PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA PROD edit

PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN
(Studi pada Auditor di KAP Surakarta dan Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta)

Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah metodelogi penelitian
Dosen pengampu : Drs. M. Abdul Aris, M.Si.

Disusun oleh:
EMMA NURMITA SARI
B200110373

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiap-tiap pelaku profesi


mempunyai

tanggung jawab etika

profesi masing-masing. Akuntan juga memiliki tanggung jawab etika
profesi yang harus ia pegang ketika

ia

menjalankan

tugas

profesionalnya. Akuntan atau auditor di dalam menjalankan tugasnya
harus bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak eksternal, dalam
hal ini pemerintah, pemegang saham, kreditor, dan masyarakat.
Profesi akuntan atau auditor di Indonesia pada masa sekarang ini
banyak menghadapi tantangan yang cukup berat. Profesi akuntan dalam
dunia bisnis seringkali dihadapkan pada konflik kepentingan ekonomi dan

politik dan dianggap sudah menyimpang jauh dari nilai-nilai etika.
Etika suatu profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting
dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya pelanggaran etika profesi
di Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis,
dimana selama ini perilaku etis sering di abaikan. Etika menjadi
kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan
tindakan yang menyimpang hukum.
Semua profesi dituntut untuk berperilaku etis yaitu bertindak sesuai
dengan moral dan nilai:nilai yang berlaku.

Kelompok-kelompok

profesional, seperti akuntan, memiliki kode etik perilaku yang disebut
etika profesional. Kode etik tersebut berupaya untuk memastikan
standar kompetensi yang tinggi diantara anggota:anggota kelompok,
mengatur hubungan mereka, dan meningkatkan serta melindungi citra
profesi dan kesejahteraan komunitas profesi (Simamora, 2002: 44).
Penelitian mengenai etika profesi akuntan ini dilakukan karena
dalam melaksanakan pekerjaannya, profesi akuntan tidak terlepas dari
aktivitas bisnis yang


menuntut

mereka

untuk

bekerja

secara

profesional sehingga harus memahami dan menerapkan etika profesinya.
Penelitian ini juga dilakukan kepada mahasiswa

jurusan

akuntansi

karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya terlebih dulu


1

dibekali pengetahuan mengenai etika sehingga kelak bisa bekerja secara
profesional berlandaskan etika profesi.
Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka
terhadap persoalan etika sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana
dia

berada. Lingkungan dunia pendidikan dapat juga mempengaruhi

seseorang berperilaku etis. Pemahaman seorang mahasiswa akuntansi
dalam hal etika sangat diperlukan dan memiliki peranan penting dalam
perkembangan

profesi

akuntansi

di Indonesia. Calon akuntan perlu


diberi pemahaman yang cukup terhadap masalah: masalah etika profesi
yang akan mereka hadapi.
Persepsi perlu diteliti karena sebagai gambaran pemahaman
terhadap etika profesi (Kode Etik Akuntan). Dengan pengetahuan,
pemahaman, kemauan yang lebih untuk menerapkan nilai:nilai moral
dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika
(Ludigdo 1999, dalam Arisetyawan, 2010: 5).
Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut maka menjadi latar
belakang untuk menyusun proposal ini dengan judul “PERSEPSI
AKUNTAN PUBLIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP
ETIKA BISNIS DAN ETIKAPROFESI AKUNTAN”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang melatarbelakangi penelitian ini, permasalahan
yang akan
dibahas dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi tentang etika bisnis diantara akuntan
publik, dan mahasiswa akuntansi ?
2. Apakah ada perbedaan persepsi tentang etika profesi akuntan diantara
akuntan publik, dan mahasiswa akuntansi ?
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai etika
bisnis diantara akuntan publik, dan mahasiswa akuntansi.
2. Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai etika
profesi diantara akuntan publik, dan mahasiswa akuntansi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis.
2

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis, terutama
yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini, serta sebagai
wadah dalam rangka menerapkan teori yang telah dipelajari.
2. Bagi penulis selanjutnya.
Sebagai wahana pembelajaran terutama bagi para mahasiswa
sebagai dasar pembanding dalam rangka melakukan penelitian lebih
lanjut pada bidang kajian ini, serta bagi pihak yang memerlukan
referensi yang terkait dengan isi skripsi ini, baik itu sebagai bahan
bacaan atau sebagai literatur.
II. LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN PERSEPSI DAN ETIKA
Pengertian persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan
proses seseorang mengetahui beberapa hal yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami

setiap informasi tentang lingkungan melalui panca

indra (melihat, mendengar, mencium, menyentuh, dan merasakan).
Pengertian etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tetang hak dan
kewajiban moral (akhlak). Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari
kata “etos”

yang berarti “karakter”.

Nama lain untuk etika adalah

moralitas yang berasal dari Bahasa Latin yaitu dari kata “mores” yang
berati “kebiasaan”. Moralitas berfokus pada perilaku manusia yang
“benar” dan “salah” (Jusup, Al Haryono, 200: 89)
B. PENGERTIAN


AKUNTAN

PUBLIK,

AKUNTANSI
1. Akuntan publik
Akuntan publik disebut juga

DAN

MAHASISWA

akuntan independen karena

merupakan pihak independen yang lingkup fungsinya adalah
melaksankan pemeriksaan atas laporan keuangan suatu organisasi dan
bertanggung jawab kepda publik sekalipun pemberi tugas

audit


adalah organisasi yang diauditnya. Akuntan publik sebagai pihak
3

independen

bertanggung

jawab

melakukan

pemeriksaan

atas

kewajaran laporan keuangan dan membuat pernyataan atas hasil
pemeriksaannya kepada publik
2. Mahasiswa Akuntasi
Mahasiswa akuntansi adalah mahasiswa yang kuliah pada

jurusan akuntasi di suatu universitas atau perguruan tinggi baik negri
maupun swasta.(Chrismastuti, Agnes Advensia).
C. PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN
Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang oleh
sistem politik ekonomi yang kondusif (Keraf, 1998) yang berarti untuk
menciptakan bisnis sebagai sebuah profesi yang etis maka dibutuhkan
prinsip-prinsip etis untuk berbisnis yang merupakan suatu aturan hukum
yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai
sistim pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakkan aturan bisnis
tersebut (Murtanto).
Beberapa prinsip etika bisnis yang dapat diterapkan dalam kegiatan
bisnis adalah sebagai berikut : (Keraf, 1998)
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
bertindakberlandaskan

kesadarannya

sendiri


tentang

apa

yang

dianggap baik untuk diakukan. Orang otonom adalah orang yang sadar
sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis.
Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya, apa
yang diharapkan, tuntutan atau aturan yang berlaku untuk bidang
kegiatannya dan tahu pula mengenai keputusan dan tindakan yang
pantas diambilnya. Orang yang otonom adalah orang yang tahu aturan
dan tuntutan sosial, tetapi bukan orang sekedar mengikuti begitu saja
aturan yang berlaku dalam masyarakat atau mengikuti begitu saja apa
yang dilakukan orang lain. Orang otonom adalah orang yang mampu
mengambil keputusan sendiri dan bertindak berlandaskan keputusan
itu, karena ia sadar bahwa itulah yang baik (dalam situasi konkret
yang dihadapi). Ia bisa berinisiatif, mampu mengambil sikap dan
menemukan hal yang baik, dan tidak sekedar latah.

4

Untuk bertindak secara otonom,

diandaikan ada kebebasan

untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan itu.
Dalam kerangka etika, kebebasan adalah syarat yang harus ada agar
manusia bertindak etis. Hanya karena ia mempunyai kebebasan,
maka ia bisa dituntut untuk bertindak secara etis. Dalam kerangka
bisnis, kegiatan bisnis hanya mungkin dilaksanakan kalau ada
kebebasan.
Seorang pengusaha atau manajer bisa mengembangkan
kegiatan bisnisnya, hanya kalau ada kebebasan untuk itu. Maka dalam
kerangka etika bisnis itu berarti bahwa prinsip otonomi menuntut para
pengusaha dan manajer dihargai kebebasannya dalam mengambil
keputusan apa saja, dan bertindak bedasarkan keputusannya itu.
Dalam kondisi inilah kita bisa mengharapkan bahwa ia akan
menjadi seorang pengusaha atau manajer yang bertindak secara etis.
Namun,kebebasan saja belum menjamin bahwa orang bisa bertindak
secara otonom dan etis. Otonomi mengandaikan juga adanya tanggung
jawab. Pengusaha atau manajer dituntut untuk bertanggung jawab atas
keputusan dan tindakannya, yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
b. Bertanggung jawab kepada orang yang mempercayakan seluruh
kegiatan bisnis dan manajemen itu kepadanya.
c. Bertanggung jawab kepada pihak-pihak
dengannya dalam urusan bisnis.
d. Bersedia untuk mempertanggungjawabkan

yang

terlibat

keputusan

dan

tindakannya kepada pihak ketiga, yaitu masyarakat seluruhnya
yang sacara tidak langsung terkena akibat dari keputusan dan
tindakan binisnya.
2. Prinsip Kejujuran
Aspek kejujuran dalam dunia bisnis :
a. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
b. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang
baik.
c. Kejujuran menyangkut hubungan kerja dalam perusahaan.
3. Prinsip Keadilan

5

Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai
dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai
dilanggar, seperti kita juga mengharapkan agar hak kita dihargai dan
tidak dilanggar.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini berintikan prinsip moral sikap baik kepada orang
lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, dalam bidang apa saja,
kita dituntut untuk besikap baik kapada mereka. Dua bentuk
perwujudan prinsip ini adalah :

pertama, prinsip bersikap baik

menuntut agar secara aktif dan maksimal kita semua berbuat hal yang
baik bagi orang lain; kedua, wujudnya yang minimal dan pasif, sikap
ini menuntut agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain. Secara
maksimal

orang

menguntungkan

bisnis
bagi

dituntut

orang

melakukan

lain

(atau

lebih

kegiatan

yang

tepat,

saling

menguntungkan), tapi kalau situasinya tidak memungkinkan, maka
titik batas yang masih ditoleransi adalah tindakan yang tidak
merugikan pihak lain.
5. Prinsip Integrita Moral
Kita pantas diperlakukan dan memperlakukan diri kita sendiri
sepantasnya tidak boleh memperlakukan orang lain secara tidak adil,
tidak jujur ,dan sebagainya, kitapun berhak memperlakukan diri kita
dan

diperlakukan

secara

baik.

Kita

mempertahankan kehormatan diri kita,

wajib

membela

dan

jika martabat kita sebagai

manusia dilanggar.
Kode Etik Akuntan Indonasia sebagaimana ditetapkan dalam
Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari (Al.
Haryono Yusup, 91-99)
a. Prinsip etika
b. Aturan etika
c. Interpretasi etika
Prinsip-Prinsip Etika Profesi Akutan
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika
sebagai
berikut :

6

a. Tanggung Jawab Profesi
“Dalam melaksanakan
profesional,

tanggung

jawabnya

sebagai

setiap anggota harus senantiasa menggunakan

pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya”.Sebagai profesional, anggota mempunyai peran
penting

dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut,

anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional mereka.
b. Kepentingan Publik
“Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik,
kepercayaan

publik,

dan

menunjukkan

menghormati
komitmen

atas

profesionalisme”.
c. Integritas
“Untuk memlihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setip anggota harus memenuhi tanggung

jawab profesionalnya

dengan integritas”.
d. Obyektivitas
“Setiap anggota harus menjaga obyektifitas dan bebas dari
benturan

kepentingan

dalam

profesionalnya”.

Obyektivitas

memberikan nilai

atas

pemenuhan

kewajiban

adalah suatu kualitas

jasa yang diberikan anggota.

yang
Prinsip

obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas
dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak
lain.
e. Kompetensi dan Kehati- Hatian Profesional
“Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan kehati -hatian, kompetensi

dan ketekunan,

serta

mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan profesional

pada tingkat

yang diperlukan untuk

memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh

7

manfaat

dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan

perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir”.
f. Kerahasiaan
“Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai

atau

mengungkapkan

informasi

tersebut

tanpa

persetujuan, kecuali apabila ada hak atau kewajiban profsional atau
hukum yang mengungkapkannya”.
g. Perilaku Profesional
“Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskusikan profesi”. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku
yang dapat mendikreditkan profesi yang harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima
jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
h. Standar Teknis
“ Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,

anggota

mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas”.
D. PENELITIAN TERDAHULU
Farit dan Suranta (2006) tentang persepsi akuntan, mahasiswa
akuntansi dan karyawan bagian akuntansi dipandang dari segi gender
terhadap etika bisnis dan etika profesi. Hasil temuan dari penelitian ini
adalah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara karyawan
bagian akuntansi pria dengan karyawan bagian akuntansi wanita terhadap
etika profesi..
Setyawardani (2009) tentang persepsi mahasiswa senior dan yunior
terhadap profesi akuntan menghasilkan bahwa

8

terdapat perbedaan

persepsi antara mahasiswa senior dan yunior mengenai akuntan sebagai
profesi.
Margawati (2010) tentang persepsi mahasiswa akuntansi terhadap
etika bisnis dan etika profesi akuntan dipandang dari segi gender. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki persepsi
yang lebih baik dibanding mahasiswi terhadap kode etik profesi.
Aristyawan (2010) tentang analisis persepsi akuntan publik dan
mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik ikatan akuntansi
Indonesia. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa terdapat perbedaan
persepsi mahasiswa akuntansi ppak dan akuntan publik.
Nurlan (2011) tentang perbedaan persepsi antara akuntan dan
mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia
menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan yang
signifikan diantara responden tersebut terhadap kode etik ikatan akuntan
Indonesia
E. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

F. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
penelitian:penelitian terdahulu, maka penelitian ini bermaksud
untuk menguji lebih lanjut apakah memang ada atau tidak ada
perbedaan persepsi tersebut dengan menguji hipotesis berikut ini :
H0 : Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan dan mahasiswa jurusan
akuntansi (calon akuntan) terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi.

9

Ha : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan dan mahasiswa
jurusan akuntansi (calon akuntan) terhadap Etika Bisnis dan Etika
Profesi.

10

III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian

penelitian

ini

merupakan

study

empiris,

artinya

yang diadakan untuk mendapatkan bukti atau fakta:fakta

secara murni dan sebenarnya tentang gejala:gejala atas permasalahan
yang timbul (Husein, 2003: 47).
B. Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah para akuntan (baik akuntan publik,
akuntan manajemen, akuntan pemerintah, maupun akuntan pendidik)
yang berada di kota Surakarta dan mahasiswa Jurusan Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Surakarta (yang terdiri dari mahasiswa
Jurusan Akuntansi Strata 1 )
Profesi Akuntansi dengan kriteria sampel sebagai berikut :
1. Akuntan publik, merupakan akuntan yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik ( KAP) di Surakarta yang telah memiliki
pengalaman audit minimal satu tahun. )
2. Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi yang telah menempuh
mata kuliah Etika Profesi
Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak,
dimana

sampel

dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan

tertentu (Singarimbun, Masri, 1995:155). Data dalam penelitian ini
dikumpulkan

melalui

survei

dengan

mengisi kuesioner

yang

dikirimkan kepada responden
C. Definisi Variabel Penelitian
1. Persepsi.
Definisi persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1995) dalam Ikhsan (2010: 93), sebagai tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa
hal melalui pancaindra. Robbins (2009: 175)

mendefinisikan

persepsi

mengatur

sebagai

proses

11

di

mana

individu

dan

menginterpretasikan

kesan:kesan

sensoris

mereka

guna

memberikan arti bagi lingkungan mereka.
2. Akuntan
Akuntan merupakan profesi yang pemakaiannya dilindungi
oleh peraturan (Undang:undang No. 34 tahun 1945) dan hanya dapat
dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari
perguruan tinggi yang diakui menurut peraturan

serta

telah

terdaftar pada Departemen Keuangan yang dibuktikan pemberian
nomor register.
Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang
mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang
pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada
perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di
pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
3. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Mahasiswa jurusan akuntansi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa jurusan akuntansi strata 1. Mahasiswa yang lulus dari
Jurusan Akuntansi tidak secara otomatis mendapatkan gelar akuntan
(Ak) tetapi harus menempuh program Pendidikan Profesi Akuntansi
(PPAk) untuk mendapatkan gelar akuntan tersebut.
penelitian

Objek

ini didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa

jurusan akuntansi tersebut telah mempunyai pemahaman tentang
prinsip:prinsip etika dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
4. Kode Etik Akuntan
Kode

Etik

Akuntan

adalah

norma

perilaku

yang

mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan
dengan

sejawatnya,

dan

antara

profesi dengan

masyarakat

(Sihwahjoeni dan Gudono, 2000: 170). Konstruksi yang membuat
variabel penelitian diambil dari delapan prinsip:prinsip etika
dalam Kode Etik Akuntan yang ditetapkan pada Kongres Ikatan
Akuntan Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 yaitu tanggung jawab

12

profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi
dan kehati:hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional,
dan standar teknis yang berlaku bagi seluruh anggota Ikatan Akuntan
Indonesia.
Skala

yang

digunakan

dalam

penyusunan

kuesioner

penelitian ini adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena social (Sugiyono, 2003: 86).
D. Metode Analisis Data
1. Pengujian validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan

pada

kuesioner mampu

untuk

mengungkapkan

sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas ingin
mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat
betul-betul

dapat

mengukur

apa

yang

(Ghozali, Imam, 2002: 135).
Dalam uji validitas digunakan

hendak

perhitungan

kita

ukur

koefisien

korelasi Product Moment Pearson, atau koefiisien korelasi Pearson
(Azwar, Saifuddin, 1997: 40).
Rumus :
r=
Keterangan:
r
= Korelasi
n
= Jumlah sampel / jumlah responden
∑X = Jumlah skor pertanyaan
∑Y = Jumlah skor total sampel
∑XY = Jumlah perkalian antara skor pertanyaan dengan skor total
Kriteria pengujian validitas penelitian :
a. Apabila nilai r mendekati 0, maka kuesioner tersebut kurang
valid
b. Apabila nilai r mendekati 1 atau -1, maka kuesioner tersebut
sangat valid

13

c. Apabila nilai r di tengah, kurang lebih antara 1 dan -1,
maka kuesioner tersebut sedang.
2. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan
yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran

ulang

pada

kelompok ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur
yang sama.
Cara menghitung tingkat realibilitas suatu data yaitu
menggunakan rumus Crobach’s Alpha (Azwar, Saifuddin, 1997: 45).
Rumus :

α=

K⋅r
1+ ( K −1 ) r

Keterangan :
K : Jumlah item valid
r : rata-rata korelasi antar item
α : koefisien realibilitas
Kriteria pengujian validitas penelitian :
a.

Apabila nilai α mendekati 0, maka kuesioner tersebut kurang

b.

valid
Apabila nilai α mendekati 1 atau -1, maka kuesioner tersebut

c.

sangat valid
Apabila nilai α di tengah, kurang lebih antara 1 dan -1,
maka kuesioner tersebut sedang.

3. Pengujian Asumsi
Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengujian asumsi yang
berhubungan dengan

model

yang

akan

digunakan

dalam

pengujian hipotesis. Uji asumsi ini meliputi uji normalitas
sebaran dan uji homogenitas varians. Pengujian ini dilakukan
sesuai dengan model analisis yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis
mensyaratkan

data

yaitu Independent

Sample

T-test yang

terdistibusi normal dan varian kelompok

homogen.
a. Uji Normalitas
14

Pengujian
mengetahui

normalitas

bahwa

sebaran

dilakukan

untuk

data yang dianalisis memenuhi kriteria

sebaran normal (distribusi normal). Uji normalitas sebaran data
dalam

penelitian

ini

menggunakan Metode Statistical

Packages for Social Science (SPSS) Kolmogrov-Smirnov
Goodness of Fit Test.
b. Uji Homogenitas
Uji

asumsi

homogenitas

varians

antar

kelompok

ditujukan untuk mengetahui bahwa masing-masing kelompok
sampel

berasal

dari

populasi

yang sama dan varian dari

masing-masing kelompok adalah homogen (Ghozali, Imam: 28)
Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan
Metode Statistical Packages for Social Science (SPSS) Test of
Homogenity of Variances.
4. Pengujian Hipotesis
Untuk

menganalis

hipotesis

menggunakan Independent Sample
membandingkan

rata-rata

dari

pada
T-test,

dua

penelitian
karena

grup

yang

ini
untuk
tidak

berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua kelompok
tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau tidak secara
signifikan.
Cara melakukan uji t adalah :
a. Apabila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih,
dan

derajat kepercayaan

5

%,

maka

Ho

ditolak

atau

menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu
variabel independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen.
b. Apabila nilai t hitung lebih tinggi dibandingkan t tabel,
maka hipotesis alternatif diterima.

15

IV.

Daftar Pustaka
Ariestyawan, Ronal. 2010. “ Analisis Persepsi Akuntan Publik Dan
Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi
Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia”. http://www.eprints
.undip.ac.id/22540/1/Ronald_Aristyawan.pdf
Indriana, Farit dan Sri Suranta. 2006. “Persepsi Akuntan, Mahasiswa
Akuntansi, Dan Karyawan Bagian
Akuntansi Dipandang Dari Segi Gender Terhadap Etika Bisnis Dan Etika
Profesi” http://www.etd.eprints.ums.ac.id/17264/23/08_
Margawati, Retiana. 2010 “ Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika
Bisnis Dan Etika Profesi Akuntan
Dipandang
Dari
Segi
Gender”.
http://www.etd.eprints.ums.ac.id/7586/1/B20006.
Muhamad, Rifqi. 2008. ” Persepsi Akuntan Dan Mahasiswa Yogyakarta
Terhadap Etika Bisnis”. http://www.
isjd.pdii.lipi.go.id/…/61085974.pdf.
Nurlan, Andi Basse. 2011. “ Persepsi Akuntan Dan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia”. http://www.repository,unhas.ac.ide/bitstean/ha.
Prajitno, Sugiarto. 2006. “Persepsi Akuntan Publikakuntan Perusahaandan
Akuntan Pendidik Terhadap Eti -ka Bisnis Dan Etika Profesi
Akuntan”. http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/.../161063141.pdf.

16