah adalah sebesar Rp


(41)

dihitung pendapatan rata - rata per hektar untuk produksi benih dasar adalah sebesar Rp 19.925.941,7. Pendapatan rata – rata per hektar untuk produksi benih pokok adalah sebesar Rp 2.496.672,4. Sedangkan pendapatan rata – rata per hektar untuk produksi benih sebar adalah sebesar Rp 3. 186.583,5.

5.3 Kelayakan Usaha Penangkaran Benih Padi

Kelayakan usaha penangkaran benih padi merupakan analisis untuk mengetahui apakah usaha penangkaran benih tersebut layak atau tidak diusahakan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penangkaran benih padi di daerah penelitian maka dianalisis dengan menggunakan rumus R/C dan B/C. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai R/C dan B/C untuk usaha penangkaran benih padi sebagai berikut :

5.3.1 Analisis R/C

Analisis R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya usaha penangkaran benih padi. Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat nilai R/C usaha penangkaran benih padi pada tabel di bawah ini :

Tabel 29. Nilai R/C Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Nilai R/C R/C

Keseluruhan Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 3,42 2,9 3,06

2 - 3,11 2,81 2,89

3 4,7 1,66 - 2,04

4 4,31 3,39 2,89 3,08

5 - 2,9 2,54 2,59

6 - 3,18 - 3,18

7 - 2,12 - 2,12

8 - - 2,8 2,8

Jumlah 4,57 3,04 2,78 2,89

Rata – Rata 4,57 3,04 2,78 2,89

Sumber : Data diolah dari lampiran 48


(42)

Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 4,57. Rata – rata nilai R/C untuk kelas benih pokok adalah sebesar 3,04 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,04. Sedangkan rata – rata nilai R/C untuk kelas benih sebar adalah sebesar 2,78 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,78. Nilai R/C > 1, sehingga usaha penangkaran benih padi dikatakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan. 5.3.2 Analisis B/C

Analisis B/C merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya usaha penangkaran benih padi. Dari hasil perhitungan, maka dapat dilihat nilai B/C usaha penangkaran benih padi pada tabel di bawah ini :

Tabel 30. Nilai B/C Usaha Penangkaran Benih Padi

Sampel Nilai B/C B/C

Keseluruhan Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar

1 - 2,42 1,9 2,06

2 - 2,11 1,81 1,89

3 3,7 0,66 - 1,04

4 3,31 2,39 1,89 2,08

5 - 1,9 1,54 1,59

6 - 2,18 - 2,18

7 - 1,12 - 1,12

8 - - 1,8 1,8

Jumlah 3,57 2,04 1,78 1,89

Rata – Rata 3,57 2,04 1,78 1,89

Sumber : Data diolah dari lampiran

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh rata – rata nilai B/C usaha penangkaran benih padi untuk kelas benih dasar sebesar 3,57 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 3,57. Rata – rata nilai B/C untuk kelas benih pokok adalah sebesar 2,04 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar


(43)

1,78 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,78. Nilai B/C > 0, sehingga usaha penangkaran benih padi dikatakan layak untuk diusahakan atau menguntungkan.


(44)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Penyelenggaraan usahatani penangkaran benih padi sama seperti usahatani padi umumnya yang terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan benih. Dalam usahatani penangkaran, diawasi oleh petugas Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk melakukan uji lapangan, uji lab dan sertifikasi benih.

2. Total biaya produksi rata – rata yang diperlukan untuk usahatani penangkaran benih padi diklasifikasikan dalam tiga kelas yaitu benih dasar, benih pokok dan benih sebar. Biaya produksi rata – rata untuk benih dasar, benih pokok dan benih sebar berturut - turut adalah sebesar Rp 10.972.125, Rp 8.555.833 dan Rp 7.265.452 perhektar per satu kali musim tanam sedangkan total penerimaan rata – rata yang diterima oleh penangkar benih untuk benih dasar, benih pokok dan beni sebar berturut – turut adalah sebesar Rp 49.500.000, Rp 24.329.081 dan Rp 25.306.427 per hektar per satu kali musim tanam sehingga diperoleh pendapatan rata – rata usahatani penangkaran benih padi untuk benih dasar, benih pokok dan benih sebar berturut – turut adalah sebesar Rp 38.527.875, Rp 15.773.247 dan Rp 16.218.592 per hektar per satu kali musim tanam.

3. Nilai R/C untuk benih dasar sebesar 4,57, benih pokok sebesar 3,04 dan benih sebar sebesar 2,78. Nilai R/C > 1 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaaan sebesar Rp 4,57 untuk benih dasar, Rp 3,04 untuk benih pokok dan Rp 2,78 untuk benih sebar yang artinya usaha


(45)

penangkaran benih padi layak untuk diusahakan dan memiliki prospek yang bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 3,57, benih pokok sebesar 2,04 dan benih sebar sebesar 1,78. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 3,57 untuk benih dasar, Rp 2,04 untuk benih pokok dan Rp 1,78 untuk benih sebar artinya usahatani penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah :

1. Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah untuk membantu penangkar dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai dapat terpenuhi.

2. Kepada Penangkar

Disarankan kepada penangkar untuk memperbaiki cara penanaman dan budidaya agar produktivitas yang dihasilkan dapat lebih tinggi dan meningkatkan kerja sama serta hubungan yang baik sesame penangkar benih.


(46)

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti strategi pengembangan usahatani penangkaran benih padi di Kabupaten Serdang Bedagai.


(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan /disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak, 1990).

Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Monocotyledonae Ordo : Angiospermae Genus : Oryza Linn Species : Oriza sativa L (Aak, 2006 ).

Padi (Oryza Sativa L), termasuk ke dalam sub family Oryzoidae, family Orizeac. Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan. Sistem akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Batang terdiri dari beberapa


(48)

dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter diatas permukaan laut. Tanaman padi banyak membutuhkan air, maka padi ditanam di musim hujan, baik sebagai padi lading atau padi gogo. Di musim kemarau bisa juga padi ditanam di sawah akan tetapi hanya pada sawah yang dapat drainase secara teratur (Fitriadi, 1998).

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan kemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti, 1995).

Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang memiliki daya kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam, dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus yang bermutu tinggi (Suparyono dan Setyono, 1993).

Dalam hal pertanaman, benih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 39/Permentan/OT. 140/8/2006 dibagi atas beberapa kelas,antara lain:

1. Benih Penjenis (Breederseeds/BS) adalah benih yang dihasilkan dibawah pengawasan para pemulia dengan prosedur baku yang memenuhi standar sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetic varietas terpelihara dengan baik. Bentuk benih penjenis ini dapat berupa pohon induk pemulia


(49)

ataupun organ vegetative. Dimana benih selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi benih selanjutnya.

2. Benih Dasar/BD (Foundation seeds/FS) adalah benih yang dihasilkan dari turunan benih penjenis yang dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat memenuhi standar mutu benih bina yang ditetapkan. Pada perbanyakan vegetatif, benih ini dapat berupa kebun sumber mata temple (Entress) dan biasanya diproduksi oleh lembaga perbenihan (pemerintah). 3. Benih Pokok/BP (Stock seeds/SS) adalah benih yang dihasilkan dari

perbanyakan benih dasar atau benih penjenis dengan tingkat kemurnian yang dipelihara untuk memenuhi standar mutu bina yang ditetapkan dan disebarkan oleh Balai-balai benih dan merupakan turunan dari benih dasar.

4. Benih Sebar/BS atau benih reproduksi/BR (Extension seeds/ES) dapat diproduksi dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu bina. Merupakan benih yang dihasilkan oleh kebun-kebun benih atau petani penangkar.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Usahatani

Menurut Rahim dan Hastuti (2007) pengertian ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif dan efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani nya meningkat.

Menurut Hernanto (1991) mendefenisikan usahatani sebagai organisasi alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.


(50)

Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Sedangkan menurut Makeham dan Malcolm (1991), usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan – kegiatan pertanian.

Defenisi usahatani Mubyarto (1989) adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manager yang digaji. Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan – perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan – bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya.

2.2.2 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan salah satu faktor penting untuk dikelola dalam kegiatan produksi untuk menentukan laba usaha. Sesuai dengan prinsip – prinsip ekonomi dimana dengan pengeluaran tertentu untuk memperoleh keuntungan yang optimal maka diperlukan pengendalian biaya. Menurut Mulyadi (2004), biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual.

Biaya produksi dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai variabel akan tingkat produksi. Umumnya faktor – faktor utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat – obatan, teknologi dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2007).


(51)

Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable ,cost). Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, Biaya tetap didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya yang terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya penyusutan peralatan dan pajak. Biaya variable yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (Suratiyah, 2009).

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya sarana produksi (bibit,pupuk,bahan bakar minyak, tenaga kerja dan obat-obatan). Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka sarana produksi perlu ditambah ataupun dikurangi, biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi, 1996).

2.2.4 Teori Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kuintal, ikat, dan sebagainya (Soekartawi, 2006).

Menurut Boediono (1992), ada beberapa konsep penerimaan yaitu :

1.Total Revenue (TR) yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total Revenue adalah output dikalikan harga jual output.

2.Average Revenue (AR) yaitu penerimaan produsen per unit output yang ia jual. 3.Marginal Revenue (MR) yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh


(52)

2.2.5 Teori Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam usaha. Dimana penerimaan usaha adalah nilai produk total suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau diperoleh keuntungan maka usaha penangkaran benih padi dikatakan layak (Soekartawi, 1995).

2.2.6 Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak tidaknya investasi yang akan dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis. Investasi atau penanaman modal dalam suatu perusahaan tidak lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan dimasa yang akan mendatang. Apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Adapun manfaat yang diharapkan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan (Suratman, 2001).

2.2.7 R/C Ratio

Efisiensi menurut Soekartawi (1995), merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.2 Landasan Teori ... 11

2.3 Penelitian Terdahulu ... 16

2.4 Kerangkan Pemikiran ... 17

2.5 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 19

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 22

3.5.1 Definisi ... 22

3.5.2 Batasan Operasional ... 24

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 25

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 27

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 27

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 30

4.2 Karakteristik Responden ... 31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyelenggaraan Usahatani Penangkaran Benih Padi ... 34

5.2 Analisis Usahatani dan Komponen Biaya ... 44

5.2.1 Biaya Produksi Usaha Penangkaran Benih Padi ... 44

5.2.2 Penerimaan Usaha Penangkaran Benih Padi ... 54

5.2.3 Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi ... 55


(2)

5.3 Kelayakan Usahatani Penangkaran Benih Padi... 56

5.3.1 Analisis R/C ... 56

5.3.2 Analisis B/C ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan

5

2 Data Penangkar Usahatani Penangkaran Benih Padi 19

3 Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan 26

4 Penggunaan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai 27

5 Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut

Kecamatan dan Jenis Kelamin

28

6 7

Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

29 29

8 Sarana dan Prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai 29

9 Tingkat Usia Penangkar Responden 30

10 Tingkat Pendidikan Penangkar Responden 31

11 Lama Bertani Penangkar Responden 31

12 Luas Lahan Yang Dimiliki Oleh Penangkar dan Kelompok

Penangkar Responden

32

13 Jumlah Tanggungan Keluarga Penangkar Benih Responden 33

14 Standar Mutu Benih Padi Bersertifikat Berdasarkan Pengujian di Laboratorium

42

15 Warna Label Benih Bermutu 43

16 Mesin/Media Produksi Pada Penangkaran Benih Padi 45

17 Peralatan Produksi Pada Penangkaran Benih Padi 45

18 Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan Usaha Penangkaran

Benih Padi

46

19 Biaya Sertifikasi Usaha Penangkaran Benih Padi 47

20 Biaya Irigasi Usaha Penangkaran Benih Padi 48

21

22 23

24 25 26

27 28 29 30

Biaya Pembelian Sumber Benih Usaha Penangkaran Benih Padi

Biaya Pembelian Pupuk Usaha Penangkaran Benih Padi Biaya Pembelian Pestisida Usaha Penangkaran Benih Padi Biaya Pembelian Kemasan Benih Padi

Biaya Tenaga Kerja Usaha Penangkaran Benih Padi Total Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usaha Penangkaran Benih Padi

Total Penerimaan Usaha Penangkaran Benih Padi Pendapatan Usaha Penangkaran Benih Padi Nilai R/C Usaha Penangkaran Benih Padi Nilai B/C Usaha Penangkaran Benih Padi

49

50 50

51 52 53

54 55 56 57


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Identitas Penangkar Benih Padi di Kabupaten Serdang Bedagai

1

2 Kepemilikan dan Harga Mesin dan Peralatan Usaha

Penangkaran Benih Padi

2

3 Kebutuhan Pupuk dan Pestisida 3

4 Biaya Pupuk Usaha Penangkaran Benih Padi Per Hektar 4

5 Total Biaya Pupuk Usaha Penangkaran Benih Padi Per

Hektar

5

6 Biaya Pestisida Usaha Penangkaran Benih Padi Per Hektar 6

7 Total Biaya Pestisida Usaha Penangkaran Benih Padi Per Hektar

7

8 Biaya Tenaga Kerja Per Satuan 8

9 Biaya Mesin Usaha Penangkaran Benih Padi 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Biaya Peralatan Usaha Penangkaran Benih Padi Biaya Penyusutan Mesin Usaha Penangkaran

Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Total Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan Usaha Penangkaran Benih Padi

Biaya Pengairan Usaha Penangkaran Benih Padi Kebutuhan dan Total Biaya Pembelian Benih Sumber Biaya Pupuk Untuk Penanaman Benih Sumber Biaya Pestisida Untuk Penanaman Benih Sumber Biaya Tenaga Kerja Produksi Benih Dasar Biaya Tenaga Kerja Produksi Benih Pokok Biaya Tenaga Kerja Produksi Benih Sebar

Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Produksi Benih Padi Biaya Kemasan Benih Dasar

Biaya Kemasan Benih Pokok Biaya Kemasan Benih Sebar Total Biaya Kemasan Benih Biaya Sertifikasi Benih Dasar

Biaya Pengujian Benih Dasar Untuk Keperluan Pengujian Khusus dan Pengujian Service

Biaya Sertifikasi Benih Pokok

Biaya Pengujian Benih Pokok Untuk Keperluan Pengujian Khusus dan Pengujian Service

Biaya Sertifikasi Benih Sebar

Biaya Pengujian Benih Sebar Untuk Keperluan Pengujian Khusus dan Pengujian Service

Total Biaya Sertifikasi Benih Dasar

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31


(6)

32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

44

45

46 47 48 49

50

51

52

Total Biaya Sertifikasi Benih Pokok Total Biaya Sertifikasi Benih Sebar Total Biaya Sertifikasi Benih Padi Total Biaya Tetap Produksi Benih Dasar Biaya Tetap Produksi Benih Pokok Biaya Tetap Produksi Benih Sebar

Total Biaya Tetap Usahatani Penangkaran Benih Padi Total Biaya Variabel Produksi Benih Dasar

Biaya Variabel Produksi Benih Pokok Biaya Variabel Produksi Benih Sebar

Total Biaya Variabel Usahatani Penangkaran Benih Padi Total Biaya Produksi Usahatani Penangkaran Benih Padi Penerimaan Penjualan Usahatani Penangkaran Benih Padi Pendapatan Untuk Penjualan Benih Dasar

Total Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Kelayakan R/C dan B/C Produksi Benih Dasar Total Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih padi Per Hektar

Total Penerimaan Usahatani Penangkaran Benih padi Berdasarkan Kelas Benih Per Hektar

Total Biaya Usahatani Penangkaran Benih padi Berdasarkan Kelas Benih Per Hektar

Total Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih padi Berdasarkan Kelas Benih Per Hektar

32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

44

45

46 47 48 49

50

51