V-1 PERENCANAAN RPI2JM 2016-2020 KABUPATEN KOTABARU

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Pembiayaan pembangunan Infrastruktur perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, kecuali urusan
pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi
daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta
Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana
Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang
ditentukan Kementerian Keuangan.Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai
kegiatan


khusus

yang

ditentukan

Pemerintah

atas

dasar

prioritas

nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

LAPORAN AKHI R


V-1

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

Daerah

Pemerintahan

Kabupaten/Kota:

Urusan


Daerah

Provinsi,

Dan

pemerintahan

yang

menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan
pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi
urusan,

termasuk

bidang


pekerjaan

umum.

Penyelenggaraan

urusan

pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan
minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan
wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada
daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,
serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak
dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan
melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib
memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan

APBD tahun sebelumnya;
b.

memenuhi

ketentuan

rasio

kemampuan

keuangan

daerah

untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber

dari pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres
13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur

LAPORAN AKHI R

V-2

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah
infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana
persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan

Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan

daerah

yang

meliputi:

Pendapatan

Asli Daerah,

Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan

Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK
untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup
dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan
kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk
program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target
Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk

LAPORAN AKHI R


V-3

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

program

peningkatan

derajat

kesehatan

masyarakat

dan

memenuhi

sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

-

Kerawanan sanitasi

-

Cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri.
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU
membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana
Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan
kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM
bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.Gubernur sebagai wakil
Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang
dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan
pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber

dana kegiatan pembangunan infrastruktur yang dibahas dalam RPIJM meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Kementerian kepada Satuan Kerja
di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR)
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

LAPORAN AKHI R

V-4

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian
dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan
peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu
dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang infrastruktur
Sebagai langkah konkrit dalam pembiayaan investasi infrastruktur sebagai
fokus pembangunan sesuai amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP
No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah, menggantikan PP No. 8/2007. PP No.
1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak hanya dalam bentuk Public
Private Partnership (PPP), melainkan investasi dalam bentuk surat berharga
maupun investasi langsung.
Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan
sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian
surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.
Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan
Investasi Pemerintah dalam bentuk:
a) Investasi surat berharga, dan/atau
b) Investasi langsung.
Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang
kegiatannya melaksanakan investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri
Keuangan.Investasi langsung dimaksudkan utuk mendapatkan manfaat ekonomi,
sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi langsung dilakukan dengan cara:
a) Public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU
b) Non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum
asing
c) Investasi langsung meliputi bidang infrstruktur dan bidang lainnya yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

LAPORAN AKHI R

V-5

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian
saham dan/atau surat utang melalui pasar modal, yakni melalui:


Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang
diterbitkan perusahaan.



Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang
yang diterbitkan perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain (hanya dapat
dilakukan apabila penerbit surat utang memberikan opsi pembelian surat utang
kembali).
Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan

didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan
oleh Penasihat Investasi. Investasi dalam bentuk surat berharga dimaksudkan untuk
mendapatkan manfaat ekonomi. Hal ini diperlihatkan pada gambar berikut:
Dari uraian diatas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang
Infrastruktur, terdapat beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut,
antara lain melalui:
1. APBN
2. APBD Provinsi
3. APBD Kabupaten/Kota
4. Pinjaman Perbankan
5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan
7. Dana Hibah
8. Dan Lain-Lain
Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM pada
dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pebelanjaan prasarana Kabupaten, yang meliputi:
1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun
2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada
3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

LAPORAN AKHI R

V-6

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Pembahasan

aspek

ekonomi

dalam

penyusunan

RPIJM

perlu

memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara
menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa
dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.
Struktur anggaran pembiayaan terdiri atas penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan sebagai berikut:
1. Penerimaan pembiayaan mencakup:
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran sebelumnya: Sisa lebih perhitungan
anggaran sebelumnya dianggarkan berdasarkan estimasi dan pada
perubahan APBD sesuai dengan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
b. Pencairan dana cadangan: Pencairan dari dana cadangan disesuaikan
dengan rencana penggunaan dana cadangan sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan
c.

Hasil Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan: Hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan dapat berupa penjualan hasil penjualan
perusahaan milik daerah/BUMD penjualan aset milik pemerintah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal
pemerintah daerah

d. Penerimaan pinjaman: Penerimaan pinjaman daerah dianggarkan sesuai
dengan rencana penarikan pinjaman dalam tahun anggaran sesuai dengan
perjanjian yang telah disetujui. Termasuk penerimaan dari penerbitan
obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan;
dan
e. Penerimaan

kembali

pemberian

pinjaman:

Penerimaan

pokok

dari

pemberian pinjaman termasuk penerimaan pokok dari pemberian dana
bergulir.
2. Pengeluaran Pembiayaan:
a. Pembentukan dana cadangan: Pembentukan dana cadangan dianggarkan
sejumlah dana cadangan yang harus disisihkan dalam tahun anggaran
sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Pembentukan

LAPORAN AKHI R

Dana

Cadangan.

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

V-7

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Pemerintah Daerah pada dasarnya dapat membentuk dana cadangan guna
membiayai kebutuhan yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun
anggaran. Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud ditetapkan
dengan Peraturan Daerah yang sekurang-kurangnya mengatur persyaratan
pembentukan dana cadangan, pengelolaan dan pertanggungjawabannya
b. Penyertaan

modal

Pemerintah

Daerah:

Penyertaan

modal

yang

dianggarkan sejumlah penyertaan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
tentang penyertaan modal termasuk investasi nirlaba Pemerintah Daerah;
c.

Pembayaran pokok utang: Jumlah pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo yang dianggarkan sejumlah pokok pinjaman yang harus dibayarkan
dalam
tahun anggaran sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui antara
Pemerintah Daerah dengan pemberi pinjaman;

d. Pemberian pinjaman: Pemberian pinjaman kepada pihak ketiga termasuk
dalam bentuk dana bergulir.

5.1. Komponen Keuangan
5.1.1. Komponen Penerimaan Daerah
Penerimaan pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Pendapatan Daerah
bersumber dari:


Pendapatan Asli Daerah



Dana Perimbangan



Lain-lain Pendapatan.

5.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi
daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi.

LAPORAN AKHI R

V-8

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

1.

2.

PAD bersumber dari:
a.

Pajak Daerah

b.

Retribusi Daerah

c.

Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan

d.

Lain-lain PAD yang sah.

Lain-lain PAD yang sah meliputi:
a.

Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan

b.

Jasa giro

c.

Pendapatan bunga

d.

Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

e.

Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU
No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi:
1. Pajak Propinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
2. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g. Pajak Parkir.
3. Retribusi dirinci menjadi:
a. Retribusi Jasa Umum

LAPORAN AKHI R

V-9

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

b. Retribusi Jasa Usaha
c. Retribusi Perijinan Tertentu.

5.1.3. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan
fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah.
Dana Perimbangan terdiri atas:
 Dana Bagi Hasil


Dana Alokasi Umum



Dana Alokasi Khusus
1. Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan
Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah
suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis,
transparan,

dan

efisien

dalam

rangka

pendanaan

penyelenggaraan

Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekon-sentrasi dan
Tugas Pembantuan.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian
tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber
keuangan negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada
Pemerintah Daerah dengan memper-hatikan stabilitas dan keseimbangan
fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan

LAPORAN AKHI R

V-10

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

penyelenggaraan

asas

Desentralisasi,

Dekonsentrasi,

dan

Tugas

Pembantuan.
Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam
mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk
mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga
komponen Dana Perimbangan imerupakan sistem transfer dana dari
Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
2. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi
Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.


Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas:
-

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

-

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

-

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.



3.

Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari:
-

Kehutanan

-

Pertambangan umum

-

Perikanan

-

Pertambangan minyak bumi

-

Pertambangan gas bumi

-

Pertambangan panas bumi.

Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam

LAPORAN AKHI R

V-11

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan
sekurang-kurangnya 26 (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam
Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah
dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.

5.1.4. Celah Fiskal
Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah.
Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk
melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah
penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan
pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Jumlah penduduk merupakan variabel
yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap Daerah.
Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan:


Jumlah penduduk



Luas wilayah



Indeks kemahalan konstruksi



Produk Domestik Regional Bruto per kapita



Indeks Pembangunan Manusia.
Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas

penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. Indeks Kemahalan
Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan
tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-Daerah. Produk
Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian
suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi kotor dalam
suatu

wilayah.

Indeks

Pembangunan

Manusia

merupakan

variabel

yang

mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di
bidang pendidikan dan kesehatan.
Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal
dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan
LAPORAN AKHI R

V-12

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal
Daerah dan kapasitas fiskal Daerah.
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan
perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
daerah provinsi. Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal
daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi.
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota dihitung
berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan
jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/ kota. Bobot daerah kabupaten/kota
merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah kabupaten/kota.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU
sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai
negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar
setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif
dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima
DAU. Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal diperoleh dari
lembaga statistik pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang
menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
5.1.5. Alokasi Dasar
Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok ditambah tunjangan
keluarga dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian Pegawai
Negeri Sipil. Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan
memperhatikan pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan
pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah. Hasil penghitungan DAU per
provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Penyaluran
DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas)
dari DAU Daerah yang bersangkutan. Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum bulan
bersangkutan. Alokasi DAU secara proporsional menggunakan rumus sebagai
berikut:

LAPORAN AKHI R

V-13

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Bobot daerah bersangkutan

Besarnya DAU
masing-masing

=

x

Jumlah bobot seluruh

daerah

Jumlah
DAU untuk
daerah

daerah

1. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun
dalam APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria
untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan
khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam
rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan
sosial.
Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan
kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk
melihat kemampuan APBD untuk membiayai

kebutuhan-kebutuhan dalam

rangka pembangunan Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD
dikurangi dengan belanja pegawai. Kemampuan daerah (APBD) dihitung
sebagai berikut.

Kemampuan
Keuangan Daerah

Penerimaan Umum APBD

=

Penerimaan
Umum APBD

_

Belanja
pegawai

= PAD + DAU + ( DBH – DBHR)

DBH

= Dana Bagi Hasil

DBHR

= Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah

Belanja Pegawai

LAPORAN AKHI R

= Belanja Pegawai Pegawai Negeri Sipil Daerah

V-14

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik
Daerah. Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan,
daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang
termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah
ketahanan pangan.
Kriteria

teknis

ditetapkan

oleh

kementerian

Negara/departemen

teknis.

peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara
lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal
dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis.
2. Dana Pendamping
Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurangkurangnya 10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping
dianggarkan dalam APBD. Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu
tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping.
3. Lain-lain Pendapatan
Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk
memperoleh pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan
Pinjaman daerah.Lain-lain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan
pendapatan Dana Darurat.
Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga

asing,

badan/lembaga

internasional,

Pemerintah,

badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa,
rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang
tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada
Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Hibah
dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan
pemberi hibah. Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara
pemberian, penerimaan, dan penggunaan hibah, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengalokasikan
Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang

LAPORAN AKHI R

V-15

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat
ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis
solvabilitas. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat
mengalokasikan Dana Darurat pada Daerah yang dinyatakan mengalami krisis
solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis keuangan berkepan-jangan yang
dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak dapat diatasi melalui
APBD.
Daerah

dinyatakan

mengalami

krisis

solvabilitas

berdasarkan

evaluasi

Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas
ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan
Rakyat.

5.1.6.

Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman
Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan
urusan Pemerintahan Daerah.

5.1.7.

Batas Pinjaman

Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan
perekonomian nasional. Batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 (enam
puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun bersangkutan. Menteri Keuangan
menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah secara
keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran Berikutnya.

LAPORAN AKHI R

V-16

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan, dikenakan sanksi
administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana
Perimbangan oleh Menteri Keuangan.
1.

Sumber Pinjaman
Pinjaman Daerah bersumber dari:


Pemerintah



Pemerintah Daerah lain



lembaga keuangan bank



lembaga keuangan bukan bank

 Masyarakat.
Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri
Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat

berupa

Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal.
2.

Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman
Jenis Pinjaman terdiri atas:


Pinjaman Jangka Pendek



Pinjaman Jangka Menengah



Pinjaman Jangka Panjang.

Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu
kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran
kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain
seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman
jangka pendek tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
jasa tidak dilakukan pada saat barang dan atau jasa dimaksud diterima.
Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam
kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang
bersangkutan. Pinjaman Jangka Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran

LAPORAN AKHI R

V-17

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus
dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan
perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
3.

Penggunaan Pinjaman
Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan
arus kas. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai
penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Pinjaman
Jangka Panjang dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang
menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang
wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

4.

Persyaratan Pinjaman
Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:


Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75 (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum
APBD tahun sebelumnya.



Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman
ditetapkan oleh Pemerintah



Daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
berasal dari Pemerintah. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas
pinjaman pihak lain. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah
tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari
Obligasi Daerah beserta barang milik Daerah yang melekat dalam proyek
tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.

5.1.8. Komponen Pengeluaran Belanja
Komponen pengeluaran belanja terdiri dari:


Belanja Operasi



Belanja Modal



Tranfer ke Desa/kelurahan



Belanja tak Terduga.
Sub-komponen Pengeluaran Belanja Daerah meliputi :

1.

Belanja Operasi

LAPORAN AKHI R

V-18

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

2.

3.

4.

-

Belanja Pegawai

-

Belanja Barang

-

Belanja Bunga

-

Belanja Subsidi

-

Belanja Hibah

-

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Modal
-

Belanja Tanah

-

Belanja Peralatan dan mesin

-

Belanja Gedung dan bangunan

-

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

-

Belanja Aset Tetatp Lainnya

-

Belanja Aset Lainnya

Transfer ke Desa/Kelurahan
-

Bagi hasil Pajak

-

Bagi Hasil Retribusi

-

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Belanja tak Terduga
Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut.


Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam
bentuk peningkatan:





-

Pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan

-

Fasilitas sosial

-

Fasilitas umum

Belanja daerah disusun berdasarkan
-

Standar pelayanan minimal

-

Standar analisis belanja

-

Standar harga

-

Tolok ukur kinerja

Belanja DPRD meliputi :
-

Penghasilan pimpinan dan anggota DPRD

-

Tunjangan kesehatan

LAPORAN AKHI R

V-19

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

-

Uang jasa pengabdian

-

Belanja pebubjang kegiatan DPRD



Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah



Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus
mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadailan
dan kepatutan.

5.1.9. Komponen Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain
dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali
pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya,
dan pencairan dana cadangan.
Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan Pembiayaan
-

Penggunaan SILPA

-

Pencairan dana Cadangan

-

Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat

-

Pinjaman dalam Negeri-Pemda lain

-

Pinjaman dalam Negeri-bank

-

Pinjaman dalam Negeri-Non bank

-

Pinjaman dalam Negeri-Obligasi

-

Pinjaman dalam Negeri-Lainnya

-

Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara

-

Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Daerah

-

Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya

LAPORAN AKHI R

V-20

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

2) Pengeluaran pembiayaan
-

Pembentukan dana cadangan

-

Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat

-

Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya

-

Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank

-

Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bnak

-

Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi

-

Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya

-

Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara

-

Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah

-

Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainnya
Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM pada

dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten, yang meliputi :
1. Pembelanjaan untuk pengoperasian, pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun;
2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada;
3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.
Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan
hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
sumber daya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa
melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam
masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.
Adapun komponen-komponen keuangan daerah adalah sebagai berikut:
a. Komponen Penerimaan Pendapatan
Komponen penerimaan pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih.
Penerimaan

Pendapatan

terdiri

atas

Pendapatan

Asli

Daerah,

Dana

Perimbangan, dan Pendapatan lainnya yang sah.
b. Komponen Pengeluaran Belanja
Komponen Pengeluaran Belanja terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal,
Transfer ke Desa, dan Belanja Takterduga.
c. Komponen Pembiayaan
LAPORAN AKHI R

V-21

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam
sistem keuangan daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan
(Funding). Pendanaan diartikan sebagi dana atau uang dan digunakan sebagai
kata umum, sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.
5.2. Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten Kotabaru
Besarnya investasi pemerintah dipengaruhi kemampuan pemerintah untuk
meningkatkan penerimaan daerah baik yang bersumber dari daerahnya. Investasi
pemerintah di Kabupaten Kotabaru tergantung pada kemampuan keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru. Besarnya investasi pemerintah di
Kabupaten Kotabaru tercermin pada besarnya pengeluaran pembangunan.
Investasi yang dibiayai sektor swasta pada umumnya lebih berorientasi pada
kegiatan-kegiatan usaha yang menghasilkan keuntungan ekonomi/finansial secara
langsung. Oleh karena itu besarnya investasi yang ditanamkan oleh sektor swasta
sangat tergantung seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan
investasi. Besarnya nilai investasi yang ditanamkan oleh sektor swasta di
Kabupaten Kotabaru dapat tercermin dari besarnya nilai investasi PMA, PMDN
maupun non-fasilitas yang berlokasi wilayah ini.
Investasi yang bersumber dari dana masyarakat tercermin pada kredit yang
disalurkan oleh perbankan. Dalam hal ini, investasi diusahakan pada kegiatankegiatan produktif yang memberikan keuntungan langsung. Kapasitas investasi
masyarakat di Kabupaten Kotabaru masih relatif terbatas yang terlihat dari masih
relatif kecilnya skala usaha kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang pada
umumnya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Selain untuk kegiatan yang bersifat memberikan keuntungan langsung, investasi
masyarakat juga dapat disalurkan untuk membiayai sebagian anggaran proyek
pembangunan, yang dikenal dengan swadaya.

LAPORAN AKHI R

V-22

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

5.2.1. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Kotabaru
Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten Kotabaru meliputi Penerimaan
dan Belanja Daerah, PAD dan Dana Perimbangan, dan Public Saving yang masingmasing akan disajikan sebagai berikut.
5.2.2. Proyeksi Penerimaan Dan Belanja
Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kotabaru
dihitung berdasarkan kecenderungan pertumbuhan yang ada. Komponen yang
diproyeksikan

meliputi

Belanja

Operasional,

Belanja

Modal,

Transfer

ke

Desa/Kelurahan serta Belanja Tak Terduga.
Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Kotabaru Hingga Tahun 2015 meliputi Belanja Operasional sebesar Rp.
843.241.681.441,00-, Belanja Modal sebesar Rp. 232.974.639.156,92,-, Transfer ke
Desa/Kelurahan sebesar Rp. 1.166.631.595,65-, dan Belanja Tak Terduga sebesar
Rp. 52.070.635,00,-. Total proyeksi APBD Kabupaten Kotabaru hingga tahun 2014
adalah sebesar Rp. 1.075.523.217.062,87,-. Untuk lebih jelanya dapat dilihat pada
tabel 5.1.

LAPORAN AKHI R

V-23

Realisasi Dan Proyeksi APBD Kabupaten Kotabaru
No
1

2.

3

4

Uraian
Bagian dan Pos
Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Belanja Bunga
- Belanja Subsidi
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
Jumlah (1)
Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan.irigasi dan jaringan
- Belanja Aset tetap lainnya
- Belanja Aset lainnya
Jumlah (2)
Transfer ke Desa/Kelurahan
- Bagi hasil Pajak
- Bagi hasil Retribusi
- Bagi hasil Pendaptan lainnya
Jumlah (3)
Belanja Tak Terduga
JUMLAH BIAYA

2005

2006

REALISASI
2007

2008

APBD
2009

2010

0
0
0
0
0
0
0

138,227,470,549.00
81,834,224,517.00
0.00
1,086,955,500.00
0.00
41,749,156,055.00
262,897,806,621.00

170,860,378,061.00
119,181,648,685.00
0.00
480,000,000.00
21,774,783,841.00
22,043,928,671.00
334,340,739,258.00

218,601,913,199.00
130,892,149,802.00
0
960,000,000.00
35,700,633,530.00
5,173,009,461.00
391,327,705,992.00

256,271,029,919.67
159,693,932,953.00
0.00
715,363,000.00
54,859,105,987.00
-13,587,448,531.66
457,951,983,328.00

296,458,251,244.67
184,222,895,595.50
0.00
651,885,250.00
72,709,422,752.00
-31,875,521,828.66
522,166,933,013.50

0
0
0
0
0
0
0

2,735,428,035.00
20,866,797,632.00
43,297,755,889.75
74,748,327,784.00
907,009,753.00
238,500,000.00
142,793,819,093.75

8,846,325,645.00
21,751,156,523.00
69,580,595,698.00
84,742,279,494.00
793,076,067.00
0.00
185,713,433,427.00

2,686,084,900.00
28,833,260,500.00
61,158,738,580.00
66,995,639,295.00
443,275,500.00
186270000
160,303,268,775.00

4,706,603,058.33
31,783,534,419.67
75,873,346,079.50
67,742,727,035.33
250,719,520.33

4,681,931,490.83
35,766,765,853.67
84,803,837,424.63
63,866,382,790.83
18,852,393.83

180,446,290,113.17

0
0
0
0
0

780,000,000.00
382,000,000.00
0.00
1,162,000,000.00
1,254,532,105.00

382,000,000.00
0.00
780,000,000.00
1,162,000,000.00
57,590,000.00

382,000,000.00
0
780,000,000.00
1,162,000,000.00
628,996,350.00

116,666,666.67

0

408,108,157,819.75

521,273,762,685.00

553,421,971,117.00

% PROYEKSI
PERTUMBUHAN

20.47
20.14

2011

2012

PROYEKSI
2013

2014

2015

2016

-38.22
39.01
-207.76
17.97

336,645,472,569.67
208,751,858,238.00
0.00
588,407,500.00
90,559,739,517.00
-50,163,595,125.66
586,381,882,699.00

376,832,693,894.67
233,280,820,880.50
0.00
524,929,750.00
108,410,056,282.00
-68,451,668,422.66
650,596,832,384.50

417,019,915,219.69
257,809,783,523.00
0.00
461,452,000.00
126,260,373,047.00
-86,739,741,719.66
714,811,782,070.00

457,207,136,544.69
282,338,746,165.50
0.00
397,974,250.00
144,110,689,812.00
-105,027,815,016.66
779,026,731,755.50

497,394,357,869.69
306,867,708,808.00
0.00
334,496,500.00
161,961,006,577.00
-123,315,888,313.66
843,241,681,441.00

537,581,579,194.69
331,396,671,450.50
0.00
271,018,750.00
179,811,323,342.00
-141,603,961,610.66
907,456,631,126.50

-80.13
14.31
12.00
-7.35
-46.64

4,657,259,923.33
39,749,997,287.67
93,734,328,769.75
59,990,038,546.33
-213,014,732.67

4,632,588,355.83
43,733,228,721.67
102,664,820,114.88
56,113,694,301.83
-444,881,859.17

4,607,916,788.33
47,716,460,155.67
111,595,311,460.00
52,237,350,057.33
-676,748,985.67

4,583,245,220.83
51,699,691,589.67
120,525,802,805.13
48,361,005,812.83
-908,616,112.17

4,558,573,653.33
55,682,923,023.67
129,456,294,150.25
44,484,661,568.33
-1,140,483,238.67

4,533,902,085.83
59,666,154,457.67
138,386,785,495.38
40,608,317,323.83
-1,372,350,365.17

189,201,014,953.79

3.63

197,955,739,794.42

206,710,464,635.04

215,465,189,475.67

224,219,914,316.29

232,974,639,156.92

241,729,363,997.54

-82,333,333.33

-52.09

-281,333,333.33

-480,333,333.33

-679,333,333.33

-878,333,333.33

-1,077,333,333.33

-1,276,333,333.33

520,647,775.86
1,163,157,754.68
21,503,730.00

520,906,933.54
1,163,736,728.17
-291,264,147.50

0.00
0.00
-993.77

521,166,091.22
1,164,315,701.67
-604,032,025.00

521,425,248.89
1,164,894,675.16
-916,799,902.50

521,684,406.57
1,165,473,648.66
-1,229,567,780.00

521,943,564.25
1,166,052,622.16
-1,542,335,657.50

522,202,721.93
1,166,631,595.65
-1,855,103,535.00

522,461,879.61
1,167,210,569.15
-2,167,871,412.50

639,581,777,171.16

712,238,683,819.78

13.76

784,895,590,468.41

857,552,497,117.03

930,209,403,765.63 1,002,866,310,414.25 1,075,523,217,062.87 1,148,180,123,711.50

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

LAPORAN AKHI R

Tabel 5.1.

V-24

PERENCANAAN RPI 2JM 2016-2020
KABUPATEN KOTABARU

5.2.3. PROYEKSI PAD DAN DANA PERIMBANGAN
Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Kabupaten Kotabaru hingga tahun
2014 meliputi komponen Pendapatan, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan
Penerimaan Pembiayaan.
Proyeksi Pendapatan hingga tahun 2014 sebesar Rp. 1.124.870.840.935,37,, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 73.879.590.353,65,- dan Penerimaan
Pembiayaan sebesar Rp. 0,00,-. Total proyeksi PAD dan Dana Perimbangan hingga
tahun 2014 adalah sebesar RP. 1.198.750.430.289,03.
5.3. Rencana Pembiayaan Program
5.3.1. Rencana Pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan Masyarakat. Untuk sektor air
minum, limbah dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam
membiayai adalah pemerintah Kabupaten/Kota, sebaliknya pada penanggulangan
bencana, jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih dominan.
Baik bantuan luar negeri meupun daana pemerintah Pusat ke Pemerintah
Kabupaten/Kota sifatnya stimulan dan pelengkap, namun pembangunan harus
didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/Kota dan
masyarakat (community based development).
5.5.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM
Setelah melalui proses penilaian RPIJM oleh Pemerintah Kabupaten/Kota,
maka selanjutnya adalah program sekaligus proses pembiayaannya. Pada
pelaksanaan pembiayaan, maka semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati
antara Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Pusat (termasuk dana
bantuan Luar negeri dirumuskan dalam Project Memorandum (Kesepakatan
Pelaksanaan Program).

LAPORAN AKHI R

V-25