Hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert-introvert dengan orientasi ketrampilan komunikasi interpersonal pada distributor multi level marketing Tianshi - USD Repository

  

! "#$##%#&#

! " " # !$ % &" " " $ & ' #' &

  ! "#$%&

  ' ( )* ("#+

  ! " # ! $ %

  $ &&

  ! !

  " " # $

  $ %&

  ' $ (

  ! * &$%+, - . &$&/0$

  )

  " " ' 1 $

  $

  "

  ' '

  2 " ) " ' '

  )

  2

  " ' '

  ' ' 4 " " ' 2 " )

  ' %& " ' ' 2 ' $ 2 ' " ' " ' ' 2 ' ) 2 '

  2 ' " ' "

  2

  3 $ " $ "

  " " # ! $ $ % &

  2

  " ' ' " 3 " ) $ " ' '

  " $ " ' ' 2 " )

  " ' ' 2 " ) " ' '

  " ' ' "

  2 " )

  ' " ' " ' 2 '

  ! % " ' ! % ! (

  • &$%+, - . &$&/0$ 2 ' " ' '

  ! ! " # $ # %&

  ' &

  ( & ) '

  • & , & #&- & - " .
    • / "

  & 0& ! " ( -& & #& - &

  ( &

  &

  • 1& - . / " &

  2& - 33 ( . / - "

  3

  3 '

  & 5& ' 3 ' ( 66 "

  ( & &&&

  7& , , % &

  8& - & - & , 9

  & - :& 9 ; < , 9

  ; <

  66 =& * ; >

  ? " @ 9 > > ? @

  9 A > @ 9 66? 4

  • # ! $ '

  & """ #$" % #9

  """

  • & @

  9 &

  #&" ; & ! >! " B (

  • 1&

  3

  9C+ > ; D !' " " # - ' . , A

  , # # 0 ; E " ( ) F "

  66

  • 2& 0: . )'

  A ) & 3& # ( G

  • 5& >

  ? ' & +7& # .

  &

  • 8& " 0 ;

  6

  • :& -

  & * & -

  ( & )

  3 &

  3 ' &

  B #

  0CC=

  ! " #$ %&%' # ' ! (

  ) %*% # # ! #

  )

  • #+ , # ! # .

  #$ # /&%# " ' # , '/# ! .

  ', "1 ', " /&%# " ' # , '/# !

  2 3 " / 1+ " / 4 #$ & &, #$ %( # ' &, ! # /&%# " ' # , '/# !

  3 , , 5 6 # "' / 1 # /

  2 , 5 6 #

  2 , , 5 6 # "' / 1 # /

  07 3 ', "1 ', " , , 5 6 # "' / 1 # / 0- 8 #$ %( , , 5 6 # "' / 1 # /

  02 %5%#$ # # , , 5 6 # "' / 1 # / 6 #$ # # ' &, ! # /&%# " ' # , '/# !

  3 ,/ ' '

  3) 3-

  # ' # ! # 3- 6 # + " ' 9 5 ! # ! # 3-

  • # ' , ' /# ! 9 5 ! # ! # 3.

  %5* " # ! #

  87 /6 6 # ! #$%&,%!

  8 /6 #$%&,%!

  8 ! #$%&,%!

  80 9 ! 6 ' 6 # ! 5 ! ' " ! 8- 9 ! 6 '

  8-

  3 ! 5 ! ' 8.

  ' ! * /5 # ! #

  82 ! "' # # * /5 ! "%

  82

  • /5 ! "%
  • '%&' # ! #
    • 7

  • / & ! '
    • 7

  • # '
    • 7 3 * ,/ ' '
    • &5 ( ' #
    • 0
    • >2 ' &,%! #
    • 2 5 ' # #
    • 2

  82 ' & ' 9 ! 6 '

  82 5 # ! ' ' & 8:

  ; ' & ' ! 5 ! ' )3

  /6 # ! ' ' )8

  9 )3

  # ' #; ( ))

  ! "' # # # ! # )-

  '" ,' # ! # ).

  9 ! 6 ' % ' /# # ! # ).

  # ! # ).

  9

  .

  .8

  !!!!!!!!!!!!!!!!! ! " # $

  !!!!!!!!!!!!!!!!!! "" % !!!!!!!!!!!!!!!!!! &'

  " ( !!!!!!!!!!!!!! ! !!! !! &

  & $ % !! &#

  ) $ ( !!

  & " * ( !!!!!!!!!!!!!!!! &+ " # ,

  &- " , , $

  &- " " . !!!!!!!!! !!!!!!! )

  ! " # !

  $%& ' (

  $$$ ) ! ( $$

  • # ! ! ( $+ , . - ! ! /

  $+" 0 0

  1 $2+ 3 0

  $22 $2

  • 4

  $25 Manusia dilahirkan ke dunia ini pada dasarnya sudah dibekali dengan kemampuan berkomunikasi. Sejak dia masih bayi dia diberi kemampuan menangis saat dia ingin mengkomunikasikan sesuatu (misalnya saat lapar, haus, ngompol, dan lain lain). Komunikasi merupakan faktor yang paling penting dalam sejarah kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial. Dia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Dalam hubungan dengan orang lain dia membutuhkan media untuk mengkomunikasikan ide ide dan keinginan keinginannya, baik secara lesan/ verbal maupun tertulis. Di sini penulis lebih menekankan pada komunikasi interpersonal secara verbal.

  Tanpa komunikasi yang baik tidak akan terjalin sebuah hubungan yang baik pula, karena jika komunikasi terjalin dengan baik akan mungkin tercipta suasana yang menyenangkan, nyaman dan terbuka sehingga pada akhirnya relasi yang terbentuk positif. Manusia dalam kehidupan sehari hari melakukan komunikasi untuk berhubungan dengan manusia lain maka diperlukan ketrampilan komunikasi. Ketrampilan yang dimaksud adalah ketrampilan berkomunikasi secara efektif. Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika individu mau membuka diri sehingga dia dapat memahami individu lain dan mampu menerima pesan yang disampaikan dalam komunikasi secara objektif. Pembukaan diri menyebabkan individu memperoleh banyak informasi tentang diri sendiri maupun orang lain serta menerima pesan komunikasi secara baik.

  Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi interpersonal yang kita lakukan. Komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Pengetahuan kita tentang diri yang sebenarnya akan menyebabkan kita lebih cermat dalam memandang diri kita dan orang lain (Rakhmat, 1986: 107).

  Inti komunikasi yang dilakukan masing masing individu adalah menyampaikan informasi. Efektifitas merupakan hal terpenting dalam penyampaian informasi. Keefektifan informasi yang disampaikan tergantung pada banyak faktor antara lain faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal antara lain berupa tipe kepribadian yang dimiliki individu.

  Hubungan interpersonal menyebabkan individu tidak lepas dari karakteristik dirinya. Karakteristik individu melekat dan membentuk kepribadian.

  Tipe kepribadian inilah yang akan mempengaruhi individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Tipe kepribadian individu akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukannya. Kepribadian terbentuk sepanjang hidup manusia maka selama itu pula komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi.

  Melalui komunikasi, seseorang menemukan diri, mengembangkan konsep diri dan menetapkan hubungan pribadi dengan dunia sekitarnya (Rakhmat, 1986: 12 13 ).

  Komunikasi akan efektif jika individu mau membuka diri untuk memahami lawan bicara dengan baik.

  Tipe kepribadian tertentu mempunyai gaya komunikasi yang khas. Dengan kata lain, kepribadian mempengaruhi bentuk komunikasi yang dilakukan individu.

  Individu yang terlalu introvert akan kehilangan objektifitasnya sehingga tidak dapat menerima pesan yang disampaikan dalam komunikasi dengan baik. Karena tertutup dan sukar bergaul maka ia akan sulit membuka diri secara penuh sehingga ketrampilan komunikasi interpersonalnya buruk. Sedangkan individu ekstrovert yang memiliki karakteristik mudah bergaul dan mudah terbuka akan lebih membuka diri untuk memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi.

  Individu dengan karakteristik ini selalu berorientasi pada objek sehingga mudah baginya untuk memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator.

  Seorang distributor, sebagai seorang yang harus selalu berhubungan dengan orang lain, khususnya sebagai calon konsumennya haruslah memiliki orientasi ketrampilan komunikasi yang baik. Prodjosapoetro (1978) mengatakan bahwa sebaik apapun, tugas tugas pekerjaan tidak akan pernah mencapai kesuksesan selama komunikasi dalam pekerjaan tersebut kurang mendapat perhatian. Selain itu, setiap komunikasi yang dilakukan hendaklah menjiwai adanya rasa kewajiban dan tanggung jawab terhadap kelancaran jalannya pekerjaan karena komunikasi yang disertai rasa tanggung jawab tentunya akan memunculkan rasa kesadaran pada diri tiap distributor untuk melakukan tugasnya sebaik mungkin.

  Dalam hal ini penulis menemukan sebuah permasalahan yang cukup menarik. Penulis melihat sebuah gejala “apakah tipe kepribadian Ekstrovert khususnya pada distributor Multi Level Marketing Tianshi?”. Mengapa harus pada distributor Multi Level Marketing (MLM) Tianshi? Karena penulis sedikit banyak tahu mengenai seluk beluk bisnis multi level ini, dan penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana dua hal itu berhubungan. Dalam bisnis MLM Tianshi ini dijelaskan bahwa ada tujuh ( 7 ) langkah sukses, salah satunya adalah langkah ke 4, yaitu melakukan presentasi. Presentasi merupakan satu satunya cara untuk mengkomunikasikan dan mengenalkan pada orang orang tentang bisnis MLM Thiansi ini. Dalam prakteknya, presentasi ini diberikan secara tidak pandang bulu, entah (calon konsumen) tua atau muda, kaya atau miskin, laki laki atau perempuan. Jika dia sudah memilih untuk bergabung dalam bisnis ini sebagai distributor dia harus (mau tak mau) berkewajiban untuk melakukan kegiatan presentasi dalam rangka untuk mengenalkan pada orang orang tentang bisnis multi level tersebut yang pada akhirnya bisa mengembangkan bisnis jaringannya tersebut, sehingga mereka dituntut untuk memiliki arah/orientasi ketrampilan komunikasi interpersonal yang baik, terlepas dari karakter kepribadiannya apakah dia ekstrovert maupun introvert.

  Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa tipe kepribadian ekstrovert dan introvert berhubungan dengan ketrampilan komunikasi interpersonal pada mahasiswa (Arianty, 2001). Ketika seorang mahasiswa memiliki tipe kepribadian ekstrovert dia akan lebih mudah menerima orang lain, lebih ramah dan terbuka, sehingga dalam pergaulannya dengan lingkungan sosial dia relatif mampu membawa diri dan trampil berkomunikasi. Lalu sejauh mana variabel ini memang sangat dibutuhkan dalam mempresentasikan produk kepada calon konsumen/mitra kerjanya.

  Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang memiliki dua variabel yakni satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek/pengaruh variabel lain. Yang menjadi variabel terikat adalah orientasi ketrampilan komunikasi interpersonal pada distributor Multi Level Marketing Tianshi. Sedangkan variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Yang menjadi variabel bebas adalah tipe kepribadian ekstrovert introvert distributor MLM Tianshi.

  Permasalahan yang hendak dilihat dalam penelitian ini adalah : “Apakah tipe kepribadian ekstrovert dan introvert berkorelasi dengan orientasi ketrampilan komunikasi interpersonal (khususnya) pada distributor Multi Level Marketing Tianshi”.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert introvert dengan orientasi ketrampilan komunikasi interpersonal pada distributor MLM Tianshi.

  1. Manfaat Teoretis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi tambahan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan khususnya psikologi komunikasi.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi pihak yang diteliti Diharapkan mereka dapat menyadari tipe kepribadiannya masing masing (ekstrovert introvert) dan mencari cara bagaimana menyikapinya dalam kaitannya dengan kegiatan presentasi (orientasi ketrampilan komunikasi). Dan untuk lebih lanjutnya dia dapat lebih meningkatkan ketrampilan berkomunikasinya dengan orang lain dalam kaitannya dengan perkembangan bisnis jaringannya.

  b. Bagi penulis Merupakan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama kuliah, khususnya bidang Psikologi Komunikasi, selain itu dapat menjadikan penulis lebih memahami tentang makna komunikasi dan mengaplikasikannya secara langsung dalam kehidupan nyata sehari hari.

  ! "# $ #

  % "# $ # Dalam suatu perusahaan komunikasi mempunyai arti penting termasuk dalam bidang promosi dan pemasaran. Salah satu bentuk komunikasi yang dipergunakan dalam perusahaan adalah komunikasi interpersonal (Hadipranata, 1981). Komunikasi interpersonal dianggap paling efektif karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan, selain itu juga mempunyai umpan balik yang bersifat langsung.

  Proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman timbal balik antara pihak pihak yang melakukan komunikasi. Pemahaman timbal balik adalah tindakan saling memahami antara pihak yang melakukan komunikasi sehingga hubungan yang terbina dapat terus terjalin. Komunikasi mempengaruhi perkembangan relasi. Perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut (Rakhmat, 1986).

  Kualitas hubungan interpersonal ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang mutlak di antara dua pihak sehingga timbul perasaan timbal balik yang akan menimbulkan komunikasi dua arah (Supratiknya, 1995: 15).

  Prodjosapoetro (1978) mengatakan bahwa sebaik apapun, tugas tugas pekerjaan tidak akan pernah mencapai kesuksesan selama komunikasi dalam pekerjaan tersebut kurang mendapatkan perhatian. Selain itu setiap komunikasi yang dilakukan hendaklah menjiwai adanya rasa kewajiban dan tanggung jawab terhadap kelancaran jalannya pekerjaan karena komunikasi yang disertai rasa kewajiban dan tanggung jawab tentunya akan menimbulkan rasa kesadaran pada diri tiap karyawan untuk melakukan tugasnya sebaik mungkin.

  Berdasarkan pada pengertian yang telah disebutkan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal yaitu suatu komunikasi yang didalamnya terlibat paling sedikit dua orang dengan efek umpan balik yang langsung dimana komunikasi tersebut dijiwai oleh rasa kewajiban dan tanggung jawab sehingga menimbulkan rasa kesadaran diri untuk melakukan tugas dengan baik.

  & $ ' $ "# $ # Menurut De Vito (1995) komunikasi interpersonal dapat dibentuk melalui beberapa aspek, yaitu:

  " ( Keterbukaan ini mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Yang pertama, kesadaran untuk membuka diri kesediaan untuk membagikan informasi tentang diri yang terkadang tersembunyi perasaan perasaan yang dimiliki kepada orang lain. Keterbukaan yang hanya ditunjukkan oleh satu pihak dan tidak diikuti oleh pihak lain akan membawa dampak ketidakefektifan. Proses komunikasi interpersonal harus bersifat bilateral, dua arah dan berbalasan.

  Kedua, kesadaran untuk bereaksi secara jujur menanggapi pesan dari orang lain. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Dalam berkomunikasi individu diharapkan untuk bereaksi secara terbuka terhadap apa yang diucapkan pihak lain.

  Ketiga, kesadaran untuk memiliki dan mengakui perasaan dan gagasan yang timbul. Aspek ini mengacu pada keberanian seseorang untuk mau memiliki dan mengakui perasaan dan gagasan yang ditunjukkan kepada orang lain; ia juga mau bertanggungjawab untuk itu. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan menggunakan kata “saya” dalam menyampaikan pesan.

  ( $ Berempati dengan orang lain berarti merasakan apa yang orang lain rasakan, mencoba memahami cara berpikir orang lain. Kemampuan berempati merupakan salah satu kemampuan yang sulit ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena setiap individu memiliki cara pandang, prinsip prinsip yang berbeda sehingga dalam proses berkomunikasi dengan orang lain seringkali terjebak dalam pikiran dan perasaannya sendiri. Langkah mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Bukan karena reaksi tersebut salah, tetapi karena reaksi reaksi tersebut seringkali menghambat pemahaman. Fokusnya adalah pada “pemahaman”. Pemahaman yang terjadi dalam empati ini dapat diwujudkan dengan memahami pengalaman, motivasi, perasaan, sikap maupun harapan harapan yang dikemukakan seseorang.

  Kedua, semakin banyak individu mengenal individu lain, termasuk keinginannya, pengalamannya, kemampuannya dan sebagainya semakin mampu ia melihat dan merasakan seperti yang pihak lain rasakan, apabila seseorang dapat berempati terhadap orang lain maka orang tersebut akan mempunyai posisi yang lebih baik untuk mengerti orang lain. Ketiga, merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya, empati menyebabkan masing masing pihak berusaha merasakan apa yang dirasakan orang lain melalui cara yang sama.

  ) * $ Ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan pada orang lain.

  Gerakan gerakan menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tersenyum juga tepukan tangan merupakan bentuk bentuk dukungan yang tidak terucap. Dukungan meliputi tiga hal, yaitu: 1) Deskriptif

  Deskriptif ini dapat dipahami sebagai lingkungan yang tidak mengevaluasi. Hadirnya lingkungan yang tidak mengevaluasi defensif sehingga orang lain tidak akan malu dalam mengungkapkan perasaannya dan orang lain tidak akan merasa malu dirinya dijadikan bahan kritikan terus menerus. 2) Spontanitas

  Spontanitas dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara spontan dan mempunyai pandangan yang berorientasi ke depan, juga mempunyai sikap terbuka dalam menyampaikan pemikiran pemikirannya.

  3) Provisionalisme Provisionalisme dipahami sebagai kemampuan untuk berpikir secara terbuka ( ) mampu menerima pandangan pandangan yang berasal dari orang lain dan bersedia untuk mengubah dirinya kalau perubahan itu dipandang perlu.

  $ $# * Sikap positif dalam komunikasi antar pribadi dikomunikasikan dengan cara:

  1) Menyatakan sikap positif Komunikasi antar pribadi akan terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif dengan dirinya sendiri akan mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini.

  Sedangkan seseorang yang memiliki perasaan negatif terhadap dirinya nanti akan mengembangkan perasaan negatif tersebut pada orang lain. Oleh sebab itu perasaan positif yang dimiliki tersebut sangatlah penting untuk menjalin interaksi yang efektif.

  2) Dorongan Dorongan yang diberikan dapat berupa verbal seperti pujian atau nonverbal seperti senyuman atau anggukan kepala. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya diharapkan, dinikmati dan dibanggakan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi seseorang dan membuat seseorang merasa lebih baik.

  " Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

  Artinya, harus ada pengakuan secara diam diam bahwa kedua belah pihak sama sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak sepakatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada ketimbang sebagai suatu kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

  Kesetaraan tidak mengharuskan seseorang menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti penerimaan terhadap pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada pihak lain.

  Supaya komunikasi berjalan efektif maka aspek aspek keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan sangat perlu diperhatikan.

  Dalam penelitian ini penyusun menggunakan lima aspek tersebut ke dalam skala orientasi ketrampilan komunikasi penelitiannya.

  , + # -, # . $ " $ "# $ #

  Ketrampilan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, dimana pesan yang diterima sama dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator. Rakhmat (1989) mengatakan bahwa efektivitas komunikasi interpersonal tergantung pada persepsi interpersonal yang dimiliki masing masing individu. Pada kenyataannya persepsi seseorang terhadap orang lain seringkali tidak cermat dan berbeda beda pada tiap orang. Sedangkan yang terjadi apabila kedua belah pihak saling menanggapi dengan tidak cermat adalah kegagalan komunikasi

  Selanjutnya Rakhmat (1989) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketrampilan komunikasi interpersonal, yaitu : a. Konsep diri

  Faktor ini merupakan faktor yang amat penting dalam terwujutnya positif akan mampu mengeluarkan segala sesuatu yang ada pada dirinya terutama dalam mengeluarkan pendapat, ide, atau gagasan pada orang lain.

  b. Percaya diri Seseorang yang tidak percaya diri akan cenderung menghindari situasi komunikasi karena takut jika orang lain menyalahkan atau meremehkan dirinya. Kegagalan dalam membina komunikasi dengan orang lain menjadikan seseorang menarik diri dari pergaulan, dan berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan hanya berbicara jika situasi mendesaknya.

  c. Atraksi interpersonal Ketertarikan yang terjadi diantara pelaku komunikasi interpersonal dapat dipakai sebagai alat untuk memprediksi komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik seseorang kepada orang lain maka kecenderungan untuk berkomunikasi semakin besar dan komunikasi yang berlangsung akan semakin efektif.

  d. Persepsi interpersonal Persepsi interpersonal yang tidak tepat seringkali menyebabkan kegagalan dalam komunikasi interpersonal. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila seseorang berperilaku sesuai dengan persepsi orang lain maka komunikasi interpersonal akan semakin lancar. Perilaku seseorang dalam komunikasi interpersonal sangat tergantung pada persepsi interpersonal.

  Lunandi (1994) mengemukakan adanya beberapa faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal, yaitu : a. Citra diri ( )

  Setiap manusia memiliki gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menjadi penentu bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan emosi orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain terutama orang yang penting bagi dirinya seperti ayah ibu, guru, atasan. Melalui kata kata maupun komunikasi tanpa kata (perlakuan, pandangan mata, dan sebagainya) dari orang lain seseorang akan mengetahui apakah ia dibenci atau dicintai, dihormati, atau diremehkan/direndahkan. Citra diri yang lemah akan kelihatan pada komunikasinya dengan orang lain seperti sukar berbicara, serta sulit menyatakan isi hati dan pikirannya.

  b. Citra pihak lain ( ) Orang yang diajak berkomunikasi memiliki gambaran yang khas bagi dirinya. Kadang kadang dengan orang tertentu komunikasinya lancar, jelas, dan tenang, tetapi dengan orang lain gugup, bingung, sukar menemukan kata kata yang cocok dan tepat. Hal ini disebabkan adanya campur tangan atau umpan balik antara diri dan citra pihak lain. c. Lingkungan fisik Perbedaan tempat yang satu dengan yang lain akan mentukan pola komunikasi yang dilakukan. Cara cara yang dipakai untuk menyampaikan pesan, isi, informasi, disesuaikan dengan tempat dimana komunikasi itu dilakukan, karena setiap tempat memiliki norma, aturan, dan nilai nilai tersendiri. Orang yang suka berteriak pada saat berada di rumah sendiri, tentu tidak akan suka berteriak pada saat berada di tempat ibadah, atau di tempat kerja, sekalipun orang yang diajak berkomunikasi sama.

  d. Lingkungan sosial Lingkungan sosial mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi.

  Kehadiran orang lain ketika komunikasi berlangsung akan mempengaruhi komunikasi interpersonal yang ada. Pakaian, tingkah laku, dan bahasa, pada perjamuan di hotel besar tentunya tidak sama dengan yang dipakai pada pesta pernikahan di kampung.

  e. Kondisi mental, emosi, kecerdasan, dan fisik Komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila faktor faktor tersebut dalam keadaan baik dan stabil. Seseorang yang merasa letih, lesu, lelah, maka komunikasinya akan terganggu. Seseorang yang kondisi emosinya tidak stabil, komunikasi yang dilakukan pun cenderung kurang stabil.

  Orang yang bersangkutan tidak dapat memberi respon sesuai dengan stimulus yang diterimanya. f. Bahasa badan Berupa gerakan gerakan tubuh yang diekspresikan dalam berbicara dan kata kata.

  Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi interpersonal. Faktor faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, citra diri, kepercayaan diri, bahasa badan, kondisi fisik, mental, emosi, dan kecerdasan. Faktor eksternal meliputi citra pihak lain, atraksi interpersonal, persepsi interpersonal, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.

  Faktor internal seperti konsep diri, yaitu individu yang memiliki konsep diri positif, ditunjukkan dengan kemampuannya dalam berinteraksi sosial, dan kemampuan ini merupakan salah satu ciri dari kepribadian ekstrovert. Dapat dikatakan bahwa salah satu ciri dari konsep diri positif yang dimiliki individu merupakan ciri dari tipe kepribadian ekstrovert.

  Faktor lain seperti citra diri, yaitu individu yang memiliki citra diri lemah, terlihat pada ketidakmampuannya berkomunikasi dengan orang lain seperti sukar berbicara, sulit menyatakan isi hati dan pikirannya, dan hal ini merupakan salah satu ciri dari kepribadian introvert. Dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki citra diri lemah adalah individu dengan tipe kepribadian introvert. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap orientasi ketrampilan komunikasi

  $ " $ ( * #/ ' #/ % " $ ( *

  Kata kepribadian berasal dari (Inggris) yang mulanya berasal dari kata (Latin), yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal ini dilakukan oleh karena terdapat ciri ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut, baik dalam arti kepribadian itu baik ataupun kurang baik.

  Misalnya untuk membawakan kepribadian yang penuh angkara murka, serakah, dan sifat sifat lain yang demikian sering ditopengkan dengan gambar raksasa, sedangkan untuk perilaku yang baik, budi luhur, suka menolong ditopengkan sebagai seorang ksatria.

  Kepribadian mempengaruhi, menentukan dan mendasari suatu aktivitas dan perbuatan. Menurut Allport (Sujanto, 1984), kepribadian merupakan suatu organisasi psikophisis yang dinamis dari seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

  Kartono (1979) menyatakan kepribadian adalah suatu totalitas terorganisir dari disposisi disposisi psikis manusia yang individual, yang memberi kemungkinan untuk membedakan ciri cirinya yang umum dengan kepribadian lainnya. Satu totalitas artinya satu kesatuan yang tidak dapat dibagi atau dipisahkan satu dengan yang lainnya. Disposisi adalah kesediaan kecenderungan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, yang sifatnya kepribadian akan selalu berkembang dan bersifat dinamis, tetapi ada disposisi disposisi pokok yang sifatnya tetap). Individuil berarti bahwa setiap orang memiliki kepribadiannya sendiri yang khas, yang tidak identik dengan orang lain.

  Murray (Hall and Lindzey, 1981) mengemukakan pengertian kepribadian adalah: (a) kepribadian individu adalah abstraktif yang dirumuskan secara teoritis dan bukan hanya merupakan gambaran tingkah laku individu belaka, (b) kepribadian individu adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup seluruh rentang hidup sang pribadi, (c) kepribadian merupakan unsur unsur baru dan unik, (d) kepribadian adalah fungsi yang menata atau mengarahkan dalam diri individu, yang tugas tugasnya meliputi integrasi terhadap konflik atau rintangan yang dihadapi individu dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan tujuan di masa mendatang, dan (e) kepribadian merupakan orientasi pandangan seseorang yang memberi bobot memadai pada sejarah organisme.

  Kepribadian merupakan hal perpaduan antara keseluruhan pembawaan dengan pengaruh lingkungan. Kepribadian bertumbuh dan berkembang terus sepanjang hidup. Suatu perumpamaan yang dapat dipakai adalah kalau tubuh kita diibaratkan sebuah kendaraan bermotor, maka kepribadian adalah pengemudinya, pengemudi itu akan berubah sesuai dengan perubahan umur dan pengalaman hidup, begitu juga dengan kepribadian (Heerdjan, 1987).

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang lainnya. Kepribadian adalah kesatuan organisasi yang dinamis dari sistem psikophisis individu, yang menentukan penyesuaian diri individu secara khas terhadap lingkungan.

  • & $ " $ ( * #/ #/ Salah satu karakteristik atau orientasi utama kepribadian adalah ekstroversi dan introversi. Sikap ekstroversi mengarahkan individu ke dunia luar, sedangkan sikap introversi mengarahkan individu ke dunia dalam.

  Karakteristik ekstrovert dan karakteristik introvert saling berlawanan tetapi biasanya salah satu diantaranya dominan dan disadari, sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak disadari. Jung (Suryabrata, 1983) menegaskan bahwa tidak ada individu yang murni ekstrovert atau murni introvert. Setiap individu memiliki kedua karakteristik ini dalam dirinya. Kedua sifat ini bervariasi secara kompleks. Seperangkat karakteristik selalu dominan (disadari) dan yang lain terepresikan (tidak disadari).

  Selain dikemukakan oleh Jung, teori mengenai ekstrovert dan introvert ini juga dikemukakan oleh Eysenck, yang menganggap teorinya mengenai ekstrovert dan introvert ini merupakan kesesuaian dan pembuktian dari konsepsi teoretis yang telah dirumuskan oleh Jung (Suryabrata, 1983). Hanya saja Eysenck lebih menekankan teorinya pada faktor pembawaan atau genetik yang menurutnya bertanggungjawab atas terbentuknya kepribadian seseorang.

  Faktor pembawaan yang dimaksudkan oleh Eysenck (1965) dalam teorinya lebih tertuju pada proses neurofisiologis otak yang menurutnya mengemukakan teorinya tentang eksitasi dan inhibisi, yaitu suatu proses dalam otak yang akan berpengaruh dalam perilaku seseorang. Eksitasi merupakan kemudahan dalam hal respon respon perceptual, motorik, belajar dan berpikir di dalam sistem saraf pusat. Sedang inhibisi merupakan penekanan respon respon tersebut. Potensi inhibisi ini lebih besar ada pada tipe ekstrovert daripada introvert. Pada tipe ekstrovert, secara berangsur angsur inhibisi ini bertambah sampai menghentikan aktifitas. Jika tidak ada istirahat panjang, maka semua kegiatan akan terhenti, dan jika ada kesempatan orang akan memilih untuk beralih pada kegiatan lain. Sebaliknya pada tipe introvert, karena inhibisi lebih sedikit maka mereka dapat melanjutkan kegiatan untuk jangka waktu yang lama, ini berarti bahwa introvert lebih tekun dalam melakukan suatu kegiatan untuk jangka waktu yang lama, sedangkan ekstrovert lebih mudah bosan dan sering berganti aktifitas.

  Eysenck (1972) membedakan kepribadian ke dalam 2 tipe, introvert dan ekstrovert, untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi reaksi terhadap lingkungan sosial dan dalam tingkah laku sosial. Dia juga mengemukakan bahwa tipe kepribadian ekstrovert introvert menggambarkan keunikan individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai perwujudan karakter, tempramen, fisik, dan intelektual individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

  Eysenck (Morris, 1979) mengemukakan bahwa perbedaan yang mendasar antara ekstrovert – introvert bersumber pada kondisi biologis, yaitu

  ( ). Selanjutnya dikemukakan pula, adanya kecenderungan dan preferensi untuk menghindari stimulus eksternal bagi orang yang berkepribadian introvert dan sebaliknya pada orang orang yang berkepribadian ekstrovert kecenderungan dan preferensi justru mencari stimulasi eksternal. Hal ini disebabkan karena stimulasi eksternal dapat meningkatkan rangsang yang tidak menyenangkan bagi orang yang berkepribadian introvert, sedangkan bagi orang yang berkepribadian ekstrovert, rangsang eksternal akan menggerakkan dirinya untuk terlibat di dalam aktivitas di lingkungannya.

  $ $ ( * #/ Definisi ekstrovert adalah kecenderungan individu untuk mengarahkan energi psikisnya pada objek eksternal di luar dirinya, pada lingkungan sosialnya. Sikap ekstrovert mengarahkan seseorang pada dunia luar yang objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Pikiran, perasaan dan tindakannya ditentukan lingkungan sosial dan non sosialnya. Sikap ekstrovert mendorong orang untuk bersikap positif terhadap lingkungannya. Ekstraversi perpegang pada suatu matra, bergerak dari perilaku diam dan pasif atau terintroversi, ke perilaku sosial, keluar atau terekstravert (Berry, Poortinga, Segal dan Dasen, 1999: 151 152).

  Ciri ciri orang ekstrovert adalah ramah, menarik, mudah bergaul, mempunyai hubungan interpersonal yang baik dan cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap orang lain. Orang dengan kepribadian melakukan transisi dari satu situasi ke situasi yang lain (Keating, 1987: 30).

  Orang yang memiliki karakteristik ekstrovert biasanya tertarik dan antusias terhadap segala hal. Dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya tidak didominasi oleh norma yang berlaku di masyarakat. Ia adalah individu yang mandiri dan memiliki peran penting dalam lingkungan sosial maupun hidupnya (O’ Connor, 1985: 52).

  Jung dalam O’Connor (1985: 52 53) membedakan ciri ciri khas yang pada umumnya dimiliki oleh individu yang berkepribadian ekstrovert. Individu yang berkepribadian ekstrovert digambarkan pada umumnya peramah atau mudah bersosialisasi dengan orang lain, aktif karena menyukai organisasi dan senang pesta pesta, mempunyai yang baik dengan dunia luar, cenderung optimis dan antusias. Sedangkan Jung dalam Budiraharjo (1997: 49) menjelaskan bahwa tipe kepribadian ekstrovert merupakan individu yang dapat menyesuaikan dirinya dengan berbagai situasi, jarang merasa was was, sering berspekulasi dengan sembrono terhadap situasi yang belum dikenal, cenderung ramah, terus terang dan cepat akrab.

  Sementara Eysenck (1965) memberikan ciri ciri yang khas pada umumnya dimiliki oleh orang yang berkepribadian ekstrovert. Orang yang berkepribadian ekstrovert digambarkan pada umumnya peramah, suka bergaul, suka pesta, mempunyai banyak teman, membutuhkan orang lain Orang ekstrovert membutuhkan rangsangan, selalu mengambil kesempatan, sering membuat sesuatu yang membahayakan, kurang berpikir panjang, biasanya impulsif. Mereka sering mempunyai jawaban jawaban yang spontan, menyukai perubahan dan optimistik. Orang ekstrovert cenderung memilih untuk tetap bergerak dan melakukan sesuatu, cenderung agresif dan cepat kehilangan kesabaran. Perasaannya secara keseluruhan tidak berada di bawah kontrol yang ketat dan tidak selalu sebagai orang yang dapat diandalkan.

  ( $ $ ( * #/ Sikap introvert mengarahkan individu pada dunia dalam subjektif, tindakan dan pemikirannya bersifat subjektif. Orang introvert cenderung memiliki konsep diri yang negatif karena kurang percaya diri serta menghindari komunikasi dengan orang lain. Ia takut orang lain akan mengejeknya. Dalam situasi komunikasi, ia akan lebih banyak diam.

  Ciri sifat introvert adalah tertutup, merasa sendiri, sensitif, penyesuaian dengan dunia di luar dirinya kurang baik, sukar bergaul dan kurang dapat menarik hati orang lain (Suryabrata, 1982: 194).

  Orang introvert akan mengalami gangguan atau hambatan dalam komunikasi interpersonal. Individu dengan karakteristik introvert suka menyendiri dan seringkali mengabaikan faktor eksternal yang penting (Keating, 1987: 30).

  Rokeach (Rakhmat, 1986: 136) mendefinisikan bahwa individu dan ketidakpercayaan tentang realitas, diorganisasikan oleh kepercayaan yang absolut dan didominasi oleh kerangka pikir yang tidak dapat mentoleransi orang lain.

  Individu yang berkepribadian introvert digambarkan tenang, pemalu, tidak senang bersosialisasi, cenderung sensitif, sering tidak merasa pantas, hati hati dalam melakukan sesuatu dan mengalami kesulitan di dalam menyesuaikan diri (O’Connor, 1985: 52 53). Jung dalam Budiraharjo (1997) menjelaskan bahwa individu yang memiliki tipe kepribadian introvert digambarkan sebagai individu yang ragu ragu, reflektif, defensif, dan senang bersembunyi di balik rasa ketidakpercayaan.

  Orang yang berkepribadian introvert pada umumnya digambarkan tenang, pemalu, introspektif, lebih menyukai buku daripada orang lain, senang menyendiri, kurang ramah kecuali dengan teman akrab. Orang introvert cenderung mempunyai rencana yang lebih jauh ke depan, berpikir lebih duhulu sebelum bertindak, kurang impulsif. Mereka juga kurang menyukai rangsangan, lebih menyukai kehidupan yang teratur.

  Orang introvert menjaga perasaannya di bawah kontrol yang teliti, kurang berbuat agresif dan lebih sabar. Mereka juga dapat lebih dipercaya, pesimistik dan menempatkan nilai yang tinggi pada standar standar etika (Eysenck, 1965).

  Tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dapat dibagi ke dalam tujuh aspek (Eysenck dan Wilson, 1975). Individu dengan tipe kepribadian bersosialisasi, hati hati, terkontrol, kurang ekspresif, menyukai hal hal abstrak dan bertanggungjawab. Sedangkan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert digambarkan sebagai individu yang aktif, suka bersosialisasi, suka tantangan, impulsif, ekspresif, menyukai hal hal praktis, dan kurang bertanggungjawab.

  • $ ' $ $ " $ ( * #/ ' #/

  Aspek aspek tipe kepribadian ekstrovert introvert menurut Eysenck dalam (EPQ) adalah sebagai berikut (Eysenck dan Wilson, 1975) :

  a. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung aktif secara fisik, bersemangat, suka bekerja keras, bergerak cepat dan memiliki minat terhadap banyak hal. Tipe kepribadian introvert cenderung kurang aktif secara fisik, kurang bersemangat, mudah lelah, lebih suka diam dan memilih lingkungan yang tenang.

  b. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung suka berkumpul dengan orang banyak, senang terhadap kontak sosial, mudah bergaul dan bergembira. Tipe kepribadian introvert cenderung menyukai kegiatan kegiatan yang dilakukan seorang diri, mempunyai sedikit teman, sulit mengemukakan pembicaraan dengan orang lain dan cenderung menarik diri dari kontak sosial.

  c. ! Tipe kepribadian ekstrovert cenderung menyukai tantangan dan suka kepada hal hal yang mengandung resiko, kurang introvert cenderung menyukai hal hal yang telah akrab dan dirasakan aman.

  d. " Tipe kepribadian ekstrovert cenderung terburu buru, biasanya tergesa gesa dalam mengambil keputusan, berbuat sesuatu tanpa pikir panjang, mudah berubah, suka bertindak menghabiskan waktu dan tidak dapat diramalkan. Tipe kepribadian introvert cenderung hati hati dan berpikir panjang sebelum mengambil keputusan, sistematis, dan cenderung berpikir dulu sebelum berbicara.

  e. # Tipe kepribadian ekstrovert cenderung mengekspresikan emosinya secara terbuka seperti rasa marah, benci, cinta, simpati dan suka.

  Tipe kepribadian introvert cenderung menjaga perasaannya agar tidak tampak oleh orang lain. Mereka biasanya dingin dan terkontrol dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

  f. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung lebih tertarik untuk melakukan sesuatu daripada memikirkannya, menyukai hal hal yang dipandang praktis. Tipe kepribadian introvert cenderung tertarik pada ide ide yang abstrak dan filosofis, senang berdiskusi dan menyukai ilmu pengetahuan.

  g. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung mengabaikan janji yang telah dibuat, mengabaikan hal hal yang bersifat resmi, kurang hati hati dan kurang bertanggungjawab secara sosial. Tipe kepribadian introvert cenderung serius, dapat diandalkan, dapat dipercaya dan

  " $ ( * #/ ' #/ Berdasarkan beberapa penelitian tentang tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memang menunjukkan hal berbeda dari keduanya. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh yang berbeda pula pada ketrampilan komunikasi interpersonal seseorang. Ketika seseorang memiliki karakteristik ekstrovert dia akan lebih mudah menerima orang lain, lebih ramah dan terbuka, sehingga dalam pergaulannya dengan lingkungan sosial dia relatif mampu membawa diri dan trampil berkomunikasi, sedangkan pada individu dengan karakteristik introvert cenderung memiliki rasa malu dalam berkomunikasi, sehingga dia menarik diri dan berusaha menghindari komunikasi dengan individu lain, sehingga individu dengan karakteristik introvert tampak tidak komunikatif.

  Selain itu kepribadian ekstrovert introvert juga memiliki pengaruh lain dalam bidang pekerjaan. Seorang ekstrovert membutuhkan rangsangan eksternal sehingga dalam pemilihan tempat kerjapun mereka lebih menyukai tempat kerja dengan kondisi yang lebih bising dan dengan warna yang cerah, yang tentunya hal ini berlawanan dengan kepribadian introvert yang memang cenderung menghindari stimulus eksternal karena stimulasi eksternal dapat meningkatkan rangsang yang tidak menyenangkan bagi orang mereka.

  Karena seorang ekstrovert adalah seorang yang menyukai perubahan, optimistik, kurang berpikir panjang dan selalu mengambil kesempatan maka mereka akan cenderung mudah bosan dan pindah tempat kerja, tak jarang pula kepribadian introvert yang memang cenderung mempunyai rencana yang jauh ke depan, berpikir dahulu sebelum bertindak, kurang menyukai rangsangan dan lebih menyukai kehidupan yang teratur sehingga dalam pekerjaannya mereka lebih memiliki loyalitas yang tinggi dan lebih bertanggung jawab.

  Tjahyono (1986) dalam penelitiannya menemukan perbedaan ketelitian antara pekerja yang berkepribadian ekstrovert dengan pekerja yang berkepribadian introvert pada pekerjaan pemasangan label etiket pada kemasan. Pekerja yang berkepribadian ekstrovert cenderung lebih rendah tingkat ketelitiannya dibandingkan dengan pekerja yang berkepribadian introvert, sebab seorang ekstrovert cenderung lebih agresif, cepat bosan dan cepat kehilangan kesabaran sehingga sering kali tidak terkontrol dan teliti, sedangkan seorang individu introvert cenderung lebih sabar, hati hati dan terkontrol.

  Orang yang berkepribadian ekstrovert dalam dunia kerja lebih suka dengan suasana bising, warna terang, pekerjaan yang bervariasi, senang dengan tempat kerja yang memungkinkan mereka untuk bisa berhubungan dengan orang banyak, lebih mudah bosan, kurang tekun, dan kurang teliti dalam pekerjaan. Orang yang berkepribadian introvert justru sebaliknya, yaitu kurang senang berpindah pindah tempat kerja, menyukai tempat kerja yang tenang. Orang introvert juga kurang senang dengan suasana kerja yang banyak berhubungan dengan orang banyak, cenderung lebih teliti dan tidak mudah bosan.

  Perbedaan perbedaan antara orang yang berkepribadian ekstrovert dengan orang yang berkepribadian introvert ini, maka dapat diasumsikan bahwa ada perbedaan prestasi kerja antara keduanya, bila mereka bekerja di tempat kerja yang sama, orang berkepribadian ekstrovert cenderung lebih sesuai dengan jenis pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk dapat berhubungan dengan orang banyak, dan pekerjaan yang cenderung lebih bervariasi. Orang yang berkepribadian introvert, sebaliknya cenderung akan lebih sesuai dengan pekerjaan yang cenderung tidak banyak perubahan dan kurang berhubungan dengan orang banyak.

  Segal, dkk (Sukardi, 1993) juga mengatakan bahwa orang dalam suatu kelompok pekerjaan atau rumpun pekerjaan memiliki kepribadian yang serupa, maka mereka akan menanggapi terhadap berbagai situasi dan masalah dengan cara yang serupa dan mereka akan membentuk lingkungan pribadi yang khas. Sukardi (1993) mengatakan bahwa suatu pola kepribadian yang sesuai dengan jenis pekerjaan dapat berfungsi efektif dalam prestasi kerja seseorang. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan suatu pola kepribadian yang sesuai lebih memungkinkan untuk tetap bertahan terhadap bermacam macam pekerjaan yang diberikan.

  ( $ " $ ( * * - #/ #/ ! " $ "# $ #

  Orientasi ketrampilan komunikasi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal antara lain berupa tipe kepribadian yang dimiliki individu.

  Tipe kepribadian individu mempengaruhi komunikasi yang dilakukannya. Tipe kepribadian tertentu mempunyai gaya komunikasi yang khas. Dengan kata lain, kepribadian mempengaruhi bentuk komunikasi yang dilakukan individu.

  Dengan kepribadian yang terbuka, seseorang akan mudah berinteraksi dengan orang orang baru (Arianty, 2001).

  Menurut Gibb (Rakhmat, 2001) komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu iklim dan iklim . Komunikasi dengan iklim biasanya menjadi ciri individu dengan karakteristik ekstrovert. Sedangkan komunikasi dengan iklim menjadi ciri individu dengan karakteristik introvert.

  Individu ekstrovert mau membuka diri sehingga orang lain dapat mengerti dan memahami dirinya. Membuka diri menyebabkan individu dapat lebih mengenal dirinya sendiri melalui eksplorasi dengan pengalamannya sendiri maupun orang lain. Pembukaan diri juga membuat individu mau menerima gagasan atau ide dari orang lain sehingga ia tidak defensif dalam berkomunikasi.

  Orang terbuka dalam menanggapi pesan yang dikomunikasikan orang lain memiliki ciri ciri (Brooks, 1997, dalam Rakhmat, 1986: 136): a. Menilai pesan yang disampaikan secara objektif dengan menggunakan b. Mampu melihat nuansa komunikasi dan dapat membedakannya dengan mudah.

  c. Berorientasi pada isi pembicaraan yang sedang dilakukan.

  d. Mencari informasi dari berbagai sumber.

  e. Bersedia meninjau kembali pendapatnya dan mau mengubah kepercayaannya.

  f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan merangkai kepercayaannya.

  Seorang individu ekstrovert mempunyai karakteristik mudah bergaul dan terbuka sehingga ia akan lebih mudah membuka diri untuk memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi. Dia selalu berorientasi pada objek sehingga mudah baginya untuk menangkap isi komunikasi yang hendak disampaikan oleh komunikator, selanjutnya akan lebih mudah baginya untuk menyampaikan pesan kepada orang lain sebagai lawan komunikasinya sehingga orientasi komunikasi interpersonalnya berjalan dengan baik.