BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1. Pengertian Obesitas - Wiji Saputri BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1. Pengertian Obesitas Menurut Galih (2012) obesitas merupakan keadaan patologis karena

  penimbunan lemak berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Penderita obesitas adalah seseorang yang timbunan lemak bawah kulit terlalu banyak. Obesitas dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Perbandingan normal antara lemak tubuh dan berat badan adalah sekitar 12-35% pada wanita dan pada pria 18-23%. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes militus, penyakit jantung koroner dan hipertensi. Nuri Rahmawati (2009) Obesitas berhubungan dengan pola makan, terutama makan makanan yang mengandung tinggi kalori, tinggi garam, dan rendah serat. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor demografi, faktor sosio kultur, faktor biologi dan faktor keturunan. Menurut dietz anak yang beresiko menderita obesitas sebesar 80% jika kedua orangtuanya mengalami obesitas.

  Sedangkan anak akan beresiko menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orangnya mengalami obesitas.

  10 Para ahli menetapkan angka indeks masa tubuh (BMI/Body Mas

  

Indeks ). BMI untuk mengukur lemak tubuh berdasarkan pembagian berat

  2

  badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan meter (kg/ m ). Para ahli sedang memikirkan klasifikasi BMI tersendiri untuk orang Asia , misalnya di Singapura orang dengan BMI 27-28 mempunyai lemak tubuh yang sama dengan BMI 30 pada orang kulit putih. Di India peningkatan BMI 22 menjadi 24, meningkat kejadian diabetes melitus 2 kali lipat. Dan bila menjadi 28, kejadian diabetes meningkat 3 kali lipat (Faisal Yatim, 2005)

  Salah satu cara mengetahu obesitas atau tidaknya seseorang dapat dihitung dengan rumus Body Mas Indeks yaitu : Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dicocokan dengan kurva BMI. Interprestasinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik.Table 2.1 kriteria obesitas

  2 Klasifikasi

  IMT (kg/m ) Sangat kurus <17 Kurus 17,0-18,5 Normal 18,5-24,9 Gemuk 25,0-29,9 Obesitas I Ringam 30,0-34,9 Obesitas II Sedang 35,00-39,9 Obesitas III Berat >40

  Sumber WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pasific Perspestive:Redefinig Obesity and its Treatment (2006).

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Obesitas

  Pada dasarnya obesitas terjadi karena energi yang didapat lewat makanan melebihi energi yang dikeluarkan anak. Ketidakseimbangan ini didapat dari berlebihnya energi yang diperoleh atau berkurangnya energi yang dikeluarkan untuk metabolisme tubuh, thermolegulasi, dan aktivitas fisik (Galih, 2012).

  Menurut Galih (2012) ada tiga penyebab obesitas, antara lain disebabkan oleh : a. Faktor Faktor Fisiologis Faktor-faktor fisiologis dapat herediter maupun nonherediter.

  Variabel yang bersifat herediter (internal faktor) merupakan variabel yang berasal dari faktor keturunan. Sedangkan faktor yang bersifat nonherediter (eksternal faktor) merupakan faktor yang berasal dari luar individu, misalnya jenis makanan yang dikonsumsi dan taraf kegiatan yang dilakukan individu.

  b. Faktor Psikologis Sebab-sebab psikologis terjadinya kegemukan ialah bagaimana gambaran kondisi emosional yang tidak stabil yang menyebabkan kecenderungan seorang individu untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolestrol tinggi. Kondisi ini biasanya bersifat ekstrim, artinya menimbulkan gejolak emosional yang sangat dahsyat dan bersifat traumatis. c. Faktor Kecelakaan atau Cidera Otak Salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas adalah kecelakaan yang menyebaban cidera otak terutama pada pusat pengaturan rasa lapar. Kerusakan syaraf otak ini menyebabkan individu tidak pernah merasa kenyang, walaupun telah makan makanan yang banyak, dan akibatnya badan individu menjadi gemuk.

3. Resiko Penderita Obesitas

  Menurut Pingkan Palilingan (2010), banyak sekali resiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada anak dan remaja yang mengalami obesitas. Anak dengan obesitas akan mengalami masalah dengan sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yaitu hipertensi dan displidemia (kelainan pada kolesterol). Bisa juga mengalami gangguan fungsi hati dimana terjadi peningkatan SGOT dan SGPT serta hati yang membesar. Bisa juga terbentuk batu empedu dan penyakit kencing manis (diabetes militus). Pada sistem pernafasan dapat terjadi gangguan fungsi paru, mengorok saat tidur dan sering mengalami tersumbatnya jalan nafas

  (obstructive sleep apnea).

  Obesitas juga bisa mempengaruhi kesehatan kulit dimana dapat terjadi striae atau garis-garis putih terutama dibagian perut (white/purple . Selain itu, gangguan psikologis dapat terjadi dengan anak atau

  stripes)

  remaja yang mengalami obesitas. Badan yang terlalu gemuk sering membuat anak diejek oleh teman-temanya. Sehingga memiliki dampak yang kurang baik pada perkembangan psikologis anak (Pingkan Palilingan, 2010).

  Selain masalah kosmetik, kegemukan merupakan masalah kesehatan yang sangat serius. Di Amerika 300.000 kematian pertahun disebabkan oleh karena faktor kegemukan. Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa penyakit kronis yang sangat serius seperti : a. Resistensi Insulin

  Insulin dalam tubuh berguna untuk menghantarkan glukosa sebagai bahan bakar pembentukan energi kedalam sel maka insulin akan menjaga kadar gula tingkat yang normal. Pada orang gemuk terjadi penumpukan lemak yang tinggi didalam tubuhnya, sementara lemak masih resisten terhadap insulin. Sehingga untuk menghantarkan glukosa kedalam sel lemak dan menjaga kadar gula darah tetap normal, pankreas sebagai pabrik insulin dibagian pulau-pulau langerhans, memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak. Lama kelamaan, pankreas tidak sanggup lagi memproduksi insulin dalam jumlah besar sehingga kadar gula darah berangsur naik dan terjadilah apa yang disebut Diabetes Melitus tipe 2.

  b. Tekanan darah tinggi Hipertensi sangat umum terjadi pada orang gemuk. Para peneliti di Norwegia menyebutkan bahwa peningkatan tekanan darah pada perempuan gemuk lebih mudah terjadi jika dibndingkan dengan laki- laki gemuk. Peningkatan tekanan darah juga mudah terjadi pada orang gemuk tipe apel (central obesity konsentrasi pada lemak perut) bila dibandingkan dengan mereka yang gemuk tipe buah pear (konsentrasi lemak ada pinggul dan paha).

  c. Serangan jantung Penelitian terakhir menunjukan bahwa resiko terkena penyakit jantung koroner pada orang gemuk tiga sampai empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang normal. Setiap peningkatan 1 kilogram berat badan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner sebanyak 1% .

4. Cara Mengatasi Obesitas

  Penanganan obesitas pada anak dan remaja ditujukan untuk mencapai berat badan yang ideal dan pengurangan BMI secara aman dan efektif serta mampu mencegah komplikasi jangka panjang akibat obesitas seperti hipertensi, diabetes militus, dan penyakit kardiovaskuler. Karena demikian kompleksnya permasalaha obesitas ini maka perlu ditangani bersama antara dokter anak, psikologi, ahli gizidan tentu saja orangtua.

  Oleh karena anak sedang dalam masa pertumbuhan maka menurunkan berat badan anak harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar tidak menganggu pertumbuhanya. Menurut Rahmatika (2008) bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas, antara lain: a. Non Farmakologi 1) Olahraga

  Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik, yaitu olahraga yang menggunakan oksigen dalam sistem pembentukan energinya. Atau dengan kata lain olahraga yang tidak terlalu berat namun dalam waktu lebih dari 15menit. Contohnya olahraga yang dianjurkan antara lain berjalan selama 20-30 menit setiap harinya, berenang, bersepeda, jogging.

  2) Diet Karena diet berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi dalam keluarga sehari-hari maka partisipasi seluruh anggota keluarga untuk ikut mengubah pola makanan akan sangat bermanfaat. Kurangi konsumsi makanan cepat saji dan banyak mngandung lemak terutama asam lemak tak jenuh dan mengurangi makanan yang manis-manis. 3) Terapi Psikologis

  Hal ini terutama ditujukan jika penyebab obesitas adalah masalah psikologis seperti perceraian orangtua, ketidak harmonisan dalam keluarga maupun rendahnya tingkat percaya diri anak. Selain itu kegemukan juga menyebabkan anak menjadi minder dan cenderung mengasingkan diri dari teman sebayanya.

  4) Operasi Penanganan obesitas dengan cara operasi dilakukan apabila keadaan penderita sudah tidak mungkin lagi untuk diberikan cara- cara lain seperti olahraga dan diet. Cara ini dilakukan juga dengan alasan untuk mendapatkan tubuh yang ideal dengan cara yang cepat.

  Operasi ini dilakukan dengan cara mengangkat jaringan lemak bawah kulit yang berlebihan pada penderita.

  b. Farmakologi 1) Orlistat menginduksi penurunan berat badan dengan cara menurunkan absopsi lemak dan mengembangkan profil lipid, control glukosa dan metabolit yang lain. Nyeri perut atau colic, flatulence,

  fecal urgency, banyak terjadi pada 80% individu dari ringan sampai

  berat. Dan berkembang setelah 1-2 tahun terapi. Orlistat bereinteraksi dengan absorbsi vitamin larut lemak dan siklosporine.

  2) Sibutramin lebih efektif dari pada placebo tetapi pasien akan berkurang berat badanya setelah 6bulan terapi. Mulut kering, anorexia, insomnia, konstipasi mulai timbul 3kali lebih sering dari pada placebo. Sibutramine tidak digunakan pada pasien dengan stroke. 3) Dietilpropion (25mg sebelum makan atau 75mg pada sediaan lepas lambat setiap pagi) lebih efektif daripada placebo dapat mengurani berat badan dengan cepat. Adalah salah satu surpresan noradrenergic yang aman dan dapat digunakan pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang atau angina tapi tidak dapat digunakan ada pasien hipertensi berat atau penyakit kardiovaskuler yang signifikan (Dipiro, 2005) 5.

   Beberapa Opsi Untuk Mengatasi Obesitas, Berikut Penjelasanya

  a. Kurangi makanan yang mengandung lemak dan minyak Kita tahu makanan seperti ini sangat banyak menghasilkan lemak dalam tubuh. Banyak makanan yang mengandung jenis ini seperti lemak hewan (sapi, lembu, dan kambing), makanan gorengan, dan macam makanan yang diolah dengan menggunakan minyak. Dan kalau hewan ditemukan dalam bentuk hidangan sup dan sejenisnya.

  b. Perbanyak Olahraga Olahraga menjadi bagian penting bagi tubuh karena dengan olahraga tubuh akan mengubah lemak menjadi karbohidrat yang dijadikan sangat sumber energi untuk beraktivitas, semakin banyak beraktivitas maka semakin banyak lemak yang akan dibakar menjadi energi. Maka dari itu olahraga memang sangat baik untuk membakar lemak dalam tubuh sehingga membuat tubuh menjadi lebih sehat dan bugar.

  c. Kurangi porsi makan Banyak makan sedikit gerak inilah menjadi salah satu efek kegemukan. Ada kalanya kita makan sesuai porsi dan kegiatan kita sehari-harinya. Jangan mengkonsumsi nasi terlalu berlebihan jika kita tidak melakukan aktivitas berat. Karena ini biasanya tidak seimbang antara makanan yang dimakan dengan pergerakan aktivitas yang dilakukan. Makanlah makanan yang seimbang sesuai dengn aktivitas sehari-hari.

  d. Kurangi Mengemil Makanan Mengemil artinya terlalu banyak mengkonsumsi makanan ringan, seperti makanan instan, contohnya : kerupuk, cokelat biskuit, minum es, dan lain-lain (Dewi Nur, 2013) B.

   Percaya Diri 1. Definisi Percaya Diri

  Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Anita Lie (2003) menjelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu faktor seseorang untuk dapat mempertimbangkan dan membuat keputusan tertentu sendiri. Santrock (2003) mendefinisikan kepercayaan diri merupakan sebuah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri seseorang sehingga seseorang dapat melihat gambaran positif dari diri mereka. Percaya diri juga dapat disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Hal ini diperkuat oleh Anita Lie (2003) yang menjelaskan bahwa percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah.

  Dengan kepercayaan diri seseorang akan merasa lebih berharga dan mempunyai kemampuan untuk menjalani kehidupan.

  Dari pendapat yang ada diatas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu aspek kepribadian yang dimiliki oleh seseorang berupa keyakinan dan kemampuan diri, kemandirian dan mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya. Individu yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi akan mudah untuk masuk kedalam lingkungan tertentu sedangkan individu yang kurang memiliki rasa percaya diri akan sulit untuk masuk pada lingkungan pergaulan.

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

  Sukria berpendapat bahwa orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi akan mampu bergaul secara fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, bersikap positif, tidak mudah terpenaruh dengan orang lain dalam bertindak dan mampu menentukan langkah-langkah pasti dalam kehidupanya. M. Nur Ghufron (2011) juga menyatakan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri yang positif adalah orang yang memiliki : 1) Keyakinan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya mencakup segala potensi dalam dirinya, ia mampu secara sungguh- sungguh akan apa yang akan dilakukanya. 2) Optimis yaitu sikap optimis yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuanya.

  Menurut Marwati (2009) ada beberapa aspek kepercayaan diri yang dapat diungkapkan : 1) Mandiri, adalah sikap tidak tergantung pada orang lain dan merasa tidak perlu dukungan dari oranglain dalam melakukan sesuatu. 2) tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, dapat mengerti kesukaran yang ada pada diri sendiri dan dapat menerima pendapat dari orang lain.

  Dari beberapa pemaparan para ahli dapat disimpulkan bahwa kepercyaan diri dapat memiliki beberapa aspek yaitu : yakin akan kemampuan diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat, mandiri, mampu bergaul secara fleksibel, dan mampu mengambil langkah pasti dalam kehidupanya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perkembangan Kepercayaan Diri

  Rasa percaya diri merupakan pengalaman masa kanak-kanak hingga dewasa, terutama sebagai akibat dari hubungan dengan oranglain. Para ahli kepercayaan ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri diperoleh melalui proses yang berlangsung sejak usia dini. Adapun fakor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, yang antara lain disebutkan oleh Santrock (2003)

  a. Faktor Internal 1) Konsep Diri

  Terbentuknya kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri. Konsep diri merupakan evaluasi terhadap sesuatu yang sangat spesifik dari diri kita. Pada dasarnya apabila seserang sudah memiliki konsep diri yang baik, maka orang tersebut juga kaan memiliki kepercayaan yang tinggi. a) Citra Tubuh Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2010) citra tubuh adalah ide seseorang mengenai penampilanya dihadapan orang

  (bagi) oranglain. Feldman (2010) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Dacey & Kenny (2009) menyatakan bahwa citra tubuh adalah keyakinan seseorang akan penampilan mereka dihadapan oranglain.

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah penampilan seseorang terhadap dirinya untuk dihadapkan atau ditujukan kepada oranglain. Citra tubuh juga menggambarkan bagaimana seseorang dapat memandang dirinya secara positif dan negatif.

  b) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh (1) Jenis kelamin

  Chase (2009) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang. Deacy dan Kenny (2009) juga sependapat bahwa jenis kelamin mmpengaruhi citra tubuh. Beerapa penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh dibandingkan pria.

  Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri didepan teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasanganya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia masa yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan (Anderson, 2008)

  (2) Usia Pada tahun perkembangan remaja, citra tubuh menjadi penting (Papalia & Olds, 2008). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan. Umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri daripada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2008)

  (3) Media Massa Tinggeman (2009) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tinggeman (2009) juga menyatakan media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalambudaya sosial.

  Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standar kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus dalam hal itu berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot. (4) Keluarga

  Menurut teori social leraning, orangtua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambarantubuh anak anaknya melalui

  

modeling, feedback, dan intruksi. Fisher dan Strack (2007)

  menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua sama seperti harapan anggota keluarga lain yait tidak cacat tubuh.

  (5) Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan oranglalin dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilanya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen (2010) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetensi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (2009) menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana oranglain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi oranglain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat dirinya.

  Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenal tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (Chase, 2009)

  (6) Dimensi Citra Tubuh Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai citra tubuh pada umumnya menggunakan

  

Multidimensional Body Self Relation Questionnaire

Appearance Scales ( MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh

  Cash. Pengukuran gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan diemnsi-dimensi pada alat ukur yang dikemukakan oleh Cash (2009) mengemukakan adanya citra tubuh, yaitu :

  (a) Apparance Evaluation (orientasi penampilan), yaitu

  mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.

  (b) Apparance Orientation (orientasi Penampilan), yaitu

  perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

  (c) Body Area Satisfaction (kepuasaan terhadap bagian tubuh),

  yaitu mengukur kepuasan ndividu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tibuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan).

  (d) Overwight Preocupation (kecemasan menjadi gemuk), yaitu

  mengukur kecemasan terhdap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untu menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

  (e) Self-Classified Weight (pengkategorian ukuran tubuh), yaitu

  mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badanya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

  2) Kondisi fisik Kondisi fisik merupakan keadaan yang tampak secara langsung dan melekat pada diri individu. Kepercayaan diri seseorang berawal dari pengenalan diri secara fisik, bagaimana menilai, menerima atau menolak gambaran dirinya. Individu yang merasa puas dengan kondisi fisiknya cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi fisik berkorelasi sangat kuat dengan kepercayaan diri.

  3) Pengalaman Pengalaman merupakan suatu hal yang pernah dialami oleh seseorang individu dan dapat berpengaruh pada kehidupan selanjutnya. Contoh dari pengalaman itu sendiri yaitu pengalaman masa kecil, kejadian-kejadian masa kecil serta dukungan dari lingkungan, rumah juga dapat mempengarui perkembangan kepercayaan diri. Dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada masa lampau, seseorang remaja akan terus mencoba mengevaluasi diri mereka sehingga terjadi persetujuan dalam diri mereka dan dapat meningkatkan rasa percaya diri. 4) Pendidikan

  Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang, tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada dalam kuasa orang lain yang lebih pintar darinya. Sebaliknya orang-orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan tinggi yang lebih karena mereka tahu tugas- tugas apa yang penting untuk mencapai tujuannya. Konsep ini hampir sama dengan apa yang disebutkan Bandura mengenai kualitas diri yang merupakan keyakinan individu untuk dapat menguasai situasi tertentu dan menghasilkan sesuatu yang positif. b. Faktor Eksternal 1) Orang tua

  Penilaian dan harapan orangtua berikan akan menjadi penilaian individu dalam memandang dirinya. Jika individu tidak dapat memenuhi sebagian besar harapan dan jika keberhasilanya tidak diakui oleh oranglain maka akan memunculkan rasa tidak mampu dan rendah diri. Keharmonisan serta partisipasi anak dalam aktivitas keluarga juga mempengaruhi tingkat percaya diri seseorang.

  2) Sekolah Sekolah merupakan tempat panutan anak selain dalam keluarga. Siswa yang banyak dihukum dan ditegur cenderung lebih sulit untuk mengembangkan rasa percaya diri dibandingkan dengan siswa yang dipuji dan mendapatkan penghargaan karena prestasinya.

  Selain itu dukungan teman sekelas juga mempengaruhi kuat terhadap perkembangan percaya diri remaja.

  3) Teman sebaya Pengakuan dengan teman-teman akan menentukan pembentukan gambaran diri seseorang. Apabila individu merasa diterima, disenangi, dihormati oleh temanya, maka akan cenderung merasa percaya diri dan merasa terpacu untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Penerimaan dari lingkungan sosial tentu saja akan membangkitkan suatu konsep diri yang kuat untuk menghadapi lingkungan sosialnya. Disisi lain, penolakan dari lingkungan sosial akan memberikan suatu konsep diri yang negatif dalam diri individu sehingga muncul perasaan cemas dan tidak percaya diri untuk melangkah.

4. Ciri-ciri Individu yang Percaya Diri

  Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Ciri-ciri perilaku yang mncerminkan percaya diri menurut Anita Lie (2003) adalah : a. Yakin kepada diri sendiri yaitu seseorang yang percaya diri akan memahami kemampuan yang dimiliki dan mengetahui apa yang dilakukan.

  b. Tidak bergantung pada orang lain yaitu orang yang percaya akan bersikap mandiri dan berusaha mengerjakan sesuatu hal dengan kemampuan dirinya sendiri.

  c. Merasa diri berharga yaitu orang yang percaya diri memiliki self esteem yang positif sehingga dari harga diri yang positif akan selalu diharapkan oleh orang lain.

  d. Tidak ragu-ragu yaitu orang yang percaya diri akan selalu melaksanakan pekerjaan tanpa ragu-ragu.

  e. Tidak menyombongkan diri, dengan kemampuan yang dimiliki seseorang yang dimiliki seseorang yang percaya diri tidak lantas menyombongkan diri kepada orang lain. f. Memiliki keberanian untuk bertindak yaitu seseorang yang percaya diri akan selalu merasa berani dalam melakukan suatu tindakan.

  Lautser (2004) juga menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri, sebagai berikut : a. Tidak mementingkan diri sendiri

  b. Tidak membutuhkan dukungan orang lain secara berlebihan

  c. Bersikap optimis dan gembira

  d. Tidak merisaukan diri untuk memperkesan yang menyenangkan dimata orang lain.

  e. Yakin akan kemampuan diri Dari pendapat-pendapat tersebut memiliki kesamaan dalam memandang individu yang memiliki kepercayaan diri diantaranya adalah optimis, memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, mandiri, berpikir positif, bangga dan puas dengan dirinya sendiri, mudah beradaptasi dan mampu mengembangkan motivasi.

5. Ciri-ciri Individu yang Tidak Percaya Diri

  Setiap individu berbeda antara satu dengan yang lain, masing-masing memiliki ciri yang khas pada dirinya, dari perbedaan itu dapat diketahui bahwa ada individu yang memiliki kepercayaan diri. Berikut ini merupakan ciri-ciri individu yang kurang percaya diri menurut Dery Iswidharmanjaya (2004) adalah :

  a. Tidak bisa menunjukkan kemampuan diri

  b. Kurang berprestasi dalam studi c. Tidak berani mengungkapkan ide-ide

  d. Membuang-buang waktu dalam mengambil keputusan

  e. Apabila gagal cenderung menyalahkan orang lain Beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri menurut Maslow dalam (Iswidharmanjaya & Agung, 2004: 13) gambaran mengenai orang yang kurang percaya diri antara lain pesimis, ragu-ragu dalam menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan membandingkan diri dengan orang lain.

  Berdasarkan pemaparan mengenai individu yang kurang mempunyai rasa percaya diri diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang kurang mempunyai rasa percaya diri sering menilai diri tidak mampu, sulit untuk menerima diri sendiri, pesimis, tidak mampu mengungkapkan ide-ide, membuang waktu dalam mengambil keputusan dan sering memposisikan diri sebagai terakhir sebagai imbas sering menyerah pada nasib. Seseorang yang kurang mempunyai rasa percaya diri selalu memandang kekurangan yang ada pada diri sendiri tanpa pernah menyadari kelebihan-kelebihan yang sebenarnya ada dalam dirinya.

6. Pentingnya Rasa Percaya Diri

  Kepercayaan diri yang dimiliki siswa merupakan faktor pendukung dalam usaha belajar siswa dalam mencapai prestasi. Hal ini dikemukakan Indriati (1994) yang mengutip hasil penelitian kumara yang membuktikan adanya hubungan antara keputusan diri dengan prestasi belajar. Orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi akan menghadapi setiap perubahan dengan bangga, karena dia akan merasa mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Seorang yang mempunyai rasa percaya diri akan menghadapi setiap perubahan dengan bangga, karena dia akan merasa mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi juga akan terus berusaha untuk berprestasi dengan terus mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Secara singkat Angelis (2002), menyatakan bahwa orang yang kurang percaya diri cenderung tidak menarik, kurang menunjukan kemampuan dan jarang menduduki jabatan pemimpin. Orang yang kurang percaya diri selalu saja merasa tidak puas dengan apa yang ada pada dirinya, memiliki prestasi kerja rendah dan cenderung malas dalam studi, sehingga sering mengalami kegagalan.

  M. Nur Ghufron (2011) berpendapat bahwa kepercayaan diri yang sangat berlebihan, bukanlah sifat yang positif. Pada umumnya akan menjadikan orang tersebut kurang hati-hati dan cenderung seenaknya sendiri. Hal ini menjadi sebuah tingkah laku yang menyebabkan konflik dengan orang lain. Damon dalam (Santrock, 2003) juga menjelaskan bahwa kurangnya percaya diri pada remaja hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat sementara.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri dapat membantu seseorang untuk dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri dapat membantu seseorang untuk dapat secara mudah menyesuaikan dirinya, memotivasi diri hanya akan membuatnya merasa kurang dari orang lain dan menarik diri dari pergaulan sehingga menghambat komunikasi dengan orang lain.

7. Kepercayaan diri dalam aspek perkembangan pribadi dan sosial remaja

  Masa remaja mnurut Pinonka dan Syamsu Yusuf (2004) meliputi masa remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-22 tahun) menurut Panut Panuju dan Ida Umami (2005) yang membagi batas remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun dan remaja akhir dalam rentangan 17/18 tahun sampai 21/22 tahun, Masa remaja adalah sebuah tahapan dalam kehidupan dimana seseorang berada diantara tahap kanak-kanak dengan tahapan dewasa (Kathryn geldard dan David Geldard, 2011) Harter dalam penelitianya (Santrock, 2003) menjelaskan bahwa penampilan fisik remaja berkolerasi kuat dengan rasa percaya diri secara umum dan diikuti dengan penerimaan sosial teman sebaya. Selain itu, dalam penelitianya Harter juga menemukan adanya hubungan yang kuat antara penampilan diri dengan harga diri. Hubungan itu tidak hanya terjadi pada masa remaja, namun juga terjadi pada masa kanak-kanak sampai usia dewasa pertengahan.

  Beberapa ahli meyakini bahwa remaja sering menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka dibandingkan dengan anak-anak. Remaja menjadi instropektif dengan dirinya. Ketika mengevaluasi dirinya remaja cenderung lebih tidak mengakui bahwa dirinya banyak menggunakan perbandingan sosial, karena itu membahayakan popularitas diri mereka (Santrock, 2003). Dalam perkembanganya, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya, sehingga dalam melakukan evaluasi diri, remaja akan lebih banyak meminta pendapat dari teman dan menjadikan teman sebagai pembanding dalam pemahaman diri remaja. Lingkungan sosial juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan kepercayaan diri individu. Lingkungan osial adalah orang-orang yang berada disekitar kehidupan individu, misal teman sebaya. Penerimaan dari lingkungan sosial tentu saja akan membangkitkan suatu konsep diri yang positif dalam diri individu sehingga membentuk rasa percaya diri yang kuat untuk menghadapi lingkungan sosialnya. Disisi lain, penolakan dari lingkungan sosial akan memberikan suatu konsep diri yang negatif dalam diri individu sehingga muncul perasaan cemas dan tidak percaya diri untuk melangkah.

C. Latihan Percaya Diri 1. Definisi Latihan Percaya Diri

  Latihan percaya diri adalah setiap orang memiliki hak untuk mengungkapkan perasaanya, pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya terhadap orang lain dengan tetap menghormati dan menghargai hak-hak orang tersebut (Corey, 2009)

  Latihan percaya diri adalah suatu program belajar untuk mengajar manusia mengekspresikan perasaan dan pikiranya secara jujur dan tidak membuat orang lain menjadi terancam. (Nursalim, 2005).

  Latihan percaya diri merupakan suatu proses membantu orang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan mengucapkan kata tidak, kesulitan mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya. (Latipun, 2003)

  Pendapat tersebut di dukung oleh (Corey, 2003) yang mengungkapkan bahwa latihan percaya diri adalah salah satu tehnik yang digunakan dalam situasi intrapersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa apa yang dilakukan memang sudah selayaknya atau sudah benar. Corey juga menambahkan bahwa latihan percaya diri digunakan untuk membantu seseorang yang tidak mampu mengungkapan perasaan marah, memiliki kesopanan yang berlebihan, kesulitan mengatakan tidak dan kesulitan mengungkapkan perasaan atau ide pikiran sendiri.

  Pelaksanaan latihan percaya diri memiliki tujuan untuk meningkatkan efektivitas perilaku sehari-hari remaja atau untuk meningkatkan kualitas hidup remaja agar lebih baik. (Hetti Rahmawati, 2008) menambahkan bahwa indikator penting dalam keberhasilan latihan percaya diri adalah berkurangnya tingkat kecemasan remaja serta meningkatnya kemampuan remaja dalam mengekspresikan diri dalam berbagai situasi sosial.

  Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan percaya diri merupakan suatu proses untuk menolong seseorang agar dapat memahami tentang asertif untuk dapat mengembangkan diri sehingga mampu menyampaikan perasaan-perasaan dan keinginan yang akan disampaikan. Latihan percaya diri bertujuan untuk meningkatkan efektifitas kehidupan sosial dan untuk meningkatkan kemampuan mengekspresikan diri dalam berbagai situasi sosial yang ada.

2. Prosedur Latihan Percaya Diri

  Perilaku percaya diri bukanlah suatu yang sudah ada sejak lahir, sehingga untuk membentuk dan membiasakan seseorang mempunyai rasa percaya diri diperlukan latihan percaya diri yang ter tahap dan seharusnya dimulai sejak dini. Latihan percaya diri menekankan pada proses mempelajari respon-respon aktif pada berbagai situasi, pada dasarnya latihan percaya diri merupakan penerapan tingkah laku seseorang dan membantu individu-individu dalam mengembangkan cara berhubungan lebih langsung dalam situasi intrapersonal (Corey, 2003).

  Berikut ini dijelaskan sesi-sesi dalam latihan percaya diri :

  a. Sesi pertama Mengenal diri (menuliskan kelebihan dan kelemahan diri )

  b. Sesi Kedua Melatih kemampuan mengungkapkan pikiran atau ide dan perasaan

  c. Sesi Ketiga Melatih memahami percaya diri d. Sesi Keempat Melatih meningkatkan percaya diri 3.

   Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam latihan percaya diri

  Latihan percaya diri digunakan untuk membantu mengurangi rasa takut yang berhubungan situasi sosial dan hubungan interpersonal klien.

  Menurut Hetti (2008). Penggunaan latihan percaya diri perlu dilandasi beberapa hal yaitu : a. Saat klien memang benar-benar dalam keadaan dimana dia harus mendapatkan latihan percaya diri b. Klien mengalami kesulitan untuk merespon kejadian-kejadian yang berpengaruh langsung terhadap kehidupanya c. Klien kesulitan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap orang- orang terdekat dalam hidupnya

  Hetti (2008) menjelaskan bahwa dalam latihan percaya diri terdapat beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan yaitu : a. Terapis dan klien menentukan beberapa situasi yang memang menjadi masalah klien, masalah yang dipilih harus jelas dan detail, sehingga klien dapat memerankan seperti apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata b. Klien memerankan masing-masing melalui metode bermain peran dan terapis disini memberikan komentar terhadap tingkah laku klien saat bermain peran, terapis juga memberikan masukan untuk kemajuan klien, khususnya dalam sikap tubuh, kontak mata, nada suara dan sebagainya c. Terapis mencoba memberikan arahan kepada klien untuk menerapkan apa yang sudah dilatih dalam kehidupan nyata dengan memberikan terget perilaku sebagai tolak ukur keberhasilan

  d. Dalam pertemuan berikutnya diadakan diskusi mengenai hasil penerapan ketrampilan yang dilatih dalam kehidupan nyata.

  e. Pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas

  D.

  

Pengaruh Latihan Percaya Diri terhadap Peningkatan Percaya Diri pada

Remaja yang Mengalami Obesitas

  Dari beberapa pemaparan ahli tentang kepercayaan diri, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu aspek kepribadian yang berupa keyakinan diri akan kemampuan yang dimiliki, kemandirian dan kekuatan untuk mencapai tujuan hidupnya. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan mudah untuk masuk dan membaur dengan lingkungan sosial yang ada, sedangkan individu yang percaya diri rendah akan sulit untuk membaur dengan lingkungan sosial yang ada. Seseorang dikatakan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi apabila aspek-aspek percaya diri sudah tercapai yaitu yakin akan kemampuan diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat, mandiri, mampu bergaul secara fleksibel dan mampu mengambil langkah pasti dalam kehidupannya.

  Dalam pelaksanaan bimbingan pribadi di MAN 1 dan MAN 2 Kabupaten Banyumas, guru BK masih kurang dalam penyampaian materi tentang kepercayaan diri. Metode penyampaian layanan yang digunakan masih kurang beragam, biasanya penyampaian materi hanya dengan menggunakan tehnik ceramah dan diskusi. Padahal variasi pada pemberian layanan sangat penting untuk mengurangi kejenuhan siswa dalam penggunaan metode yang sama pada materi yang sama. Sebagai solusi untuk masalah kepercayaan diri tersebut, untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja yang mengalami obesitas maka digunakanlah metode latihan percaya diri yang merupakan prosedur terapi tingkah laku yang digunakan untuk membantu remaja dalam mengekspresikan perasaan dan menyampaikan ide- ide yang dimiliki. Latihan percaya diri diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja melalui kegiatan-kegiatan beragam dari latihan percaya diri tersebut. Jika kepercayaan diri siswa tinggi, siswa dapat lebih menunjukan kemampuan yang dimiliki dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan yang ada lebih baik lagi. Dengan demikian latihan percaya diri dapat meningkatkan percaya diri remaja yang mengalami obesitas di MAN KabupatenBanyumas .

  • – Jenis (Rahmatika, 2008) Olahraga Diet Terapi Psikologis Kurangi Porsi Makan Faktor Genetik Faktor Lingkung Faktor Psikis

  diri

  Tidak mementingkan diri sendiri Optimis Yakin akan kemampuan sendiri

  Ciri

  4. Sesi keempat meningkatkan percaya diri Remaja percaya diri

  3. Sesi ketiga melatih memahami percaya diri.

  2. Sesi Kedua melatih kemampuan mengungkapk- an pikiran atau ide .

  1. Sesi kesatu mengenal diri (menuliskan kelebihan dan kelemahan ).

  Low Self Esteem Low Self Esteem latihan percaya

  Dampak obesitas

  2. Tanda dan Gejala Obesitas

  1. Definisi Obesitas (Mayor, 2012)

  Farmakolog Non Farmakolog Jenis

   Kerangka Teori Penatalaksanaan Obesitas

  • – ciri remaja percaya diri (lautser, 2004) :

  41 E.

  41

  Gamabar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Mager, (2004), Rahmatika 2008, Lautser 2004 Pengaruh Latihan Percaya..., Wji Saputri, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

E. Kerangka Konsep

  Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka (Azwar, 2010). Keterangan konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya.

  Pada penelitian ini, kerangka konsep yang diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut :

  

Percaya Diri Remaja Intervensi Percaya Diri

Latihan Percaya

Obesitas sebelum latihan Remaja Obesitas

Diri percaya diri sesudah latihan percaya diri

Gambar 2.2 kerangka konsep F.

   Hipotesis Penelitian

  Ha : Ada pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas Ho : Tidak ada pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas.