DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN SOPPENG 2017-2021

  JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN SOPPENG 2017-2021

BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN SOPPENG

6.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Kelembagaan daerah di Kabupaten Soppeng terkait erat dengan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang fungsi kinerjanya dilakukan melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal dan intensif untuk tujuan sinkronisasi di dalam pelaksanaan program dengan instansi-instansi terkait. Untuk itu, peningkatan dari kapasitas kelembagaan diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan agar kegiatan investasi pengembangan infrastruktur dapat terjamin keberlanjutannya secara optimal.

  Beberapa kebijakan yang merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM Kabupaten Soppeng, antara lain :

  1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

  2. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

  3. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Daerah;

  4. PP No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014;

  5. Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

  6. Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  7. Permen PU No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimum;

  8. Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

  9. Permendagri No. 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan;

  10. Kepmen PAN No. 75 Tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

  Peran dan hubungan atas keterlibatan unsur pemerintahan seperti Bappeda, Dinas/Instansi terkait dan PDAM, swasta dan masyarakat diperlukan agar pelaksanaan program

SOPPENG 2016-2020

  menjadi satu kesatuan dengan pelaksanaan program lainnya. Pembentukan perangkat daerah didasarkan pada urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan dengan memperhatikan kebutuhan, kemampuan keuangan, cakupan tugas, kepadatan penduduk, potensi, karakteristik serta sarana dan prasarana. Penataan organisasi perangkat daerah ini dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai, sehingga fungsi pelayanan yang terdapat dalam urusan yang menjadi kewenangannya dapat terlaksana secara lebih optimal.

  Pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, membawa implikasi yang mendasar terhadap keberadaan, tugas, fungsi dan tanggung jawab lembaga serta aparatur pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkanpada prinsip-prinsip good governance.

  Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana Kabupaten Soppeng bidang PU/Cipta Karya, yaitu agar investasi pembangunan dapat dioperasionalkan secara maksimal oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng. Dalam hal pembangunan kota, wilayah kegiatan pembangunan mencakup wilayah lebih dari satu wilayah Kabupaten/Kota, perlu dikaji kelemAbagaan secara lebih mendalam dan melibatkan peran pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Pusat sehingga dapat diwujudkan kerjasama antar Kabupaten/Kota dan fungsi koordinasi yang bersifat sinergi. Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan dengan memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana kota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi. Kelembagaan di Kabupaten Sopppeng perlu dioptimalisasi dan dikoordinasikan serta disinkrosnisasi uraian jabaran dari fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasarana kota termasuk didalamnya Bappeda, Dinas-Dinas, PDAM dll.

6.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

6.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Kapasitas dan kewenangan instansi yang mendukung Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) PU Bidang Cipta Karya, menjadi sangat penting karena

SOPPENG 2016-2020

  besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit. Kondisi Kelembagaan pemerintahan Kabupaten Soppeng, saat ini memperlihatkan beberapa kendala dalam mendukung program pembangunan bidang ke Cipta Karyaan Kabupaten Soppeng, antara lain:

  a) Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;

  SKPD yang membidangi Keciptakaryaan tidak satu atap sehingga menyulitkan koordinasi

  b)

  serta pengambilan kebijakan; Dukungan peraturan belum memadai;

  c)

  d) Terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki; dan e) Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.

  Permasalahan yang sering dihadapi Dinas PU/Bid. Cipta Karya antara lain masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola berbagai bidang di berbagai Dinas/Badan dan Kantor di Kabupaten Soppeng. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat,pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM semakin tahun semakin meningkat. Selain masih terbatasnya SDM bidang tertentu dan penempatan tenaga kerja yang sesuai keahlian. Prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dll sehingga belum optimal dalam pelaksanaan kerja. Belum Gedung perkantoran sendiri dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, sehingga mengurangi efektifitas kerja.

6.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Di dalam pelaksanaan/implementasi RPIJM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Soppeng melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.

  Kapasitas dan kewenangan instansi dalam kerangka mendukung RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Untuk maksud tersebut peran kelembagaan bidang PU/Cipta Karya memiliki posisi yang cukup penting didalam implentasi program yang akan disepakati. Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam pelaksanaan RPIJM bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Soppeng akan bertugas untuk menjalaskan fungsinya melalui

SOPPENG 2016-2020

  suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan demikian akan diperlukan koordinasi yang intensif untuk tujuan singkronisasi didalam pelaksanaan program termasuk didalamnya Bappeda, Dinas-Dinas dan PDAM. Oleh karena RPIJM ini bersifat program jangka menengah, maka di perlukan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah baik kelembagaan masyarakat maupun swasta yang terkait langsung dengan program yang akan dilaksanakan.

  Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perlu diperhatikan aspek sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk menghidari terjadinya pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah dan masyarakat. Juga untuk menghilangkan kesan bahwa fasilitas yang dibangun semata-mata untuk pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan keberhasilannya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi yang terus-menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.

  6.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh PU Kabupaten Soppeng. Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas.

  Bagian ini menguraikan kondisi keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan,seperti dijelaskan pada tabel 10.1. mengenai komposisi Struiktur dalam unit kerja bidang Perumahan dan Permukiman yang melaksanakan Kegiatan keCiptaKaryaan di Kabupaten Soppeng.

Tabel 6.1 Komposisi Struktur dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum

  

Kabupaten Soppeng

Bidang Cipta Karya :

  1. Seksi Perumahan dan Permukiman

  2. Seksi Bangunan Gedung

  3. Seksi Air Bersih

  Sumber: Website Kab. Soppeng Tahun 2015

  6.2.4 ANALISIS KELEMBAGAAN

  Untuk program pengembangan kelembagaan ini dibagi dalam 3 tahap pengembangan yaitu

SOPPENG 2016-2020

  1. Tahap Konsolidasi

  Dalam tahap konsolidasi, kegiatan peningkatan koordinasi lembaga baik itu lembaga vertikal maupun lembaga horizontal pada dinas atau instansi sangat penting, penambahan aparat pada bidang atau seksi yang terkait RPIJM sehingga kebutuhan aparat tercukupi, peningkatan kualitas aparat terkait dengan penyusunan program atau pelaksanaan RPIJM, melengkapi organisasi ekstrastruktural dan sebagainya.

  Terciptanya kesinambungan penyusunan dan pelaksanaan program sangat penting sehingga diperlukan adanya tim ahli yang memberikan input terhadap pemerintah daerah dalam aspek pengembangan kota, teknis, keuangan dan kelembagaan RPIJM yang bersifat in-house consultant yang merupakan bantuan teknis dari Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.

  2. Tahap Optimalisasi

  Dalam tahap optimalisasi program berjalan terdapat kegiatan-kegiatan seperti optimalisasi kinerja struktur organisasi dinas atau instansi terkait keberlanjutan pelaksanaan program pembangunan, sehingga implikasi optimalisasi kinerja tersebut baik itu mampu atau kurang mampu dalam menangani program pembangunan dapat disempurnakan, penambahan sumber daya manusia pada dinas atau instansi sehingga kebutuhan sumber daya manusia tercukupi, peningkatan kualitas aparat yang berkaitan dengan pelaksanaan program dan sebagainya.

  3. Tahap Penyempurnaan

  Dalam tahapan penyempurnaan terdapat kegiatan evaluasi atau uji hasil terhadap pelaksanaan program pembangunan yang berjalan seperti penggunaan hasil evaluasi pelaksanaan program untuk memperbaiki pelaksanaan program yang belum optimal, merekomendasikan penggunaan aparatur yang telah terlatih dalam menangani program untuk tetap bekerja samapi akhir pelaksanaan program sehingga akan tercipta organisasi yang baik, kualitas yang baik dan kuantitas yang mencukupi dari segi aparatur khususnya dibidang perencana, bidang pelaksana dan bidang pengawas, adanyan pelatihan-pelatihan teknis dan manajemen untuk lebih meningkatkan kualitas aparatur.

6.2.5 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Soppeng yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

SOPPENG 2016-2020

  a. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;

  b. SKPD yang membidangi Keciptakaryaan tidak satu atap sehingga menyulitkan koordinasi serta pengambilan kebijakan; c. Dukungan peraturan belum memadai;

  d. Terbatasnya kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki; dan

  e. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan; Adapun usulan program dalam rangka mengoptimalkan kelembagaan Pemerintah

  Kabupaten Soppeng adalah: 1. Pengembangan struktur dinas atau instansi terkait RPIJM.

  2. SKPD yang membidangi Keciptakaryaan agar disatukan dalam satu dinas agar memudahkan koordinasi dan dalam pengambilan kebijakan.

  3. Menambah jumlah tenaga sarjana teknis untuk tugas membantu pimpinan dinas dalam perencanaan dan pemrograman, pemantauan dan supervisi.

  4. Mengikutsertakan para pimpinan dan staf terpilih pada dinas atau instansi terkait dalam program pelatihan baik teknis maupun manajemen.

  5. Sistem rapat koordinasi pembangunan (Rakorbang) merupakan cara yang baik untuk pelaksanaan koordinasi antar dinas atau instansi terkait, diluar itu dapat pula dilakukan pertemuan-pertemuan antar sektor dalam bentuk lokakarya atau bentuk pertemuan lainnya.

  6. Melaksanakan perbaikan sistem, prosedur dan koordinasi dalam perencanaan, pemrograman, pelaksanaan program dan proyek, pemantauan, supervisi, evaluasi, operasi dan pemeliharaan hasil-hasil proyek.

  7. Menambah sarana-sarana penunjang kelembagaan untuk lebih memperlancar tugas pada dinas atau instansi terkait.

  Uraian tugas pokok dan fungsi dari susunan dan struktur Pemerintah Daerah dan tata kerja dinas lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng sebagai penyelenggara pemerintah, pembangunan dan pelayanan umum masyarakat mengacu kepada Peraturan Bupati. Prosedur tugas yang menjadi acuan dalam pelaksanaan RPIJM di wilayah Kabupaten Soppeng dilakukan oleh Dinas PU Kabupaten Soppeng. Akan tetapi koordinasi dengan instansi lain perlu dilakukan terkait dengan program yang menjadi usulan. Dinas PU Kabupaten Soppeng merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi bidang keciptakaryaan, memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan dari proses

SOPPENG 2016-2020

  perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait, dalam melaksanakan program/kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPIJM.

  6.2.6 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagai antisipasi kebijaksanaan strategi pengembangan fisik sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan dan pengawasan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan: a. Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi perencanaan,penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian program.

  b. Memacu peningkatan sektor-sektor dalam rangka merealisasikan Kabupaten Soppeng sebagai salah satu PKW di Provinsi Sulawesi Selatan.

  Dengan rendahnya kualitas dan kapasitas aparatur sangat mengurangi efektifitas kelembagaan pemerintah. Dengan rendahnya SDM dalam kelembagaan dapat mengurangi efektifitas kerja dan banyak kegiatan yang tidak dapat diselesaikan tepat waktu, sehingga keinginan para investor untuk masuk ke Kabupaten Soppeng kurang berminat apalagi faktor keamanan belum menjamin dalam pelaksanaan program. Dengan masuknya berbagai investor dan pelaku usaha yang turut dan ingin membantu,sangat besar memperhatikan kepada kualitas SDM pada kelembagaan pemerintah daerah Kabupaten Soppeng.

  Hal itu ditunjang dengan perkembangan dunia sekarang ini dan akan di berlakukannya pasar bebas, oleh karena itu telah menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pemerintah daerah untuk mempersiapkan aparaturnya untuk mampu bersaing.

  6.2.7 Analisis Sumberdaya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity

  building) di bidang keciptakaryaan perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) dari aparatur

  yang menangani bidang keciptakaryaan tersebut. Peningkatan SDM dapat melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus teknis yang mendukung tugas pokok dan fungsi sehingga mendapatkan SDM yang profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu didukung oleh komitmen Pemerintah

SOPPENG 2016-2020

  Daerah dalam peningkatan profesionalisme aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPIJM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

  Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah:

  1. Pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu; jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek,

2. Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders”, 3.

  Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan

  4. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional, seperti RPJMN Faktor utama untuk terwujudnya upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas yang berhasil adalah adanya komitmen dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan

  Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.

  Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Soppeng sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Untuk meningkatkan SDM dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dll sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya.Dengan Pengembangan teknologi dan informasi dunia yang sangat cepat dan ini perlu percepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, untuk itu sangat dibutuhkan. Bantuan teknis berupa pelatihan, kursus dalam berbagai sektor bidang dan peningkatan pendidikan formal (dari pendidikan SMA ke S-1, S-1 ke S- 2) serta dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) masih sangat dibutuhkan.

6.2.8 Analisis SWOT Kelembagaan

  Lebih jauh analisis dan kajian permasalahan yang dihadapi dalam aspek kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis organisasi dengan menggunakan model SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threath). Analisis tersebut akan mengacu kepada tingkat kebutuhan pada aspek kelembagaannya beserta perangkat pendukungnya dalam penyelenggaraan program RPIJM yang jelasnya adalah sebagai berikut:

SOPPENG 2016-2020

Tabel 6.3 Matriks Analisis SWOT Aspek Kelembagaan

  1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM melalui jalur pendidikan dan pelatihan Bidang Cipta Karya

  1. Potensi SDM yang cukup

  memadai 2. Dukungan Pemerintah Kab. Soppeng Cukup Besar Di Dalam Pelaksanaan RPIJM terhadap instansi Unit kerja Bidang Cipta Karya

  3. Dukungan Pemerintah dan

  partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Program pembangunan Prasarana dan Sarana Pendukung

  1. Perkembangan Kawasan Perkotaan Kab. Soppeng yang kurang memperhatikan perencanaan tata ruang yang ada.

  2. Koordinasi di dalam pelaksanaan program pembangunan infrastruktur masih sangat terbatas

  3. Munculnya kawasan-kawasan baru yang memerlukan pengendalian dan pembiayaan

  OPPORTUNITY (O) /

  Strategi STRENGTH (S) / KEKUATAN WEAKNESS (W) / KELEMAHAN

PELUANG STRATEGI S-O STRATEGI W-O

1. Dukungan Pembiayaan Dari

  2. Optimalisasi pengembangan

  2. Penegasan RTRW dan rencana

  Pemerintah Pusat untuk menangani unit kerja Bidang Cipta Karya 2. Dukungan Pemerintah Provinsi Untuk Mengembangan Kawasan potensial Cukup Positif

  3. Tingginya minat pembangunan di Kab.

  Sumber: RPIJM Kab. Soppeng Tahun 2016

  kelembagaan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan programBidang Cipta Karya

  3. Peningkatan kapasitas

  pemberdayaan manejemen PU/Bid. Cipta Karya Kab. Soppeng 2. Peningkatan koordinasi dan manajemen tata pemerintahan yang baik.

  1. Peningkatan dan

  4. melalui penegasan tugas dan fungsi masing-masing bidang.

  Bidang Cipta Karya

  3. Penguatan struktur kelembagaan

  sektoral sebagai alat pengendali pembangunan di Kab. Soppeng

  usaha bagi masyarakat untuk menggalang sumber-sumber pendanaan

  kawasan perkotaan Kab. Soppeng yang berkelanjutan

  1. Mengupayakan peningkatan jiwa

  pelaksanaan program 3. Pembiayaan Pembangunan yang Terbatas

  2. Lemahnya koordinasi

  cukup kuat

  1. Globalisasi Ekonomi yang

  THREATS (T) / HAMBATAN STRATEGI S-T STRATEGI W-T

  Soppeng 1.

  2. Optimalisasi sumberdaya dalam pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya

  Peningkatan SDM Aparat unit kerja Bidang Cipta Karya

  pendanaan daerah, partisipasi swasta dan masyarakat, untuk mendukung programBidang Cipta Karya

  3. Optimalisasi sumber-sumber

  3. Efektifitas dan efisiensi di dalam penganggaran yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan

SOPPENG 2016-2020

6.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

  Rencana pengembangan kelembagaan pemerintah Kabupaten Soppeng serta kapasitas dan kewenangan instansi untuk mendukung RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Kondisi kelembagaan dalam pelaksanaan dan implementasi program keciptakaryaan, jika dikaji secara mendalam masih mengalami berbagai hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan yang dimaksud sebagai berikut :

  Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan; 1. Dukungan peraturan belum memadai; 2.

  3. Terbatasnya SDM yang dimiliki;

  4. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;

  Sebagai antisipasi kebijaksanaan dan strategi pengembangan fisik, sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan dan pengawasan khususnya dalam menjabarkan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan yang akan dikembangkan di Kabupaten Soppeng untuk mendukung pelaksanaan RPIJM 2017-2021 sebagai berikut :

  1. Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi perencanaan tata ruang.

  2. Memacu peningkatan sektor-sektor dalam rangka Kota Soppeng menjadi akan direncanakan Pusat Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu.

6.3.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Soppeng merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi Bidang Cipta Karya, memiliki kewenangan yang terbatas dalam pengambilan keputusan dalam proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait. Diusulkan untuk dibentuk satuankerja yang terdiri dari seluruh unit kerja terkait Bidang Cipta Karya, perencanaan dan penganggaran antara lain Dinas Bappeda dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan program keciptakaryaan Kabupaten Soppeng, maka diperlukan langkah-langkah koordinasi sebagai berikut:

SOPPENG 2016-2020

  a. Dalam hal penganggaran pelaksanaan program, maka Dinas PU Kabupaten Soppeng akan berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; dan b. Dalam hal pelaksanaan program maka Dinas PU Kabupaten Soppeng, akan berkoordinasi dengan dinas/instansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan program.

  Dalam upaya untuk mempermudah pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pengendalian program bidang Cipta Karya di level Kabupaten/Kota, maka harus di bentuk Satgas Randal Kabupaten/kota (Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya No. 06/SE/DC/2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian Bidang Cipta Karya dan Surat Keputusan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan No. 650/386/Distarkim tanggal 31 Januari 2013 tentang Pembentukan SATGAS RANDAL Kabupaten/Kota).Satgas Randal Kabupaten/Kota sebaiknya beranggotakan dengan melibatkan unsur-unsur dari:

  

1. Pokjanis Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP);

  

2. Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman/Sanitasi (AMPL/Sanitasi)

  Kab/Kota;

  3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten/Kota bidang Cipta Karya;

  4. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab./Kota; 5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP).

  Adapun penjelasan dari masing-masing unsur Satgas Randal Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

  1. Pokjanis SPPIP Kelompok kerja teknis (Pokjanis) SPPIP bertugas terutama untuk menghasilkan dokumen SPPIP dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di bidang permukiman. Dokumen SPPIP dan RPKPP diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui pengurangan luasan kawasan kumuh, peningkatan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman. Dalam melakukan tugasnya Pokjanis SPPIP didampingi oleh tim tenaga ahli, untuk menghasilkan dokumen

SOPPENG 2016-2020

  SPPIP kemudian dikonsultasikan kepada publik sebelum dirumuskan menjadi acuan dalam merencanakan pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan. Dokumen SPPIP dan RPKPP ini selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan RPIJM Kab/kota, maka keanggotaan Satgas Randal Kabupaten/kota harus melibatkan unsur Pokjanis SPPIP.

  2. Kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman/Sanitasi (Pokja AMPL/Sanitasi) Kab/Kota.

  Pokja AMPL/Sanitasi merupakan wadah bagi para pelaku yang berkepentingan dalam penanganan masalah air minum dan sanitasi. Fokusnya adalah menyusun Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang merupakan portofolio yang diperlukan dalam menarik investasi sanitasi. Pemerintah daerah yang telah menyusun Buku Putih dan SSK, terbukti berhasil meningkatkan investasi sanitasinya dengan pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di kabupaten/kota.

  3. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten/kota adalah wadah koordinasi lintas sektor, lintas pemangku kepentingan dalam rangka menanggulangi kemiskinan di tingkat kab/kota. TKPKD kab/kota bertugas melakukan koordinasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota sekaligus sesuai keputusan tim nasional. Anggota TKPKD terdiri dari unsur: pemerintah ,masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

  

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan organisasi perangkat daerah yang

  bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi maupun tugas pembantuan yang dilimpah sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal ini yang di maksud SKPD terutama yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan bidang Cipta Karya di daerah.

  

5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Kab/kota

  adalah tim yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat Kabupaten. Kegiatan PPIP meliputi fasilitasi dan memobilisasi masyarakat dalam melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan, menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur Perdesaan. Tujuan PPIP adalah untuk mewujudkan peningkatan akses masyarakat miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum minoritas

SOPPENG 2016-2020

  terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan yang baik.

  Guna memudahkan pelaksanaan koordinasi, akan sangat ditentukan oleh struktur organisasi yang telah terbentuk dan upaya penyempurnaan struktur organisasi Bidang Cipta Karya Kabupaten Soppeng sesuai peraturan pemerintah yang berlaku. Struktur Organisasi Bidang Cipta Karya Kabupaten Soppeng terdiri atas beberapa bidang dan seksi yang masuk ke dalam Satuan Tugas Perencanaan dan Pengendalian (SATGAS RANDAL) Kabupaten Soppeng. Adapun perincian SATGAS RANDAL Kabupaten Soppeng yang telah terbentuk sebagai berikut:

  a. Tim Pengarah, terdiri atas :

  1. Bupati Soppeng

  2. Wakil Bupati Soppeng

  3. Sekretaris Daerah Kabupaten Soppeng

  4. Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

  5. Asisten Administrasi Pembangunan

  b. Satuan Tugas, terdiri atas : Ketua : Kepala Bappeda dan Statistik Sekretaris : Kepala Dinas Pekerjaan Umum Anggota : 1. Kepala Badan Lingkungan Hidup

  2. Sekretaris Bappeda dan Statistik

  3. Kabid Fispra Bappeda dan Statistik

  4. Kabid Program Dinas PU dan PSDA

  5. Kabag Penyusunan Program Setda

  6. Kepala Kantor Kebersihan dan Pertamanan

  7. Kepala Kantor Pemadam Kebakaran

  8. Direktur PDAM

  c. Sekretariat, terdiri atas:

  1. Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum

  2. Kasie Penataan Bangunan & Lingkungan

  3. Kasie Perumahan & Permukiman

  4. Kasie Air minum

  Untuk mendukung peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan pelaksanaan program RPIJM, maka Dinas PU Kabupaten Soppeng akan berinisiatif dengan mengarahkan tugas dan

SOPPENG 2016-2020

  fungsi dari masing-masing lembaga/instansi terkait tersebut untuk pelaksanaan dan pengelolaan serta pengembangan program kegiatan RPIJM. Pengambilan kebijakan tersebut dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan tidak terjadi penumpukan program yang kurang terarah pelaksanaannya sesuai dengan usulan program yang dibuat.

6.3.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

  Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Soppeng, khususnya di bidang Cipta Karya.

  Format umum dalam rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan bentuk kebijakan dan strategi dalam pengambilan keputusan untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan RPIJM 5 (lima) tahun kedepan. Strategi tersebut dilakukan dengan peningkatan fungsi dan peran dari setiap tingkatan pemerintahan, dinas-dinas dan lembaga/instansi terkait lainnya untuk menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan aturannya dalam bentuk koordinasi untuk pelaksanaan program RPIJM dari proses awal hingga akhir.

  Peningkatan kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan struktur yang dianggap tidak efektif, sehingga pelaksanaan pembangunan di berbagai sub bidang keciptakaryaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

  Rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan juga dapat dilakukan dengan program pelatihan yang dilakukan oleh unit kerja Bidang Cipta Karya, untuk peningkatan SDM yang lebih berkualitas dalam mendukung pelaksanaan program RPIJM, yang sasarannya jelas agar memudahkan aparat dari instansi terkait tersebut lebih memahami dan memudahkan dalam pelaksanaan program RPIJM.

  Organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPIJM unit Bidang Cipta KaryaKabupaten Soppeng, terdiri dari:

  a. Satgas Pusat, didukung oleh Sekretariat RPIJM;

  b. Satgas Provinsi, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan; dan c. Satgas Kabupaten/Kota, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan.

  Dari uraian tersebut di atas, diagram organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Soppeng sebagai berikut:

SOPPENG 2016-2020

  Salah satu aspek yang menjadi usulan adalah upaya untuk melakukan penguatan kelembagaan, khususnya pemerintah desa/kelurahan. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan yaitu:

  a. Diharapkan lahirnya kader-kader masyarakat kota yang akan memiliki kemampuan sebagai fasilitator kota yang memahami tentang sistem dan mekanisme perencanaan partisipatif, sebagaimana petunjuk Kepmendagri No. 66 tahun 2007 tentang KPMD;

  b. Tersusunnya RPJM Kelurahan dan beberapa data base desa yang sangat penting;

  c. Membentuk tim yang memiliki kemampuan manajerial pelaksanaan pembangunan di kelurahan, dan memiliki kemampuan teknis tentang administrasi pelaporan keuangan proyek; d. Memberikan penguatan kepada semua pelaku dalam bentuk pelatihan-pelatihan, baik yang sifatnya konsepsional maupun masalah-masalah teknis, dalam rangka mendorong pelaku untuk lebih professional dalam menjalankan tupoksi.

  Relatif masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan dari aparatur/ sumber daya manusia (SDM) yang menangani/ mengelola pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Soppeng. Peningkatan pendidikan formal para aparatur melalui kursus singkat, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanganan sarana dan prasarana Keciptakaryaan masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM semakin meningkat.

  Satgas Pusat Dukungan

  Sekretariat RPI2JM Dukungan Satker

  DJCK Provinsi Satgas Provinsi

  DukunganKonsultan Satgas

  Kabupaten/Kota DukunganKonsultan

6.3.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

SOPPENG 2016-2020

  Juga masih terbatasnya SDM, prasarana dan sarana kerja yang kondisi dalam jumlah yang terbatas serta pemanfaatan yang padat dan terbatasnya ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dan peralatan kantor menjadikan belum optimalnya kinerja kelembagaan.

  Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Soppeng masih sangat dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Pengembangan teknologi dan informasi sangat cepat dan ini perlu kecepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, sehingga sangat diperlukan peningkatan SDM personel kelembagaan yang terlibat di Kabupaten Soppeng.

  Oleh karena itu peningkatan kualitas serta dukungan dari Kementrian Pekerjaan Umum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Soppeng diperlukan untuk pelaksanaan RPIJM agar dapat berjalan dengan efisisen dan efektif.

  Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya bidang Cipta Karya Kabupaten Soppeng yangdapat di identifikasi sebagai berikut :

  1. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;

  2. Dukungan peraturan belum memadai;

  3. Terbatasnya kemampuan SDM yang dimiliki;

  4. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan; Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan, bidang PU/Cipta Karya dalam kerangka pelaksanaan program beberapa hal yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut :

  1. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan bagi staf yang tingkat pendidikannya masih sarjana muda dan non sarjana melalui jalur pendidikan formal;

  2. Peningkatan kualitas SDM aparat bidang PU/Cipta Karya melalui pelatihan dan kursus di bidang teknis dan manajerial untuk pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan;

  3. Penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, maka diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

SOPPENG 2016-2020

  Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Jenis Pelatihan Bidang Cipta Karya No Jenis Pelatihan

  Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur

  1 serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

  4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung

  5 dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan

  7 Pelatihan Konstruksi

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur

  10 Publik Bidang Keciptakaryaan Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat

  11 Bencana

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional

  Sumber : Pedoman RPIJM, 2015