DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN SOPPENG 2017-2021
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI
JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN
SOPPENG 2017-2021
BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA
TATA RUANG KABUPATEN SOPPENG
3.1 Arahan Kebijakan dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Soppeng
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang, maka disusun kebijakan penataan ruang. Kebijakan
Penataan Ruang Kabupaten Soppeng, meliputi :
a. peningkatan kinerja kawasan perkotaan sebagai pusat distribusi pelayanan terhadap kawasan
sekitarnya melalui pengembangan fungsi yang berhirarki sesuai dengan skala pelayanan masingmasing kawasan perkotaan;
b. peningkatan sistem transportasi guna membuka dan meningkatkan askesibilitas terhadap seluruh
kawasan;
c. peningkatan sistem jaringan infrastruktur wilayah guna mendorong pertumbuhan wilayah dan
meningkatkan produktivitas sentra-sentra produksi;
d. penetapan dan pelestarian kawasan yang berfungsi lindung sebagai perwujudan kelestarian
fungsi lingkungan hidup;
e. pengelolaan dan pengembangan kawasan budidaya secara optimal guna memacu tingkat
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi wilayah, sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lahan yang dimiliki;
f.
pengembangan sektor-sektor unggulan dan optimalisasi potensi lokal guna menunjang
keterpaduan pembangunan dan pengembangan agro-industri;
g. penetapan dan pengelolaan kawasan strategis guna menunjang pengembangan kepentingan
ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Soppeng sebagai berikut :
(1) Strategi peningkatan kinerja kawasan perkotaan sebagai pusat distribusi pelayanan terhadap
kawasan sekitarnya melalui pengembangan fungsi yang berhirarki sesuai dengan skala
1|RPIJ M K abupa ten Soppeng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
pelayanan masing-masing kawasan perkotaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf a, terdiri atas:
a. memantapkan fungsi kawasan-kawasan perkotaan (PKL, PPK dan PPL) sebagai pusat
distribusi dan pelayanan yang merata;
b. membentuk sistem distribusi dan pemasaran yang berhirarki melalui interkoneksi antar
pusat-pusat pelayanan;
c. meningkatkan keterhubungan antar kawasan, terutama terhadap kawasan terpencil, serta
sentra-sentra produksi guna memacu pertumbuhan ekonomi wilayah; dan
d. mendorong pertumbuhan pada kawasan-kawasan yang berpotensi sebagai pusat pelayanan,
melalui penyediaan dan peningkatan fungsi pelayanan pada kawasan-kawasan perkotaan.
(2) Strategi peningkatan sistem transportasi guna membuka dan meningkatkan aksesibilitas
terhadap seluruh kawasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b, terdiri atas:
a. meningkatkan kualitas jaringan jalan, terutama pada jalan-jalan utama dan jaringan jalan
yang menghubungkan ke sentra-sentra produksi;
b. meningkatkan aksesibilitas pada dan jalur penghubung antar kawasan dan kepulauan, untuk
meningkatkan jalur angkutan barang dan penumpang;
c. mengembangkan sarana transportasi melalui pengembangan simpul transportasi dan
peralihan moda angkutan (terminal dan pelabuhan) untuk memudahkan sistem koleksi dan
distribusi angkutan barang dan penumpang; dan
d. membuka akses jalan baru (sistem jaringan primer dan sekunder) pada kawasan perkotaan,
kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan sentra produksi guna pemerataan pelayanan
dan pembangunan.
(3) Strategi peningkatan sistem jaringan infrastruktur wilayah guna mendorong pertumbuhan wilayah
dan meningkatkan produktivitas sentra-sentra produksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a. meningkatkan sistem jaringan energi listrik melalui pengembangan dan penambahan daya
dan sambungan listrik terutama pada kawasan perdesaan dan kawasan terpencil yang belum
terjangkau dengan sistem interkoneksi kelistrikan PLTD baru serta PLTMH pada kawasan
yang memungkinkan sistem aliran sungai deras;
2|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
b. meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi, baik secara kualitas dan jangkauan pelayanan
maupun jumlah sambungan sebagai media komunikasi dan informasi internal dan eksternal
wilayah;
c. melestarikan dan mengembangkan sumberdaya air baku, untuk menunjang pemenuhan
kebutuhan air minum maupun untuk kebutuhan produksi sentra-sentra ekonomi masyarakat;
d. mengembangkan sistem jaringan prasarana air baku berupa irigasi, waduk, embung, dan
bendungan guna menunjang peningkatan produksi sektor pertanian dan sektor unggulan
lainnya;
e. meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan pelayanan air minum, dan pengembangan sistem
pengolahan dan sistem jaringan air minum melalui sistem perpipaan dan non perpipaan;
f.
mengoptimalkan dan mengembangkan sistem pengolahan persampahan dan limbah,
terutama pada kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, sarana kesehatan, sarana
pendidikan, perdagangan dan jasa, industri serta pelayanan umum dan pemerintahan; dan
g. mengoptimalkan dan mengembangkan sistem jaringan drainase terutama pada kawasan
perkotaan yang berfungsi sebagai pengendali banjir perkotaan.
(4) Strategi penetapan dan pelestarian kawasan yang berfungsi lindung sebagai perwujudan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d,
terdiri atas:
a. menetapkan tapal batas kawasan hutan lindung, dan memberikan penegasan terhadap
fungsi ruang pada kawasan hutan lindung;
b. menegaskan batas dan fungsi kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahannya dan
kawasan perlindungan setempat;
c. menegaskan fungsi ruang pada kawasan perlindungan setempat, melalui peraturan
pemanfaatan ruang sesuai dengan kebutuhan dan manfaat ruang;
d. menetapkan kawasan lindung secara konsisten agar terjaga fungsinya untuk melindungi
kawasan bawahannya, melindungi kawasan setempat, memberi perlindungan terhadap
keanekaragaman flora dan fauna beserta ekosistemnya, serta melindungi kawasan rawan
bencana;
e. melestarikan kawasan lindung terutama kawasan lindung yang mengalami penurunan
kualitas lingkungan;
3|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
f.
merehabilitasi dan melestarikan kawasan-kawasan yang teridentifikasi sebagai lahan kritis
dan kawasan lindung yang telah dieksploitasi;
g. mengembalikan fungsi dan meremajakan kawasan lindung yang selama ini dibubidayakan
oleh masyarakat;
h. mewujudkan ruang terbuka hijau pada kawasan terbangun terutama pada kawasan
perkotaan; dan
i.
melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung sehingga dapat
secara bersama menjaga kelestarian fungsi kawasan.
(5) Strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan budidaya secara optimal guna memacu
tingkat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi wilayah, sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lahan yang dimiliki, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e, terdiri atas:
a. mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, perdagangan dan jasa, industri, dan
pariwisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan sektor pertanian, dan perkebunan
untuk memacu pertumbuhan dan produktivitas sektor-sektor unggulan;
c. mengembangkan usaha industri, terutama industri pengolahan hasil-hasil pertanian guna
menunjang Kabupaten Soppeng sebagai lumbung pangan regional;
d. mengembangkan objek-objek wisata alam, budaya, dan buatan yang dapat menarik minat
wisatawan mancanegara dan nusantara;
e. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan kepariwisataan, serta
melakukan promosi pariwisata untuk meningkatkan jumlah wisatawan;
f.
mengendalikan dan pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk
menghindari konflik kepentingan antar sektor;
g. mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur kawasan perkotaan dan perdesaan; dan
h. merencanakan dan mengembangkan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), sebagai pusat
pertumbuhan baru wilayah perdesaan.
(6) Strategi pengembangan sektor-sektor unggulan dan optimalisasi potensi lokal guna
menunjang keterpaduan pembangunan dan pengembangan agro-industri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf f, terdiri atas:
4|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
a. mengembangkan ekonomi kerakyatan diarahkan pada dukungan sektor pertanian (tanaman
pangan, perkebunan, peternakan), yang mendukung peningkatan produksi dan produktivitas
hasil-hasil produksi dengan memperhatikan potensi lokal;
b. memperkuat sistem permodalan untuk membantu meningkatkan produktivitas usaha kecil
dan nelayan, terutama pada sektor kegiatan perkebunan;
c. meningkatkan sarana dan prasarana dasar sosial ekonomi perkotaan maupun perdesaan;
d. mengembangkan kegiatan usaha industri kecil yang berbasis pada pengolahan hasil-hasil
pertanian, perkebunan, dan peternakan, guna meningkatkan taraf ekonomi masyarakat;
e. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pembinaan, pelatihan dan penyuluhan
tentang peningkatan komoditas pertanian, dan perkebunan yang berkualitas;
f.
mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, melalui pengembangan
industri
kecil/menengah dan rumah tangga yang dapat mengelola potensi daerah, dengan
melakukan pembinaan komprehensif terhadap pelaku usaha kecil menengah; dan
g. peningkatan kapasitas SDM, kelembagaan, peralatan dan permodalan pelaku industri rumah
tangga dengan pemberian pelatihan keterampilan, bantuan modal kerja dan peralatan,
pembinaan manajemen dan pemasaran, serta pengembangan pola kemitraan.
(7) Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan strategis guna menunjang pengembangan
kepentingan ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi, dan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf g, terdiri atas:
a. mengembangkan kawasan yang mempunyai kegiatan sektor strategis yang potensial
terutama dalam aspek ekonomi;
b. mendelineasi kawasan cagar alam dan pelestarian alam serta mencegah kegiatan budidaya
pada daerah sekitarnya yang dapat mengancam kelestarian kawasan cagar alam;
c. menstimulasi kawasan-kawasan yang sulit berkembang melalui pengembangan desa-desa
pusat pertumbuhan atau pembukaan kegiatan usaha pertanian;
d. mengembangkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai sentra produksi untuk
meningkatkan perekonomian wilayah;
e. memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan usaha produksi masyarakat;
f.
meningkatkan sarana dan prasarana dasar ekonomi;
5|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
g. memelihara dan melestarikan keberadaan cagar budaya, dan peninggalan sejarah;
h. melestarikan dan merevitalisasi kawasan-kawasan tradisional dan nilai-nilai budaya tinggi;
i.
menanggulangi kawasan rawan bencana melalui konservasi lingkungan, pengembangan
jalur hijau, mengurangi bahkan meniadakan kegiatan budidaya pada daerah rawan bencana;
j.
melestarikan dan meremajakan kawasan hutan melalui kegiatan penghijauan; dan
k. mempertahankan fungsi kawasan lindung mangrove.
(8) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf h terdiri atas:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar
kawasan khusus pertahanan dan kemanan;
c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan khusus pertahanan
dan keamanan; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.
3.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Soppeng
3.2.1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Soppeng
1.
Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
a.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kota Watansoppeng mempunyai skala pelayanan wilayah
Kabupaten Soppeng dalam klaster ruang di sekitarnya dan diarahkan pada:
Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata ruang kota (RDTR dan RTRK),
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kota.
Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota, serta peningkataan ketersediaan
prasarana dan sarana produksi bagi kawasan pertanian, dan perkebunan.
Peningkatan prasarana komunikasi antar wilayah pengembangan yang ada di Kabupaten
Soppeng.
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan
sistem transportasi yang memadai.
Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi ibukota kabupaten.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) kota kecamatan lainnya mempunyai skala pelayanan di
wilayah kecamatan sekitarnya, dan diarahkan pada:
6|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PPK dan Ibukota Kabupaten.
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan
jaringan jalan.
Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, dan
perkebunan.
Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi
2.
Kriteria-kriteria Sistem Perkotaan
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;
b.
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
perdagangan dan jasa yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa
kecamatan; dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa kecamatan;
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan sosial
yang melayani skala kecamatan dan/atau beberapa desa
Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kecamatan dan atau bebebrapa desa;
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.
3.3 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana
pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2
7|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan
jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat mendasar untuk dijadikan landasan dalam
perumusan program untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang
akan datang adalah :
-
Program pembangunan jalan dan jembatan;
-
Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
-
Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
-
Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
-
Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
-
Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
-
Program normalisasi saluran;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
-
Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
-
Program pemberdayaan petani pemakai air;
-
Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
-
Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
-
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan
rendah;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
-
Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pengembangan sistem distribusi air minum;
8|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
-
Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
-
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
-
Program pengembangan perumahan;
-
Program lingkungan sehat perumahan;
-
Program pemberdayaan komunitas perumahan;
-
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
-
Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;
-
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai
berikut :
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
-
Program kerjasama pemanfaatan ruang;
Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan peningkatan kualitas serta
kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan, perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air. Adapun
program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
-
Program pembangunan jalan dan jembatan;
-
Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
-
Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
9|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
-
Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
-
Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
-
Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
-
Program normalisasi saluran;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
-
Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
-
Program pemberdyaan petani pemakai air;
-
Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
-
Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
-
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan
rendah;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
-
Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pengembangan sistem distribusi air minum;
-
Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
-
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
-
Program pengembangan perumahan;
-
Program lingkungan sehat perumahan;
-
Program pemberdayaan komunitas perumahan;
-
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
10 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
-
Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;
-
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai
berikut:
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
-
Program kerjasama pemanfaatan ruang.
3.4 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada PeraturanPemerintah No. 36 tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang
menyatakan bahwapengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunanPeraturan
Daerah
tentang
Bangunan
Gedung
undanganyanglebihtinggidenganmemperhatikan
berdasarkan
kondisi
padaperaturanperundang-
kabupaten/kota
setempat
serta
penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasidan teknis bangunan
gedung. Salah satunya mengatur persyaratankeandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dankemudahan.Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikanperlindungan rasa
amanbagi pengguna bangunan gedung dalammelakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasipenyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerahrawan
bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagaipayung hukum di daerah dalam menjamin
keamanan dan keselamatanbagi pengguna.Ketersediaan Perda BG bagikabupaten/kotamerupakan
salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidangCipta Karya di kabupaten/kota.
3.5 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)Kabupaten Soppeng
Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan
dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang memberikan
pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air
11 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
minum, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam
penyelenggaraan SPAM adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional; (ii)
menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM); (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
air baku.
Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi
masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah
Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan
masyarakat, yang masih diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat
terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan
prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana
air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis,topografis dan geologis dan juga aspek sumber
daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan
kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang
berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna
menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di daerah
tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air minum suatu
wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya
suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan
(sustainable) dan terarah.
3.6 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Soppeng
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup sehat, kondisi
lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap
sebagai urusan “sekunder”, sehingga sering terpinggirkan dari urusan-urusan yang lain, namun
seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat
pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi
menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.
Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial
dan belum terintegrasi dalam suatu “grand design” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran
12 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
secara menyeluruh serta jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis
kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi
secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan real masyarakat.
Selanjutnya program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP), kabupaten/kota wajib menyiapkan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS).
Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi kondisi (existing) sanitasi saat ini. Dokumen
Buku Putih Sanitasi berfungsi sebagai data dasar (baseline data) kondisi sanitasi kabupaten/kota
dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK), monitoring dan evaluasi sanitasi.
Kegiatan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari semangat
kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang berpacu dengan waktu untuk
mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi Milenium Development Goals (MDGs)
yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002, dengan salah satu kesepakatannya
adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum
yang sehat serta penanganan sanitasi dasar.
Ruang lingkup sanitasi dapat dilihat dalam beberapa tinjauan sebagai berikut :
Air limbah domestik, dibagi dalam 2 jenis :
Black water : air buangan jamban (urin, tinja, dan air gelontoran)
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja (kotoran) manusia
yang tediri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(jamban cemplung) yang dilengkapi dengan unti penompang kotoran dan air untuk
membersihkannya. Kementerian kesehatan telah menetapkan syarat dalam bentuk jamban
sehat, yaitu : Tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga,
tidak menimbulkan baud an nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya, mudah
dibersihkan dan menimbulkan pandangan kurang sopan. Jamban merupakan sanitasi dasar
penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Sebenarnya masyarakat sadar dan mengerti arti
pentingnya mempunyai jamban, namun nilai kesadaran masih rendah dalam hal penerapan
pola hidup sehat (PHBS).
Grey Water : air buangan mandi dan cuci
Jadi, cakupan air limbah domestik (rumah tangga) juga mencakup pembuangan air mandi dan
cuci. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan
13 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah menurut tingkat perlakuan dan karakteristik limbah.
Pengelolaan persampahan yaitu kegiatan sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Termasuk dalam sanitasi berupa sampah rumah tangga dan sampah
sejenis umah tangga. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan
pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan
dengan enggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus
dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS),tempat pembuangan
akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.
Drainase lingkungan/tersier merupakan sistem saluran awal yang melayani kawasan
kota tertentu, seperti kompleks perumahan, area pasar, areal industry, dan
perkantoran. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air
tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima.
PHBS adalah aspek non-teknis dari sanitasi yang meliputi promosi kesehatan,
perubahan, perilaku, dan sanitasi rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui Pendampingan (Advokasi),
bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat
sendiri, terutama
menerapkan
dalam
cara-cara
dapat
tatanan
hidup
mengenali
dan mengatasi masalahnya
masing-masing,
sehat
dengan
dan
menjaga,
masyarakat
memelihara
dapat
dan
meningkatkan kesehatannya.
Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan
kemiskinan. Pembangunan sektor sanitasi di beberapa daerah di Indonesia, seringkali kurang menjadi
prioritas dibanding sektor lainnya. Tidak memadainya pembangunan sektor sanitasi akan berdampak
pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan pada umumnya.
Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga
14 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
maupun di lingkungan perumahan (TTPS, 2010). Pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah
upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar
(jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah),
drainase dan sampah (Bappenas, 2003).
Wilayah kajian penyusunan buku putih (BPS) dan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
mencakup wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang
dan Wilayah Daerah (RTRW). Kebijakan ini telah dicermati dan diskusikan dengan mensejajarkan
sejumlah kebijakan daerah RPJPD, RP4D, RPJMD, RTBL dan RPI2JM Bidang Keciptakaryaan
3.7 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten Soppeng tertuju pada Kawasan
Perkotaan di Lalabat Rilau Kota Watansoppengyang disusun dengan memperhatikan Pedoman
Penataan Bangunan dan Lingkungan serta berbagai Peraturan Pemerintah atau dokumen
perencanaan lain yang relevan. Sesuai dengan konsep dan proses penyusunan maka dokumen ini
ditulis berdasarkan pedoman penyusunan RTBL dan merupakan Laporan Antara. Secara garis besar
Buku Laporan ini berisi Antara, struktur dan sistematika dokumen, kondisi wilayah perencanaan dan
arsitektur kawasan, serta arahan pengembangan menurut rencana tata ruang yang sudah ada. RTBL
ini digunakan lebih lanjut sebagai pedoman dalam penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten
Soppengsesuaikomitmendandukungan pemerintahdaerah.”
Dalam rangka perwujudan strategi tersebut, maka program kegiatan terkait pembangunan
kawasan dan permukiman yang dimaksud dapat diwujudkan melalui :
a.
Pembangunan dan peningkatan jalan-jalan lokal dan lingkungan permukiman
b.
Pemasangan sheet pile dan bronjong pada kawasan tepian
c.
Pembuatan pertamanan dan pedestrian
d.
Pembuatan ruang terbuka non-hijau dan elemen pelengkapnya
e.
Pembangunan kawasan kuliner
Perkembangan ruang kota di Kota WatansoppengKabupaten Soppeng tidak akan terlepas dari
permasalahan perkotaan pada umumnya. Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu
diantisipasi dan ditata dalam sebuah Rencana Ketataruangan.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang telah mengalami kemajuan
yang pesat seiring dengan berkembangnya potensi-potensi yang dimilikinya. Potensi sumber daya
alam yang melimpah dan didukung oleh posisi yang strategis mengakibatkan kegiatan perekonomian
15 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
diprovinsi ini semakin berkembang. Kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang berkembang pesat
hendaknya diimbangi dengan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, pelayanan kepada
masyarakat yang lebih profesional, dan pelaksanaan pembangunan yang transparan dan merata
dengan tujuan terciptanya kesejahteraan masyarakat yang seutuhnya dan menyeluruh. Sehingga
potensi-potensi daerah baik potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan sebagainya, bisa
lebih dioptimalkan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Kabupaten Soppeng, memberi
penjelasan bahwa secara geografis, Kabupaten Soppeng memang sangat strategis dilihat dari sisi
kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Kabupaten Soppeng menjadi simpul jasa
distribusi di daerah selatan yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan daerah lain.
Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu diantisipasi dan ditata dalam sebuah
Rencana Ketataruangan. Apabila berbagai kegiatan ini dibiarkan tanpa kendali akan memberikan
dampak pembangunan yang kurang terarah, termasuk juga faktor kelestarian dan kenyamanan
lingkungan. Kerangka pengembangan (urban guidelines) amatlah diperlukan di Kota Watansoppeng
untuk mengantisipasi pembangunan yang kurang tertib, munculnya ketidakselarasan lingkungan,
serta perangkat pengendali perkembangan kota. Diharapkan melalui melalui upaya penataan dengan
disiapkannya kerangka pengembangan dalam bentuk dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) dapat mencapai kualitas lingkungun yang lebih baik, serta memberi arahan
terhadap pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku. RTBL tersebut juga merupakan arahan
arsitektur lingkungan setempat yang melengkapi peraturan bangunan yang ada.
Mengingat potensi serta kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat sering terjadi diruang
yang dialokasikan sebagai kawasan pengembangan pembangunan, maka prioritas penanganan
penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat, kawasan tumbuh cepat, daerah pusat
perdagangan, kawasan dengan fungsi campuran, atau pada kawasan dengan kondisi geografis
memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta keserasian terhadap lokasi
setempat misal daerah tepian air atau waterfront, perbukitan dan sebagainya.
Gagasan ideal ruang perkotaan merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu
mengakomodasi kegiatan sosial ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat,
keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu seimbang dengan upaya pelestarian
lingkungan. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota disatu sisi dan sekaligus sebagai
pengendalian, tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL). Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap persyaratan Tata Bangunan seperti
tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/N/2007.
16 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Dalam peraturan tersebut tercantum pengertian RTBL yaitu panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan,
rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
RTBL diperlukan sebagai kerangka pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap
wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL disusun setelah suatu produk
perencanaan tata ruang kota di sah kan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai Peraturan Daerah
(Perda). Dalam lingkup kawasan yang lebih terinci Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
merupakan hasil dari proses identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu lingkungan/kawasan.
Termasuk didalamnya adalah identifikasi dan apresiasi kontek lingkungan, program peran masyarakat
dan pengelolaan serta pemanfaatan aset properti kawasan.
Dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota yang berlaku, selanjutnya disusun RTBL
yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana Detil atau
Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan
kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan
terhadap wujud pemanfaatan lahan, langgam arsitektural pada bangunanbangunan sebagai hasil
rencana teknis rancang bangunan (buildingdesign), terutama pada kawasan tertentu yang memiliki
karater khas seperti dimaksud di atas.
Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan yaitu urban designer dan arsitek
akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah
setempat, termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra, dan jati diri lokasi yang
perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan lingkungan yang dirancang akan
memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.
Di dalam proses penyusunan RTBL harus memperhatikan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Kepentingan umum atau aspirasi masyarakat
2.
Pemanfaatan sumber daya setempat
3.
Kemampuan daya dukung lahan yang optimal
Memperhatikan kriteria diatas, maka RTBL harus memuat hal sebagai berikut :
1.
Pedoman Rencana Teknik dalam bentuk arahan desain tiga dimensional
2.
Program Tata Bangunan dan Lingkungan
3.
Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunan (Urban/environmelital
building design and development guidelines)
17 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Sebagai arahan rinci maka RTBL dilengkapi dengan paket investasi yang menunjukkan
prioritas pengembangan kawasan, fungsi kawasan serta perkiraan investasi untuk menata kawasan
tersebut sesuai dengan arahan pengembangan.
Maksud penyusunan RTBL Kawasan sebagai wilayah perencanaan pada bagian tertentu di
dalam Kabupaten Soppeng adalah menghasilkan panduan umum yang menyeluruh dan memiliki
kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan di kecamatan tersebut sesuai
dengan arahan pengembangan dan fungsi kawasan yang diemban.
Tujuan dari kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Watansoppeng di dalam Kota
Watansoppeng adalah untuk memberikan :
a.
Pengendalian dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu
lingkungan atau kawasan agar memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan
yang berkelanjutan;
b.
Kriteria pemenuhan bagi persyaratan tata bangunan dan lingkungan;
c.
Arahan peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat di dalam Kawasan perdesaanmelalui
perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik;
d.
Perwujudan perlindungan terhadap lingkungan hidup;
e.
Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.
Sasaran dari kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Watansoppeng,Kota Watansoppeng, Kabupaten
Soppeng adalah :
1.
Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk mengarahkan jalannya
pembangunan sejak dini di kawasan tersebut;
2.
Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
3.
Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung;
4.
Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan
lingkungan/kawasan;
5.
Mengendalikan pertumbuhan fisik lingkungan/kawasan;
6.
Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan;
7.
Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan karena dukungan dan rasa memiliki dari
masyarakat sebagai efek positif pelibatan masyarakat dalam
proses penyusunan RTBL.
Sehingga diharapkan Kegiatan Kawasan Watansoppeng, dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui:
18 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
1.
Perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable); sangat berkaitan dengan kualitas
ruang-ruang fungsional (functional quality).
2.
Perwujudan kualitas lingkungan yang berjatidiri (imageable); sangat berkaitan dengan kualitas
visual dari suatu ruang (visual quality).
3.
Perwujudan kualitas lingkungan yang produktif (enduring); sangat berkaitan terutama dengan
kualitas lingkungan dari suatu ruang (environmental quality). Sesuai dengan kandungan
materinya maka kedudukan RTBL bisa diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Rencana kegiatan komunitas atau community action plan.
b. Rencana penataan lingkungan atau neighbourhood development plan.
c. Panduan rancangan kota atau urban design guidelines.
Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan dokumen RTBL harus
merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun
wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana
digambarkan dalam gambar berikut.
Gambar 3.1. Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan
19 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana dijelaskan dalam
bagian berikut ini.
Secara umum Dokumen RTBL berisi Program Bangunan dan Lingkungan. Program bangunan
dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang
telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Program tersebut memuat jenis, jumlah, besaran dan
luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial,
prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa
penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun yang baru. Penyusunan program bangunan
dan lingkungan dilakukan melalui analisis kawasan dan wilayah perencanaan termasuk mengenai
pengendalian dampak lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran
masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan. Secara
konseptual disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 3.2. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL
20 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Analisis kawasan dan wilayah perencanaan merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis,
memetakan dan mengapresiasikan kontekslingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan
wilayah sekitarnya. Manfaat analisis kawasan dan wilayah perencanaan adalah:
1. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan lingkungan serta kegiatan sosial
ekonomi dan kependudukan yang tengah berlangsung.
2. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat rencana pengembangan
program bangunan dan lingkungan, serta dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter khas
lokal sesuai dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.
Analisis secara sistematis meninjau aspek sebagai berikut:
1. Perkembangan Sosial-Kependudukan. Merupakan gambaran kegiatan sosial kependudukan
dengan memahami beberapa aspek antara lain: tingkat pertumbuhan penduduk, Jumlah
keluarga, Kegiatan sosial penduduk, Tradisi-budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan
secara kultur-tradisional.
2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi. Merupakan gambaran sektor pendorong perkembangan
ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan
tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan pemerintah daerah.
3. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan. Merupakan analisis kemampuan fisik, lingkungan dan lahan
potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus dipahami
antara lain: kondisi tata guna lahan, kondisi bentang alam kawasan, lokasi geografis,
sumberdaya air, status-nilai tanah, ijin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.
4. Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan. Menunjukkan kesiapan administrasi dari lahan
yang direncanakan dari segi legalitas hukum.
5. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan. Menganalisis kemampuan pelayanan
infrastruktur, jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk yang terlayani, dan
kapasitas pelayanan.
6. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan. Berkaitan dengan kedudukan nilai historis kawasan
pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai aset pelestarian pada skala regional bahkan
skala Nasional.
Prinsip analisis kawasan dan wilayah perencanaan salah satunya dengan metode SWOT,
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kekuatan atau Potensi (Strength) yang dimiliki wilayah perencanaan, yang selama ini tidak atau
belum diolah secara maksimal, atau pun terabaikan keberadaannya.
21 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
2. Kelemahan atau Permasalahan (Weakness) internal yang selama ini dihadapi dalam kawasan
perencanaan.
3. Prospek atau Kesempatan (Opportunity) pengembangan yang lebih luas (pada skala perkotaan
atau perdesaan pada masa mendatang.
4. Kendala atau Hambatan (Threat) yang dihadapi wilayah perencanaan, terutama yang berasal
dari faktor eksternal.
Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan mencakup indikasi program bangunan dan
lingkungan yang dapat dikembangkan pada kawasan perencanaan, termasuk pertimbangan dan
rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan pembangunan kawasan atau lingkungan yang
memiliki dampak besar dan penting serta yang memerlukan penyusunan AMDAL sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selain hal tersebut, Pembangunan berbasis peran masyarakat
community-based
development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif
beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program bangunan dan lingkungan yang sesuai
dengan tingkat kebutuhan.
Manfaat analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:
1. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban dan peranannya di
dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggungjawab yang kuat
terhadap hasil pembangunan.
2. Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan, serta
terbangunnya suatu ikatan di masyarakat.
3. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan efektif jika sesuai
dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan, maupun sumberdaya di masyarakat.
4. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk dan membangun
kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan bekerjasama.
Prinsip utama analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:
1. Berdasarkan kesepakatan dan hasil kerjasama. Kesepakatan yang dicapai adalah hasil dialog
dan negosiasi berbagai pihak yang terlibat atau pun pihak yang terkena dampak perencanaan.
2. Sesuai dengan aspirasi publik. Perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan
kondisi yang ada di masyarakat.
3. Kejelasan Tanggungjawab. Adanya sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan yang transparan
dan terbuka bagi publik. Terbuka kemungkinan untuk mengajukan keberatan dan gugatan
22 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
melalui instansi yang berwenang menangani gugatan kepada pemilik, pengelola, dan atau
pengguna atas penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya.
4. Kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam proses pembangunan. Setiap anggota
masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders), terutama yang akan terkena dampak
langsung dari suatu kegiatan pembangunan, memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk
berkiprah.
Dalam Tahapan Perencanaan Partisipatif, Peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam
penyusunan rencana dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan. Berisi pengenalan program yang akan dilakukan kepada masyarakat, pembentukan
kelompok, pendefinisian pihak terkait, penentuan pendekatan pihak terkait, dan penyusunan
strat
JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN
SOPPENG 2017-2021
BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA
TATA RUANG KABUPATEN SOPPENG
3.1 Arahan Kebijakan dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Soppeng
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang, maka disusun kebijakan penataan ruang. Kebijakan
Penataan Ruang Kabupaten Soppeng, meliputi :
a. peningkatan kinerja kawasan perkotaan sebagai pusat distribusi pelayanan terhadap kawasan
sekitarnya melalui pengembangan fungsi yang berhirarki sesuai dengan skala pelayanan masingmasing kawasan perkotaan;
b. peningkatan sistem transportasi guna membuka dan meningkatkan askesibilitas terhadap seluruh
kawasan;
c. peningkatan sistem jaringan infrastruktur wilayah guna mendorong pertumbuhan wilayah dan
meningkatkan produktivitas sentra-sentra produksi;
d. penetapan dan pelestarian kawasan yang berfungsi lindung sebagai perwujudan kelestarian
fungsi lingkungan hidup;
e. pengelolaan dan pengembangan kawasan budidaya secara optimal guna memacu tingkat
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi wilayah, sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lahan yang dimiliki;
f.
pengembangan sektor-sektor unggulan dan optimalisasi potensi lokal guna menunjang
keterpaduan pembangunan dan pengembangan agro-industri;
g. penetapan dan pengelolaan kawasan strategis guna menunjang pengembangan kepentingan
ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Soppeng sebagai berikut :
(1) Strategi peningkatan kinerja kawasan perkotaan sebagai pusat distribusi pelayanan terhadap
kawasan sekitarnya melalui pengembangan fungsi yang berhirarki sesuai dengan skala
1|RPIJ M K abupa ten Soppeng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
pelayanan masing-masing kawasan perkotaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf a, terdiri atas:
a. memantapkan fungsi kawasan-kawasan perkotaan (PKL, PPK dan PPL) sebagai pusat
distribusi dan pelayanan yang merata;
b. membentuk sistem distribusi dan pemasaran yang berhirarki melalui interkoneksi antar
pusat-pusat pelayanan;
c. meningkatkan keterhubungan antar kawasan, terutama terhadap kawasan terpencil, serta
sentra-sentra produksi guna memacu pertumbuhan ekonomi wilayah; dan
d. mendorong pertumbuhan pada kawasan-kawasan yang berpotensi sebagai pusat pelayanan,
melalui penyediaan dan peningkatan fungsi pelayanan pada kawasan-kawasan perkotaan.
(2) Strategi peningkatan sistem transportasi guna membuka dan meningkatkan aksesibilitas
terhadap seluruh kawasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b, terdiri atas:
a. meningkatkan kualitas jaringan jalan, terutama pada jalan-jalan utama dan jaringan jalan
yang menghubungkan ke sentra-sentra produksi;
b. meningkatkan aksesibilitas pada dan jalur penghubung antar kawasan dan kepulauan, untuk
meningkatkan jalur angkutan barang dan penumpang;
c. mengembangkan sarana transportasi melalui pengembangan simpul transportasi dan
peralihan moda angkutan (terminal dan pelabuhan) untuk memudahkan sistem koleksi dan
distribusi angkutan barang dan penumpang; dan
d. membuka akses jalan baru (sistem jaringan primer dan sekunder) pada kawasan perkotaan,
kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan sentra produksi guna pemerataan pelayanan
dan pembangunan.
(3) Strategi peningkatan sistem jaringan infrastruktur wilayah guna mendorong pertumbuhan wilayah
dan meningkatkan produktivitas sentra-sentra produksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a. meningkatkan sistem jaringan energi listrik melalui pengembangan dan penambahan daya
dan sambungan listrik terutama pada kawasan perdesaan dan kawasan terpencil yang belum
terjangkau dengan sistem interkoneksi kelistrikan PLTD baru serta PLTMH pada kawasan
yang memungkinkan sistem aliran sungai deras;
2|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
b. meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi, baik secara kualitas dan jangkauan pelayanan
maupun jumlah sambungan sebagai media komunikasi dan informasi internal dan eksternal
wilayah;
c. melestarikan dan mengembangkan sumberdaya air baku, untuk menunjang pemenuhan
kebutuhan air minum maupun untuk kebutuhan produksi sentra-sentra ekonomi masyarakat;
d. mengembangkan sistem jaringan prasarana air baku berupa irigasi, waduk, embung, dan
bendungan guna menunjang peningkatan produksi sektor pertanian dan sektor unggulan
lainnya;
e. meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan pelayanan air minum, dan pengembangan sistem
pengolahan dan sistem jaringan air minum melalui sistem perpipaan dan non perpipaan;
f.
mengoptimalkan dan mengembangkan sistem pengolahan persampahan dan limbah,
terutama pada kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, sarana kesehatan, sarana
pendidikan, perdagangan dan jasa, industri serta pelayanan umum dan pemerintahan; dan
g. mengoptimalkan dan mengembangkan sistem jaringan drainase terutama pada kawasan
perkotaan yang berfungsi sebagai pengendali banjir perkotaan.
(4) Strategi penetapan dan pelestarian kawasan yang berfungsi lindung sebagai perwujudan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d,
terdiri atas:
a. menetapkan tapal batas kawasan hutan lindung, dan memberikan penegasan terhadap
fungsi ruang pada kawasan hutan lindung;
b. menegaskan batas dan fungsi kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahannya dan
kawasan perlindungan setempat;
c. menegaskan fungsi ruang pada kawasan perlindungan setempat, melalui peraturan
pemanfaatan ruang sesuai dengan kebutuhan dan manfaat ruang;
d. menetapkan kawasan lindung secara konsisten agar terjaga fungsinya untuk melindungi
kawasan bawahannya, melindungi kawasan setempat, memberi perlindungan terhadap
keanekaragaman flora dan fauna beserta ekosistemnya, serta melindungi kawasan rawan
bencana;
e. melestarikan kawasan lindung terutama kawasan lindung yang mengalami penurunan
kualitas lingkungan;
3|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
f.
merehabilitasi dan melestarikan kawasan-kawasan yang teridentifikasi sebagai lahan kritis
dan kawasan lindung yang telah dieksploitasi;
g. mengembalikan fungsi dan meremajakan kawasan lindung yang selama ini dibubidayakan
oleh masyarakat;
h. mewujudkan ruang terbuka hijau pada kawasan terbangun terutama pada kawasan
perkotaan; dan
i.
melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung sehingga dapat
secara bersama menjaga kelestarian fungsi kawasan.
(5) Strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan budidaya secara optimal guna memacu
tingkat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi wilayah, sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lahan yang dimiliki, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e, terdiri atas:
a. mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, perdagangan dan jasa, industri, dan
pariwisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan sektor pertanian, dan perkebunan
untuk memacu pertumbuhan dan produktivitas sektor-sektor unggulan;
c. mengembangkan usaha industri, terutama industri pengolahan hasil-hasil pertanian guna
menunjang Kabupaten Soppeng sebagai lumbung pangan regional;
d. mengembangkan objek-objek wisata alam, budaya, dan buatan yang dapat menarik minat
wisatawan mancanegara dan nusantara;
e. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan kepariwisataan, serta
melakukan promosi pariwisata untuk meningkatkan jumlah wisatawan;
f.
mengendalikan dan pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk
menghindari konflik kepentingan antar sektor;
g. mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur kawasan perkotaan dan perdesaan; dan
h. merencanakan dan mengembangkan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), sebagai pusat
pertumbuhan baru wilayah perdesaan.
(6) Strategi pengembangan sektor-sektor unggulan dan optimalisasi potensi lokal guna
menunjang keterpaduan pembangunan dan pengembangan agro-industri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf f, terdiri atas:
4|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
a. mengembangkan ekonomi kerakyatan diarahkan pada dukungan sektor pertanian (tanaman
pangan, perkebunan, peternakan), yang mendukung peningkatan produksi dan produktivitas
hasil-hasil produksi dengan memperhatikan potensi lokal;
b. memperkuat sistem permodalan untuk membantu meningkatkan produktivitas usaha kecil
dan nelayan, terutama pada sektor kegiatan perkebunan;
c. meningkatkan sarana dan prasarana dasar sosial ekonomi perkotaan maupun perdesaan;
d. mengembangkan kegiatan usaha industri kecil yang berbasis pada pengolahan hasil-hasil
pertanian, perkebunan, dan peternakan, guna meningkatkan taraf ekonomi masyarakat;
e. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pembinaan, pelatihan dan penyuluhan
tentang peningkatan komoditas pertanian, dan perkebunan yang berkualitas;
f.
mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, melalui pengembangan
industri
kecil/menengah dan rumah tangga yang dapat mengelola potensi daerah, dengan
melakukan pembinaan komprehensif terhadap pelaku usaha kecil menengah; dan
g. peningkatan kapasitas SDM, kelembagaan, peralatan dan permodalan pelaku industri rumah
tangga dengan pemberian pelatihan keterampilan, bantuan modal kerja dan peralatan,
pembinaan manajemen dan pemasaran, serta pengembangan pola kemitraan.
(7) Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan strategis guna menunjang pengembangan
kepentingan ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi, dan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf g, terdiri atas:
a. mengembangkan kawasan yang mempunyai kegiatan sektor strategis yang potensial
terutama dalam aspek ekonomi;
b. mendelineasi kawasan cagar alam dan pelestarian alam serta mencegah kegiatan budidaya
pada daerah sekitarnya yang dapat mengancam kelestarian kawasan cagar alam;
c. menstimulasi kawasan-kawasan yang sulit berkembang melalui pengembangan desa-desa
pusat pertumbuhan atau pembukaan kegiatan usaha pertanian;
d. mengembangkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai sentra produksi untuk
meningkatkan perekonomian wilayah;
e. memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan usaha produksi masyarakat;
f.
meningkatkan sarana dan prasarana dasar ekonomi;
5|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
g. memelihara dan melestarikan keberadaan cagar budaya, dan peninggalan sejarah;
h. melestarikan dan merevitalisasi kawasan-kawasan tradisional dan nilai-nilai budaya tinggi;
i.
menanggulangi kawasan rawan bencana melalui konservasi lingkungan, pengembangan
jalur hijau, mengurangi bahkan meniadakan kegiatan budidaya pada daerah rawan bencana;
j.
melestarikan dan meremajakan kawasan hutan melalui kegiatan penghijauan; dan
k. mempertahankan fungsi kawasan lindung mangrove.
(8) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf h terdiri atas:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar
kawasan khusus pertahanan dan kemanan;
c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan khusus pertahanan
dan keamanan; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.
3.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Soppeng
3.2.1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Soppeng
1.
Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
a.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kota Watansoppeng mempunyai skala pelayanan wilayah
Kabupaten Soppeng dalam klaster ruang di sekitarnya dan diarahkan pada:
Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata ruang kota (RDTR dan RTRK),
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kota.
Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota, serta peningkataan ketersediaan
prasarana dan sarana produksi bagi kawasan pertanian, dan perkebunan.
Peningkatan prasarana komunikasi antar wilayah pengembangan yang ada di Kabupaten
Soppeng.
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan
sistem transportasi yang memadai.
Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi ibukota kabupaten.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) kota kecamatan lainnya mempunyai skala pelayanan di
wilayah kecamatan sekitarnya, dan diarahkan pada:
6|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PPK dan Ibukota Kabupaten.
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan
jaringan jalan.
Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, dan
perkebunan.
Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi
2.
Kriteria-kriteria Sistem Perkotaan
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;
b.
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
perdagangan dan jasa yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa
kecamatan; dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa kecamatan;
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan sosial
yang melayani skala kecamatan dan/atau beberapa desa
Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kecamatan dan atau bebebrapa desa;
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.
3.3 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana
pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2
7|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan
jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat mendasar untuk dijadikan landasan dalam
perumusan program untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang
akan datang adalah :
-
Program pembangunan jalan dan jembatan;
-
Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
-
Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
-
Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
-
Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
-
Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
-
Program normalisasi saluran;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
-
Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
-
Program pemberdayaan petani pemakai air;
-
Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
-
Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
-
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan
rendah;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
-
Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pengembangan sistem distribusi air minum;
8|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
-
Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
-
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
-
Program pengembangan perumahan;
-
Program lingkungan sehat perumahan;
-
Program pemberdayaan komunitas perumahan;
-
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
-
Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;
-
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai
berikut :
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
-
Program kerjasama pemanfaatan ruang;
Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan peningkatan kualitas serta
kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan, perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air. Adapun
program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
-
Program pembangunan jalan dan jembatan;
-
Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
-
Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
9|RPI2J M K abupat en Sopp eng
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
-
Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
-
Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
-
Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
-
Program normalisasi saluran;
-
Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
-
Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
-
Program pemberdyaan petani pemakai air;
-
Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
-
Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
-
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan
rendah;
-
Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
-
Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pengembangan sistem distribusi air minum;
-
Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
-
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
-
Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
-
Program pengembangan perumahan;
-
Program lingkungan sehat perumahan;
-
Program pemberdayaan komunitas perumahan;
-
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
10 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
-
Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;
-
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai
berikut:
-
Program perencanaan tata ruang;
-
Program pemanfaatan ruang;
-
Program pengendalian pemanfaatan ruang;
-
Program kerjasama pemanfaatan ruang.
3.4 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada PeraturanPemerintah No. 36 tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang
menyatakan bahwapengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunanPeraturan
Daerah
tentang
Bangunan
Gedung
undanganyanglebihtinggidenganmemperhatikan
berdasarkan
kondisi
padaperaturanperundang-
kabupaten/kota
setempat
serta
penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasidan teknis bangunan
gedung. Salah satunya mengatur persyaratankeandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dankemudahan.Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikanperlindungan rasa
amanbagi pengguna bangunan gedung dalammelakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan
operasionalisasipenyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerahrawan
bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagaipayung hukum di daerah dalam menjamin
keamanan dan keselamatanbagi pengguna.Ketersediaan Perda BG bagikabupaten/kotamerupakan
salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidangCipta Karya di kabupaten/kota.
3.5 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)Kabupaten Soppeng
Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan
dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang memberikan
pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air
11 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
minum, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam
penyelenggaraan SPAM adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional; (ii)
menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM); (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
air baku.
Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi
masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah
Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan
masyarakat, yang masih diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat
terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan
prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana
air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis,topografis dan geologis dan juga aspek sumber
daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan
kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang
berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna
menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di daerah
tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air minum suatu
wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya
suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan
(sustainable) dan terarah.
3.6 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Soppeng
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup sehat, kondisi
lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap
sebagai urusan “sekunder”, sehingga sering terpinggirkan dari urusan-urusan yang lain, namun
seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat
pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi
menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.
Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial
dan belum terintegrasi dalam suatu “grand design” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran
12 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
secara menyeluruh serta jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis
kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi
secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan real masyarakat.
Selanjutnya program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP), kabupaten/kota wajib menyiapkan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS).
Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi kondisi (existing) sanitasi saat ini. Dokumen
Buku Putih Sanitasi berfungsi sebagai data dasar (baseline data) kondisi sanitasi kabupaten/kota
dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK), monitoring dan evaluasi sanitasi.
Kegiatan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari semangat
kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang berpacu dengan waktu untuk
mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi Milenium Development Goals (MDGs)
yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002, dengan salah satu kesepakatannya
adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum
yang sehat serta penanganan sanitasi dasar.
Ruang lingkup sanitasi dapat dilihat dalam beberapa tinjauan sebagai berikut :
Air limbah domestik, dibagi dalam 2 jenis :
Black water : air buangan jamban (urin, tinja, dan air gelontoran)
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja (kotoran) manusia
yang tediri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(jamban cemplung) yang dilengkapi dengan unti penompang kotoran dan air untuk
membersihkannya. Kementerian kesehatan telah menetapkan syarat dalam bentuk jamban
sehat, yaitu : Tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga,
tidak menimbulkan baud an nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya, mudah
dibersihkan dan menimbulkan pandangan kurang sopan. Jamban merupakan sanitasi dasar
penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Sebenarnya masyarakat sadar dan mengerti arti
pentingnya mempunyai jamban, namun nilai kesadaran masih rendah dalam hal penerapan
pola hidup sehat (PHBS).
Grey Water : air buangan mandi dan cuci
Jadi, cakupan air limbah domestik (rumah tangga) juga mencakup pembuangan air mandi dan
cuci. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan
13 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah menurut tingkat perlakuan dan karakteristik limbah.
Pengelolaan persampahan yaitu kegiatan sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Termasuk dalam sanitasi berupa sampah rumah tangga dan sampah
sejenis umah tangga. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan
pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan
dengan enggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus
dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS),tempat pembuangan
akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.
Drainase lingkungan/tersier merupakan sistem saluran awal yang melayani kawasan
kota tertentu, seperti kompleks perumahan, area pasar, areal industry, dan
perkantoran. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air
tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima.
PHBS adalah aspek non-teknis dari sanitasi yang meliputi promosi kesehatan,
perubahan, perilaku, dan sanitasi rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui Pendampingan (Advokasi),
bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat
sendiri, terutama
menerapkan
dalam
cara-cara
dapat
tatanan
hidup
mengenali
dan mengatasi masalahnya
masing-masing,
sehat
dengan
dan
menjaga,
masyarakat
memelihara
dapat
dan
meningkatkan kesehatannya.
Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan
kemiskinan. Pembangunan sektor sanitasi di beberapa daerah di Indonesia, seringkali kurang menjadi
prioritas dibanding sektor lainnya. Tidak memadainya pembangunan sektor sanitasi akan berdampak
pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan pada umumnya.
Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga
14 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
maupun di lingkungan perumahan (TTPS, 2010). Pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah
upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar
(jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah),
drainase dan sampah (Bappenas, 2003).
Wilayah kajian penyusunan buku putih (BPS) dan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
mencakup wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang
dan Wilayah Daerah (RTRW). Kebijakan ini telah dicermati dan diskusikan dengan mensejajarkan
sejumlah kebijakan daerah RPJPD, RP4D, RPJMD, RTBL dan RPI2JM Bidang Keciptakaryaan
3.7 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten Soppeng tertuju pada Kawasan
Perkotaan di Lalabat Rilau Kota Watansoppengyang disusun dengan memperhatikan Pedoman
Penataan Bangunan dan Lingkungan serta berbagai Peraturan Pemerintah atau dokumen
perencanaan lain yang relevan. Sesuai dengan konsep dan proses penyusunan maka dokumen ini
ditulis berdasarkan pedoman penyusunan RTBL dan merupakan Laporan Antara. Secara garis besar
Buku Laporan ini berisi Antara, struktur dan sistematika dokumen, kondisi wilayah perencanaan dan
arsitektur kawasan, serta arahan pengembangan menurut rencana tata ruang yang sudah ada. RTBL
ini digunakan lebih lanjut sebagai pedoman dalam penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten
Soppengsesuaikomitmendandukungan pemerintahdaerah.”
Dalam rangka perwujudan strategi tersebut, maka program kegiatan terkait pembangunan
kawasan dan permukiman yang dimaksud dapat diwujudkan melalui :
a.
Pembangunan dan peningkatan jalan-jalan lokal dan lingkungan permukiman
b.
Pemasangan sheet pile dan bronjong pada kawasan tepian
c.
Pembuatan pertamanan dan pedestrian
d.
Pembuatan ruang terbuka non-hijau dan elemen pelengkapnya
e.
Pembangunan kawasan kuliner
Perkembangan ruang kota di Kota WatansoppengKabupaten Soppeng tidak akan terlepas dari
permasalahan perkotaan pada umumnya. Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu
diantisipasi dan ditata dalam sebuah Rencana Ketataruangan.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang telah mengalami kemajuan
yang pesat seiring dengan berkembangnya potensi-potensi yang dimilikinya. Potensi sumber daya
alam yang melimpah dan didukung oleh posisi yang strategis mengakibatkan kegiatan perekonomian
15 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
diprovinsi ini semakin berkembang. Kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang berkembang pesat
hendaknya diimbangi dengan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, pelayanan kepada
masyarakat yang lebih profesional, dan pelaksanaan pembangunan yang transparan dan merata
dengan tujuan terciptanya kesejahteraan masyarakat yang seutuhnya dan menyeluruh. Sehingga
potensi-potensi daerah baik potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan sebagainya, bisa
lebih dioptimalkan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Kabupaten Soppeng, memberi
penjelasan bahwa secara geografis, Kabupaten Soppeng memang sangat strategis dilihat dari sisi
kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Kabupaten Soppeng menjadi simpul jasa
distribusi di daerah selatan yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan daerah lain.
Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu diantisipasi dan ditata dalam sebuah
Rencana Ketataruangan. Apabila berbagai kegiatan ini dibiarkan tanpa kendali akan memberikan
dampak pembangunan yang kurang terarah, termasuk juga faktor kelestarian dan kenyamanan
lingkungan. Kerangka pengembangan (urban guidelines) amatlah diperlukan di Kota Watansoppeng
untuk mengantisipasi pembangunan yang kurang tertib, munculnya ketidakselarasan lingkungan,
serta perangkat pengendali perkembangan kota. Diharapkan melalui melalui upaya penataan dengan
disiapkannya kerangka pengembangan dalam bentuk dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) dapat mencapai kualitas lingkungun yang lebih baik, serta memberi arahan
terhadap pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku. RTBL tersebut juga merupakan arahan
arsitektur lingkungan setempat yang melengkapi peraturan bangunan yang ada.
Mengingat potensi serta kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat sering terjadi diruang
yang dialokasikan sebagai kawasan pengembangan pembangunan, maka prioritas penanganan
penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat, kawasan tumbuh cepat, daerah pusat
perdagangan, kawasan dengan fungsi campuran, atau pada kawasan dengan kondisi geografis
memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta keserasian terhadap lokasi
setempat misal daerah tepian air atau waterfront, perbukitan dan sebagainya.
Gagasan ideal ruang perkotaan merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu
mengakomodasi kegiatan sosial ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat,
keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu seimbang dengan upaya pelestarian
lingkungan. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota disatu sisi dan sekaligus sebagai
pengendalian, tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL). Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap persyaratan Tata Bangunan seperti
tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/N/2007.
16 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Dalam peraturan tersebut tercantum pengertian RTBL yaitu panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan,
rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
RTBL diperlukan sebagai kerangka pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap
wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL disusun setelah suatu produk
perencanaan tata ruang kota di sah kan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai Peraturan Daerah
(Perda). Dalam lingkup kawasan yang lebih terinci Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
merupakan hasil dari proses identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu lingkungan/kawasan.
Termasuk didalamnya adalah identifikasi dan apresiasi kontek lingkungan, program peran masyarakat
dan pengelolaan serta pemanfaatan aset properti kawasan.
Dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota yang berlaku, selanjutnya disusun RTBL
yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana Detil atau
Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan
kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan
terhadap wujud pemanfaatan lahan, langgam arsitektural pada bangunanbangunan sebagai hasil
rencana teknis rancang bangunan (buildingdesign), terutama pada kawasan tertentu yang memiliki
karater khas seperti dimaksud di atas.
Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan yaitu urban designer dan arsitek
akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah
setempat, termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra, dan jati diri lokasi yang
perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan lingkungan yang dirancang akan
memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.
Di dalam proses penyusunan RTBL harus memperhatikan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Kepentingan umum atau aspirasi masyarakat
2.
Pemanfaatan sumber daya setempat
3.
Kemampuan daya dukung lahan yang optimal
Memperhatikan kriteria diatas, maka RTBL harus memuat hal sebagai berikut :
1.
Pedoman Rencana Teknik dalam bentuk arahan desain tiga dimensional
2.
Program Tata Bangunan dan Lingkungan
3.
Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunan (Urban/environmelital
building design and development guidelines)
17 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Sebagai arahan rinci maka RTBL dilengkapi dengan paket investasi yang menunjukkan
prioritas pengembangan kawasan, fungsi kawasan serta perkiraan investasi untuk menata kawasan
tersebut sesuai dengan arahan pengembangan.
Maksud penyusunan RTBL Kawasan sebagai wilayah perencanaan pada bagian tertentu di
dalam Kabupaten Soppeng adalah menghasilkan panduan umum yang menyeluruh dan memiliki
kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan di kecamatan tersebut sesuai
dengan arahan pengembangan dan fungsi kawasan yang diemban.
Tujuan dari kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Watansoppeng di dalam Kota
Watansoppeng adalah untuk memberikan :
a.
Pengendalian dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu
lingkungan atau kawasan agar memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan
yang berkelanjutan;
b.
Kriteria pemenuhan bagi persyaratan tata bangunan dan lingkungan;
c.
Arahan peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat di dalam Kawasan perdesaanmelalui
perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik;
d.
Perwujudan perlindungan terhadap lingkungan hidup;
e.
Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.
Sasaran dari kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Watansoppeng,Kota Watansoppeng, Kabupaten
Soppeng adalah :
1.
Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk mengarahkan jalannya
pembangunan sejak dini di kawasan tersebut;
2.
Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
3.
Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung;
4.
Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan
lingkungan/kawasan;
5.
Mengendalikan pertumbuhan fisik lingkungan/kawasan;
6.
Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan;
7.
Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan karena dukungan dan rasa memiliki dari
masyarakat sebagai efek positif pelibatan masyarakat dalam
proses penyusunan RTBL.
Sehingga diharapkan Kegiatan Kawasan Watansoppeng, dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui:
18 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
1.
Perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable); sangat berkaitan dengan kualitas
ruang-ruang fungsional (functional quality).
2.
Perwujudan kualitas lingkungan yang berjatidiri (imageable); sangat berkaitan dengan kualitas
visual dari suatu ruang (visual quality).
3.
Perwujudan kualitas lingkungan yang produktif (enduring); sangat berkaitan terutama dengan
kualitas lingkungan dari suatu ruang (environmental quality). Sesuai dengan kandungan
materinya maka kedudukan RTBL bisa diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Rencana kegiatan komunitas atau community action plan.
b. Rencana penataan lingkungan atau neighbourhood development plan.
c. Panduan rancangan kota atau urban design guidelines.
Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan dokumen RTBL harus
merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun
wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana
digambarkan dalam gambar berikut.
Gambar 3.1. Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan
19 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana dijelaskan dalam
bagian berikut ini.
Secara umum Dokumen RTBL berisi Program Bangunan dan Lingkungan. Program bangunan
dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang
telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Program tersebut memuat jenis, jumlah, besaran dan
luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial,
prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa
penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun yang baru. Penyusunan program bangunan
dan lingkungan dilakukan melalui analisis kawasan dan wilayah perencanaan termasuk mengenai
pengendalian dampak lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran
masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan. Secara
konseptual disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 3.2. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL
20 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
Analisis kawasan dan wilayah perencanaan merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis,
memetakan dan mengapresiasikan kontekslingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan
wilayah sekitarnya. Manfaat analisis kawasan dan wilayah perencanaan adalah:
1. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan lingkungan serta kegiatan sosial
ekonomi dan kependudukan yang tengah berlangsung.
2. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat rencana pengembangan
program bangunan dan lingkungan, serta dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter khas
lokal sesuai dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.
Analisis secara sistematis meninjau aspek sebagai berikut:
1. Perkembangan Sosial-Kependudukan. Merupakan gambaran kegiatan sosial kependudukan
dengan memahami beberapa aspek antara lain: tingkat pertumbuhan penduduk, Jumlah
keluarga, Kegiatan sosial penduduk, Tradisi-budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan
secara kultur-tradisional.
2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi. Merupakan gambaran sektor pendorong perkembangan
ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan
tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan pemerintah daerah.
3. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan. Merupakan analisis kemampuan fisik, lingkungan dan lahan
potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus dipahami
antara lain: kondisi tata guna lahan, kondisi bentang alam kawasan, lokasi geografis,
sumberdaya air, status-nilai tanah, ijin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.
4. Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan. Menunjukkan kesiapan administrasi dari lahan
yang direncanakan dari segi legalitas hukum.
5. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan. Menganalisis kemampuan pelayanan
infrastruktur, jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk yang terlayani, dan
kapasitas pelayanan.
6. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan. Berkaitan dengan kedudukan nilai historis kawasan
pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai aset pelestarian pada skala regional bahkan
skala Nasional.
Prinsip analisis kawasan dan wilayah perencanaan salah satunya dengan metode SWOT,
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kekuatan atau Potensi (Strength) yang dimiliki wilayah perencanaan, yang selama ini tidak atau
belum diolah secara maksimal, atau pun terabaikan keberadaannya.
21 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
2. Kelemahan atau Permasalahan (Weakness) internal yang selama ini dihadapi dalam kawasan
perencanaan.
3. Prospek atau Kesempatan (Opportunity) pengembangan yang lebih luas (pada skala perkotaan
atau perdesaan pada masa mendatang.
4. Kendala atau Hambatan (Threat) yang dihadapi wilayah perencanaan, terutama yang berasal
dari faktor eksternal.
Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan mencakup indikasi program bangunan dan
lingkungan yang dapat dikembangkan pada kawasan perencanaan, termasuk pertimbangan dan
rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan pembangunan kawasan atau lingkungan yang
memiliki dampak besar dan penting serta yang memerlukan penyusunan AMDAL sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selain hal tersebut, Pembangunan berbasis peran masyarakat
community-based
development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif
beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program bangunan dan lingkungan yang sesuai
dengan tingkat kebutuhan.
Manfaat analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:
1. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban dan peranannya di
dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggungjawab yang kuat
terhadap hasil pembangunan.
2. Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan, serta
terbangunnya suatu ikatan di masyarakat.
3. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan efektif jika sesuai
dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan, maupun sumberdaya di masyarakat.
4. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk dan membangun
kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan bekerjasama.
Prinsip utama analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:
1. Berdasarkan kesepakatan dan hasil kerjasama. Kesepakatan yang dicapai adalah hasil dialog
dan negosiasi berbagai pihak yang terlibat atau pun pihak yang terkena dampak perencanaan.
2. Sesuai dengan aspirasi publik. Perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan
kondisi yang ada di masyarakat.
3. Kejelasan Tanggungjawab. Adanya sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan yang transparan
dan terbuka bagi publik. Terbuka kemungkinan untuk mengajukan keberatan dan gugatan
22 | R P I 2 J M K a b u p a t e n S o p p e n g
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH KABUPATEN SOPPENG 2016-2020
melalui instansi yang berwenang menangani gugatan kepada pemilik, pengelola, dan atau
pengguna atas penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya.
4. Kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam proses pembangunan. Setiap anggota
masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders), terutama yang akan terkena dampak
langsung dari suatu kegiatan pembangunan, memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk
berkiprah.
Dalam Tahapan Perencanaan Partisipatif, Peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam
penyusunan rencana dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan. Berisi pengenalan program yang akan dilakukan kepada masyarakat, pembentukan
kelompok, pendefinisian pihak terkait, penentuan pendekatan pihak terkait, dan penyusunan
strat