prosiding semnas agribisnis 2015 (asli) 1

i

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS III
INOVASI AGRIBISNIS UNTUK PENINGKATAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Tim Editor:
Edy Prasetyo
Bambang Trisetyo Eddy
Mukson
Siswanto Imam Santoso
Titik Ekowati
Sudiyono Marzuki
Wahyu Dyah Prastiwi
Migie Handayani
Tutik Dalmiyatun
Marry Christiyanto
Mitra Bestari:
Kusmantoro Edy Sularso
(Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman Purwokerto)


Diterbitkan oleh :

UNDIP PRESS

ii

ISBN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS III
INOVASI AGRIBISNIS UNTUK PENINGKATAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN

Hak Cipta 2015. FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Kampus drh. R. Koesoemowardojo, GEdung B Lantai III
Tembalang, Semarang (50275)
Telp : 024-7474750
Fax
: 024-7474750
E-mail : agribisnisundip@gmail.com


Isi Prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya

Penyunting : Edy Prasetyo, Bambang Trisetyo Eddy, Mukson, Siswanto Imam,
Santoso, Titik Ekowati, Sudiyono Marzuki, Wahyu Dyah Prastiwi, Migie
Handayani, Tutik Dalmiyatun, Marry Christiyanto, Kusmantoro Edy Sularso

Prosiding dari Seminar Nasional Agribisnis III
Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan
Diselenggarakan di Semarang, 9 September 2015
xiii + 668 halaman

Diterbitkan oleh :

UNDIP PRESS
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur disampaikan ke hadlirot Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq

dan karunai-Nya, sehingga penyusunan prosiding seminar dengan tema : “Inovasi Agribisnis
untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan” dapat diselesaikan dengan baik. Masalah
pembangunan pertanian dan agribisnis saat ini dan kedepan sangat penting untuk
diperhatikan, mengingat peran yang sangat strategis dari komoditas yang dihasilkan. Peran
penting tersebut antara lain sumber pendapatan masyarakat, penyedia pangan, pakan, serat,
bahan baku industri dan energi, penyerap tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan serta
sumber devisa negara. Berbagai kajian terus dilakukan melalui berbagai forum/pertemuan
guna mendorong perbaikan dan peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha agar pada
gilirannya sektor pertanian dan agribisnis semakin kuat dan mempunyai daya saing.
Prosiding seminar ini memuat makalah dari hasil kegiatan seminar yang telah
diselenggarakan pada tanggal 9 September 2015, oleh Fakultas Peternakan dan Pertanian
UNDIP bekerjasama dengan Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia) Pusat.
Makalah dalam prosiding ini terdiri dari para pembicara kunci/keynote speeker, antara lain
dari PERHEPI Pusat, Perguruan Tinggi dan Pelaku/Praktisi Agribisnis dan para peserta
seminar dari berbagai institusi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, Lembaga Penelitian, dan
Stakeholder lain dari berbagai wilayah di Indonesia. Prosiding hasil seminar yang telah
tersusun ini, terdiri dari 6 kelompok/tema seminar, yaitu : 1) Sarana dan Produksi Pertanian,
2) Teknologi Budidaya dan Pertanian Organik, 3) Pengolahan Hasil dan Bio Industri, 4)
Pemasaran dan Kelembagaan Pertanian, 5)Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
dan 6) Ketahanan Pangan. Makalah dalam prosiding ini banyak menyampaikan temuan hasil

penelitian dan mengungkapkan berbagai informasi yang relevan dengan situasi dan kondisi
pertanian dan agribisnis saat ini. Dengan telah selesainya pembuatan prosiding ini tim
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak, dan berharap semoga
sumbangsih karya ilmiah, pemikiran dan temuan hasil penelitian yang telah disampaikan
membawa kemajuan sektor pertanian dan agribisnis di negara kita. Penyusunan prosiding ini,
tim sangat menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati
permohonan maaf yang sebesar-besarnyanya disampaikan, dan semoga Allah SWT, selalu
membimbing kita, Terima kasih.

Semarang, 9 September 2015
Ketua Panitia
,
Dr. Ir. Mukson, M.S.

iv

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO
Dalam Acara Pembukaan Seminar Nasional
“Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan”
Semarang, 9 September 2015


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua.
Kepada Yth.
 Gubernur Jawa Tengah, Bapak H, Ganjar Pranowo, SH
 Para Pembicara kunci : 1) Dr.Ir. Bayu Krisnamurthi, MS (Ketua Umum
Perhimpunan Ekonomi Pertanian/PERHEPI Pusat), 2) Prof. Dr.Ir. Dwidjono Hadi
Darwanto, MS (Guru Besar Fakultas Pertanian UGM), 3) Ir. Budi Darmawan
(Praktisi dan Pelaku Agribisnis) dan 4) Dr.Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si (Dosen FPP
UNDIP)
 Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro dan Staf Dosen
FPP UNDIP
 Para pemakalah seminar, para tamu undangan, peserta seminar, mahasiswa dan
seluruh hadirin yang kami hormati.
Pertama-tama marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah
SWT, Tuhan yang maha Esa, atas limpahan rahmat, taufiq dan karunia-Nya sehingga pada
kesempatan yang baik ini kita dapat bertemu dalam forum seminar nasional dengan tema
“Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan” yang sangat penting karena
terkait dengan pembangunan pertanian dan agribisnis yang menjadi sumber bahan pangan.

Selanjutnya, kami ucapkan selamat datang di Kampus Universitas Diponegoro Semarang,
mudah-mudahan semuanya dalam keadaan sehat walafiat, sejahtera dan tidak kurang suatu
apapun, amien.
Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus
diarahkan sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagaimana
diamanatkan konstitusi, yaitu mewujudkan Indonesia mandiri, maju, bermartabat, adil dan
makmur.
Dalam dokumen Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) (2015-2045)
disebutkan bahwa Pertanian mandiri, mencakup kemerdekaan dan kedaulatan negara
maupun petani dalam segala hal berkenaan dengan pembangunan pertanian. Pertanian maju
tercermin dalam penerapan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling baru pada
masanya dan yang memiliki keunggulan khususnya dibidang pertanian tropika. Pertanian
yang bermartabat berkenaan dengan tingkat harkat kemanusiaan petani Indonesia yang
memiliki kepribadian luhur, harga diri, kebanggaan serta merasa terhormat dan dihormati
sebagai petani. Pertanian yang adil berkaitan dengan pemerataan dan keberimbangan
kesempatan berusahatani, politik, dan jaminan penghidupan secara horizontal, spasial,
sektoral, bidang pekerjaan, dan sosial. Pertanian yang makmur dicirikan oleh kehidupan
seluruh petani yang serba berkecukupan terbebas dari ancaman rawan pangan dan
v


kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan
adil.
Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,
Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Program Studi Agribisnis Fakultas
Peternakan dan Pertanian UNDIP bekerjasama dengan Perhimpunan Ekonomi Pertanian
Indonesia Komda Semarang, bertujuan untuk menghimpun dan menyampaikan berbagai
hasil penelitian, temuan serta pemikiran dari berbagai kalangan (Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitian, maupun Stakeholder lain) tentang inovasi teknologi pertanian/agribisnis untuk
peningkatan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan salah satu alternatif
solusi dan aspek penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan kualitas petani
tanpa mengabaikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Paradigma pembangunan
pertanian termasuk agribisnis saat ini mencakup dua hal penting yaitu : 1) Paradigma
Pertanian untuk Pembangunan (Agriculture for Development), Sektor pertanian dijadikan
motor pengggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh dan 2)
Paradigma Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan, yaitu transformasi dari orientasi
pembangunan berbasis bahan baku fosil menjadi berbasis sumberdaya terbarukan
(sumberdaya hayati). Paradigma ini menuntut peran pertanian tidak hanya penghasil utama
bahan pangan, tetapi menjadi penghasil biomassa bahan baku biorefinery untuk
menghasilkan pangan, pakan, pupuk, serat, energi, produk farmasi, kimiawi dan bioproduk

lainnya.
Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,
Pelaksanaan seminar nasional yang menghadirkan para pembicara kunci yang
mengupas tentang kondisi ketersediaan pangan oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah,
sumberdaya pertanian, utamanya menghadapi MEA 2015, peran agribisnis dalam
perekonomian nasional dan potensi, kendala serta tantangan pengembangan agribisnis
merupakan topik yang sangat aktual dan relevan saat ini, disamping hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh para pemakalah seminar. Oleh karena itu kami sangat
mengapresiasi penyelenggaran seminar nasional kali ini dan mudah-mudahan permasalahan
yang terkait dengan pembangunan pertanian dan inovasi agribisnis dalam menuju pertanian
berkelanjutan menghasilkan rumusan yang bermanfaat dan temuan-temuan ilmiah yang
mampu mendorong berkembangnya sektor pertanian dimasa datang dan berkelanjutan.
Demikian sambutan kami, selamat berseminar, mudah-mudahan Allah SWT selalu
memberkahi langkah kita dan mendapatkan ridho-Nya, Amien.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Semarang, 9 September 2015
Rektor UNDIP,
Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH, M.Hum


vi

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................

iv

SAMBUTAN KETUA PANITIA ....................................................................................

v

SAMBUTAN REKTOR ..................................................................................................

vi

RUMUSAN HASIL SEMINAR ...............................................................................

viii


KUMPULAN MAKALAH
PEMAKALAH UTAMA
Sumberdaya Pertanian dalam Menghadapi MEA
ENDANG SITI RAHAYU ………………………………………………………………

1

Agribisnis sebagai Unggulan Pembangunan Ekonomi Nasional
DWIDJONO HADI DARWANTO ….........................................................................

6

Pemberdayaan Petani Indonesia
BUDI DARMAWAN …..…......................................................................................
Sumberdaya Manusia dalam Mendukung Pertanian Berkelanjutan
WILUDJENG ROESSALI ……………………...........................................................
TOPIK 1. SARANA PRODUKSI PERTANIAN (SAPROTAN) ……………………..

14


Analisis Tingkat Adopsi Teknologi, Serapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Kelapa
Sawit (Elaeis guinensis jack) di Kabupaten Rokan Hulu
IRSYADI SIRADJUDDIN …………………………………….....................................

15

Analisis Biaya Produksi Sistem Integrasi Ternak Sapi melalui Pemanfaatan Limbah
Perkebunan dan Limbah Agroindustri di Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten
Pelalawan
EVY MAHARANI, SUSY EDWINA dan BUNGARAN SITUMORANG …………..

25

Penerapan Budidaya Padi Sri (System of Rice Intensification) : Aplikasi Beberapa Jenis
Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah
JEANNE M. PAULUS ...............................................................................................

33

vii

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Darat (Oryza sativa)
di Desa Tingkok Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
KIAGUS MUHAMMAD ZAIN BASRIWIJAYA ………...........................................

41

Penerapan Inovasi Teknologi Benih Padi Bermutu melalui Penangkar Mandiri di Provinsi
Aceh
ABDUL AZIZ dan BASRI A. BAKAR .......................................................................

47

Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (MP3MI) Berbasis Padi
Sawah di Aceh
BASRI A. BAKAR dan ABDUL AZIZ ………………………..........................................

55

Pengaruh Pemberian Tiga Level Hormon FSH terhadapPeningkatan Persentase Kelahiran
Kembar pada Sapi Peranakan Ongole
PENI WAHYU PRIHANDINI dan JAUHARI EFENDY ……………………………........

66

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Potong
Simpo di Kabupaten Wonosobo
B.M. SETIAWAN, D. SUMARJONO, K. BUDIRAHARJO dan M. HANDAYANI ……

74

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah di Daerah Irigasi
Batang Angkola Provinsi Sumatera Utara
VIKTOR SIAGIAN ………………………………………………………………..…......

82

Kinerja Program Sistem Pertanian Terintegrasi : Pengatuh Faktor Teknis, Sosial dan
Ekonomi
SRI WAHYUNI ………………………………………………....................................

89

Efektivitas Kawin Alam dalam Meningkatkan Angka Kebuntingan pada Sapi Dara
Silangan
JAUHARI EFENDY dan AINUR RASYID ………….................................................

100

Pertumbuhan dan Produktivitas Padi dengan Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik
di Lahan Sawah
FORITA DYAH ARIANTI, KHAIRIL ANWAR dan YULIS HINDARWATI ...............

105

Pengaruh Faktor-faktor Program Kredit Peternakan terhadap Pendapatan Usaha Ternak
Sapi Potong Rakyat Pola Induk-Anak di Provinsi Jawa Tengah
EDY PRASETYO, TITIK EKOWATI, MUKSON dan AGUS SETIADI ………………..

115

viii

Respon Berbagai Bahan Pembenah GTanah Salin terhadap Pertumbuhan, Produksi dan
Protein Kasar Calopogonium mucunoides
F. KUSMIYATI, SUMARSONO, KARNO dan EKO PANGESTU …………………..

126

Hubungan Daya Open dan Service per Conception (S/C) dengan Produksi Susu Sapi
Perah
MAHARULLAH, P. SAMBODO dan D.W. HARJANTI ……………………………….

133

Feed Cost Per Gain Pemeliharaan Sapi Jawa Brebes Secara Intensif Menggunakan Pakan
Jerami dan Konsentrat Dengan Level Protein yang Berbeda
CHRISTINA MARIA SRI LESTARI, SOEDARSONO, EKO PANGESTU dan
AGUNG PURNOMOADI …………………………………………………………………

140

TOPIK 2. TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PERTANIAN ORGANIK …..................

147

Penerapan Sistem LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) terhadap
Produktivitas Rumput Raja (King Grass)
SUYITMAN, L. WARLY, EVITAYANI dan A. RACHMAT ...................................

148

Strategi Peningkatan Indeks Pertanaman Padi Kaitannya terhadap Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Petani pada Lahan Pasang Surut di Sumatera Selatan
HENNY MALINI, MARWAN SUFRI dan DESI ARYANTI ….....................................

157

Estimasi Heritabilitas Berat Lahir dan Berat SApih pada Kambing Persilangan Boer dan
Peranakan Etawah (PE) di Beberapa Wilayah yang Berbeda
YULI ARIF TRIBUDi dan PENI WAHYU PRIHANDINI …………………................

167

Inovasi Agribisnis : Paspor Petani di Lahan Rawa Lebak Kalimantan Selatan Menuju
Kesejahteraan
SUSLINAWATI dan MUHAMMAD FAUZI ………………........................................

172

Sistem Tanam Jajar Legowo Meningkatkan Produktivitas Padi di Lahan Sawah Tadah
Hujan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan
WALUYO dan SUPARWOTO ……………................................................................

181

Hambatan Pelaksanaa TEknologi IB SapiBali di Kabupaten Barru
S. BABA, HASTANG dan M. RIZAL .............................................................................

186

Pengaruh Jarak Waktu Pembersihan Feses pada Kandang Kelompok Model Litbangtan
terhadap Pertumbuhan Bobot Badan HArian (PBBH) Sapi Bali Betina
TRI AGUS SULISTYA, JAUHARI EFENDY dan MARIYONO .....................................

191

ix

Identifikasi Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Sistem Tanam Jajar Legowo di
Tingkat Petani Menggunakan KombinasiTeknik Fishbone Diagram dan Proportional
Piling sebagai Perwujudan Penyuluhan Partisipatif Menuju Swasembada Pangan
ARIS FAJAR dan RETNA PALUPI …............................................................................

196

Sereal Beras Merah Organik : Inovasi Agribisnis Berbasis Pertanian Berkelanjutan
TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, RINI DWIASTUTI dan AGIL NARENDAR …

206

Efektivitas Pakan Leguminosa Herba Model Leisa terhadap Investasi Parasit Internal
pada Sapi Timor
YENI WIDYANINGRUM dan SOPHIA R ..................................................................

215

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi IR-64 (Oryza sativa L VAR IR-64)
terhadap Pemberian Gibberelic Acid
SARJANA PARMAN ……………………………………………………………………

221

Validasi WaktuTanam Berdasarkan KATAM Terpadu di Lahan Sawah Irigasi Dataran
Tinggi
MEINARTI NORMA SETIAPERMAS dan SRI MINARSIH ………………………….

228

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan di Kota Samarinda
AFRILIA TRI WIDYAWATI dan RIDHA NURLAILY ….........................................

237

Potensi dan Peluang Tanaman Talas dan Ganyong Mendukung Usaha Agribisnis
Berkelanjutan di DKI Jakarta
E. SUGIARTINI, T. RHAMDAN, U. ASTUTI dan WARYAT …………………………

244

Realisasi dan Prospek Pengembangan Sapi Potong melalui Sistem Integrasi dengan
Tanaman Tebu di Jawa Timur
BAMBANG WINARSO dan DEWI SAHARA …………….........................................

252

Hubungan Perilaku Zooteknis dan Daya Dukung Sumberdaya Pakan dengan Penampilan
Ternak Perah pada Usahatani Konservasi Sub Daerah Aliran Sungai Hulu Kaligarang
R.A. PUTRI, SUMARSONO dan L.K. NUSWANTARA ….......................................

263

Studi Performansi dan Konstruksi Mesin Pemanen Padi pada Beberapa Daerah di
Indonesia
ARUSTIARSO dan JOKO PITOYO ………………………………..............................

296

Kualitas Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) Sub Tropis melalui Teknik Budidaya dengan
EMS
WIDYATI SLAMET, SYAIFUL ANWAR dan ENDANG DWI PURBAYANTI ..........

276

TOPIK3. PENGOLAHAN HASIL DAN BIOINDUSTRI ….........................................

280

x

Zat Bioaktif dan Daya Hambat Antibakteri Daun Murbei
LAILY AGUSTINA, JAMILA dan JAMILAH ………………….….............................

281

Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Substitusi dengan Tepung Ubi Jalar dalam
Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Timur
NOOR ROUFIQ AHMADI dan SRI SUDARWATI …….............................................

286

Ibtek Bagi Produk Ekspor Komoditi Kakao di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar
Jawa Timur
PAWANA NUR INDAH, NORA AUGUSTIEN dan MULYADI ……………………..

291

Karakteristik dan Uji Organoleptik Cake Berbahan BakuTepung SukunAsal Kepulauan
Seribu
WARYAT, MUFLIHANI YANIS dan KARTIKA MAYASARI ………………………

295

Penerimaan Panelis terhadap Daging Sapi Olahan yang telah Dimarinasi dengan Bawang
Putih
NURWANTORO, V. PRIYO BINTORO, ANANG M. LEGOWO dan AGUNG
PURNOMOADI ……………………………………………………………....................

300

Tingkat Preferensi tehadap Susu Kecambah Kedelai dengan Nilai Cerna Protein Terbaik
TRI CAHYO MARDIYANTO dan SRI SUDARWATI ……......................................

304

Analisis Pendapatan Penggunaan Limbah Cair Industri Pangan sebagai Co-Substrat
dengan Feses Sapi pada Digester Biogas : dengan Fokus Produksi Methan untuk Produksi
Listrik
SUTARYO, NINDY KRISDIANTY, ERNA RAHMAWATI dan AGUNG
PURNOMOADI …………………….…......................................................................

311

Potensi Ekonomi dari Pengembangan Produk Pendamping Gula Tebu di Indonesia
SRI NURYANTI dan SISWANTO IMAM SANTOSO ...............................................

316

Kualitas Minyak Kelapa Sawit Kaya Karoten dari brondolan Kelapa Sawit
HAJAR SETYAJI ………………………………………………………………………

324

Pengaruh Keberadaan Kebun Kelapa Sawit terhadap Spesies dan Mutu Ikan di Kabupaten
Muaro Jambi Provinsi Jambi
METHA MONICA, SURYANTO dan M. SYARIF ……………………………………

330

TOPIK 4. PEMASARAN DAN KELEMBAGAAN PERTANIAN ...................................

336

xi

Kajian Kelembagaan dan Peran Penyuluhan pada Petani Kelapa Sawit di Provinsi Riau
ROSNITA, ROZA YULIDA, ARIFUDIN dan SUARDI TARUMUN …………….....

337

Peranan KM-A Mitra Agro Kelurahan Karang Joang dalam Mendukung Usaha Pertanian
Berkelanjutan di Kota Balikpapan
SRIWULAN PAMUJI RAHAYU dan DHYANI NASTITI P ………………………….

344

Upaya Percepatan Peningkatan Ekonomi Pengrajin Kue Olahan Sagu melalui
Pengembangan Kemitraan Usaha
HENNY INDRAWATI dan CASKA .........................................................................

350

Model dan Strategi Pengembangan Kemitraan Pemasaran Komoditas Kakao di Koridor
IV Terkoneksi dengan Makassar sebagai Market Center dalam Upaya Mengurangi
Ketergantungan Petani pada Sistem Ijon di Provinsi Sulawesi Tengah
SUARDI, ELIMAWATI ROMBE dan SYAMSUDDIN…………………………………..

360

Respon Penawaran dan Penentuan Harga Jual Beras pada Tingkat Petani di Provinsi
Sulawesi Tengah
MAX NUR ALAM dan LIEN DAMAYANTI ……….................................................

374

Pengkajian Sistem Produksi dan Pemasaran Gabah di Sentra Produksi Padi
DHYANI NASTITI P dan SRIWULANM P.R. ...........................................................

384

Kelembagaan Bagi Hasil Petani Sawah di Pedesaan
MUH ARIFIN FATTAH ……..........................................................................................

395

Instrumentasi Kredit Penguatan Modal Usahatani Tebu Berbasis Kelompok di
Gondanglegi Malang sebagai Insentif Implementasi Good Agriculture Practise (GAP)
RINI DWIASTUTI, TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI dan SAFIRA ….............

402

Pengaturan Waktu Impor dalam Menjaga Pendapatan Petani Cabai Merah
CHAIRUL MUSLIM dan VALERIANA DARWIS …...................................................

418

Peranan Kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) dalam
Mendukung Swasembada Padi
TOTA SUHENDRATA ...................................................................................................

430

Pengutan Desa Unggulan Berbasis Pertanian Organik menuju Rintisan Desa
Konswervasi, Edukasi dan Wisata di Desa Dlingo Mojosongo Kabupaten Boyolali
ARIF PUJIYONO, PURBAYU BUDI SANTOSO, EDY YUSUF AGUNG GUNANTO
xii

dan BUDI RAHARJO …………………………………………………………………..

441

Analisis Kinerja dan Kendala dalam Mengembangkan Dana BLM PUAP di Jawa Tengah
WAHYUDI HARIYANTO dan HERWINARNI EM …...............................................

449

Supply Chain Emping Melinjo di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta
ENY ISTIYANTI dan DIAH RINA KAMARDIANI ..................................................

458

Analisis Faktor Sumberdaya Lokal untuk Peningkatan Produktivitas Sapi Perah di
Kabupaten Boyolali
MUKSON, M. HANDAYANI dan H. SETIYAWAN … ….........................................

467

Pola Saluran Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Ternak Ayam Broiler di Kabupaten
Grobogan
SUDIYONO MARZUKI, WILUDJENG ROESSALI, RARASTIANEVI ANNISA,
KUSTOPO BUDIRAHARJO dan MIGIE HANDAYANI ...........................................

475

Sistem Penguasaan dan Produktivitas Lahan Usahatani Padi di Desa Candi Kecamatan
Karanganyar Kebumen
TITIK EKOWATI dan EDY PRASETYO …………………………………………......

481

TOPIK 5. SOSIAL EKONOMI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ………..

489

Implementasi Model Strategi Pengembangan Agribisnis untuk Peningkatan Produksi
Pengendalian Penyakit Kanker Stadium Awal pada Tanaman Kakao dan Peningkatan
Nilai Tambah Produk (Fokus pada Cluster Petani Orientasi Ekspor di Kabupaten Parigi
Moutong Provinsi Sulawesi Tengah )
ROSIDA P. ADAM, SAIFUL DARMAN dan JOHANIS PANGGESO ……………….

490

Pengetahuan Lokal Sumber Pertanian Berkelanjutan (Studi Petani Tembakau diDesa
Sapobonto Kabupaten Bulukumba)
AMRUDDIN …………………………………………………………………………….

505

Kesediaan Menerima Nilai Hak Pengembangan Lahan sebagai Dasar Nilai Program
Konservasi Lahan Persawahan
HAMDI SARI MARYUNI ……………………………………………………..............

513

Strategi Keunggulan Bersaing melalui Implentasi Perencanaan Strategis Koperasi
CASKA dan HENNY INDRAWATI …………………………………………………..

518

xiii

Keragaan Agribisnis Cabe di Kabupaten Lombok Timur
I PUTU CAKRA A, MUJI RAHAYU dan YURISTA …………………………………

529

Analisis Kinerja dan Tingkat Keaktifan Partisipasi Anggota pada Perkebunan Palsma
Kelapa Sawit
LIFIANTHI, SELLY OKTARINA dan DWI WULAN SARI …………………………..

540

Pemanfaatan Pekarangan Rumah untuk Budidaya Ikan Hias dalam Rangka Meningkatkan
Pendapatan Keluarga
IIS DIATIN, YANI HADIROSEYANI, DESTI WAHYU dan FAHMI NURIZAL …..

549

Inovasi dalam Pengelolaan Usaha Pengolahan Rumput Laut Euchema spinosum menjadi
Alkali Treated Spinosum di Desa Bahari Kecamatan Towea Kabupaten Bima
POPONG NURHAYATI ……………………………………………………………….

557

Persepsi Peserta Model Kawasan Rumah Lestari terhadap Teknologi Pemanfaatan
Pekarangan di Kabupaten Sragen
M. ETI WULANJARI dan ACIMA …………………………………………………….

565

Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani melalui Penerapan Teknologi Varietas
Unggul Baru (VUB) dan Kalender Tanam di Kabupaten Kendal
ELLY KURNIYATI, MEINARTI NORMA S. dan ANGGI SAHRU ROMDON …….

574

Pengelolaan Usahatani Jagung pada Lahan Miring dan Tingkat Pendapatan Petani di
Kecamatan Labangka Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
SYLVIA K. UTAMI, YOHANAES G. BULU dan SRIROSO SATMOKO …………..

580

Persepsi Penyuluh Pertanian Lapang terhadap Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(Ptt) Padi serta Penerapannya di Tingkat Petani di Kabupaten Tegal
RATIH KURNIA JATUNINGTYAS, ENDANG ROHMAN dan ABDUL CHOLIQ ......

586

Karakteristik Petani pada Usahatani Konservasi Sub DAS Kaligarang Hulu di Kota
Semarang
W. SUMEKAR, SUMARSONO, E.D. PURBAYANTI dan N.E. WAHYUNINGSIH …..

595

Peran Perempuan dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Keluarga Petani Hortikultura
di Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
DYAH MARDININGSIH, WULAN SUMEKAR, WILUDJENG ROESSALI dan
SRIYANTO DWI JATMIKO ……………………………………………………………

601

xiv

Analisis Usaha Sapi Potong Rakyat di Wilayah Pertambangan Emas Kecamatan Waeapo
Kabupaten Buru Utara
Y. TITIRLOLOBY, W. SUMEKAR,W.ROESSALI. S.I. SANTOSO, dan A. SETIADI

607

Produktivitas Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Ternak Kerbau di Pulau Moa
Kabupaten Maluku Barat Daya
J. LAINSAMPUTTY, W. ROESSALI, S.I. SANTOSO, A. SETIADI, W. SUMEKAR
dan B.T. EDDY …………………………………………………………………………

616

TOPIK 6. KETAHANAN PANGAN …………………………………………………..

623

Diversifikasi dan Usaha Non Pertanian untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan
Ekonomi Rumah Tangga Petani Kecil di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Hulu Sungai
Utara Kalimantan Selatan
MUHAMMAD FAUZI MAKKI …………………………………………………………

624

Standar Konsumsi Gula sebagai Dasar Neraca Gula
JULIA FORCINA SINURAYA dan SRI WAHYUNI …………………………………

631

Potret Kesejahteraan dan Tingkat Konsumsi Pangan Petani Padi Lahan Kering (Studi
Kasus : Kabupaten Cianjur)
VALERIANA DARWIS …………………………………………………………………

641

Pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Inpago dalam Rangka Mendukung
Swasembada Padi di Kabupaten Banjarnegara
JOKO TRIASTONO, HAIRIL ANWAR dan ARIF SUSILA ……………………………

651

INDEKS PENULIS …...........................................................................................

669

xv

POTENSI EKONOMI DARI PENGEMBANGAN PRODUK PENDAMPING
GULA TEBU DI INDONESIA
Sri Nuryanti1 dan Siswanto Imam Santoso2
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A. Yani 70 Bogor,
Lab.Managemen Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, UNDIP
ABSTRAK
Produk turunan diproduksi dari produk pendamping. Produk turunan dari industri
gula di Indonesia menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan produk
utama, yaitu gula. Namun, sebagian besar pabrik gula di Indonesia belum terintegrasi
sebagai industri gula yang menerapkan sistem tanpa limbah. Pertimbangan ekonomi
pengembangan produk turunan gula memerlukan penelitian untuk mengidentifikasi
produk yang paling potensial. Oleh karena itu, ulasan ini dilakukan untuk
menggambarkan produk turunan yang paling direkomendasikan untuk dikembangkan.
Hasil menunjukkan bahwa limbah cair (tetes) dari pabrik gula merupakan sumber
bahan baku produk turunan yang dapat menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi
dan mendorong tercapainya industri tanpa limbah. Investasi industri gula terpadu dengan
pengolahan limbah menjadi produk turunan semacam itu tinggi, sementara tibak banyak
pabrik gula yang ada memilikinya. Oleh karena itu pemilihan produk turunan yang akan
dikembangkan harus hati-hati dan dikerjakan oleh pemerintah dan pihak swasta untuk
mencapai industri gula masa depan yang terpadu, bernilai tinggi, dan tanpa limbah.
Kata kunci: industri, gula, produk turunan, nilai tambah, tanpa limbah.
ABSTRACT
Derivate product is produced from by product. Derivate product from sugar
industry in Indonesia creates higher value added than sugar itself. However, most of sugar
factory in Indonesia are not integrated sugar industry that apply zero waste system.
Economical concern from derivate development urges studies to identify the most
potential ones. Therefore this review was done to describe the most recommended
derivates to be developed.
Result showed that liquid waste (molasses) of sugar factory was the most
potential source as feed for derivate industry to produce valuable product making zero
waste industry. Investment of such industry is high and most of existing sugar factory had
not established the integrated one yet. Therefore, derivate products selection should be
done carefully. Besides, the government needs to cooperate with private sector in
investment to achieve future sugar industry that integrated, high valued, and zero wasted .
Keywords: industry, sugar, derivate product, value added, zero waste.
PENDAHULUAN
Tebu merupakan tanaman perkebunan yang paling besar tingkat produksinya di
dunia, pada tahun 2012 diperkirakan mencapai sekitar 26,0 juta hektar, tersebar di 90
negara, dan menghasilkan 1,83 milyar ton (FAO 2014). Tebu merupakan bahan baku
industri gula serta produk turunannya. Permintaan gula dunia merupakan pendorong
utama pertanian tebu yang berkontribusi sekitar 80 persen dari total produksi gula di
dunia (ISO 2013). Disamping produk utama gula, tebu dapat diolah menjadi produk
turunan tebu atau produk pendamping gula tebu (PPGT) antara lain falernum, molase,
rum, spiritus, bagase, dan etanol. Hasil produksi yang saat ini banyak dikembangkan dari

316

industri gula adalah etanol. Disamping isi batangnya, kulit tebu diolah untuk
memproduksi pena, tikar, tirai, dan atap. Batang tebu muda yang tidak diolah menjadi
gula digunakan sebagai pakan ternak. Pucuk dan bunga tebu (terubuk) diolah sebagai
bahan makanan.
Sebagai negara tropis, Indonesia mampu mengembangkan pertanian tebu dan
mengolah menjadi bahan industri gula, produk turunan, dan produk samping industri
gula. Selain sebagai negara produsen terbesar ke-10 dunia, Indonesia saat ini juga
merupakan konsumen terbesar ke-7 sekaligus importir gula terbesar ke-5 di dunia (ISO
2013). Hal ini disebabkan kesenjangan antara produksi dann permintaan gula domestik.
Indonesia pada akhir 2013 memiliki 470 ribu ha areal tanam tebu dan
memproduksi 35,53 juta ton tebu (BPS 2013) yang menopang bahan baku industri gula
dalam negeri yang dikelola oleh perkebunan/pabrik gula swasta dan perkebunan/pabrik
gula milik negara. Selain gula sebagai produk utama (8 persen), industri gula
menghasilkan produk samping antara lain tetes (4,5 persen), ampas (34 persen), blotong
(3,5 persen), limbah cair (49,7 persen), dan abu (0,3 persen) [Misran 2005]. Sebagian
besar pabrik gula di Indonesia hanya mengolah tebu menjadi gula dan belum
mengintegrasikan dengan indutri pengolah produk turunan. Di lain pihak, daya saing
industri gula Indonesia masih rendah dan dipandang sebagai sun set industry. Sebaliknya,
industi produk turunan dari PPGT, terutama bahan bakar nabati dipandang sebagai sun
rise industry. Hal inididukung besarnya potensi dari PPGT dari biomassa tebu yang jauh
lebih besar dibanding produk utamanya gula yang hanya memanfaatkan 8 persen dari
total bahan, sedangkan sisanya adalah PPGT. Artinya, industri pengolahan turunan PPGT
mempunyai jaminan bahan baku yang besar.
Produksi PPGT di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 118 persen dari nilai
produksi gula pada tahun yang sama. Industri gula belum memperoleh dampak langsung
secara finansial dari pengembangan tersebut. Secara sektoral dukungan finansial
pengembangan unit PPGT bersifat positip (PPPGI 2001).
Sejalan dengan prinsip pembangunan, segala upaya yang dilakukan harus
memberi manfaat secara sosial, lingkungan, dan ekonomi. sumberdaya yang digunakan di
dalam pembangunan harus diberdayakan untuk mencapai kapasitas optimal dibanding
kapasitas aktual yang bisa jadi masih lebih rendah dari kapasitas potensial. Pencapaian
kapasitas actual sebesar potensinya diperlukan tindakan inovasi yang pada gilirannya
akan mencapai keadaan yang berbeda dan pada gilirannya untuk meningkatkan taraf
hidup/kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan potensi biomassa PPGT, nilai tambah yang dapat dihasilkan,
lapangan kerja baru yang dapat diciptakan apabila industri pengolah produk turunan
PPGT didirikan, dan dampak bagi lingkungan yang baik dengan keberadaan industri
tanpa limbah, maka unit pengembangan PPGT yang dimiliki industri gula saat ini perlu
digali potensi ekonominya secara optimal. Pengembangan PPGT ini diharapkan mampu
meningkatkan daya saing industri gula secara finansial, sehingga memberi manfaat
ekonomi bagi pihak yang berkepentingan di dalam industri gula. Peluang pengembangan
industri berbasis tebu sebagai salah satu unit usaha yang potensial perlu diidentifikasi
produk turunan apa yang paling tinggi nilai ekonominya? Jawaban pertanyaan tersebut
setidaknya dapat menjawa apa produk turunan yang bernilai tambah tinggi, mendukung
pengembangan industri gula terpadu, dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat/pelaku di dalam industri gula terpadu tersebut. Pertanyaan mendasar tersebut
menjadi latar belakang pentingnya penelitian ini dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di muka, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian
ini adalah mengidentifikasi PPGT yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mempunyai
prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan mampu
menggambarkan potensi pengembangan industri produk pendamping gula tebu, sehingga
memberi nilai tambah secara ekonomi dari kegiatan produksi industri gula secara terpadu.

317

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Indonesia sebagai satuan wilayah penelitian yang
merupakan negara penghasil tebu dan gula beserta produk pendamping gula tebu. Data
yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari lembaga penerbit data yang
resmi dan meliputi data input output dari BPS, data statistik industri dari Kementerian
Perindustrian, data statistik produksi dari Kementerian Pertanian, dan data statistik
perdagangan dari Kementerian Perdagangan.
Identifikasi PPGT yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berprospek untuk
dikembangkan dilakukan dengan kajian pustaka dan berbagai hasil penelitian terkait
dengan produk pendamping gula tebu yang telah dikomersialkan baik di Indonesia
maupun di dunia. Oleh karena itu, dapat diketahui produk mana yang menghasilkan nilai
ekonomi tinggi. Analisis data dilakukan secara deskriptif baik kuantitatif maunpun dan
kualitatif untuk menghasilkan ulasan yang komprehensif tentang potensi produk turunan
dan nilai ekonominya.
Identifikasi dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual industri gula saat
ini dengan potensi produk yang dapat dihasilkan di dalam industri berbasis tebu, sehingga
dapat ditetapkan target yang hendak dicapai. Dengan demikian akan dapat dideskripsikan
besaran potensi ekonomi dari industri gula yang terintegrasi antara PG dan pabrik
pengolah produk turunan PPGT dengan konsep industri tanpa limbah. Disamping itu
dilakukan wawancara dengan salah satu industri gula terpadu dengan industri pengolahan
PPGT menjadi bioetanol, yaitu Pabrik Gula/Pabrik Spiritus Madu Baru di Yogyakarta
sebagai sumber informasi rujukan untuk menghitung besaran potensi nilai ekonomi
pengembangan industri gula terpadi dari hulu – hilir 1 – hilir 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tebu merupakan salah satu komoditas sebagai bahan baku pemanis di dunia.
Dalam rangka mengembangkan nilai ekonomi yang berkelanjutan, pemanfaatan yang
maksimal atas semua potensi komoditas menjadi penting (Finkenstadt 2014). Selain
sebagai bahan baku gula, seperti halnya bit, tebu dapat diolah menjadi pakan ternak,
produk pendamping gula tebu dapat diproses dan menghasilkan banyak nilai tambah
sebagai bahan bakar hayati (biofuel), bahan nutrisi manusia, plastik, dan bahan farmasi.
Pemanfaatan seluruh biomassa tebu tersebut akan menggeser cara pandang lama dari
industri gula ke industri tebu secara terpadu.
China, merupakan salah satu negara yang telah mengimplementasikan konsep
industri tebu tersebut dengan tidak hanya memproduksi gula dari pertanaman tebu,
melainkan juga banyak produk yang lain seperti bubur kertas, kertas, alkohol, ragi,
xylitol, bahan kimia, jus tebu, pupuk hayati, pakan ternak, dan listrik. Industri berbasis
tebu di China tersebut telah berkontribusi pada pembangunan sosial ekonomi di daerah
sentra penghasil tebu China seperti Guangxi, Yunnan, dan Guangdong (Li and Yang
2014). Hal tersebut menjadi bukti bahwa pembangunan ekonomi yang demikian cepat di
China berimplikasi pada peningkatan permintaan energi, sementara China mempunyai
potensi besar untuk memproduksi listrik dari bahan yang terbarukan seperti serat tebu
(Peng et al. 2014).
Produk pendamping gula tebu di China meliputi bagase, yang dikembang menjadi
produk baru di China antara lain adalah bagase, tetes, dan blotong (Wei et al. 2004).
Bagase dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan bakar industri gula (90 persen),
dan sisanya digunakan sebagai media pengembangan jamur. Dewasa ini, selain sebagai
bahan bakar pabrik gula, bagasi di China telah diolah menjadi kertas, particle board,
peralatan makan, komponen telepon seluler, plastik komposit, nano selulosa, dan bahan
pakaian. Tetes selain diolah menjadi MSG, Lysine, dan asam sitrat juga dimanfaatkan

318

sebagai bahan baku alkohol, proteinsel tunggal, dan ragi. Blotong dimanfaatkan sebagai
pupuk organik.
Penggunaan bahan bakar berbahan baku tetes tebu dewasa ini dianggap layak dan
menunjukkan peluang ekonomi bagi pengembangan industri di banyak negara penghasil
gula (Pippo and Carlos, 2013). Tetes disebut sebagai sumber bahan baku energi hayati
yang ramah lingkungan dan sangat potensial untuk dikembangkan di negara penghasil
tebu dan gula. Hal ini disebabkan penggunakan bahan baku yang digunakan merupakan
produk pendamping dari produk utama industri yang selama ini telah ada. Dengan
demikian, potensi yang sama dimungkinkan juga untuk mengembangkan produk
berbahan baku produk pendamping gula tebu Indonesia sebagai salah satu negara
penghasil tebu dan gula.
Toharisman dan Kurniawan (2012) mencatat bahwa di Indonesia terdapat 45
industri PPGT dengan 14 jenis produk, 60 persen pabrik dimiliki swasta yang tidak
mengolah tebu. Jenis produk yang dihasilkan adalah alkohol, spiritus, arak, wafer pucuk,
dan particle board. Pabrik PPGT yang tidak mengolah tebu mengolah produk tetes
(alkohol, spiritus, asam asetat, MSG, L-lysine, ragi, CO2 padat dan cair), produk ampas
(kertas, jamur, particle board), dan produk pucuk tebu (wafer pucuk). Karena kekurangan
bahan baku produksi wafer pucuk milik PT Rajawali Nusantara Indonesia sudah tidak
beroperasi lagi1.
Gula tebu merupakan salah satu komoditas strategis bagi perekonomian
Indonesia, sehingga perlu dikembangkan (Sawit et al., 2003) karena industri gula
tergolong dalam klasifikasi industri padat karya dan menghasilkan nilai tambah dalam
bentuk upah tenaga kerja, laba usaha, dan sewa lahan (Woerjanto, 2000; Sawit, 1998).
Gula merupakan bahan pangan yang luas penggunaannya baik dikonsumsi secara
langsung dan tidak langsung sebagai bahan baku industri (Simatupang et al., 1998).
Produk yang dapat dihasilkan dari pengolahan tebu disamping gula sudah banyak
diproduksi dalam skala besar dan diperdagangkan secara komersial di dunia. Selama ini
pengolahan tebu diidentikkan dengan industri gula. Paradigma lama tersebut perlu digeser
menjadi industri tebu dengan menerapkan konsep industri bebas limbah dan terintegrasi.
Banyak produk samping pengolahan gula yang telah diproduksi di dunia dan
diperdagangkan secara komersial bahkan memberi nilai ekonomi lebih tinggi
dibandingkan nilai gula itu sendiri.
Jenis PPGT yang telah diproduksi di dunia dalam skala besar antara lain
bioelectricity, bioethanol, amino acids, bio-K fertilizer, bioplastics, anti cholesterol
supplement, anti diabetic supplement, acetic acids acetate, ethyl acids, dan baggase.
Beberapa PPGT yang telah diproduksi di Indonesia dan sudah dikomersialkan adalah (1)
produk turunan tetes: alkohol, spiritus, asam asetat, monosodium glutamate, L-lysine, ragi
roti, CO2 padat dan cair, (2) produk turunan ampas: kertas, jamur, particle board, (3)
produk turunan pucuk tebu: wafer pucuk (PPPGI 2001).
Produk pendamping gula tebu yang potensial dikembangkan menjadi produk lain
dengan nilai tambah tinggi adalah tetes tebu. Tetes dapat diproses menjadi produk lain
dengan nilai tambah yang bahkan lebih tinggi dari produk utama tebu, yaitu sebagai
bahan bakar hayati, alkohol, asam sitrat, dan MSG. Produk pendamping gula tebu tidak
saja tetes, ampas, dan pucuk. Namun juga serasah, blotong dan abu ketel. Serasah dapat
diproses menjadi kompos; blotong dapat diolah menjadi kompos dan lilin alam;
sedangkan abu ketel dapat diolah menjadi pupuk silikat dan kompos (Lampiran Gambar
1). Diantara produk hasil olahan PPGT yang memberi nilai tambah tertinggi dari bahan
bakunya antara lain jamur merang (15-20), ragi roti (15-20), furfural (10-15), dan bubur
kertas (10-15). Beberapa produk yang mempunyai nilai tambah di atas 10 tersebut
menunjukkan bahwa nilai produk bahan-bahan tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat
1

Sumber: Wawancara dengan Ir. Arief Setiyanto, M.App.Sc. Kepala Divisi SDM dan Umum
PT RNI, pada tanggal 5 Oktober 2014.

319

dibanding nilai bahan yang tidak diolah. Beberapa produk komersial seperti MSG, etanol,
spiritus, dan particle board memiliki nilai tambah di bawah 10 (Toharisman dan
Kurniawan 2012). Keterpaduan industri hulu hilir dengan derajat pengolahan yang
semakin tinggi akan menghasilkan nilai tambah tinggi.
Ampas tidak saja dapat dioleh menjadi kertas, melainkan bermanfaat sebagai
bahan bakar pembangkit tenaga listrik, particle board dan kampas rem. Demikian juga
blotong dapat digunakan sebagai bahan bakar, paving block, pupuk organik dan briket.
Pengolahan tetes menjadi etanol akan memberi nilai tambah lebih tinggi dibandingkan
sebagai bahan baku alkohol, spiritus dan penyedap rasa (Sugar Tech. 2014). Pemanfaatan
potensi yang terkandung di dalam PPGT secara efisien dan maksimal diyakini mampu
meningkatkan nilai tambah dan bagi industri tebu di Indonesia.
Apabila keseluruhan potensi tebu di Indonesia diproses secara optimal dengan
konsep industri tanpa limbah, maka pada tingkat hulu industri yang menghasilkan produk
2,94 juta ton gula kristal putih, 1,60 juta ton tetes, 12,08 juta ton ampas, 1,08 juta ton
ampas, 1,24 juta ton blotong, 106,59 ribu ton abu ketel, dan 17,66 juta ton pupuk organik
dengan nilai ekonomi Rp 33,12 trilyun. Apabila Pabrik seluruh pabrik gula yang ada di
Indonesia mengolah tetes sebagai bahan baku industri hilir 1, maka berpotensi untuk
menghasilkan 399,71 juta liter alkohol, 399,71 juta liter spiritus, dan 799,43 juta liter
pupuk cair, sehingga total nilai ekonomi dari integrasi industri hulu – hilir 1 adalah Rp
38,12 trilyun, atau memberi nilai tambah sebesar 4,99 trilyun, terjadi kenaikan 15,08
persen nilai tambah dari industri hulu. Selanjutnya, apabila keseluruhan industri gula di
Indonesia membangun industri pengolahan lanjut (hilir 2) sampai dengan bioetanol dari
penyulingan potensi alkohol yang ada, maka dimungkinkan memperoleh 383,72 juta liter
bioetanol. Dengan demikian keseluruhan total nilai ekonomi industri gula terpadu akan
mencapai Rp 38,48 trilyun atau memberi nilai tambah sebesar Rp 3,76 trilyun, terjadi
kenaikan 16,18 persen nilai tambah dari industri hulu (Tabel 1).
Investasi satu unit pengolahan bioetanol dengan kapasitas terpasang 8 juta
liter/tahun diperlukan dana sebesar Rp 30 milyar dengan umur ekonomi investasi 10
tahun. Artinya, untuk menduplikasi industri gula terpadu serupa di seluruh kawasan
industri gula, sehingga seluruh industri gula bersama-sama menghasilkan 383,72 juta liter
diperlukan investasi sebesar Rp 14,39 trilyun. Investasi tersebut demikian besar, namun
mengingat nilai tambah dan dampak pada lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat
yang terkiat maka pengembangan industri gula terpadu tersebut direkomendasikan.
Pencapaian target industri gula terpadu tanpa limbah tidak dapat dilakukan oleh
pemerintah saja, namun perlu dukungan investasi pihak swasta secara sinergi membangun
industri tersebut mengingat besaran dana yang diperlukan. Produk yang dikembangkan
juga harus diseleksi, yaitu tidak saja yang bernilai tambah tinggi namun juga mempunyai
pasar yang menjanjikan. Dengan demikian, selain tercapai industri gula masa depan yang
terintegrasi hulu hilir dan bebas limbah juga akan tercapai kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik dengan terjadinya peningkatan pendapatan dari sektor industri gula dengan
pasar yang baik tersebut.
Potensi Ekonomi Pengembangan Industri Hilir Berbasis Tebu1
Pang
Neraca Bahan
Nilai (trilyun rupiah)
Harga
sa
Kuant
Unit Rp/U
itas
Hilir
nit
Hulu
Hilir 1
(%)
Hulu
Hilir 1 Hilir 2
2
Juta
Tebu
100 35,53
ton
Juta
Gula
8
2,84
8.500 24,16
ton
Tetes
4,5
1,60
Juta 1.000
1,60
Tabel 1.

320

Alkohol

25
Bioet
anol

96

Spiritus

25

Pupuk
Cair

50

Ampas
Bahan
Bakar
Blotong
Pupuk
Organik
Abu
Ketel

34

12,08

100

12,08

3,5

1,24

100

1,24

0,3
Batu
Bata

Limbah
Cair
Pupuk
Organik

399,7
1
383,7
2
399,7
1
799,4
3

100

106,5
9
106,5
9

49,7

17,66

100

17,66

Nilai
Ekonom
i

ton
Juta
liter
Juta
liter
Juta
liter
Juta
liter
Juta
ton
Juta
ton
Juta
ton
Juta
ton
Ribu
ton
Ribu
ton
Juta
ton
Juta
ton

8.500

3,40

9.800

3,76

7.000

2,80

500

0,40

400

4,83

400
600

4,83
0,75

600
200

0,75
0,02

200
100

0,02
1,77

100

1,77

33,12

4,99
0,36
(15,08 (16,18
%)
%)
Perhitungan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Produksi, Kepala
Bagian Pemasaran, dan Kepala Bagian Bina Sarana Tanaman PG Madu Baru
Yogyakarta, 11 September 2015. Selanjutnya, infromasi harga produk utama gula,
PPGT, dan bioetanol digunakan sebagai asumsi harga umum keseluruhan potensi
nasional.

Nilai
Tambah
1)

Pembahasan
Pengembangan industri gula secara terpadu tidak saja akan mendorong
pengembangan usahatani tebu, namun juga akan mendorong pengembangan industri lain
yang menggunakan gula maupun produk pendamping gula tebu. Pengembangan produk
baru dengan menggunakan bahan baku berupa produk pendamping industri utama berarti
meningkatkan nilai tambah dari produk pendamping tersebut dari semula tidak bernilai
atau bernilai rendah menjadi naik nilai tambahnya secara ekonomi.
Pengembangan industri gula terpadu dapat mendorong tercapainya konsep
industri bebas limbah (zero waste industry). Konsep ini tidak saja baik bagi lingkungan,
namun secara ekonomis dan teknis akan meningkatkan efisiensi produksi bagi indutri.
Harga pokok produksi setiap produk yang diolah di dalam industri dapat ditekan (PPPGI
2001, Misran 2005), sehingga harga jual produk lebih bersaing di pasar.
Tidak semua industri gula di Indonesia mempunyai pabrik pengolah produk
pendamping menjadi produk yang bernilai tambah tinggi tersebut. Oleh karena itu

321

perhitungan kelayakan ekonomi investasi pabrik pengolahan produk pendamping gula
tebu menjadi penting. Kerjasama pemerintah dan swasta dalam berinvestasi dan memilih
produk yang hendak dikembangkan menjadi penting.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di muka, disimpulkan bahwa Indonesia berpotensi
mengembangkan PPGT berbasis limbah cair industri gula, yang potensi semula sebesar
Rp 33,12 trilyun dapat ditingkatkan dengan mengolah tetes, dimana produk olahannya
menghasilkan nilai tambah hingga Rp 4,99 trilyun (15,08 %) jika dikembangkan sampai
hilir 1 diolah menjadi alkohol dan spiritus. Apabila alkohol diolah lebih lanjut menjadi
bioetanol (hilir 2) akan dicapai nilai tambah sebesar Rp 5,36 trilyun (16,18 %). Potensi
ekonomi pengembangan produk pendamping gula tebu berbahan baku tetes merupakan
agregasi nilai tambah produk hasil olahan tetes domestik dari keseluruhan potensi sumber
daya tebu nasional.
Implikasinya adalah pemilihan produk turunan tetes harus selektif mengingat
tidak semua PG di Indonesia mempunyai unit pengolah produk turunan dan pendirian
unit pengolah industri gula terpadu perlu investasi besar. Diperlukan kerjasama
pemerintah dengan pihak swasta untuk mewujudkan industri gula masa depan yang
terpadu antara sektor hulu dan hilir serta tanpa limbah. Dengan demikian akan tercapai
tujuan pembangunan, yaitu meningkatkan kapasitas sumberdaya melalui inovasi
teknologi yang diinvestasikan untuk meningkatkan pendapatan pelaku industri gula dan
pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Ditjen PPHP. Pohon Industri Tebu. 24 September 2014. http://pphp.pertanian.go.id/.
FAO. 2014. FAOSTAT: Production. 28 Mei 2014. http://www.fao.org.
Finkenstadt, Victoria L. 2014. A Review on the Complete Utilization of the Sugarbeet.
Sugar Tech (Oct-Dec 2014) 16 (4): 339-346.
ISO. 2013. Indonesia: Future