IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI PROVINSI BANTEN (STUDI PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SERANG) - FISIP Untirta Repository

IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR

  

74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN INKLUSIF DI PROVINSI BANTEN

(STUDI PADA SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SERANG)

  SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

  Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh SYARIFAH RAHMI AZIIZI NIM. 6661131157

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, JUNI 2017

  

ABSTRAK

Syarifah Rahmi Aziizi. 6661131157. Implementasi Peraturan Gubernur

Banten Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten (Studi pada Sekolah Inklusif di Kota

Serang). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Titi

Stiawati, S.Sos., M.Si. Dosen Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

  Keberadaan Pendidikan Inklusif di Indonesia masih sangat asing bagi masyarakat umumnya. Demikian dengan Pendidikan Inklusif di Kota Serang yang masih dalam keadaan minim perhatian dari Pemerintah Kota Serang terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang. Belum tercapainya tujuan dari Peraturan Gubernur Banten No. 74 Tahun 2014 untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik dengan baik di Kota Serang, tidak tersedianya sarana dan prasarana khusus di sekolah inklusif di Kota Serang, serta kurangnya Guru Pembimbing Khusus di sekolah inklusif di Kota Serang menjadi perhatian mengapa penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana implementasi kebijakan tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif dijalankan untuk kemudian dilakukan perbaikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang. Teori yang digunakan adalah teori Implementasi Kebijakan Publik George Edward III dalam Agustino (2006: 149). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles & Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang dalam menjalankan Pendidikan Inklusif belum terlaksana secara optimal. Karena Implementasi yang tepat untuk diterapkan kemudian ialah perlu dilakukan penguatan dalam Struktur Birokrasi yang kemudian akan membawa pengaruh terhadap Komunikasi yang jelas antar pelaksana dan mensiapkan Sumber Daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan serta Disposisi pembagian tanggungjawab yang merata.

  Kata kunci : Implementasi, Inklusif, Kebijakan

  

ABSTRACT

Syarifah Rahmi Aziizi. 6661131157. Implementation of Governor Regulation

No. 74 of 2014 on Guidelines for Implementing Inclusive Education in Banten

Province Studies in Inclusive Schools in Serang City. Department of

Administration. Faculty of Social Science and Political Science. University of

Sultan Ageng Tirtayasa. Lecturer Supervisor I: Titi Stiawati, S.Sos., M.Si.

Lecturer Supervisor II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

  

The existence of Inclusive Education in Indonesia is still very foreign to the

general public. Thus with Inclusive Education in Serang City is still in a state of

minimal attention from the City Government Attack Serang City Office of

Education and Culture. The achievement of the objectives of the Banten Governor

Regulation no. 74 of 2014 to realize education that values diversity and non-

discrimination for all learners well in Serang City, the unavailability of special

facilities and infrastructure in inclusive schools in Serang City, and the shortage

of Special Supervisor Teachers In inclusive schools in Serang City is the concern

why This study was conducted. This research is aimed to know and analyze how

the implementation of Guidance of Implementation of Inclusive Education to be

done by Education and Culture Office of Serang City. The theory used is the

theory of Public Policy Implementation George Edward III in Agustino (2006:

149). This research uses qualitative approach with descriptive method. Data

analysis technique used is Miles & Huberman model. The result of this research

shows that the implementation done by the Education and Culture Office of

Serang City in implementing the Inclusive Education has not been implemented

optimally. Due to the proper Implementation to be implemented, it is necessary to

do in Bureaucracy structure which will then have an effect on the clear

communication between the implementer and the Responsible Resource needed in

the implementation of the policy and the disposition of equal distribution of

responsibility.

  Keywords: Implementation, Inclusive, Policy

  

Manusia yang berakal ialah Manusia yang suka menerima

dan meminta Nasihat.

  • -Umar bin Khaththab

  Persembahan: ”skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu dan Ayah tercinta. Abang, Kakak dan Saudara Kembar kesayangan saya a tas Do’a, bimbingan serta motivasi secara moral dan materiil selama penyusunan Skripsi ini berlangsung.

  

Kata Pengantar

Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena dengan

Rahmat, Karunia dan Taufik serta Hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Skripsi ini yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana (S-1) dengan

judul “Implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomor 74 Tahun 2014 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten (Studi pada

Sekolah Inklusif di Kota Serang).” Shalawat serta salam penulis curahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam, kepada keluarga, sahabat,

serta kepada kita yang senantiasa istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya.

Dalam proses pengerjaan Proposal Skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan, dukungan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini

penulis dengan senang hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang juga sekaligus sebagai dosen pembimbing II skripsi saya.

  7. Riswanda, MA., Ph.D Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Titi Stiawati. S.Sos., M.Si. Selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing I skripsi yang senantiasa memberikan arahan dan waktunya selama penyusunan penelitian ini.

  9. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas ilmu selama perkuliahan dan proses keperluan administratif.

  10. Pihak Dinas Pendidikan Kota Serang yang telah memberikan data dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian

  11. Pihak Dinas Sosial Kota Serang yang telah membantu melengkapi keperluan data selama proses penelitian berlangsung

  12. Pihak Sekolah Inklusif di SDN Batok Bali dan SMPN 12 Kota Serang yang telah memberikan informasi terkait penelitian demi mendukung data Skripsi

  13. Pihak Dinas Pendidikan Provinsi Banten yang telah memberikan data pendukung mengenai Sekolah Inklusif di Provinsi Banten

  14. Pihak Balai Penyelenggara Pendidikan Khusus Provinsi Banten yang juga telah memberikan data pendukung demi kelancaran penelitian

  15. Ayah Said Rachmatna dan Ibu Yayah Puntiawati sebagai orang tua yang luar biasa atas dukungan, doa, dan arahannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik

  16. Abang Said Tiar Purnama, Kakak Syarifah Ade Mutia dan Saudara Kembar Syarifah Nurul Aziizi yang telah membantu secara akomodatif selama proses penelitian berjalan.

  17. Teman-teman kelas B angkatan 2013 Administrasi Negara, teman-teman konsentrasi Kebijakan Publik angkatan 2013 dan teman-teman himpunan mahasiswa administrasi negara periode 2014 dan 2015 atas waktu dan hiburan ditengah proses penelitian berlangsung

  

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kebaikan dan keberkahan bagi

semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan

senantiasa penulis terima dengan lapang hati. Semoga penulisan ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

  Serang, Juli 2017 Penulis,

  Syarifah Rahmi Aziizi

  

DAFTAR ISI

  Halaman ABSTRAK LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii DAFTAR TABEL……………………………………………………………. vii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… viii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… ix BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

  1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 15

  1.3 Batasan Masalah....................................................................... 15

  1.4 Rumusan Masalah……………………………………………. 16

  1.5 Tujuan Penelitian ................................................................... 17

  1.6 Manfaat Penelitian ................................................................. 17

  1.7 Sitematika Penulisan ................................................................ 18

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN ................................................... 24

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................... 64

  3.6. Informan Penelitian .................................................................. 70

  3.5. Instrumen Penelitian................................................................. 69

  3.4.2 Definisi Operasional..................................................... 67

  3.4.1 Definisi Konsep ........................................................... 66

  3.4. Fenomena yang diamati ........................................................... 66

  3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................... 66

  3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 65

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 64

  2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................... 24

  2.4 Asumsi Dasar Penelitian .......................................................... 63

  2.3 Kerangka Berpikir .................................................................... 61

  2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................ 58

  2.1.5 Pendidikan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas…… ... 39

  2.1.4 Konsep Penyandang Disabilitas……………………….. 37

  2.1.3 Model Implementasi Kebijakan Publik ........................... 28

  2.1.2 Konsep Implementasi Kebijakan Publik ......................... 27

  2.1.1 Konsep Kebijakan Publik ................................................ 25

  3.6.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 72

  3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 77

  3.7.1 Teknik Analisis data .................................................... 77

  3.7.2 Uji Keabsahan Data...................................................... 79

  3.8. Jadual Penelitian....................................................................... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………. 83

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian…………………………………. . 83

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Serang………………………. . 83

  4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Serang…………………….. 85

  4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Serang………………. 85

  4.1.2 Deskripsi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang 88

  4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Serang…. . 91

  4.1.2.2 Tupoksi Dinas Pendidikan Kota Serang……….. 91

  4.2 Deskripsi Data………………………………………………. . 98

  4.2.1 Deskripsi Data Informan……………………………… . 101

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………. 104

  4.3.1 Komunikasi…………………………………………….. 108

  4.3.2 Sumberdaya……………………………………………. 113

  4.3.3 Disposisi……………………………………………….. 120

  4.3.4 Struktur Birokrasi……………………………………… 123

  4.4 Pembahasan………………………………………………….. 126

  4.5 Temuan Lapangan……………………………………………. 138

BAB V PENUTUP…………………………………………………………… 146

  5.1 Kesimpulan…………………………………………………. . 146

  5.2 Saran………………………………………………………… . 148 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… .. x LAMPIRAN

  

Daftar Tabel

1.1 Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus di Provinsi Banten……………… ...

  5 1.2 Jumlah Sekolah Inklusif di Provinsi Banten…………………………… ..

  6 1.3 Jumlah Sekolah Tingkat Dasar dan Menengah Pertama di Kota Serang.. .

  8

  1.4 Sekolah Inklusif di Kota Serang berdasarkan Kecamatan……………….. 10

  1.5 Jumlah ABK berdasarkan Kecamatan di Kota Serang……………… ...... 11

  2.1 Klasifikasi Disabilitas…………………………………………………… 38

  3.1 Informan Penelitian……………………………………………………… 71

  3.2 Pedoman Wawancara……………………………………………………. 73

  3.3 Jadual Penelitian…………………………………………………………. 82

  4.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Kota Serang………. .. 84

  4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Serang………………. 86

  4.3 Komposisi Penduduk Kota Serang menurut Jenis Kelamin…………….. 86

  4.4 Komposisi Penduduk Kota Serang menurut Kelompok Umur………….. 87

  4.5 Sebaran Penduduk menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan di Kota Serang Tahun 2014……………………………………………………… 87

  4.6 Komposisi Penduduk berdasarkan Agama………………………………. 88

  4.7 Informan Penelitian……………………………………………………… 102

  4.8 Temuan Lapangan………………………………………………………… 145

  

Daftar Gambar

  2.1 Kerangka Berpikir…………………………………………………….. .... 62

  3.1 Proses Analisis Data…………………………………………………….. . 77

  4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang….. 97

  

Daftar Lampiran

  LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN II Rekomendasi Penelitian LAMPIRAN III Lembar Persetujuan Sidang Akhir LAMPIRAN IV Pedoman Wawancara LAMPIRAN V Member check LAMPIRAN VI Kategorisasi Data LAMPIRAN VII Surat Keterangan Informan LAMPIRAN VIII Peraturan Gubernur Banten Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan

  Inklusif di Provinsi Banten LAMPIRAN IX Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Serang LAMPIRAN X MoU Yayasan Anak Mandiri dan SMPN 12 Kota

  Serang LAMPIRAN XI Laporan Observasi Siswa Berkebutuhan Khusus

  Berprestasi SMPN 12 Kota Serang LAMPIRAN XII Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Reformasi Indonesia menuntut berjalannya penegakkan hak asasi manusia (HAM) bagi seluruh rakyat Indonesia, melalui penguatan secara hukum dengan lahirnya Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada BAB XA.

  Perolehan pendidikan juga salah satu wujud hak asasi bagi seluruh rakyat Indonesia demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan beradab. Dalam Undang-undang Dasar Negara RI 1945 pada pasal 28C ayat 1 berisi tentang hak bagi setiap orang untuk mengembangkan dirinya baik melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, pendidikan dan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya sendiri serta demi kesejahteraan umat manusia.

  Hak asasi tidak memandang perbedaan sekecil apapun semua manusia dianggap memiliki hak yang sama untuk memperoleh kehidupan yang layak, terlepas dari keterbatasannya baik secara fisik maupun nonfisik, baik cacat sejak lahir atau karena kecelakaan. Penyandang Disabilitas atau biasa disebut sebagai orang cacat sering dianggap sebagai masyarakat yang tidak produktif. Tidak produktif dalam artian dianggap tidak mampu untuk beraktivitas dan bekerja walau hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

  Indonesia telah memiliki berbagai aturan hukum yang mengatur tentang daerah-daerah. Seperti pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang memiliki Kelainan dan memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa yang mengharuskan setiap Pemerintah Kabupaten/Kota menunjuk paling sedikit satu sekolah tingkat dasar dan satu sekolah tingkat menengah pertama pada setiap kecamatan untuk menjalankan pendidikan inklusif.

  Dalam permendiknas tersebut juga dijelaskan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik normal pada umumnya.

  Negara Indonesia juga sebenarnya telah menjamin hak-hak bagi penyandang disabilitas tidak terkecuali hak tentang memperoleh pendidikan melalui Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on The Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) yang tertuang pada Pasal 24 ayat 1 berbunyi bahwa negara-negara pihak dengan ini mengakui hak bagi penyandang disabilitas atas pendidikan, tanpa diskriminasi dan berdasarkan kesempatan yang sama. Negara-negara pihak juga diharuskan untuk menjamin sistem pendidikan yang bersifat inklusif pada setiap tingkatan dan pembelajaran seumur hidup yang terarah. Secara tegas dikatakan pada pasal tersebut bahwa hak pendidikan inklusif

  Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menempatkan penyandang disabilitas harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam upaya pengembangan dirinya melalui kemandirian sebagai manusia yang bermartabat dalam perspektif hak asasi manusia. Pada faktanya, fenomena pendidikan inklusif di Indonesia masih dipandang asing oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat pada umumnya cenderung mendorong para penyandang disabilitas untuk sekolah di tempat-tempat khusus, padahal para penyandang disabilitas sama-sama mempunyai hak untuk memilih berpartisipasi dan terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan ditengah masyarakat. Begitu melekatnya pandangan pesimis dari masyarakat kepada para penyandang disabilitas bahwa mereka tidak bisa melakukan sesuatu sebaik orang normal pada umumnya sangatlah merugikan dan membatasi hak-hak penyandang disabilitas di lingkungan sosialnya. Pandangan pesimis ini tidak hanya terpikirkan oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh tenaga pendidik yang memiliki stigma bahwa peserta didik disabilitas merupakan beban dalam proses pendidikan. Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Jakarta yang concern terhadap isu-isu terkait penyandang disabilitas, Tigor Hutapea, mengatakan selama ini pemerintah masih kesulitan menjalankan pendidikan inklusif. Kendala utamanya adalah stigma dari kalangan pendidik, yang menganggap peserta didik disabilitas merupakan beban dalam proses pendidikan. (Iqbal. 2016. Hal: 1-2). Kutipan pernyataan tersebut memberikan gambaran bagaimana pendidik anak berkebutuhan khusus masih memandang rendah kemampuan anak didiknya.

  Provinsi Banten tidak surut dalam kewajibannya berpartisipasi memberikan pelayanan penjaminan hak-hak bagi penyandang disabilitas.

  Minimnya sosialisasi tentang keberadaan Sekolah Inklusif di Kota Serang, membuat Beben Somantri ketua Forum Komunikasi Sekolah Inklusif (Foksi) menilai bahwa Pemerintah terkesan menganaktirikan Pendidikan Inklusif. Menurutnya, Pemerintah Daerah cenderung tidak mau tahu karena menganggap seluruh sekolah seperti tanggung jawab Provinsi, padahal sekolah juga merupakan tanggung jawab Bupati dan Walikota. (Fauzan. 2015. Hal. 1). Dampak dari terabaikannya sekolah inklusif ini yaitu masih kurangnya sarana dan prasarana pada bangunan sekolah. Ahmad Farid M.Pd Ketua Forum Komunikasi Kepala Sekolah Khusus (FKKS) Banten menjelaskan untuk sarana dan prasarana pendidikan inklusif di Banten masih menjadi kendala, selain itu juga kedisiplinan dan kemandirian warga sekolah serta orang tua dalam mendidik anaknya masih kurang. Pernyataan tersebut menjelaskan kondisi sekolah inklusif di Kota Serang yang memprihatinkan. Baik secara langsung maupun tidak langsung, masalah sarana dan prasarana ini dapat menghambat proses belajar mengajar kepada siswa berkebutuhan khusus.

  Provinsi Banten sendiri sebenarnya telah memiliki Peraturan Gubernur yang mendasari penyelenggaraan pendidikan inklusif di jalankan. Peraturan Gubernur tersebut disahkan pada tahun 2014 nomor 74 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten yang bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan

  Pada observasi awal, peneliti memperoleh data dari Dinas Sosial Provinsi Banten tentang jumlah anak berkebutuhan khusus di Provinsi Banten berdasarkan Kabupaten/Kota. Datanya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus di Provinsi Banten

  Anak Berkebutuhan Khusus No. Kabupaten/Kota Selisih 2014 2015

  1 Kabupaten Pandeglang 577 1151 574

  2 Kabupaten Lebak 1751 1439 312

  3 Kabupaten Tangerang 153 855 702

  4 Kabupaten Serang 1425 1233 (192)

  5 Kota Tangerang 496 520

  24

  6 Kota Cilegon

  41

  56

  15

  7 Kota Serang 115 150

  35

  8 Kota Tangerang Selatan 163 154 (9) Jumlah 4721 5558 1461 (sumber: Dinas Sosial Provinsi Banten, 2014 dan 2015)

  Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus di sebagian besar wilayah di Provinsi Banten. Meskipun ada penurunan angka pada dua daerah di Kabupaten Serang dan Kota Tangerang Selatan, namun penurunan tersebut tidak secara signifikan berpengaruh kepada jumlah keseluruhan anak berkebutuhan khusus usia sekolah di Provinsi Banten.

  Ini berarti, sekolah inklusif di Provinsi Banten memang sangat perlu untuk diperhatikan mengingat jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah yang

  Data tersebut di atas juga menjadi dasar peneliti memilih Kota Serang sebagai lokus penelitian. Kota Serang menempati posisi ke empat dengan jumlah peningkatan anak berkebutuhan khusus se Provinsi Banten. Penentuan lokus ini didasari karena Kota Serang yang merupakan daerah sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten sudah sepantasnya mendapat perhatian lebih dalam hal pendidikan.

  21 2 394

  Jumlah

  5 1 125

  8 Kota Tangerang Selatan

  16

  1

  7 Kota Tangerang -

  94

  3

  4

  6 Kota Serang

  5 Kota Cilegon

  Peneliti juga memperoleh data mengenai jumlah sekolah inklusif di Provinsi Banten berdasarkan Kabupaten/kota yang didapatkan dari Balai Penyelenggara Pendidikan Khusus (BPPK) Provinsi Banten. Berikut ini data jumlah sekolah inklusif di Provinsi Banten.

  13 - 334

  4 Kabupaten Tangerang

  41

  2 -

  3 Kabupaten Serang

  29 2 771

  2 Kabupaten Pandeglang

  11 3 214

  1 Kabupaten Lebak

  No. Kabupaten/Kota Jumlah Sekolah Jumlah Siswa SD SMP

Tabel 1.2 Jumlah Sekolah Inklusif di Provinsi Banten

  

85 12 896 (sumber: BPPK Provinsi Banten, 2016) Berdasarkan pada data di atas, ditemukan bahwa jumlah sekolah inklusif di Provinsi Banten masih sangat minim. Padahal, anak berkebutuhan khusus di Provinsi Banten jumlahnya mencapai lima ribu anak yang tersebar di beberapa daerah kabupaten dan kota. Sedangkan dari data yang diperoleh, anak berkebutuhan khusus yang telah mengikuti sekolah dengan pendidikan inklusif jumlahnya tidak sampai angka seribu anak.

  Kota Serang yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Banten juga tidak luput dari kurangnya penyediaan sekolah dengan pendidikan inklusif. Dari skala jumlah, Kota Serang memang tidak menempati urutan pertama sebagai wilayah dengan jumlah sekolah inklusif terkecil se Provinsi Banten. Namun, mengingat daerah Pemerintahan Provinsi Banten yang berada di Kota Serang tersebut membuat perhatian terpusat pada Kota Serang.

  Penelitian ini akan fokus pada pendidikan inklusif di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena pada tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) tanggungjawab penyelenggaraannya tidak dipegang oleh Pemerintah Daerah Kota Serang atau lebih khusus Dinas Pendidikan Kota Serang melainkan tanggungjawab dari Pemerintah Provinsi Banten khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten.

  Peneliti memperoleh data jumlah sekolah negeri di Kota Serang secara keseluruhan yang dikelompokkan berdasarkan kecamatannya untuk dijadikan perbandingan antara sekolah negeri yang sudah menerapkan pendidikan inklusif dengan yang belum menerapkan pendidikan inklusif, datanya sebagai berikut:

Tabel 1.3 Jumlah Sekolah Tingkat Dasar dan Menengah Pertama Negeri

  4

  a. SD Negeri yang belum menerapkan pendidikan Inklusif di Kota Serang: 93.28%

  Data di atas menunjukkan jumlah sekolah negeri tingkat dasar dan menengah pertama di Kota Serang, jika dibandingkan dengan jumlah sekolah negeri tingkat dasar yaitu 3 sekolah dan 1 sekolah tingkat menengah pertama yang telah menjalankan pendidikan inklusif maka didapatkan perolehan presentasenya, sebagai berikut:

  31 (Sumber: Data Referensi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017)

  10 Jumlah 224

  73

  6. Serang

  3

  29

  5. Walantaka

  34

  

di Kota Serang

No. Kecamatan SD Negeri SMP Negeri

  4. Taktakan

  4

  39

  3. Kasemen

  4

  21

  2. Curug

  6

  28

  1. Cipocok Jaya

  b. SMP Negeri yang belum menerapkan pendidikan Inklusif di Kota Serang: 99.69% Persentase di atas menunjukkan jumlah seluruh sekolah negeri tingkat SD

  Pada observasi awal, peneliti mewawancarai Kepala Sekolah dari salah satu sekolah dasar dengan pendidikan inklusif di Kota Serang SDN Batok Bali ibu Tusna Dewi, menyampaikan bahwa di SDN Batok Bali tidak semua anak berkebutuhan khusus diterima untuk sekolah di sekolah tersebut. Alasannya, karena anak berkebutuhan khusus yang dianggap menyulitkan dalam proses belajar mengajar akan mengganggu siswa lain. Selain daripada itu, guru di SDN tersebut juga belum ada yang ahli dan khusus menangani siswa berkebutuhan khusus, kalaupun ada hanya berfungsi sebagai Koordinator yang bertanggungjawab atas anak berkebutuhan khusus tersebut seperti dari urusan administratif dan teknis diluar mengajar lainnya, sisanya dilakukan dengan guru yang sama.

  Pernyataan tersebut justru membentur pada tujuan awal diadakannya pendidikan inklusif. Pada Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 pasal 2 ayat 2 berbunyi tujuan pendidikan inklusif adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Sangat disayangkan, tenaga pendidik di Kota Serang ternyata masih memiliki stigma negatif kepada anak berkebutuhan khusus.

  Masalah lain juga dirasakan ada di sekolah dengan pendidikan inklusif tersebut seperti kurangnya sarana pengajaran khusus untuk siswa berkebutuhan khusus yang tidak tersedia sama sekali. Media pembelajaran yang digunakan guru pembimbing khusus (GPK) juga dibuat sendiri dari dana sisa operasional sekolah dan dibuat apa adanya. Padahal, dalam Peraturan Gubernur Banten Nomor 74 Banten telah diatur tentang hak peserta didik seperti pada pasal 9 huruf b dan c yang berbunyi bahwa peserta didik berkebutuhan khusus dapat memperoleh pelayanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, kecerdasan dan kebutuhan khususnya. Peserta didik berkebutuhan khusus juga berhak memperoleh bantuan fasilitas belajar, beasiswa atau bantuan lainnya sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku.

  Peraturan Gubernur Banten juga secara tegas mengamanatkan untuk penyediaan hak bagi siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajar mengajar di sekolah inklusif. Akan tetapi, amanat tersebut masih belum diindahkan oleh implementor kebijakan di daerah yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Serang. Di Kota Serang sekolah inklusif tidak menyebar secara merata pada setiap kecamatannya dan bahkan ada kecamatan yang sama sekali tidak memiliki sekolah inklusif. Data tersebut sebagai berikut:

Tabel 1.4 Sekolah Inklusif di Kota Serang berdasarkan Kecamatan

  

No. Kecamatan Sekolah Jumlah Siswa

  1 Curug

  2 Walantaka SMPN 19 Kota Serang

  17

  3 Cipocok jaya

  • SDN Batok Bali

  5 SDS Peradaban Serang

  24

  4 Serang

  SDN 21 Kota Serang

  2 SDN Karang Tumaritis

  3 SMPN 12 Kota Serang

  20

  5 Taktakan

  SMPS Peradaban Serang

  23

  6 Kasemen

  Jumlah

  94 (Sumber: Dinas Pendidikan Kota Serang, 2016)

  Data sekolah inklusif berdasarkan kecamatan di Kota Serang di atas menunjukkan bahwa sekolah inklusif di Kota Serang masih sangat terbatas, padahal sudah diatur sedemikian rupa agar sekolah inklusif tersedia di masing- masing kecamatan dengan maksud mempermudah akses menuju sekolah bagi anak berkebutuhan khusus. Amanat ini ditujukan terutama kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk direalisasikan namun pada kenyataannya sekolah yang terdaftar tidak sepenuhnya milik pemerintah daerah atau sekolah berstatus negeri, melainkan ada sekolah swasta yang menambah daftar jumlah sekolah inklusi di Kota Serang. Peneliti juga telah memperoleh data anak berkebutuhan khusus per Kecamatan di Kota Serang sebagai berikut:

Tabel 1.5 Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Kecamatan

  

di Kota Serang

Anak Berkebutuhan Khusus No. Kecamatan 2014 2015

  1 Curug

  18

  18

  2 Walantaka

  18

  18

  3 Cipocok Jaya

  7

  7

  4 Serang

  30

  50

6 Kasemen

  13

  23 Jumlah 115 150

  (sumber: Dinas Sosial Provinsi Banten, 2015)

  Data jumlah anak berkebutuhan khusus pada tabel di atas menunjukkan bahwa hanya terdapat 94 anak saja yang telah menerima pendidikan inklusif atau dengan kata lain masih ada 56 anak berkebutuhan khusus di Kota Serang yang belum mendapatkan pendidikan inklusif.

  Masalah utama yang terjadi di Kota Serang yaitu belum tercapainya tujuan dari kebijakan Peraturan Gubernur Banten Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten dengan baik. Bahkan, sekolah yang sudah ditunjuk dan menjalankan pendidikan inklusif di Kota Serang pun belum melaksanakan kebijakan tersebut dengan sebagaimana mestinya. Ini merupakan wujud belum terlaksana dengan baiknya upaya pemenuhan hak asasi manusia bagi anak berkebutuhan khusus dalam memperoleh pendidikan inklusif di Kota Serang. Berdasarkan observasi awal peneliti menemukan masalah-masalah yang menyertai masalah utama terkait dengan implementasi Peraturan Gubernur Banten tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten dengan Studi pada Sekolah Inklusif di Kota Serang, antara lain:

  1. Tujuan Peraturan Gubernur Banten Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten dengan Studi Pada Sekolah Inklusif di Kota Serang belum tercapai. Tujuan untuk keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Hal ini dikarenakan pihak sekolah yang ditunjuk untuk menjalankan pendidikan inklusif di Kota Serang tidak mengemban amanah pada peraturan yang ada dengan baik. Terbatasnya anak berkebutuhan khusus yang diperbolehkan menerima pendidikan inklusif di Sekolah tersebut yang tidak sesuai dengan amanat Peraturan Gubernur Banten.

  2. Kekurangan tenaga pendidik atau guru pembimbing khusus (GPK) dan juga kurangnya pelatihan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik khusus menjadi masalah di lingkungan sekolah dengan pendidikan inklusif di Kota Serang.

  Saat mewawancarai salah satu implementor dari kebijakan tentang pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus yaitu Kepala Seksi Kurikulum dan Mutu Penilaian SD ibu Nani Sumarni dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang, mengatakan bahwa di Kota Serang, sekolah dengan pendidikan inklusif belum memiliki guru pembimbing khusus (GPK) yang secara khusus mendidik siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Dari pihak Sekolah di SDN Batok Bali juga mengeluhkan kekurangan tenaga pendidik, bahkan untuk mengatasi masalah tersebut pihak sekolah sampai menerima guru honorer yang dilatih secara singkat oleh pihak sekolah untuk membantu mengajar di SDN Batok Bali. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terbukti belum mengambil sikap atas permasalahan kurangnya tenaga pendidik ini.

  (Sumber Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang dan Pihak Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif SDN Batok Bali Kota Serang)

  3. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan khusus juga masih menjadi masalah klasik yang ternyata belum bisa teratasi dengan baik oleh Pemerintah Kota Serang. wawancara dengan narasumber yang sama dari SDN Batok Bali serta observasi awal memperlihatkan bahwa sarana dan prasarana khusus untuk anak berkebutuhan khusus juga masih rendah.

  Bahkan, pihak sekolah pun mengakui tidak adanya satupun sarana dan prasarana atau bantuan operasional secara fisik dari Pemerintah ataupun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang. (Sumber Pihak Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif SDN Batok Bali Kota Serang) Bermula dari penjabaran masalah tentang pendidikan inklusif di Kota

  Serang, maka penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui bagaimana Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang mengimplementasikan amanat dari Peraturan Gubernur Banten tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten pada Pasal 2 ayat (2) mengenai tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusif sebagai fokus penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan pada Latar Belakang Masalah di atas yang memuat tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan sekolah inklusif

  1. Belum tercapainya tujuan Pergub Banten No. 74 Tahun 2014 untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki kecerdasan istimewa dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

  2. Belum tercapainya tujuan Pergub Banten No. 74 Tahun 2014 untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

  3. Kurangnya tenaga pendidik yang ahli dan menguasai bidangnya dalam memberikan pengajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah inklusif di Kota Serang.

  4. Terbatasnya sarana dan prasarana bagi pendidikan khusus di lingkungan sekolah inklusif di Kota Serang

1.3 Batasan Masalah

  Demi mempermudah pemahaman dalam proses penelitian, maka peneliti memberikan batasan pada ruang lingkup penelitian dengan fokus mengenai bagaimana implementasi Peraturan Gubernur Banten tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten pada Pasal 2 ayat (2) mengenai tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam menyelenggarakan Kebudayaan di Kota Serang. Maka batasan lokus penelitian ini yaitu di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang karena Dinas tersebutlah yang berperan kunci dalam mengimplementasikan kebijakan tentang Penyelenggaraan sekolah inklusif di Kota Serang.

  1.4 Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang ada, kemudian identifikasi masalah serta batasan masalah yang telah peneliti paparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini yaitu:

  1. Bagaimana implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi Banten Pasal 2 ayat (2) dengan Studi pada Sekolah Inklusif di Kota Serang?

  2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam mengatasi permasalahan inklusif berdasarkan Peraturan Gubernur Banten No. 74 Tahun 2014 di Kota Serang?

  1.5 Tujuan Penelitian