Hubungan antara keterampilan komunikasi dengan kohesivitas kelompok pada karyawan divisi marketing PT. Bogasari Flour Mills Jakarta - USD Repository
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI
DENGAN KOHESIVITAS KELOMPOK PADA KARYAWAN
DIVISI MARKETING PT. BOGASARI FLOUR MILLS,
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
FRANSISKA WULAN SARI
NIM: 039114071
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
MOTTO
Orang yang berjaya dalam hidup adalah orang yang nampak tujuannya dengan
jelas dan menjurus kepadanya tanpa menyimpang. ( Cecil B. DeMille )Kecemerlangan sebenarnya adalah apabila kamu terpuruk sehingga bertekuk
lutut, tetapi mampu melantun kembali. (Penulis)PERSEMBAHAN Karya sederhana penulis persembahakan kepada: Bapak dan Ibuku tercinta Kakakku Masku Paulus Susilo
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya
tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecual yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Agustus 2010 Penulis, Fransiska Wulan Sari
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI DENGAN
KOHESIVITAS KELOMPOK PADA KARYAWAN DIVISI MARKETING
PT. BOGASARI FLOUR MILLS, JAKARTA
ABSTRAK
Fransiska Wulan Sari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antaraketerampilan komunikasi dengan kohesivitas kelompok kerja pada karyawan PT.
Bogasari Flour Mills, Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional.
Variabel yang diteliti yaitu ketrampilan komunikasi dan kohesivitas kelompok.
Subyek penelitian yaitu karyawan divisi marketing PT. Bogasari Flour Mills,
Jakarta dengan jumlah 100 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner mengenai ketrampilan komunikasi dan kohesivitas
kelompok. Instrumen kuesioner telah diuji dan dikatakan reliabel, dengan
koefisien cronbach alpha ketrampilan komunikasi (0,882) dan kohesivitas
kelompok (0,878). Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknis
analisis korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu dari hasil analisis korelasi
Product Moment , dapat diketahui bahwa ketrampilan berkomunikasi dan
kohesivitas kelompok memiliki hubungan yang signifikan (r=0,519; p=0,000).
Nilai korelasi yang bernilai positif menunjukkan hubungan yang searah, artinya
bahwa dengan semakin tingginya ketrampilan komunikasi karyawan, maka
kelompok divisi marketing PT. Bogasari Flour Mills akan memiliki kohesivitas
yang semakin kuat. Sementara itu, dari hasil analisis frekuensi dan persentase,
dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yakni para karyawan divisi
marketing PT. Bogasari Flour Mills memiliki ketrampilan komunikasi yang baik
(69%), sedangkan kohesivitas kelompok pada divisi ini cukup kuat (54%). Kata kunci : keterampilan komunikasi, kohesivitas kelompok
RELATIONSHIP BETWEEN COMMUNICATION SKILLS WITH
COHESIVITY OF EMPLOYEES IN DIVISION MARKETING GROUP
PT. BOGASARI FLOUR MILLS, JAKARTA
ABSTRACT
Fransiska Wulan Sari
Current study was aimed to investigate whether there was a relationshipbetween communication skills and group cohesiveness of employees working at
PT. Bogasari Flour Mills, Jakarta. This study was a correlational research. The
variables being researched here are communication skills and group
cohesiveness. The subject of this research wais the employee marketing division of
PT. Bogasari Flour Mills, Jakarta by 100 respondents. The data collected by
questionnaire about communication skills and group cohesiveness. Questionnaire
instrument had been tested was reliable, with alpha Cronbach coefficients of
communication skills (0.882) and group cohesiveness (0.878). Data analysis
techniques use the technical analysis Product Moment correlation. Based on data
analysis, it can be drawn several conclusions from this research, namely the
Product Moment correlation analysis, it is known that communication skills and
group cohesiveness had a significant relationship (r = 0.519, p = 0.000). The
value of a positive correlation indicates the same direction of relationship, which
means that the higher employee’s communication skills, the group of marketing
division of PT. Bogasari Flour Mil will have an increasingly strong cohesiveness.
Meanwhile, from the frequency and percentage analysis, it is known that the
majority of respondents namely the employee marketing division of PT. Flour
Mills have good communication skills (69%), whereas the group cohesiveness in
this division is strong enough (54%).Keywords : communication skill, group cohesivity
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta :Nama : Fransiska Wulan Sari Nomor Mahasiswa: 039114071
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yag berjudul:Hubungan Antara Keterampilan Komunikasi dengan Kohesivitas
Kelompok pada Karyawan Divisi Marketing PT.Bogasari Flour Mills,
JakartaBeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademistanpa perlu meminta jin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 18 Agustus 2010 Yang menyatakan (Fransiska Wulan Sari)
KATA PENGANTAR
Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuknya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.Untuk mewujudkan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, tanpa bantuan tersebut penyusunan skripsi ini tidakdah dapat berjalan
dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria pelindungku.
2. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dekan Fakultas Psikologi, yang telah memberikan fasilitas, memberi izin
penelitian dan menandatangani skripsi.
4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing , yang
telah membimbing dan mengarahkan penyusun sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini.
5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi, M.Si, selaku Dosem Pembimbing Bagian
Akademik
6. Seluruh staf dan karyawan divisi marketing PT. Bogasari Flour Mills, Jakarta
yang telah mengizinkan kami melakukan penelitian di PT. Bogasari Flour Mills, Jakarta. Bagian Product Group,MSQ, dan HR-PR: Bu Linda, Pak Firdaus, Pak Louis M.Djangun, Pak Agung, Mbak Yesi dkk.7. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun skripsi.
Akhir kata saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun akan
selalu penulis nantikan karena penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini.Harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 18 Agustus 2010 Penulis (Fransiska Wulan Sari)
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. ix
KATA PENGANTAR.................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB. I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian. ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 8
A. Kohesivitas kelompok .............................................................. 81. Pengertian kohesivitas kelompok...................................... 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas
Kelompok.......................................................................... 93. Indikator Kohesivitas Kelompok ...................................... 13
B. Keterampilan Komunikasi........................................................ 15
1. Pengertian Ketrampilan Komunikasi ............................... 15
2. Indikator Ketrampilan Komunikasi .................................. 17
3. Efek Ketrampilan Komunikasi.......................................... 20
C. Hubungan Ketrampilan Komunikasi dan Kohesivitas
Kelompok Kerja ...................................................................... 21 D. Hipotesis................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 25
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 25 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................ 25 C. Subyek Penelitian ...................................................................... 26 D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 27 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 27 F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.......................................... 29 G. Teknik Analisis Data................................................................. 31
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................. 33
A. Deskripsi Subyek Penelitian..................................................... 33 B. Pengujian Normalitas dan Linieritas ........................................ 35 C. Deskripsi Data .......................................................................... 36 D. Analisis Data ............................................................................ 41 E. Pembahasan ............................................................................. 42BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 47
A. Kesimpulan............................................................................... 47 B. Saran......................................................................................... 47DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48
LAMPIRAN .................................................................................................. 51
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Penentuan skor jawaban kuesioner.................................................. 28Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi Indikator Variabel Keterampilan Komunikasi.... 28Tabel 3.3 Tabel Spesifikasi Indikator Variabel Kohesivitas Kelompok ......... 29Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 31Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja.............. 33Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 34Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas...................................................... 35Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Linearitas........................................................ 36Tabel 4.5 Kohesivitas Kelompok Subyek penelitian secara Keseluruhan ...... 37Tabel 4.6 Keterampilan Komunikasi Subyek Penelitian secara Keseluruhan..................................................................................... 38Tabel 4.7 Nilai Mean Setiap Aspek Keterampilan Komunikasi ..................... 38Tabel 4.8 Kohesivitas Kelompok Subyek Penelitian secara Keseluruhan ...... 39Tabel 4.9 Nilai Mean Setiap Aspek Kohesivitas Kelompok ........................... 40Tabel 4.10 Nilai Korelasi antara Keterampilan Berkomunikasi dan Kohesivitas Kelompok ................................................................... 41BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi dapat terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok tersebut dibentuk dengan peran dan tanggung jawab yang berbeda untuk tujuan organisasi. Tercapainya tujuan ini dapat dipengaruhi oleh input dan proses yang ada dalam
masing-masing kelompok. Kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi akan
memberikan kontribusi yang berarti bagi organisasi, apabila individu-individu
memiliki keeratan hubungan dalam organisasi tersebut.Penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana peran individu terhadap
kelompok selama berproses. Hubungan interpersonal anggota dan bagaimana
dampak hubungan itu pada kelompoknya merupakan hal yang penting. Hubungan
interpersonal terkait dengan variabel ketrampilan komunikasi, sedangkan
dampaknya terhadap kelompok berkaitan dengan variabel kohesivitas kelompok.
Ketrampilan komunikasi dan kohesivitas kelompok merupakan bagian
yang sangat penting, terutama bagi sebuah organisasi. Menurut Rosidah (2003),
dalam kehidupan organisasi adanya komunikasi yang baik akan dapat
meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan juga kepuasan kerja. Sementara
itu, menurut (Monk 1999 dalam Prasetyowati, 2009), adanya kohesivitas dalam
suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan
bersedia melakukan kegiatan yang sama di antara mereka. Hal ini memperlihatkan
bahwa individu akan berperilaku apa saja sesuai dengan kehendak kelompoknya,
dengan kata lain perilaku individu dapat dipengaruhi oleh kelompok.Kohesivitas kelompok merupakan keadaan yang lekat antar anggota dalam
kelompok. Kohesivitas kelompok dapat dipengaruhi oleh pola hubungan yang
dilakukan oleh anggota. Mereka memanfaatkan waktu dan frekuensi interaksi
dengan rekan, tidak hanya untuk kepentingan pekerjaan tetapi juga untuk
sosialisasi. Sosialisasi yang dijalani tanpa pandang bulu tidak akan menimbulkan
adanya perbedaan. Lain halnya jika anggota kelompok hanya berinteraksi dengan
orang-orang yang disukai, misalnya yang mempunyai kesamaan. Kelekatan yang
terjadi di sini hanya bisa dirasakan pada orang-orang yang memiliki kesamaan
latarbelakang, kesukaan, nasib dan sebagainya (Wexley, 1984).Kendala dalam kelompok biasanya dirasakan ketika muncul keadaan
genting yang menimpa seluruh kelompok, seperti krisis atau konflik. Menurut
Nixon (1979) dalam keadaan demikian ebagian besar anggota merasa saatnya
mereka harus bersatu memecahkan persoalan. Penyesuaian akan lebih mudah bagi
mereka yang sudah lekat karena mereka sudah terbiasa untuk saling bertukar
pikiran, bersemangat karena saling mendukung. Namun bagi mereka yang tidak
terbiasa berhubungan langsung dengan berbagai karakter akan merasa sulit, tidak
percaya diri, atau bahkan merasa asing di tengah kelompoknya sendiri. Pada
akhirnya pemikiran atau ide-ide yang tertampung tidak maksimal, dan
mempengaruhi keputusan yang diambil.Kelompok dengan kohesivitas tinggi ditandai antara lain dengan kecintaan
tidak dapat menjamin perjalanannya akan terus lurus. Gangguan dari luar seperti
tekanan mungkin bisa mereka atasi, tetapi akan menimbulkan konflik ketika
mereka berhadapan dengan kelompok dengan kohesivitas yang tinggi juga.Kohesivitas kelompok dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
yaitu ketrampilam komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi sering tidak
berjalan lancar karena faktor individu yang sulit beradaptasi atau kurang percaya
diri dan faktor lingkungan seperti kurangnya waktu di tempat kerja. Menurut
Giffin (1971) dalam Wulandari (2005), yang menjadi masalah signifikan dalam
komunikasi interpersonal yaitu adanya rasa ketidakpercayaan interpersonal. Rasa
tidak percaya ini muncul antara lain sebagai perilaku defensif interpersonal,
ketakutan, baik dari raut wajah atau peringatan kepada orang lain untuk berhati-
hati, serta sikap curiga bisa menjadi penghambat pada kelompok yang berbeda.Individu yang sudah lekat dengan komunitasnya dan sudah
mengidentikkan diri dengan kelompok bisa mempunyai persepsi yang tidak tepat
terhadap anggota kelompok lain. Sikap curiga atau prasangka juga dapat muncul
antara generasi yang berbeda, seperti generasi pendahulu dengan generasi muda.
Latar belakang munculnya sikap ini umumnya dikarenakan perbedaan adat, sikap
dan kepercayaan yang berkembang di antara dua generasi. Sebagian besar para
pemegang adat yang kuat cenderung memandang dan mengaitkan kehidupan
jaman modern dengan hal-hal yang negatif, seperti tidak beretika dan bermoral,
perkembangan teknologi hanya membuat orang-orang seperti mereka semakin
tidak mampu mengejar ketertinggalannya. Di lain pihak orang-orang muda
yang dianggap hanya berdasar pandangan yang sempit. Sikap ini pula yang
membuat dua generasi seringkali tidak menemukan kata sepakat. Perasaan
menentang atau memisahkan diri (feelings of alienation) dari orang lain juga
menjadi masalah. Contoh dari sikap ini adalah ketika seseorang mengatakan ia
menolak untuk berbicara dengan kita, tetapi pesan tersebut dengan cepat kita
artikan bahwa ia tidak berharap untuk berbicara dengan kita, selanjutnya kita
memilih untuk menjauhinya. Apabila perasaan dan sikap ini sudah tertanam pada
seseorang, maka akan ada kecenderungan sulit untuk diajak bekerjasama dengan
pihak lain (Wulandari, 2005). Dalam lingkup kelompok, hal-hal seperti tersebut di
atas mungkin dapat merugikan dirinya sendiri, anggota lain atau kelompok. Oleh
karena itu, komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk menjaga keeratan
hubungan antar anggota dalam kelompok.Seperti yang telah disebutkan, masalah seringkali muncul dalam
komunikasi interpersonal, sehingga proses komunikasi yang berjalan jauh dari apa
yang kita inginkan. Oleh sebab itu, untuk dapat mengantisipasi atau
meminimalisir masalah komunikasi yang sedang dihadapi dapat dimulai dari sisi
individu. Salah satunya adalah dengan rnenggunakan kemampuan komunikasi
yang dimiliki.Menurut Rober Kreiner dalam Carter (1995) yang dikutip oleh Wulandari
(2005), kemampuan komunikasi (communication competence) adalah penampilan
berdasarkan pada kemampuan individu untuk menggunakan komunikasi secara
efektif dalam berperilaku sesuai dengan suasana yang ada. Seseorang dikatakan
(expressive), mampu membuka diri atau penerimaan (receptive), serta mampu
juga dalam menerapkan non-expressive dan non-receptive-nya. Contoh dari
penerapan keterampilan atau kemampuan komunikasi misalnya ketika seorang
karyawan sedang berada dalam kelompok kerja. Saat ia mempunyai ide atau
pendapat, maka ia mempunyai keberanian untuk mengungkapkan idenya itu di
depan rekan kerja lainnya. Mereka yang menggunakan keterampilannya akan
meminta ijin terlebih dahulu untuk dipersilahkan dan kemudian mulai berbicara.
Ia pun secara terbuka mau menerima feedback yang diberikan orang lain.
Masih banyak aplikasi dari keterampilan kornunikasi yang dapat
dikembangkan oleh seseorang. Melihat dari segi positifnya dan masalah yang ada
dalam komunikasi, maka tampak keterampilan ini sesungguhnya dapat
dimanfaatkan, terutama untuk masalah-masalah sensitif. Namun demikian
semuanya kembali lagi kepada individu yang akan menjalankannya, apakah ada
keinginan untuk mengembangkan dalam kehidupannya sehari-hari atau tidak.Divisi marketing PT Bogasari Flour Mills terbagi menjadi beberapa sub
divsi yaitu Product Group, Small Medium Enteurprice, dan Marketing Service
Quality. Divisi ini menempati Gedung Kunci Biru dan Ruang Lagansa. Karyawan
bekerja dalam ruangan dan di luar ruangan (bagian lapangan). Komunikasi dan
pertemuan bagian satu dengan yang lain biasanya terjadi pada saat pertemuan,
rapat, atau acara bersama yang diselenggarakan Divisi atau persahaan.Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di lingkungan
kerjanya, menurut beberapa karyawan keeratan hubungan karyawan secara
keseluruhan dirasakan masih minim. Padahal seharusnya kohesivitas dalam divisi
tersebut sangat dibutuhkan dalam mendukung kelangsungan perusahaan.Dari uraian di atas, maka melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui
adakah hubungan keterampilan berkomunikasi karyawan terhadap kohesivitas
kelompok kerja dalam perusahaan. Oleh sebab itu penulis memilih PT. Bogasari
Flour Mills yang terletak di Tanjung Priok Jakarta Utara, dengan subyek
penelitian yaitu karyawan Divisi Marketing.B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan masalah pokok penelitian
ini adalah: Apakah ada korelasi antara keterampilan komunikasi dengan
kohesivitas kelompok kerja pada karyawan divisi marketing dalam perusahaan
PT. Bogasari Flour Mills,Tanjung Priok Jakarta? C. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan
komunikasi dengan kohesivitas kelompok kerja pada karyawan PT. Bogasari
Flour Mills, Tanjung Priok Jakarta.D. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada kajian ilmu psikologi komunikasi. Khususnya yang berkaitan dengan masalah keterampilan berkomunikasi dan kohesivitas antar anggota dalam kelompok.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat terutama bagi manajemen perusahaan dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi karyawan, khususnya pada bagian marketing PT. Bogasari Flour Mills, Tanjung Priok Jakarta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kohesivitas Kelompok
1. Pengertian Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (McDavid dan Harori dalam Rakhmat, 1994). Kohesivitas merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama.
Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan, dan saling menarik dari anggota kelompok.
Kohesivitas kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas dan lebih terbuka. Pada kelompok yang kohesivitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan Semakin kohesif sebuah kelompok, semakin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap yang ia kerjakan dan mengorbankan kepentingan pribadi demi kebaikan kelompoknya. Semua itu menunjukkan adanya kesatuan, keeratan, dan saling menarik anggota kelompok (Gitosudarmo dan Sudita, 2000 dalam Amalia, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok adalah suatu kekuatan yang dimiliki anggota kelompok untuk tetap bersatu dan bertahan dalam kelompoknya. Kelompok dengan kohesivitas yang tinggi akan memiliki anggota yang toleran dan senantiasa mementingkan kepentingan kelompok.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas kelompok merupakan pemahaman seseorang tentang kelompok berdasarkan waktu yang telah dihabiskan bersama, akses yang ketat, ukuran kelompok, ancaman eksternal, maupun sukses yang diraih sebelumnya. Daya tarik antar pribadi dapat menjadi kekuatan pokok yang positif dalam kelompok. Ketertarikan tersebut dapat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: (Taylor, Peplau, dan Sears, 1997).
a. Tingkat rasa suka satu sama lain di antara anggota kelompok.
Apabila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, maka kohesivitasnya akan tinggi.
b. Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan atau untuk melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan terhadap kelompok bergantung pada kesesuaian antar kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok.
c. Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua orang
akan lebih suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien daripada dengan kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan keterampilan kita. Anggota yang mempunyai kebutuhan interaksi yang kuat akan berperilaku sesuai dengan aturan kelompoknya, bertanggung jawab terhadap kelomppok. Hal ini dapat menjadikan kelompok semakin kohesif.Wiryanto (2005) dalam Prakosa (2008) menjelaskan bahwa faktor-
faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas/kepaduan dalam sebuah
kelompok diantaranya yaitu: a. Kesamaan nilai dan tujuan.Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama. b. Keberhasilan dalam mencapai tujuan Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
c. Status kelompok Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
d. Penyelesaian perbedaan Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
e. Kecocokan terhadap norma-norma Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
f. Daya tarik pribadi Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
g. Persaingan antar kelompok.
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
h. Pengakuan dan penghargaan.
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
Sementara itu, faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas atau kepaduan dalam kelompok, diantaranya yaitu: a. Ketidaksamaan tentang tujuan Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.
b. Besarnya anggota kelompok Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.
c. Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang
tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
d. Persaingan intern antar anggota kelompok Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota e. Dominasi Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klik dalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.
Menurut Wiryanto (2004), kohesivitas merupakan suatu kekuatan yang saling tarik menarik diantara anggota-anggota kelompok. Ibaratnya, sepiring nasi diantara butir-butirnya saling melekat. Faktor-faktor yang menentukan kohesivitas antara lain:
a. Perilaku normatif yang kuat ketika individu diidentifikasikan ke dalam kelompok yang diikuti.
b. Lamanya menjadi anggota kelompok. Semakin lama seseorang menjadi anggota kelompok akan memperlihatkan sifat kooperatif dan solidaritas yang tinggi.
3. Indikator Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Menurut Mc David dan Harori (dalam Rakhmat, 1994), kohesivitas kelompok diukur dari: a. Keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain
b. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
c. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.
Sementara itu, Arishanti (2005), menjelaskan bahwa indikator peningkatan kohesivitas kelompok meliputi: a. Perasaan saling menyukai
b. Ingin terus menjadi bagian kelompok
c. Puas terhadap keanggotaan
d. Meningkatnya tingkat penerimaan, dukungan dan kepercayaan Menurut Johnson dan Johnson (1994) dalam Prakosa (2008), kelompok yang dapat dikatakan kohesif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Anggota kelompok kohesif menghadiri pertemuan lebih tepat waktu dan menetap sebagai anggota dalam waktu yang lebih lama daripada kelompok yang tidak kohesif.
b. Anggota kelompok yang kohesif lebih siap berpartisipasi dalam pertemuan kelompok daripada kelompok yang tidak kohesif.
c. Anggota kelompok yang kohesif menempatkan nilai yang lebih besar pada tujuan kelompok dan menempatkan diri lebih dekat pada norma kelompok daripada kelompok yang tidak kohesif.
d. Anggota kelompok lebih sering berkomunikasi secara efektif dalam kelompok yang kohesif.
e. Kelompok kohesif menjadi sumber keamanan bagi anggota kelompok, karena telah menyediakan pengurangan kecemasan dan menambah harga diri.
f. Anggota kelompok yang kohesif lebih sering bertanggung jawab, bertahan lebih lama dalam bekerja untuk mencapai tujuan yang sulit, lebih termotivasi untuk menyelesaikan tujuan kelompok, dan lebih nyaman bekerja dalam kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, indikator kohesivitas kelompok yang digunakan yaitu indikator kohesivitas kelompok dari Mc David dan Harori (dalam Rakmat, 1994), yaitu: keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.
B. Keterampilan Komunikasi
1. Pengertian Keterampilan Komunikasi (Communication Skills)
Jablin dan Sias (2001), mengatakan bahwa keterampilan komunikasi yaitu serangkaian kecakapan, modal akal yang dapat digunakan setiap saat oleh individu sebagai komunikator dalam proses komunikasi. Sementara itu
komunikasi merupakan penampilan berdasarkan pada kemampuan individu
untuk menggunakan komunikasi secara efektif dalam berperilaku sesuai
dengan suasana yang ada. Keterampilan akan terlihat dari bagaimana cara dan
usaha seseorang mendapatkan yang diinginkan. Usaha ini harus diimbangi
dengan kemampuannya menyesuaikan diri agar dapat diterima secara sosial.
Sedangkan, Smith (2009) dalam Matin et.al. 2010), mendefinisikan
keterampilan komunikasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk bekerja
dengan baik dengan orang-orang, dan melibatkan penerimaan seseorang
terhadap orang lain, tanpa prasangka.Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
komunikasi adalah serangkaian kemampuan yang dimiliki individu, yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan dirinya maupun pihak lain sesuai
dengan norma-norma sosial dimana komunikasi tersebut berada.Dalam penelitian ini, konteks komunikasi adalah dalam suatu
perusahaan (organisasi). Spitzberg dan Cupach (1984) dalam Prakosa (2008),
mendefinisikan mengenai keterampilan komunikasi organisasi yaitu sebagai
penilaian pengaruh kualitas interaksi yang dibatasi oleh norma dan peraturan
organisasi. Keterampilan ini bisa dilihat dari hasilnya, seperti kedekatan pesan
yang disampaikan dengan tujuan yang dicapai, atau efektif tidaknya bagai
konteks organisasi. Keterampilan organisasi mencakup pengetahuan mengenai
organisasi, kemampuan untuk menunjukkan kehliannya, dan motivasi untuk
bertindak secara terampil.Dalam sebuah organisasi, keterampilan komunikasi dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk merespon kepentingan staf lain secara positif,
mengembangkan lingkungan kerja yang non-diskriminatif di mana staf bisa
mengembangkan potensi pribadi mereka secara penuh, dan menyampaikan
pendapat. Keterampilan komunikasi sangat penting dalam bekerja sama
dengan orang lain di semua aspek kehidupan. Untuk sebagian besar profesi,
keterampilan komunikasi seperti kemampuan untuk mengekspresikan diri atau
untuk memahami orang lain dengan benar diperlukan untuk mencapai
keberhasilan dan kepuasan setidaknya di tingkat dasar (Matin et.al. 2010).
Dalam Mustafa (2001), dikatakan bahwa melalui kerjasama dan saling berbagi
pengetahuan serta ketrampilan, sebuah kelompok seringkali mampu
menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang
individu.2. Indikator Keterampilan Komunikasi
Dari berbagai teori dari para ahli di atas, telah ditunjukkan berbagai
karakter yang menunjukkan orang yang berkompeten dalam komunikasi. Di
dalam proses sosialnya seseorang akan membentuk beberapa karakter yang
akhirnya mempengaruhi perilakunya.Johnson (1981) yang dikutip oleh Wulandari (2005), menunjukkan
empat kemampuan yang dimiliki individu yang terampil dalam komunikasi.
Kriteria atau indikator orang yang dianggap terampil berkomunikasi menurut a. Pemahaman terhadap situasi Sikap ini didahului dengan adanya saling percaya. Setelah sikap ini muncul, ia juga harus menyadari perasaan-perasaan dirinya, maupun tanggapan-tanggapan batin lainnya. Termasuk didalamnya ia harus menerima diri apa adanya, menerima dan mengakui pikiran dan perasaannya sendiri, tidak menyangkal, menekan atau menyembunyikannya. Selanjutnya barulah ia mampu membuka diri. Membuka diri artinya dia dapat mengungkapkan tanggapan-tanggapan terhadap situasi yang dihadapi. Situasinya bisa berupa kata-kata yang diucapkan maupun perbuatan yang dilakukan oleh lawan bicaranya. Selain itu, ia juga harus mampu mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian dan serius. Kemampuan ini bisa menciptakan situasi yang lebih kondusif karena muncul sikap saling memahami.
b. Pengungkapan pikiran dan perasaan dengan jelas Kemampuan pengungkapan pikiran dan perasaan dengan jelas, artinya mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan dengan tepat dan jelas. Memilih kata-kata dengan tepat sehinga pesan bisa dirnengerti oleh diri sendiri dan orang lain. Diperlukan kemampuan lain agar bisa menjadikan kemampuan mi lebih berkualitas, yaitu bersikap hangat dan senang tanpa ada rasa terpaksa. Sementara itu mendengarkan dengan cermat juga menunjukkan kita memahami lawan komunikasi kita. Dengan saling mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta saling mendengarkan maka seseorang sudah mulai mengembangkan dan memelihara komunikasi dengan orang lain.
c. Saling menerima dan memberikan dukungan Kemampuan saling menerima dan memberikan dukungan menunjukkan kemampuan untuk bisa saling menerima dan memberikan dukungan, serta pertolongan kepada orang lain. Menerima bantuan dan menolong orang lain umumnya terjadi setelah pihak terkait saling mengenal. Orang yang terampil akan memberikan bantuan demi tujuan bersama dan pengembangan kemampuannya. Termasuk dalam kemampuan mi adalah menanggapi keluhan orang lain dengan cara yang bersifat menolong agar orang tersebut dapat menciptakan pemecahan-pemecahan yang konstruktif bagi masalahnya sendiri.
d. Kemampuan memecahkan permasalahan Individu yang terampil, dapat memecahkan bentuk-bentuk masalah yang mungkin muncul dalam komunikasi antarpribadi. Dengan cara-caranya sendiri dalam menyelesaikan konflik ia makm dapat mendekatkan din dengan lawan komunikasi. Bentuk penyelesaian yang diutamakan tidak hanya memenangkan salah satu pihak tetapi semua pihak terkait.
Berbagai kemampuan yang dikemukakan oleh Johnson (1981) di atas
merupakan faktor keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang agar dapat
dikatakan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Tingkat kemampuan
ini bisa berbeda-beda pada tiap individu. Ada yang dapat mengaplikasikan
bisa memadukan semua keterampilan tapi pada saat-saat tertentu saja.
Pengalaman diberbagai lingkungan sosial (situasi atau keadaan), baik secara
personal maupun interpersonal akan dapat meningkatkan kemampuan ini.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator empat faktor
ketrampilan berkomunikasi menurut Johnson (1981) untuk mengukur
ketrampilan komunikasi karyawan departemen Marketing PT. Bogasari Flour
Mills.3. Efek Keterampilan Komunikasi Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja.
Hal ini dapat dipahami sebab komunikasi yang baik mempunyai dampak yang
luas terhadap kehidupan organisasi, misal dapat meningkatkan saling
pengertian, kerjasama dan juga kepuasan kerja (Rosidah, 2003).