IMPLEMENTASI KODE ETIK PADA PEGAWAI NEGE (1)

MAKALAH

IMPLEMENTASI KODE ETIK PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
STUDI KASUS DI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KOTA MALANG

Disusun oleh:
DEASY AYU S

135030101111066

ROSITA ADHE S

135030107111038

ELFANANDA ISTIQLALIA

135030101111060

ABDUL KHAFID

135030100111075


REINALDI AGUNG N

145030107111022

HUSEIN ABDILLAH

145030101111143

PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

KATA PENGANTAR

Assalammu alaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis tunjukkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kemampuan sehingga penulis mampu menyelesaikan mkalah mengenai IMPLEMENTASI

KODE ETIK PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) STUDI KASUS DI KANTOR BADAN
KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MALANG ini tanpa adanya kendala apapun yang berarti.
Dengan pemberian tugas ini penulis berharap mampu menambah pengetahuan dalam
memahami bentuk dan karakteristik komunikasi politik.
Terima kasih penulis sampaikan kepada

:

1. Bu Firda Hidayati selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Administrasi Publik,
2. Teman-teman yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, serta
3. Orang tua yang telah mendukung dalam doa atas penyelesaian tugas ini.
Tak ada gading yang tak retak. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini mampu memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat dalam
meninjau komunikasi politik terhadap pola pikir masyarakat dalam pembangunan bangsa.
Wassalammu alaikum Wr. Wb

Malang, Desember 2015

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, diskursus tentang etika sudah menjadi bahan
pembicaraan yang sangat renyah dewasa ini. Wacana etika yang pada tempo dulu belum
mendapat perhatian dari pemikir-pemikir ilmu administrasi negara, yang mana pada bahasan
klasik dalam perkembangan etika administrasi negara masih mengagungkan aturan formal
yang mengatur jalannya proses-proses administrasi negara. Namun, dewasa ini ketika aturan
formal birokrasi masih dianggap kurang untuk menjadikan birokrasi lebih baik, karena dengan
aturan formal yang mengekang individu yang masuk dalam birokrasi masih banyak
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam menjalankan tugastugasnya sebagai pegawai birokrasi. Akhirnya munculah wacana tentang etika administrasi
negara guna mengatasi masalah-masalah yang berada didalam birokrasi tersebut.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan
(norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etika
merupakan cabang filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai istilah
filsafat etika, filsafat moral, atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah
penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan hal-hal yang baik dan buruk.
Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana manusia itu

seharusnya bertingkah laku.
Berkaitan dengan pengertian etika, sering kita mendengar istilah kode etik dan etika
jabatan. Kode etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama
dan ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu organisasi (organisasi
profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul
secara murni dari diri pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan
peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi
(organisasi profesi). Kode etik lebih meningkatkan pembinaan para anggota sehingga mampu
memberikan sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di masyarakat.
Berdasarkan perdebatan mengenai dua pandangan antara pentingnya etika dan
pentingnya aturan formal yang mengekang, didapatkan sebuah masalah dimana dalam
birokrasi etika di pandang sangat penting, namun berdasarkan pandangan lain didalam
birokrasi itu sendiri sudah terdapat peraturan formal yang bersifat mengikat dan secara tidak
langsung etika sudah masuk didalamnya sehingga pandangan ini beranggapan bahwa etika

tidak penting, akan tetapi dalam pelaksanaanya masih banyak penyimpangan berkaitan dengan
etika, oleh sebab itu dibahaslah secara mendalam mengenai etika dan seluk-beluknya, dan
diskursus etika menjadi sangat ramai diperbincangkan oleh kaum intelektual muda sekarang
ini.
Seperti yang kita ketahui birokrasi merupakan suatu wadah kelembagaan yang

menentukan efektifitas dari suatu pembangunan, maka yang menjadi tinjauan disini adalah
sifat-sifat daripada budaya birokrasi itu sendiri. Apa yang dilakukan oleh birokrasi terhadap
masyarakat hanya akan di patuhi jika pegawai birokrasi itu dapat memberikan contoh yang baik
pada masyarakatnya yakni dengan tindakannya sebagai penyelenggaran negara yang
bermartabat.
Secara garis besar peraturan pegawai pemerintah sudah ditetapkan sebagaimana
mestinya yang mana seyogyanya harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap pegawai pemerntah
baik di pusat maupun di daerah karena itu sudah merupakan peraturan baku. Namun, pada
kenyataannya peraturan tersebut hanya sebagai formaslitas belaka yang dipandang sebelah
mata oleh kebanyakan pegawai pemerintahan daerah.
Pada kajian ini lokus yang kami ambil berobjek di Badan Kepegawaian Daerah Kota
Malang kami mengambil lokus disini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
pegawai pemerintah daerah itu berkinerja berdasarkan etika kepegawaian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pentingnya kode etik bagi PNS?
2. Bagaimana pengimplementasian kode etik di kantor BKD Kota Malang?
3. Bagaimana membina moral etika PNS?
1.3 Manfaat
1. Mengetahui pentingnya kode etik bagi PNS.
2. Mengetahui pengimplementasian kode etik di kantor BKD Malang.

3. Mengetahui cara membina moral etika PNS.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kode Etik
Kata etika, sering disebut pula dengan istilah etik, atau ethics (bahasa Inggris),
mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
Latin “ethicus” dan dalam bahasa Yunani disebut “ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan
demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah
suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang
dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika pemerintahan merupakan bagian dari aturan main dalam organisasi birokrasi atau
pegawai negri yang secara structural telah diatur aturan mainnya. Dalam perjalannanya etika
birokrasi dalam system kepegawaian lebih dikenal dengan sebutan kode etik pegawai negri
yang diatur melalui Undang-undang tentang kepegawaian. Kode etik yang biasa kita kenal
tersebut yang berlaku bagi pegawai negri sipil (PNS) disebut Sapta Prasetya Korps Pegawai
Republik Indonesia (Panca Prasetya KORPRI).
Sehingga dalam mewujudkan sebuah pelayanan publik yang prima, seorang pegawai
negri sipil harus mematuhi segala kode etik pegawai negri yang telah diatur tersebut sebagai

tanggung jawab pegawai negri sipil. Sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah atas kinerja dari
pegawai negri sipil tersebut terdapat reward (penghargaan). Sedangkan, apabila terdapat
pegawai negri sipil yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah di buat tersebut
akan dikenai punishment (sanksi).
Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan
akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian
kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh para
pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya, tidak
ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar adanya, dibutuhkan sanksi keras
terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya
tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus
diseret ke pengadilan.Kita memang harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas

terhadap penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif
dan tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus
ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan

di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik profesi harus
diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian
elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan
Bangsa yang bermartabat.
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang
merupakan fungsi dari kode etik profesi:
a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan
sosial).
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

2.2 Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan perangkat daerah yang dibentuk oleh
Kepala Daerah untuk kelancaran pelaksanaan manajemen Pegawai Negri Sipil Daerah (Pasal
34 A ayat 1 dan ayat 2 UU No 43 Tahun 1999). Dalam menjalankan tugas, BKD menggunakan
pedoman atau tata tertib sesuai dengan Undang-undang nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-undang nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Selanjutnya pada Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan
Badan Kepegawaian Daerah bahwa yang dimaksud dengan Badan kepegawaian Daerah
adalah perangkat daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil dalam
membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah.

Tugas utamanya sebagai Perangkat Daerah adalah untuk mewujudkan manajemen
kepegawaian Daerah yang handal, untuk menciptakan aparatur PNS yang bermoral,
professional, netral, berwawasan global, menjadi perekat persatuan dan kesatuan bagsa serta
sejahtera jasmani dan rohani.
Adapun tugas pokok BKD adalah sebagai berikut.
1. Menyusun rencana dan program kerja Bidang Kepegawaian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Mempelajari,
petunjuk


menelaah

peraturan

perundang-undangan,

keputusan,

pelaksanaan dan petunjuk bidang pengembangan pegawai, mutasi dan

kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai;
3. Memberikan petunjuk, arahan dan mendistribusikan

tugas kepada bawahan

guna

menunjang kelancaran pelaksanaan tugas;
4. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas


dengan instansi terkait baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal;
5. Merumuskan kebijakan teknis dan perencanaan program kerja bidang pengembangan
pegawai, mutasi dan kepangkatan,

pembinaan dan pengawasan pegawai, sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengembangan
pegawai, mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintah bidang kepegawaian;
7. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi bidang pengembangan pegawai, mutasi dan
kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai lingkup kabupaten;
8. Melaksanakan

kebijakan

bidang

pengembangan

pegawai,

mutasi

dan

kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
9. Melaksanakan pemantauan, evaluasi

bidang pengembangan pegawai, mutasi dan

kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai;
10. Melaksanakan

pelayanan

administrasi

pengembangan

pegawai,

mutasi

dan

kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai sesuai dengan norma standar dan
prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
11. Melaksanakan evaluasi dan menilai kinerja bawahan secara berkala melalui sistem
penilaian yang berlaku sesuai dengan ketentuan;

12. Melaporkan pelaksanaan tugas program kegiatan bidang pengembangan pegawai,
mutasi dan kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah baik secara lisan maupun tertulis;
13. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati baik secara lisan maupun tertulis
sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas;
14. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi BKD.
Fungsi BKD adalah.
1. Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan program bidang kepegawaian;
2. Pengkoordinasian dan fasilitasi bidang kepegawaian;
3. Pengarahan dan pemberian petunjuk teknis bidang kepegawaian;
4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kepegawaian;
5. Pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian meliputi pengembangan pegawai, mutasi dan
kepangkatan, pembinaan dan pengawasan pegawai;
6. Pengelolaan Tata Usaha Sekretariat BKD;
7. Pengiventarisasian permasalahan dalam pelaksanaan tugas BKD dan penyusunan
alternatif penyelesaian masalah;
8. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang kepegawaian dan kesekretariatan
BKD;
9. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
2.3 Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pengertian PNS menurut UU nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian,
dalam bab 1 pasal 1 huruf a UU tersbut, di sebutkan bahwa “Pegawai Negeri adalah mereka
yang setelah mempengaruhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundangangundngan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu
peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hal yang harus di jalankan oleh PNS, antara lain:
1. Memenuhi syarat-syarat yang sudah di tentukan dalam UU
2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang
3. Diserahi tugas dan sebuah jabatan dan atau tugas negara lainnya yang didasarkan
pada peraturan yang berlaku

4. PNS digaji menurut UU yang beralaku
Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara dan abdi masyarakat. Maksudnya PNS
akan memberikan motivasi dan dorongan dengan kesederhanaan yang penuh untuk
mendahulukan kewajiban daripada hak dalam situasi apapun. Pengabdian melairkan kesediaan
berkorban untuk negara dan masyarakat, hal ini harus di pegang teguh oleh PNS dalam
melaksanakan tugasnya yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara material dan
spiritual. Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan tingkatan an golongan telah mengikuti penataan
pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila dari berbagai Tipe, antara lain: tipe A, tipe B,
tipe C, dan tingkat nasional. Pegawai Negeri Sipil di tuntut untuk secara aktif mengemban
peranan sebagai pengalaman pancsila di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam rangka
memasyarakatkan pancasila dan memancasilakan masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi negara dan abdi masyarakat di dalam mengemban
tugasnya tidak hanya berpedoman pada „mind behind the man‟. Atas dasar tersebut maka
diharapkan PNS akan mampu:
1. Menjadi insan pengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa, kepada negara dan
kepada masyarakat dengan seiklasnya dan sejujurnya.
2. Mempertinggi dan mempertebal rasa kerjasama dan kesetiakawanan sesame
PNS
3. Menjadi suri teladan bagi masyarakat sekitar dalam mewujudkan pembangunan
nasional sebagai pegalaman pancasila
4. Mengutamakan dayaguna dan hasil guna dalam mengemban pelaksana tugas
5. Meningkatkan

kreativitas

dan

presentasi

kerja

dan

membina

serta

dan

serta

mengembangkan diri demi kelancaran tugas
6. Menigkatkan

disiplin

kerja

dan

menyadari

kewajiban

melaksanakan kewajiban dan menghindari larangan.

hak

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pentingnya Kode Etik bagi PNS
Alasan yang melandasi mengapa Pembinaan Mental Pegawai Negeri Sipil (PNS)
penting adalah, karena ada tuntutan nasional dan tantangan global agar meningkatkan kualitas
kinerja aparatur pemerintah sebagai pelayan publik yang sampai saat ini masyarakat masih
belum merasakan tugas dan fungsi pelayanan sebagaimana yang diharapkan. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa pada aspek mental Pegawai Negeri Sipil (PNS) sering menuai kritik dari
masyarakat dikarenakan oleh perilaku menyimpang, baik pada tataran perundang-undangan,
agama maupun budaya.
Kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional sangat dipengaruhi
oleh kesempurnaan pengabdian aparatur negara. Pegawai Negeri Sipil (termasuk di dalamnya
Calon Pegawai Negeri Sipil) merupakan unsur aparatur negara yang bertugas memberikan
pelayanan yang terbaik, adil dan merata kepada masyarakat. Untuk menjamin tercapainya
tujuan pembangunan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang netral, mampu
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, profesional dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas, serta penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia. Agar PNS mampu melaksanakan
tugasnya sebagaimana tersebut di atas secara berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan
pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan. Pembinaan jiwa korps akan berhasil
dengan baik apabila diikuti dengan pelaksanaan dan penerapan kode etik dalam kehidupan
sehari-hari PNS.
Dengan adanya kode etik bagi PNS dimaksudkan sebagai bagian dari upaya
meningkatkan

kualitas

PNS

dalam

melaksanakan

tugas-tugasnya.

Dalam

Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Etik PNS antara lain diatur mengenai nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam
pembinaan jiwa korps dan kode etik yang memuat kewajiban PNS terhadap negara dan
Pemerintah, terhadap organisasi, terhadap masyarakat, terhadap diri sendiri, dan terhadap
sesama PNS, serta penegakan kode etik.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004 yang dimaksud dengan Jiwa
Korps PNS adalah rasa Kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab,
dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi PNS dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pembinaan jiwa korps PNS dimaksudkan untuk meningkatkan

perjuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan PNS kepada Negara kesatuan dan
Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kode Etik PNS adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS di dalam
melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Dalam pelaksanaan tugas kedinasan
dan kehidupan sehari-hari setiap PNS wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam
bernegara, dalam penyelenggaraan Pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat,
serta terhadap diri sendiri dan sesama PNS sebagaimana yang diatur dalam PP No. 42 Tahun
2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
Etika dalam bernegara meliputi:
a. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
c. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugas;
e. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa;
f.

Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap
kebijakan dan program Pemerintah;

g. Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien dan efektif;
h. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.
Etika dalam berorganisasi adalah:
a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
b. Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
d. Membangun etos kerja untnk meningkatkan kinerja organisasi;
e. Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka
pencapaian tujuan;
f.

Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;

g. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
h. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja
organisasi;
i.

Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

Etika dalam bermasyarakat meliputi:
a. Mewujudkan pola hidup sederhana;

b. Memberikan pelayanan dengan empati hormat dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur
pemaksaan;
c. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif;
d. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat;
e. Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas.
Etika terhadap diri sendiri meliputi:
a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar;
b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan;
d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
sikap;
e. Memiliki daya juang yang tinggi;
f.

Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;

g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
h. Berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.
Etika terhadap sesama PNS:
4. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan yang
berlainan;
5. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS;
6. Saling menghormati antara teman sejawat, baik secara vertikal maupun horizontal dalam
suatu unit kerja, instansi, maupun antar instansi;
7. Menghargai perbedaan pendapat;
8. Menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS;
9. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama PNS;
10. Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin
terwujudnya solidaritas dan soliditas semua PNS dalam memperjuangkan hak-haknya.
3.2 Implementasi Kode Etik di kantor BKD Kota Malang
Dalam kaitannya dengan perihal etika birokrasi, terutama di BKD Kota Malang ini,
secara umum pegawainya sudah mematuhi akan peraturannya dengan baik, seperti halnya
saat datang ke kantor, dimana pada peraturan masuknya adalah pukul 07.00 dengan toleransi
keterlambatan 15 menit atau selambat-lambatnya 30 menit, kecuali dengan alasan tertentu
seperti terlambat karena ada urusan diluar kantor.
Salah satu implementasi dari pembinaan pegawai adalah dengan pemberian punish and
reward kepada PNS. Salah satu reward dari Kepegawaian daerah yakni Satyalancana Karya

Satya. Satyalancana Karya Satya adalah sebuah tanda penghargaan yang diberikan kepada
anggota Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia yang telah berbakti selama 10 atau 20 atau
30 tahun lebih secara terus menerus dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetian
dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. Satyalancana
Karya Satya dibagi dalam tiga kelas, yaitu Satyalancana Karya Satya 10 Tahun, Satyalancana
Karya Satya 20 Tahun, dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun.
Khusus pemberian punishment atau sanksi kepada PNS, Pemerintah Kabupaten
Banyumas melalui Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang telah menerbitkan hukuman
disiplin kepada PNS yang telah melakukan tindakan indisipliner setelah sebelumnya dilakukan
pemeriksaan dengan berkoordinasi dengan Inspektorat serta Kepala Satuan Kerja.
3.3 Membina moral etika PNS
Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat Pegawai Negeri Sipil memiliki
akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang berkemampuan melaksanakan tugas secara
profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan, serta bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap Pegawai Negeri Sipil
wajib bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, wajib memberikan pelayanan secara adil dan
merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.
Untuk menjamin agar setiap Pegawai Negeri Sipil selalu berupaya terus meningkatkan
kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan perundang-undangan
yang mengatur sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil, baik di dalam maupun
di luar dinas. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS)
adalah abdi negara dan abdi masyarakat, sehingga dalam bersikap dan bertindak perlu diatur
sedemikian rupa agar yang disebut abdi negara dan abdi masyarakat senantiasan menjadi
contoh dan suri tauladan.
Dalam Rancangan Peraturan Perundangan (RPP) mengenai Kode Etik Pegawai negeri
Sipil (PNS) dalam Bab I Pasal 1 ayat (1) dijelaskan pengertian Kode Etik PNSsebagai ; “Normanorma sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang
diharapkan dan dipertanggung jawabkan dalam melaksanakan tugas pengabdiannya kepada
bangsa, negara, masyarakat, dan tugas-tugas kedinasan organisasinya serta pergaulan hidup
sehari-hari sesama PNS dan individu-individu di dalam masyarakat”.
Adapun untuk mencapai maksud dan tujuan Kode Etik PNS yang dirumuskandalam
RPP tersebut, menghasilkan pokok-pokok Kode Etik PNS yang mencakup hubungan-hubungan

PNS dengan Pusat maupun Daerah, hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, Negara,
Pemerintah, Organisasi , masyarakat dan dengan dirinya sendiri. Salah satu pembahasan
dalam masalah ini hanya akan ditekankan pada hubungan PNS dengan Tuhan Yang Maha Esa
yang merupakan salah satu pokok Kode Etik PNS.Dalam modul Etika Organisasi Pemerintah
oleh Drs. Desi Fernanda, M.Soc. Sc. dijelaskan bahwa hubungan PNS dengan Tuhan Yang
Maha Esa adalah: Setiap PNS bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memilih
agama sesuai keyakinannya masing-masing. Setiap PNS harus bersikap hormat menghormati
antar sesama warga negara pemeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
melaksanakan kerukunan anatar umat beragama dalam semangat persatuan dan kesatuan.
Setiap

PNS

wajib

menghayati

dan

mentaati

serta

mengamalkan

sikap

kepatutan,kelayakan dan tata nilai yang berlaku dan berkembang di dalam masyarakat sesuai
nilai-nilai agama yang ada sebagai bagian dari jati diri dan integritas Pegawai Negeri
Sipil.Pemerintah dan seluruh jajarannya di negara manapun sering menjadi obyek kritikan
masyarakat karena berbagai kelemahan yang ditunjukkannya. Ini adalah resiko dari sektor
publik, khususnya dalam lingkungan demokrasi, menghadapi kondisi masyarakat yang sangat
bervariasi, kompleks, dan dinamis. Organisasi pemerintahan pada umumnya dirancang sebagai
sistem birokrasi yang besar dan berorientasi kepada aturanaturan hukum dan perundangundangan, serta prosedur yang baku, sehingga dalam interaksinya dengan masyarakat
cenderung kaku, rumit, lamban, bahkan korupsi.
Dalam kondisi masyarakat seperti sekarang ini, pemerintah di sebuah negara cenderung
menentukan arah dan komitmen melakukan reformasi dalam berbagai aspek penyelenggaraan
pemerintahannya. Alasan mengapa pemerintah perlu melakukan perubahan, salah satunya
adalah bahwa sistem-sistem dalam pemerintahan tidak cukup efektif membentuk kompetensi
dan kualitas sumber daya manusia yang handal. Sebaliknya sistem dalam pemerintahan telah
cenderung membentuk para birokrat menjadi kurang responsif, lamban, berorientrasi pada
status quo, korupsi dan sebagainya. Akan tetapi kenyataannya tetap saja pemerintah mendapat
kritikan dan sorotan yang tajam, karena dianggap para abdi negara khususnya para PNS yang
belum bisa memberikan pelayanan yang optimal bahwa salah satu prinsip dalam pemerintahan
adalah pelayanan, yaitu semangat untuk melayani masyarakat (a spirit of public service), dan
menjadi mitra masyarakat (partner of society). Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan
suatu proses perubahan perilaku yang antara lain dapat dilakukan melalui 3
“pembudayaan kode etik (code of ethical conducts) yang didasarkan pada dukungan
lingkungan (enabling strategy) yang diterjemahakn ke dalam standar tingkah laku yang dapat
diterima umum, dan dijadikan acuan perilaku aparatur pemerintah baik di pusat maupun di

daerah-daerah. Dengan demikian, untuk meningkatkan standar etika organisasi pemerintah
itu,sebenarnya adalah meningkatkan kualitas perwujudan atau pemenuhan batasan-batasan
nilai atau norma sikap dan perilaku dalam kebijakan dan tindakan aparatur pemerintah, yang
dapat memuaskan dan membangun kepercayaan masyarakat. Karena tanpa kepercayaan
masyarakat, pemerintah dimanapun tidak akan mampu menjalankan pemerintahannya secara
efektif dan efisien. Nilai-nilai atau norma sikap dan perilaku PNS akan terjawab, salah satunya
apabila setiap PNS telah mengamalkan ajaran agamanya dengan sebaik mungkin.
Dalam

setiap kehidupan sehari-hari setiap anggota masyarakat akan berhadapan

dengan batasan-batasan nilai normatif, yang berlaku pada situasi tertentu yang cenderung
berubah-ubah dari waktu kewaktu, sejalan dengan perubahan pola pikir dan perilaku
masyarakat itu sendiri. Batasanbatasan nilai normatif dalam interaksi dengan masyarakat dan
lingkungannya itulah yang kemudian dapat kita katakan sebagi nilai-nilai etika. Sedangkan nilainilai dalam diri seseorang yang akan mengendalikan dimunculkan atau tidaknya kepatuhan
terhadap nilainilai etika dapat kita sebut dengan moral atau moralitas.
Secara konseptual, etika merupakan bagian dari disiplin ilmu filsafat yang berfokus pada
nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh manusia beserta pembenarannya, termasuk nilai-nilai
hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Istilah etika memiliki
kecenderungan dipandang sebagai suatu sistem nilai apa yang baik dan buruk bagi manusia
dan masyarakat. Sehingga kesemua permasalahan tentang nilai yang di anut oleh manusia,
penulis memandang nilai keagamaanlah yang merupakan kunci utama dari permasalahan ini
dan dalam implementasinya, memang benar bahwa nilai keagamaan seseorang akan
menyumbangkan peranan yang sangat besar dalam membicarakan masalah kode etik.
Sering kali terjadi dilingkungan PNS dan bahkan dilingkungan para pejabat berslogan
bebaskan Korupsi, nepotisme, kolusi, tetapi tingkah laku, tindakan, dan pelaksanaannya tetap
saja tidak bisa memberikan contoh dan suri tauladan yang baik seperti yang diucapkan, akan
tetapi secara sadar atau tidak sadar tetap saja korupsi, nepotisme dan kolusi. Contoh: Ia
berslogan Basmi Korupsi tapi justru ia sendiri yang paling banyak korupsinya, ia berslogan
basmi nepotisme justru ia sendiri yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan, bahkan
seluruh anaknya cucunya dibawa masuk menjadi PNS

tampa menindahkan prosedure, Ia

berslogan basmi Kolusi tapi dalam kenyataannyannya ialah yang paling banyak kolusi, bahkan
sampai penertuan jabatan masih saja menggunakan kolusi dan nepotisme, sehingga kondisi ini
sangat merugikan bagi pihak pihak yang potensial dan bagi mereka yang berprestasi kerja.
Seringkali juga salah mengartikan moral dan etika, antara loyalitas dan kesetiaan,
seolah yang disebut loyalitas dan kesetiaan itu merupakan nilai kesetiaan dan loyalitas kepada

pimpinan, sungguh akan menjadi bejat bangsi ini jika mengartikan loyalitas dan kesetiaan itu
diartikan loyalitas dan kesetiaan kepada pimpinan, karena jika pimpinannya bobrok maka
jadilah bobrok seluruh staf dan pns yang ada, dan menjadilah rusak seluruhnya. Berdasarkan
moral etikan PNS yang benar adalah kita wajib bermoral, beretika, loyalitas dan setia kepada
Pancasila dan Undang undang dasar 1945 sebagai dasar negara kita. Kaku dan lambat dalam
melayani masyarakat masih sering kali terjadi dilingkungan PNS, kondisi ini harus segera
dibasmi untuk memberikan pelayanan publik yang terbaik bagi masyakat, pns sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Kesalahan fatal lainnya yang sering terjadi dilapangan adalah
kesalahan dalam memberikan sanksi, dan mengada ngada permasalahan, seolah dirinya orang
yang paling bersih tidak ada noda salah dan
apapun diungkit,

bersalah, dan kesalahan orang lain sekecil

contoh: ada pimpinan belum mengecek secara realita tetapi tiba tiba ia

memberikan sanksi kepada stafnya dengan tuduhan belum berijazah akuntan., padahal stafnya
tersebut didunia profesi akuntan sudah diakui secara internasional maupun nasional, karena
ijazah yang dimiliki merupakan docomen yang syah dari Negara dan Kementrian Keuangan RI.
Kondisi yang seperti ini termasuk salah satu tindakan sewenang wenang, sehingga
membuat situasi tidak nyaman bekerja, sesungguhnya perbuatan pembelaan staf tersebut
bukanlah sebuah pembangkangan akan tetapi pembelaan hak staf yang didoholimi,

atas

tindakan arogansi dan kesewenang wenangan pimpinan. Namun demikian tidak semua PNS
dan pejabat yang ada bersikap seperti yang disebutkan ditas, masih banyak PNS dan Pejabat
yang baik dan bermoral

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh para
pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya, tidak
ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar adanya, dibutuhkan sanksi keras
terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya
tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus
diseret ke pengadilan.Kita memang harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas
terhadap penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif
dan tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus
ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan
di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik profesi harus
diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian
elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan
Bangsa yang bermartabat.
Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa Kesatuan dan persatuan, kebersamaan,
kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki
organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil
di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari hari. Untuk menjamin agar setiap
Pegawai Negeri Sipil selalu berupaya terus meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan
pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan perundang-undangan yang mengatur sikap,
tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil, baik di dalam maupun di luar dinas.
Masyarakat juga berhak menentukan kode Etik atau aturan dalam masyarakat yang juga
turut mengatur keberadaan seorang Aparat Birokrasi di lingkungannya. Kalau memang
melanggar harus ada komitmen bersama untuk mentaati aturan yang ada di tengah-tengah
masyarakat. Jadi yang disebut Etika Birokrasi merupakan norma aturan yang melekat pada
anggota atau aparat Birokrasi itu sendiri dimana pun dan kapan pun dia berada, baik di kantor
maupun di tengah-tengah masyarakat, dia terikat dengan aturan kepegawaian dan aturan
norma dalam masyarakat yang menjadi lansasan Etika dalam bertindak dan berperilaku dalam
melaksanakan tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://chandrasilaen.wordpress.com/2010/04/20/kode-etik/
bkd.malangkota.go.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi
http://cyberlawncrime.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-dan-fungsi.html

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124