DOCRPIJM 9df4630328 BAB IIIBAB III Arahan Kebijakan dan Renstra

Bab 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

  Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

  RPJPN2005-2025 yang ditetapkanmelalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

  a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor- sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

  b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

  d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu: RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman. RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangkapanjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itusemakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3.1.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III (2015- 2019)

  RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita). RPJMN III ditetapkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015. Arahan sesuai dengan Target RPJMN III yang didukung Infrastruktur Bidang Cipta Karya yakni dalam pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

  Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

  1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

  2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

  3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

  4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

  5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

  6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

  7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN

  2015-2019 adalah sebagai berikut:

  1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

  2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

  3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;

  4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

  5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

  Sasaran pembangunan perkotaan yang didukung oleh infrastruktur permukiman bidang Cipta Karya yakni diprioritaskan pada: 5 Kawasan Metropolitan Baru, 7 Kawasan Metropolitan Eksisting, 20 Kota Sedang, 39 Pusat Pertumbuhan Baru, 10 Kota Baru.

  Gambar 3.1 Sasaran Pembangunan Perkotaan

5 Kawasan

  7 Kawasan Metropolitan Metropolitan Baru Eksisting

  20 Kota

  10 Kota Baru Sedang

  39 Pusat Pertumbuhan Baru

3.1.1.3 Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019

  Tujuan dan Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya merupakan turunan dari visi Kementerian PUPR tahun 2015-2019, yaitu “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang handal diartikan sebagai tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.

  Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 sasaran strategis yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome-nya Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:

  1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.

  2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukimanyang layak.

  3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat Adapun peta strategi Kementerian PU-PR dalam mewujudkan visi tersebut digambarkan pada Gambar 3.2.

  Gambar 3.2 Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019

  Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka tujuan yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:

  1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.

  2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman berdasarkan penataan ruang di kabupaten/kota/kawasan strategis.

  3. Menyediakan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

  4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman.

  5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.

  Gambar 3.3 Strategi Gerakan Nasional 100-0-100

  Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, maka sasaran program Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum

  b. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaanMeningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi

  Tabel 3.1 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya

  Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikandukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

  Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Olehkarena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan.

  Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

  Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya.

  Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur

  Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

  Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

  Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder.

  Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.

  Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30- 35% dari porsi pendanaan tersebut.

  Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 15% terhadap porsi pendanaan.

  Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.

  Gambar3.4 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100

  Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

  Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan • rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh; Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air • baku dan penanganan kawasan rawan genangan; Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan

  • perencanaan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;
  • Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

  • Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas

  Pemerintah Daerah;

  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;
  • Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;
  • Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;
  • Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan perbatasan

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Arahan Strategis Rencana Tata Ruang Kabupaten Biak Numfor Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Biak NumforTahun Tahun 2011 – 2031

  Mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, draft RTRW Provinsi Papua, draft RPJP Kabupaten Biak Numfor 2009-2029, serta berlandaskan pada potensi, permasalahan, dan peluang pembangunan, maka tujuan penataan ruang Kabupaten Biak Numfor adalah:

  Biak Numfor sebagai Pusat Jasa Komersial Berbasis Kelestarian Ekosistem Pulau Kecil serta Pengembangan Pariwisata, Kelautan, dan Perikanan

A. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

  Tujuan penataan ruang tersebut dijabarkan secara lebih operasional dalam kebijakan dan strategi sebagai berikut:

  1. Kebijakan pengembangan prasarana dan sarana jasa komersial, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a. Mengoptimalkan prasarana dan sarana perhubungan darat, laut, dan

  udara; b. Mengembangkan prasarana dan sarana jasa pariwisata, perdagangan, serta pendukung sektor kelautan dan perikanan.

  2. Kebijakan pelestarian ekosistem pulau kecil, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a. Melestarikankawasan yang berfungsi lindung; b.

  Mewujudkan kawasan hutan dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 70% dari luas pulau atau sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

  c. Mengembangkan potensi sumberdaya alam sesuai daya dukung dan

  daya tampung ekosistem pulau; d. Mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan;

  e.

  Mengelola sumberdaya air secara berkelanjutan;

  f. Meningkatkan kemampuan ekosistem pulau dari tekanan perubahan

  dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

  g.

  Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam di kawasan berfungsi lindung secara bijaksana untuk menjamin keberlanjutan ekosistem pulau.

  3. Kebijakan pengembangan pariwisata, kelautan dan perikanan, dijabarkan dalam strategi berikut: a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumberdaya pariwisata unggulan, kelautan dan perikanan sebagai penggerak utama perekonomian wilayah;

  b. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif;

  c. Mengoptimalkan promosi peluang investasi;

  d. Meningkatkan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya di darat dan laut; e. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

  4. Kebijakan pengembangan manajemen resiko bencana, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a.

  Menetapkan zona bahaya dan zona aman pada kawasan rawan bencana;

  b.

  Mengembangkan perencanaan sesuai zona kerawanan bencana;

  c. Mengembangkan sistem pencegahan sesuai sifat dan jenis bencana,

  serta karakteristik wilayah;

  d. Mengembangkan sistem mitigasi bencana; e.

  Mengembangkan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana; f. Mengembangkan sistem penanganan pasca bencana.

  5. Kebijakan pengembangan aksesibilitas antar pulau, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a. Meningkatkan aksesibilitas transportasi penyeberangan, laut, dan

  udara hingga ke pulau–pulau kecil yang berpenghuni; b. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dan antara kawasan dengan pusat-pusat kegiatan.

  6. Kebijakan pemantapan fungsi pusat-pusat kegiatan sesuai dengan struktur dan hirarkinya, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a. Memantapkan Biak sebagai Pusat Kegiatan Nasional;

  b. Memantapkan dan mengembangkan potensi perkotaan Biak sebagai

  ibukota kabupaten; c. Mengembangkan pusat kegiatan baru untuk menunjang pemerataan pengembangan wilayah;

  d. Menetapkan fungsi pusat kegiatan sesuai dengan pelayanannya;

  e. Menetapkan kegiatan utama pada pusat-pusat kegiatan agar masing –

  masing dapat berkembang sesuai potensinya; f. Meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan dan distrik di sekitarnya untuk mendukung percepatan pertumbuhan wilayah;

  g.

  Mengembangkan eksistensi masyarakat kampung dan sosial budaya;

  h. Menyediakan sarana sosial ekonomi sesuai standar pelayanan

  minimal secara merata; i.

  Meningkatkan sarana sosial ekonomi di pusat-pusat kegiatan sesuai dengan fungsi dan hirarki pelayanannya.

  7. Kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana telekomunikasi, energi, dan sumber daya air, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a. Meningkatkan pelayanan jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah

  hingga ke pulau-pulau kecil; b. Meningkatkan jaringan energi di seluruh wilayah dan memanfaatkan energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif secara optimal serta berdaya guna, dan mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;

  c. Meningkatkan pelayanan sumber daya air di seluruh wilayah.

  8. Kebijakan pengendalian fungsi kawasan lindung, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a. Meningkatkan dan mengendalikan fungsi hutan lindung;

  b. Memulihkan kawasan lindung yang telah menurun fungsinya;

  c. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung setempat; d.

  Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung tanpa mengabaikan fungsi perlindungan melalui kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan; e. Mengatur pola penggunaan lahan di sekitar kawasan lindung;

  f. Meningkatkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan

  hutan lindung; g.

  Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pengelolaan kawasan lindung.

  9. Kebijakan pengembangan dan peningkatan kawasan budidaya untuk mendukung perekonomian wilayah sesuai daya dukung lingkungan, serta mendukung fungsi pertahanan dan keamanan negara, dijabarkan dalam strategi berikut:

  a.

  Mempertahankan dan mengendalikan perubahan fungsi kawasan hutan produksi;

  b.

  Mengembangkan budidaya tanaman pangan dan perkebunan, termasuk sumberdaya lokal;

  c. Mengembangkan sistem pemasaran hasil perikanan dan pertanian;

  d. Mengembangkan kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan; e.

  Mengembangkan kegiatan industri terutama diarahkan pada industri pendukung perikanan dan pertanian;

  f. Mengembangkan dan meningkatan kegiatan pariwisata alam, buatan,

  dan sejarah secara terintegrasi;

  g. Mengembangan permukiman yang aman, nyaman, dan seimbang

  serta mempertimbangkan daya dukung lingkungan; h. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mendukung fungsi pertahanan dan keamanan negara.

  10. Kebijakan pengembangan kawasan yang diprioritaskan untuk mendukung sektor ekonomi potensial, pengembangan sosial budaya, dan daya dukung lingkungan hidup, dijabarkan dalam strategi berikut:. a. Mendorong pengembangan sentra ekonomi pendukung pariwisata dan

  pengolah hasil kelautan dan perikanan;

  b. Mendorong pengembangan pengelolaan aset sosial budaya; a. Mengendalikan kualitas lingkungan hidup.

3.1.2.2 Struktur Ruang Wilayah

A. Perkotaan

  Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang secara umum terdiri atas:

  a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) promosi yang berada di wilayah

  kabupaten;

  b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten;

  c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten;

  d. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah

  kabupaten;

  e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang

  penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu: o Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala distrik atau beberapa desa; dan o Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Rencana sistem pusat kegiatan Kabupaten Biak Numfor, terdiri atas:

  1. PKN promosi: perkotaan Biak PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Dalam PP No.

  27/2008 tentang RTRWN, Biak ditentukan sebagai PKW. Karena potensi serta prospek perkembangannya, dalam RTRW Provinsi Papua, perkotaan Biak diusulkan menjadi PKN promosi. PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Biak merupakan pusat dari SWP III Provinsi Papua dengan wilayah pengembangan Kabupaten Supiori, Kabupaten Yapen, dan Kabupaten Waropen.

  2. PKL: perkotaan Yemburwo (Distrik Numfor Timur), perkotaan Orkhdori (Distrik Swandiwe), perkotaan Andei (Distrik Biak Utara), perkotaan Yomdori (Distrik Biak Barat), dan perkotaan Pasi (Distrik Aimando). PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa distrik. Beberapa pusat distrik di Kabupaten Biak Numfor diusulkan menjadi PKL, sesuai o potensi dan prospek pengembangan masing-masing:

  Perkotaan Yemburwo: memiliki bandara, yang merupakan prasarana transportasi utama penghubung Pulau Numfor dengan Pulau Biak. o Perkotaan Orkhdori: merupakan distrik perbatasan dengan Kabupaten Supiori, sehingga pertumbuhannya perlu didorong agar mengimbangi perkembangan yang berlangsung di Kabupaten o Supiori.

  Perkotaan Andei, Yomdori, dan Pasi: memiliki pelabuhan sebagai prasarana transportasi angkutan orang dan barang, penghubung Kepulauan Padaido dengan Pulau Biak.

  3. PPK: Sandauw (Distrik Bruyadori), Yereboy (Distrik Warsa), Yendidori (Distrik Yendidori), Wadibu (Distrik Oridek) PPK merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala distrik atau beberapa kampung.

  Sebagai PPK, perkotaan Sandauw, Yereboy, Yendidori, dan Wadibo tidak memiliki fasilitas prasarana transportasi penting (kecuali Sandauw yang memiliki pelabuhan, yaitu Pelabuhan Manggari) dan sarana perdagangan dalam skala kabupaten. Namun perkotaan tersebut memiliki fasilitas permukiman yang dapat melayani kegiatan skala distrik atau beberapa kampung, seperti fasilitas pendidikan serta fasilitas kesehatan.

  4. PPL: Kansai (Distrik Numfor Barat), Rawar (Distrik Orkeri), Andei (Distrik Poiru), Bosnik (Distrik Biak Timur), Roidifu (Distrik Andey), Soor (Distrik Yawosi), Sansudi (Distrik Bondifuar), Pai (Distrik Padaido)

  Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar kampung. Pusat-pusat pelayanan di PPL memiliki fasilitas permukiman dasar (sarana pendidikan dan kesehatan) yang dapat melayani kegiatan skala antar kampung. Pusat pelayanan di Distrik Yawosi dari Yawosi dipindahkan ke Soor, dikarenakan faktor fisik dasar dan pencegahan terhadap terjadinya bencana.

  Tabel 3.2 Rencana Penetapan Hirarki dan Fungsi Pusat Pelayanan

  Kabupaten Biak Numfor

  Hirark Pusat Hirar i Pusat Kegiat Distrik Fungsi Pusat Kegiatan ki Kegiat an an

  • Hirarki Biak Biak Kota PKNp Pusat perdagangan dan jasa

  I internasional, nasional, dan regional

  • Pusat pemerintahan kabupaten
  • Pusat pelayanan umum skala kabupaten
  • Samofa Samofa Hirarki Pusat pendidikan

  Pusat kesehatan

  • II
  • Pusat industri
  • Pusat transportasi udara dan laut internasional, nasional, dan regional

  Pusat perdagangan dan wo Timur

  • Yembur Numfor Hirarki PKL

  IV distribusi skala antar distrik

  Hirark Pusat Hirar i Pusat Kegiat Distrik Fungsi Pusat Kegiatan ki Kegiat an an

  • Orkhdor Swandiwe Hirarki Pusat pelayanan umum i

  IV skala antar distrik

  • Andey Biak Utara Hirarki Pusat pemerintahan distrik

  III

  • Yomdori Biak Barat Hirarki Pusat transportasi udara

  III dan laut skala antar distrik Pasi Aimando Hirarki

  IV

  • Sandau Bruyadori Hirarki PPK Pusat pemerintahan distrik w

  IV

  • Hirarki Yereboy Warsa Pusat perdagangan dan

  IV distribusi skala distrik

  • Yendido Yendidori Hirarki Pusat pelayanan umum ri

  III skala distrik Wadibo Oridek Hirarki

  IV

  Pusat pemerintahan distrik Barat

  • Kansai Numfor Hirarki PPL

  IV

  • Rawar Orkeri Hirarki Pusat perdagangan dan

  IV distribusi skala antar kampung

  • Andei Poiru Hirarki Pusat pelayanan umum

  IV skala antar kampung Bosnik Biak Hirarki

  Timur

  III Roidifu Andei Hirarki

  IV

  Hirark Pusat Hirar i Pusat Kegiat Distrik Fungsi Pusat Kegiatan ki Kegiat an an

  Soor * Yawosi Hirarki

  IV Sansudi Bondifuar Hirarki

  IV Pai Padaido Hirarki

  IV Sumber: rencana 2010

  Catatan: *pusat Distrik Yawosi dari Yawosi dipindahkan ke Soor dengan alasan faktor fisik

3.1.2.3 Sistem Perwilayahan

  Karakter perkembangan wilayah di Kabupaten Biak Numfor cenderung linier, mengikuti kawasan pesisir, di mana antara wilayah pesisir timur dan pesisir barat dipisahkan oleh kawasan hutan di bagian tengahnya. Sistem jaringan jalan juga berpola mengikuti perkembangan kawasan permukiman. Berdasarkan kondisi geografis seperti di atas serta hirarki pusat-pusat kegiatan maka rencana sistem perwilayahan di Kabupaten Biak Numfor sebagai berikut:

  1. SSWP I o o Pusat kegiatan: PKN promosi Biak(perkotaan Biak) Wilayah pelayanan: Distrik Biak Kota, Samofa, Biak Timur, dan Oridek

  Kegiatan utama: perdagangan dan jasa (komersial, sosial, pemerintahan), industri, transportasi, konservasi, pariwisata, kehutanan, pertanian, minapolitan, serta permukiman.

  2. SSWP II o o Pusat kegiatan: PKL Biak Barat(perkotaan Yomdori) Wilayah pelayanan: Distrik Biak Barat, Yendidori Kegiatan utama: transportasi, kehutanan, pertanian, minapolitan, serta industri.

  3. SSWP III o o Pusat kegiatan: PKL Biak Utara(perkotaan Andey) Wilayah pelayanan: Distrik Biak Utara, Andey, Yawosi, dan Warsa Kegiatan utama: konservasi, kehutanan, minapolitan, pertanian, serta transportasi.

  4. SSWP IV o Pusat kegiatan:PKL Swandiwe (perkotaan Orkhdori) Orkhdori merupakan pusat kegiatan dengan fasilitas minimum dibanding dengan pusat-pusat kegiatan yang lain. Mengingat bahwa orkhdori berada di kawasan perbatasan dengan Kabupaten Supiori maka perkembangan Orkhdori perlu menjadi prioritas dalam rencana o pembangunan struktur ruang.

  Wilayah pelayanan: Distrik Swandiwe, Bondifuar Kegiatan utama: kehutanan, minapolitan, serta permukiman.

  5. SSWP V o o Pusat kegiatan: PKL Numfor Timur (perkotaan Yemburwo) Wilayah pelayanan: Distrik Numfor Timur, Numfor Barat, Orkeri, Bruyadori, dan Poiru Kegiatan utama: minapolitan, kehutanan, pariwisata, serta transportasi.

  6. SSWP VI o o Pusat kegiatan: PKL Aimando(perkotaan Pasi) Wilayah pelayanan: Distrik Aimando dan Padaido Kegiatan utama: konservasi, minapolitan, serta pariwisata.

3.1.2.4 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

  Arah Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Kota Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Biak

  Numforadalah:Mewujudkan Biak Numfor Bangkit, Mandiri, Sejahtera

  Untuk Perubahan”

  Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Biak Numfor, mencakup: 1) Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih dan Akuntabel; 2) Meningkatkan Perekonomian Daerah dengan Pemberdayaan Ekonomi

  Kerakyatan;

  3) Mewujudkan Kualitas SDM yang Cerdas, Inovatif dan Kreatif; 4) Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat; 5) Meningkatkan Suasana Aman dan Damai Dalam Masyarakat dilandasi

  Nilai Keagamaan dan Nilai Adat Istiadat; 6) Meningkatkan Pembangunan Insfrastruktur yang Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.

  Strategi dan kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Biak Numfor yaitu:

  Strategi Pembangunan Daerah

  A. Strategi Pokok Pembangunan Daerah Strategi pembangunan daerah merupakan pendekatan utama mengenai upaya-upaya pembangunan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat guna mewujudkan visi pembangunan daerah. Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah maka ditetapkan 6 (enam) misi pembangunan daerah yang dilaksanakan melalui 5 (lima) Strategi Pokok pembangunan daerah yaitu kemitraan, keberlanjutan, peningkatan dan percepatan, pemberdayaan masyarakat dan keterpaduan sektor.

  B. Strategi Kemitraan Pemerintahan Kabupaten mengemban misi representasi Provinsi dan pemerintah Pusat dan sekaligus sebagai daerah otonom. Karenanya,

  Pemerintah Kabupaten memiliki kewenangan sekaligus bertanggungjawab untuk mengembangkan kemitraan secara internal dan eksternal. Kemitraan internal adalah solidaritas dan komitmen yang sama untuk mewujudkan kemajuan bersama serta mengurangi kesenjangan antar wilayah, sedangkan kemitraan antar kabupaten, LSM, regional dan nasional merupakan bentuk kemitraan eksternal.

  C. Strategi Berkelanjutan Program pembangunan yang digulirkan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan dan dilaksanakan pada masa-masa sebelumnya. Melalui proses pengkajian dan evaluasi yang akurat, dipetik hikmah dan pengalaman untuk menata program-program pembangunan selanjutnya dan tetap merangkainya sebagai suatu jalinan yang bermanfaat bagi rakyat.

  Pembangunan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

  D. Strategi Peningkatan dan Percepatan Pembangunan diarahkan untuk dapat mencapai perubahan dari kondisi pembangunan yang saat ini sedang berkembang dan belum optimal menuju kondisi perkembangan pembangunan yang lebih pesat, berkualitas dan bermanfaat bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai perubahan dimaksud, maka perlu dilakukan peningkatan dan percepatan melalui program dan kegiatan yang berdaya ungkit besar dan pro rakyat sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.

  E. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

  Pembangunan yang dijalankan bertujuan untuk meningkatkan peran dan akses masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Untuk itu perlu dikembangkan birokrasi dengan pelayanan publik yang cepat dan murah melalui penataan kelembagaan dan kultur untuk mewujudkan anggaran pembangunan yang lebih besar berpihak pada kepentingan rakyat (belanja publik) dari pada untuk belanja pemerintah (belanja aparatur), dengan mengoptimalkan pemerintahan yang katalis.

  F. Strategi Keterpaduan Antar Sektor Keberhasilan pembangunan membutuhkan keterlibatan seluruh sektor pembangunan dan komponen bangsa baik pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat maupun pemangku kepentingan terkait. Tiap komponen yang terkait mewakili berbagai kepentingan dan sektor yang menjadi kewenangannya, karena itu dibutuhkan payung integrasi guna menciptakan keterpaduan agenda pembangunan yang ditetapkan dalam upaya percepatan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

  Arah Kebijakan Pembangunan

  Arah kebijakan pembangunan dilaksanakan untuk megoptimalkan 5 (lima) strategi pokok pembangunan yang menjadi landasan seluruh Program dan Kegiatan Pembangunan. Sehubungan dengan itu ditetapkan arah kebijakan umum pembangunan yang mendukung strategi pembangunan yang selanjutnya dijabarkan dalam arah kebijakan masing- masing misi pembangunan. A. Peningkatan Investasi Pembangunan Arah kebijakan pembangunan untuk mendukung strategi kemitraan pembangunan dilaksanakan melalui peningkatan investasi pembangunan dengan melibatkan seluruh pelaku pembangunan. Peningkatan investasi dilaksanakan melalui peningkatan jumlah dan kualitas penggunaan dana investasi pada 6 (enam) agenda pembangunan daerah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka strategi kemitraan pembangunan melalui peningkatan investasi pembangunan diwujudkan melalui penggalian dana, peningkatan kualitas dan peningkatan pengelolaan investasi pembangunan.

  1. Penggalian Sumber Dana Investasi Pembangunan Penggalian sumber-sumber investasi pembangunan dilaksanakan melalui dukungan perencanaan pembangunan yang berkualitas sesuai kebutuhan daerah. Sumber-sumber dana investasi pembangunan yang perlu didorong dan digerakkan peningkatannya untuk mendukung 6 (enam) agenda pembangunan yaitu; (1) Dana Dekonsentrasi, (2) Dana Tugas Pembantuan, (3) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (4) Dana Perimbangan, (5) Lain-lain pendapatan yang sah, (6) Hibah kerjasama bilateral dan multilateral, NGO Internasional, CSR BUMN, Kerjasama pemerintah Swasta dan sumber-sumber investasi pembangunan lainnya. Peningkatan investasi pembangunan juga dilaksanakan melalui optimalisasi kerjasama pembangunan yaitu kerjasama dengan Kabupaten se-kawasan Teluk Cenderawasih, Kerjasaama kota kembar (sisters city); Kerjasama Pemerintah Kabupaten dengan investor Swasta dalam pengelolaan Asset, penyertaan Modal pada Bank Papua , Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Peningkatan kualitas investasi pembangunan dimaksudkan bahwa untuk setiap pembiayaan harus mampu memberikan daya ungkit besar dan mampu menyelesaiakan permasalahan yang dapat menghambat pencapaian yang optimal 6 (enam) agenda pembangunan. Untuk mewujudkan kualitas investasi pembangunan maka perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pendanaan investasi dilaksanakan dengan prinsip transparan, responsive, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, berdaya ungkit besar dengan tetap berwawasan lingkungan untuk menjamin kesinambungannya.

  2. Peningkatan Pengelolaan Hasil Investasi Pembangunan Pengelolaan hasil investasi pembangunan yang dapat meningkatkan produktifitas masyarakat dan kesinambungan pembangunan harus dilaksanakan dengan baik agar berfungsi optimal. Untuk menjamin setiap hasil investasi pembangunan berfungsi optimal maka pemangku kepentingan yang mengelola, memelihara, membina, mengendalikan dan memberikan pengawasan harus jelas standar operasi prosedurnya Sejak selesai pembangunan hingga pengelolaannya. Sehubungan sumber dana pembangunan dari berbagai sumber dengan prosedur yang berbeda maka setiap hasil pembangunan dilaksanakan pencatatan secara baik dilengkapi dengan standar prosedur yang akan dipergunakan secara bersama sebagai kartu kendali.

  3. Peningkatan dan Percepatan Pembangunan

  Kabupaten Biak Numfor sebagai Kabupaten dengan laju pertumbuhan ekonomi agregat tahun 2012 yaitu mencapai 7,28 persen, serta belum optimalnya kontribusi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional hal ini disebabkan oleh karena potensi unggulan belum dikelola dengan baik dan rendahnya infrastruktur fasilitas pelayanan dasar. Sehubungan dengan itu strategi peningkatan dan percepatan pembangunan dilaksanakan melalui; (i). peningkatan kinerja potensi unggulan yang sudah dikelola; (ii). Perluasan dan percepatan pengelolaan potensi yang belum dikelola; dan (iii). peningkatan dan percepatan dukungan pembangunan infrasruktur wilayah dan infrastruktur pelayanan sosial dasar. Untuk mewujudkan capaian tersebut maka arah kebijakan pembangunan dalam rangka mewujudkan strategi peningkatan dan percepatan pembangunan difokuskan pada pembangunan sumberdaya manusia, ekonomi wilayah, konektifitas wilayah, air bersih dan kelistrikan serta reformasi birokrasi.

  a.

  Pembangunan Sumber Daya Manusia Peningkatan mutu sumberdaya manusia agar berdaya saing tinggi didukung pembangunan pendidikan, kesehatan dan pelatihan kompetensi secara reguler didukung kebijakan peningkatan dan percepatan yaitu :  Pembangunan pendidikan dan kebudayaan melalui penerapan manajemen pengelolaan pendidikan yang didukung penyediaan guru kontrak, Biaya operasional

  Sekolah (BOS), beasiswa, peningkatan kompetensi guru, tutor, pamong belajar, seniman, budayawan, dan peningkatan prasarana dan sarana pendidikan yang berbasis teknologi serta peningkatan prasarana dan sarana pendidikan;

   Pembangunan kesehatan masyarakat didukung Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA) yang disinergikan dengan Biaya Operasional Kesehatan (BOK), Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM), Jaminan Kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas, jumlah dan distribusi tenaga kesehatan, Peningkatan gizi masyarakat melalui mandiri pangan yang didukung pengelolaan pangan lokal dan Pembangunan Rumah sakit Rujukan Tipe B;

   Peningkatan daya saing sumberdaya manusia dilaksanakan melalui pelatihan kompetensi tenaga kerja berbasis kewirausahaan untuk mendukung pencapaian jumlah wirausaha.

  b.

  Pembangunan Ekonomi Peningkatan, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita maka akan dilaksanakan melalui sinergi pembangunan ekonomi daerah dengan kebijakan pembangunan afirmatif Nasional di Kabupaten Biak Numfor yaitu; (i). Direktif Presiden untuk Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; (ii). Pengembangan KAPET sebagai Kawasan Strategis

  NASIONAL dan Optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus yang terintegrasi dengan kawasan Pelabuhan Perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi; (iii). Mendorong Percepatan Biak sebagai Destinasi Wisata Nasional melalui penetapan Biak sebagai Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI).

  c.

  Peningkatan Konektifitas Wilayah Pembangunan ekonomi, pelayanan sosial dan kemasyarakatan perlu didukung konektifitas wilayah. Sehubungan dengan itu pembangunan infrastruktur dipacu jumlah dan kualitasnya. Pembangunan infrastruktur berdaya ungkit besar yang akan dibangun yaitu; (i). Pengembangan Bandara Internasional Frans Kaisepo, (ii). Peningkatan kualitas jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten (iii). Pembangunan jembatan (iv). Peningkatan transportasi terpadu antar modal dan (v) Peningkatan prasarana transportasi ke pulau-pulau.

  d.