3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 2f6677cdd0 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis

Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

  Dalam sub bab ini akan dijelaskan 3 bagian, yaitu Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya, Arahan Penataan Ruang, Arahan Wilayah Pengembangan Strategis, Arahan Rencana Pembangunan Daerah.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya ini berisikan arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

3.1.1.1 Arahan Pembanguna Berdasarkan RPJMN Taun 2015 - 2019

  Pembangunan jangka panjang nasional ditetap kandalam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga yaitu RPJMN tahun 2015-2019, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tetang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

  A. Norma Pembangunan

  , meliputi antara lain: (1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

  B. Dimensi Pembangunan;

  1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat

  . Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

  2. Dimensi pembangunan sektor unggulan.

  Hal ini meliputi kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, dan pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

  3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan

  . Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan, baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur.

  C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil.

  Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

  

D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar ouput pembangunan segera dapat terwujud dan

dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019

A. Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional

  Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

  Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat- pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sectoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata.

  Untuk Kawasan Strategis Nasional, sasaran pembangunan periode 2015-2019 adalah berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, yaitu di antaranya: 15 KEK, 14 Kawasan Industri Baru, 4 KPBPB dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah pinggiran. Dengan demikian diharapkan secara bertahap terjadi pengurangan kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini diharapkan adanya peningkatan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara dengan sasaran kontribusi PDRB KTI dari sekitar 20 persen (2014) menjadi minimal 22 persen pada tahun 2019, sehingga diharapkan kondisi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di KTI.

  Upaya tersebut perlu disertai dengan pemberian captive budget APBN belanja modal untuk percepatan pembangunan KTI, sehingga pembangunan infrastruktur di kawasan timur dapat mendorong investasi lebih cepat. Selain itu untuk pemerataan pembangunan antar wilayah, pembangunan daerah diarahkan untuk: menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan pembangunan KTI melalui peningkatan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

  Selain itu, kerjasama ASEAN dengan negara-negara mitra, kerjasama ekonomi dalam kerangka Indian Ocean Rim Association (IORA), yang ditujukan untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi nasional, yang antara lain dititikberatkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara yang selama ini dianggap sebagai pinggiran negara, diarahkan menjadi halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri dari: pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach), yang difokuskan pada 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) di 41 Kabupaten/Kota dan 13 Provinsi.

  Sasaran pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2015-2019 adalah berkembangnya 10 PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, simpul utama transportasi wilayah, pintu gerbang internasional/pos pemeriksaan lintas batas kawasan perbatasan negara, dengan 16 PKSN lainnya sebagai tahap persiapan pengembangan;

  Selanjutnya untuk pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Sementara itu, sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, dan pulau-pulau kecil terluar adalah untuk mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa.

B. Agenda Prioritas

  Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

  

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” , pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan

  untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1. Sasaran Makro: meliputi pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi makro.

  2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: meliputi kependudukan dan keluarga berencana; pendidikan; kesehatan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta perlindungan anak.

  3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan kangan; ketahanan energi; maritim dan kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas.

  4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi; seta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu.

  5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah: meliputi pemerataan pembangunan antar wilayah.

  6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan: meliputi politik dan demokrasi; tata kelola dan reformasi birokrasi; penguatan tata kelola pemerintah daerah; serta pertahanan dan keamanan.

  Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu:

  1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

  2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

  3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

  4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

  5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

  6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

  7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

  8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

  9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

  Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-2019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional 2015-2019 yang berkaitan dengan bidang keciptakaryaan adalah : 1.

  Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

  Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya 2. dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.

  

Peningkatan kualitas lingkungan hidup, Mitigasi bencana alam dan perubahan iklim

  . Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas lingkungan dan penegakan hukum pencemaran lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan 3. masyarakat terhadap bencana, dan memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

  Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan .

  Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; meningkatnya kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, serta 4. berkembangnya jaminan kesehatan.

  Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah diarahkan

  untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,

  Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Tabel 3.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019

  No Pembangunan Baseline 2014 Sasaran 2019

  Infrastruktur Dasar dan Konektivitas Akses Air Minum Layak

  a 70 % 100 %

  Sanitasi Layak

  b 60,5 % 100 %

  Pengentasan Kumuh

  c 38.431 Ha

  0 Ha

  

3.1.1.2 Arahan Pembanguna Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tahun 2015 - 2019

  Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan.

  Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Tabel 3.2 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pendekatan Strategi Pelaksanaan Membangun Sistem

  1 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

  2 Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)

  3 Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan Fasilitasi Pemda 1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan 2. Gedung, SK Kumuh, dsb.

  Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum 3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan. Pemberdayaan

  1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui Masyarakat kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.

  2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat Sumber: Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya Tahun 2015-2019

A. Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

  Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-BinWas) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

1. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman. Landasan penyelenggaraan kawasan permukiman ini antara lain juga meliputi:

  • Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi Pemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman;
  • Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;

  • SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh;
  • Penyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman.

  Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatan kelembagaan dan

  SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:

  • Kesepahaman bersama antarpelaku;
  • Komitmen dari seluruh pelaku;
  • Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah – dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya.

  Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:

  • Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;
  • Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.

  Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala. Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:

  • Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;
  • Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah;

  • Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.

  Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: a.

  Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan pemrograman; b. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin tercapainya target RPJMN;

  c.

  Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan hasil pembangunan.

  

2. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Perkotaan Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

  a. Penanganan komprehensif terhadap 30 kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best

  practice penanganan permukiman kumuh yang diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kotakota lainnya.

  b. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.

  Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

  a. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kawasan permukiman; b. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.

  

3. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Perdesaan Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman perdesaan.

  Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya.

  Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  a. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi maupun kawasan non- transmigrasi.

  b. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.

  c. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.

4. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus

  Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: a.

  Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini untuk PKSN non-perkotaan antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk

  kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu disediakan pula sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan, berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa. Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti Sabang dan Jayapura, sarana dan prasarana yang disediakan memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai dengan sektor yang dikembangkan di kota tersebut.

  b.

  Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.

  Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.

  

Kebijakan 2: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi

SPM.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan dan pesisir). Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengelolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.

  

Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki

ketahanan terhadap bencana.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  a. Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan didasarkan pada analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.

  b. Mengurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU). Langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan standar bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tipe bahaya; melakukan penataan bangunan dan lingkungan untuk memperkecil ancaman dan meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi permukiman yang berisiko tinggi ke kawasan yang aman dari bencana.

  c. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah yang dilakukan adalah

  menyediakan NSPK untuk berbagai tipe bencana sesuai karakteristik ancaman bencana;

  meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana.

  d. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana. Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi.

B. Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan

  Dalam mendukung Gerakan 100-0-100 yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan memfokuskan kegiatan pada upaya revitalisasi kawasan tematik perkotaan. Dalam mewujudkan kegiatan revitalitasi kawasan tematik perkotaan, didukung oleh tiga komponen utama, yaitu: penyusunan dan impelementasi NSPK, fasilitasi pemerintah daerah, dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan revitalisasi kawasan tematik perkotaan sebagai agenda utama bidang penataan bangnan dan lingkungan memiliki tujuan untuk mencapai perwujudan

  sustainable city dan juga menggiatkan urban economic development.

  Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah “Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanjutan”. Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi operasional sebagai berikut:

  Kebijakan 1: Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan dan lingkungan dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan

  a. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan; b. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan; c. Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  d. Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib, andal serta ramah lingkungan.

  Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, dan kemitraan termasuk pembinaan teknis

  a. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

  b. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) oleh Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau Masyarakat);

  c. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

  d. Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan Gedung terutama untuk pendataan bangunan gedung, penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung; e. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah;

  f. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan; g. Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan Bangunan dan

  Lingkungan;

  h. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan; i. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan; j. Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara.

  Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat a.

  Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan; b. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan dengan masyarakat dan pelaku peduli lingkungan; c.

  Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional dan profesional; d.

  Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi; e. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan bidang Keciptakaryaan; f.

  Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang Keciptakaryaan.

  g. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rangka menonton film revolusi mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia.

C. Kebijakan dan Strategi Sistem Peyediaan Air Minum

  Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

  Kebijakan 1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi.

  a. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

  b. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

  c. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.

  d. Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku.

  e. Menurunkan tingkat kehilangan air.

  f. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.

  Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

  a. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM.

  b. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.

  c. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

  d. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman nonperbankan, dan obligasi perusahaan.

  e. Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam percepatan pengembangan SPAM.

  

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

  a. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM.

  b. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.

  c. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM.

  d.

  Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM.

  e. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent.

  f.

  Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan.

  g.

  Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

  Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.

  a. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

  b. Menerapkan NSPK yang telah tersedia.

  c. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

  Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.

  a. Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku.

  b. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum.

  c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

  d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

  Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

  a. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

  b. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

  Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM a. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum.

  b. Memasarkan hasil inovasi teknologi.

  c. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.

  d. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.

D. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Permen PUPR No.15/ PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah.

  Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkugan permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:

  • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah;
  • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan
  • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan.

1. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah

  

Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat

  Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan system pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:

  a. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAKsanitasi;

  b. Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

  c. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT); d. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN.

  e. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan; f. Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air limbah terpusat.

  Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/ swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi sebagai berikut: a. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan.

  b. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat; c. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah permukiman.

  Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain: a. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

  b. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman; c. Penerapan peraturan perundangan.

  Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.

  Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut: a. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat masyarakat; b. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah;

  c. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah permukiman;

  d. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga; e. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

  Kebijakan

5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:

  a. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman.

  b. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.

  c. Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan air limbah permukiman.

2. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

  Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:

  a. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-ReuseRecycle);

  b. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R; c. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

  Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan.

  Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:

  a. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan;

  b. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;

  c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;

  d. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill;

  e. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional; f. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

  Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.

  Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu :

  a. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah; b. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum;

  c. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah; d. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

  Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

  a. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola; b. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan;

  c. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator;

  d. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain;

  e. Meningkatkan kualitas SDM; f. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan skala regional.

  Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  a. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta b. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

3. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan keseimbangan tata air .

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu: a.

  Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase lingkungan dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan pengelolaan sungai; b.

  Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung upaya konservasi air; c.

  Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan drainase

  Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan baru.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  a. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana system drainase yang terbangun; b. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan; c. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota metropolitan dan besar.

  Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan peran serta masyarakat.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  a. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase;

  b. Meningkatkan kinerja institusi pengelola;

  c. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola;

  a. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadappentingnya pengelolaan drainase lingkungan; b. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat.

  d. Peningkatan kapasitas SDM Pemda.

  Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase lingkungan

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  a. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase;

  b. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan; c. Mendorong penerapan sanksi hokum untuk pengelolaan drainase lingkungan.