PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PROD

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 4 No. 3 Juni 2017

ISSN 2355-159

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI
PENDIDIKAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN
INQUIRY TRAINING
Halimatus Sakdiah 1
1

sakdiah_racana@yahoo.com
Dosen STKIP-Muhammadiyah Sungai Penuh Jambi
Abstract

This research is a class action research with research subject of Physics Education Study Program. The purpose of
research is to see the improvement of student learning outcomes and student learning activities using the Inquiry
Training model. The instruments used in this research are student discussion sheet, observation sheet and written test.
The study was conducted with two cycles and each cycle performs planning, execution, observation and reflection. The
result of this research is the instructional model of Inquiry Training can improve the average of learning result and the
average of student learning activity.


Keyword : Learning Model Inquiry Training Learning Outcomes Physics
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting
dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan yang berkualitas diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua
warga negara. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola dengan cara semaksimal
mungkin baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Bagi konstruktivisme, belajar bukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari pendidik kepada anak didik, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan anak didik dalam
membangun pengetahuannya. Proses pembelajaran berarti anak didik bersama pendidik
dalam membentuk pengetahuan, membuat
makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan justifikasi. Menurut prinsipnya,
pendidik berperan sebagai mediator dan fasili-

tator yang membantu agar proses belajar anak
didik berjalan dengan baik.
Dari observasi yang diamati pada program studi (Prodi) Pendidikan Fisika di STKIP-Muhammadiyah Sungai Penuh, terlihat
bahwa mahasiswa sering melakukan remedial

pada pembelajaran Fisika dasar I. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa Prodi Pendidikan
Fisika mengalami kesulitan belajar. Kesulitan
belajar ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya ketidaktertarikan mahasiswa dalam pembelajaran, kejenuhan dalam
perkuliahan, model pembelajaran yang dilakukan dosen monoton dan lain sebagainya.
Melihat permasalahan yang dihadapi, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat memperbaiki masalah yang dihadapi.
Disinilah peran seorang dosen sangat penting,
yaitu dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang paling tepat. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran fisika yaitu model pembelajaran Inq80

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 4 No. 3 Juni 2017
ury Training. Model pembelajaran latihan
meneliti atau inquiry training memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan penelitian secara berulang ulang dan dengan bombingan yang berkelanjutan.
Inquiry adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,
akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Sedangkkan Training sendiri berarti latihan atau pelatihan. Model Inquiri Training
Model dikembangkan oleh Richard Suchman
(1926) merupakan model pembelajaran yang
berguna untuk mengajarkan siswa tentang proses dalam meneliti dan menjelaskan fenomena asing. Model Suchman ini melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan prosedur – prosedur yang digunakan para ahli dalam mengelola pengetahuan yang dimilikinya sehingga
menghasilkan prinsip - prinsip (Joyce,2009).

Latihan penelitian atau inquiry training
bertolak dari kepercayaan bahwa perkembangan seseorang agar mandiri, menuntut metode yang dapat member kemudahan bagi para
mahasiswa untuk melibatkan diri dalam penelitian ilmiah. Umumnya mahasiswa memiliki
rasa ingin tahu karena itu model latihan penelitian ini memperkuat dorongan alami untuk
melakukan eksplorasi, memberikan arah khusus sehingga mereka akan dapat melakukan
eksplorasi itu dengan semangat besar dan dengan penuh kesungguhan. Mahasiswa akan
melakukan penelitian secara mandiri dengan
cara yang berdisiplin. Harapannya mahasiswa
dapat mengumpulkan data dari suatu peristiwa yang terjadi, dan menelitinya dengan cara mengumpulkan dan mengolah data secara
logis (Winataputra, 2005).
Pembelajaran dengan menggunkan model
inquiry training memiliki tujuan utama membuat siswa menjalani suatu proses tentang bagaimana pengetahuan diciptakan. Proses yang

ISSN 2355-159

dijalani dihadapkan pada suatu masalah yang
misterius, belum diketahui tapi menarik. Model ini sangat penting dalam mengembangkan
nilai dan sikap berpikir imliah, seperti (1) keterampilan melakukan pengamatan, (2)kemandirian belajar, (3)keterampilan mengekspresikan sacara verbal, (4) kemampuan berpikir
logis, dan (5) kesadaran bahwa ilmu bersifat
dinamis dan tentatif ( Uno, 2011)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Aulia, A (2012) menyimpulkan bahwa keterampilan meneliti mahasiswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan Inquiry Training pada Matakuliah Praktikum IPA Dasar.
Maka diharapkan dengan menerapkan Inquiry
Training hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika khususnya yang semester II akan
mengalami peningkatan.
Penelitian kali ini Inquiry Training dilakukan sesuai dengan fase – fase yang diajukan oleh Suchman yang dapat dilihat seperti
pada Tebel 1.
Tabel 1 : Fase-Fase Model Pembelajaran
Inquiry Training
Fase Inquiry
Training
Fase I :
Menghadap
kan siswa
pada
Masalah

81

Keterangan
 Menjelaskan

prosedur–
prosedur
penelitian
 Menjelaskan
perbedaan–
perbedaan

Fase II : Pengumpulan
data verifikasi

 Memverifikasi
hakikat objek
dan kondisinya
 Memverifikasi
peristiwa dari
keadaan
permasalahn

Fase III: Pengumpulan
data


 Memisahkan
variabel yang

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 4 No. 3 Juni 2017
eksperimenta
si

relevan.
Menghipotesis
( serta
menguji)
hubungan
kausal

Fase IV : Mengolah,
Memformul
asikan
aturan dan
penjelasan


 Memformulasi
kan aturan dan
penjelasan.

Fase V : Analisis
proses penelitian

 Menganalisis
strategi
penelitian dan
mengembangk
an yang paling
efektip

ISSN 2355-159

Gambar 1. Prosedur PTK Dua Siklus
Model PTK ini sesuai dengan Model
Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis dan Taggart dapat mencakup beberapa siklus, setiap siklus

terdiri dari empat tahap, yakni : perencanaan
(plan), pelaksanaan dan pengamatan (act &
observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, hingga tujuan penelitian dapat dicapai (Sukayati, 2008).
Untuk mengumpulkan data penelitian ini
menggunakan 1) Lembar Diskusi Mahasiswa,
yang digunakan mahasiswa sebagai pedoman
dan petunjuk dalam proses pembelajaran. 2)
Lembar Observasi, yang digunakan dosen sebagai petunjuk menilai aktivitas mahasiswa
selama proses pembelajaran. 3) Tes Tertulis,
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna
menjawab pertanyaan bagaimanakah hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika dengan menerapkan Inquiry Training.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di STKIP-Muhammadiyah Sungai Penuh dengan menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 yang mengontrak mata kuliah Fisika
Dasar II. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran 2016-2017.
Prosedur penelitian dilakukan dengan menggunakan dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas tiga kali pertemuan dengan rincian dua kali (2 x 3 SKS) proses pembelajaran dan 1 kali (1 x 3 SKS) tes. Setiap siklusnya
mengikuti langkah-langkah PTK yang dimulai dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi

dan refleksi yang dapat dilihat pada gambar 1
berikut ini

HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Setelah melakukan tindakan selama dua
kali pertemuan pada siklus satu, selanjutnya
82

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 4 No. 3 Juni 2017
pertemuan ke tiga diberikan tes kepada
mahasiswa terkait dengan materi yang telah
diberikan selama dua kali pertemuan sebelumnya. Adapun hasil dari tes tersebut dapat
dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar
Pada Siklus I
No

Nama
Subyek


Nilai

Keterangan

1

Mahasiswa 1

55

Tidak Tuntas

2

Mahasiswa 2

65

Tidak Tuntas


3

Mahasiswa 3

60

Tidak Tuntas

4

Mahasiswa 4

75

Tuntas

5

Mahasiswa 5

80

Tuntas

6

Mahasiswa 6

80

Tuntas

7

Mahasiswa 7

75

Tuntas

8

Mahasiswa 8

85

575

Rata - Rata

71.87

% Ketuntasan

ng diamati oleh dosen. Dari lembar observasi
dosen, kita dapat melihat aktivitas mahasiswa
selama proses pembelajaran suklus I. Adapun
hasil observasi dosen dapat dilihat pada tabel
2 berikut ini.

Tabel 2. Rekapitulasi Aktivitas
Mahasiswa Pada SIklus I

Tuntas

Jumlah

ISSN 2355-159

62,5 %

Nila
i

Nilai
Maksimu
m

Dala
m%

Bertanya pada
dosen

16

32

50,0

2

Mencari informasi
mandiri

13

32

40,6

3

Melakukan
Percobaan

15

32

46,9

4

Mengumpulkan
data

20

32

62,5

5

Berdiskusi dalam
menganalisis data

13

32

40,6

6

Bertanya jawab
selama diskusi
kelompok

20

32

62,5

N
o

Aktivitas

1

Rata - Rata Aktivitas

Berdasarkan hasil tes pada siklus I yang
tertuang pada table 1, kita dapat melihat bahwa mahasiswa yang belum mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan sebanyak 3
orang sedangkan yang sudah tuntas berjumlah
5 orang. Persentase ketuntasan untuk siklus
satu sudah mencapai 62,5 % dengan nilai rata
-rata sebesar 71,87.
Melihat nilai rata-rata siklus ini hanya
sebesar 71,87 hal ini menunjukkan bahwa rata
-rata nilai mahasiswa ini sendiri belum mencapai nilai ketuntasan yang diharapkan. Untuk
mengetahui penyebab rendahnya rata-rata nilai ini, maka diperhatikan lembar observasi ya-

50,5

Dari tabel 2 di atas kita dapat melihat
ternyata aktivitas mahasiswa selama pembelajaran siklusi I dapat tergolong rendah. Hal ini
dapat dilihat dari indikator bertanya pada dosen hanya 50%, mencari informasi sendiri
40,6%, melakukan percobaan 46,9%, mengumpulkan data 62,5% berdiskusi menganalisis
data 40,6% dan bertanya selama diskusi kelompok 62,5%. Hal ini terlihat ternyata tiap -tiap indikator aktivitas mahasiswa tidak ada yang mencapai 70% dan rata-rata aktivitas mahasiswa hanya mencapai 50,5 %.
83

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 4 No. 3 Juni 2017
Refleksi yang didapatkan dari kegiatan
sikslus I adalah diduga mahasiswa masih belum mengerti dan paham dengan langkah-langkah pembelajaran dan belum berhasil menguasai materi pembelajaran yang diberikan.
Hal ini ditunjukan dari rata-rata hasil belajar
yang rendah dan aktivitas belajar mahasiswa
juga rendah.
Untuk mengatasai masalah yang dihadapi pada siklus I ini, maka selanjutnya dosen
memotivasi dan mengawasi mahasiswa lebih
ketat lagi agar mau melakukan langkah-lang
kah pembelajaran inqury training secara serius. Jika langkah-langkah Inqury Training telah dilaksanakan dengan baik, maka aktivi-tas
belajar mahasiswa akan meningkat. Seiring
dengan peningkatan aktivitas belajar mahasiswa, maka diharapkan hasil bvelajar mahasiswa akan meningkat pula.
Untuk memperbaiki siklus II, dosen selanjutnya meminta siswa untuk meresume
(meringkas) materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan di pertemuan berikutnya. Resume ini akan digunakan sebagai modal awal
bagi mahasiswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya disiklus II. Selain itu guru juga merancang reword (hadiah) dan panismen (hukuman) berupa
poin bagi setiap mahasiswa yang mampu
menjawab atau tidak menjwab pertanyaan dalam diskusi kelompok maupun pertanyaan yang dilontarkan dosen.

ISSN 2355-159

hasil tes pada siklus II dapat dilihat pada tabel
3 berikut ini.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Belajar
Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Subyek
Mahasiswa 1
Mahasiswa 2
Mahasiswa 3
Mahasiswa 4
Mahasiswa 5
Mahasiswa 6
Mahasiswa 7
Mahasiswa 8
Jumlah
Rata - Rata
% Ketuntasan

Nilai
70
75
75
85
90
90
80
80

Keterangan
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
645
80.62
87,5 %

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat ternyata rata-rata hasil belajar mahasiswa mencapai 80,62, artinya nilai rata-rata belajar mahasiswa telah mencapai kriteria ketuntasan
yang telah ditetapkan. Sedangkan persentase
ketuntasan mencapai 87,5 % ini memperlihatkan persentase ketuntasan yang sangat tinggi
mengingat mahasiswa yang tidak tuntas hanya
satu orang.
Untuk menunjang hasil belajar ini selanjutnya dapat dilihat lembar observasi yang
diamati oleh dosen. Lembar observasi masih
menggunakan indikator yang sama, maka hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa pada
siklus II dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Rekapitulasi Aktivitas
Mahasiswa Pada SIklus I

Siklus II
Setelah melakukan dan menganalisis siklus I, selanjutnkembali melakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi untuk siklus II. Setelah melakukan tahapan pembelajaran Inquity Training pada siklus II selama 2 pertemuan, selanjutnya pada pertemuan
ke 3 kembali dilakukan tes untuk mengetahui
ketuntasan hasil belajar mahasiswa. Adapun
84

N
o

Aktivitas

Nilai

Nilai
Maksimum

Dalam
%

1

Bertanya pada
dosen

21

32

65,6

2

Mencari informasi
mandiri

23

32

71,9

3

Melakukan

26

32

81,3

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 4 No. 3 Juni 2017
Percobaan

Belajar

4

Mengumpulkan
data

27

32

84,4

5

Berdiskusi dalam
menganalisis data

23

32

71,9

6

Bertanya jawab
selama diskusi
kelompok

25

32

78,1

Rata - Rata Aktivitas

Dari tabel 5 di atas, kita dapat melihat
pada siklus I rata – rata hasil belajar 71,87 sedangkan pada siklus II 80,62, artinya rata –
rata hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan sebesar 8,75 %. Rata – rata aktivitas
belajar mahasiswa pada siklus I 50,5% sedangkan pada siklus II menjadi 75,5% artinya
aktivitas belajar mahasiswa meningkat sebanyak 25%.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kita dapat mengetahui pada siklus I model
pembelajaran Inquiry Training sudah dilakukan dengana baik, namun belum memberikan
hasil maksimum. Hal ini terlihat dari delapan
mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika ada tiga
mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan. Jika dilihat dari aktivitas belajar terlihat mahasiswa belum mampu melakukan langkah-langkah Inquiry Training. Mahasiswa
masih terbiasa dengan sistem pembelajaran
konvensional, yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Sehingga mahasiswa belum melakukan aktivitas yang merupakan poin penting
dalam model pembelajaran Inquiry Training.
Melihat adanya kekurang maksimal model pembelajaran Inquiry Training pada siklus
II, selanjutnya dirancang proses pembelajaran
yang akan dilakukan pada siklus II dengan
menekankan pada aktivitas belajar mahasiswa. Selain itu juga meminta mahasiswa untuk
membuat resume materi pertemuan berikutnya, sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan awal dalam melaksanakan pembelajaran
berikutnya. Terakhir menjelaskan kepada mahasiswa bahwa dalam pertemuan berikutnya
dosen akan memberikan hadiah dan hukuman
berupa pengurangan poin bagi mahasiswa yang mampu atau tidak mampu menjawab pertanyaan saat berdsikusi.
Dalam pelaksanaan siklus II terlihat
berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat pa-

75,5

Dari tabel 4 di atas, kita dapat melihat
aktivitas mahasiswa bertanya pada dosen
65-,6%, Mencari informasi mandiri 71,9%,
Mela-kukan
percobaan
81,3%,
Mengumpulkan data 84,4%, berdiskusi dan
menganalisis data 71,-9%, Bertanya jawab
selama diskusi kelompok 78,1%. Sedangkan
rata – rata aktivitas belajar mahasiswa sendiri
menjadi 75,5%.
Berdasarkan data yang telah dijabarkan
di atas, maka kita dapat melihat hasil belajar
mahasiswa meningkat begitu pula dengan aktivitas belajar yang dilakukan oleh mahasiswa
tersebut. Jika direfleksikan, maka kita dapat
mengatakan bahwa hasil dan aktivitas belajar
mahasiswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Selanjutnya untuk lebih jelasnya berikut
adalah perbandingan hasil belajar dan aktivitas belajar mahasiswa dari siklus I dan siklus
II untuk lebih jelas bisa diamati pada tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Hasil Dan Aktivitas
Belajar Mahasiswa Siklus I dan Siklus II
N
o

Keterangan

Siklus I

Siklus II

%
Peningkata
n

1

Rata – Rata
Hasil Belajar

71,87

80,62

8,75%

50,5 %

75,5%

25%

2

Rata – Rata
Aktivitas

ISSN 2355-159

85

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 4 No. 3 Juni 2017
da siklus II terdapat peningkatan rata-rata
hasil belajar dan rata-rata aktivitas belajar mahasiswa. Dalam proses pembelajaran sendiri
terlihat mahasiswa lebih bersemangat dalam
melaksanakan setiap langkah-langkah Inquiry
Training. Semangat mahasiswa ini bisa dikarenakan mahasiswa telah mengetahui langkah
-langkah yang harus dilakukan, selain itu mahasiswa juga termotivasi oleh hadiah dan hukuman yang dilakukan oleh dosen.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Training dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dan aktivitas belajar mahasiswa. Hal ini sesuai dengan tujuan
model pembelajaran Inquiry Training yaitu
mengembangkan kemampuan berfikir kritis
mahasiswa secara logis dan sistematis sehingga mahasiswa akan berfikir untuk menemukan jawaban dari segala permasalahan. Dengan memiliki kemampuan berfikir kritis, maka
mahasiswa akan meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa. Ketika aktivitas belajar mahasiswa meningkat maka hasil belajar mahasiswa juga akan meningkat.

ISSN 2355-159

dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimin. 1997. Dasar – Dasar
Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bina
Aksara
Aulia, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training
Untuk Mengembangkan Ketrampilan
Meneliti Mahasiswa. Unnes Science
Education Journal.USEJ1(1)(2012).
Joyce, B. Weil, Marsha & Calhoun E. 2009.
Models Of Teching Model – Model
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sukayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika.
Uno, Hamza B. 2011. Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Winataputra. 2005. Metode Pembelajaran di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas
Terbuka Press.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1.

Model pembelajaran Inquiry
Training dap-at meningkatkan rata-rata
hasil belajar ma-hasiswa Prodi Pendidikan
Fisika.
2.
Model pembelajaran Inquiry
Training dap-at meningkatkan rata – rata
aktivitas bela-jar mahasiswa Prodi
Pendidikan Fisika.
3.
Dalam melakukan proses
pembelajaran do-sen harus mampu
mengarahkan
mahasiswa
agar
meningkatkan aktivitas belajar sehi-ngga
86