BAB VII RENCANAPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 93403d3cb5 BAB VIIBAB VII SEKTOR
BAB VII RENCANAPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA RPIJM Kabupaten Barito Selatan Tahun 2017-2021 Tahun Anggaran 2016
7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
1 Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
4. Peraturan Presiden No.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
2 Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman
mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan
teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan
permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau- pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim; Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan; Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
3
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.Tabel VII.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Barito Selatan
No. Isu Strategis Keterangan
(1) (2) (3)
1 Kecenderungan pembangunan yang tidak terkontrol di Urgensi Tinggi sepanjang Sungai Barito Selatan yang berpotensi merusak kestabilan sungai
2 Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman Urgensi Sedang
3 Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur Urgensi Sedang permukiman, baik dalam skala kota maupun kawasan
4 Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan tidak Urgensi Tinggi layak huni/kumuh B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Kawasan permukiman adalah kawasan yang memenuhi kriteria budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai kelerengan antara 0 – 25% dan berada di kawasan APL (areal penggunaan lainnya).
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
4
| VII-
5 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021 Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu
kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni.
Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota
(meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun
peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,
pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai
kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan,
maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW
(RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau
terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun
terakhir.C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain: Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat 2.
Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program- Program Pro Rakyat (Direktif Presiden) 4.
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya
khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
| VII-
6 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat
permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta
belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan
tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai
informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah
Kabupaten/Kota bersangkutan.7.1.2 Sasaran Program
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari:1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil 2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
| VII-
7 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021 Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman
dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun
review bilamana diperlukan.Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam
Gambar 7.1.Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan PermukimanKriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
8
2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
Ada calon penghuni RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan,
dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4)
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
9
1. Vitalitas Non Ekonomi
| VII-
10 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam
kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c.
Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah a.
Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
Tabel VII. 2
Lokasi Kawasan Kumuh Kab.Barito Selatan
Tingkat Luas WilayahNo Kelurahan/Desa Kecamatan Jumlah KK
Kekumuhan Kumuh (Ha) Kelurahan Buntok Kota Kumuh Berat 9,36 263
a. Jalan Karau dan Sekitarnya
1 Dusun Selatan Sangat Kumuh 4,31 161
b. Jalan Niaga dan Sekitarnya
c. Jalan Veteran dan
Pembangunan Dan Kumuh Berat 20,3 401
Sekitarnya Kelurahan Hilir Sper2 Dusun Selatan Jalan Jelapat (Kawasan Kumuh Berat 6,23 163 Kamper)dan Sekitarnya
Kelurahan Jelapat ( Kawasan
3 Dusun Selatan Kumuh Berat 7,82 173 Jelapat)dan Sekitarnya Sumber : SK Kumuh Kabupaten Barito Selatan, 2015
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari tahun pertama hingga kelima.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
11
| VII-
12 Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kab. Barito Selatan
9 Peningkatan jalan lingkungan Umpu Kakah Lokasi KASIBA
DUSUN SELATAN UMPU KAKAH
1 Paket 2020
10 Supervisi Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Kota Buntok, Kec. Dusun Selatan
DUSUN SELATAN BUNTOK
15 Ha 2019
11 Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Kota Buntok, Kec.
Dusun Selatan DUSUN SELATAN BUNTOK
15 Ha 2019
DUSUN SELATAN 1 lap 2018
8 Peningkatan jalan lingkungan Komplek Perumahan BTN Sababilah
13 Supervisi Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Hilir Sper, Kec. Dusun Selatan
DUSUN SELATAN HILIR SPER
6 Ha 2018
14 Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Hilir Sper, Kec. Dusun Selatan
DUSUN SELATAN HILIR SPER
6 Ha 2018
15 Peningkatan Jalan Desa Baru Panjang 1300 m (Kawasan Agropolitan dan Minapolitan)
DUSUN SELATAN 1 kws 2020
16 Supervisi Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Jelapat, Kec. Dusun Selatan
DUSUN SELATAN JELAPAT
DUSUN SELATAN SABABILAH 1 paket 2017
AMD I DUSUN SELATAN 1 paket 2019
12 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
Tabel VII.3
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
3 Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) Desa Mangkatip
Kabupaten Barito Selatan
No. Rincian Kegiatan Lokasi
Vol Satuan Tahun Kecamatan Kelurahan
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) Desa Pendang
DUSUN UTARA PENDANG
1 Paket 2019
2 Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) Desa Tabak Kanilan
GUNUNG BINTANG AWAI TABAK KANILAN
1 Paket 2019
DUSUN HILIR MANGKATIP
7 Peningkatan jalan lingkungan Komplek Perumahan Mulia Indah Jl.
1 Paket 2020
4 Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) Desa Pararapak
DUSUN SELATAN PARARAPAK
1 Paket 2018
5 Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) Desa Kalahien
DUSUN SELATAN KALAHIEN
1 Paket 2018
6 Kawasan rest area/ kuliner Danau Malawen Buntok
DUSUN SELATAN MALAWEN
1 Paket 2020
8 Ha 2017
| VII-
31 Pembangunan PSD kebakaran jalan Veteran Kec Dusun Selatan Buntok
DUSUN SELATAN KALAHIEN 1 paket 2017
27 Pembangunan PSD kebakaran jalan Veteran Kec. Dusun Selatan, Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
28 Pembangunan PSD kebakaran jalan Karau Kec. Dusun Selatan, Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
29 Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws Agropolitan Ds Mahajandau Kab Barito Selatan
DUSUN HILIR Mahajandau
1 Ha 2018
30 Pembangunan PSD kebakaran jalan Karau Kec Dusun Selatan Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK
1 Ha 2019
DUSUN SELATAN BUNTOK
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
1 Ha 2020
32 Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Kalahien
DUSUN SELATAN Kalahien
1 Ha 2018
33 Peningkatan jalan lingkungan Gg Purnama A3 Jl Kaladan
DUSUN SELATAN Hilir Sper
1 Ha 2017
34 Peningkatan jalan lingkungan Gg Mekar Indah Jl Buntok Asam Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK
1 Ha 2019
35 Peningkatan jalan lingkungan Gg Takam dan Gg Kenari Jl Kaladan Buntok
DUSUN SELATAN Hilir Sper
26 Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Kalahien
Mekar Indah, Jl. Buntok - Asam, Buntok
13 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
20 Peningkatan jalan lingkungan Gg.
No. Rincian Kegiatan Lokasi
Vol Satuan Tahun Kecamatan Kelurahan
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
17 Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Jelapat, Kec. Dusun Selatan
DUSUN SELATAN JELAPAT
8 Ha 2017
18 Peningkatan Jalan Desa Muka Haji Panjang 3500 m
GUNUNG BINTANG AWAI MUKA HAJI 1 kws 2020
19 Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan Gg. Sentosa Jl.
Pelita IV Buntok DUSUN SELATAN BUNTOK
1 paket 2017
Takam dan Gg. Kenari Jl Kaladan, Buntok
25 Peningkatan jalan lingkungan Gg.
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
21 Peningkatan jalan lingkungan Gg.
Penerangan Jl. Pelita IV, Buntok DUSUN SELATAN BUNTOK
1 paket 2017
22 Peningkatan jalan lingkungan Gg.
Kakapar, Gg. Tauman dan Gg. Sasapat Jl. Padat Karya, Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
23 Pembangunan jalan lingkungan Desa Muara Arai
KARAU KUALA MUARA ARAI 1 paket 2017
24 Peningkatan jalan lingkungan Gg.
Purnama A3 Jl. Kaladan DUSUN SELATAN
1 paket 2017
1 Ha 2018
| VII-
1 Ha 2021
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta serta DAK. Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke dalam Tabel
6 Ha 2019
BARITO SELATAN
41 Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Kab. Barito Selatan KAB.
1 Ha 2019
DUSUN SELATAN Sababilah
40 Peningkatan jalan lingkungan Komplek Perumahan BTN Sababilah
1 Ha 2021
DUSUN SELATAN BUNTOK
39 Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan Gg Sentosa Jl Pelita IV Buntok
KARAU KUALA Muara Arai
14 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
38 Pembangunan jalan lingkungan Desa Muara Arai
1 Ha 2018
DUSUN SELATAN BUNTOK
37 Peningkatan jalan lingkungan Gg Kakapar Gg Tauman dan Gg Sasapat Jl Padat Karya Buntok
1 Ha 2020
DUSUN SELATAN BUNTOK
36 Peningkatan jalan lingkungan Gg Penerangan Jl Pelita IV Buntok
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
Vol Satuan Tahun Kecamatan Kelurahan
No. Rincian Kegiatan Lokasi
VII.4
Tabel VII.4 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Barito Selatan
Lokasi
SUMBER PEMBIAYAAN
No. Rincian Kegiatan Vol Satuan Tahun
APBD APBD
Kecamatan Kelurahan APBN BUMN SWASTA MASYARAKAT DAK
PROV KAB
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) DUSUN
1 Paket 2019 500.000
1 Desa Pendang UTARA PENDANG Peningkatan Kawasan GUNUNG
1 Paket 2019 Agropolitan (jalan usaha tani) BINTANG TABAK
500.000
2 Desa Tabak Kanilan AWAI KANILAN Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) DUSUN
1 Paket 2020 500.000
3 Desa Mangkatip HILIR MANGKATIP Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) DUSUN
1 Paket 2018 500.000
4 Desa Pararapak SELATAN PARARAPAK Peningkatan Kawasan Agropolitan (jalan usaha tani) DUSUN
1 Paket 2018 500.000
5 Desa Kalahien SELATAN KALAHIEN Kawasan rest area/ kuliner DUSUN
1 Paket 2020 2.000.000
6 Danau Malawen Buntok SELATAN MALAWEN Peningkatan jalan lingkungan Komplek Perumahan Mulia DUSUN 1 paket 2019
500.000
7 Indah Jl. AMD I SELATAN Peningkatan jalan lingkungan Komplek Perumahan BTN DUSUN 1 paket 2017
1.500.000
8 Sababilah SELATAN SABABILAH Peningkatan jalan lingkungan DUSUN UMPU
1 Paket 2020 800.000
9 Umpu Kakah Lokasi KASIBA SELATAN KAKAH RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
15 KABUPATEN BARITO SELATAN Lokasi
SUMBER PEMBIAYAAN
No. Rincian Kegiatan Vol Satuan Tahun
APBD APBD
Kecamatan Kelurahan APBN BUMN SWASTA MASYARAKAT DAK
PROV KAB
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Supervisi Peningkatan kualitas permukiman kumuh
15 Ha 2019 Kel. Kota Buntok, Kec. Dusun DUSUN
350.000
10 Selatan SELATAN BUNTOK Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Kota DUSUN
15 Ha 2019 30.000.000 2.500.000
11 Buntok, Kec. Dusun Selatan SELATAN BUNTOK Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan 1 lap 2018 Permukiman Kumuh Kab. DUSUN
800.000
12 Barito Selatan SELATAN Supervisi Peningkatan kualitas permukiman kumuh
6 Ha 2018 Kel. Hilir Sper, Kec. Dusun DUSUN
150.000
13 Selatan SELATAN HILIR SPER Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. Hilir DUSUN
6 Ha 2018 15.000.000 2.000.000
14 Sper, Kec. Dusun Selatan SELATAN HILIR SPER Peningkatan Jalan Desa Baru 1 kws 2020 Panjang 1300 m (Kawasan DUSUN
3.000.000 250.000
15 Agropolitan dan Minapolitan) SELATAN Supervisi Peningkatan kualitas permukiman kumuh
8 Ha 2017 Kel. Jelapat, Kec. Dusun DUSUN
250.000
16 Selatan SELATAN JELAPAT Peningkatan kualitas permukiman kumuh Kel. DUSUN
8 Ha 2017 17.500.000 750.000
17 Jelapat, Kec. Dusun Selatan SELATAN JELAPAT GUNUNG 1 kws 2020
Peningkatan Jalan Desa BINTANG 3.000.000
18 Muka Haji Panjang 3500 m AWAI MUKA HAJI RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
16 KABUPATEN BARITO SELATAN
SUMBER PEMBIAYAAN
27 Pembangunan PSD kebakaran jalan Veteran Kec.
800.000 100.000
25 Peningkatan jalan lingkungan Gg. Mekar Indah, Jl. Buntok - Asam, Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
1.500.000 150.000
26 Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Kalahien
DUSUN SELATAN KALAHIEN 1 paket 2017
2.000.000 150.000
Dusun Selatan, Buntok DUSUN SELATAN BUNTOK
24 Peningkatan jalan lingkungan Gg. Purnama A3 Jl. Kaladan
1 paket 2017 1.500.000
28 Pembangunan PSD kebakaran jalan Karau Kec.
Dusun Selatan, Buntok DUSUN SELATAN BUNTOK
1 paket 2017 1.500.000
29 Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kws Agropolitan Ds Mahajandau
DUSUN HILIR Mahajandau
1 Ha 2018 3.844.697
DUSUN SELATAN 1 paket 2017
| VII-
17 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
20 Peningkatan jalan lingkungan Gg. Takam dan Gg. Kenari Jl Kaladan, Buntok
KABUPATEN BARITO SELATAN No. Rincian Kegiatan
Lokasi Vol Satuan Tahun
Kecamatan Kelurahan APBN APBD PROV APBD KAB BUMN SWASTA MASYARAKAT DAK
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
19 Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan Gg. Sentosa Jl. Pelita IV Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
800.000
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
23 Pembangunan jalan lingkungan Desa Muara Arai KARAU KUALA MUARA ARAI
1.000.000
21 Peningkatan jalan lingkungan Gg. Penerangan Jl. Pelita IV, Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
1.000.000
22 Peningkatan jalan lingkungan Gg. Kakapar, Gg. Tauman dan Gg. Sasapat Jl. Padat Karya, Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK 1 paket 2017
1.000.000
1 paket 2017 2.000.000
SUMBER PEMBIAYAAN
37 Peningkatan jalan lingkungan Gg Kakapar Gg Tauman dan Gg Sasapat Jl Padat Karya Buntok
35 Peningkatan jalan lingkungan Gg Takam dan Gg Kenari Jl Kaladan Buntok
DUSUN SELATAN Hilir Sper
1 Ha 2018 1.000.000
36 Peningkatan jalan lingkungan Gg Penerangan Jl Pelita IV Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK
1 Ha 2020 1.000.000
DUSUN SELATAN BUNTOK
DUSUN SELATAN BUNTOK
1 Ha 2018 1.000.000
38 Pembangunan jalan lingkungan Desa Muara Arai KARAU KUALA Muara Arai
1 Ha 2021 2.000.000
39 Pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan Gg Sentosa Jl Pelita IV Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK
1 Ha 2021 800.000
1 Ha 2019 1.500.000
| VII-
18 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
1 Ha 2019 1.500.000
KABUPATEN BARITO SELATAN No. Rincian Kegiatan
Lokasi Vol Satuan Tahun
Kecamatan Kelurahan APBN APBD PROV APBD KAB BUMN SWASTA MASYARAKAT DAK
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Kab Barito Selatan
30 Pembangunan PSD kebakaran jalan Karau Kec Dusun Selatan Buntok
DUSUN SELATAN BUNTOK
31 Pembangunan PSD kebakaran jalan Veteran Kec Dusun Selatan Buntok
1 Ha 2017 800.000 200.000
DUSUN SELATAN BUNTOK
1 Ha 2020 1.500.000
32 Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Kalahien
DUSUN SELATAN Kalahien
1 Ha 2018 2.000.000
33 Peningkatan jalan lingkungan Gg Purnama A3 Jl Kaladan
DUSUN SELATAN Hilir Sper
34 Peningkatan jalan lingkungan Gg Mekar Indah Jl Buntok Asam Buntok
SUMBER PEMBIAYAAN
| VII-
19 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN BARITO SELATAN No. Rincian Kegiatan
Lokasi Vol Satuan Tahun
Kecamatan Kelurahan APBN APBD PROV APBD KAB BUMN SWASTA MASYARAKAT DAK
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
40 Peningkatan jalan lingkungan Komplek Perumahan BTN Sababilah
DUSUN SELATAN Sababilah
1 Ha 2019 1.500.000
41 Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Kab.
Barito Selatan KAB.
BARITO SELATAN
6 Ha 2019 3.600.000
7.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama
untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan,
khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan
bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara
lain:1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
20 lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Permen PU No: 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
21 setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor- sektornya.
7.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari
Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL.
Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka
kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda
nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusanIMB di
kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung
Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s
2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target
MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga
separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi
layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan
dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global
Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida
(CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya
suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan 2100, serta
meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm
selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang
berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran
serta dampak sosial lainnya.Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga
mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
22
diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar
terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang
mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan
perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14
Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan
"Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai
kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman a.
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; d.
Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal; f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b.
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
23
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in- cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR,
skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan
manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi; b) RTH; c) Bangunan
Tradisional/bersejarah dan; d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian
terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri,
produktif dan berkelanjutan.B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat
PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi
berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan
melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk
jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG)
hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang
sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2
Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32
Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan
non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah
melakukan peningkatan prasarana lingkunganpermukiman di 1.240 kawasan serta
penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| VII-
24
Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu