HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-HASANI KOMYOS SUDARSO - Repository UM Pontianak

  

HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE

SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT

SKABIES DI PONDOK PESANTREN

AL-HASANI KOMYOS SUDARSO

NASKAH PUBLIKASI

  

Oleh :

PITA RIA SONATA

NPM: 091510034

  

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

  Peminatan Kesehatan Lingkungan Oleh : PITA RIA SONATA NPM: 091510034 Pontianak, 7 Agustus 2014 Mengetahui, Pembimbing 1 Pembimbing 2

  

Elly Trisnawati, SKM,M.Sc Sutriswanto , SKM ,M.Kes (Epid)

NIDN. 1108117901 NIDN. 4028037501

  HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-HASANI KOMYOS SUDARSO

  1

   2

   3 Pita Ria Sonata , Elly Trisnawati , Sutriswanto

1 Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan,

  Universitas Muhammadiyah Pontianak, 2013 2,3

  Dosen Tetap Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak Abstrak

  Skabies adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes

  

scabiei varietas hominis. Pondok pesantren merupakan salah satu tempat yang

  meningkatkan prevalensi penyakit scabies. Berdasarkan data dari Puskesmas Komyos Sudarso 2 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2011 sebanyak 8 kasus (6,4%) dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 36 kasus (29,1%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene santri dengan kejadian skabies pada santri di pondok pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case – control. Jumlah sampel adalah 70 dengan perbandingan sampel kasus dan kontrol 1 : 1 atau 35 : 35. Masing-masing variabel yang diteliti diuji dengan menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 %.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara praktik mandi (p value = 0,008; OR = 4,231), praktik tukar menukar handuk (p value = 0,017; OR = 3,692), praktik kebersihan handuk (p value = 0,004; OR = 5,063), praktik kebersihan pakaian (p value = 0,031; OR = 3,244), kebersihan seperai (p value = 0,013; OR = 4,235) dengan kejadian penyakit skabies di pondok pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  Saran bagi pondok pesantren agar pihak manajemen pondok pesantren untuk memberikan pelajaran tambahan tentang pola perilaku hidup bersih dan personal

  

hygiene seperti praktik mandi, praktik tukar menukar handuk, praktik kebersihan

pakaian, praktik kebersihan handuk, kebersihan sperai.

  Kata Kunci: Personal Hygiene Santri, Kejadian Penyakit Skabies, Pondok Pesantren

  Abstract

  Scabies is a skin disease caused by a mite infestation and sensitization Sarcoptes scabiei variety hominis. Boarding school is one place that increase the prevalence of scabies. Based on data from health Komyos Sudarso 2 last year experienced a significant increase from the year 2011 as many as 8 cases (6.4%) and increased in 2012 to 36 cases (29.1%). This study aims to determine the relationship between personal hygiene students with the incidence of scabies in students at the boarding school Al-Hasani Komyos Sudarso.

  This type of research is observational analytic case - control. The number of samples was 70 with a comparison sample of cases and controls 1: 1 or 35: 35. Each of the variables studied were tested using Chi-square test with a confidence level used is 95%. The results showed that there was a relationship between the practice of bathing (p value = 0.008; OR = 4.231), the practice of exchanging towels (p value = 0.017; OR = 3.692), hygiene practices towels (p value = 0.004; OR = 5.063), practice cleanliness of clothing (p value = 0.031; OR = 3.244), the cleanliness of the bedding (p value = 0.013; OR = 4.235) and the incidence of disease scabies in boarding school Al-Hasani Komyos Sudarso. Suggestions for boarding school so that the management of the boarding school to provide additional learning about hygienic behavior patterns and personal hygiene such as bathing practice, the practice of exchanging towels, clothing hygiene practices, hygiene practices towels, hygiene sperai. Keywords : Personal Hygiene Students , Genesis disease scabies , Boarding School

  Pendahuluan

  Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lungkungan hidup manusia. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain- lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies

  1 .

  Skabies adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas

  hominis. Bagian tubuh yang terserang

  adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit. Skabies ini tidak membahayakan manusia namun adanya rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas. Skabies cenderung tinggi pada anak- anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa. Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut

  2 .

  Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terkena skabies. Prevalensi cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan terutama di daerah yang padat penduduk. Skabies mengenai semua kelas sosial ekonomi, perempuan dan anak-anak mengalami prevalensilebih tinggi. Prevalensi meningkat di daerah perkotaan dan padat penduduk. Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan subtropis, seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan selatan, dan Asia. Di Brazil Amerika Selatan prevalensi skabies mencapai 18 %, di Benin Afrika Barat 28,33 %, di kota Enugu Nigeria 13,55 %, di Pulau Pinang Malaysia 31 %

  3 .

  Di Indonesia pada tahun 2011 jumlah penderita skabies sebesar 6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini meningkat pada tahun 2012 yang jumlah penderita skabies sebesar 3,6 %dari jumlah penduduk

  4 . Penyakit skabies dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor

  host,agent, dan environment. Host (pejamu) terutama manusia dapat

  8

  11 Berdasarkan data dari

  dan penelitian lain di Pondok Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru antara variabel Kebersihan Sprei secara signifikan mempunyai hubungan dengan kejadian scabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru (p value = 0,002)

  10

  . Penelitian lain menunjukkan bahwa ada hubungan antara praktik menjaga kebersihan pakaian dengan kejadian scabies (p value = 0,000)

  9

  . Penelitian lain bahwa diperoleh nilai hitunganya sebesar 11,469 dan nilai p=0,001 menunjukkan kebersihan handuk mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit Scabies

  . Penelitian lain munjukkan bahwa variabel yang diteliti yang mempunyai hubungan tukar menukar handuk (p = 0,004) dengan kejadian skabies

  dibagi dalam dua kelompok utama yakni sifat yang erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu seperti : umur, jenis kelamin, keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti : kelompok etnik termasuk adat, agama, kebiasaan hidup dalam kehidupan sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat. Keseluruhan unsur tersebut merupakan sifat karakteristik individu sebagai pejamu yang akan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit kulit skabies yang dapat berfungsi sebagai faktor risiko. Dari segi faktor host, skabies diakibatkan oleh higienis perorangan yang kurang, bisa juga karena garukan atau sering bergesekan dengan sumber penyakit. Faktor agent merupakan faktor penyebab terjadinya suatu kejadian penyakit seperti jamur, bakteri, tungau dan lain-lain, dalam hal ini faktor agent penyakit skabies adalah tungau sarcoptes scabiei

  7

  Hasil penelitian yang lain berdasarkan uji chi square bahwa ada hubungan antara praktik mandi (p=0,000) dengan penularan penyakit skabies di pondok pesantren Al- hamdulillah Rembang

  6 .

  Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan berada di Pondok pesantren pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang yang perlu mendapat pelatihan khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang di hadapi anak sekolah umum, bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Jika para santri dan pengelolanya tidak sadar akan pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan lingkungan maupun personal hygiene, maka kondisi seperti ini sangat memungkinkan untuk berkembangnya penularan suatu penyakit seperti skabies, kudis, diare. dan ISPA

  Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses penyakit. Lingkungan dengan kondisi internal kurang bersih dan lembab serta hunian yang cukup padat memungkinkan mudahnya penularan penyakit skabies dengan cepat seperti pada lingkungan pondok pesantren.

  5 .

  Puskesmas Komyos Sudarso melalui pondok pesantren) bahwa kejadian penyakit kulit khususnya penyakit skabies di ponpes wilayah puskesmas Komyos Sudarso untuk 2 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2011 sebanyak 8 kasus dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 36 kasus. Data ini lebih tinggi dibandingkan dengan data kasus puskesmas lain di Kecamatan Pontianak Barat yaitu pada puskesmas Perum I sejumlah 10 kasus yang tersebar di 3 pondok pesantren wilayah binaan puskesmas Perum I, Puskesmas pal V sejumlah 35 kasus yang tersebar di 5 pondok pesantren wilayah binaan puskesmas pal V dan puskesmas Perum 2 tidak ditemukan penyakit skabies. Untuk wilayah unit pelayanan kesehatan Komyos Sudarso kejadian penyakit skabies tertinggi diderita oleh santri yang berasal dari pondok pesantren Al-Hasani dan terendah dari pondok pesantren Nurul Ulum.

  Pondok pesantren Al-Hasani terletak di wilayah binaan puskesmas komyos sudarso tepatnya di Jl. R.E.Martadinata Gg. Sentosa, dikelilingi oleh komplek perumahan warga termasuk diantaranya rumah pemilik yayasan dan para pengelola pondok pesantren Al – Hasani. Disekitar ponpes terdapat parit kecil yang berdasarkan keterangan dari pengurus pondok pesantren menjadi sumber air untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus jika sumber air PDAM dan hujan tidak mencukupi untuk keperluan sehari-hari santri dan santriwati di pondok pesantren al- Hasani selain itu juga dibelakang pondok pesantren terdapat kandang ternak sapi yang dimiliki oleh warga sekitar pesantren dan ternaknya berkiaran di dekat pesantren serta apabila air pasang dan hujan lebat dapat mengakibatkan banjir diwilayah pesantren.

  Berdasarkan data sekunder dilakukan pada tanggal 17 juli 2014, hasil pemeriksaan secara klinis dari semua total populasi sebanyak 124 santri dan santriwati ditemukan sebanyak 81 kasus skabies. Dari 81 santri yang dinyatakan sebagai penderita skabies secara klinis tersebut dilakukan pemeriksaan laboratorium dan ditemukan skabies yang positif sebanyak 35 santri dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.

  Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan di pondok pesantren Al – Hasani pada waktu yang sama, di lingkungan kamar santri luas kamar tidak terlalu besar yaitu kira-kira 3 x 4m dengan kapasitas 7 s/d 10 santri per kamar. Sedangkan berdasarkan peraturan dari Kepmenkes bahwa standar luas ≥ 9 m²/orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepadatan hunian kamar pondok pesantren Al-Hasani santri berhubungan dengan kejadian skabies, sementara untuk wc terdiri dari 4 buah dengan kondisi yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan terletak berdampingan dengan dapur rumah pengelola pondok pesantren, penggunaannya tidak hanya oleh santri melainkan juga untuk pengelola dan keluarganya. Hal ini menjadi salah satu alasan para santri dan santriwati untuk malas mandi dan bersih-bersih keperluan pribadi dikarenakan kurang leluasa.

  Minimnya sarana kamar tidur untuk santri seperti tidak dilengkapinya atap dengan plafon, dinding yang terbuka, ventilasi yang tidak memenuhi syarat, lantai yang tidak memenuhi syarat kesehatan, serta minimnya fasilitas lain seperti kurangnya tempat atau lemari untuk menyimpan barang - barang keperluan para santri. Sedangkan sumber air yang digunakan untuk keperluan mandi santri dan santriwati terdiri dari 3 sumber yaitu air hujan, air ledeng dan air parit tapi adalah air parit dikarenakan keterbatasan sumber air yan lain.

  Untuk personal hygiene santri dan santriwati, berdasarkan hasil wawancara pada 12 santri bahwa

  personal hygiene santri banyak sekali

  ditemukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang sehat seperti kebiasaan mandi satu kali sehari (75,0%), kebiasaan menggunakan pakaian yang sudah digunakan sebelumnya (66,6%), kebiasaan menggunakan handuk yang lembab (58,3%), kebiasaan meminjam handuk teman (66,6%) dan kebiasaan menggunakan pakaian yang berulang (83,3%) dan frekuensi mengganti dan mencuci alas tidur, sarung bantal, dan selimut yang di lakukan 1 kali seminggu (33,3%).

  Sedangkan di pesantren Nurul Ulum terletak di di Jl.Sawo Gg. Bersama. sumber air untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus sumber air PDAM dan hujan. Berdasarkan data sekunder laporan poskestren, hasil pemeriksaan secara klinis dari semua total populasi sebanyak 115 santri dan santriwati di pondok pesantren Nurul Ulum ditemukan hanya 11 kasus skabies. Dari 11 santri yang dinyatakan sebagai penderita skabies secara klinis tersebut dilakukan pemeriksaan laboratorium dan ditemukan skabies yang positif sebanyak 5 santri dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan di pondok pesantren Nurul Ulum pada waktu yang sama, di lingkungan kamar santri luas kamar tidak terlalu besar yaitu kira-kira 3x4m dengan kapasitas 4 s/d 5 santri per kamar. Sedangkan berdasarkan peraturan dari Kepmenkes bahwa standar luas ≥ 9 m²/orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepadatan hunian kamar pondok pesantren Nurul Ulum masih memenuhi standar kesehatan, sementara untuk wc terdiri dari 4 buah dengan kondisi yang

  Fasilitas sarana kamar tidur untuk santri sudah cukup memadai seperti ventilasi yang memenuhi syarat, lantai yang memenuhi syarat kesehatan, serta adanya tempat atau lemari untuk menyimpan barang - barang keperluan para santri. Sedangkan sumber air yang digunakan untuk keperluan mandi santri dan santriwati terdiri dari air hujan dan air ledeng. Untuk personal hygiene santri dan santriwati, berdasarkan hasil wawancara pada 10 santri bahwa

  personal hygiene santri bahwai

  kebiasaan mandi satu kali sehari (30,0%), kebiasaan menggunakan pakaian yang sudah digunakan sebelumnya (40,0%), kebiasaan menggunakan handuk yang lembab (40,0%), kebiasaan meminjam handuk teman (30,0%) dan kebiasaan menggunakan pakaian yang berulang (50,0%) dan frekuensi mengganti dan mencuci alas tidur, sarung bantal , dan selimut yang di lakukan 1 kali seminggu (40,0%).

  Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang personal

  hygiene santri yang berhubungan

  dengan kejadian skabies pada santri di pondok pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  Metode

  Metode penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan case – control. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah santri yang menderita penyakit skabies periode bulan Juli 2014 s/d Januari 2014 berjumlah kelompok kasus berjumlah 35 orang dengan klinis positif (+) dan pemeriksaan laboratorium positif (+) skabies, sedangkan sampel kontrol diambil sebanyak 35 orang dari populasi kontrol.

  Hasil Gambaran Umum

  MA 15 42,9 14 40,0

  60,0%.

  Hasani Komyos Sudarso pada kelompok kasus terbanyak adalah MTs sebesar 57,1% sedangkan pada kelompok kontrol adalah MA sebesar

  Pesantren Al Hasani Komyos Sudarso pada kelompok kontrol dan kasus terbanyak adalah perempuan sebesar 51,4 %. Proporsi jenjang pendidikan responden di di Pondok Pesantren Al

  13 37,1 Proporsi jenis kelamin responden di di Pondok

  22 62,9 >2 tahun 19 54,3

  Lama di Pesantren 1-2 tahun 16 45,7

  MTs 20 57,1 21 60,0

  Wilayah bina UPK Puskesmas Kom Yos Sudarso terdiri dari 27 RW dan 130 RT. Dengan jumlah penduduk 33.453 jiwa. Secara geografis Puskesmas Kom Yos Sudarso terletak di luar wilayah kerja Puskesmas Kom Yos Sudarso, yaitu di Kelurahan

  Perempuan 18 51,4 18 51,4 Jenjang Pendidikan

  Jenis Kelamin Laki-laki 17 48,6 17 48,6

  Variabel Kasus Kontrol f % f %

  Tabel V.1 Distribusi Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenjang Pendidikan dan Llama di Pesantren di Pondok Pesantren Al Hasani Komyos Sudarso

  Karakteristik Responden

  Sungai Jawi Luar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap cakupan pelayanan kesehatan. Data menunjukkan bahwa akses Upaya Pelayanan Kesehatan Perseorangan lebih banyak diakses masyarakat luar wilayah Puskesmas karena dekat dengan tempat tingggal penduduk.

  Proporsi lama di pesantren responden di di Pondok Pesantren Al Hasani Komyos Sudarso pada kelompok kasus terbanyak adalah > 2 tahun sebesar 54,3% dan kontrol terbanyak adalah 1-2 tahun sebesar 62,1%.

  Analisa Univariat

  Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Mandi, Praktik tukar menukar handuk, Praktik Kebersihan Pakaian, Praktik Kebersihan Handuk dan Kebersihan Seperai di Pondok Pesantren Al Hasani Komyos Sudarso

  Kasus Kontrol Variabel f % f %

  Peraktek Mandi

  Kurang Baik 25 71,4 13 37,1 Baik

  10 28,6 22 62,9

  Peraktek tukar menukar handuk

  Kurang Baik 24 68,6 13 35,1 Baik

  11 31,4 22 62,9

  Praktik Kebersihan Pakaian

  Kurang Baik 27 77,1 14 40,0 Baik

  8 22,9 21 60,0

  Praktik Kebersihan Handuk

  Kurang Baik 23 65,7 13 37,1 Baik

  12 34,3 22 62,9

  Kebersihan Seperai

  Kurang Baik 28 80,0 17 48,6 Baik

  7 20,0 18 51,4 Hasil analisis univariat pada data kontrol terbanyak adalah baik bahwa Proporsi praktik mandi pada melakukan praktik mandi sebesar 22 kelompok kasus terbanyak adalah responden (62,9%). Proporsi praktik kurang baik sebesar 25 responden tukar menukar handuk pada kelompok sebesar 24 responden (68,6%) dan pada kelompok kasus terbanyak adalah pada kelompok kontrol terbanyak kurang baik sebesar 23 responden adalah baik sebesar 22 responden (65,7%) sedangkan pada kelompok (62,9%). Proporsi praktik kebersihan kontrol terbanyak adalah baik sebesar pakaian pada kelompok kasus 22 responden (62,9%). terbanyak adalah kurang baik sebesar Proporsi kebersihan seperai pada 27 responden (77,1%) sedangkan pada kelompok kasus terbanyak adalah kelompok kontrol terbanyak adalah kurang baik sebesar 80,0% sedangkan baik sebesar 21 responden (60,0%). pada kelompok kontrol terbanyak Proporsi praktik kebersihan handuk adalah baik sebesar 51,4%.

  Analisa Bivariat

  Tabel V.3 Hubungan Antara Praktik Mandi, Praktik tukar menukar handuk, Praktik Kebersihan Pakaian, Praktik Kebersihan Handuk dan Kebersihan Seperai Dengan Kejadian Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso Tahun 2014

  Kejadian Skabies p RP

  Total Variabel Kasus Kontrol value (95%CI) f % f % f %

  Praktik Mandi

  0,008 4,231 Kurang Baik 25 71,4 13 37,1 38 54,3 (1,550-11,546) Baik 10 28,6 22 62,9 32 45,7 Praktik Tukar Menukar Handuk

  0,017 3,692 Kurang Baik 24 68,6 13 35,1 37 52,9 (1,372-9,933) Baik 11 31,4 22 62,9 33 47,1 Praktik Kebersihan Pakaian

  0,004 5,063 (1,791-14,310)

  Kurang Baik 27 77,1 14 40,0 41 58,6

  Praktik Kebersihan Handuk 0,031 3,244 (1,219-

  Kurang Baik 23 65,7 13 37,1 36 51,4 8,629) Baik 12 34,3 22 62,9 34 48,6 Kebersihan Seperai Kurang Baik 28 80,0 17 48,6 45 64,3

  4,235 0,013

  (1,466-12,235) Baik 7 20,0 18 51,4 25 35,7

  Peraktik Mandi

  Uji statistik menunjukkan signifikansi

  signifikansi p value = 0,017 artinya ada

  Uji statistik menunjukkan

  frekuensi mandi yang jarang dapat memudahkan kuman untuk datang dan berkembang biak kerena pada dasarnya kuman sangat menyukai daerah lembab dan bau yang disebabkan oleh keringat.

  sarcoptes scabiei lebih mudah terjadi,

  . Pada santri yang praktik mandinya buruk infestasi

  12

  Pesantren Al Itqon Kelurahan Tlogosari Wetan

  Penelitian lain yang menyatakan bahwa terdapat hubungan dengan kebiasaan mandi memakai sabun (p=0,02) dengan kejadian skabies pada Santri di Pondok

  dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran- kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya.

  Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering

  Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan signifikansi p value = 0,008, artinya ada hubungan antara praktik mandi santri dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  Pembahasan

  hubungan antara kebersihan seperai dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  p value = 0,013 (p < 0,05), artinya ada

  Kebersihan Seperai

  Uji statistik menunjukkan signifikansi

  hubungan antara praktik kebersihan handuk dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  p value = 0,031 (p < 0,05), artinya ada

  Uji statistik menunjukkan signifikansi

  Praktik Kebersihan Handuk

  hubungan antara praktik kebersihan pakaian dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  p value = 0,004 (p < 0,05), artinya ada

  Uji statistik menunjukkan signifikansi

  Praktik Kebersihan Pakaian

  hubungan antara praktik tukar menukar handuk dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  p value = 0,017 (p < 0,05), artinya ada

  Uji statistik menunjukkan signifikansi

  Pencahayaan

  hubungan antara praktik mandi dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  p value = 0,008 (p < 0,05), artinya ada

  hubungan antara praktik tukar menukar handuk santri dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso. Hasil analisis diperoleh nilai OR =3,692 artinya responden yang melakukan praktik tukar menukar handuk berisiko 3,692 kali mengalami penyakit skabies dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan praktik tukar menukar handuk. Praktik tukar menukar pakaian/handuk akan mempengaruhi kejadian skabies apabila tukar menukar pakaian/handuk terjadi antara penderita skabies, sehingga pakaian/handuk dapat menjadi media transmisi tungau

  sarcoptes scabiei untuk berpindah

  . Penelitian lain menunjukan bahwa ada hubungan antara praktik menjaga kebersihan pakaian dengan kejadian skabies dengan nilai p value = 0,000

  menjaga kebersihan handuk dan tidak bergantian handuk dengan yang lain, sehingga terhindar dari penyakit kulit santri.

  personal hygiene seperti selalu

  Maka dari itu diharapkan bagi santri diharapkan agar santri selalu menjaga

  14 .

  Berdasarkan hasil Uji statistik menunjukkan signifikansi p value = 0,031, artinya ada hubungan antara praktik kebersihan handuk santri dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso. Secara teori disebutkan kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit seperti skabies. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan mengganti handuk seminggu sekali dengan handuk yang habis dicuci bersih dengan sabun/detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan di setrika. Penelitian ini sejalan yang lain yang menunjukkan bahwa berdasarkan Analisis bivariat ada hubungan antara kebiasaan pinjam-meminjam handuk dengan kejadian scabies (p=0,042)

  Menjaga kebersihan pakaian dengan baik, dapat menurunkan risiko santri untuk terkena skabies. Sehingga pakaian berperan dalam transmisi tungau skabies melalui kontak tak langsung sehingga mempengaruhi kejadian skabies. Bagi santri diharapkan agar santri selalu menjaga kebersihan pakaian dan tidak bergantian pakaian dengan santri yang lain sehingga terhindar dari penyakit kulit santri.

  10 .

  6

  tempat. Apabila tukar menukar pakaian dilakukan oleh sesama santri yang tidak menderita skabies dan memiliki praktik menjaga kebersihan pakaian yang baik tentu penularan skabies tidak terjadi

  ada hubungan antara praktik kebersihan pakaian santri dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso. Menjaga kebersihan pakaian dengan baik, dapat menurunkan risiko santri untuk terjangkit skabies. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pakaian berperan dalam transmisi tungau skabies melalui kontak tak langsung sehingga mempengaruhi kejadian skabies

  signifikansi p value = 0,004, artinya

  Uji statistik menunjukkan

  Penularan melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur, pakaian, atau handuk memegang peranan penting terkangkitnya skabies. Bagi santri diharapkan agar santri selalu menjaga personal hygiene seperti tidak bergantian handuk dengan yang lain sehingga terhindar dari penyakit kulit.

  13 .

  . Penelitian lain menjukkan bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara tukar menukar handuk dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Al- Muayyad Surakarta (p = 0,011)

  6

  Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan signifikansi p value = 0,013, artinya ada hubungan antara kebersihan seperai dengan kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso. skabies dibandingkan dengan responden melakukan kebersihan seperai yang baik. Seprai, sarung bantal, dan selimut sebaiknya diganti satu minggu sekali. Gunakan seprai dengan bahan lembut agar tidak membuat kulit iritasi. Selain itu, jangan cuci seprai dengan pemutih. Sebab, selain memudarkan warna, bahan kimianya juga tidak baik jika terkena kontak dengan kulit. Bantal tidak, bantal bisa dijemur sambil dipukul-pukul untuk mengeluarkan debu yang menempel. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa transmisi tungau biasanya terjadi melalui kontak langsung misalnya tidur bersama dengan penderita skabies, atau juga bisa melalui kontak tak langsung melalui sprei, sarung bantal dan selimut

  6

  kedua. Jakarta : FKUI

  

9. Sajida, Angsa. 2012. Hubungan Personal Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan

  Di Pondok Pesantren Cipasung Kabupaten Tasikmalaya, Jurnal, Universitas Siliwangi Tasikmalaya

  

8. Muslih, 2013. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Pada Santri

  Universitas Muhammadiyah Surakarta

  

7. Azizah, Nur. 2013. Hubungan Antara Kebersihan Diri Dan Lama Tinggal Dengan

Kejadian Penyakit Skabies Di Pon-Pes Alhamdulillah Rembang. Jurnal.

  Indonesia, Jakarta

  

6. Handoko RP.2007. Skabies. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

  

5. Depkes RI, 2000. Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman. Depkes RI. Jakarta

  Republik Indonesia

  4. Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan

  

3. Zayyid, M.M. et al.,2013. Prevalence of scabies and head lice among children in

a welfare home in Pulau Pinang, Malaysia

  2. Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima, cetakan

  . Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain bahwa berdasarkan Analisis bivariat ada hubungan antara praktik menjaga kebersihan seprai dengan kejadian skabies didapat nilai-p sebesar 0,031 (p < 0,05) maka secara statistik ada hubungan yang signifikan antara praktik kebersihan tempat tidur dengan kejadian skabies

  1. Harahap M. 2000. Penyakit Kulit. Jakarta: Gramedia

  Daftar Pustaka

  pakaian, handuk dan tempat tidur kepada para santri.

  personal hygiene seperti kebersihan

  Saran bagi pondok pesantren agar pihak manajemen pondok pesantren untuk memberikan pelajaran tambahan tentang pola perilaku hidup bersih dan

  Saran

  tukar menukar handuk (p value = 0,017; OR = 3,692), praktik kebersihan handuk (p value = 0,004; OR = 5,063), praktik kebersihan pakaian (p value = 0,031; OR = 3,244), kebersihan seperai (p value = 0,013; OR = 4,235) dengan kejadian penyakit skabies di pondok pesantren Al-Hasani Komyos Sudarso.

  value = 0,008; OR = 4,231), praktik

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada hubungan antara praktik mandi (p

  Kesimpulan

  . Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa transmisi tungau biasanya terjadi melalui kontak langsung misalnya tidur bersama dengan penderita skabies, atau juga bisa melalui kontak tak langsung melalui sprei, sarung bantal. Bagi santri diharapkan agar santri selalu menjaga personal hygiene seperti mengganti alas tidur secara rutin, dan menjemur kasur secara rutin sehingga terhindar dari penyakit kulit.

  14

  Dengan Keluhan Penyakit Kulit Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai

  Kota Medan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

  

10. Afraniza, Yuzzi. 2011. Hubungan Antara Praktik Kebersihan Diri Dan Angka

Kejadian Skabies Di Pesantren Kyai Gading Kabupaten Demak, Skripsi.

  Universitas Diponegoro, Semarang.

  

11. Frenki .2011. hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit

  infeksi Scabies dan tinjaun sanitasi lingkungan pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru. Skripsi. Tidak Di Publikasikan).

  

12. Trisnawati, Oktalina. 2009. Hubungan Antara Kecukupan Air Mandi, Kepadatan

  Hunian Kamar, dan Praktik Kebersihan Diri dengan Kejadian Skabies pada Santri di Pondok Pesantren Al Itqon Kelurahan Tlogosari Wetan. Skripsi, (Tidak Di Publikasikan).

  

13. Rohmawati. 2010. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dan Perilaku Dengan

  Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta, Skripsi, (Tidak Di Publikasikan).

14. Khusnul, Ulfatusyifah. 2014. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dan

  Higiene Perorangan Dengan Kejadian Scabies Di Pondok Pesantren “Al- Bahroniyyah” Ngemplak Mranggen Kabupaten Demak Jurnal. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI MUKIM DI PONDOK PESANTREN BAHRUL MAGHFIROH MALANG

15 102 30

HUBUNGAN KEJADIAN SKABIES DENGAN GAMBARAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN BAHRUL MAGHFIROH MALANG

0 4 31

HUBUNGAN SKABIES DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SANTRI PONDOK PESANTREN DI BANDAR LAMPUNG

0 18 56

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 1 14

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA.

0 4 117

HUBUNGAN ANTARA SKABIES DENGAN KUALITAS TIDUR DI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN.

0 0 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN GEJALA PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL MUKLISIN KOTA KENDARI 2017

1 1 8

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN- NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI

0 0 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI PUTRA PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 14