BAB I I I ARAHAN KEBI JAKAN DAN RENCANA STRATEGI S I NFRASTRUKTUR BI DANG CI PTA KARYA KABUPATEN TANAH DATAR - DOCRPIJM 9a320183d6 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Renstra
BAB I I I ARAHAN KEBI JAKAN DAN RENCANA STRATEGI S I NFRASTRUKTUR BI DANG CI PTA KARYA KABUPATEN TANAH DATAR
3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BI DANG CI PTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
3.1.1.1 Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. Tujuan pengembangan permukiman adalah sebagai berikut : 1. Memenuhi Kebutuhan Pengembangan Permukiman (Prasarana Dan Sarana Dasar).
2. Terwujudnya Permukiman Yang Layak Dalam Lingkungan Sehat, Aman, Serasi Dan Teratur.
3. Mengarahkan Pertumbuhan Wilayah.
4. Menunjang Kegiatan Ekonomi Melalui Kegiatan Pengembangan Permukiman . Program/ kegiatan pengembangan permukiman dapat dilakukan dengan: a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH).
b. Penataan dan Peremajaan Kawasan.
c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
d. Peningkatan kualitas permukiman.
Arahan Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain : 1.
Undang- Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang- Undang No.
1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kaw asan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang- Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No.
15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Mengacu pada Permen PU No. 08/ PRT/ M/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengem bangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkot aan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh term asuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar,prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
3.1.1.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan Arah kebijakan PBL
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam penataan gedung dan lingkungan, yaitu : a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara.
b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
c. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan permukiman.
d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jati diri dan produktifitas masyarakat.
e. Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota.
f. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga- lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
g. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.
h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya). i. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.
3.1.1.3 Sistem Penyediaan Air Minum ( SPAM) Arahan Kebijakan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/ atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/ atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
ii) Undang- Undang No.
17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang ( RPJP) Tahun 2005- 2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
iii) Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air MinumBahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/ atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/ PRT/ M/ 2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPeraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/ atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata RuangPeraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/ orang/ hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/ atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang- undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai melaksanakan
tugas
sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun
fungsinya antara lain mencakup:
Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air • minum;
- Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum; • Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan • dan peran serta masyarakat di bidang air minum.
3.1.1.4 Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/ PRT/ M/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;
b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan; d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan e. pelaksanaan tata usaha direktorat.
a) Air Limbah Arahan Kebijakan pengelolaan Air Limbah
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain: 1.
Undang- Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor- sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/ kota.
4. KeputusanMenteri Lingkungan Hidup No. 02/ MENKLH/ I / 1998
tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).
b) Persampahan Arah Kebijakan Pengelolaan Persampahan
Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem pengelolaan persampahan, antara lain:
1. Undang- Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
2. Undang- Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah.
Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:
- Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
- Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
- Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
- Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan - Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang- Undang 18 tahun 2008 ini
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
4. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 t entang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi: a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah; b. penyelenggaraan pengelolaan sampah;
c. kompensasi;
d. pengembangan dan penerapan teknologi;
e. sistem informasi; f. peran masyarakat; dan g. pembinaan.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/ Pemda.
c) Drainase Arahan Kebijakan Pengelolaan Drainase
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem pengelolaan drainase, antara lain:
1. Undang- Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa.
2. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2010-2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlu tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.
3.1.2 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN TANAH DATAR
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 dijelaskan bahwa Kabupaten/ Kota memeiliki wewenang dalam penyelenggaraan penataan ruang. Salah satu wewenang Kabupat en / Kota adalah pelaksanaan penataan ruang yang terdiri dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Mengacu pada ket ent uan tersebut pada tahun 2011 disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar yang ditetapkan melalui Perat uran Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011-2031.
RTRW Kabupaten Tanah Datar mempunyai fungsi sebagai:
- Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Kabupaten Tanah Datar;
- Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten Tanah Datar; dan
- Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Muatan RPI 2JM Bidang Cipta Karya perlu mengacu pada RTRW Kabupaten Tanah Datar karena pelaksanaan RPI 2JM selalu berkaitan dengan spasial. Muatan tersebut meliputi:: Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang • wilayah; Rencana struktur ruang (sistem jaringan prasarana bidang Cipta • Karya);
- Rencana pola ruang wilayah; dan Penetapan kawasan strategis Kabupaten • Tanah Datar.
3.1.2.1 Tujuan, Kebijakan, strategi penataan ruang w ilayah
Visi Kabupaten Tanah Datar dalam pembangunan ” Terwujudnya Masyarakat yang Maju, Sejahtera, Dan Berkeadilan Dilandasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.” . Visi tersebut dijabarkan dalam beberapa misi pembangunan yaitu:
a. Meningkatkan pendidikan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama, adat, dan budaya serta kapasitas kelembagaan sosial budaya. b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pemerataan dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan serta kesejahteraan sosial.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan pemerataan pendapatan sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, melalui a). peningkatan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas, sektor pariwisata dan sektor usaha kecil, menengah dan koperasi, b). pengembangan kawasan strategis, dan c). meningkatkan pemerataan dan kualitas sarana dan prasarana serta mewujudkan lingkungan yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
d. Mewujudkan masyarakat sadar hukum dan berkeadilan melalui a). regulasi, b). peningkatan sosialisasi dan penegakan hukum.
e. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih melalui a) peningkatan kemampuan pemerintahan mulai di tingkat nagari, kecamatan dan kabupaten b) peningkatan pelayanan publik. Dengan pertimbangan visi misi pembangunan Kabupaten Tanah Datar disusun tujuan penataan ruang Kabupaten Tanah Datar sebagai berikut: “Terwujudnya ruang wilayah kabupaten yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan alam dan lingkungan binaan melalui pengaturan, pengendalian serta pemanfaatan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten, yang berbasis pertanian dan pariwisata untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan masyarakat yang dilandasi Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”
3.1.2.2 Rencana struktur ruang ( sistem jaringan prasarana bidang Cipta Karya)
Rencana struktur ruang wilayah difungsikan Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten dan sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat - pusat kegiatan/ perkotaan yang ada.
a. Pusat- pusat Pelayanan
Rencana pengembangan Pusat -Pusat Pelayanan di Kabupaten Tanah Datar dimaksudkan untuk menggambarkan peran dan fungsi dari setiap kawasan di Kabupat en Tanah Datar dalam pengembangan Kabupaten Tanah Datar secara keseluruhan. Penetapan tersebut selain didasarkan pada kondisi saat ini yang lebih penting adalah rencana pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang . a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
Dasar pertimbangan yang digunakan dalam penetapan pusat -pusat pelayanan di Kabupaten Tanah Datar adalah :
b. kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; c. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan d. ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
- mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur r uang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/ kota yang berbatasan; >jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangku
• pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan pemerintah provinsi;
- memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan lingkungan (PPL); dan
- berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
- memuat pusat-pusat kegiatan selain dengan ketentuan sebagai berikut:
- pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai
PKL (dengan notasi PKLp);
- pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat p elayanan kawasan (PPK); dan
- pusat kegiatan yang akan dijadikan PKLp harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL.
- sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.1.2.3 Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Tanah Datar
Penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan kewenangan kabupaten sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing kawasan. Sistem pusat -pusat permukiman di Kabupaten Tanah Datar ditentukan dengan pembobotan luas kawasan, jumlah penduduk, kepadatan, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang terdapat pada setiap kecamatan.
Hasil identifikasi dan pertimbangan kriteria-kriteria penentuan pusat -pusat kegiatan maka rencana sistem perkotaan di Kabupaten Tanah Datar adalah dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Rencana Struktur Kota-Kota Di Kabupaten Tanah DatarNo Nama Skala Pelayanan Wilayah Pelayanan
1 Batusangkar PKL Kabupaten Tanah Datar
2 Balai Tangah PKLp Kecamatan Lintau Buo Utara, Kecamatan
Lintau Buo
3 Saruaso PPK Kecamatan Tanjung Emas dan Kecamatan
Padang Ganting
4 Simabur PPK Kecamatan Pariangan dan Kecamatan
Rambatan
5 Tabek Patah PPK Kecamatan Salimpaung dan Kecamatan
Tanjung Baru6 Sungai Tarab PPK Kecamatan Sungai Tarab
7 Koto Baru PPL Kecamatan X Koto
8 Sumpur PPL Kecamatan Batipuh Selatan
9 Kubu Kerambil PPL Kecamatan Batipuh
10 Rambatan PPL Kecamatan Rambatan
11 Sungayang PPL Kecamatan Sungayang
12 Tigo Jangko PPL Kecamatan Lintau Buo
13 Padang Gantiang PPL Kecamatan Padang Ganting
14 Tajung Alam PPL Kecamatan Tanjung Baru
Sumber: Hasil Analisis
a. Kegiatan Lokal
Dengan mengacu pada RTRWN dan RTRW Provinsi Sumatera Barat maka Kota Batusangkar diarahkan sebagai Pusat Kegitan Lokal (PKL) di Kabupaten Tanah Datar. Dalam menunjang kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan dan keadilan masyarakat melalui pembangunan sektor-sektor unggulan, maka PKL Batusangkar diarahkan sebagai pusat pelayanan utama yang berfungsi sebagai pusat pemer intahan, pusat perdagangan dan jasa, simpul transportasi utama.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi ( PKLp)
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan Lintau Buo Utara dengan pusat kegiatan di Nagari Balai Tangah. Fungsi utama dari pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) adalah sebagai berikut:
a. Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar -pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis b. Pusat kegiatan agro-industri berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agro-bisnis.
c. Pusat pelayanan agro-industri khusus ( special agro industry services), pendidikan, pelatihan dan pemuliaan tanaman unggulan.
d. Pusat Pelayanan Kaw asan
Pusat Pelayanan Kawasan di Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Pariangan dengan pusat di Nagari Simabur, Kecamatan Tanjung Emas dengan pusat di Nagari Saruaso, Kecamatan Salimpaung dengan pusat di Nagari Tabek Patah dan Kecamatan Sungai Tarab di Nagari Sungai Tarab.
Fungsi utama dari pusat pelayanan kawasan ini adalah sebagai berikut: Pusat perdagangan lokal yang ditandai dengan adanya pasar harian a. Pusat koleksi komoditas pertanian yang dihasilkan sebagai bahan mentah industri b.
c. Pusat penelitian, pembibitan dan percontohan komoditas Pusat pemenuhan pelayanan kebutuhan permukiman pertanian.
d.
e. Pusat Pelayanan Lingkungan ( PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan di Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan X Koto dengan pusat di Nagari Koto Baru, Kecamatan Batipuh Selatan dengan pusat di Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh dengan pusat di Nagari Batipuh Baruah, Kecamatan Rambatan dengan pusat di Nagari Rambatan,
Kecamatan Sungai Tarab dengan pusat di Nagari Sungai Tarab, Kecamatan Sungayang dengan pusat di Nagari Sungayang, Kecamatan Padang Ganting dengan pusat di Nagari Padang Ganting, Kecamatan Lintau Buo dengan pusat di Nagari Buo, dan Kecamatan Tanjung Baru dengan pusat di Nagari Tanjung Alam. Pusat -pusat ini berfungsi sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar nagari. Untuk j elasnya dapat dilihat pada Gambar 5.2
3.1.2.4 Sistem Pengembangan I nfrastruktur
a. Sistem Jaringan Air Minum
1) Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih Prasarana air baku untuk air bersih di Kabupaten Tanah Datar yaitu distribusi pengairan yang dilakukan dengan memanfaatkan mata air meliputi mata air Pincuran Bungo, Sungai Maruok, Muaro Ambius, Tanjung Sawah, Kubang Cancang, Jambu Aia, Tumanggung, Kiambang, Sitakuak, Saruni, Surau Gadang, Tabek Tinggi, Aia Tabik I , Aia Tabik I I , Bar-Bar, Aia Janiah, Cubadak Pantai, Minang, Baburai, Sungai Jambu, Gunung , Pincuran Dalimo. Kaciak
A. Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna Jaringan air bersih ke kelompok pengguna di Kabupaten Tanah Datar yaitu pendistribusian air bersih melalui sistem pipanisasi yang melayani sebagian wilayah Kecamatan X Koto, Batipuh Selatan, Rambatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, Lintau Buo, Sungayang, Sungai Tarab, dan Salimpaung.
Sistem Jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. sistem sambungan langsung yang melayani kawasan perkotaan;
b. sistem sambungan langsung yang melayani kawasan pedesaan; dan c. sistem hidran umum yang tersebar di masing-masing kecamatan.
b.
Sistem Air Limbah
Sistem jaringan air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah setempat dan/ atau terpusat serta sistem jaringan perpipaan air kotor. Pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/ tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat guna mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan serta perlindungan terhadap kualitas air baku.
1) Sistem Pembuangan Air Limbah Setempat Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual maupun komunal.
Sistem pembuangan air limbah dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah secara terpusat pada I nstalasi Pengolahan Air Limbah (I PAL) baik skala kawasan (modular) atau skala kota dengan memperhatikan kondisi daya dukung lingkungan serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
2) Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat
Sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah secara terpusat pada instalasi Penolahan Air Limbah (I PAL) baik skala kawasan (modular) atau skala kota dengan memperhatikan kondisi daya dukung lingkungan serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sistem pembuangan air limbah terpusat dikembangkan di nagari Saruaso Jorong Saruaso Utara. Diharapkan penggunaan I PLT dapat bermanfaat bagi masyarakat.
c. Sistem Pengelolaan Sampah Sistem pengelolaan persampahan ditetapkan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya
Reduce, Reuse dan Recycle).
melalui program 3R ( Sampah yang dikelola terdiri atas: (1) sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik; (2) sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/ atau fasilitas lainnya; dan
(3) sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/ atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Persoalan mengenai sampah merupakan persoalan yang cukup serius dihampir semua tempat, terutama yang perkembangannya cukup pesat dari waktu ke waktu. Rencana penanganan sampah di Kabupaten Tanah Datar yang diperlukan adalah sistem pengelolaannya yang melibatkan unsur pemerintah dan masyarakat serta memperluas jangkauan pelayanannya, karena pada saat ini pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah masih terbatas pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Lima Kaum dan Tanjung Emas.
Permasalahan sampah di Kabupaten Tanah Datar pada saat ini belum menjadi persoalan yang komplek, karena produksi sampah yang dihasilkan masih relatif rendah. Produksi sampah yang paling besar saat ini adalah sampah yang dihasilkan dari pasar. Sejalan dengan lajunya jumlah penduduk dan kegiatannya, maka produksi sampah yang dihasilkan akan semakin besar dan permasalahan pun akan semakin komplek. Agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari, perlu diperhatikan dan direncanakan mulai saat ini hingga masa yang akan datang. Penyelenggaraan pengelolaan sampah terdiri atas penyediaan tempat penampungan sampah, alat angkut sampah, pemilahan sampah dari sumber, bin pemilahan sampah di setiap sumber sampah, pengolahan sampah skala individual (komposter), tempat penampungan sementara (TPS), penempatan komposter skala individu, tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), dan/ atau tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Sebagai upaya peningkatan pengelolaan persampahan, saat ini pemerintah telah meningkatkan jumlah TPS yang tersebar di bebarapa kecamatan dan membangun sarana TPA baru yang berlokasi di Bukit Sangkiang (Kecamatan Lima Kaum) dengan luas areal seluas 3 Ha. Pembangunan TPA baru ini sebagai antisipasi terjadinya lonjakan produksi sampah yang dihasilkan penduduk Kota Batusangkar, sedangkan TPA Rimbo Panti di Nagari Balimbing Kecamatan Rambatan hanya diperuntukan untuk melayani sampah yang berasal dari Pasar Ombilin.
Sistem pengolahan sampah yang diterapkan di Bukit Sangking adalah sistem Sanitary Landfil yaitu penimbunan sampah pada suatu lubang tanah. Metode sanitary landfil yang diterapkan di TPA Bukik Sangking adalah metode area. Pemilihan metode area dilakukan karena lokasi landfil berada pada daerah yang memiliki lembah atau ngarai. Dengan metode ini dua lubang digali secara bersamaan, setelah sampah dimasukan kesalah satu lubang, maka tanah dari salah satu lubag pertama dijadikan sebagai penutup.
Dengan beroperasinya TPA Bukitsangking pelayanan pengelolaan sampah oleh pemerintah tidak hanya terbatas pada lingkup Kecamatan Lima Kaum dan Tanjung Emas saja, melainkan daerah-daerah lain khususnya daerah-daerah yang termasuk dalam wilayah Kota Batusangkar yang mencakup 5 wilayah kecamatan (11 nagari).
d. Sistem Jaringan Drainase
Keutuhan sistem jaringan drainase sangat diperlukan guna kepentingan pengaliran air, terutama limpasan air hujan untuk mengantisipasi/ menghindari genangan. Arahan mengenai kebutuhan pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Tanah Datar direncanakan dengan 2 (dua) sistem, yaitu; jaringan darinase tertutup dan jaringan terbuka. Sistem jaringan tertutup diarahkan pada lokasi-lokasi yang memiliki intensitas kegiatan tinggi, seperti di pusat -pusat perkotaan, sedangkan sistem jaringan terbuka diarahkan pada daerah-daerah yang memiliki intensitas kegiatan rendah, seperti kawasan di luar pusat kota, kawasan permukiman kepadatan rendah, kawasan pertanian dan sebagainya. Sistem Jaringan drainase di Kabupaten Tanah Datar meliputi:
a. pemanfaatan sungai sebagai saluran primer melalui program perawatan sungai lainnya, b. penyediaan saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan melalui program pembangunan baru dan pemeliharaan,
c. pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota lainnya, dan d. Pembangunan dan pengembangan drainase sesuai kebutuhan penduduk terutama di pusat kegiatan lokal Kota Batusangkar.
3.1.2.5 Rencana Pola Ruang Wilayah
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;
c. kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagaimana ketetapan UU Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26 Tahun 2008, dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 dengan batasan sebagai berikut :
a. Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya binaan, nilai sejarah, dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. b. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan, dan sumberdaya manusia. Gambaran Rencana pola ruang di Kabupaten Tanah Datar secara garis besar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 - 2031 No Pola Ruang Luas (Ha) (%)
1 KSA/KPA 20,204.79
15.12
2 HL 20,337.16
15.22
3 HP 9,359.06
7.01
4 HPK
96.96
0.07
5 Holtikultura Berkelanjutan 3,816.11
2.86
6 Perkebunan 25,483.91
19.07
7 Permukiman 6,002.88
4.49
8 Pertanian Lahan Basah 12,792.52
9.58
9 Pertanian Lahan Basah Berkelanjutan 14,401.73
10.78
10 Pertanian Lahan Kering 11,356.15
8.50
11 Pertanian Lahan Kering Potensial 3,407.97
2.55
12 Danau/Telaga 6,340.85
4.75 Total 133,600.10 100.00
Sumber: Hasil Analisis
a. Kaw asan Lindung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 16/ PRT/ M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten membagi kawasan lindung menjadi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya. Dan ini mengacu pada Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN.
b. Kaw asan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan-kawasan khusus setempat seperti sungai dan danau. Berdasarkan analisis terhadap kondisi lahan di Kabupaten Tanah Datar, khususnya areal sempadan danau dan sungai ditet apkan sebagai kawasan perlindungan setempat. Pengelolaan kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Tanah Datar meliputi:
c Garis Sempadan sungai
Garis sempadan sungai, berdasarkan pengertian sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai, ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan. Aturan mengenai sempadan sungai meliputi:
a. Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurang - kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul b. Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang c. Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang Di Dalam Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan sungai didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sempadan Sungai ini masuk dalam lingkup kawasan perlindungan setempat dengan kriteria sempadan sungai adalah :
a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.
b. Untuk sungai di kawasan permukiman, sempadan sungai diperkirakan cukup dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter. Disamping Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai dan Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, peraturan lain yang menjelaskan tentang daerah sempadan sungai adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/ PRT/ 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Sempadan sungai sebagaimana yang diatur dalam Permen PU yaitu: a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang- kurangnya 5 (lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul.
b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
c. Garis sempadan sungai tak bertanggul diluar kawasan perkotaan didasarkan pada:
2 Sungai besar dengan daerah pengaliran 500 Km -
atau lebih sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
2 Sungai kecil dengan daerah pengaliran kurang dari 500 Km sekurang-kurangnya - 50 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
d. Garis sempadan sungai t ak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada:
- Sungai dengan kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan. Sungai dengan kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua - puluh) meter, sekurang-kurangnya 15 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan. Sungai dengan kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter, sekurang-kurangnya - 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.
Di Kabupaten Tanah Datar terdapat 5 sungai besar, yaitu Batang Anai, Batang Sinamar, Batang Selo, Batang Ombilin dan Batang Sumpur dan beberapa sungai kecil lainnya. Pada areal sepanjang sempadan sungai tersebut harus diberikan sempadan antara 50 – 100 m dan ditetapkan sebagai kawasan lindung, sehingga kelestarian sungai sebagai sebuah satu kesatuan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat terjaga. Untuk sungai- sungai yang melewati kawasan permukiman sempadan sungai antara 10 – 30 meter dan dapat berupa jalan inspeksi.
d Sempadan Danau
Kriteria kawasan lindung untuk sempadan danau adalah sebagai berikut; sempadan danau yaitu daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau yaitu 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Danau yang ada di Kabupaten Tanah Datar adalah Danau Singkarak, seluruh kawasan sepanjang danau harus ditetapkan sebagai sempadan danau dan berfungsi sebagai kawasan lindung, baik sempadan berupa tutupan vegetasi maupun sempadan danau berupa pasir. Tujuan penetapan sempadan danau sebagai kawasan lindung adalah untuk meminimalisir terjadinya abrasi serta untuk melindungi terjadinya luapan air (banjir). Langkah yang harus ditempuh adalah dengan menjaga eksitensi seluruh jenis veget asi yang ada serta membangun tanggul-tanggul pemecah gelombang pada daerah-daerah yang rawan abrasi.
e Kaw asan Sekitar Mata Air
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Untuk menjaga kelestariannya, maka di sekitar mata air tersebut direncanakan diberi perlindungan dari berbagai kegiatan penduduk yang dapat mengganggu kerusakan lingkungan di sekitarnya, kawasan perlindungan di sekitar mata air sekurang-kurangnya berdiameter 400 meter di sekitar mata air atau berjari-jari 200 meter dari sumber mata air.
Berdasarkan data, jumlah mata air di Kabupaten Tanah Datar terdapat 20 buah mata air dengan kapasitas yang cukup besar dan masih banyak mata air dengan kapasitas kecil seperti; mata air Sei Tabik, Talago Atar, Bulaan, Bulakan, Badinah, Minang, Gurun, Sampik, Bonta, Bulaan Dalam, Sei Marouk dan lain-lain. Keberadaan mata air tersebut saat ini merupakan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan bahan baku air bersih yang dikelola oleh PDAM dan Masyarakat melaui Program Pansimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) yang telah dilaksanakan dari tahun 2008.
f Kaw asan Cagar Budaya
Sesuai dengan kriteria penetapan kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu, “ Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan”, maka dapat dikembangkan sebagai kawasan lindung.