UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
Escherichia coli ATCC 25922

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Juana Merianti Simanjuntak
NIM: 108114110


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

The effective prayer of a righteous man can accomplish much. Elijah was a
man with a nature like ours, and he prayed earnestly that it would not rain,
and it did not rain on the earth for three years and six months. Then he
prayed again, and the sky poured rain and the earth produced its fruit. James
5:16b-18.


Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Yesus Kristus, Sang Guru dan sumber segala ilmu
Papa, Mama, adik, kakak,abang dan sahabat-sahabat
yang menjadi sumber semangatku
Serta Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya
yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG
(Anredera

cordifolia


(Ten.)

Steenis)

TERHADAP

BAKTERI

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922” ini
dengan baik dan lancar untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa perjuangan panjang dalam dalam penyelesaian
skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerja sama banyak pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1.

Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis menjalankan pembelajaran
selama masa studi.


2.

Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji Skripsi yang telah mendampingi, memotivasi dan memberi masukan
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

3.

Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberi masukan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

4.

Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

vii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.

Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam
penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian skripsi
ini.

6.

Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam
determinasi tanaman Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

7.


Seluruh laboran lantai satu sampai dengan lantai empat terutama Bapak
Wagiran, Mas Sigit, Pak Parlan, Mas Andri, Pak Mus, yang telah banyak
membantu selama penelitian sampai skripsi dapat diselesaikan.

8.

Ibu Maria Dwi Jumpowati, S.Si yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberi semangat serta masukan kepada penulis.

9.

Pak Havid dan seruh pegawai Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit Yogyakarta, yang telah banyak meluangkan waktu
untuk membantu dalam menyelesaikan penelitian.

10. Saudara-saudariku terkasih Rosmauli Sherly Manurung, Ertim Bunawolo,
Irna Manurung, Agustina Manurung, Sutrisno Simanjuntak, Bernat Pasaribu,
Yenni Pasaribu, Dorta Pasaribu, untuk dukungan, doa, kebersamaan dan
motivasinya.
11. Sahabat-sahabatku Adrienne Roma Alphayovita, Lukas Surya Wijaya,

Cornelia Melinda, Briggita Rakasiwi , Sheisa Udang, Iunicia Mesquita
Sequira, Welly Falirat, Astrid Glory, Natan Lodar, Hendra, untuk dukungan,
doa, kebersamaan dan motivasinya.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12. Sahabat terbaikku Alm. Bonifasius Prasetya Krissutantriarsa yang telah
menjadi sumber semangat dan motivasi untuk penulis.
13. Seluruh dosen dan karyawan terima kasih atas kerjasamanya Selama
penelitian sampai skripsi selesai.
14. Teman-teman angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
khususnya Teman-teman FKK B 2010, terima kasih untuk semangatnya.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu yang telah ikut

berperan dan membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat terbuka dengan segala kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi serta semua
pihak yang membutuhkan.

Penulis

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................

vi

PRAKATA ..................................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

x

DAFTAR TABEL .......................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xviii

INTISARI....................................................................................................

xx

ABSTRACT ..................................................................................................

xxi

BAB I. PENGANTAR ................................................................................

1

A. Latar Belakang .....................................................................................

1

1.

Perumusan masalah .......................................................................

4

2.

Keaslian penelitian ........................................................................

4

3.

Manfaat penelitian ........................................................................

6

B. Tujuan Penelitian .................................................................................

6

1.

Tujuan umum ................................................................................

6

2.

Tujuan khusus ...............................................................................

7

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.........................................................

8

A. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. .....................................................

8

1.

Klasifikasi tanaman ......................................................................

8

2.

Uraian tanaman ............................................................................

9

3.

Kandungan kimia ..........................................................................

9

4.

Aktivitas farmakologi…………………………………………….

10

B. Escherichia coli ...................................................................................

10

1.

Morfologi dan fisiologi .................................................................

10

2.

Patogenesis dan gejala penyakit....................................................

11

C. Staphylococus aureus ...........................................................................

14

1.

Morfologi dan fisiologi .................................................................

14

2.

Toksin dan enzim…………………………………………………

14

3.

Patogenesis dan patologi ...............................................................

16

D. Simplisia . ............................................................................................

18

E. Ekstraksi ...............................................................................................

19

1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut .........................................

19

F. Ekstrak…………………………………………………………………

21

G. Kromatografi Lapis Tipis .....................................................................

21

H. Alkaloid................................................................................................

22

I.

Flavonoid .............................................................................................

24

J.

Senyawa Polifenol ...............................................................................

25

K. Saponin ................................................................................................

26

L. Tanin ....................................................................................................

27

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

M. Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba ...........................................

28

1.

Metode dilusi ................................................................................

28

2.

Metode difusi ................................................................................

29

N. Landasan Teori .....................................................................................

30

O. Hipotesis ..............................................................................................

31

BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................

32

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................................

32

B. Variabel dan Definisi Operasional .......................................................

32

1.

Variabel bebas ...............................................................................

32

a. Variabel tergantung .................................................................

32

b.

Variabel terkendali .................................................................

32

c. Variabel tak terkendali ............................................................

33

Definisi operasional ......................................................................

33

C. Bahan Penelitian ..................................................................................

34

D. Alat atau Instrumen Penelitian .............................................................

35

E. Tata Cara Penelitian .............................................................................

36

2.

1.

Determinasi tanaman binahong.....................................................

36

2.

Pengumpulan daun binahong ........................................................

36

3.

Pembuatan serbuk ............................................................... …….

36

4.

Penetapan kadar air pada serbuk kering daun binahong ...............

37

5.

Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi .....................

37

6.

Skrining fitokimia .........................................................................

37

7.

Uji kualitatif secara KLT ekstrak etanol daun binahong ..............

39

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8.

Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun binahong terhadap
S. aureus dan E. coli .....................................................................

41

F. Tata Cara Analisis Hasil ......................................................................

43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................

45

A. Penyiapan Bahan ..................................................................................

45

1.

Hasil determinasi tanaman ............................................................

45

2.

Hasil pengumpulan dan pembuatan serbuk ..................................

45

3.

Penetapan kadar air serbuk daun binahong ...................................

47

4.

Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi .....................

48

B. Skrining Fitokimia ...............................................................................

51

1.

Uji tabung......................................................................................

52

2.

Uji kromatografi lapis tipis ...........................................................

56

C. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong
Terhadap S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922
Dengan Metode Difusi sumuran ..........................................................

60

D. Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dengan Metode Dilusi Cair ....

66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

71

A. Kesimpulan ..........................................................................................

71

B. Saran ....................................................................................................

71

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

73

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN ................................................................................................

77

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................

112

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel I.

Pembuatan Variasi Konsentrasi UJi ......................................

42

Tabel II.

Hasil Pengujian Ekstrak Etanol Daun Binahong……………

51

Tabel III.

Hasil Uji Tabung Ekstrak Etanol Daun Binahong .................

52

Tabel IV.

Hasil Uji Alkaloid Ekstrak Etanol Daun Binahong
Dengan Metode KLT .............................................................

Tabel V.

Hasil Uji Tanin Ekstrak Etanol Daun Binahong Dengan Metode
KLT ........................................................................................

Tabel VI.

59

Hasil Uji Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap
Bakteri S. aureus dan E. coli..................................................

Tabel VII.

57

63

Hasil Uji Dilusi Cair Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap
Bakteri S. aureus ....................................................................

67

Tabel VIII. Hasil Uji Penegasan Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap
Bakteri S. aureus ....................................................................

xv

68

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.

Daun Binahong ......................................................................

8

Gambar 2.

Kerangka Flavonoid ...............................................................

25

Gambar 3.

Reaksi antara senyawa fenolik dengan besi (III) klorida .......

54

Gambar 4.

Reaksi antara natrium klorida dengan senyawa Fenolik .......

55

Gambar 5.

Reaksi hidrolisis saponin dalam air .......................................

56

Gambar 6.

Reaksi antara alkaloid dengan pereaksi Dragendroff ............

58

Gambar 7.

Reaksi gugus fenolik dengan besi (III) klorida .....................

60

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1.

Surat Pengesahan Determinasi Daun Binahong ...............

78

Lampiran 2.

Sertifikat Hasil Uji Bakteri S. aureus ATCC 25923 .........

79

Lampiran 3.

Sertifikat Hasil Uji Bakteri E. coli ATCC 25922 .............

80

Lampiran 4.

Foto Daun Binahong .........................................................

81

Lampiran 5.

Foto Serbuk Daun Binahong ...........................................

81

Lampiran 6.

Foto Hasil Uji Tabung Alkaloid Daun Binahong dan
Pembanding (Daun Kecubung) ........................................

Lampiran 7.

Foto Hasil Uji Tabung Flavonoid Daun Binahong dan
Pembanding (Rutin) ..........................................................

Lampiran 8.

83

Foto Hasil Uji Tabung Tanin Daun Binahong dan
Pembanding (Tanin) ..........................................................

Lampiran 10.

83

Foto Hasil Uji Tabung Polifenol Daun Binahong dan
Pembanding (Timol) .........................................................

Lampiran 9.

82

84

Foto Hasil Uji Tabung Saponin Daun Binahong dan
Pembanding (Buah Lerak) ................................................

84

Lampiran 11.

Foto Hasil KLT Alkaloid UV 254 ....................................

85

Lampiran 12.

Foto Hasil KLT Alkaloid UV 366 ....................................

86

Lampiran 13.

Foto Hasil KLT Alkaloid Semprot Dragendroff ..............

87

Lampiran 14.

Foto Hasil KLT Tanin UV 254 .........................................

88

Lampiran 15.

Foto Hasil KLT Tanin UV 366 .........................................

89

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 16.

Foto Hasil KLT Tanin Semprot Besi (III) Klorida ...........

90

Lampiran 17.

Foto Stok Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong ...............

91

Lampiran 18.

Foto DMSO 1% ................................................................

91

Lampiran 19.

Foto Timol.........................................................................

92

Lampiran 20.

Foto Nephelometer ............................................................

92

Lampiran 21.

Foto Vortex .......................................................................

93

Lampiran 22.

Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Binahong Terhadap S. aureus ATCC 25923
Dengan Metode Difusi Sumuran ......................................

Lampiran 23.

94

Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong
Terhadap E. coli ATCC 25922 Dengan Metode Difusi
Sumuran……………………………………………….. ..

Lampiran 24.

95

Foto Kontrol Pertumbuhan Staphylococcus aures
ATCC 25923…………………………………………… .

96

Lampiran 25.

Foto Kontrol Pertumbuhan E. coli ATCC 25923..............

96

Lampiran 26.

Foto Kontrol Pelarut DMSO 1% .......................................

97

Lampiran 27.

Foto Kontrol Ruangan .......................................................

97

Lampiran 28.

Foto Hasil Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun Binahong
Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-0 Terhadap
S. aureus ATCC 25923 .....................................................

Lampiran 29.

98

Foto Hasil Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun Binahong
Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-24 Terhadap
S. aureus ATCC 25923 .....................................................

xviii

99

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 30.

Foto Hasil Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun Binahong
Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-48 Terhadap
S. aureus ATCC 25923 .....................................................

Lampiran 31.

Foto Hasil Uji Penegasan Dengan Metode Streak Plate jam
ke-24 Terhadap S. aureus ATCC 25923 ...........................

Lampiran 32.

100

101

Foto Hasil Uji Penegasan Dengan Metode Streak Plate jam
ke-48 Terhadap S. aureus ATCC 25923 ...........................

102

Lampiran 33.

Hasil Data Statistik Uji Normalitas ...................................

103

Lampiran 34.

Hasil Data Statistik Uji Homogenitas ...............................

103

Lampiran 35.

Hasil Data Statistik Uji Kebermaknaan Mann-Whitney ..

104

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Tingkat kejadian resistensi antibiotik terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli semakin meningkat sehingga perlu dilakukan eksplorasi terhadap
senyawa alam yang memiliki aktivitas antibakteri, salah satunya adalah daun
binahong. Daun binahong memiliki kandungan senyawa tanin yang bersifat
sebagai antibakteri.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan
penelitian acak lengkap pola satu arah. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
pelarut etanol dan mengunakan metode maserasi. Uji aktivitas antimikroba
menggunakan metode difusi sumuran, dilanjutkan metode dilusi cair untuk
mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
Ekstrak etanol daun binahong kemudian diuji secara kualitatif dengan
menggunakan metode uji tabung dan metode kromatografi lapis tipis untuk
mengidentifikasi kandungan senyawanya. Data zona hambat yang diperoleh
kemudian dianalisis secara deskriptif komparatif.
Hasil Penelitian dengan metode difusi sumuran menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 15,624%, sedangkan untuk bakteri
Escherechia coli ekstrak etanol daun binahong tidak memiliki aktivitas
antibakteri.
Hasil penelitian menggunakan metode dilusi cair didapatkan nilai KBM
ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 9,624%.
Berdasarkan uji tabung, ekstrak etanol daun binahong diketahui
mengandung alkaloid, polifenol, tanin, dan saponin. Untuk uji KLT, diketahui
bahwa ekstrak etanol duan binahong mengandung alkaloid dan tanin.
Kata kunci : potensi antibakteri, daun binahong, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, uji tabung, uji KLT.

xx

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
The incidence rate of antibiotic resistance to Staphylococcus aureus and
Escherichia coli increased so that it is necessary to exploration of natural
compounds that have antibacterial activity, one of which is a leaf binahong.
Binahong leaves contain tannin which is as a antibacterial.
This study is a purely experimental, completely randomized and one way
design. Extraction is done by using ethanol solvent and the method of maceration.
Antimicrobial activity test takes diffusion method, followed by liquid dilution
method to determine the Minimal Inhibitory Concentration (MIC) and Minimal
Bactericidal Concentration (MBC). Ethanol extract of Binahong leaves is
subsequently tested qualitatively to identify the content of the active compound.
The result of inhibition zone was analysed using comparative-descriptive
analyzing method.
The result of diffusion method showed that ethanol extract of Anredera
Binahong leaves has antimicrobial activity for Staphylococcus aureus in
concentration 15,624%, and ethanol extract of Binahong leaves for Escherechia
coli has not antimicrobial activity.
The result of a dilution method, is obtained Minimum Bacteriocidal
Concentration (MBC) of ethanol extract of Binahong leaves for Staphylococcus
aureus in concentration 9,624%.
Based of tube test of ethanol extract of Binahong leaves is discovered that it
contains alkaloids, polyphenols, tannins, and saponins. Thin Layer
Chromatography (TLC) test is discovered that etanol extract of Binahong leaves
contains alkaloids and tannis.
Key word : antibacterial potency, Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, Daun
binahong, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, tube test,
Thin Layer Chromatography (TLC) test.

xxi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kematian di dunia terutama
di daerah tropis, seperti Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah
bakteri. Gibron (1991), menjelaskan bahwa infeksi karena bakteri masih
mendominasi potensi terjadinya infeksi berat, sepsis, syok septic, dan disfungsi
organ. Kematian di ruang perawatan intensif di Amerika sebanyak 40%
disebabkan oleh bakteri gram positif dan 60% oleh bakteri gram negatif
(Nasronuddin, 2007). Pada penelitian ini digunakan S. aureus yang merupakan
salah satu bakteri gram positif dan E. coli yang merupakan salah satu bakteri gram
negatif.
Terdapat 7.632 kasus penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
E. coli dan untuk mengatasi kasus penyakit infeksi tersebut digunakan antibiotik
secara luas sebagai terapi untuk menghambat maupun membunuh pertumbuhan
bakteri E. coli. Hal tersebut seringkali memicu peristiwa resistensi. Setiap
tahunnya resistensi E. coli mengalami peningkatan 0,59 % per tahun pada
amoksisislin (Tadesse, Zhao, Tong, Ayers, Singh, dan Bartholommew, dkk.,
2002).
Bakteri S. aureus merupakan patogen terpenting dan berbahaya di antara
marga Staphylococcus. Hasil uji kepekaan terhadap antimikroba yang digunakan
di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus 2005 sampai dengan

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2
Februari 2006 menunjukkan bahwa sebesar 74,1% isolat S. aureus mengalami
resistensi multiobat, sehingga mempersulit pemilihan antibiotik yang sesuai untuk
terapi (Lisa, 2007). Dalam hal ini, resistensi multiobat didefinisikan sebagai
resistensi terhadap dua atau lebih jenis antibakteri yang berbeda.
Nasronudin (2007) menjelaskan, bahwa pengobatan penyakit infeksi
akibat bakteri dapat diatasi dengan penggunaan antibiotik. Antibiotik diharapkan
mampu menghambat maupun membunuh pertumbuhan bakteri penyebab infeksi
tersebut. Namun, seiring dengan meningkatnya penggunasalahan antibiotik di
masyarakat, maka kemampuan bakteri untuk bertahan hidup menjadi lebih kuat
sehingga menyebabkan peristiwa resistensi. Tentu saja hal ini menjadi masalah
kesehatan bagi dunia. Oleh karena itu penelitian-penelitian terkait eksplorasi
senyawa-senyawa baru yang bersifat antibakteri terus dilakukan, terutama yang
berasal dari bahan alam.
Di Era globalisasi banyak masyarakat Indonesia yang mengutamakan
pengobatan secara alami, namun kebanyakan informasi pengobatan secara alami
yang sering digunakan masyarakat hanya sebatas bukti empiris dan belum ada
bukti ilmiah, demikian juga dengan tanaman binahong (Anredera cordifolia).
Tanaman ini sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia melainkan tanaman obat
dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Deng San Chi. Namun
tumbuhan ini bisa dengan mudah didapatkan di Indonesia. Tanaman ini dikenal
memiliki khasiat penyembuhan yang luar biasa dan telah ribuan tahun lamanya
dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea dan Taiwan (Handayani,2009).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3
Widjayanti (1999) dalam Nur Iman (2009) menjelaskan salah satu
tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah tanaman
binahong. Secara khusus seluruh bagian-bagian tanaman binahong bisa digunakan
sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, misalnya biji binahong
dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes, pembengkakan liver,
dan radang usus, sementara daun binahong dimanfaatkan untuk reumatik dan
penyembuhan luka infeksi. Pada penelitian yang meneliti tentang kandungan daun
binahong menjelaskan bahwa dalam daun binahong terdapat aktivitas antioksidan
dan total fenol yang cukup tinggi. Daun binahong diketahui memiliki kandungan
asam oleanolik. Asam oleanoik merupakan golongan triterpenoid, selain itu
terdapat pula saponin, flavonoid, alkaloid, dan tanin (Wongso,2008). Selain itu
menurut Yin et al., (2007) daun binahong diketahui memiliki kandungan minyak
atsiri.
Menurut Tsikalange et al., (2005) ekstrak air akar binahong dengan
konsentrasi 50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri gram positif
(Bacillus pumilus, Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus) serta bakteri gram
negatif (Enterobacter cloacae, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Serratia
marcescens, dan Enterobacter aerogenes) pada konsentrasi 60 mg/ml, tetapi tidak
pada bakteri

Bacillus sereus.

Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Herlinawati (2007) ekstrak
etanol umbi binahong tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.
aureus dan P. aeruginosa. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Herlinawati

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4
(2007) ekstrak etanol umbi binahong diketahui mengandung flavonoid, polifenol,
tanin, dan saponin.
Menurut Sanarto, Prijadi dan Tanjaya (2010) ekstrak metanol daun
binahong mengandung flavonoid, saponin dan tanin sehingga memiliki aktivitas
antibakteri terhadap E. coli dengan nilai Kadar Hambat Minimum pada
konsentrasi 15%.
Pada penelitian Mokhtarpor, Naserian, Valizadeh, Mesgaran, Pourmollae
(2014) menjelaskan bahwaekstraksi kandungan fenol dan tanin dari kacang
pistachio menggunakan pelarut, air-metanol, air-etanol, dan air menghasilkan
lebih banyak kandungan total fenol dan tanin pada pelarut air-etanol. Hal ini
menunjukkan bahwa tanin larut lebih banyak pada pelarut tanin.
Sebuah bahan obat dikategorikan sebagai antibakteri jika memiliki fungsi
sebagai bakteriostat dan bakteriosid. Bakteriostat adalah kemampuan suatu obat
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dalam kadar tertentu dan dapat dilihat
dari nilai KHM, sedangkan bakteriosid adalah kemampuan obat untuk membunuh
bakteri dalam kadar tertentu dan dapat dilihat dari nilai KBM.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk
menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binahong dengan berbagai
konsentrasi menggunakan pelarut DMSO terhadap bakteri S. aureus yang
mewakili gram positif dan E. coli yang mewakili gram negatif.
1.

Perumusan masalah
Ditinjau dari latar belakang yang ada, maka permasalahan yang ingin
diangkat dalam penelitian ini adalah :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5
a.

Apakah ekstrak etanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri
terhadap S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922 ?

b.

Berapa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) dari ekstrak etanol daun binahong terhadap S. aureus
ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922?

c.

Kandungan kimia apa sajakah yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun
binahong yang bermanfaat sebagai antibakteri ?

2.

Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian dengan judul “Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten)
Steenis) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli
ATCC 25922” belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan (Anredera cordifolia (Tenore) Steen), yaitu :
a.

Nilai KHM ekstrak etil asetat daun binahong dengan konsentrasi 25%
terhadap bakteri Staphlylococcus aureus dan konsentrasi 50% terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa (Mufid,2010).

b.

Ekstrak kloroform daun binahong tidak memiliki aktivitas antijamur
terhadap Candida albicans (Rochari,2009).

c.

Ekstrak etanol umbi binahong tidak memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri S. aureus dan P. aeruginosa (Herlinawati,2007).

d.

Ekstrak metanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.
aureus dengan nilai KBM pada konsentrasi 12,5% (Uxiana,2011).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6
e.

Ekstrak etanol daun binahong pada dosis 200mg/kgBB dapat
menurunkan kadar asam urat tikus putih yang terinduksi kafein
(Lidinilla,2014).

f.

Ekstrak petroleum eter tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.
aureus dan E. coli, ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antibakteri
terhadap S. aureus dengan nilai KBM sebesar 2% dan terhadap E. coli
dengan nilai KBM 4% (Setiaji,Yuliani dan Da’I., 2009).

g.

Ekstrak metanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap
E. coli dengan nilai KHM pada konsentrasi 15% (Sanarto, Prijadi dan
Tanjaya,2010).

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitianpenelitian sebelumnya adalah penggunaan pelarut yang berbeda. Pelarut yang
digunakan penelitian-penelitian sebelumnya, adalah etil asetat, metanol,
kloroform, dan petroleum eter, sedangkan pada penelitian ini digunakan pelarut
etanol. Pada penelitian sebelumnya ada juga yang menggunakan pelarut etanol
tapi bagian tanaman yang digunakan adalah umbi binahong, sedangkan pada
penelitian ini bagian tanaman yang digunakan adalah daun binahong.
3.

Manfaat penelitian
a.

Manfaat teoritis. Ditinjau dari segi teoritis, penelitian ini bermanfaat
sebagai sumber data dan informasi serta pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai manfaat ekstrak etanol daun binahong sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7
b.

Manfaat praktis. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah untuk
memperluas pengetahuan tentang pengobatan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh S. aureus dan E. coli dengan menggunakan daun
bianhong yang memiliki potensi sebagai antibakteri.

B. Tujuan penelitian
1.

Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923
dan E. coli ATCC 25922.
2.

Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui nilai KHM dan KBM

ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan E. coli
ATCC 25922 serta kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun
binahong.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Binahong
1.

Klasifikasi
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Caryophyllales

Suku

: Basellaceae

Marga

: Anredera

Jenis

: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Nama umum

: Binahong

(Badan POM RI, 2008)

Gambar 1. Daun Binahong ( BPOM, 2008)

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9
2.

Uraian tanaman
Binahong merupakan tumbuhan menjalar, berumur panjang, bisa

mencapai panjang lebih dari 6 m. batang lunak, silindris, saling membelit,
berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk
semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan
bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun berseling,
berwarna hijau, berbentuk jantung, panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun
tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, bisa
dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak
daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak
berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum. Akar berbentuk
rimpang dan berdaging lunak (BPOM, 2008 ).
3.

Kandungan kimia
Daun binahong diketahui memiliki kandungan asam oleanolik. Asam

oleanoik merupakan golongan triterpenoid, selain itu terdapat pula saponin,
flavonoid, alkaloid, dan tanin (Wongso,2008). Menurut Yin et al., (2007), daun
binahong memiliki kandungan minyak atsiri.
Umbi binahong mengandung protein (ancordin) yang dapat berfungsi
sebagai stimulan kekebalan tubuh untuk merangsang pembentukan antibodi.
Protein dapat merangsang oksida nitrit, yang dapat meningkatkan aliran darah
yang membawa nutrisi untuk setiap sel dan merangsang tubuh untuk
memproduksi hormon pertumbuhan dan reproduksi sel menggantikan sel rusak
(Sri et al, 2011).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10
Ekstrak alkaloid dari beberapa jenis tanaman di laporkan memiliki fungsi
medis, seperti siamine yang merupakan alkaloid pada Cassia siamea memiliki
aktivitas antioksidan (Cagnotti, Kay, dan Gandolfo, 2007 ). Selain itu, tanaman
binahong juga memiliki kandungan fenol, triterpenoid dan steroid. Senyawa
fenolik seperti flavonoid termasuk dalam metabolit sekunder dari tanaman yang
memiliki aktivitas antibakteri (Manoi, 2009).
4.

Aktivitas farmakologi
Secara empiris binahong digunakan sebagai obat batuk atau muntah

darah, darah rendah, memperlancar haid, menambah nafsu makan, mimisan,
radang hati, luka operasi, luka akibat benda tajam, dan luka bakar
(Rohmawati,2007). Selain itu binahong juga dapat digunakan untuk mengobati
infeksi luka (Anonim, 2006). Ada pula penelitian yang menyatakan bahwa ekstrak
kloroform dari herba binahong dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri
(Meyer,2004). Selain itu juga dijelaskan bahwa didalam daun binahong terdapat
aktivitas antioksidan, asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi yang dapat
digunakan sebagai antibakteri (Uchida, et al., 2003).

B. Escherichia coli
1.

Morfologi dan fisiologi
Escherichia coli termasuk dalam kelas Gamma Proteobacteria, ordo

Enterobacteriales, famili Enterobacteriaceae, genus Escherichia. Bakteri ini
merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek (kokobasil),
mempunyai flagel, berukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm, dan mempunyai simpai.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11
Escherichia coli tumbuh dengan baik di hampir semua media pembenihan, dapat
meragi laktosa dan bersifat mikroaerofilik (Radji, 2010 ).
2.

Patogenesis dan gejala penyakit
Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia,

seperti infeksi saluran kemih, infeksi meningitis pada neonates dan infeksi
intestine (gastroenteritis). Ketiga penyakit infeksi tersebut sangat bergantung pada
ekpresi faktor virulensi masing-masing serotipe Escherichia coli, termasuk adanya
adhesin, invasin, dan jenis toksin yang diproduksi, serta kemampuan melawan
pertahanan tubuh sel inang. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Escherichia coli ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak dan daging yang
terkontaminasi. Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan
biasanya terjadi di tempat yang memiliki sanitasi dan lingkungan yang kurang
bersih (Radji, 2010).
Berdasarkan sifat virulensi, Escherichia coli dikelompokkan menjadi
Escherichia coli yang menyebabkan infeksi intestine dan Escherichia coli yang
menyebabkan infeksi ekstraintestin. Berikut adalah penyakit-penyakit yang
disbebakan oleh Escherichia coli berdasarkan sifat virulensinya.
a.

Escherichia coli yang menyebabkan infeksi intestin:
1.

Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) merupakan penyebab penting
diare pada bayi. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Faktor
kromosom yang mendukung pelekatan yang erat. Terjadi kehilangan
microvili (affecement), pembentukan filamentasi actin atau struktur
seperti cangkir, dan biasanya masuk ke dalam sel mukosa.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12
2.

Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) merupakan penyebab diare
pada anak dan wisatawan yang berpergian ke daerah yang bersanitasi
buruk. Strain ETEC memproduksi endotoksin yang sifatnya labil
terhadap panas (LT) dibawah kontrol plasmid. Sub unit B melekat pada
Gm1 gangliosida pada sisi sel epitel dari usus kecil dan mmeberikan
fasilitas sebuah pemasukan dari subunit A kedalam sel, dimana
mengaktifasi adenylyl cyclase. Hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan konsentrasi lokal dari cyclic adenosine monophosfat
(cAMP), yang menghasilkan hiperekskresi yang sering dan lama dari air
dan klorid serta menghambat penyerapan natrium. Lumen ususu
digelembungkan dengan cairan hipermotility dan diarepun terjadi.

3.

Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) memproduksi verotoksin.
Nama verotoksin sesuai dengan efek sitotoksik, dimana toksin ini berada
pada sel vero, yaitu sel ginjal yang diperoleh dari ginjal monyet afrika.
EHEC berhubungan dengan colitis hemiragik, bentuk diare yang berat
dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal
ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopatik dan trombositopenia.

4.

Escherichia coli enteroagregatif (EAEC) merupakan penyebab utama
pada masyarakat berkembang. EAEC melekat pada sel manusia dengan
pola khas dan menyebabkan diare yang tidak berdarah, tidak menginvasi
dan tidak menyebabkan inflamasi pada mukosa intestine. EAEC
diperkirakan memproduksi EAST ( entero aggregative ST toxin), yang
merupakan suatu enterotoksin yang tidak tahan panas. Di samping itu,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13
EAEC juga memproduksi hemolisin yang diperkirakan mirip dengan
hemolisin yang diproduksi oleh galur Escherichia coli yang dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih.
5.

Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) mekanisme patogenik EIEC mirip
dengan patogenesis infeksi yang disebabkan oleh shigella. EIEC masuk
dan berkembang dalam epitel sel-sel kolon sehingga menyebabkan
kerusakan pada sel kolon. Gejala klinis yang ditimbulkan mirip dengan
gejala diare yang disebabkan oleh Shigella. Gejala diare biasa disertai
dengan demam.

b.

Escherichia coli yang menyebabkan infeksi ekstraintestin :
1.

Escherichia coli uropatogenik (UPEC) menyebabkan kira-kira 90%
infeksi

saluran kemih mulai

dari sistisis sampai pielonefritis.

Nefropatogenik Escherichia coli secara khas memproduksi hemolisin.
Kebanyakan infeksi disebabkan oleh Escherichia coli dari sejumlah
antigen O. Antigen K menjadi penting dalam patogenesis infeksi sistem
saluran bagian atas.
2.

Sepsis terjadi bila pertahanan inang normal tidak mencukupi. Escherichia
coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang
baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena
tidak memiliki antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran
kemih.

3.

Escherichia coli meningitis meonatus (NMEC) disebabkan oleh antigen
K1. Antigen K1 bereaksi silang dengan grup B kapsular polisakrida dari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14
N meningitides. Mekanisme virulensi berhubungan dengan antigen K1
belum dipahami (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005).

C. Staphylococus aureus
1.

Morfologi dan fisiologi
Bakteri Staphylococus aureus termasuk dalam famili Micrococcaceae.

Bakteri ini berbentuk bulat namun koloni mikroskopiknya cenderung berbentuk
menyerupai buah anggur. Staphylococus aureus menghasilkan pigmen berwarna
emas. Bakteri ini tumbuh dengan atau tanpa bantuan oksigen (anaerob fakultatif)
dan menghasilkan enzim katalase. Staphylococus aureus adalah bakteri gram
positif yang berdiameter 0,8 – 1 mikron, tidak bergerak, dan tidak berspora.
Staphylococus aureus dapat tumbuh pada suhu 15-45OC dan dalam NaCl
berkonsentrasi 15% (Radji, 2010).
2.

Toksin dan enzim
S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya menyebar

luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai
zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim
dan toksin, contohnya :
1. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses
fagositosis.

Tes

adanya

aktivitas

Staphylococcus dari Streptococcus.

katalase

menjadi

pembeda

genus

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15
2. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena
adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang berekasi dengan enzim
tersebut.

Esterase

yang

dihasilkan

dapat

meningkatkan

aktivitas

penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri
yang dapat menghambat fagositosis
3. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di
sekitar koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta
hemolisin dan delta hemolisin. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada
medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan
dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan
Staphylococcus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel
darah merah domba dan sapi, sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang
dapat melisiskan sel darah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang
terhadap sel darah merah domba.
4. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi
perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas. Hal ini disebabkan
kerena Staphylococcus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih
manusia dan dapat difagositosis.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16
5. Toksin eksfoliatif
Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks
mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial
pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebab
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya
kulit.
6. Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST)
Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penserita sindrom syok
toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toksin ini
menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ
dalam tubuh.
7. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa
didalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama keracunan makanan,
terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein (Jawetz,
Melnick, Adelberg, 2005).
3.

Patogenesis dan patologi
Beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi Staphylococus

aureus adalah sebagai berikut.
a.

Impetigo. Merupakan infeksi penyakit kulit yang ditimbulkan bintil-bintil
berisi nanah.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17
b.

Folikulitis. Merupakan infeksi superfisial pada folikel-folikel rambut dengan
mengeluarkan pastula berwarna putih. Tempat pastula-pastula itu tumbuh
akan terasa gatal selama 1-2 hari sebelumnya.

c.

Furunkel. Merupakan infeksi Staphylococus aureus yang menginvasi bagian
dalam dari folikel rambut. Furunkel merupakan peradangan yang disertai
pembengkakan dan menyakitkan. Walaupun dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, infeksi ini lebih sering dijumpai di daerah wajah, leher, ketiak, dan
anus. Furunkel dikenal dengan nama borok atau bisul.

d.

Mastitis. Merupakan infeksi pada payudara. Infeksi ini terjadi pada payudara
ibu yang sedang menyusui melalui luka atau melalui putting payudara yang
terluka. Infeksi ini menyebabkan luka yang menyakitkan.

e.

Piomiositis. Merupakan infeksi pada otot. Infeksi ini umumnya terjadi
didaerah tropis.

f.

Endokarditis. Merupakan infeksi pada katup jantung. Infeksi ini dapat terjadi
apabila Staphylococus aureus menyerang endokardium yang merupakan
bagian paling dalam dari jantung. Kondisi ini menyebabkan kerusakan
permanen pada jantung. Hal ini terutama terjadi pada pecandu narkoba yang
menggunakan narkoba melalui injeksi intravena.

g.

Artritis septik. Merupakan infeksi Staphylococus aureus yang menyebar ke
pembuluh darah, tangan, kaki, dan punggung tempat abses kemudian
berkembang. Namun, bagian yang terinfeksi akan membengkak dan berisi
nanah. Bila ini dibiarkan, bagian-bagian itu akan menjadi kaku.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18
h.

Pneumonia. Merupakan infeksi Staphylococus aureus pada paru-paru.
Pneumonia dapat timbul setelah seseorang menderita flu.

i.

Sindrom renjat toksik. Sindrom ini dapat menyebabkan demam tinggi,
tekanan darah rendah, kulit terkelupas, dan kerusakan organ-organ tertentu.
Sindrom ini dapat menyebabkan kematian. Wanita yang menggunakan
tampon berisiko terkena infeksi ini (Radji, 2010).

D. Simplisia
Simplisia adalah bahan yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan
yang telah dikeringkan (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Berdasarkan hal tersebut, maka simplisia di bagi menjadi tiga golongan,
yaitu simplisia nabati, simplisia hewan dan simplisia mineral (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung
organisme patogen dan harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga dan
binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan
warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan.
Sebelum diserbukkan, simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau
pengotor lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing (Depkes RI,
1995).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19
E. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat
pada simplisia. Ragam ektraksi yang tepat sudah tentu tergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah
terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis (Harbone, 1996).
Macam-macam metode ekstraksi dapat dilakukan, diantaranya :
a.

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
1. Cara Dingin
1) Maserasi adalah proses pengestrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dan dilakukan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruang (kamar). Secara teknologi maserasi termasuk
ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang
kontinyu

(terus-menerus).

Remaserasi

berarti

p

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-HEKSANA, ETIL ASETAT dan ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

0 21 19

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-HEKSANA, ETIL ASETAT dan ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

7 327 19

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

8 83 25

UJI EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI KARAGENIN

13 75 55

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP LARVA Aedes aegypti INSTAR III

5 23 63

UJI AKTIFITAS SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI.

0 1 20

UJI AKTIVITAS KRIM EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI.

5 10 4

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK PETROLEUM ETER, ETIL ASETAT DAN ETANOL 70% RHIZOMA BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 11229 SERTA SKRINING FITOKIMIANYA.

0 0 19

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

2 4 6

UJI POTENSI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENINGKATAN KETEBALAN JARINGAN GRANULASI DAN WAKTU PENYEMBUHAN LUKA BAKAR TIKUS

0 0 17