Hukum dan Teknologi : Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik (E-Commerce) - Test Repository

  K r i s t a Y i t a w a t i , S . H . , M . H u m . A n i k T r i H a r y a n i , S . H . , M . H u m . S i g i t S a p t o N u g r o h o , S . H . , M . H u m . H U K U M D A N T E K N O L O G I Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik (E-Commerce) Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Krista Yitawati, S.H., M.Hum., et.al.

  Hukum dan Teknologi; Krista Yitawati, S.H., M.Hum., et.al.; Editor: Farkhani, S.H., S.HI., M.H.; Solo: Pustaka Iltizam; 2017

  168 hlm.; 23 cm

  ISBN : 978-602-7668-80-5

  

H U K U M D A N T E K N O L O G I

Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik (E-Commerce)

  

Penulis:

Krista Yitawati, S.H., M.Hum.

  

Anik Tri Haryani, S.H., M.Hum.

Sigit Sapto Nugroho, S.H., M.Hum.

  

Editor:

Farkhani, S.H., S.HI., M.H.

Tata Letak:

  

Taufiqurrohman

Cover:

naka_abee

  

Cetakan I : Februari 2017

Diterbitkan Oleh :

Perum Gumpang Baru

Jl. Kresna No. 1, Gumpang, Kartasura, Solo.

  

Phone : 0271-7652680, HP. 081548542512

Email : p_iltizam@yahoo.com

  

K A T A P E N G A N T A R

  Bismillahirrohmanirrohiim Assalamu’alaikum. wr. wb Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi penulis merasa berbahagia atas terwujudnya buku kolaborasi dengan tema besar perkembangan hukum dan teknologi di Indonesia. Terdorong keinginan oleh niat yang tulus dan ikhlas guna memperkaya khazanah keilmuan, khususnya ilmu hukum bagi para mahasiswa dan masyara- kat pembaca untuk memahami dan memperdalam tentang hukum yang bersinggungan dengan teknologi dalam hal ini khususnya ten- tang jual beli lewat dunia maya (e-commerce).

  Dewasa ini, globalisasi di era pasca millenium semakin mem- buat dunia menciut dalam artian maknawi. Jarak dan ruang yang dahulu menjadi salah satu kendala dalam hubungan antar manusia dapat diterabas oleh kemajuan dan kecanggihan teknologi informa- tika. Kecanggihan teknologi informatika mampu membuat akselerasi perkembangan sisi-sisi kehidupan manusia ikut berkembang cepat pula. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan di bidang ekonomi dan perdagangan atau bisnis yang dilakukan oleh masyarakat, yakni antar pelaku usaha maupun antara pelaku usaha dan konsumen tum- buh dan berkembang dengan pesat, konsekuensi dari perkembangan tersebut adalah semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh pihak- pihak yang berkepentingan. Transaksi perdagangan manual yang mengharuskan penjual dan pembeli berhadapan face to face, dilang- kahi hanya dengan melihat layar mini dan memencet tombol-tombol kecil dalam genggaman tangan.

  Model perdagangan yang berbeda ini (e-commerce) disamping membawa keuntungan, sudah pastinya ada pula keburukan yang muncul akibat kesalahan teknis dalam penggunaan teknologi atau kerusakan softwarenya, bisa pula karena tidak sengaja dan kesenga- jaan manusia pebisnisnya (human error). Untuk mengantisipasi hal-hal buruk dalam transaksi e-commerce, maka mengerti tentang hukum dan teknologi, terutama dengan mekanisme dan perlindungan hu- kumnya menjadi penting bagi para pebisnis. Untuk kepentingan itulah buku ini hadir, memberikan wacana dan pemahaman agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan aman.

  Atas tersusunnya buku ini penulis tak lupa menghaturkan uca- pan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Setiahadi, MP selaku Rektor Universitas Merdeka Madiun yang terus memberikan dorongan semangat kepada penulis untuk dapat eksis dalam kajian-kajian ilmiah dan penulisan buku. Bapak Moch. Juli Pud- jiono, SH, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun yang memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis. Para rekan-rekan sejawat di Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun yang selalu memberikan support, saran dan kritik yang sangat berhar- ga bagi penulis.

  Penulis menyadari sebagaimana pepatah kata “tiada gading yang tak retak” kiranya pembaca menemui hal yang kurang sempurna ten- tunya saran kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya dengan rasa kerendahan hati, semoga buku ini bermanfaat.

  Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.

  Madiun, Desember 2016 Penulis

  

D A F T A R I S I

KATA PENGANTAR ........................................................................................3

DAFTAR ISI ....................................................................................................5

B A B I PENDAHULUAN .............................................................................7

  A. Perkembangan Bisnis dan Teknologi Informasi ................................. 7

  B. Perikatan yang Dilahirkan dari Kontrak Elektronik .........................13

  

BAB II KEABSAHAN KONTRAK DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK ..... 23

A. Bentuk Kontrak Melalui Transaksi Elektronik ....................................23 B. Proses Pelaksanaan Kontrak Melalui Transaksi Elektronik. ..........37 C. Keabsahan Kontrak dalam Transaksi Elektronik .............................44 BAB III KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM KONTRAK TRANSAKSI ELEKTRONIK ................................................................................ 53 A. Hukum Pembuktian di Indonesia .........................................................53

B. Kekuatan Pembuktian dalam Kontrak Transaksi Komersial

Elektronik .......................................................................................................58

C. Kedudukan Para Pihak dalam Kontrak Melalui Transaksi

Elektronik .......................................................................................................65 BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI TRANSAKSI ELEKTRONIK ................................................................................ 70 A. E-commerce Sebagai Alternatif Perjanjian Jual Beli ........................70

B. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Transaksi

Elektronik .......................................................................................................72 C. Bentuk Perjanjian dalam Perjanjian Jual Beli melalui Transaksi Elektronik .......................................................................................................76 D. Hambatan-hambatan dan Cara Mengatasi hambatan dalam Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik. .................................................78

  BAB V PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI TRANSAKSI ELEKTRONIK .......................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90

LAMPIRAN ................................................................................................. 94

TENTANG PENULIS ................................................................................... 165

  

B A B I

P E N D A H U L U A N

A. Perkembangan Bisnis dan Teknologi Informasi

  Teknologi diciptakan berkembang seiring dengan kebutuhan ma- nusia untuk memudahkan hidup dari sebelumnya. Kegiatan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk saling berkomunikasi, untuk pe- nyebaran dan pencarian data, untuk kegiatan belajar mengajar, untuk memberi pelayanan serta dapat dimanfaatkan untuk melakukan tran- saksi bisnis. Manusia selalu memperoleh perangkat atau perlengkapan baru ketika muncul kebutuhan atau sarana-sarana tersebut sepanjang perangkat tersebut dapat disediakan. Dalam kenyataannya, sejarah umat manusia sering pula dikatakan sebagai sejarah perkembangan 1 peralatan atau sejarah perkembangan teknologi.”

  Teknologi informasi telah mengubah cara-cara bertransaksi dan membuka peluang-peluang baru dalam melakukan transaksi bisnis. Disamping itu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan tatanan sosial, ekonomi dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, 2 sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.

  Secara fungsional, teknologi informasi dalam suatu teknologi digi- tal tertentu, memungkinkan penghematan waktu dan ruang (efisiensi) dan kenyamanan (atau bahkan hiburan) bagi penggunanya.

  Melalui perangkat jaringan komputer yang menggunakan basis data otomatis, akses ke berbagai informasi dapat ditingkatkan, sehing- ga segala sesuatu akan berada pada ujung jari pengguna yang me-

  

1 Assafa Endeshaw, 2007, Hukum E Commerce Dan Internet Dengan Fokus Di Asia Pasifik, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, hal. 3

  

2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Beserta Penjelasannya, Kesindo Utama, Surabaya, 2008, hal. 30 miliki peralatan yang diperlukan (telepon dan modem). Akan tetapi, peningkatan ketergantungan pada teknologi yang diakibatkan oleh kompetisi yang tidak terkendali untuk melakukan inovasi dan tidak mau kalah dari yang lain, telah melipatgandakan pembeberan de- partemen pemerintahan dan bisnis pada resiko potensial berupa ke- 3 bocoran keamanan informasi.

  Hal ini menimbulkan kerentanan terhadap akses yang tidak sah pada informasi yaitu melalui pencurian, penyadapan, pembajakan, atau penyalahgunaan telah menjadi ancaman yang nyata. Berbagai permasalahan yang dimunculkan oleh teknologi informasi dan harus dihadapi oleh hukum, semestinya telah cukup luas dan dapat diduga.

  Salah satu hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini antara lain adalah teknologi dunia maya yang dikenal dengan istilah internet. Pertumbuhan pengguna internet yang sedemikian pesatnya merupakan suatu kenyataan yang membuat internet menjadi salah satu media yang efektif bagi pelaku usaha untuk memperkenalkan dan menjual barang atau jasa ke calon konsumen ke seluruh dunia.

  Internet mempelopori tumbuhnya transaksi perdagangan de- ngan menggunakan sarana elektronik atau yang kemudian disebut dengan electronic commerce (Transaksi Elektronik), atau yang biasa disebut dengan e-commerce. E-commerce merupakan model bisnis modern yang non-face (tidak menghadirkan pelaku bisnis secara fisik) dan non-sign (tidak memakai tanda tangan asli) dan lebih praktis tanpa 4 kertas (paperless). Lazimnya dalam perdagangan konvensional, para pihak harus bertemu secara langsung apabila akan menjalankan suatu transaksi perdagangan, tetapi dalam E-commerce konsep ini berubah menjadi telemarketing yaitu perdagangan jarak jauh dengan meng- gunakan internet.

  Pada dasarnya transaksi jual beli e-commerce juga merupakan kon- trak jual beli yang sama dengan jual beli konvensional yang biasa di- lakukan oleh masyarakat. Perbedaannya hanya pada media yang digu- nakan adalah media elektronik yaitu internet, sehingga kesepa-katan ataupun kontrak yang tercipta adalah melalui online. Kontrak jual beli online, hampir sama dengan kontrak jual beli pada umumnya yang

  3 Assafa Endeshaw, Op. Cit, hal. 10.

  4 Ibid,hal. 4. terdiri dari penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pi- hak lain. Melalui e-commerce, semua formalitas yang biasa digunakan dalam transaksi perdagangan konvensional dikurangi, disamping itu tentunya konsumen memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan membandingkan informasi setiap barang dan jasa secara leluasa tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

  Hilangnya batas dunia yang memungkinkan seseorang berkomu- nikasi dengan orang lain secara efisien dan efektif ini secara langsung mengubah cara perusahaan melakukan bisnis dengan perusahaan lain atau dengan konsumen. Menurut Richardus Eko Indrajit, yang mengu- tip pendapat Peter Fingar, mengungkapkan bahwa :

  Pada prinsipnya e-commerce menyediakan infrastruktur bagi peru- sahaan untuk melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju ling- kungan eksternal tanpa harus menghadapi rintangan waktu dan ruang (time and space) yang selama ini menjadi isu utama. Peluang untuk membangun jaringan dengan berbagai institusi lain harus dimanfaat- kan, karena dewasa ini persaingan sesungguhya terletak bagaimana sebuah perusahaan dapat memanfaatkan e-commerce untuk mening- 5 katkan kinerja dalam bisnis inti yang digelutinya.

  Transaksi perdagangan melalui sistem elektronik khususnya melalui internet (e-commerce) selain menjanjikan sejumlah keuntu- ngan, tetapi pada saat yang sama juga berpotensi terdapat sejumlah kerugian. Munculnya bentuk penyelewengan-penyelewengan yang cenderung merugikan konsumen dan menimbulkan berbagai per- masalahan hukum dalam melakukan transaksi e-commerce. Masalah hukum yang menyangkut perlindungan hukum terhadap konsumen semakin mendesak dalam hal seorang konsumen melakukan tran- saksi e-commerce dengan merchant dalam satu negara atau berlainan negara. Dalam jual beli melalui internet, masalah yang sering dihadapi konsumen adalah meliputi sikap pelaku usaha yang bertindak curang pada saat perjanjian jual beli dilakukan, seperti ketidakjelasan isi dari kontrak standar, produk cacat (defective product), dan ketidakpuasan atas jasa yang ditawarkan (unsatisfactory services), iklan yang menye- satkan, serta permasalahan layanan purna jual. Secara garis besar, per-

5 Zulfi Chairi, 2006, Aspek Hukum Perjanjian Jual Beli Melalui Internet, USU Repository ©,http:// library.usu.ac.id, hal.2, Diakses tanggal 5 Desember 2016.

  masalahan yang timbul berkenaan dengan hak-hak konsumen, antara lain sebagai berikut :

  1. Konsumen tidak dapat langsung mengklasifikasi, melihat atau menyentuh barang yang akan dipesan.

  2. Ketidakjelasan informasi tentang produk (barang dan jasa) yang ditawarkan dan/atau tidak ada kepastian apakah konsumen telah memperoleh berbagai informasi yang layak diketahui atau yang sepatutnya dibutuhkan untuk mengambil suatu keputusan dalam bertransaksi.

  3. Tidak jelasnya status subyek hukum dari si pelaku usaha.

  4. Tidak ada jaminan keamanan bertransaksi dan privasi serta penjelasan terhadap resiko-resiko yang berkenaan dengan sistem yang digunakan, khususnya dalam hal pembayaran secara elek- tronik baik dengan credit card maupun elektronic cash.

  5. Pembebanan resiko yang tidak berimbang, karena umumnya ter- hadap jual beli di internet, pembayaran telah lunas dilakukan di muka oleh si konsumen, sedangkan barang belum tentu diterima atau akan menyusul kemudian karena jaminan yang ada adalah jaminan pengiriman barang bukan jaminan penerimaan barang.

  6. Transaksi yang bersifat lintas batas negara (borderless) menimbul- kan pertanyaan mengenai yurisdiksi hukum negara mana yang sepatutnya diberlakukan. 6 Pelaksanaan jual beli melalui transaksi elektronik kini dalam prak- teknya menimbulkan beberapa permasalahan, misalnya pembeli yang seharusnya bertanggung jawab untuk membayar sejumlah harga dari produk atau jasa yang dibelinya, tapi tidak melakukan pembayaran. Bagi para pihak yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dapat digugat oleh pihak yang merasa dirugikan untuk mendapatkan ganti rugi. 7

6 Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 312.

7 Lia Sautunnida, 2008, Jual Beli Melalui Informasi elektronik (E-commerce) Kajian Menurut Buku

  III KUH Perdata dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Fakultas Hukum Uni- versitas Syiah Kuala,hal. 1. Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya per- janjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para 8 pihak yang membuatnya.

  Jika melihat salah satu syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu adanya kecakapan maka akan menjadi permasala- han jika pihak dalam jual beli melalui informasi elektronik adalah anak di bawah umur, hal ini mungkin terjadi karena untuk mencari identi- tas yang benar melalui transaksi elektronik tidak mudah, juga apabila melihat unsur yang lain seperti terjadinya kesepakatan menjadi per- timbangan untuk menentukan relevansi penerapan asas – asas hukum yang selama ini berlaku dalam dunia informasi elektronik.

  Pemanfaatan media e-commerce dalam dunia perdagangan san- gat membawa dampak pada masyarakat internasional pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Bagi masyarakat Indonesia hal ini terkait masalah hukum yang sangat penting. Pentingnya perma- salahan hukum di bidang e-commerce adalah terutama dalam mem- berikan perlindungan terhadap para pihak yang melakukan transaksi 9 melalui informasi elektronik.

  Mengingat pentingnya hal tersebut maka Indonesia pada tahun

2008 lalu mengeluarkan peraturan khusus yang mengatur transaksi

melalui informasi elektronik yaitu Undang-Undang Nomor 11 tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang untuk selanjut-

nya disingkat UU ITE, yang pada tahun 2016 mengalami perubahan

dengan pertimbangan untuk menjamin pengakuan serta penghor-

  matan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntu- tan yang adil sesuai dengan pertimbangan keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang demokratis , untuk itu dikeluar-

  

kan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas

  Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

  

8 Suharnoko,2004, Hukum Perjanjian (Teori dan Analisa Kasus) Prenada Media, Jakarta, hal. 1.

  

9 Ahmad M.Ramli, 2000, Perlindungan Hukum Dalam Transaksi E-commerce, Jurnal Hukum Bis-

nis, hal. 14.

  Menurut ketentuan Pasal 1 butir 2 UUITE, disebutkan bahwa tran- saksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainnya. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan salah satu per- wujudan ketentuan tersebut. Selanjutnya menyangkut penyelesaian hukum jika terjadi sengketa antara para pihak yang melakukan jual beli melalui transaksi elektronik tersebut. Persoalan tersebut akan menjadi semakin rumit, jika para pihak berada dalam wilayah negara yang ber- beda, menganut sistem hukum yang berbeda pula.

  Hal ini bisa terjadi, karena informasi elektronik merupakan dunia maya yang tidak mengenal batas – batas kenegaraan dan dapat di akses dari berbagai belahan dunia manapun selama masih terdapat jaringan ekonomi elektronik. Kontrak elektronik dalam transaksi elek- tronik, harus memiliki kekuatan hukum yang sama dengan kontrak konvensional. Oleh karena itu, kontrak elektronik harus juga mengikat para pihak sebagaimana Pasal 18 ayat (1) UU ITE menyebutkan bahwa “transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak”.

  Berdasarkan UU ITE, dikemukakan bahwa dokumen elektronik dan tandatangan digital (digital signature) tidak berlaku untuk pem- buatan dan pelaksanaan surat wasiat, surat-surat berharga selain sa- ham yang diperdagangkan di bursa efek, perjanjian yang berkaitan dengan barang tidak bergerak, dokumen-dokumen lain yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku mengharuskan adanya pengesahan notaris atau pejabat yang berwenang. Ketentuan ini me- ngandung arti bahwa ada akta-akta otentik tertentu yang tidak dapat dibuat dalam bentuk elektronis.

  Pengakuan kontrak elektronik sebagai suatu bentuk perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Indone- sia masih merupakan permasalahan yang pelik. Pasal 1313 KUH Per- data mengenai definisi perjanjian memang tidak menentukan bahwa suatu perjanjian harus dibuat secara tertulis.

  Pasal 1313 KUH Perdata hanya menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengi- katkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Jika mengacu pada definisi ini maka suatu kontrak elektronik dapat dianggap sebagai suatu bentuk perjanjian yang memenuhi ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata tersebut. Namun pada prakteknya suatu perjanjian biasanya ditafsirkan sebagai perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tertulis (paper-based) dan bila perlu dituangkan dalam bentuk akta notaris.

  Selanjutnya, mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata, suatu per- janjian barulah sah jika memenuhi syarat subyektif (ada kesepakatan antar para pihak dan para pihak cakap untuk membuat perjanjian) dan syarat obyekif (obyek perjanjian harus jelas dan perjanjian dilakukan karena alasan yang halal). Dalam transaksi konvensional di mana para pihak saling bertemu, tidak sulit untuk melihat apakah perjanjian yang dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut. Permasalahan timbul dalam hal transaksi dilakukan tanpa adanya pertemuan antar para pihak. Di samping itu, transaksi komersial elektronik sangat bergantung pada kepercayaan di antara para pihak.Ini terjadi karena dalam transaksi komersial elektronik para pihak tidak melakukan interaksi secara fisik. Karena itu masalah pembuktian jika terjadi sengketa menjadi hal yang sangat penting.

  Dalam hukum acara perdata Indonesia dikenal ada lima macam alat bukti di mana surat/bukti tulisan diletakkan pada urutan pertama. Yang dimaksud dengan surat di sini adalah surat yang ditandatangani dan berisi perbuatan hukum. Sedangkan surat yang dapat menjadi alat bukti yang kuat adalah surat yang dibuat oleh atau dihadapan notaris (akta otentik). Dari sini timbul permasalahan mengenai kekuatan pem- buktian kontrak elektronik jika terjadi sengketa antara para pihak.

B. Perikatan yang Dilahirkan dari Kontrak Elektronik

  Hukum Indonesia mengatur perjanjian secara umum di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Buku III Bab ke dua ten- tang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian.

  Sedangkan untuk perjanjian yang lebih khusus diatur dalam bab V sampai dengan Bab XVIII. Perjanjian akan menimbulkan suatu perika- tan yang dalam kehidupan sehari-hari sering diwujudkan dengan janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Hubungan hukum dalam perjanjian bukanlah hubungan hukum yang dilakukan oleh pi- hak-pihak yang berkeinginan untuk menimbulkan hubungan hukum 10 tersebut.

10 Edmon Makarim, Op-Cit, hal. 216.

  Mengenai transaksi umumnya orang akan mengatakan bahwa hal

tersebut adalah perjanjian jual beli antar para pihak yang bersepakat

untuk itu. Dalam lingkup hukum, sebenarnya istilah transaksi adalah

keberadaan suatu perikatan ataupun hubungan hukum yang terjadi

antara para pihak. Jadi jika berbicara mengenai transaksi sebenarnya

adalah berbicara tentang aspek materiil dari hubungan hukum yang

disepakati oleh para pihak (Pasal 1320 jo Pasal 1338 KUH Perdata), se-

hingga sepatutnya bukan berbicara mengenai perbuatan hukumnya

secara formil, kecuali untuk melakukan hubungan hukum yang me-

nyangkut benda tidak bergerak. Sepanjang mengenai benda tidak

bergerak, maka hukum akan mengatur mengenai perbuatan hukum-

nya itu sendiri yakni harus dilakukan secara terang dan tunai.

  Oleh karena itu, keberadaan ketentuan-ketentuan hukum menge-

nai perikatan sebenarnya tetap valid karena ia akan mencakup semua

media yang digunakan untuk melakukan transaksi itu sendiri. Namun

dalam prakteknya seringkali disalahpahami oleh masyarakat bahwa

yang namanya “t ransaksi” dagang harus dilakukan secara “hitam diatas

putih” atau dikatakan diatas kertas dan harus bertanda tangan serta

bermaterai. Padahal hal tersebut sebenarnya adalah dimaksudkan

agar ia lebih mempunyai nilai kekuatan pembuktian, jadi fokusnya bu-

kanlah formil kesepakatannya, melainkan materiil hubungan hukum-

nya itu sendiri.

  Transaksi dengan menggunakan media elektronik (online contract) sebenarnya adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang dilaku- kan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari sistem informasi berbasis komputer dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan jasa telekomunikasi, yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan computer global informasi elek- tronik. Oleh karena itu, syarat sahnya perjanjian juga akan tergantung kepada esensi dari sistem elektronik itu sendiri. Sehingga perjanjian dapat dikatakan sah apabila dapat dijamin bahwa komponen dalam sistem elektronik itu dapat dipercaya dan/atau berjalan sebagaimana mestinya.

1. Tinjauan Tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

  Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenk- omst (Belanda) yang diterjemahkan dengan persetujuan/perjan- 11 jian.

  Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirin- ya terhadap satu orang atau lebih.” Perikatan dan perjanjian merupakan dua hal yang berbeda.

  Perikatan adalah suatu istilah atau pernyataan yang bersifat ab- strak yang menunjuk pada hubungan hukum harta kekayan an- tara dua orang atau lebih, di mana hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban kepada salah satu pihak yang terlibat dalam hubungan hukum tersebut.

  Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian: suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada suatu pihak untuk mem- peroleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk 12 menunaikan prestasinya. 13 Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa pengertian menurut Pasal 1313 KUH Perdata ini mengandung banyak kelema- han yaitu : 1) Hanya menyangkut sepihak saja dilihat dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.” Seharusnya perumusan itu “saling mengi- katkan diri”, sehingga ada konsensus dari para pihak.

  2) Kata perbuatan mengandung arti tanpa konsensus, seharus- nya dipakai kata persetujuan. 3) Pengertian perjanjian terlalu luas, di mana yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapan- gan harta kekayaan saja.

  

11 R. Subekti, Tjitrosudibio, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Ja-

karta, hal. 338.

  12 M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal 6.

  

13 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung Citra Aditya Bakti, hal. 45

  4) Tanpa menyebut tujuan, dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga tidak jelas untuk apa. 14 Endang Mintorowati mengartikan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.

b. Macam-macam Perjanjian

  Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara sehingga muncullah bermacam-macam perjanjian. Pembedaan yang paling 15 pokok adalah: 1) Perjanjian Timbal Balik

  Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan ke- wajiban kepada kedua belah pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUH Perdata dan Per- janjian sewa menyewa Pasal 1548 KUH Perdata.

  2) Perjanjian Sepihak Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan ke- wajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian hibah, dimana kewajiban hanya ada pada orang yang menghibah- kan sedangkan penerima hibah hanya berhak menerima ba- rang yang dihibahkan tanpa kewajiban apapun. 3) Perjanjian dengan Percuma

  Perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan pinjam pakai Pasal 1666 dan Pasal 1740 KUH Perdata. 4) Perjanjian Konsensuil, Riil dan Formil

  Perjanjian Konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah jika telah terjadi konsensus atau sepakat antara para pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian Riil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya pun harus

  14 Endang Mintorowati, 1999, Hukum Perjanjian, Universitas Sebelas Maret Surakarta, hal. 2.

  

15 Sutarno, 2005, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabetha, Bandung, hal. 82-83. diserahkan, misalnya perjanjian penitipan barang Pasal 1741 KUH Perdata. Perjanjian Formil adalah perjanjian yang me- merlukan kata sepakat tetapi undang-undang mengharus- kan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum Notaris atau PPAT, misalnya perjanjian jual beli tanah harus dibuat denngan akta PPAT.

  5). Perjanjian Bernama atau Khusus dan Perjanjian Tak Bernama Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUH perdata Bab

  V sampai dengan Bab XVIII, misalnya perjanjian jual beli. Per- janjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang misalnya perjanjian kredit.

  c. Syarat Sahnya Perjanjian

  Syarat sahnya perjanjian diatur di dalam Pasal 1320 KUH Per- data, antara lain : a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,

  b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan,

  c. Suatu hal tertentu,

  d. Suatu sebab yang halal Dua syarat pertama disebut syarat subjektif karena mengenai para pihak dalam suatu perjanjian. Sedangkan dua syarat yang terakhir disebut syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perjanjian yang dilakukan.

  d. Lahirnya Perjanjian

  Sejak terjadi kata sepakat antara para pihak atau sejak per- nyataan sebelah menyebelah bertemu yang kemudian diikuti sepakat, kesepakatan itu sudah cukup secara lisan saja. Kesepaka- tan itu penting diketahui karena merupakan awal terjadinya per- janjian.

  e. Isi Perjanjian

  Isi perjanjian adalah : 1) Hal – hal yang dengan tegas ditentukan dalam perjanjian. 2) Segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang (Pasal

  1339 KUH Perdata). Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan di- anggap secara diam-diam dimasukkan dalam perjanjian meski- pun dengan tidak tegas dinyatakan.

  f. Ingkar Janji (Wanprestasi)

  Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti suatu keadaan yang menunjukkan debitur tidak berprestasi (tidak melaksanakan kewajibannya) dan dia dapat dipersalahkan.

  g. Keadaan Memaksa (Overmacht)

  Overmacht adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur untuk melakukan prestasi sebelum ia lalai/alpa dan ke- adaan mana tidak dapat dipersalahkan kepadanya.

  h. Ganti Rugi

  Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi kare- na wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena wanprestasi diatur dimulai dari Pasal 1243 KUH Perdata menyatakan penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak di- penuhinya suatu perikatan.

  Sedangkan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum dia- tur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.Ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak 16 yang dirugikannya.

16 Salim HS, 2003, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontak) Sinar Grafika, Jakarta, hal. 100.

2. Tinjauan Tentang E-commerce

a. Internet

  Saat ini kita telah memasuki era millenium ke 3, yang ditandai dengan era teknologi informasi yang memperkenalkan kepada kita media dunia maya (cyberspace) atau informasi elektronik, yang mempergunakan komunikasi tanpa kertas (paperless document).

  Apabila kita melihat pada sejarah perkembangan informasi elektronik bahwa sekitar tahun 1969 di Amerika Serikat, diben- tuk jaringan komputer di Univercity of California di Los Angeles, Univercity of California di Santa Barbara, Univercity of Utah dan Institut Penelitian Stanford. Proyek ini mendapat dana dari De- partemen Pertanahan Amerika Serikat dengan nama Advances Researche Project Agence (ARPA). Jaringan Advances Researche Proj- ect Agence atau ARPANET ini di desain untuk mengadakan sistem desentralisasi informasi elektronik.

  Sekitar tahun 1983, Yayasan Nasional Ilmu Pengetahuan (National Science Foundation) memperluas Arpanet untuk meng- hubungkan komputer seluruh dunia. Informasi elektronik, terma- suk electronic mail (e-mail) yang berkembang sampai tahun 1994, pada saat mana ilmu pengetahuan memperkenalkan World Wide Web. Seterusnya penggunaan web meluas ke kegiatan bisnis, in- 17 dustri, dan rumah tangga di seluruh dunia.

  Mengenai pengertian internet, D.E. Corner menulis dalam suatu ensiklopedi elektronik bahwa: “internet , computer based global information sistem. The internet

  is composed of many interconnected computer networks. Each network may link tens, hundreds, or even thousands of comput- ers, enabling them to share information with one another and to share computational resources such as powerfull supercomputers and databases of information. (Internet, sistem informasi global berbasis komputer internet terbentuk dari jaringan komputer yang saling terkoneksi. Tiap jaringan dapat mencakup pulu- han, ratusan atau bahkan ribuan komputer, memungkinkan

17 Tammy S. Trout-Mc, 1997,Intyre, Personal Jurusdiction and The Informasi elektronik : Does The Shoe Fit 21 Jakarta : Hamlie, hal. 223.

  mereka untuk berbagi informasi satu dengan yang lain dan untuk berbagi sumber-sumber daya komputerisasi seperti supercomputer-superkomputer yang kuat dan database-da- 18 tabase informasi)

  Secara teknis, internet/informasi elektronik merupakan jarin- gan komputer yang bersifat global dimana dilakukan pertukaran informasi oleh para pengguna informasi elektronik. Suatu jaringan komputer dapat saja dibentuk dalam suatu lokasi terbatas dan ke- cil, misalnya jaringan yang terdiri dari beberapa komputer di suatu gedung kantor. Ini dinamakan Local Area Network (LAN). Tetapi, informasi elektronik merupakan jaringan komputer yang memiliki cakupan wilayah amat luas, yaitu bersifat global.

b. E-commerce sebagai transaksi tanpa kertas (pa-

  perless transaction) Istilah informasi elektronik sekarang ini dikenal pula istilah cyberspace, yang biasanya diterjemahkan ke Bahasa Indonesia se- bagai dunia maya. Istilah Cyberspace ini sebenarnya merupakan istilah lain dari informasi elektronik.

  Dewasa ini, teknologi informasi berkenaan dengan cyberspace (dunia maya) telah digunakan di banyak sektor kehidupan. Menu- rut Wiradipradja dan Budhijanto. “s istem informasi dan teknolog- inya telah digunakan di banyak sektor kehidupan, mulai dari perdagangan/bisnis (electronic commerce/e-commerce) pendidi- kan (electronic education), kesehatan (tele-medicine), telekarya, transportasi, industri, pariwisata, lingkungan sampai ke sektor hi- buran, bahkan sekarang timbul pula untuk bidang pemerintahan 19 (e-government).”

  Mengenai pengertian e-commerce, diberikan keterangan oleh Peter Scisco, bahwa :

  “E lectronic Commerce or e-commerce, the exchange of goods

  and services by means of the informasi elektronik or other com- puter networks. E-commerce follows the same basic principles

  18 E. Corner, 2003,Informasi elektronik dalam Microsoft, Microsoft Encarta Reference Library 2003, Microsoft Corporation, Ensiklopedi Elektronik, Jakarta, hal. 28.

  

19 S. Wiradipradja dan D. Budhijanto,2002, Perspektif Hukum Internasional tentang Cyber Law, dalam Kantaatmadja, et al, Cyberlaw : Suatu Pengantar Elips 11, Jakarta, hal.88. as traditional commerce – that is, buyers and sellers come to- gether to exchange goods for money. But rather than conduct- ing business in the traditional way – in stores and other “brick and mortar” buildings or through mail order catalogs and tele- phone operators – in e-commerce buyer and sellers transact business over networked Computers.(Electronic Commerce atau e-commerce, pertukaran barang dan jasa menggunakan Informasi elektronik atau jaringan komputer lainnya. E-com- merce mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama dengan perdagangan tradisional yaitu, pembeli dan penjual datang bersama-sama guna saling menukarkan barang-barang un- tuk uang. Tetapi tidak sebagaimana melakukan bisnis dalam cara tradisional dalam took-toko dan gedung- gedung “yang terbagi atas unit dan kelompok” atau melalui katalog su- rat pesanan dan operator telepon dalam e-commerce pem- beli dan penjual melakukan transaksi bisnis melalui jaringan 20 komputer.)

c. Perjanjian Jual Beli Secara Elektronik

1) Pengertian Jual Beli Secara Elektronik

  Pada transaksi jual beli secara elektronik, para pihak ter- kait di dalamnya melakukan hubungan hukum yang dituang- kan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai dengan Pasal 1 butir

  17 UUITE disebut sebagai kontrak elektronik yakni perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektron- ik lainnya.

  Dengan kemudahan berkomunikasi secara elektronik, maka perdagangan pada saat ini sudah mulai merambat ke dunia elektronik. Transaksi dapat dilakukan dengan kemuda- han teknologi informasi, tanpa adanya halangan jarak. Peny- elenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan baik dalam lingkup publik ataupun privat.

20 Peter Scisco, 2003, Electronic Commerce dalam Microsoft, Microsoft Encarta

  

Reference Library 2003, Microsoft CorporationEnsiklopedi Elektronik, Ja-

karta, hal. 19.

2) Para Pihak dalam Jual Beli Secara Elektronik

  Dalam dunia e-commerce dikenal dua pelaku, yaitu mer- chant/pelaku usaha yang melakukan penjualan dan buyer/ customer/konsumen yang berperan sebagai pembeli.Selain pelaku usaha dan konsumen, dalam transaksi jual beli melalui transaksi elektronik juga melibatkan provider sebagai penye- dia jasa layanan jaringan informasi elektronik dan bank seb- agai sarana pembayaran.

  

ddd

BAB II K E A B S A H A N K O N T R A K D A L A M T R A N S A K S I E L E K T R O N I K A. Bentuk Kontrak Melalui Transaksi Elektronik Pada umumnya perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat

  merupakan perdagangan yang mempertemukan antara pihak pem- beli dan pihak penjual secara langsung, pembayaran harga dan peneri- maan barang langsung di tempat transaksi tersebut. Berdasarkan ke- sepakatan antara para pihak itulah maka perjanjian jual beli tersebut dilakukan. Dalam transaksi elektronik tidak ada proses tawar menawar seperti pada transaksi di dunia nyata. Barang dan harga yang ditawar- kan terbatas dan telah ditentukan oleh penjual. Jadi jika pembeli tidak sepakat, maka pembeli bebas untuk tidak meneruskan transaksi dan pembeli dapat mencari website lain yang sesuai dengan keinginannya.

  Dalam lingkup hukum, sebenarnya istilah transaksi adalah ke- beradaan suatu perikatan ataupun hubungan hukum yang terjadi an- tara para pihak. Transaksi sebenarnya adalah suatu aspek materiil dari hubungan hukum yang disepakati oleh para pihak sehingga sepat- utnya bukan mengenai perbuatan hukumnya secara formil, kecuali untuk melakukan hubungan hukum yang menyangkut benda tidak 21 bergerak.

  Oleh karena itu, keberadaan ketentuan-ketentuan hukum menge- nai perikatan sebenarnya tetap ada karena mencakup semua media yang digunakan untuk melakukan transaksi itu sendiri baik dengan media kertas maupun dengan media sistem elektronik. Tetapi dalam praktek seringkali disalahpahami oleh masyarakat bahwa transaksi da- gang harus dilakukan secara hitam di atas putih atau dapat dikatakan di atas kertas dan harus bertanda tangan serta bermaterai. Sebenarnya hal tersebut dimaksudkan agar suatu transaksi lebih mempunyai nilai

21 Edmon Makarim, Op. Cit, hal. 222.

  kekuatan pembuktian hukumnya, jadi fokusnya bukanlah formil kes- epakatannya melainkan materiil hubungan hukumnya itu sendiri.

  Keberadaan transaksi dalam lingkup ilmu teknologi informasi, dipahami sebagai suatu perikatan ataupun hubungan hukum antara pihak yang dilakukan dengan cara saling bertukar informasi atau data untuk melakukan perdagangan. Oleh karena itu, dalam proses pertu- karan informasi atau data harus sesuai dengan kaedah-kaedah dasar dalam aspek keamanan berkomunikasi, yaitu antara lain harus bersifat confidential, intregity, authority, authencity dan non repudiation. Den- gan demikian, informasi yang disampaikan antara para pihak yang dijadikan dasar transaksi baru dapat dikatakan mengikat apabila infor- masi tersebut dijamin kebenarannya. Sistem komunikasi yang aman ini merupakan keterpaduan antara keberadaan sistem perangkat keras komputer, perangkat lunak komputer maupun dengan operator (ma- nusianya).

  Pada dasarnya transaksi elektronik merupakan perikatan atau hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik yang memadukan jaringan dari sistem informasi berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jasa jaringan dan jasa telekomuni- kasi yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global internet, sehingga syarat sahnya perjanjian juga akan tergan- tung pada esensi dari sistem elektronik itu sendiri dan suatu perjanjian dikatakan sah apabila dapat dijamin bahwa semua komponen dalam sistem elektronik itu dapat dipercaya dan/atau berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini terdapat beberapa bentuk perdagangan me-

  lalui internet antara lain sebagai berikut :

  1. Perdagangan dengan internet (Internet Commerce) Perdagangan dengan internet (Internet Commerce) adalah sistem perdagangan yang menggunakan internet sebagai media

  pemasaran dan media penjualan. Setelah melakukan pemesanan atau pembelian barang, pembeli membayar sejumlah uang me- lalui kartu kredit atau mengirim ke nomor rekening tertentu dan selanjutnya barang akan melalui tahap pengiriman.

  2. Perdagangan dengan fasilitas web internet (Web Commerce) Perdagangan dengan fasilitas web internet (Web Commerce) adalah sistem perdagangan yang menggunakan internet sebagai tempat melakukan penawaran dalam sebuah kelompok pasar, se-

  hingga pembeli dapat membandingkan berbagai macam harga dan barang yang ditawarkan. Keuntungan bagi pelanggan adalah efisien dalam hal waktu dan perdagangan terlihat lebih nyata. Se- dangkan bagi penjual adalah penjual dapat mendistribusikan in- formasi mengenai produk dan pelayanan yang ditawarkan den- gan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan.

  3. Perdagangan dengan sistem pertukaran data secara elektronik (Electronik Data Interchange)

  Perdagangan dengan sistem pertukaran data secara elek- tronik (Elektronik Data Interchange) adalah sarana pertukaran data

  transaksi regular dengan format standar yang dilakukan berulang dalam jumlah besar antara organisasi komersial. Biasanya digu- nakan oleh kelompok retail yang besar ketika melakukan bisnis dagang dengan para supplier mereka. Keuntungannya adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi biaya, pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.

  Berdasarkan ruang lingkup aktifitasnya, praktek bisnis yang berkembang dalam internet dibagi menjadi dua (2), yaitu :

  1. Electronic Business Electronic Business ditujukan untuk lingkup aktivitas perda- gangan dalam arti luas.

  2. Electronic Commerce Electronic Commerce ditujukan untuk lingkup perdagangan atau perniagaan yang dilakukan secara elektronik dalam arti sem- pit (perdagangan melalui internet). Berbeda dengan transaksi perdagangan dalam dunia nyata, tran- saksi elektronik memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus, yaitu :

  1. Transaksi tanpa batas.

  Dengan membuat atau dengan memasang iklan di situs-situs dalam internet, para penjual di seluruh dunia dapat memasarkan produknya secara internasional tanpa batas waktu sedangkan para pembeli dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara on line. Secara alami, dengan adanya situs E-Commerce tersebut akan terbentuk sebuah pasar tersendiri bagi para pihak karena disinilah tempat bertemunya permintaan dan penawaran walaupun yang bersangkutan berada dalam sisi geografis yang berbeda.

  2. Transaksi anonym.

  Para penjual dan pembeli dalam transaksi tidak harus berte- mu muka satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah disetujui oleh penyedia sistem ini. Cukup dengan menggunakan kartu kredit atau mengirim uang ke rekening tertentu.

  3. Produk digital dan non digital.

  Produk-produk digital seperti software komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat dipasarkan melalui inter- net dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam perkem- bangannya obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang kebutuhan hidup lainnya.

  4. Produk barang tak berwujud.

  Banyak perusahaan yang bergerak di bidang E-Commerce dengan menawarkan barang tak berwujud seperti software dan 22 ide-ide yang dijual melalui internet.