13 Kode Etik Pegawai

BUPATI BURU
PERATURAN BUPATI BURU
NOMOR 13 TAIIUIY 2013
TENTANG

KODE ETIK PEIEAWAI NEGERI SIPIL DAERATI KABUPATEN BURU
DENGAIT RAIIMAT TUHAN YANG MAIIA ESA

Menimbang :

Mengingat :

BUPATT BURU,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (1)
huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2AO4
tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik Pegawai
Negeri Sipil, perlu menetapkan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil Daerah Kabupaten Buru;
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang PokokPokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3014) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
L999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 389O);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 46 Tahun L999 tentang
Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru
dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun L999 Nomor 174,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3895) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2OOO tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 46 Tahun 1999 Tentang Pembentukan
Provinsi Maluku Utara, Kabrrpaten Buru dan Kabupaten

Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OOO Nomor 73, Tarnbahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3961);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2AA+ Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2OOa tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2OO4 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
irlomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor aSaa);
a.

5.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2AO4 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Fusat dan


Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 126, Tarrbahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor aa38l;

Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2OLl

tentang
Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2077
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 523fl;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2OO3 Nomor 15, Tambahan
6.


Pembentukan

8.

Peraturan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42631
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2OO9 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OO9 Nomor t6a\;
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2OO4 tentang
Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4
Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor aaSQ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OAT tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah dan Provinsi dan Pemerintahan
Daerah KabupatenlKota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2AO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor a7371;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 24rc tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2ALO Nomor 74, Tar;-lbahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
11. Peraturan Bupati Buru Nomor 31 Tahun 2011 tentang
Tata Naskah Dinas Di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Buru (Berita Daerah Kabupaten Buru Tahun
2O1l Nomor 1O8);
MEMUTUSI(AN

Menetapkan

:

:

PERATURAN BUPATI TENTANG KODE


ETIK

PEGAWAI

NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BURU

BAB I
I(ETENTUAN UMUM
Pasal 1
yang
dimaksud dengan :
Dalam Peraturan Bupati ini
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserata Perangkat Daerah Otom lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah;
2. Daerah adalah Daerah Kabupaten Buru;
3. Bupati adalah BuPati Buru;
4. Sekretaris Daerah adatah Sekretaris Daerah Kabupaten Buru;
5. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah KabuPaten Buru;
6. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS;

T. Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Buru yang selanjutnya disingkat
PNSD adalah :

a.

Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) dan calon PNSD yang bertugas di

lingkup Pemerintah Kabupaten Buru;
PNS yang dipekerjakan/diperbantukan pada Pemeritah Kabupaten
Buru;
Majelis Kode Etik adalah Majelis Kode Etik PNSD yang bertugas
melakukan penegakan pelaksanaan serta meyelesaikan pelar-ggarar,. kode
etik yang dilakukan oleh PNSD;
Kode Etik PNSD adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
PNSD di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidupnya seharihari;
Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan PNSD
yang bertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan kode etik yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2OA4 dan atau
Peraturan Bupati ini;
b.


8.

9.
10.

BAB

II

TUJUAN KODE ETIK
Pasal 2
T\-rjuan Kode Etik Pegawai Negri Sipil Daerah (PNSD) yaitu :
a. menjaga martabat, kehormatan dan citra Pemerintah Daerah ;
b. memacu produktifitas PNSD ;
c. menjaga keharmonisan hubungan dalam lingkungan kerja, keluarga dan

masyarakat;

BAB


III

NILAI-MLAI DASAR
Pasal 3
Nilai-nilai dasar yangharus dijunjung tinggi oleh setiap PNSD meliputi
a.

JuJur;

b.

tanggung jawab;

c.

disiplin;

d.


bersemangat;
kerjasama; dan
pelayanan prima.

e.

f.

BAB TV

KODE ETIK
Pasal 4

Setiap PNSD dalam melaksanakan tugas dan kehidupan sehari-hari selain
tunduk dan berpedoman pada Kode Etik PNS sebagaimana diatur da-lam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Ta}r:un 2OA4 tentang
Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, juga tunduk
kepada Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Buru yang diatur
dalam Peraturan Bupati ini.
PasaL 5


Kode Etik PNSD meliputi :
a. mengetahui danf atau memahami serta menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidangnya masing-masing ;

-b.- .titrk
-.?

c.

merri.beri keterangan/informasi data di lingkup SKPD yang bersifdt
rahasia kepada pihak yang tidak berwenang;
tidak menyalahgunakan organisasi perangkat daerah untuk kepentingan

d. tidak melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun dalam
e.
f.
g.
h.
ij.
k.
1.
m.
n.
o.

melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak
lain;
tidak bertindak selaku perantara bagi seseorang, pengusaha, atau
golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari Pemerintah
Daerah;
tidak bertindak selaku perantara dalam proses administrasi kepegawaian,
lelang dengan mengambil keuntungan pribadi atau golongan;
menciptakan dan memelihara suasana kerja yang kondusif;
bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap
bawahan;
saling menghargai dan menghormati sesarna PNSD, bawahan, atasan dan
masyarakat;
menjadi teladan yang baik terhadap sesama PNSD, bawahan dan
masyarakat;
memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan aman;
melayarri dan menghormati setiap tamrr yang datang ke Pemerintah
Daerah;
berperilaku sopan santun terhadap sesama, atasan, bawahan, dan
masyarakat;
tidak memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan
atau martabat Pemerintah Daerah, kecuali untuk kepentingan
pelaksanaan tugas jabatan; dan
menjaga dan menjalin rasa solidaritas dan soliditas sesama PNSD.
BAB V
PEITEGAKAIT KODE ETIK

Pasal 6

(1)

(21

(1)

Setiap PNSD yang terbukti melanggar kode etik dikenakan sanksi moral.
Sanksi moral sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa :
a. pernyataan secara tertutup ; atau
b. pernyataan secara terbuka.
Pasal 7
Setiap terjadi dugaan pelanggaran Kode Etik PNSD dibentuk Majelis Kode

Etik.
(21 Pembentukan Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh :
a. Bupati apabila dugaan pelanggaran kode etik dilakukan oleh PNSD
yang menduduki jabatan struktural eselon II;
b. Sekretaris Daerah, apabila dugaan pelanggaran kode etik dilakukan
oleh PNSD yang menduduki jabatan struktural eselon III ke bawah,
fungsional tertentu, fungsional umum dan calon PNSD'
(3) pembentukan Majelis Kode Etik dibuat menurut contoh sebagaimana
tersebut dalam Lampiran I Peraturan Bupati ini.
(4) Keanggotaan Majelis Kode Etik terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota;
b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota; dan

c.

(5)
(6)

paling kurang 3 (tiga) orang Anggota.
Dalam hal Anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 (lima) orang, maka
jumlahnya harus ganjil.
Jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah
dari jabatan dan pangkat PNSD yang diperiksa karena diduga melanggar
kode etik.
Pasal 8

(1)
(21

(3)

PNSD yang diduga melakukan pelanggaran kode etik dipanggil untuk
diperiksa oleh Majelis Kode Etik.
Apabila diperlukan, Majelis Kode Etik dapat memanggil orang lain untuk
dimintai keterangan guna kepentingan pemeriksaan.
Pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara tertulis dan ditandatangani oleh Ketua atau Sekretaris Majelis
Kode Etik, dibuat menurut contoh sebagaimana tersebut dalam Lampiran
II Peraturan Bupati ini.
Pasal 9

(1)

Pemeriksaan dilakukan secala_le{ulup, lrgnya diketahui dan dihadiri oleh
PNSD yang diperiksa dan Majelis Kode Etik.

(2)

PNSD yang diperiksa karena diduga melakukan pelanggaran kode etik,
wajib menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Kode Etik.
Apabila PNSD yang diperiksa tidak mau menjawab pertanyaan, maka yang
bersangkutan dianggap mengakui dugaan pelanggaran kode etik yang

(3)
(4)
(5)
(6)

dilakukannya.
Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan, dibuat
menurut contoh sebagaimana tersebut dalam Lampiran III Peraturan
Bupati ini.
geiita Acara Pemeriksaan ditandatangani oleh Anggota Majelis Kode Etik
yang memeriksa dan PNSD yang diperiksa.
Apabila PNSD yang diperiksa tidak bersedia menandatangani Berita Acara
Pemeriksaan, maka Berita Acara Pemeriksaan tersebut cukup

ditandatangani oleh Majelis Kode

Etik yang memeriksa, dengan

memberikan catatan dalam Berita Acara Pemeriksaan, bahwa PNSD yang
diperiksa tidak bersedia menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
Pasal 1O

(1)
(21

(3)
{4)

(s)
(6)
{71

Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa PNSD yang
diduga melanggar kode etik.
Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah PNSD yang bersangkutan
diberi kesempatan membela diri.
pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2\ disampaikan pada
saat pemeriksaan oleh Majelis Kode Etik.
Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat dalam
sidang Majelis Kode Etik tanpa dihadiri PNSD yang diperiksa.
Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak.
Sidang Majelis Kode Etik dianggap sah apabila dihadiri oleh Ketua,
Sekretaris dan paling kurang 1 (satu) orang Anggota.
Keputusan Sidang Majelis Kode Etik berupa rekomendasi dan bersifat
fina1.

(8)

Rekomendasi Sidang Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud ayat (7)
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris dibuat menurut contoh
sebagaimana tersebut dalam Lampiran IV Peraturan Bupati ini.
Pasal 11

Majelis Kode Etik menyampaikan Berita Acara Pemeriksaan dan keputusan
hasil sidang majelis berupa rekomendasi kepada pejabat yang berwenang
menjatuhkan sanksi moral sebagai bahan dalam menetapkan keputusan
penjatuhan sanksi moral.
Pasal L2

(1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi moral sebagaimana

(2)

(3)
(41

(s)

(6)

(7)

dimaksud dalam Pasal 11 adalah :
a. Pejabat struktural eselon IV, bagi PNSD yang menduduki jabatan
fungsional umum dan calon PNSD di lingkupnya ;
b. Pejabat struktural eselon III, bagi PNSD yang menduduki jabatan
struktural eselon IV di lingkupnya ;
c. Pejabat struktural eselon II, bagi PNSD yang menduduki jabatan
struktural eselon III dan pejabat fungsional tertentu di lingkupnya ;
d. Bupati bagi PNSD yang menduduki jabatan struktural eselon II.
Penjatuhan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan, dibuat menurut contoh sebagaimana tersebut dalam
Lampiran V Peraturan Bupati ini.
Dalam keputusan penjatuhan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada
ayat {2\ harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik yang dilakukan.
Penjatuhan sanksi moral dilakukan melalui :
a. pernyataan secara tertutup, disampaikan oleh pejabat yang
berwenang menjatuhkan sanksi moral ; dan
b. pernyataan secara terbuka, disampaikan oleh Bupati atau pejabat
lain yang ditentukan.
Pernyataan secara tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
hanya diketahui oleh PNSD yang bersangkutan dan pejabat yang
menyampaikan keputusan, serta pejabat lain yang terkait, dengan
ketentuan pejabat terkait dimaksud tidak boleh berpangkat lebih rendah
dari PNSD yang bersangkutan.
Pernyataan secara terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (a) huruf b
disampaikan melalui forum-forum pertemuan resmi, upacara bendera,
media massa, papan pengumuman dan forum lain yang dipandang sesuai
untuk itu.
Sanksi moral berupa pernyataan secara tertutup atau terbuka mulai
berlaku pada saat disampaikan dan dibuat dalam berita acara menurut
contoh sebagaimana tersebut dalam Lampiran VI Peraturan Bupati ini.
Pasal 13

(1)

{21

pNSD yang melakukan pelanggaran kode etik selain dikenakan sanksi
moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dapat dikenakan tindakan
administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, atas
rekomendasi Majelis Kode Etik.
Tindakan administratif atas rekomendasi Majelis Kode Etik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan tentang disiPlin PNS.

BAB VI
KETENTUAN PEISUTUP
Pasal 14

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatan dalam Berita Daerah Kabupaten Buru.

Ditetapkan di Namlea
pada tanggal, 19 Pebruari 2013
BUPATI BURU,

ttd
RAMLY I. UMASUGI
Diundangkan di Namlea
pada tanggal, 19 Pebruari 2Ol3
SEKRSTARIS DAERAII
I(ABUPATEN BURU,

ttd

TELAII DIPERIKSA
SALII{AIT SESUAI ASLIIfYA
UNUM,

IfIP. 1968021't 200003

ABDUL ADJID SOULISA
BEzuTA DAERAH KABUPATEN BURU TAHUN 2013 NOMOR 13

1 007