PANDANGAN KEMANUSIAAN MOCHTAR LUBIS DALAM NOVEL JALAN TAK ADA UJUNG KARYA MOCHTAR LUBIS

PANDANGAN KEMANUSIAAN MOCHTAR LUBIS

  DALAM NOVEL JALAN TAK ADA UJUNG KARYA MOCHTAR LUBIS Sebuah Kajian Sosiologi Sastra Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Rosa Dewi Raden NIM : 024114020 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

PANDANGAN KEMANUSIAAN MOCHTAR LUBIS

DALAM NOVEL JALAN TAK ADA UJUNG

KARYA MOCHTAR LUBIS

Sebuah Kajian Sosiologi Sastra

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Rosa Dewi Raden

NIM : 024114020

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat;

ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu.

  

(Novena Kepada Hati Kudus Yesus)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.

  

Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.

  

(Mahatma Gandhi)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

  Tuhan Yesus Kristus, Kandil Kemerlapku Bunda Maria, Pelindungku

  Ayah dan Ibuku tercinta serta semua orang yang kukasihi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yaitu :

  1. Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum. sebagai dosen pembimbing I, terima kasih atas segala bimbingan, masukan, dan semangat yang selalu diberikan pada saya agar segera menyelesaikan skripsi ini.

  2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. sebagai dosen pembimbing II, terima kasih telah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., Drs. Ari Subagyo, M. Hum., Drs. Heri Antono, M. Hum., Drs. FX. Santosa, S.U., Drs. Heri Santoso, M. Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M. Hum., Dra. Tjandrasih, M. Hum., dan semua dosen Sastra Indonesia yang belum saya sebutkan, terima kasih atas segala kesabaran kalian dalam membimbing saya selama menempuh pendidikan di Sastra Indonesia.

  4. Ayah dan Ibuku, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

  5. Mas Pras dan Mbak Ina, terima kasih atas segala dukungan, masukan, bantuan, dan celotehannya.

  6. Menyunku, terima kasih atas segala kesabaran, cinta, dan dukungannya untuk tetap memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  7. Si Kethil, terima kasih telah setia menemaniku nglembur dan tingkah lakumu yang selalu menghiburku setiap saat.

  8. Teman-temanku angkatan 2002 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku kuliah.

  9. Semua karyawan di Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas pelayanannya selama ini.

  Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, segala saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati dan harapan dapat lebih meningkatkan serta meyempurnakan penelitian ini. Penulis juga berharap skripsi dapat memberi manfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 17 Februari 2007 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini adalah hasil inspirasi dan imajinasi saya sendiri. Saya tidak mengutip hasil karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan, daftar pustaka, sebagaimana layaknya membuat karya ilmiah.

  Yogyakarta, 17 Februari 2007 Penulis

  (Rosa Dewi Raden)

  

ABSTRAK

Raden, Rosa Dewi. 2007. “Pandangan Kemanusiaan Mochtar Lubis dalam

Novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis : Sebuah Kajian Sosiologi Sastra.” Skripsi Strata 1 (S-1). Yogyakarta : Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini mengkaji tentang pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur tekstual yang meliputi alur (struktur lahir dan struktur batin) dan mendeskripsikan pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dalam novel Jalan Tak Ada Ujung. Tokoh utama Guru Isa dalam novel ini memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dalam menghadapi berbagai permasalahannya dan menjalani kehidupan sehari- harinya.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme naratologi (struktur tekstual) Algirdas Julien Greimas dengan menganalisis satu unsur yaitu alur dari segi struktur lahir dan struktur batin. Alur tersebut merupakan unsur utama dalam menggerakkan cerita. Selanjutnya diteruskan dengan pendekatan sosiologi sastra, yang dalam penelitian ini penulis menggunakan sosiologi pengarang untuk mengkaji pandangan kemanusiaan pengarang yang tertuang dalam karya sastra.

  Metode yang dipergunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode content analysis. Metode deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan struktur tekstual. Metode content analysis digunakan untuk menganalisis isi novel.

  Hasil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) struktur tekstual (alur). Berdasarkan struktur lahir novel Jalan Tak Ada Ujung memiliki 35 sekuen dan alur yang digunakan adalah alur maju (progresif) meskipun di tengah cerita ada sedikit alur flash back. Selain itu berdasarkan struktur batin, novel ini memiliki satu kerangka utama cerita dengan tokoh Guru Isa yang menempati posisi subjeknya dan novel ini berakhir dengan happy ending. (2) Pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dalam novel Jalan Tak Ada Ujung, meliputi: nilai kemanusiaan utama dan nilai kemanusiaan pendukung. Nilai kemanusiaan utama yaitu nilai keberanian, yang meliputi (a) nilai keberanian Guru Isa menghadapi perjuangan, (b) nilai keberanian Guru Isa menghadapi krisis ekonomi, (c) nilai keberanian Guru Isa menghadapi impotensinya, dan (d) nilai keberanian Guru Isa menghadapi perselingkuhan. Nilai kemanusiaan pendukung meliputi: (i) nilai kelembutan hati, (ii) nilai tanggung jawab, (iii) nilai kasih sayang, (iv) nilai kesetiaan, dan (v) nilai persahabatan.

  Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setiap manusia harus mempunyai keberanian dalam menjalani hidup terutama berani dalam menghadapi berbagai permasalahan secara wajar dan manusiawi. Sekali manusia memilih jalan perjuangan maka ia harus berani menghadapi segala rintangan maupun risiko yang harus ditanggungnya karena setiap manusia pasti berjuang mencari kebahagiaan dirinya, keluarganya, dan lingkungan masyarakatnya. Dengan mewujudkan nilai kemanusiaan seperti Guru Isa, maka ia dapat membina kehidupan yang lebih manusiawi dengan sesamanya dan mencapai kebahagiaannya.

  

ABSTRACT

Jalan Tak Raden, Rosa Dewi. “The Humanity View’s Of Mochtar Lubis from

  Ada Ujung Novel’s written by Mochtar Lubis : A Sociology Of Literary Study.” Undergraduate Thesis. Yogyakarta : Department of Indonesian Letter, Faculty of Letter, Sanata Dharma University. 2007.

  This research examines about the humanity view’s of Mochtar Lubis from Jalan Tak Ada Ujung novel’s written by Mochtar Lubis. The aim of this research are to describe textual structure that consist of plot (deep structure and surface structure) and describe about the humanity view’s of Mochtar Lubis novels Jalan Tak Ada Ujung. The main character Guru Isa who has an important role as the main point to an influence and realization about humanity values. He can solve the problems of life and doing the good thing in society.

  This research uses naratologic structuralism approach (textual structure) by Algirdas Julien Greimas with analyzing deep structure and surface structure. The plot is very basicly to understand the stories. Futhermore, the research uses the approach of sociology of literature, it means that the writer uses sociology of author to analyze the humanity view’s of author in his work.

  The method is used to analyze the data in this research are descriptive method and content analysis. The descriptive method is use to describe textual structure. The content analysis method is use to analyze the content of the novels.

  The results of this reseach are : (1) the textual structure or plot. Based on the deep structure of Jalan Tak Ada Ujung has 35 sequence and plot that is used progresive plot although there was little flash back in the middle of the story. Be sides based on surface structure, this novel has main plot that Guru Isa is the main character and the last of this novel’s have a happy ending. (2) The humanity view’s of Mochtar Lubis from Jalan Tak Ada Ujung novel’s are the main of are (a) the Guru Isa’s bravement facing the revolution, (b) the bravement Guru Isa’s facing economic crisis, (c) the bravement Guru Isa’s facing impotence, and (d) the bravement Guru Isa’s facing the love affair. The supporter of humanity value are (i) softness of the heart value, (ii) responsibilities value (iii) love values (vi) the loyality value, and (v) the friendships value

  The conclusions from this research is that every human must be brave to underwent their life especially be brave to faced each problems properly and humanly. Once human choose the struggling ways, he must be brave face all the barriers and all the risks that he will face because every human always struggle for their happiness, family, and finnaly in their social life. By struggling human value like Guru Isa has done, human being can keep the more human life and achieve their happiness.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………………... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………… iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. vii

ABSTRAK…………………………………………………………………… viii

ABSTRACT………………………………………………………………….. x

DAFTAR ISI………………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...

  1 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………….

  1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………..

  5

  1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………

  5 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………….

  5

  1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ……………………………

  6 1.5.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………..

  6 1.5.2 Landasan Teori …………………………………………….

  10 1.5.2.1 Teori Strukturalisme Naratologi (A.J Greimas) …...

  10

  1.5.2.2 Sosiologi Sastra ……………………………………

  14 1.5.2.3 Pandangan Kemanusiaan ………………………….

  16 1.6 Metodologi Penelitian …………………………………………….

  19 1.6.1 Pendekatan ………………………………………………….

  19 1.6.2 Metode Penelitian…………………………………………...

  19

  1.6.3 Teknik Pengumpulan Data …………………………………

  20 1.6.4 Sumber Data ………………………………………………..

  20 1.7 Sistematika Penyajian……………………………………………..

  20 JALAN TAK ADA

  BAB II ANALISIS STRUKTUR TEKSTUAL NOVEL UJUNG …………………………………………………………...

  22 2.1 Pengantar ……………………………………………………...

  22 2.2 Analisis Struktur Lahir ………………………………………..

  22 2.3 Analisis Struktur Batin ……………………………………….

  27

  2.4 Rangkuman …………………………………………………… 30

BAB III ANALISIS PANDANGAN KEMANUSIAAN MOCHTAR LUBIS DALAM NOVEL JALAN TAK ADA UJUNG ………………… 33

  3.1 Pengantar ……………………………………………………... 33

  3.2 Biografi Pengarang …………………………………………… 34

  3.3.1 Nilai Keberanian Guru Isa Menghadapi Revolusi ……… 40

  3.3.2 Nilai Keberanian Guru Isa Menghadapi Krisis Ekonomi.. 43

  3.3.3 Nilai Keberanian Guru Isa Menghadapi Impotensinya…. 46

  3.3.4 Nilai Keberanian Guru Isa Menghadapi Perselingkuhan… 49

  3.4 Nilai Kemanusiaan Pendukung ……………………………….. 52

  3.4.1 Nilai Kelembutan Hati ………………………………….. 53

  3.4.2 Nilai Tanggung Jawab ………………………………….. 55

  3.4.3 Nilai Kasih Sayang……………………………………… 57 3.4.4 Nilai Kesetiaan ………………………………………….

  59

  3.4.5 Nilai Persahabatan ……………………………………… 62

  3.4 Rangkuman ……………………………………………………….. 65

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………

  68 4.1 Kesimpulan ……………………………………………………..

  68

  4.2 Saran ……………………………………………………………

  70 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

  71 BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………………

  73

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Kemanusiaan kita kenal sebagai sesuatu nilai yang universal. Sejak awal, sastra sudah melihat kemanusiaan sebagai lahan yang sangat kaya dan luas jangkauannya. Sebagai upaya untuk menelusuri kehidupan setiap manusia pada tempat, waktu, dan suasananya, sastra telah memilih tema-tema terbaik, seperti kematian, kelahiran, kesakitan, kesedihan, kesenangan, penantian, persaudaraan, cinta, dan nafsu-nafsu bawah sadar yang sangat mendasar dan berserak pada setiap manusia di dunia ini (Wijaya, 2006).

  Sebuah karya sastra merupakan jembatan untuk masuk ke hati manusia di segala sektor kehidupan. Sastra mencerminkan makna kehidupan manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, sastra sangat berperan sebagai jembatan kesinambungan berbagai nilai manusia dan masyarakat. Nilai-nilai, pikiran- sikap kita. Dengan demikian, sastra berperan dalam suatu perubahan masyarakat (Mochtar Lubis via Atmakusumah, 1992:352).

  Novel karya Mochtar Lubis yang berjudul Jalan Tak Ada Ujung memaparkan kisah perjalanan kemanusiaan seorang guru yang senantiasa hidup dalam ketertekanan dan ketakutan pada masa revolusi sepanjang tahun 1946- 1947. Guru ini bernama Isa. Ia memiliki hati yang lembut dan tidak suka pada kekerasan. Pada masa penjajahan Belanda kehidupannya tenteram dan dikenal oleh masyarakat seorang yang baik. Akan tetapi, setelah Belanda menyerah kepada Jepang dan Jepang menjajah Indonesia kehidupannya selalu diwarnai dengan masalah yang seolah-olah tak ada penyelesaiannya.

  Sepanjang hidupnya Guru Isa selalu dipenatkan dengan berbagai permasalahan. Akibat dari ketertekanannya di masa revolusi dan kekejaman Jepang yang dilihat dan dialaminya sendiri membuat dirinya takut. Tanpa disadari ketakutan itu semakin lama membuat jiwanya tertekan sehingga ia menjadi impoten. Hal itu membuat hubungannya dengan Fatimah, istrinya menjadi renggang karena sebagai suami ia tidak dapat membahagiakan istrinya. Selain itu, penghidupan yang serba mahal dan gaji yang pas-pasan membuat hidupnya dilanda krisis ekonomi. Demi mempertahankan hidup keluarganya ia pun terpaksa mengambil buku tulis milik sekolah kemudian dijualnya.

  Keikutsertaan Guru Isa menjadi anggota keamanan rakyat membawanya untuk terlibat dalam organisasi perjuangan rahasia yang dibentuk oleh para pejuang muda Jakarta. Ia diangkat menjadi kurir pengantar senjata dan surat sekaligus pejuang muda membuat Guru Isa harus terlibat dalam rencana-rencana yang membahayakan seperti perdagangan senjata dan peledakan di bioskop Rex.

  Beberapa hari setelah peledakan itu, Guru Isa ditangkap oleh pihak Belanda. Ia menjalani pemeriksaan dan mengalami penyiksaan selama di penjara.

  Hazil yang juga ditangkap oleh pihak Belanda justru mengalami ketakutan yang luar biasa akibat siksaan yang diterimanya. Sebaliknya, sepak terjang musuh yang dirasakan Guru Isa seolah-olah justru merupakan pembebasan bagi dirinya.

  Dengan banyaknya pengalaman pahit yang telah dilaluinya membuat dirinya semakin kuat dan mampu mengatasi ketakutannya sendiri sehingga ia pun dapat sembuh dari impotensinya.

  Selain kisah perjuangan kemanusiaan Guru Isa masih banyak kisah perjuangan tokoh-tokoh yang lain seperti Hazil, seorang pemusik sekaligus pejuang muda yang mempunyai semangat dalam perjuangan, tetapi akhirnya ia harus hidup dalam ketakutannya sendiri setelah mendapatkan penyiksaan di penjara. Fatimah, istri Guru Isa yang sangat merindukan kasih lelaki akhirnya jatuh cinta pada Hazil. Keberanian Rakhmat, Ontong, Kiran, Imam, yang hidupnya diwarnai dengan kekerasan untuk melawan penjajah; dan masih banyak kisah perjuangan kemanusiaan tokoh-tokoh lainnya.

  Menelusuri kisah-kisah perjuangan hidup tokoh-tokoh dalam novel Jalan

  

Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, pembaca dapat menemukan pandangan-

  pandangan kemanusiaan yang bersifat universal. Nilai-nilai manusia dan perjuangannya digambarkan dalam sebuah suasana revolusi yang realistik. Novel Perlawanan manusia Indonesia terhadap penjajahan Belanda, kehangatan cinta, semangat perjuangan, ketakutan, kejahatan manusia terhadap manusia, peperangan diri di bawah siksaan, dan kemenangan manusia dalam pergaulan dengan dirinya sendiri maupun kekejaman peperangan, semuanya digambarkan oleh si pengarang dalam novel Jalan Tak Ada Ujung ini. Gagasan pengarang yang banyak menyinggung segi kemanusiaan, kesengsaraan manusia dalam peperangan, dan revolusi itulah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti novel ini dan mengungkapkannya secara lebih rinci.

  Untuk itu, penulis akan meneliti pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis yang terungkap melalui tokoh Guru Isa dalam novel Jalan Tak Ada Ujung dengan pendekatan sosiologi sastra. Pembatasan ini didasarkan pada alasan bahwa tokoh Guru Isa dalam novel ini lebih menonjol dalam memunculkan nilai-nilai kemanusiaannya. Nilai-nilai kemanusiaan ini digunakan Guru Isa dalam menghadapi berbagai permasalahannya sehingga mampu bertahan hidup dalam situasi revolusi. Pendekatan sosiologi sastra dipakai dengan asumsi bahwa novel

  

Jalan Tak Ada Ujung merupakan novel yang memberikan pemahaman mendasar

  mengenai manusia dan kehidupannya dalam situasi revolusi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi pengarang karena penulis mengkaji pandangan kemanusiaan pengarang yang tertuang dalam karya sastra.

  Sebelum mengkaji pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra, penulis terlebih dahulu mengkaji novel (struktur tekstual) menurut Algirdas Julien Greimas atau sering disingkat A.J. Greimas. Pendekatan ini merupakan langkah awal menuju pendekatan sosiologi sastra untuk mengungkap pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dalam novel

  

Jalan Tak Ada Ujung . Ada dua alasan penulis menggunakan teori struktur tekstual

  A.J. Greimas. Pertama, pendekatan struktur tekstual A.J. Greimas lain dari pendekatan struktural pada awalnya. Keunggulan analisis struktur tekstual ini menggunakan model sintaksis naratif dalam menemukan sebuah alur cerita.

  Kedua, masih jarang penelitian karya sastra yang menggunakan teori struktur tekstual A.J. Greimas.

  1.2 Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini ada dua permasalahan yang akan dibahas yaitu :

  1.2.1 Bagaimana struktur tekstual dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ?

  1.2.2 Bagaimana pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dalam novel Jalan Tak

  Ada Ujung ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah yang diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan :

  1.3.1 Mendeskripsikan struktur tekstual novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis.

  Jalan Tak Ada Ujung .

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian terhadap permasalahan di atas diharapkan dapat bermanfaat:

  1.4.1 Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah kritik sastra dan penerapan teori sruktural Greimas, khususnya di bidang sosiologi sastra mengenai pandangan kemanusiaan pengarang.

  1.4.2 Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif apresiasi sastra Indonesia khususnya novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis.

1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

1.5.1 Tinjauan Pustaka

  Ada beberapa kritikus dan pengamat sastra yang telah mengulas novel

  

Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Ulasan-ulasan mereka akan dibahas di

bawah ini.

1.5.1.1 Ajip Rosidi

  Ajip Rosidi mengemukakan pendapatnya dalam bukunya yang berjudul

  

Pembinaan Minat Baca, Bahasa, dan Sastera (1983). Menurutnya, novel Jalan

  menemukan kelakiannya kembali setelah ia berhasil mengalahkan ketakutannya dan berdamai dengan takutnya. Di samping itu, ia juga berpendapat bahwa roman ini sangat menarik karena unsur psikologisnya dan terasa lebih mengendap daripada roman-roman Mochtar Lubis yang lain (Rosidi, 1983:32).

  Selain itu, dalam bukunya yang berjudul Ikhtisar Sejarah Sastra (1969), ia berpendapat bahwa Mochtar Lubis berusaha melukiskan ketakutan seseorang yang justru dapat teratasi dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang berani dan kepahlawanan sehingga pada akhirnya seseorang dapat mengalahkan ketakutan dalam dirinya (Rosidi, 1969:112-113).

1.5.1.2 M.S Hutagalung

  MS. Hutagalung telah melakukan penelaahan terhadap novel Jalan Tak

  

Ada Ujung . Dalam bukunya yang berjudul Djalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis

  (1968), ia berpendapat bahwa novel ini banyak dipengaruhi ilmu jiwa dalam dan filsafat existensialisme (arus kesadaran) yang mempersoalkan ketakutan yang dialami Guru Isa dan bagaimana ia harus berjuang dengan ketakutannya.

  Selain itu, M.S. Hutagalung juga berpendapat bahwa Mochtar Lubis telah berhasil mengkritik revolusi kita dengan menelanjangi pejuang-pejuang kita yang hanya pura-pura dalam ceritanya. Ia mengkritik bahwa bangsa Indonesia tidak selalu bersatu dalam melawan penjajahan. Hal ini digambarkan dengan masih adanya mantan pegawai Belanda yang semasa penjajahan Belanda turut menikmati kejayaannya, ingin kembali lagi ke jaman itu dan bertuan kepada menjajah bangsa Indonesia kembali. Di kalangan pejuang pun timbul pertentangan dan pertengkaran yang menimbulkan pertempuran antara Laskar Rakyat dan T.N.I. Bahkan, orang-orang yang kurang memahami arti perjuangan dengan seenaknya menteror, menculik, dan memperkosa gadis-gadis non pribumi yang tidak bersalah. Mereka memanfaatkan situasi ini dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak manusiawi dan mengatasnamakan perjuangan (1968).

  1.5.1.3 A.Teeuw

  A.Teeuw dalam bukunya yang berjudul Sastra Baru Indonesia 1 (1980) mengemukakan pendapatnya bahwa novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis merupakan karya yang lebih kuat dan lebih padu sifatnya. Menurut A. Teeuw, cerita dalam novel ini mempunyai suatu tema pokok yang kuat yaitu rasa takut dan tema ini sangat jelas dilukiskan dalam situasi revolusi yang realistik (Teeuw, 1980:263)

  Ia juga berpendapat dalam bukunya yang berjudul Pokok dan Tokoh II

  

(1959) bahwa berakhirnya cerita tentang bebasnya tokoh Guru Isa dari rasa

  ketakutan itu menurutnya sangat mengasyikan dan mengharukan. Oleh karena itu, ia menganggap novel Jalan Tak Ada Ujung merupakan salah satu roman terbaik dalam sastra baru Indonesia ( Teeuw, 1959:161)

  1.5.1.4 Boen S. Oemarjati, Saksono Prijanto, dan B. Trisman

  Dalam bukunya yang berjudul Novel Indonesia 15 Tahun Sesudah menganalisis novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis dari sudut struktur estetika dan tema. Berdasarkan analisis struktur estetika, mereka menyimpulkan bahwa novel ini mampu menyajikan gambaran konflik antarkepentingan dan konflik batin para pelaku dengan jelas dan utuh. Selain itu, berdasarkan analisis struktur tema, mereka menyimpulkan bahwa tema novel Jalan Tak Ada Ujung adalah bahwa perjalanan hidup manusia ibarat menyusuri jalan yang sangat panjang dan manusia itu harus mampu mengatasi setiap persoalan yang muncul dihadapannya (Oemarjati, 2000:48).

  Sebelumnya mereka juga berpendapat bahwa Mochtar Lubis dalam novel ini cenderung mengamati semua persoalan yang dihadapi para pelaku cerita antara lain perasaan, pikiran, reaksi terhadap perbuatan orang lain, reaksi terhadap situasi politik, dan ekonomi pada zaman revolusi (Oemarjati, 2000:46).

  Dari ulasan-ulasan di atas, penulis memiliki kesamaan pemikiran dengan Ajip Rosidi. dan Boen Oemarjati yang menyatakan bahwa novel Jalan Tak Ada

  

Ujung sebenarnya hendak melukiskan bahwa ketakutan seseorang justru dapat

  teratasi dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang berani dan kepahlawanan sehingga pada akhirnya seseorang dapat mengalahkan ketakutan dalam dirinya.

  Selain itu, Jalan Tak Ada Ujung juga bertemakan sebuah perjalanan hidup manusia ibarat menyusuri jalan yang sangat panjang dan manusia itu harus mampu mengatasi setiap persoalan yang muncul dihadapannya.

  Kesepahaman penulis dengan Ajip Rosidi dan Boen Oemarjati kemanusiaan yang hendak digambarkan Mochtar Lubis dalam novel ini.

  Pandangan kemanusiaan pengarang tersebut tampak pada perjuangan Guru Isa yang gigih dalam mempertahankan nilai kemanusiaannya dalam menjalani kehidupannya.

  Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, tampak bahwa novel Jalan Tak Ada

Ujung belum pernah dibahas dari segi pendekatan struktur tekstual menurut A.J.

  Greimas dan pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis novel Jalan Tak Ada Ujung dari segi pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dalam sebuah karya ilmiah.

1.5.2 Landasan Teori

  Ada dua kerangka teori utama yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, yakni teori strukturalisme naratologi (dalam hal ini struktur tekstual A. J. Greimas untuk menemukan alur cerita) dan teori sosiologi sastra (dalam hal ini untuk menemukan pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis). Kedua kerangka teori terebut akan dikemukakan berikut ini.

1.5.2.1 Teori Strukturalisme Naratologi (Struktur Tekstual)

  Naratologi, dari kata narration (bahasa Latin, berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat) dan logos (ilmu). Naratologi juga disebut teori wacana (teks) naratif. Baik naratologi maupun teori wacana (teks) naratif diartikan sebagai seperangkat konsep mengenai cerita dan penceritaan (Ratna, 2004:128). Jadi teori strukturalisme naratologi disebut juga teori struktur tekstual. menggunakan teori strukturalisme naratologi atau teori struktur tekstual menurut Algirdas Julien Greimas atau A.J. Greimas. Greimas via Ratna (2004:137-138), menjelaskan bahwa dalam teori struktur tekstualnya, ia lebih memfokuskan pada tata bahasa naratif dan struktur aktan. Teori ini merupakan cara alternatif dalam mencari sebuah alur cerita. Alur adalah energi utama dalam menggerakkan cerita sehingga menjadi penceritaan, dengan tahapan utama yang terdiri atas permulaan, komplikasi, dan penyelesaian (Ratna, 2004:139).

  Greimas via Zaimar (2005:6) menyatakan bahwa struktur tekstual mengenal beberapa tataran sebagai berikut : a) Struktur lahir (structure de surface), yaitu tataran bagaimana cerita dikemukakan atau biasa disebut juga tataran penceritaan. Dalam analisis struktur lahir akan ditemukan urutan satuan cerita yang menjadi dasar sebuah cerita.

  b) Struktur batin (structure profonde ou I’immonence), yaitu tataran yang menampilkan analisis sintaksis naratif yaitu menganalisis alur cerita dengan menggunakan model sintaksis. Di sini Greimas mengemukakan model aktansial dan model fungsional (Zaimar, 2005:6). Model aktansial hanya mengkaji aksi watak/aksi pelaku pada perkembangan cerita sedangkan model fungsional mengemukakan formula cerita sebagai pola peristiwa-peristiwa yang disebut fungsi (Zaimar, 2005:7). Dalam analisis ini penulis akan menggunakan model aktansial untuk menemukan kerangka alur utama. banyaknya variasi cerita yang dapat ditemukan, namun di dalam struktur batinnya ada susunan tipe tokoh yang disebut aktan (Zaimar, 2005:6). Menurut Zaimar (2005:6), aktan adalah pelaku tindakan dalam sebuah cerita. Dengan demikian aktan jangan disamakan dengan aktor. Menurut Nyoman Kutha Ratna (2004:139), aktan atau pelaku tindakan merupakan peran-peran abstrak yang dapat dimainkan oleh seorang atau sejumlah aktor. Jadi, aktor merupakan perwujudan nyata dari aktan. Aktan dapat berupa tokoh manusia dapat juga non manusia/abstraksi. Satu tokoh bisa menjadi beberapa aktan dan beberapa tokoh bisa menempati satu aktan.

  Aktan ditentukan oleh hubungan dan fungsi yang diperankan dalam cerita. Sebagai unsur sintaksis, maka aktan mempunyai fungsi pada kalimat dasar cerita antara lain subjek, objek, pengirim (destinateur), penerima (destinataire), penentang (opposant), dan penolong/pembantu (adjuvant) (Zaimar, 2005:6). Enam aktan (peran, pelaku) tersebut dikelompokkan menjadi tiga pasangan oposisi biner, yaitu subjek dengan objek, pengirim dengan penerima, dan penolong dengan penentang (Ratna, 2004:139).

  Pada umumnya pahlawan (subjek) terdiri atas pelaku sebagai manusia, sedangkan tujuan (objek) terdiri atas berbagai kehendak yang mesti dicapai.

  Suatu perjuangan pastilah dihalangi oleh sebuah kekuasaan (pengirim) dan jika berhasil maka pelaku (penerima) mendapatkannya sebagai hadiah. Penolong dan penentang bisa terdiri dari manusia misalnya raja dan penguasa lainnya maupun non manusia misalnya waktu, nasib, masyarakat, bahkan juga salah satu sifat

  Sebuah cerita dapat memiliki beberapa skema aktan. Skema aktan ini tampak sebagai berikut.

  Skema Model Aktansial (Zaimar, 2005:6, Suwondo, 2003:54)

  Pengirim (P1) adalah aktan yang mempunyai karsa dan menggerakkan cerita. Pengirim ini menentukan objek yang dicari dan dia pula yang dapat meminta subjek/pahlawan untuk mendapatkan objek yang dikehendaki. Penerima (P2) adalah aktan yang menerima objek yang dicari. Objek (O) adalah sesuatu yang diingini pengirim, yang tidak ada pada diri pengirim. Subjek (S) atau pahlawan adalah aktan yang atas permintaan pengirim mengadakan perjanjian dengan pengirim dan menggarap bahwa telah menjadi tugasnyalah untuk mendapatkan objek. Penolong (P3) adalah aktan yang membantu subjek melaksanakan tugasnya. Penentang (P4) adalah aktan yang menghalang-halangi tugas subjek untuk mendapat objek (Zaimar, 2005:6-7).

  Berkaitan dengan hal itu, di antara pengirim dan penerima terdapat suatu komunikasi, di antara pengirim dan objek ada tujuan, di antara pengirim dan subjek ada perjanjian, di antara subjek dan objek ada usaha, dan di antara penolong atau penentang dan subjek terdapat bantuan atau tantangan. Aktan-aktan tersebut dapat menduduki fungsi ganda dalam struktur tertentu bergantung siapa yang menduduki fungsi subjek (Suwondo, 2003:54).

  Demikianlah salah satu teori yang dikemukakan oleh Greimas mengenai sintaksis naratif dalam menemukan alur cerita. Keberhasilan analisis sintaksis naratif ini jika penulis mampu melihat cerita dari berbagai fokus yang berbeda, apabila memang bisa ditemukan lebih dari satu alur dalam cerita yang diteliti.

1.5.2.2 Sosiologi Sastra

  Pendekatan sosiologi sastra berusaha membahas karya sastra dengan mempertimbangkan faktor-faktor di luar karya sastra yaitu mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sosiologi sastra merupakan penelaahan terhadap sastra ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan- perubahan sosial dan masalah-masalah sosial (Soekanto, 1990:3). Sastra adalah ungkapan sosial yang menggunakan bahasa sebagai media untuk menampilkan gambaran kehidupan yang merupakan suatu kenyataan sosial (Damono, 1979:1). Dengan demikian melalui karya sastra sebagai medianya, seorang pengarang dapat mengungkapkan suka duka masyarakat yang ia ketahui dengan sejelas- jelasnya.

  Keterkaitan antara sastra dan masyarakat melibatkan aktivitas pengarang yang pada dasarnya merupakan bagian dari anggota masyarakat. Karya sastra sendiri diciptakan oleh pengarang dengan maksud untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 1979:1). Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada (Damono, 1979:7). Sastra sebagaimana sosiologi, berurusan dengan manusia dalam masyarakat yaitu usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu (Damono 1979:8). Eratnya hubungan antara sastra dan masyarakat memungkinkan bagi pengarang maupun pembaca karya sastra untuk lebih mendalami strata sosial dan kebudayaan masyarakat yang menjadi objek sastra.

  Dalam sosiologi dan sastra dibicarakan tentang tiga jenis pendekatan yang berbeda yaitu : 1) Sosiologi pengarang yang memasalahkan dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status sosial, dan ideologi sosial yang menyangkut 2) Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri. 3) Sosiologi karya sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.

  Dengan demikian sosiologi sastra mempunyai kecenderungan untuk mengkaji sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca (Faruk berdasarkan pendapat Wellek dan Warren, 1994:4). Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi pengarang karena penulis mengkaji pandangan kemanusiaan pengarang yang tertuang dalam karya sastra.

1.5.2.3 Pandangan Kemanusiaan

  Pada dasarnya yang dimaksud dengan pandangan kemanusiaan dalam penelitian ini adalah pandangan pengarang tentang nilai manusia ditinjau dari sudut kemanusiaannya, yang menyangkut eksistensi manusia dalam titik puncak ataupun jurang-jurang terdalam dari krisis, yang menentukan hidup mati, tegak, atau hancurnya manusia, yang semuanya itu dituangkan dalam sebuah karya sastra (Mangunwijaya, 1988:48).

  Keganasan dan ketidaknormalan revolusi memang menjadi tambang bahan sastra yang luar biasa. Permasalahan yang dilukiskan pengarang dalam karya sastra langsung menyentuh permasalahan manusia yang berat dan dalam, seperti kebebasan, siksaan, keadilan bagi rakyat jelata, kebahagiaan, harta benda, cinta, kepuasan, arti keluarga, persahabatan, bermoral, pengorbanan manusia demi cita- kegagalan, bahkan kematian (Mangunwijaya, 1988:48). Melalui permasalahan manusia tersebut pengarang kemudian memunculkan nilai-nilai kemanusiaan yang tampak pada tindakan manusia selama menjalani kehidupannya.

  Nilai kemanusiaan merupakan nilai yang penting dan utama untuk membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Secara manusiawi, manusia mampu berpikir, baik tentang dirinya maupun kehidupan orang lain sedangkan makhluk lain seperti binatang tidak terlepas dari saling menerkam dan memangsa sesamanya. Oleh karena itu, manusia diharapkan mampu mewujudkan nilai kasih sayang kepada orang lain agar dapat hidup berdampingan dengan orang lain atas dasar saling menyayangi. Dengan dasar cinta itulah manusia dituntut dapat berbuat baik dan bertindak adil terhadap sesamanya (Kumaris, 1983 : 6-7).

  Nilai kemanusiaan ada dalam setiap tindakan-tindakan manusia sejauh mereka bertindak secara manusiawi seperti mewujudkan nilai keberanian, kesetiaan, kerendahan hati, kelembutan hati, kasih sayang, tanggung jawab, persahabatan, dan nilai kemanusiaan yang lainnya (Hadiwardoyo, 1985:15,23).

  Dengan kata lain, manusia dapat mewujudkan nilai kemanusiaan apabila manusia dapat bertindak adil terhadap sesamanya. Maka, manusia tidak memahami suatu nilai kemanusiaan dengan berpikir mengenai nilai itu, melainkan dengan keterbukaan dan kepekaan hati, manusia dapat mengalami dan mewujudkan nilai itu dalam kehidupan sehari-hari (1985:15).

  Menurut pandangan Mochtar Lubis, pribadi dan watak, sikap dan tingkah laku manusia, dan nilai-nilai yang didukungnya dibentuk oleh masyarakat 1978:47). Pada dasarnya manusia Indonesia memiliki sifat-sifat manusia yang dapat berkembang. Hal ini tampak pada manusia Indonesia yang memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi dan erat satu sama lain sehingga nilai manusia inilah yang harus dipertahankan demi terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa tanpa dicampuradukkan dengan kedudukan (1978:46). Di samping itu, manusia Indonesia juga memiliki hati yang lembut, pecinta damai, sabar, humoris, dan kualitas berpikir yang cukup baik (1978:46-47).

  Pandangan kemanusiaan pengarang ini biasanya ia tuangkan ke dalam karya-karya sastranya. Dengan demikian, sastra adalah sebuah senjata kemanusiaan yang ditembakkan sebagai upaya untuk menyadarkan bahwa manusia satu dengan yang lain saling terkait dan tidak mungkin hidup tanpa manusia lain. Manusia memiliki kemungkinan yang seharusnya sama, tetapi perjuangan, kegigihan, dan kemudian keberuntungan/nasib baik yang menjadikannya berbeda (Wijaya, 2006).

  Sastra juga bisa menjadi prajurit kemiskinan untuk memperjuangkan nasib manusia yang papa agar bangkit dan menjadi seimbang dengan mereka yang gemah ripah. Sastra juga bisa menjadi alat perjuangan manusia-manusia yang tertindas untuk menendang kekuasaan yang menidurinya dengan semena-mena (Wijaya, 2006). Kebebasan manusia hanya dapat berkembang jika ada manusia yang berani bebas. Nilai keberanian ini merupakan modal utama bagi manusia Indonesia untuk dapat terlepas dari ketertekanan hidup (Lubis, 1978:56).

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini kemanusiaan yang tampak pada tokoh Guru Isa dalam menjalani kehidupannya di masa revolusi yang dituangkannya dalam novel Jalan Tak Ada Ujung. Nilai-nilai kemanusiaan yang akan diuraikan penulis antara lain nilai keberanian (nilai kemanusiaan utama), nilai kelembutan hati, nilai tanggung jawab, nilai kasih sayang, nilai kesetiaan, dan nilai persahabatan (nilai kemanusiaan pendukung).

1.6 Metodologi Penelitian

  1.6.1 Pendekatan

  Pendekatan yang digunakan penulis untuk meneliti novel Jalan Tak Ada

  

Ujung karya Mochtar Lubis ini adalah pendekatan struktur tekstual dan

  pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan struktur tekstual merupakan langkah awal dalam penelitian novel ini. Selanjutnya diteruskan dengan pendekatan sosiologi sastra, yang dalam penelitian ini penulis menggunakan sosiologi pengarang untuk mengkaji pandangan kemanusiaan pengarang yang tertuang dalam karya sastra.

  1.6.2 Metode Penelitian

  Metode yang dipergunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode content analysis. Metode deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan struktur tekstual. Metode content analysis digunakan untuk menganalisis isi suatu karya sastra. Isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan kemanusiaan yang terkandung dalam pandangan kemanusiaan

  1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

  Dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian studi pustaka (library research). Data-data yang penulis dapatkan berasal dari buku dan internet yang berkaitan dengan permasalahan di atas.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam meneliti novel

  

Jalan Tak Ada Ujung ini adalah teknik simak dan teknik catat yakni dengan

  menyimak bahan-bahan yang akan diteliti, setelah itu mencatat data-data yang merupakan bagian dari keseluruhan novel yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Setelah data yang berkaitan dengan permasalahan diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan teori yang digunakan.

1.6.4 Sumber Data

  1.6.4.1 Judul Buku : Jalan Tak Ada Ujung

  1.6.4.2 Pengarang : Mochtar lubis

  1.6.4.3 Penerbit : Yayasan Obor

  1.6.4.4 Tahun Terbit : 1992

  1.6.4.5 Tebal Buku : vi + 167 hlm