MASI PROD IT PUTIH B KRIPSI

  D DAYA ANT PAD

DUK JAMU BETINA

  F UNIVE TI-INFLAM DA MENCI SK

  n untuk Mem oleh Gelar S Program Stu

  O Ratn

  NIM :

  FAKULTA ERSITAS S YOGY

  IT PUTIH B

KRIPSI

  menuhi Salah Sarjana Farm udi Ilmu Far

  Diajukan Mempero

  

2008

  h Satu Syara masi (S.Farm rmasi

  MASI DHARMA A U “G”

  at m.)

  Oleh : na Puspita 048114087

AS FARM SANATA YAKARTA

  A

2 MASI PROD

  DAYA A P

  Diaju Memp

  ukan untuk M peroleh Gela Program

  R NIM

  FAKUL

  Memenuhi Sa ar Sarjana Fa Studi Ilmu F

  Oleh : Ratna Puspita

  M : 0481140

  LTAS FAR AS SANAT GYAKAR 2008 ODUK JAM H BETINA DUL

  alah Satu Sy armasi (S.Fa Farmasi a

  87 RMASI

UNIV ANTI-INFLA PADA MEN HALA

VERSITA YOG AMASI PR NCIT PUTIH AMAN JUD SKRIPSI

  TA DHAR RTA MU “G”

  yarat arm.)

  RMA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Ketika kumohon pada Tuhan keberanian, Tuhan memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.

  Ketika ku mohon pada Tuhan sebuah cinta, Tuhan memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong.

  Ketika kumohon bantuan pada Tuhan, Tuhan memberiku kesempatan.

  Aku tak pernah mendapat apa yang kupinta, tetapi aku menerima segala yang kubutuhkan…

Karya ini kupersembahkan untuk Papa, Mama, Amie dan

Merry tersayang…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala bimbingan, dukungan, kekuatan, kasih, dan cintanya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Daya Anti-Inflamasi Produk Jamu “G” pada Mencit Putih Betina” sebagai sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) dan sebagai realisasi kerjasama antara IOT. Sari Sehat - PT. Capung Indah Abadi dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak bantuan, bimbingan dan arahan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. yang telah memberikan kesediaannya sebagai dosen penguji dan memberikan saran, masukan, serta kritik yang membangun.

  4. Bapak Ipang Djunarko yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengalaman kefarmasian selama penulis kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  5. Rm. Sunu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis di saat penulis kebingungan mengolah data.

  6. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Otok dan Mas Yuwono yang telah banyak membantu baik dengan menyediakan hewan uji, menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dan memberi keceriaan selama penulis melakukan penelitian di laboratorium farmakologi dan biokimia.

  7. Segenap dosen, para laboran, petugas sekretariat Fakultas Farmasi dan petugas perpustakaan Kampus Paingan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  8. IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi dan Bu Lis Setyowati yang telah mempercayakan penelitian ini kepada penulis dan tim.

  9. Papa, Mama, Amie dan Merry yang telah giat mengingatkan akan Tuhan, berdoa, serta memberi dukungan dan cinta yang luar biasa kepada penulis.

  10. Rizky Linggasati Nursalim yang telah sabar menemani penulis dan dengan giat memotivasi penulis selama penyusunan naskah skripsi.

  11. Teman-teman di Kost Difa yang telah mewarnai hari-hari penulis selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  12. Th. Avi Hardiani, Caecilia Ratna T.W., Keke Sakti Damayanti, Liza Kartika, Lusia Andhika, Andy Fransiska dan Feri D.S., teman seperjuangan penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, terima kasih atas kerja sama yang diberikan.

  13. Vera Rosiana, Andreas Sudarto dan Mas Surya dkk yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

  14. Ivone Susanto, Erline Yusticia Hinlandou, Maduma Maria S, Sri Widyastuti, Suster Amandine, Hendry K., Rr. Fransiska D.K.W., Fransiska Indah, teman- teman TTC, kelompok praktikum D dan kelas B’04 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan keceriaan bagi penulis selama menempuh kuliah S1.

15. Less but not least, mencit-mencit yang telah berkorban selama penelitian ini, tanpa mereka maka tidak akan ada penelitian ini.

  Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis selalu membuka diri atas masukan, saran, dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini menjadi bagian pengetahuan dan berguna bagi semua.

  Yogyakarta, Juni 2008 Penulis

  

INTISARI

  Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan khasiat anti-radang produk jamu “G” dan untuk mengetahui seberapa besar daya anti-inflamasi yang mampu ditimbulkan oleh produk ini jika dibandingkan dengan kontrol positif natrium diklofenak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

  Pengujian ini dilakukan dengan menginduksi udema pada telapak kaki subyek uji menggunakan karagenin 1%. Aktivitas anti-inflamasi ditunjukkan dengan terjadinya penurunan bobot udema secara signifikan pada kaki yang telah diinduksi dengan karagenin 1%. Subyek uji adalah mencit putih betina galur

  

Swiss , berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Tiga puluh ekor mencit

  dikelompokkan menjadi 6 kelompok. Kelompok I hanya diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1%, kelompok II diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1% dan aquades per oral, kelompok III diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1% dan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB per oral, kelompok IV-VI diberi perlakuan injeksi subplantar karagenin 1% dan hasil saring seduhan produk jamu “G” per oral dengan 3 peringkat dosis yaitu 1,516g/kg BB, 4,58g/kgBB dan 13,65 g/kgBB. Data yang diperoleh berupa bobot udema digunakan untuk menghitung prosentase respon anti-inflamasi berdasarkan metode Langford, Holmes dan Emele (1972). Kemudian data dianalisis dengan

  

One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan

95%.

  Hasil penelitian menunjukkan produk jamu ”G” terbukti mampu menurunkan bobot udema pada peringkat I (dosis 1,516g/kgBB) dan peringkat III (dosis 13,65g/kgBB) tetapi penurunan ini tidak berbeda signifikan terhadap kontrol negatif aquadest sehingga tidak dapat dikatakan memiliki efek anti- inflamasi. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu ”G” pada dosis 1,516g/kgBB (peringkat I), 4,58g/kgBB (peringkat II) dan 13,65g/kgBB (peringkat III) terhadap natrium diklofenak 4,48mg/kgBB ialah sebesar 5,43% , -14,52% dan 7,98%.

  Kata kunci : daya anti-inflamasi, produk jamu “G”.

  

ABSTRACT

  The purpose of this research are to prove the claim of jamu “G” product as an anti-inflammatory agent and to know the anti-inflammatory power by this product.This research is an experimental study with one way statistic of complete randomized design.

  Test of anti-inflammatory effect was performed by inducing oedema on test subject’s paw with subplantar injection of carageenan 1%. The anti- inflammatory activity shows by significantly reduction of paw’s weight on the hint which induced by carageenan 1%. The test subjects were Switzerland white female mice whose age 2-3 months and weight 20-30 grams. Thirty female mice were divided into 6 groups. Group I was only treated by subplantar injection of carageenan 1%, group II were treated by subplantar injection of carageenan 1% and given aquadest orally, group III were treated by subplantar injection of carageenan 1% and given diclofenac sodium 4.48 mgs/kgs BW orally, group IV-

  VI were treated by subplantar injection of carageenan 1% and given filtrate of jamu “G” product decoction which divided in 3 dosage level, 1.516 g/kg BW, 4.58 g/kgBW and 13.65 g/kgBW orally. Obtained data were oedema’s weight used to calculate the percentage of anti-inflammatory effect based on Langford, Holmes and Emele’s method (1972). The data were analyzed statistically by One Way ANOVA (p=0.05) and continued by Scheffe test on 95% confidence level.

  The result proves that jamu ”G” product could reduced the oedema’s weight in 1.516 g/kg BW and 13.65 g/kgBW dosage levels, but this reduction were not significant to negative control group. This fact indicate that this product has no anti-inflammatory effect. Percentage of anti-inflammatory power in 1.516 g/kg BW, 4.58 g/kgBW and 13.65 g/kgBW dosage level are 5.43% , -14.52% dan 7.98%.

  Keywords : anti-inflammatory effect, jamu ”G” product.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii   HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii   HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv   HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v   PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi   PRAKATA ..................................................................................................... vii  

  INTISARI ....................................................................................................... x  

  

ABSTRACT ...................................................................................................... xi  

  DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii   DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi   DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii   DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii  

  BAB I PENGANTAR ................................................................................... 1   A.   Latar Belakang ................................................................................... 1   1.   Perumusan masalah ....................................................................... 3   2.   Keaslian penelitian ........................................................................ 3   3.   Manfaat penelitian ......................................................................... 5  

  B.   Tujuan Penelitian ............................................................................... 6   1.   Tujuan umum ................................................................................ 6   2.   Tujuan khusus ............................................................................... 6  

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 7  

  A.   Obat Tradisional ................................................................................ 7  

  B.   Produk Jamu “G” ............................................................................... 7   1.   Semen Plantaginis dan Herba Plantaginis ................................... 7   2.   Herba Orthosiphonis ..................................................................... 9   3.   Radix Achyranthis bidentatae ....................................................... 9   4.   Rhizoma Imperata ....................................................................... 11   5.   Lysimachiae herba ...................................................................... 12   6.   Herba Desmodii styracifolii ........................................................ 12   7.   Polyporus .................................................................................... 13   8.   Sonchi folium ............................................................................... 14  

  C.   Senyawa Kimia Aktif ....................................................................... 15   1.   Beta-sitosterol ............................................................................. 15   2.   Flavonoid .................................................................................... 16  

  D.   Inflamasi .......................................................................................... 17   1.   Definisi ........................................................................................ 17   2.   Penyebab ..................................................................................... 18   3.   Tanda-tanda ................................................................................. 18   4.   Mekanisme inflamasi .................................................................. 20   5.   Mediator inflamasi ...................................................................... 22  

  E.   Obat Anti-inflamasi ......................................................................... 26  

  F.   Natrium Diklofenak ......................................................................... 28  

  G.   Penyakit Batu Ginjal ........................................................................ 30  

  H.   Metode Uji Aktivitas Anti-inflamasi ............................................... 30  

  1.   In vitro ......................................................................................... 30   2.   In vivo ......................................................................................... 32  

  I.   Landasan Teori ................................................................................ 34   J.   Hipotesis .......................................................................................... 36  

  BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 37   A.   Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 37   B.   Metode Uji Daya Anti-inflamasi ..................................................... 37   C.   Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 37   1.   Variabel ....................................................................................... 37   2.   Definisi operasional .................................................................... 38  

  D.   Subyek Uji dan Bahan Penelitian .................................................... 39   1.   Subyek uji ................................................................................... 39   2.   Bahan penelitian .......................................................................... 39  

  E.   Alat Penelitian .................................................................................. 40  

  F.   Tata Cara Penelitian ......................................................................... 40   1.   Penyiapan hewan uji ................................................................... 40   2.   Perhitungan dan penetapan dosis ................................................ 41   3.   Pembuatan sediaan uji ................................................................. 42   4.   Uji pendahuluan .......................................................................... 45   5.   Pengujian daya anti-inflamasi ..................................................... 46   6.   Perhitungan prosentase respon anti-inflamasi ............................. 47   7.   Perhitungan prosentase daya anti-inflamasi ................................ 47   8.   Analisis hasil ............................................................................... 48  

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 49   A.   Pembuatan Sediaan Uji .................................................................... 49   B.   Uji Pendahuluan ............................................................................... 50   1.   Selang waktu pemotongan kaki setelah penyuntikan karagenin 1% .................................................................................................... 50   2.   Selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB .... 55  

  C.   Uji Daya Anti-inflamasi ................................................................... 59  

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 71   A.   Kesimpulan ...................................................................................... 71   B.   Saran ................................................................................................ 72   DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73   LAMPIRAN ..................................................................................................... 79   BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 107  

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Dosis produk jamu “G” .................................................................... 42   Tabel II. Keseragaman bobot tablet ................................................................ 43   Tabel III. Kelompok perlakuan ........................................................................ 46   Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki . 52   Tabel V. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki .............................................................................. 54  

  Tabel VI. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu ....................................................................... 56  

  Tabel VII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu ...................... 58  

  Tabel VIII. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1% subplantar ......................................................................................... 62   Tabel IX. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit .......... 64   Tabel X. Rata-rata prosentase respon anti-inflamasi dari setiap kelompok perlakuan .......................................................................................... 66   Tabel XI. Rangkuman hasil uji Scheffe data prosentase respon anti-inflamasi 67   Tabel XII. Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu ”G” terhadap kontrol positif natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB ....................................... 68  

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Struktur beta-sitosterol .................................................................... 15   Gambar 2. Struktur umum flavonoid ................................................................. 16   Gambar 3. Struktur Diklofenak ......................................................................... 28   Gambar 4. Skema mekanisme, mediator-mediator yang berasal dari fosfolipid dan titik tangkap kerja obat anti inflamasi ....................................... 29   Gambar 5. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit (

  േ SE) akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki .............................................................................. 52  

  Gambar 6. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit ( േ SE) akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu ................................................. 57  

  Gambar 7. Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit ( േSE) akibat karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan .... 62  

  Gambar 8. Grafik rata-rata prosentase respon anti-inflamasi ( േSE) ................. 66

   

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Surat Pernyataan Komposisi Jamu ................................................... 79   Lampiran 2. Foto Komponen Penyusun dan Serbuk Produk Jamu “G” ............... 80   Lampiran 3. Foto Stok Jamu ................................................................................. 83   Lampiran 4. Foto Hewan Uji Mencit .................................................................... 85   Lampiran 5. Foto Neraca Analitik Mettler Toledo AB 204 .................................. 85   Lampiran 6. Contoh Perhitungan .......................................................................... 86  

  a. Perhitungan uji keseragaman bobot ............................................ 86  

  b.   Perhitungan dosis produk jamu antiradang ................................. 86  

  c.   Perhitungan volume penyuntikan ................................................ 89  

  d.   Perhitungan prosentase respon anti-inflamasi ............................. 89   Lampiran 7. Skema kerja ...................................................................................... 90  

  a.   Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% ................................................................................... 90   b.   Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB ......................................................................................... 91   c.   Kelompok perlakuan ................................................................... 92  

  Lampiran 8. Data Bobot Udema Dari Seluruh Pengujian ..................................... 93  

  a.   Data bobot udema hasil uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% ............................... 93  

  b.   Data bobot udema hasil uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB .................................................. 94   c.   Data bobot udema hasil uji daya anti-inflamasi .......................... 95  

  d.   Prosentase respon anti-inflamasi yang diperoleh dengan pembagi rata-rata udem terinduksi karagenin ................................................ 96   e.   Prosentase respon anti-inflamasi terkoreksi kontrol negatif aquadest ........................................................................................... 97   f.   Prosentase daya anti-inflamasi produk jamu “G” terhadap natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB ................................................................ 98  

  Lampiran 9. Hasil Pengujian Distribusi Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov 99  

  a.   Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% ................................................................................... 99   b.   Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48mg/kgBB ................................................................................... 99  

  c.   Uji daya anti-inflamasi : bobot udema ........................................ 99  

  d.   Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi ....... 100   Lampiran 10. Hasil Uji Homogenitas Variansi ................................................... 100  

  a.   Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% ................................................................................. 100   b.   Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48mg/kgBB ................................................................................. 100  

  c.   Uji daya anti-inflamasi : data bobot udema .............................. 100  

  d.   Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi ....... 100

  Lampiran 11. Hasil Uji One Way Anova ............................................................ 101  

  a.   Uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% ................................................................................. 101   b.   Uji pendahuluan selang waktu pemberian natrium diklofenak 4,48mg/kgBB ................................................................................. 102  

  c.   Uji daya anti-inflamasi : data bobot udema .............................. 103  

  d.   Uji daya anti-inflamasi : prosentase respon anti-inflamasi ....... 105  

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer

  yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Di Cina, obat herbal tradisional mencapai 30 - 50% dari keseluruhan konsumsi obat (Anonim, 2003).

  World Health Organization (WHO) merekomendasi penggunaan obat

  tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (Anonim, 2003). Berdasarkan General

  

Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional

a

  

Medicine (Anonim, 2000 ), obat herbal tradisional memerlukan evaluasi dari sisi

  kualitas, keamanan dan efikasi. Salah satu evaluasi dari sisi efikasi ialah berupa uji efek klinis dan farmakologis.

  Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional sejak dahulu kala. Obat tradisional digunakan sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Budaya bangsa Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan alam, khususnya untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit dilaksanakan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun. Pengalaman tersebut secara turun-temurun dikembangkan dan diwariskan, sehingga obat tradisional dapat dimanfaatkan sampai sekarang sebagai salah satu sarana perawatan kesehatan masyarakat (Soedibyo, 1998).

  Radang merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan dan menurut Sander (2003) radang biasanya ditandai dengan kemerahan (rubor), terasa panas (kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor) dan berkurangnya fungsi organ yang meradang tersebut (functiolesia). Oleh karena itu, radang biasanya memerlukan suatu penanganan misalnya dengan meminum obat anti-radang.

  Menurut Sari (2006)   p enggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern dengan ketentuan jika obat tradisional yang digunakan memenuhi persyaratan tepat bahan tanaman, tepat dosis, tepat waktu penggunaan, tepat cara penggunaan, tanpa penyalahgunaan, tepat dalam hal indikasi serta tepat dalam penelaahan informasi seputar obat tradisional tersebut. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.

  Produk jamu “G” merupakan produk yang dikeluarkan oleh IOT. Sari Sehat - PT. Capung Indah Abadi. Produk ini diklaim mampu mengatasi gejala penyakit batu ginjal. Salah satu gejala pada penyakit ini ialah adanya udema akibat penumpukan cairan dan retensi sodium. Udema merupakan salah satu bentuk radang. Oleh karena itu, anti-radang merupakan salah satu klaim produk ini.

  Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk membuktikan klaim produk jamu “G” sebagai agen anti-inflamasi. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan khasiat produk jamu “G”.

  1. Perumusan masalah a.

  Apakah produk jamu “G” memiliki efek anti-inflamasi? b.

  Seberapa besar prosentase respon anti-inflamasi yang dihasilkan oleh sediaan produk jamu “G”? c.

  Seberapa besar prosentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh sediaan produk jamu “G” terhadap natrium diklofenak? d.

  Pada peringkat dosis berapa produk jamu “G” memberikan daya anti- inflamasi maksimal?

  2. Keaslian penelitian

  Sepanjang penelusuran pustaka di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, penulis belum pernah menemukan adanya penelitian dari fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma yang meneliti tentang daya anti-inflamasi dari kombinasi Semen Plantaginis, Herba Plantaginis, Herba Orthosiphonis, Radix

  

Achyranthis bidentatae, Rhizome Imperatae, Herba Lysimachiae, Herba

Desmodii styracifolii, Polyporus dan Sonchi Folium.

  Adapun penelitian tentang salah satu dari tanaman tersebut yang dianggap oleh peneliti memiliki korelasi dengan penelitian ini ialah tentang adanya pengaruh cara pencucian tempuyung terhadap kadar flavonoid total oleh Hartanto (2001) dan tentang adanya pengaruh umur tanaman tempuyung terhadap kadar flavonoid total oleh Diastuti (2001). Di mana seperti diketahui oleh peneliti bahwa flavonoid merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki aktivitas anti-inflamasi (Duwiejua dan Zeitlin, 1993). Selain itu, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2007) tentang pengaruh infusa kombinasi daun tepuyung (Sonchus arvensis L.) dan daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus Miq.)terhadap kelarutan batu ginjal secara in vitro. Hasil penelitian membuktikan bahwa infusa kombinasi ini menurunkan kelarutan batu ginjal. Akan tetapi infusa

  b daun kumis kucing 10% / mampu meningkatkan kelarutan batu ginjal. v

  Selain penelitian dari lingkup Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis juga menemukan adanya penelitian lain yang meneliti salah satu dari komponen penyusun produk jamu “G” antara lain zhu ling atau Polyporus,

  b

  yang diteliti oleh Wu dkk (1997) (cit., Anonim, 2008 ), mampu mereduksi angka kejadian tumor kantung empedu pada tikus yang terinduksi B-butyl-N-(4-

  

hydroxybutyl) nitrosamine (BBN), diameter tumor dan keganasan tumor. Selain

  itu, penelitian mengenai Polyporus umbellatus yang lain dilakukan oleh Sun dan Yasukawa (2008) menunjukkan bahwa delapan senyawa ecdysteroid memiliki aktivitas anti-inflamasi yang kuat dalam uji inflamasi pada telinga mencit yang terinduksi TPA (1 mug/telinga) dengan nilai ID di antara 0,117-0,682

  50

  muM/telinga. Delapan senyawa ecdysteroid tersebut terdiri dari lima senyawa

  

ecdysteroid yang telah diketahui dan tiga senyawa ergostane baru-tipe ecdysteroid

yang diisolasi dari fraksi etil asetat dari sclerotium Polyporus umbellatus.

  Ma dan Guo (1998) meneliti Radix Achyranthis bidentatae, dan membuktikan bahwa pemberian dekok Radix Achyranthis bidentatae secara per

  

oral selama tujuh hari pada mencit mampu meningkatkan daya ingat dan

  ketahanan mencit secara signifikan. Menurut Matsunaga, Ikeda, Shibuya dan Ohizumi (1994) suatu senyawa baru yang diisolasi dari Imperata cylindrica yaitu Cylindol A, menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap 5-lipoxygenase.

  Penelitian mengenai Desmodium styracifolium dilakukan oleh Hirayama, Wang, Nishi, Ogawa, Ishimatu, Ueda, dkk (1993) membuktikan bahwa Triterpenoid yang diekstrak dari Desmodium styracifolium (Osbeck) Merr mampu menghambat pembentukan batu Ca oxalate pada ginjal tikus dengan meningkatkan ekskresi urine, menurunkan ekskresi kalsium, dan meningkatkan ekskresi sitrat, sehingga dalam penggunaan klinis dapat dimanfaatkan untuk mencegah kekambuhan batu Ca oxalate pada saluran kencing.

3. Manfaat penelitian a.

  Manfaat teoritis.

  Penelitian ini diharapkan dapat mendukung salah satu program WHO (Anonim, 2003) dalam bidang pengembangan obat tradisional di Indonesia.

  b.

  Manfaat praktis.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bukti klaim khasiat produk jamu “G” khususnya kepada perusahaan jamu dan masyarakat pada umumnya.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :

  1. Tujuan umum

  Sebagai upaya pengembangan mutu obat tradisional Indonesia serta mendukung upaya WHO dalam peningkatan penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit.

  2. Tujuan khusus

  Tujuan khusus dari penelitian ini ialah : a. Untuk mengetahui apakah produk jamu “G” memiliki efek anti-inflamasi.

  b. Untuk mengetahui seberapa besar prosentase respon anti-inflamasi yang dihasilkan oleh sediaan produk jamu “G”.

  c. Untuk mengetahui seberapa besar prosentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh produk jamu “G” terhadap natrium diklofenak.

  d. Untuk mengetahui pada peringkat dosis berapa produk jamu “G” memberikan daya anti-inflamasi maksimal.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Menurut PerMenKes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990, obat tradisional

  adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1990).

  Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Klaim khasiat jamu dibuktikan berdasarkan data empiris. Klaim khasiat obat herbal terstandar dibuktikan secara ilmiah atau praklinik. Klaim khasiat fitofarmaka dibuktikan berdasarkan uji klinik (Anonim, 2004).

B. Produk Jamu “G”

  Produk jamu “G” ini berupa serbuk yang merupakan kombinasi dari :

1. Semen Plantaginis dan Herba Plantaginis

  Kedua komponen ini berasal dari tanaman Plantago asiatica L. yang termasuk dalam familia Plantaginaceae (Duke, 1998). Sebutan daerah untuk tanaman ini ialah otot-ototan (Indonesia) (Anonim, 2007), che qian zi (Cina) untuk menyebut Semen Plantaginis dan che qian cao (Cina) untuk menyebut

  Herba Plantaginis (Anonim, 1987).

  Semen Plantaginis berbentuk ellipsoid, agak pipih, dengan panjang

  kurang lebih 2 mm dan lebar 1 mm. Bagian luar berwarna cokelat-kekuningan hingga cokelat tua dengan kerutan halus dan ada lekukan putih-keabu-abuan pada satu sisinya. Biji ini bertekstur keras (Anonim, 2006). Sedangkan tanamannya memiliki daun berbentuk oval dan lebar, tangkai bunga tumbuh setinggi 6-18 inci dengan ujung yang panjang, ramping, meruncing dan terdapat bunga berwarna putih kehijauan (Anonim, 2007). Gambar tanaman ini dapat dilihat di lampiran 2.

  

Semen Plantaginis biasanya digunakan untuk mengatasi edema, disuria, diare,

  radang pada mata, batuk berdahak (Anonim, 2006). Herba Plantaginis bersifat

  

astringent, antitoxic, antimikroba, anti-inflamasi, ekspektoran dan diuretik

(Anonim, 2007).

  Kandungan senyawa kimia yang ada di dalam tanaman ini antara lain 1-

  

oct-3-ol, adenine, arsenic (As), aucubin, beta-sitosterol, beta-sitosterol-palmitat,

  kalsium, carvacrol, choline, copper (Cu), homoplantaginin, linalool, magnesium, mangan, merkuri, n-hentriacontane, plantaginin, asam plantenolik, potasium, sodium, stigmasterol-palmitat, asam suksinat, ursolic-acid, dan zinc. Sedangkan senyawa kimia yang terkandung di dalam bijinya antara lain succinic acid,

  

adenine, choline, plantagomuliliage A, plantagoside, geniposidic acid, plantenolic

acid, beta-sitosterol, b-sitosteryl-3-O-b-D-glucopyranoside, isoquercitrin, vitamin

  B1, vitamin A ( Guo dkk, 1991; Zheng dkk, 1985; Liu dkk, 1993; Shi dkk, 1992;

  b

  Anonim, 1998; cit. , Anonim, 2008 ), aucubin, d-galaktosa, d-galacturonic-acid,

  

d-xylose, lemak, l-arabinose, l-rhamnose, musilago, asam oleat, asam palmitat,

plantasan, asam stearat, magnesium, asam linoleat. Senyawa kimia tersebut yang memiliki aktivitas anti-inflamasi antara lain aucubin, beta-sitosterol, carvacrol, copper, n-hentriacontane, asam oleat, dan ursolic-acid (Duke, 1998).

  2. Herba Orthosiphonis Herba ini berasal dari tanaman Orthosiphon aristatus (BI.) Miq.

  Tanaman ini termasuk dalam familia Lamiaceae (Czygan, Frohne, Hotzel, Nagell, Pfander, Willuhn, dkk, 2001). Kumis kucing memiliki khasiat sebagai diuretika untuk inflamasi kronis atau kambuhan pada pelvis renal, pendarahan pada membran mukosa (catarrh) kantung empedu, catarrh pada ginjal, bakteriuria tanpa gejala yang jelas (Czygan dkk, 2001). Daun kumis kucing merupakan daun tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 mm, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, warna hijau. (Soedibyo, 1998) (lampiran 2).

  Kandungan kimia yang ada pada kumis kucing antara lain 0,02-,0,6% minyak esensial, sesquiterpen, lipophilic flavones, glikosida flavonol, dan turunan

  

caffeic acid (terutama rosmarinic dan 2,3-dicaffeoyltartaric acids), saponin dan

  3% garam potassium (Czygan dkk, 2001). Menurut Duwiejua dan Zeitlin (1993), senyawa sesquiterpen merupakan salah satu golongan senyawa yang memiliki aktivitas anti-inflamasi. Selain itu, menurut Duke (1998) senyawa rosmarinic acid dan caffeic acid juga memiliki aktivitas anti-inflamasi. Rosmarinic acid dan

  caffeic acid termasuk dalam golongan flavonoid (Duwiejua dan Zeitlin, 1993).

  3. Radix Achyranthis bidentatae

  Komponen ini berasal dari tanaman Achyranthes bidentata BLUME yang termasuk dalam familia Amaranthaceae (Duke, 1998). Tanaman ini berasal dari

  a

  daerah Asia Timur, Cina, Jepang dan India (Anonim, 2008 ). Radix Achyranthis

  

bidentatae biasa disebut dengan niu xi (Cina). Akar ini berbentuk silinder, agak

  pipih, biasanya sepanjang 15-30 cm dan dapat mencapai 90 cm, berdiameter 0,4-1 cm. bagian luar berwarna kuning keabu-abuan atau coklat pucat, dengan kerutan longitudinal yang halus dan agak berpilin. Teksturnya keras dan mudah patah, agak manis-pahit dan terasa dingin. Xylem berada ditengah dan relatif besar, berwarna putih kekuningan, bagian luarnya tersebar titik-titik vaskuler yang tersusun dalam 2-3 lingkaran (Anonim, 2006) (lampiran 2).

  Radix Achyranthis bidentatae digunakan untuk mengatasi nyeri, lemas

  pada sendi lutut, amenorrhea dengan adanya pembentukan massa pada abdomen dan pusing yang disebabkan oleh hiperaktivitas pada liver (Anonim, 2006).

  Menurut Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Database (Duke, 1998), kandungan senyawa kimia dalam akar ini antara lain arsenic, beta-sitosterol, beta- sitosterol-glikosida, betaine, kalsium, copper, ecdysterone, GABA, inokosteron, besi, magnesium, mangan, penasteroside-A, potasium suksinat, potasium, potasium-oksalat, sodium, stigmasterol, stigmasterol-glikosida dan zinc.

  b

  Sedangkan berdasarkan Chinese Materia Media (cit., Anonim, 2008 ) Radix

  

Achyranthis bidentatae mengandung asam glukuronat, galaktosa, asam

  galakturonat, arabinose, rhamnoseglycine, asam glutamate, asam aspartat, serine,

  

ecdysterone, inokosterone, rubrosterone, arginin, asam aminoasetat, asparagic

acid, asam aminoglutarat, threonine, prolin, tirosin, triptofan, valin, fenilalanin,

  leusin, oleanolic acid (-L-rhamnopyranosyl-(-D-galactopyranoside)). Dari senyawa kimia tersebut, yang memiliki aktivitas anti-inflamasi antara lain beta- sitosterol, copper, magnesium, oleanolic acid dan stigmasterol (Duke, 1998).

4. Rhizoma Imperata

  Komponen ini merupakan rimpang dari tanaman Imperata cylindrical (L.) Beauv. Tanaman ini termasuk dalam familia Poaceae (Anonim, 2005) (lampiran 2). Alang-alang memiliki khasiat sebagai anti-piretik, diuretika dan hemostatik. Alang-alang biasanya digunakan untuk mengatasi demam, infeksi saluran kemih, kencing nanah, kencing sedikit, mimisan dan muntah darah (Soedibyo, 1998). Pada nefritis kronis, herba alang-alang dapat mengurangi edema (Anonim, 2005).

  Kandungan kimia pada alang-alang ialah arundoin, fernenol,

  

isoarborinol, silindrin, simiarenol, kampesterol, stigmasterol, beta-sitosterol,

  skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaladehida, katekol, asam klorogenat, asam isoklorogenat, asam p-kumarat, asam neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat, asam d-malat, asam sitrat, potasium (0,75% dari berat kering), sejumlah besar kalsium, 5-hidroksitriptamin dan flavonoid (Anonim, 2005). Berdasarkan Dr.

  

Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Database (Duke, 1998) senyawa yang

  memiliki aktivitas anti-inflamasi ialah skopoletin, stigmasterol, beta-sitosterol, asam klorogenat dan asam neo-klorogenat. Senyawa skopoletin (hidroksi- metoksi-kumarin) sangat efektif sebagai unsur anti peradangan dan anti alergi (Donatus, Djunarko dan Noni, 2003). Flavonoid juga berguna sebagai anti- inflamasi (Duwiejua dan Zeitlin, 1993). Menurut Matsunaga, Ikeda, Shibuya dan Ohizumi (1994), suatu senyawa baru yang diisolasi dari Imperata cylindrica yaitu Cylindol A, menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap 5-lipoxygenase.

  5. Lysimachiae herba

  Komponen ini dikenal dengan sebutan jin qian cao berasal dari tanaman

Lysimachia christinae Hence. Tanaman ini termasuk dalam familia Primulaceae.

  Tanaman ini tumbuh hijau sepanjang tahun dengan tinggi 0,3-0,5 m, memiliki bunga berkelamin ganda dan penyerbukan dibantu oleh serangga. Tumbuh di

  a daerah Asia Timur dan Cina (Anonim, 2008 ) (lampiran 2).

  Lysimachiae herba biasa digunakan untuk menangani jaundice tipe

  “damp-heat”, hepatobiliary lithiasis, urolithiasis dan berbagai infeksi. Senyawa kimia yang terkandung dalam herba ini antara lain flavonoid, glikosida, tanin,

  

volatile oil, asam amino, choline, sterol, potasium klorida dan lakton (Anonim,