HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS (Studi Di RSUD Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository
i HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS (Di RSUD Jombang) EVFA ARNICSTIAN 143210119 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIA JOMBANG 2018 ii
HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS
DENGAN KEJADIAN FLEBITIS
(Di RSUD Jombang)
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang EVFA ARNICSTIAN
14.321.0119
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : EVFA ARNICSTIAN NIM : 143210119 Jenjang : Sarjana Institusi : Prodi S1 Keperawatan STIKes ICME Jombang
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang di rujuk dari sumbernya.
Jombang, 25 September 2018 Saya yang menyatakan
EVFA ARNICSTIAN 143210119 iv
vJudul :HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS (Di RSUD Jombang)
Nama Mahasiswa :Evfa Arnicstian NIM : 143210119
TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING PADA TANGGAL ....................
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Hidayatun Nufus,SsiT.,M.Kes Dwi Prasetyaningati,S.Kep.,Ns.,M.kep
NIK.02.03.014 NIK.04.10.289Mengetahui, Ketua Stikes Ketua Program Studi
Imam Fatoni,SKM.,MM Inayatur Rosyidah,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 03.04.022 NIK.04.05.053 vi Proposal ini diajukan oleh :
Nama Mahasiswa : Evfa Arnicstian NIM : 143210119 Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan Judul : HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK
PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJA DIAN FLEBITIS ( Di RSUD Jombang)
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Komisi Dewan Penguji, Ketua Dewan Penguji : Sri Sayekti,S.Si.M.Ked ( ) Penguji 1 : Hidayatun Nufus SSiT.M.,Kes ( ) Penguji 2 : Dwi Prasetyaningsih S.Kep.,Ns.M.Kep ( ) Ditetapkan di : JOMBANG Pada Tanggal : vii
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 09 Juni 1996 dengan jenis kelamin perempuan. Riwayat pendidikan, Pada tahun 2008 penulis lulus dari SDN Kasiyan 01
Kecamatan Puger Kabupaten Jember, kemudian penulis melanjutkan ke SMP Sultan Agung lulus Tahun 2011 Kecamatan Puger Kabupaten Jember setelah itu menempuh pendidikan SMA di SMA Satya Dharma Kecamatan Balung Kabupaten Jember tamat tahun 2014.
Tahun 2014 sampai sekarang penulis mengikuti pendidikan Prodi S1 Keperawatan di STIKES ICME Jombang.
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, 25 September 2018 Penulis
EVFA ARNICSTIAN 143210119 viii
“Orang-Orang Yang Sukses Telah Belajar Membuat Diri Mereka Melakukan Hal Yang Harus Dikerjakan Ketika Hal Itu Memang Harus Dikerjakan, Entah Mereka
Menyukainya Atau Tidak”
Aldus Huxley ix
Seiring doa dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :
1. Allah SWT, karena atas ijin dan karunia-Nya maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang meridhoi dan mengabulkan segala doa.
2. Bapak dan ibuku tersayang, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusuk selain doa yang terucap dari orang tua.
3. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya. Terima kasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu tertanam dihati.
4. Saudara saya (om dan Kakak sepupu) yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum, dan doanya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terima kasih dan sayangku untuk kalian. Semoga kita kelak dapat membahagiakan orang tua.
5. Teman sehidup, semati, seperjuangan, sependeritaan (S1 Ilmu Keperawatan kelas 8C), tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin sampai disini, terima kasih untuk canda, tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk kenangan manis yang telah x
Semangat !!!
6. Sahabat-sahabatku tersayang Kost B29 (Ayun, Anggun, Novita, Septi ) Kost Elit (Karin, Yeni, Niki, Eni, Elis, Ayik, Puput, Rumatul dan Yumnun) kost hello kitty (laila dan laili), Terima kasih atas segala dukungan, semangat, motivasi, serta ke konyolannya selama ini. Terima kasih canda, tawa dan cerita
- – cerita yang selalu bikin baper. Kalian tidak hanya sekedar teman, sahabat tapi telah menjadi keluarga kedua bagi saya , terima kasih untuk kebersamaan selama ini. Semoga kesuksesan selalu bersama kita di manapun kita berada dan semoga yang pengen cepet nikah dapat disegerakan, biar gak ngomongin nikah terus. Jangan pernah lupakan kenagan-kenangan indah di kost B29. Sayang kalian semua.
7. Buat semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa manfaat. Betapa pun pahitnya sebuah proses, tapi dengannya saya belajar dan memahami banyak hal. Dengan segala syukur yang tak terhingga serta bahagia yang memecah, saya hanya bisa mengucapkan hamdalah. xi
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis ”( Studi di RSUD Jombang )” ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan proposal ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat H.imam Fatoni, S.KM.,MM selaku ketua STIKes ICME Jombang, ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Hidayatun Nufus, SSiT.M.,Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya proposal ini, ibu Dwi Prasetyaningati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya proposal ini. Direktur RSUD Jombang yang telah memberikan ijin penelitian. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang hingga terselesaikannya proposal ini, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan proposal ini, dan teman-teman yang ikut serta memberikan kritik, saran dan semangat sehingga penelitian ini terselesaikan tepat waktu. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah diberikan dan semoga laporan peneliti ini dapat bermanfaat. xii
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan penelitian ini.
Jombang, 25 September 2018 Penulis xiii
HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS
DENGAN KEJADIAN FLEBITIS
(Studi Di RSUD Jombang)
Oleh
EVFA ARNICSTIAN
14 321 0119
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3X24 jam dilakukan perawatan. Infeksi nosokomial flebitis berkaitan dengan tindakan invsif, seperti pemasangan infus. Kejadian flebitis pada tahun 2018 tribulan 1 yaitu Januari, Februari dan Maret terdapat 52 pasien yang terjadi flebitis. Penelitian ini bertujuan u ntuk mengetahui hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang
Desain penelitian adalah penelitian korelasi dengan pendekatan cohort.
semua pasien baru dengan rata-rata 100 pasien /hari yang rawat inap di RSUD
Populasi
Jombang . Sampelnya sebagian pasien baru yang rawat inap di RSUD Jombang yang
memenuhi kriteria sebanyak 41 orang. Tekhnik sampling menggunakan consecutive
sampling. Variabel independen tindakan teknik aseptik pemasangan infus danvariabel dependennya kejadian flebitis. Instrumen penelitian menggunakan
Editing, Coding, scoring, Tabulating
observasidengan pengolahan data dan analisa data menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya dari yang melakukan tindakan teknik aseptik yaitu sebanyak 36 orang yang melakukan tindakan teknik aseptik dan hampir seluruhnya responden tidak terjadi flebitis yaitu dengan jumlah 37 responden (90%). Hasil uji statistik chi square diperoleh angka signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,000 atau h1 diterima.
Kesimpulan penelitian ini ada hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang.
Kata kunci : Teknik Aseptik, Pemasangan Infus, Flebitis xiv
THE RELATIONSHIP OF INFUS INSTALLATION TECHNIQUES
ACTION
WITH FLEBITICAL EVENTS
(Study at RSUD Jombang)
By
EVFA ARNICSTIAN
14 321 0119
Nosocomial infection is an infection obtained by the patient after 3X24 hours of treatment. Phlebitis nosocomial infections are associated with invasive measures, such as infusion. Phlebitis events in 2018 tribulan 1 namely January,
February and March there were 52 patients who had phlebitis. This study aims to
determine the relationship between aseptic techniques of infusion and the incidence of phlebitis in Jombang HospitalThe research design correlational research with cohort approach. The population of all new patients with an average of 100 patients / day who were hospitalized in Jombang Hospital. The sample was some new patients who were hospitalized at Jombang Hospital which met the criteria of 41 people. The sampling technique uses consecutive sampling. The independent variable is the
action of aseptic infusion technique and the dependent variable is the incidence of
phlebitis. The research instrument used observation with data processing Editing,
Coding, scoring, tabulating and analyzing data using chi square testThe results showed that almost all of those who took aseptic engineering
actions were 36 people who took aseptic techniques and almost all of them did not
have phlebitis, namely 37 respondents (90%). Chi square statistical test results obtained significant numbers with p <0.05, p = 0.000 or h1The conclusion of this study is the relationship between aseptic techniques
xv
SAMPUL LUAR ............................................................................................ i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................... iv
PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN ........................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................ .......................................
3 1.3 Tujuan.................................................................................. .......
4 1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................
4 1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................
4 1.4 Manfaat.........................................................................................
4 1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................
4 1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teknik Aseptik ..................................................................... 6
xvi BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESISI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual. ................................................................. 21
3.2 Hipotesisi Penelitian ................................................................... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 23
4.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................... 24
4.3 Populasi, Sampel, Dan Sampling ............................................... 24
4.4 Jalannya Penelitian ..................................................................... 28
4.5 Identifikasi Variabel ................................................................... 29
4.6 Definisi Operasional................................................................... 29
4.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data ......................................... 31
4.8 Etika Penelitian .......................................................................... 36
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 37
5.2 Pembahasan ................................................................................ 44
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 49
6.2 Saran ........................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 52
xvii
4.1 Definisi Operasional ..................................................................................
29 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang melakukan pemasangan infus .
38 5.2 Distribusi Frekuensi umur yang melakukan pemasangan infus .................
39 5.3 Distribusi Frekuensi pendidikan yang melakukan pemasangan infus .......
39 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................
40 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ...................................
40 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ........................
41 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...........................
41
5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus .....................................................................................
42 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Flebitis ...............
42
6.0 Tabulasi Silang Hubungan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis ...........................................................................
43
xviii
Gb. 3.1 Kerangka Konseptual ..........................................................................
21 Gb. 4.1 Kerangka Kerja (Jalannya Penelitian) .................................................
28 xix
Lampiran 1 Surat dari Perpustakaan Lampiran 2 Surat Pengantar Penelitian Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6 Lembar Observasi Lampiran 7 Tabulasi Data Lampiran 8 Hasil Uji Statistik Lampiran 9 Hasil Uji Validasi Observasi Lampiran 10 Lembar Konsultasi Lampiran 11 Jadwal Penyusunan Skripsi xx
1. H1/H0 : Hipotesis alternatif 2. % : Persentase 3.
α : Alpha
4. N : Jumlah populasi 5. n : Jumlah sampel
6. P : Nilai yang didapat 7. f : Skor yang didapat 8. x : Perkalian 9. > : Lebih besar 10. x : Skor jawaban yang akan diubah dalam bentuk T skor 11. x : rata-rata skor dari kelompok 12. s : Deviasi standar skor kelompok
DAFTAR SINGKATAN
1. STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2. ICMe : Insan Cendekia Medika Jombang
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Flebitis merupakan infeksi nosokomial yang berasal dari mikroorganisme yang dialami pasien yang diperoleh selama pasien tersebut dirawat di rumah sakit, yang diikuti dengan manifestasi klinis yang sekurang- kurangnya 3x24 jam (Darmadi, 2008). Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat disekitar daerah penusukkan atau sepanjang vena, dan pembengkakan (Brunner & Suddarth, 2013). Flebitis menjadi indikator mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan standar kejadian ≤ 1,5% (Depkes RI, 2008). Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus. Salah satu diantara faktor yang perlu diperhatikan yaitu teknik aseptik atau kesterilan sewaktu pemasangan infus.
Didapatkan data dari tim IPCN (Infection Prevention Control Nurse) pengendali infeksi nosokomial di rumah sakit, pada Tahun 2015 ditemukan kasus rata-rata kejadian flebitis setiap bulannya sebanyak 28 kasus atau sekitar 5,9%. Sedangkan data kejadian flebitis selama 6 bulan terakhir di Tahun 2016 bervariasi yakni bulan Januari 2016 sebanyak 24 kasus dari 506 pasien (4,7%). bulan Februari 2016 sebanyak 39 kasus dari 480 pasien (8,1%). bulan Maret 2016 sebanyak 40 kasus 530 pasien (7,5%) bulan April
2
jenis cairan dengan kejadian flebitis di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh melalui observasi peneliti terhadap 6 orang perawat pelaksana pada 2 ruang rawat diambil secara acak, terlihat 2 orang perawat sudah melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan pemasangan infus dan 4 orang perawat lagi belum melakukan hal tersebut diatas dan hanya melakukan cuci tangan sesudah melakukan tindakan pemasangan infuse. Dan hasil wawancara dengan kepala ruangan penyakit dalam juga diperoleh informasi bahwa infeksi nosokomial yang banyak terjadi diruangannya yaitu flebitis yang merupakan komplikasi dari pemasangan infus. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky, 2014 didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami flebitis dengan cairan hipertonik sebanyak 13 orang (54%) dan cairan isotonic sebanyak 7 orang (10%). Hal ini menyatakan terdapat hubungan antara jenis cairan dengan kejadian flebitis.
Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan rekapitulasi kejadian flebitis di RSUD Jombang tahun 2017 terdapat 149 pasien yang terjadi flebitis (1,11 %). Pada tahun 2018 tribulan 1 yaitu Januari, Februari dan Maret terdapat 52 pasien yang terjadi flebitis dan terdapat jumlah perawat yang bekerja di IGD RSUD Jombang sebanyak 28 orang.
Pemasangan infus perlu diperhatikan teknik aseptik dan disenfektan sebelum penusukan kanule intra vena pada daerah sekitar penusukan dengan kapas alcohol 70% serta kesterilan alat-alat yang digunakan akan berperan penting untuk nmenghindari komplikasi peradangan vena, seperti: cuci
3
menjadi masalah yang serius sebagai predisposisi komplikasi sistemik yaitu
septicemia . Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian flebitis bakteri,
antara lain: tehnik cuci tangan yang tidak baik, tehnik aseptik yang kurang pada saat penusukan, tehnik pemasangan kateter yang buruk, pemasangan yang terlalu lama. Prinsip pemasangan terapi intravena memperhatikan prinsip sterilisasi, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena (Rizky w, 2014)
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam menjalankan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis yaitu disenfektan sebelum penusukan kanule intra vena dan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pemasangan infus, dengan masih tingginya angka kejadian flebitis yang berada diatas angka standar yang telah ditetapkan Depkes yaitu ≤ 1,5% maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan Teknik Aseptik Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis di RSUD Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang
4
1.3..2.1 Mengidentifikasi tindakan teknik aseptik pemasangan infus di RSUD Jombang.
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian flebitis di RSUD Jombang.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan serta dapat menjadi referensi dan landasan penelitian selanjutnya untuk meniliti aspek lain tentang pemasangan terapi intravena.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan bahan untuk perbaikan kualitas pelayanan keperawatan dan tindakan-tindakan keperawatan di RSUD
Jombang
1.4.2.2 Bagi Progam Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rekomendasi untuk pembelajaran akademik maupun klinik terkait standar operasional prosedur tindakan-tindakan keperawatan khususnya terapi intravena.
5
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk meneliti aspek lain tentang pemasangan terapi intravena di Rumah Sakit, sehingga dapat membuka wawasan dan ikut berperan dalam menekan angka kejadian-kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teknik Aseptik
2.1.1 Pengertian teknik aseptik Teknik aseptik adalah metode yang digunakan untuk mencegah infeksi nosokomial (James, dkk 2008). Teknik aseptik ini digunakann pada setiap prosedur dan peralatan invasive seperti kateter urin. Prosedur ini harus dilaksanakan pada tempatnya untuk meminimalkan resiko infeksi, diperkirakan 30% infeksi nosokomial dapat dicegah. Pedoman nasional di inggris untuk mencegah dan mengontrol infeksi nosokomial telah dikeluarkan pada tahun 2001.
2.1.2 Jenis teknik aseptik Ada dua jenis teknik aseptik yang digunakan dalam praktek keperawatan, yaitu aseptic medis dan aseptik bedah :
1. Aseptik medis Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme disuatu objek serta menurunkan kemungkinan penyebaran dari mikroorganisme tersebut. Aseptik medis sangat penting untuk diterapkan saat merawat individu yang rentang terhadap infeksi baik karena penyakitnya, pembedahan atau karena immunosupresi. Suatu objek dikatakan terkontaminasi bila objek tersebut menjadi tidak steril atau bersih, dalam aseptik tidur yang telah dipakai, lantai dan kasa basah yang telah dipakai. Dalam lingkungan perawatan kesehatan lingkungan, mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi nosokomial.
2. Aseptik bedah Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Setelah objek menjadi tidak steril maka objek tersebut telah terkontaminasi, misalnya alat- alat perawatan luka yang telah dipakai untuk tersentuh objek yang tidak steril. Prinsip pada aseptik bedah, suatu objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek yang tidak steril.
Teknik steril sering dilakukan dalam berbagai tindakan keperawatan diruang keperawatan, seperti dalam perawatan luka operasi (mengganti balutan).
2.2 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus
2.2.1 Pengertian SOP pemasangan infus SOP adalah pedoman tertulis yang digunakan mendorong unit kerja untuk mencapai suatu tujuan atau tata cara yang telah dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja. SOP infus adalah suatu cara atau pedoman untuk memasukkan terapi cairan melalui intravena.
Tujuan SOP pemasangan infus antara lain :
a. Petugas/ pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/ pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait.
d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
e. Untuk menghindari kesalahan, duplikasi dan inefisiensi.
2.2.3. Fungsi SOP Pemasangan Infus Fungsi SOP antara lain : a. Memperlancar tugas petugas atau unit kerja.
b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
d. Mengarahkan petugas untuk disiplindalam bekerja.
2.2.4. Kapan SOP diperlukan a. SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan.
b. SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebutsudah dilakukan dengan baik atau tidak.
c. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja. a. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan pengawasan serta menjadikan perkerjaan diselesaikan secara konsisten.
b. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.
c. SOP juga bias dipergunakan sebagai salah satu alat training dan bias digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
2.3 Konsep Dasar Flebitis
2.3.1 Pengertian Flebitis Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit di ikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3X24 jam. (Darmadi, 2008).
Flebitis merupakan peradangan pada dinding vena yang disebabkan karena iritasi kimia, bakteri maupun mekanik yang ditandai dengan nyeri, kemerahan, dan bahkan sampai timbul bengkak lokal sekitar area penusukan.
Secara sederhana flebitis didefinisikan sebagai peradangan vena, flebitis berat hampir selalu di ikuti bekuan darah atau thrombus pada vena yang sakit. (Darmawan, 2008).
2.3.2 Klasifikasi Flebitis Flebitis dibedakan berdasarkan penyebabnya ada 4 kategori
Peradangan pada tunika intima yang disebabkan oleh jenis cairan dan bahan kateter yang digunakan. Jenis larutan yang konsentrasinya atau kepekatannya tinggi seperti glucose, asam amino, dan lipid bersifat flebitogenik. Jenis larutan dikategorikan larutan isotonik, hipotonik. Larutan isotonic merupakan larutan yang osmolaritasnya antara 280-310 mOsm/L, dikatakan hipotonik apabilara larutan yang osmolaritasnya kurang dari 280-310 mOsm/L sedangkan hipertonik apabila larutan tersebut osmolaritasnya lebih dari 280-310 mOsm/L.
b. Mechanical Flebitis (flebitis mekanik) Terjadinya peradangan pada pembuluh darah vena yang disebabkan oleh tempat atau lokasi penusukan yang salah dan peggunaan ukuran kateter yang besar pada pembuluh darah vena yang kecil menimbulkan iritasi pada vena.
c. Bakkterial Flebitis (flebitis bakteri) Flebitis bakteri adalah peradangan vena yang berhubungan dengan adanya kolonisasi bakteri. Flebitis bakteri disebabkan oleh bakteri yaitu berasal dari teknik aseptik yang kurang dari keterampilan perawat dalam memasang infuse.
Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian flebitis bakteri antara lain :
1. Berasal dari teknik aseptik yang kurang dari keterampilan
(Malach et al, 2006 dalam Higginson R, 2011). Menurut Darmawan (2008), penyebab terjadinya flebitis yaitu : a. Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan.
b. Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi, dan lama kanule c. Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup usia, jenis kelamin dan kondisi dasar.
Cuci tangan merupakan hal yang penting untuk mencegah kontaminasi dari petugas kesehatan dalam tindakan pemasangan infus. Dalam kewaspadaan universal petugas kesehatan yang melakukan tindakan invasive harus memakai sarung tangan.
Meskipun telah memakai sarung tangan, teknik cuci tangan yang baik harus tetap dilakukan dikarenakan adanya kemungkinan saring tangan robek, dan bakteri mudah berkembang baik dilingkungan sarung tangan yang basah dan hangat, terutama sarung tangan yang robek.
d. Post Infus Flebitis Terjadinya peradangan pembuluh darah vena yang disebabkan karena adanya pemasangan infus. Peradangan ini muncul 48-96 jam setelah pemasangan infus. Faktor yang berperan dengan kejadian flebitis post infus antara lain: 1. Teknik pemasangan kateter yang kurang baik.
4. Pemberian cairan yang hipertonik atau terlalu asam.
2.3.3 Pencegahan Flebitis Flebitis sering terjadi pada pemberian terapi cairan dan pemberian obat melalui intravena. Pengetahuan merupakan faktor penting untuk mencegah dan mengatasi kejadian flebitis. Ada banyak hal yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya flebitis antara lain :
a. Mencegah flebitis bakterial Tindakan pencegahan pada flebitis ini adalah dengan mencuci tangan, teknik aseptik, perawatan pada daerah yang terpasang infuse serta anti sepsis kulit. Antisepsis bias menggunakan chlorhexadine 2%, yodium dan alcohol 70% b. Waspada dan tindakan aseptik
Prinsip aseptik dalam setiap melaksanakan tindakan pemasangan infus merupakan cara untuk mencegah terjadinya flebitis. Pada tempat pengambilan sampel darah dan stopcock (persambungan kateter dengan selang infus) tempat masuknya bakteri.
c. Rotasi kateter Mengganti tempat rotasi kateter merupakan salah satu cara mengurangi terjadinya flebitis. Apabila tidak ada kontra indikasi penggantian kanul kateter lebih dari 72 jam bila lebih dari 72-96 jam maka berisiko terjadi infeksi salah satunya adalah flebitis.
Teknik ini merupakan bagian dari penggunaan balutan yang transparan sehingga mudah untuk di observasi bila terjadi pembengkakan dan kemerahan pada daerah lokasi pemasangan infus.
e. Kecepatan pemberian cairan Tingkat resiko flebitis ini kecil apabila lambatnya cairan infus hipertonik yang masuk mengaliri pembuluh darah vena dan penggunaan ukuran kateter yang sesuai dengan ukuran vena. Semakin tingkat osmolaritasnya tinggi dan laju kecepatan cairan yang masuk resiko terjadinya iritasi pada pembuluh darah vena semakin besar maka dianjurkan dalam memberikan terapi cairan benar-benar memperhitungkan hitungan tetesan cairan yang sesuai dengan kebutuhan.
f. Titrable acidity Titrable acidity adalah mengukur jumlah alkali untuk menetralkan Ph pada larutan infus, seperti larutan glucose 10% mengandung ph 4,0 yang tidak menyebabkan perubahan titrable aciditynya rendah 0,16 mEq/L maka makin rendah titrable acidity larutan infus makin rendah resiko terjadinya flebitis.
g. Heparin dan hidrokortison Heparin merupakan cairan yang dapat menambah lama waktu pemasangan kateter. Pemberian larutan seperti kalium clorida, mengandung lipid dapat membentuk endapan kalsium sehingga terjadi penyumbatan pada kateter, penyumbatan kateter dalam jangka waktu yang lama menimbulkan resiko terjadinya flebitis.
2.3.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Flebitis
a. Faktor Internal 1) Usia
Pertahanan terhadap infeksi dapat berubah sesuai usia, adanya hubungan usia dengan kejadian flebitis semakin tua usia pasien maka semakin tinggi kejadian flebitis disebabkan kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme semakin rendah.
Pada usia lanjut (>60 tahun) vena menjadi rapuh, tidak elastis dan mudah hilang (kolaps) sedangkan pasien pada usia antara 49-59 tidak terjadi flebitis dikarenakan pada usia ini pasien lebih kooperatif. Pada pasien anak-anak dengan vena kecil dan banyak bergerak dapat mengakibatkan kateter bergeser hal ini yang bisa menyebabkan flebitis.
2) Status gizi Status gizi pasien mempunyai peranan penting, pasien yang memiliki kerentanan terhadap gizi buruk daya tahan tubuhnya rendah menimbulkan vena tipis dan mudah rapuh sehingga terjadi perlukaan akan mudah terkena infeksi.
Massa Tubuh adalah : Berat Badan (dalam Kg) / Tinggi Badan
2 (dalam m ).
Kriteria penilaian :
1. Obesitas tipe 1 (25 s/d <30)
2. Obesitas tipe 2 (>=30)
3. Normal (18,5 s/d <23)
4. Underweight (<18,5)
5. Overweight (23 s/d <25) 3) Stress
Respon tubuh terhadap stress dapat mempengaruhi adaptasi imunitas tubuh. Kecemasan dan ketakutan akan nyeri terhadap pengobatan yang mendalam cenderung akan menghindari dari perawatan medis. Dengan menurunnya imun tubuh saat dipasang infus berisiko terjadi flebitis. 4) Keadaan vena
Vena yang sering terpasang infus dan lama pemasangan berisiko terjadadi flebitis, terutama pada vena metacarpal karena pada vena ini tipis dan kecil apabila dimasukkan kateter yang tidak sesuai dengan ukuran vena maka berisiko terjadi pecahnya pembuluh darah (flebitis). 5) Faktor penyakit
Penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi terjadinya perifer berkurang sehingga jika terdapat luka mudah mengalami infeksi.
6) Jenis kelamin Adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian flebitis, sebagian besar pasien yang mengalami flebitis adalah laki-laki dibandingkan perempuan. Hormone androgen pada laki-laki akan merangsang kelenjar minyak yang berlebihan sehingga dapat merangsang pertumbuhan bakteri, bakteri akan tumbuh disekitar tempat pemasangan infus dan akan menyebabkan pasien terinfeksi sehingga terjadi flebitis. 7) Kepatuhan pasien
Ketaatan dan kooperatifnya pasien dalam melaksanakan pengobatan merupakan modal utama untuk proses penyembuhan misalnya kepatuhan dalam pemasangan infus apabila pasien dalam penusukan jarum kateter kepembuluh darah vena tidak tegang akan menurunkan terjadinya pecahnya pembuluh darah vena.
b. Faktor Eksternal
1. Jenis cairan (faktor kimiawi) Tingkat keasaman (ph) dan osmolaritas cairan infus yang pekat sering terjadi flebitis dari 19 pasien yang mendapat terapi intravena cairan isotonic yang mengalami flebitis kategori ringan sebanyak 10 orang dan pasien yang mendapat cairan hipertonik dengan serum darah sehingga risiko flebitisnya kecil.
2. Lokasi pemasangan (faktor mekanis) Lokasi pemasangan infus yang berisiko terjadi flebitis adalah di vena metacarpal karena tempat pemasanga infus yang sering digunakan adalah di vena superficial yang terletak di dalam subcutan. 19 pasien yang dipasang infus di vena metacarpal 16 pasien mengalami flebitis hal ini menunjukkan bahwa pemilihan lokasi vena merupakan hal penting dalam melakukan pemasangan infus.
3. Aseptik dressing (faktor bakterial) Teknik aseptik dressing merupakan salah satu cara untuk terhindar dari flebitis bakterial. Tempat penusukan pemasangan infus merupakan jalan masuknya kuman sehingga kuman berpotensi masuk kedalam tubuh dengan melakukan perawatan infus 24 jam dapat memutus perkembangbiakan kuman.
2.4 Penelitian Yang Relevan
Berbagai penelitian tentang hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis telah banyak dilakukan diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Qomari 2017 berjudul hubungan pelaksanaan teknik aseptik dalam pemasangan infus dengan kejadian flebitis Di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT. Rolas Nusantara Medika
probability sampling . Pengambilan sample yang digunakan yaitu
menggunakan teknik purposif sampling dengan jumlah sample 35 pasien penelitian ini dilakukan di IGD Rumah Sakit Umum Kaliwates PT. Rolas Nusantara Medika Jember. Hasil penelitian pelaksanaan teknik aseptik dalam pemasangan infus di Rumah Sakit Kaliwates PT. Rolas Nusantara Medika Jember didapatkan data bahwa perawat yang melakukan teknik aseptik sebesar 5,7 % dan yang tidak melakukan sebesar 94,3% pasien yang mengalami plebitis selama dipasang infus dalam jangka waktu 3 hari observasi diruang perawatan B dan irna 3 Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas Nusantara Medika Jember yaitu sebanyak 13 orang (37,1%) sedangkan pasien yang tidak mengalami flebitis yaitu sebanyak 22 orang (62,9%). Hasil analisis statistik
Spearman’s Rho didapatkan nilai p value =
0,276, sehingga Ha ditolak jika p value (0,276) > (0,5). Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pelaksansan teknik aseptik dalam pemasangan infus dengan kejadian flebitis di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT. Rolas Nusantara Medika Jember. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan referensi bagi rumah sakit terkait pelaksanaan teknik aseptik dalam pemasangan infus yang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian flebitis dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian flebitis diantaranya dalah : umur, status nutrisi, stres, keadaan vena dan faktor penyakit. perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo dengan jenis penelitian ini yaitu analitik korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variabel dengan pendekatan cohort. Pada penelitian ini populasinya semua pasien Di Puskesmas Krian Sidoarjo. Instrumen yang digunakan daalm pengumpulan data hubungan perawat infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo adalah berupa lembar observasi. untuk menentukan hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus diklarifikasikan dalam 2 atau lebih maka digunakan teknik korelasi, uji korelasi yaitu spear man’s rho. Dengan alpa
0,05 dan tingkat kepercayaan 95% signifikasi atau bermakna, apabila p value <0,05 seluruh pengelolaan data diolah dengan sistem komputerisasi dengan bantuan softwere spss. Dari hasil uji spearman’s rho diatas diperoleh nilai sig. (2-tailet) atau p value 0,000 (karna p value < 0,05) maka H0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya “ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo
“nilai koofisien korelasi spearman sebesar 0,9002" yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012)
Kerangka konsep penelitian dijelaskan seperti gambar 3.1, sebagai berikut :
Tidak menjalankan tindakan teknik
Jenis teknik aseptik
aseptik
Tindakan
- Aseptik medis
Teknik Aseptik
- Aseptik bedah
- Menjalankan tindakan teknik aseptik
faktor-faktor kejadian flebitis 1. faktor internal
- usia
- status gizi
Tidak terjadi
- stress
flebitis
- keadaan vena
- faktor penyakit
Flebitis
Kejadian
- jenis kelamin
- kepatuhan pasien
Terjadi flebitis 2. faktor eksternal
- jenis cairan
- lokasi pemasangan
- aseptik dressing
Keterangan : : Diteliti : Hubungan
Hipotesis Penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan di buktikan dalam penelitian tersebut (Nototmodjo, 2005) H
1 : Ada hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan
kejadian flebitis Di RSUD Jombang.METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian dengan judul Hubungan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis Di RSUD Jombang. Dan pada bab ini akan di uraikan tentang rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel dan sampling, jalannya penelitian (kerangka kerja), identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa data, etika penelitian.
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validiti suatu hasil (Nursalam,2013).
Penelitan yang digunakan adalah desain penelitian Analitik Korelasi dengan pendekatan cohort. Analitik Korelasi adalah cara untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan variabel. Pendekatan cohort atau sering disebut penelitian propektif yang merupakan suatu penelitin yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau propektif. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari di identifikasikan terlebih dahulu, kemuadian diikuti ke depan secara propektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indicator status kesehatan (Notoadmodjo, 2012).