PENGARUH KETELADANAN GURU TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS V DI MI MA’ARIF SINGOSAREN TAHUN PELAJARAN 20162017

  

PENGARUH KETELADANAN GURU TERHADAP AKHLAK

SISWA KELAS V DI MI MA’ARIF SINGOSAREN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

  SKRIPSI Oleh : NELIS ANDRIANI NIM: 210613038 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PEDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

  

ABSTRAK

Andriani, Nelis. 2017. Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Akhlak Siswa Kelas V

di MI Ma‟arif Singosaren Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan

  Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing H. Mukhlison Effendi, M.Ag.

  Kata Kunci: Keteladanan Guru, Akhlak

  Akhlak merupakan suatu kebutuhan penting bagi anak, terutama sebagai pedoman dalam menemukan identitas, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan bekal menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa anak-anak, remaja dan kehidupan selanjutnya. Secara teoritik keteladanan guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak siswa dan memberikan dampak positif dan negatif terhadap akhlak siswa. Guru adalah sosok terbaik dalam pandangan anak. Keteladanan dalam perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa ditiru dan tertanam dalam keprbadian anak. Keteladanan guru yang baik dan sesuai dengan tatanan agama, akan memberikan dampak positif begitupun sebaliknya. Jadi keteladanan guru diharapakan baik dan sesuai dengan tatanan agama agar dapat membangun akhlak siswa yang baik.

  Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui berapa persentase keteladanan guru di MI Ma’arif Singosaren, (2) untuk mengetahui berapa persentase akhlak siswa kelas V di MI Ma’arif Singosaren, (3) untuk mengetahui apakah terdapat penga ruh keteladanan guru terhadap akhlak siswa kelas V di MI Ma’arif

  Singosaren tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel seluruh siswa siswi kelas V di MI Ma’arif Singosaren yang berjumlah 20 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan rumus mean dan standar deviasi, serta rumus regresi linier sederhana.

  Dari hasil penelitian ditemukan: (1) Keteladanan guru di MI Ma’arif Singosaren termasuk dalam kategori baik sebanyak 11 responden (55%), (2) Akhlak siswa- siswi di MI Ma’arif Singosaren termasuk dalam kategori baik sebanyak 14 responden (70%), (3) Pada taraf signifikansi 5%, diketahui F hitung = 153,6890766 dan

  F tabel = 4,41 maka F hitung > F tabel maka tolak H o, dan terima Ha. Sehingga berdasarkan hasil penelitian keteladanan guru secara signifikan berpengaruh terhadap akhlak siswa kelas V tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R²), didapatkan nilai sebesar 89,51592822%, artinya keteladanan guru berpengaruh sebesar 89,51592822% terhadap akhlak siswa dan 10,48407178% sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah rehabilitasi anak didik. Dengan sengaja guru berupaya mengerahkan tenaga dan pikiran untuk

  mengeluarkan anak didik dari kebodohan. Sekolah sebagai tempat pengabdian adalah bingkai perjuangan guru dan keluhuran akal budi untuk mewariskan nilai-nilai ilahiyah dan mentransformasikan multinorma keselamatan duniawi dan ukhrawi kepada anak didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, dan mandiri, berguna bagi

  1 pembangunan bangsa dan negara di masa mendatang.

  Guru adalah sosok yang sangat diperhatikan oleh siswa, orang tua siswa, maupun masyarakat. Bagaimana penampilan hingga sikap dan perilaku guru akan menjadi sorotan terutama di mata siswa, karena setiap hari mereka selalu bertemu di sekolah. Bagi siswa yang mengidolakan seorang guru maka biasanya semua hal yang ada pada guru tersebut akan ditiru. Hal ini akan sangat berbahaya bila guru tidak mempunyai bekal kepribadian dan akhlak yang bagus. Bisa-bisa justru memicu siswa untuk berperilaku buruk karena 1 mereka mencontoh semua hal yang ada pada guru. Seperti pepatah Jawa yang

  Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka mengatakan bahwa guru singkatan dari “digugu lan ditiru”, semua yang ada pada diri guru harus bisa memberikan keteladanan bagi siswa dan

  2 masyarakat.

  Adanya pendapat yang mengatakan bahwa guru adalah sosok yang

  digugu lan ditiru memang bukan sekedar isapan jempol. Keberadaannya

  sebagai pendidik, guru kerap kali menjadi panutan dan contoh bagi anak didik dan masyarakat. Sosok guru dan profesinya melekat di mana saja mereka berada, sehingga kata “guru” selalu dipergunakan sebagai identitas, baik ketika guru tersebut melakukan aktivitas yang berkaitan dengan dunia

  3 pendidikan maupun kegiatan yang jauh dari ranah pendidikan.

  Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri tauladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan,

  4 2 yang dapat digugu dan ditiru.

  Erwin Widiasmoro, Rahasia Menjadi Guru Idola: Panduan Memaksimalkan Proses Belajar Mengajar Secara Kreatif dan Interaktif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 86. 3 Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru: Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Siswa (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), 50. 4 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di

  Dalam agama islam, bahkan sangat diistimewakan pendidikan keteladanan ini. Dengan ikonnya adalah Nabi Muhammad Saw sebagai teladan yang paling utama. Nabi Saw adalah uswah hasanah (suri tauladan yang baik). Beliau adalah salah satu tokoh yang paling berhasil dalam mendidik muridnya. Beliau sangat jarang mendidik dengan bicara, bahkan tidak pernah mendidik dengan tulisan, tetapi beliau mendidik dengan teladan.

  Mengingat keteladanan guru sangat diharapkan bagi anak didik, seorang guru harus benar-benar mampu menempatkan diri pada porsi yang benar. Porsi yang benar yang dimaksudkan bukan berarti guru harus membatasi komunikasinya dengan siswa bahkan dengan sesama guru, tetapi yang penting bagaimana seorang guru secara intensif berkomunikasi dengan warga sekolah, khususnya anak didik, serta tetap berada pada alur dan batas-batas

  5 yang jelas.

  Akhlak adalah kata serapan dari bahasa Arab, Akhlaq, yang merupakan bentuk jamak dari kata khulq atau khuluq. Kata ini digunakan dalam Al-Quran ketika Allah menyatakan keagungan budi pekerti Nabi Muhammad Saw, yaitu dalam firman-

  Nya: “Dan sesungguhnya kamu benar-

  6 benar berbudi pekerti (khuluq) yang agung”. (Qs al-Qalam: 4).

  5 Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru: Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Siswa, 50-55. 6 Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda

  Menurut Al-Ghazali dalam

  Ihya‟ „Ulumiddin: Khulq ialah sifat yang

  tertanam dalam jiwa tempat munculnya perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu. Secara umum, Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik- karakteristik tersebut membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai nilai-nilai yang cocok dengan dirinya dalam berbagai kondisi.

  Dengan demikian, sumber akhlak bagi kaum muslim adalah al-Quran dan sunnah. Memang, persoalan akhlak dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam Al-Quran dan hadis. Sumber tersebut memberikan batasan- batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Di dalamnya dijelaskan arti baik dan buruk, diberikan informasi kepada umat tentang apa yang semestinya dilakukan dan bagaimana harus bertindak, dan apa yang mesti dihindarkan dan ditinggalkan. Dengan demikian, akan mudah diketahui, apakah suatu perbuatan adalah tindakan terpuji atau tercela, dan benar atau

  7 salah.

  Pada dasarnya tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai 7 dengan ajaran islam. Disamping itu, setiap muslim yang berakhlak yang baik dapat memperoleh hal- hal seperti ridha Allah SWT, berkepribadian muslim,

  8 dan perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela.

  Keberhasilan menerapkan teori keteladanan dalam pendidikan bukan hanya diakui oleh al- Qur’an, melainkan orang-orang Baratpun turut dalam teori tersebut. Teori keteladanan diperkenalkannya melalui belajar sosial yang dikenal dengan istilah social learning theory (teori belajar sosial). Tokoh utama teori belajar sosial adalah Albert Bandura, seorang ahli psikologi di Universitas Stanford Amerika Serikat. Teori belajar sosial menekankan perlunya imitation (peniruan) terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa. Lewat pengamatan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan seorang pendidik untuk memainkan peran sebagai model atau tokoh yang menjadi contoh dan diteladani oleh anak didiknya.

  Teori keteladanan yang telah dijelaskan tersebut di atas, digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan lewat keteladanan dan peniruan yang baik kepada anak didik, agar memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan konstribusi yang sangat besar dalam pendidikan. Oleh karena itu, seorang pendidik hendaknya berperilaku teladan seperti yang dimiliki oleh Rosul. Sebab, pada diri merekalah anak didik akan mencontoh

  9 8 dan meniru apa pun yang dilakukan oleh gurunya. 9 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 211-212 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Cara yang ampuh dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik

  10 dan nyata.

  Pupuh Fathurahman dan Apip Muhammad (2006) mengatakan, pendidik itu besar di mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena murid akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya. Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendiddik kepribadian anak, keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik dan membina kepribadian anak didik, kalau pendidik berkepribadian baik ada kemungkinan anak didiknya juga berkepribadian baik, karena murid meniru gurunya.

  Sebaliknya, kalau guru berkepribadian buruk ada kemungkinan anak didiknya

  11 juga berkepribadian buruk.

  10 11 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 141 Pupuh Fathurrohman et al, Pengembangan Pendidikan Karakter (Bandung: Refika

  Guru merupakan teladan bagi peserta didiknya, bahkan semua orang yang menganggapnya sebagai guru akan meneladaninya. Guru professional memiliki kepribadian baik yang menjadi teladan bagi semua. Ia menjadi teladan dalam segala bentuk tingkah laku dan ucapannya. Hidupnya menjadi

  12

  percontohan yang membawa peserta didik ke jalan yang benar. Dari dua pendapat di atas, nampaknya perlu untuk dikonfirmasi di lapangan mengenai keteladanan guru dengan akhlak. Maka penelitian ini ingin membuktikan pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak siswa.

  Berdasarkan penjajakan awal di MI Ma’arif Singosaren tahun

  pelajaran 2016/2017, peneliti menemukan adanya sebagian besar siswa kelas V yang masih malas mengikuti shalat berjama’ah, guru harus menghampiri siswa terlebih dahulu sebelum shalat dimulai, bahkan saat di dalam masjid siswa justru ramai sendiri dengan temannya. Siswa suka keluar kelas tanpa izin, tidak sopan berbicara dengan sesama teman dan bapak ibu guru, serta suka bertengkar dan mengganggu sesama teman bahkan adik kelas mereka.

  Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

  “Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Akhlak Siswa Kelas V di MI Ma’arif Singosaren Tahun Pelajaran 2016/2017”.

12 Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru:

  B. Batasan Masalah

  Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya pendidikan dapat dilakukan secara mendalam, maka peneliti memberi pembatasan terhadap ruang lingkup masalah. Adapun masalah penelitian dibatasi pada masalah keteladanan guru dengan akhlak siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Singosaren Tahun Pelajaran 2016/2017.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini masalah yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapa persentase keteladanan guru di MI Ma’arif Singosaren tahun

  pelajaran 2016/2017? 2. Berapa persentase akhlak siswa kelas V di MI Ma’arif Singosaren tahun

  pelajaran 2016/2017? 3. Adakah pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak siswa kelas V di MI Ma’Arif Singosaren tahun pelajaran 2016/2017?

D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

  1. Untuk mengetahui berapa persentase keteladanan guru di MI Ma’arif Singosaren tahun pelajaran 2016/1017.

  2. Untuk mengetahui berapa persentase akhlak siswa kelas V di MI Ma’arif Singosaren tahun pelajaran 2016/2017.

  3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak siswa kelas V di MI Ma’Arif Singosaren tahun pelajaran 2016/2017.

E. Manfaat Penelitian

  Dalam melakukan penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.

  Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan dan menambah keilmuan dalam dunia pendidikan, khususnya tentang keteladanan guru dengan akhlak siswa.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Kepala Sekolah Dengan adanya penelitian yang dilakukan penulis diharapkan akan memberikan informasi kepada kepala sekolah dalam masalah keteladanan guru terhadap akhlak siswa kelas V, sehingga dapat menentukan kebijakan apa yang harus ditempuh guna meningkatkan perilaku atau akhlak siswa.

  b.

  Bagi Guru Bagi guru atau pengajar setidak-setidaknya akan menambah pengetahun serta memperoleh gambaran yang jelas tentang pentingnya memperhatikan keteladanan kepada siswa untuk membangun akhlakul karimah.

  c.

  Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan diharapkan akan memberikan tambahan pengetahuan dalam dunia pendidikan.

F. Sistematika Pembahasan

  Agar lebih mudah memahami pembahasan skripsi, maka penulis membagi menjadi lima bab dan masing-masing bab dibagi menjadi sub bab.

  Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah:

  Bab satu merupakan pola dasar atau tempat berpijak dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

  Bab dua diuraikan tentang landasan teori dan telaah pustaka. Dalam

  bab ini dijelaskan tentang pedoman yang digunakan untuk landasan dalam penelitian yang terdiri atas landasan teori yang meliputi: pengertian keteladanan guru, bentuk-bentuk keteladanan guru, aspek-aspek keteladanan guru, hal-hal yang perlu dilakukan guru sebagai teladan menurut MGMP dan KKG, kekurangan dan kelebihan metode keteladanan, pengertian akhlak, dasar hukum akhlak, tujuan akhlak, macam-macam akhlak, faktor-faktor pembentuk akhlak, dan manfaat akhlak mulia.

  Bab tiga membahas tentang penyajian data mengenai metode penelitian yang digunakan, yang meliputi: rancangan penelitian, populasi, sampel, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

  Bab empat berisi tentang temuan hasil penelitian, dalam bab ini membahas tentang gambaran umum MI Ma’arif Singosaren, deskripsi data keteladanan guru dan akhlak siswa kelas V di MI Ma’arif Singosaren. Analisis data (pengajuan hipotesis) keteladanan guru dan akhlak siswa kelas V di MI ma’arif Singosaren dan pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak siswa kelas V di MI Ma’arif Singosaren tahun pelajaran 2016/2017.

  Bab lima berisi penutup, merupakan bab terakhir dari semua rangkaian pembahasan dari bab pertama sampai bab lima. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keteladanan Guru a. Pengertian Istilah “teladan” dalam al-Qur’an diproyeksikan dengan kata

  uswah,

  seperti yang terdapat dalam ayat yang artinya: “Dalam diri Rasulluah itu kamu dapat menemukan teladan (uswah) yang baik”.

  Keteladanan semacam itu mesti ditampilkan oleh guru. Karena guru merupakan sosok orang yang menjadi panutan peserta didiknya.

  Setiap anak mula-mula mengagumi kedua orang tuanya. Semua tingkah laku orang tua ditiru oleh anak-anaknya. Akan tetapi, setelah anak itu sekolah, maka ia mulai meneladani atau meniru apapun yang dilakukan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru perlu memberikan keteladanan yang baik (uswah hasanah) kepada para peserta didiknya, agar dalam proses penanaman nilai-nilai karakter Islami menjadi lebih

  13 efektif dan efisien.

13 Heri Guanawan, Pendiddikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh (Bandung:

  Guru adalah sosok yang sangat diperhatikan oleh siswa, orang tua siswa, maupun masyarakat. Bagaimanapun penampilan hingga sikap dan perilaku guru akan menjadi sorotan terutama di mata siswa, karena setiap hari mereka selalu bertemu di sekolah. Bagi siswa yang mengidolakan seorang guru maka biasanya semua hal yang ada pada guru tersebut akan ditiru. Hal ini akan sangat berbahaya bila guru tidak memiliki bekal kepribadian dan akhlak yang bagus. Bisa-bisa justru memicu siswa untuk berperilaku buruk karena mereka mencontoh semua hal yang ada pada guru. Seperti pepatah Jawa yang mengatakan bahwa guru singkatan dari “digugu lan ditiru”, semua hal yang ada pada diri guru harus bisa memberikan keteladanan bagi

  14 siswa bahkan masyarakat.

  Dalam penanaman nilai-nilai keislaman kepada peserta didik, keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena peserta didik (terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan menengah) pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya. Karena secara psikologis siswa memang senang meniru,

  15 tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jelekpun mereka tiru.

14 Erwin Widiasworo, Rahasia Menjadi Guru Idola: Panduan Memaksimalkan Proses

  Belajar Mengajar Secara Kreatif dan Interaktif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 86 15

  Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggapnya atau mengakuinya sebagai

  16

  guru. Dengan keteladanan yang ditunjukkan, seorang tokoh dengan mudah mempengaruhi banyak orang untuk mewujudkan suatu tujuan, dan tentu saja tujuan yang baik. Guru merupakan teladan bagi peserta didik, bahkan semua orang yang menganggapnya sebagai guru akan meneladaninya. Ia menjadi teladan dalam segala bentuk tingkah laku dan ucapannya. Hidupnya menjadi percontohan yang akan membawa peserta didik ke jalan yang benar.

  Mengingat keteladanan guru sangat diharapkan bagi anak didik, seorang guru harus benar-benar mampu menempatkan diri pada porsi yang benar. Porsi yang benar yang dimaksudkan bukan berarti guru harus membatasi komunikasinya dengan siswa atau bahkan dengan sesama guru, tetapi yang penting bagaimana seorang guru secara intensif berkomunikasi dengan seluruh warga sekolakhususnya

  17 anak didik, serta tetap brada pada alur dan batas-batas yang jelas.

  16 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 127. 17 Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru:

  Keteladanan semacam itu mesti ditampilkan oleh guru. Karena guru merupakan sosok yang menjadi panutan peserta didiknya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Al- Bantani dalam Usus al-Tarbiyah al- Islamiyah, bahwa metode keteladanan merupakan metode yang paling berpengaruh dalam pendidikan manusia, karena individu manusia

  18 senang meniru terhadap orang yang dilihatnya.

b. Bentuk-bentuk keteladanan guru

  1) Lisan atau ucapan

  Alat komunikasi yang paling utama antar manusia adalah kata- kata. Dengan kata-katalah seseorang menyampaikan isi hatinya kepada lawan bicara. Dengan kata-kata seseorang menyampaikan maksudnya. Dengan kata-kata orang memuji. Dengan kata-kata orang mengkritisi atau mencela. Maka, islam sangat memperhatikan masalah ini dan menganjurkan setiap muslim untuk berhati-hati dalam berkata-kata, agar ia bisa mendatangkan pahala dan tidak malah mendatangkan dosa. Hendaklah kata-kata bisa membuahkan hasil yang positif, seperti persaudaraan dan

  19 cinta kasih.

  18 19 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, 266 Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern (Solo: Era Intermedia,

  Seorang guru hendaknya mengucapkan kata-kata yang terbaik. Perkataan terbaik ini menggambarkan karakter seseorang. Seseorang yang karakternya baik akan mengucapkan kata-kata baik. Hal ini seperti yang dikatakan Nabi kita Rosulullah SAW “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,

  20 hendaklah dia berkata yang baik atau lebih baik diam”.

  2) Perbuatan atau Tingkah Laku

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ”kelakuan” atau perilaku atau tingkah laku diartikan sebagai kelakuan atau perangai. Disini, perilaku sama dengan tingkah laku dan tingkah laku berasal dari kata “tingkah” dan “laku”, tingkah berarti olah atau perbuatan. Sedangkan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat. Tingkah laku atau perilaku menurut Prof. Drs. Hasan Langgulung yang diambil dari Al-

  Qur’an dan Sunnah adalah tindakan atau perbuatan yang digerakkan oleh kerangka moral tertentu. Dengan kata lain, pandangan Al-

  Qur’an dan Hadis tentang perilaku adalah perilaku yang telah diberi persyaratan nilai-nilai tertentu bukan tingkah laku tingkat rendah

20 Srijanti et al, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern (Yogyakarta: Graha Ilmu,

  yang ditentukan oleh pengaruh lingkungan saja, tetapi telah didik

  21 dan dibudayakan dengan nilai-nilai.

c. Aspek-aspek keteladanan guru

  Seorang guru adalah sumber keteladanan. Sebuah pribadi yang penuh dengan contoh dan teladan bagi murid-muridnya. Guru merupakan sumber kebenaran, ilmu dan kebajikan di lingkup sekolah. Tetapi ia semestinya mengembangkan dirinya tak sebatas di tempatnya mengajar, karena masyarakat luas membutuhkan pula

  22 keteladananya.

  Menurut Nurchaili (2011) guru sebagai teladan harus memililiki

  23

  sifat-sifat tertentu sebagai berikikut: 1)

  Guru harus meneladani Rasululah Saw sebagai teladan seluruh alam.

  Sebagaimana termaktub dalam Al- Qur’an surah Al-Ahzab

  (33) ayat 21 yang artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri)

  Rasululah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang- orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari 21 kiamat dan dia banyak menyebut Allah . (Qs. Al-Ahzab (33): 21).

  Hamzah B Uno dan Satria Koni, Assesment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 183 22 Soejitno Irmim dan Abdul Rochim, Menjadi Guru yang Bisa Digugu dan Ditiru (Jember: Seyma Media,2006), 66 23 Erwin Widiasworo, Rahasia Menjadi Guru Idola: Panduan Memaksimalkan Proses Belajar

  2) Guru harus benar-benar memahami prinsip keteladanan

  Hal ini dapat dimulai dari diri sendiri. Dengan demikian, guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya sendiri, Bercermin pada filosofi ”gayung mandi”, dalam mendidik karakter guru jangan seperti gayung mandi. Gayung digunakan untuk mandi bertujuan membersihkan, tapi ia sendiri tidak pernah mandi atau membersihkan dirinya sendiri. Artinya guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum

  24 mengajarkan karakter kepada peserta didiknya.

  3) Guru harus memahami tahapan mendidik karakter

  Sekurang-kurangnya melalui tiga tahapan pembelajaran yang penulis istilahkan dengan 3P, yaitu Pemikiran, Perasaan, dan Perbuatan. Tahapan pertama pemikiran, merupakan tahap memberikan pengetahuan tentang karakter. Pada tahapan ini guru berusaha mengisi akal, rasio, dan logika siswa, sehingga siswa mampu membedakan karakter positif (baik) dengan karakter negatif (tidak baik). Siswa mampu memahami secara logis dan rasional pentingnya karakter positif dan bahaya yang ditimbulkan

  25 karakter negatif.

  24 25 Ibid.

  Selanjutnya tahap kedua, dalam mendidik karakter ini istilah dengan perasaan merupakan tahap mencintai dan membutuhkan karakter positif. Pada tahapan ini, guru berusaha menyentuh hati dan jiwa siswa bukan lagi akal, rasio, dan logika. Pada tahapan ini diharapkan akan muncul kesadaran dari hati yang paling dalam akan pentingnya karakter positif, yang pada akhirnya akan melahirkan dorongan/ keinginan yang kuat dari dalam diri umtuk mempraktikkan karakter tersebut dalam kesehariannya.

  Disinilah tahap ketiga berbuatan berperan. Pada tahapan ini dorongan/ keinginan yang kuat pada diri siswa untuk mempraktikkan karakter positif diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa menjadi lebih santun, ramah, penyayang, rajin, jujur, dan semakin menyenangkan, menyejukkan pandangan serta

  26 hati siapapun yang melihat dan berinteraksi dengannya.

  4) Guru harus mengetahui bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa.

  Tanamkan pengertian betapa pentingnya “cinta” dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata karena prinsip timbal balik. Ciptakan hubungan yang mesra agar siswa peduli terhadap

  26 keinginan dan harapan-harapan kita, serta tumbuhkan rasa sayang terhadap sesama.

  5) Guru harus menyadari akan arti kehadirannya dihadapan siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggung jawab sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran.

  Mengajar bukan sekedar melepaskan tugas. Akan tetapi, mengajar karena panggilan jiwa, mengajar dengan cinta, merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dunia dan akhirat, dan mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup.

  27 d.

   Hal-hal yang perlu diperhatikan guru sebagai teladan menurut forum MGMP dan KKG

  Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebagai teladan menurut forum MGMP dan KKG:

  28

  1) Sikap dasar, postur psikologis yang akan tampak dalam masalah- masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permainan, dan diri.

2) Bicara dan gaya bicara, penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.

  3) Kebiasaan bekerja, gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya. 27 Ibid, 91. 28

  4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.

  5) Pakaian, merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.

  6) Hubungan kemanusiaan, diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.

  7) Proses berpikir, cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapai dan memecahakan masalah.

  8) Perilaku neurotis, suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain,

  9) Selera, pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.

  10) Keputusan, ketrampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi.

  11) Kesehatan, kualitas tubuh, pikiran, dan semangat yang merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan

  29 semangat hidup.

  29

  12) Gaya hidup secara umum, apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan

  30 kepercayaan itu.

e. Kekurangan dan kelebihan metode keteladanan

  1) Kelebihan

  Kelebihan dari metode keteladanan diantaranya peserta didik mudah menerapkan ilmu yang dipelajari di Sekolah, guru lebih mudah mengevaluasi hasil belajarnya, tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik, tercipta hubungan baik antara siswa dan guru, mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena dicontoh oleh siswanya.

  2) kekurangan Kekurangan metode ini adalah adanya guru yang tidak memenuhi kode etik keguruan. Guru tidak mencerminkan sikap mentalitas dan moralitasnya dihadapan siswa, sehingga anak didik cenderung bersikap apatis, tidak menunjukkan motivasi belajar,

  31 dan cenderung berlawanan dengan tata tertib sekolah.

  30 31 Ibid.

2. Akhlak a. Pengertian akhlak

  Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “Khuluq”, jamaknya

  “khuluqun” menurut bahasa diartikan sebagai budi pekerti, perangai,

  tingkah laku, atau tabiat. Kata akhlak ini lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia, sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriyah dan

  32 batiniyah seseorang.

  Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), akhlak sepadan dengan budi pekerti. Jika ditelusuri lebih jauh, akhlak juga sepadan dengan moral. Menurut KBBI, moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Dengan demikian, akhlak berkaitan erat dengan nilai-nilai

  33 baik dan buruk yang diterima secara umum di tengah masyarakat.

  Untuk mengetahui pengertian akhlak lebih lengkap, berikut beberapa pendapat mengenai akhlak menurut para ulama: 1)

  Al-Ghazali dalam Ihya‟ Ulumiddin: Khulq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa tempat munculnya perbuatan-perbuatan 32 dengan mudah tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu. 33 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 207

Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda

  2) Ibn Miskawaih dalam Tahdzibal al-Akhlaq wa Tathhiral al-Araq:

  Khlulq ialah keadaan jiwa seseorang ang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

  3) Ahmad Amin dalam Al-Akhlaq: Khulq ialah membiasakan keinginan.

  4) Al-Jahizh: Akhlak adalah jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan ataupun keinginan. Dalam beberapa kasus, akhlak ini sangat meresap hingga menjadi bagian dari watak dan karakter seseorang.

  Secara umum, akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik tersebut membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai nilai-nilai yang cocok dengan

  34 dirinya dalam berbagai kondisi.

b. Dasar hukum akhlak

  Dalam islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik buruknya sifat seseorang itu adalah Al- Qur’an dan As-Sunnah Nabi

  Muhammad Saw. Apa yang baik menurut Al- Qur’an dan As-Sunnah, 34 itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari- hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al- Qur’an dan As-Sunnah,

  35 itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.

  Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Rasululah, ia menjawab “Akhlak Rasululah ialah Al-Qur‟an”. Maksud perkataan Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan beliau, baik lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari Al-

  Qur’an. Al- Qur’an selalu mengajarkan umat islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al- Qur’an.

  Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam Al- Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan berbagai pendekatan yang meletakkan Al-

  Qur’an sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan Al- Qur’an dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal, tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah, dan dalam realita kehidupan manusia semasa Al-

  Qur’an

  36 diturunkan.

  Al- Qur’an menggambarkan akidah orang-orang beriman, 35 kelakuan mereka yang mulia dan gambaran kehidupan mereka yang 36 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, 208

  tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding dengan perwatakan orang- orang kafir dan munafik yang jelek dan merusak. Gambaran mengenai akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia sepanjang sejarah. Al-

  Qur’an juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang mencoba menggoyahkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni

  37 itu.

c. Tujuan akhlak

  Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai, atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Disamping itu, setiap muslim

  38

  yang berakhlak baik dapat memperoleh hal-hal berikut: 1)

  Rida Allah SWT Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran islam, senantiasa melaksanakan segala perbuatannya dengan hati ikhlas, semata- mata karena mengharapkan rida Allah.

  37 38 Ibid, 209.

  2) Kepribadian Muslim

  Segala perilaku muslim baik ucapan, perbuatan, pikiran, maupun kata hatinya mencerminkan sikap ajaran islam.

  3) Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela

  Dengan bimbingan hati yang diridhai Allah dengan keikhlasan, akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar

  39 dari perbuatan tercela.

d. Macam-macam Akhlak Berdasarkan sifatnya Akhlak terbagi menjadi dua bagia.

  Pertama akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang mulia). Yang termasuk ke dalam akhlak karimah (akhlak terpuji), diantaranya : rida kepada Allah, cinta dan beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, selalu melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah), tawakal (berserah diri), sabar, syukur, tawad

  hu‟

  (merendahkan hati) dan segala perbuatan yang baik menurut

  40 pandangan Al-Quran dan Hadis.

  39 40 Ibid, 211.

  Kedua, akhlak madzmumah (akhlak tercela) atau akhlak

  sayyi‟ah (akhlak yang jelek). Adapun yang termasuk akhlak madzmumah ialah: kufur (tidak mensyukuri nikmat Allah), syirik

  (menyekutukan Allah), murtad (keluar dari agama Allah), fasik , riya’

  (Memperlihatkan perbuatan atau amal ibadahnya kepada orang lain),

  takabur , mengadu domba, dengki atau iri, kikir, dendam, khianat,

  memutus silaturahmi, putus asa, dan segala perbuatan tercela menurut

  41 pandangan islam.

  Menurut obyek atau sasarannya pembahasan tentang akhlak biasanya dikategorikan menjadi akhlak terhadap Allah, akhlak kepada

  42 manusia, dan akhlak kepada lingkungan.

  1) Akhlak kepada Allah

  a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk mengabdi kepada-Nya sesuai dengan perintah-Nya.

  Seseorang muslim beribadah membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media komunikasi yang telah disediakan, antara lain ibadah shalat.

  b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai 41 situasi dan kondisi, baik diucapakan dengan mulut maupun 42 Ibid.

  dalam hati. Zikir berarti ingat. Orang yang selalu dalam keadaan zikir akan selalu menjaga perilaku atau perbuatannya sesuai dengan tuntunan Allah. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan hati, sebagaimana diungkapakan dalam firman Allah:

  “Ingatlah, dengan zikir kepada Allah akan menemtramkan hati”. (QS Ar-Ra’d, 13; 28).

c) Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah.

  Doa merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidak mampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.

  d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada

  Allah dan menyerahkan segala keputusan dari Allah, karena Allah-lah yang paling tahu apa yang terbaik bagi hambanya

  43 yang berserah diri.

  2) Akhlak kepada sesama Manusia

  a) Akhlak kepada diri sendiri 1.

  Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika 43 melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan ketika tertimpa musibah. Sabar melaksankan perintah adalah sikap menerima dan melaksanakan segala perintah tanpa pilih-pilih dengan ikhlas. Sedangkan sabar dalam menjauhi larangan Allah adalah berjuang mengendalikan diri untuk meninggalkannya.

  2. Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan hamdallah, sedangkan syukur dengan perbuatan dikakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan tuntunan-Nya.

3. Tawadhu‟, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin.

  Sikap tawadhu’ lahir dari kesadaran dan hakikikat dirinya sebagai manusia yang lemah dan serba terbatas dan tidak

  44 layak untuk bersikap sombong dan angkuh.

  b) Akhlak kepada orang tua

  Akhlak kepada orang tua adalah berbuat baik kepadanya dengan ucapan dan perbuatan. Allah mewasiatkan 44 agar manusia berbuat baik kepada ibu bapak.

  Berbuat baik kepada orangtua dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain: menyayangi dan mencintai keduanya sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. Berbuat baik kepada orangtua tidak hanya ketika mereka hidup, tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara

  45 mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka.

c) Akhlak kepada keluarga.

  Akhlak kepada keluaraga adalah mengembangkan kasih sayang diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi melalui kata-kata maupun perilaku. Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orangtua dengan anak, maka akan lahir wibawa orangtua. Oleh karena itu, kasih sayang harus menjadi muatan dalam keluarga. Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterkaitan batin,

  45 keakraban, dan keterbukaan diantara anaggota keluaraga, dan menghapuskan kesenjangan diantara mereka.

  3) Akhlak kepada lingkungan hidup

  Misi Agama Islam adalah mengembangakan rahmad, kebaikan dan kedamaian bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah:

  “Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan

sebagai rahmad seluruh alam”. (Al-Anbiya, 21; 107).

  Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah dimuka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.

  Memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah menyediakan yang subur ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras mengelola dan

  46 memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah.

  46

e. Faktor-faktor pembentukan akhlak

  1) Faktor Internal

  Faktor internal ini meliputi beberapa hal berikut:

  47

  a) Insting atau naluri

  Insting adalah karakter yang melekat dalam jiwa seseorang yang dibawanya sejak lahir. Ini merupakan faktor pertama yang memunculkan sikap dan perilaku dalam dirinya. Tetapi karakter ini dipandang masih primitif dan harus dididik dan diarahkan. Maka akalah yang mendidik dan mengarahkannya.

  b) Adat kebiasaan

  Adat atau kebiasaan adalah tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

  c) Keturunan

  Maksudnya adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada anak. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak mewarisi sebagian besar sifat orang tuanya.

  47

  2) Faktor Eksternal

  Faktor eksternal dalam hal ini meliputi segala sesuatu yang berada di luar individu yang berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik disadari maupun tidak disadari terhadap pembentukan mental karakter. Adapun faktornya

  48

  adalah:

  a) Lingkungan alam

  Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang.

Dokumen yang terkait

KEPEDULIAN ORANG TUA PENGARUHNNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS V MI KETAPANG KEC.SUSUKAN KAB.SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 - Test Repository

0 4 92

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MI MA’ARIF TEJOSARI KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

1 2 90

KESIAPAN GURU KELAS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 MI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

0 0 103

PENGARUH KETELADANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA SISWA DI SD IT WIHDATUL UMMAH MAKASSAR

0 1 71

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, SOSIAL,PERSONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs NU MIFTAHUL MA’ARIF - STAIN Kudus Repository

0 0 7

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, SOSIAL,PERSONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs NU MIFTAHUL MA’ARIF - STAIN Kudus Repository

0 0 21

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, SOSIAL,PERSONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs NU MIFTAHUL MA’ARIF - STAIN Kudus Repository

0 0 35

STRATEGI GURU DALAM PENILAIAN KELAS PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS V DI MI NU THOLIBIN TANJUNGKARANG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - STAIN Kudus Repository

0 0 17

STRATEGI GURU DALAM PENILAIAN KELAS PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS V DI MI NU THOLIBIN TANJUNGKARANG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - STAIN Kudus Repository

0 0 9

STRATEGI GURU DALAM PENILAIAN KELAS PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS V DI MI NU THOLIBIN TANJUNGKARANG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - STAIN Kudus Repository

0 0 39