DOCRPIJM 53274a79f0 BAB VIIBAB VII

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR CIPTA KARYA Bab ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

  mencakup 4 (empat) sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan yang terdiri atas air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk setiap sektor tersebut dimulai dari pemetaan isu -isu strategis yang memengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai dasar awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1 Pengembangan Permukiman

7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan arahan-arahan yang telah dipaparkan pada bab 2 (dua), isu-isu strategis nasional yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

  2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

  3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

  4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Papua, dan Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

  7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

  8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  9. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.

  10. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman. Untuk memperoleh informasi awal dalam perencanaan, selain isu strategis secara nasional perlu juga diketahui isu strategis yang bersifat lokal yakni di kabupaten/kota terkait. Isu terkait pengembangan permukiman yang bersifat lokal dan spesifik untuk Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kondisi pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP (Rencana Pengembangan Permukiman Kumuh Perkotaan), 108 dokumen RTBL KSK (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Strategis Kota). Di perkotaan sebanyak 500 kawasan kumuh yang tertangani, 385 unit RSH (Rumah Susun Sederhana) terbangun, 158 TB unit di Rusunawa terbangun. Sementara di perdesaan, sebanyak 416 kawasan perdesaan potensial telah terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan telah tertangani infrastrukturnya, serta 15.362 desa tertinggal juga telah tertangani infrastrukturnya.

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 permukiman.

  Jika dilihat secara umum, kondisi prasarana dasar permukiman dan perumahan di Kabupaten Trenggalek perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Peningkatan kualitas dalam jangka pendek diantaranya adalah arahan untuk mengoptimalkan fungsinya dalam memen uhi ataupun melayani masyrakat terutama yang terkait langsung dengan aktivitas perekonomian masyarakat, seperti fasilitas air minum, saluran drainase, jalan lingkungan, jalan setapak, serta penataan permukiman kota dan desa.

  Selain itu dipaparkan juga kondisi terkait kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, jumlah Rusunawa terbangun di perkotaan maupun dukungan infrastruktur dalam program- program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta di kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang ditampilkan merupakan kondisi eksisting pengembangan permukiman selama 5 (lima) tahun terakhir.

  Jumlah populasi yang lebih besar dan cendrung bertambah akan mendatangkan dampak negative, seperti kepadatan yang tinggi, tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh, munculnya permukiman-permukiman pada area lahan yang Ilegal. Pertumbuhan penduduk yang meningkat tidak diiringi dengan tingkat pendidikan yang memadai bagi sekelompok masyarakat.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Permasalahan permukiman pada tingkat nasional diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Sementara tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional adalah sebagai berikut.

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

  3. Pencapaian target MDG‟s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah .

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

  6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota Sama halnya dengan isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota tentunya terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuan penjabaran informasi tersebut adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di kabupaten/kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

  

Tabel 7. 1 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Kabupaten Trenggalek

No.

  Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi 1. Aspek Teknis 1) Permukiman padat penduduk

   Ketidakteraturan posisi serta letak permukiman penduduk  Jaringan jalan lingkungan (gang) yang sempit masih berupa jalan tanah 2) Terdapat konversi lahan pertanian kepermukiman dan perdagangan/jasa.

  

1) Pengembangan

Permukiman eksisting menghindari pola perkembangan linier (ribbon development), diarahkan mengikuti pola cluster 2) Pengembangan kawasan permukiman baru diarahkan di semua lingkungan, khusus perbukitan (wilayah dengan kemiringan lebih dari 30%) hanya untuk pengembangan permukiman eksisting dan pertumbuhan alami. 3) Untuk permukiman di bantaran sungai perlu

  Pembangunan tanggul pada

  Permasalahan No. Pengembangan Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi Permukiman Seharusnya sisi permukiman 4) Penataan permukiman padat pengembangan dengan program revitalisasi permukiman dan program prioritas menhindari alih 5) Penataan permukiman fungsi lahan konservasi dengan revitalisasi pertanian 6) Perbaikan jalan

  1) Kurangnya kemampuan

  2. Aspek Kelembagaan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitatir pembangunan di perdesaan 2) Kurangnya fasilitasi akses mayarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan 3) Tidak terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan/perkotaan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan

  1) Terdapat hambatan

  3. Aspek Pembiayaan pendanaan baik yang berasal dari pemerintah baik dana pusat, daerah maupun swadaya

  4. Aspek Peran Serta 1) Peran

  Masyarakat/ Swasta serta masyarakat untuk ikut mengembangkan diri sangat kurang sekali 2) Kualitas sumber daya manusia masih sangat rendah

  1) Pengembangan

5. Aspek Lingungan

  kawasan Permukiman permukiman baru diarahkan di semua lingkungan, khusus perbukitan (wilayah dengan kemiringan lebih dari 30%) hanya untuk pengembangan permukiman eksisting dan pertumbuhan

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  Permasalahan

No. Pengembangan Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

Permukiman alami. 2) Untuk permukiman di bantaran sungai perlu Pembangunan tanggul pada sisi permukiman 3) Dibutuhkan pengawasan ketat terhadap visualisasi sungai

  Sumber: Bappeda Kabupaten Trenggalek, 2014

7.1.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting.

  Analisis kebutuhan ini akan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembang unan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010- 2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

  Sementara itu untuk mengurangi luasan kumuh berdasarkan target capaian nasional tahun 2019 yakni 0%. Diketahui berdasarkan Arah Kebijakan Pendanaan Kegiatan Prioritas Kegiatan Pengembangan Permukiman, Direktur Pengembangan Permukiman : Kecamatan Karangan, Kecamatan Tenggalek, Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Watulimo. Hasil identifikasi tersebut tentunya harus disesuaikan dengan lokasi- lokasi yang teridentifikasi kawasan kumuh di Kabupaten Trenggalek (sampai saat ini belum disusun penyusunan profil kawasan kumuh di Kabupaten Trenggalek), sedangkan

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 berdasarkan hasil FGD Kabupaten Trenggalek program-program dan kegiatan hanya diarahkan kepada peningkatan kawasan permukiman dibeberapa lokasi pada kawasan yang memiliki PSD dan Infrastruktur yang minim. Lokasi penanganan permukiman : Kec. Trenggalek, Gandusari, Pogalan, Karangan, Durenan dan Panggul.

7.1.3 Program-program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Adapun pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

  1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

  Sementara untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil, 2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), serta 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik tersebut, program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun kajian ulang apabila diperlukan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan akan terkait dengan hal- hal yang menyangkut infrastruktur kawasn permukiman kumuh, infrastruktur permukiman RSH, dan Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya. Sementara pengembangan kawasan permukiman perdesaan akan terkait hal-hal yang menyangkut infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (agropolitan/minapolitan), infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana, infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil, infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW), infrastruktur perdesaan PPIP, infrastruktur perdesaan RIS PNPM.

  Readlines Criteria) Kriteria Kesiapan (

  Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria umum dan khusus, yakni sebagai berikut.

  1. Umum

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  Kriteria umum ini terdiri dari:  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.  Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan.

  Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

   Ada unit pelaksana kegiatan.  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus  Rusunawa o

  Kesediaan Pemerintah Daerah untuk penandatanganan MoA o Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh o Kesanggupan Pemerintah Daerah menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya o

  Ada calon penghuni  RIS PNPM o Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra. o Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. o Tingkat kemiskinan desa >25%. o

  Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.  PPIP o Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI. o

  Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya. o Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik. o Tingkat kemiskinan desa >25%.  PISEW

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  o Berbasis pengembangan wilayah. o

  Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan. o Mendukung komoditas unggulan kawasan. Selain kriteria kesiapan tersebut, terdapat pula beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini dijadikan acuan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi hal-hal sebagai berikut.

  1. Vitalitas Non Ekonomi

  a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RDTRK), dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

  b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

  c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

  a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, termasuk kawasan strategis atau kurang strategis.

  b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, yakni keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  c. Jarak jangkauan kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

  3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

  b. Status sertifikat tanah yang ada.

  4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.

  5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

  a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

  b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya

7.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Arahan Kebijakan

  A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  B. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

  Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

  C. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

  D. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

E. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

A. Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang memengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program- program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

  Agenda internasional yang terkait PBL diantaranya adalah pencapaian M DG‟s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  (Global Warming). Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global

  Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan 2010, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

  Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  2. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

  3. Pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan

  e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah negara.

  d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara

  c. Tantangan mewujudkan bengunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan berkelanjutan.

  b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda

  a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung

  f. Pelibatan pemda dan swasta serta masyarakat dalam PBL

  mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei – 11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurus permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 – 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

  e. Pemenuhan standar pelayanan minimum

  d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah

  c. Pemenuhan RTH publik dan RTH perkotaan

  b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kebakaran diperkotaan

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL

  1. Penataan Lingkungan Permukiman

  Isu strategis tingkat nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan bidang PBL adalah:

  a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in- cash sesuai MoU PAKET c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan. Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

  B. Kondisi Eksisting

  Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

  Berdasarkan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan. Berikut ini adalah gambaran kondisi eksisting Kabupaten Trenggalek terkait kondisi peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

  C. Permasalahan dan Tantangan

  Berikut merupakan permasalahan dan tantangan bidang PBL:

  1. Penataan Lingkungan Permukiman:

  a. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran

  b. Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  c. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage d. Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

  a. Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara b. Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia c. Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)

  d. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana

  e. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian f. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan g. Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan h. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien i. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. j. Belum terdatanya bangunan gedung dan rumah Negara di Kabupaten Trenggalek k. Belum terbentuknya TABG (Tim Ahli Bangunan Gedung) l. Belum adanya SLF (Sertifikat Laik Fungsi) terhadap bangunan gedung yang mempunyai resiko tinggi

  3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

  a. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

  4. Kapasitas Kelembagaan Daerah:

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  a. Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan b. Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi c. Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

  

Tabel 7. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan

Lingkungan

No. Aspek PBL

  Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  1. Aspek Teknis 1) Permukiman Kumuh  Ketidak teraturan posisi serta letak permukiman penduduk  Sebagian besar bangunan permukiman permanen dan tinggi bangunan hanya 1 lantai  Pengelolaan RTH tidak konsisten, pemilihan jenis tanaman tidak sesuai persyaratan ekologis serta langkanya lahan pembibitan tanaman penghijauan

  1) Penataan kembali kandang dan rumah sesuai standar kesehatan

  2) Penunjukan lokasi kandang kolektif bagi lingkungan yang belum memilkinya, sekaligus pembangunan gardu keamanan

  2. Aspek Kelembagaan 1) Kurangnya kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di

  Permasalahan yang Tantangan Alternatif No. Aspek PBL dihadapi Pengembangan Solusi

  perdesaan 2) Kurangnya fasilitasi akses mayarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan

  3) Tidak terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan/perkotaa n yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan

  Terdapat hambatan

  3. Aspek Pembiayaan pendanaan baik yang berasal dari pemerintah baik dana pusat, daerah maupun swadaya

  1) Peran serta masyarakat untuk ikut mengembangkan

  Aspek Peran Serta 4. diri sangat

  Masyarakat/Swasta kurang sekali 2) Kualitas sumber daya manusia masih sangat rendah

  1) Pengembangan kawasan permukiman baru diarahkan di

  Aspek Lingkungan semua

  5. lingkungan,

  Permukiman khusus perbukitan (wilayah

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  Permasalahan yang Tantangan Alternatif No. Aspek PBL dihadapi Pengembangan Solusi

  dengan kemiringan lebih dari 30%) hanya untuk pengembangan permukiman eksisting dan pertumbuhan alami. 2) Untuk permukiman di bantaran sungai perlu Pembangunan tanggul pada sisi permukiman, dibutuhkan pengawasan ketat terhadap visualisasi sungai

  Sumber: Bappeda Kabupaten Trenggalek, 2015

7.2.3 Analisis Kebutuhan PBL

  Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kabupaten/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada peraturan tersebut dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL adalah sebagai berikut.

  a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. 1) RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTBL berdasarkan Permen

  PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:  Program Bangunan dan Lingkungan;  Rencana Umum dan Panduan Rancangan;  Rencana Investasi;  Ketentuan Pengendalian Rencana; serta  Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

  2) RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat

  3) Rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 harta benda. 4) Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:  Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;  Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;  Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;  Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

  5) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 8.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan. No Jenis Pelayanan Sasaran Indikator Satuan Target

  Dasar Tahun 2019

  1 Penataan Meningkatnya Presentase

  IMB 60% Bangunan dan tertib jumlah Izin Lingkungan pembangunan Mendirikan bangunan gedung Bangunan (IMB) yang ditertibkan

  2 Penanganan Berkurangnya Presentase Ha 10% Permukiman permukiman berkurangnya Kumuh kumuh perkotaan luasan

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  Perkotaan permukiman kumuh kawasan perkotaan

  Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 01/Prt/M.2014

  b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi: 1.

  Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

  2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan. Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

  c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat. Adapun kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dipaparkan pada tabel berikut. Kebutuhan tersebut mengacu pada program dan capaian Renstra Nasional dan RPJMD.

7.2.4 Program-program Sektor PBL

  Berdasarkan Arahan Penataan dan Bangunan Lingkungan (PHLN sektor penataan bangunan dan lingkungan 2015 – 2019) Lingkup kegiatan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut:

  • Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Perkotaan • Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
  • Pendukung P2B (PLP-BK)

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  • City Changer dan KBP Sedangkan bentuk kegiatan PBL ini diantaranya adalah Penataan Kawasan dan
  • Merupakan kawasan yang apa bila tidak diatur lebih detail , perkembangannya akan semrawut
  • Merupakan kawasan yang memiliki ciri khas budaya yang kental/ memiliki nilai sejarah
  • Merupakan kawasan strategis & merupakan kawasan prioritas yang mendesak untuk segera diatur
  • Merupakan kawasan yang belum tertangani RTBL selama 5 tahun terakhir Program-Program PBL, terdiri dari:

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

  Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dengan syarat pemerintah daerah harus sudah memiliki Peraturan Daerah Menganai Bangunan Gedung. Adapun syarat dan ketentuan yang harus diacu dalam penetapan kawasan penanganan PBL ini diantaranya adalah:

  a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

  b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; serta c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

  Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor PBL maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemerintah Daerah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

7.2.5 Kriteria Kesiapan (Readlines Criteria)

  a. Fasilitasi ranperda bangunan gedung

   Kabupaten/kota yang belum difasilitasi

   Komitmen Pemda

  b. Penyusunan rencana penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas

   Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan  Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya

   Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota

   Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat

   Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

  c. Penyusunan RTBL  Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006  Kawasan terbangun yang memerlukan penataan  Kawasan yang dilestarikan/heritage;  Kawasan rawan bencana  Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga central business district)

  (  Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota  Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat  Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

  d. Penyusunan rencana tindak revitalisasi kawasan, RTH dan permukiman tradisional/bersejarah Kriteria Umum:

   Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha)

   Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha)

   Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

  Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:  Kawasan di perkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis  Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas  Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota

  RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020

   Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

  e. Fasilitasi penyusunan rencana tindak Ruang Terbuka Hijau  Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman

  (RTH Publik)  Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang)  Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;  Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

  f. Fasilitasi penyusunan RISPK  Ada Perda Bangunan Gedung;  Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;  Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi  Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg