Index of /enm/images/dokumen

PENGGERAKAN KEGIATAN DAN PENGAWASAN DALAM KOPERASI 1
Tulus Tambunan
Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti
Penggerakan Kegiatan Dalam Koperasi
Dalam sejarahnya, koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang berasal dari Indonesia. Kegiatan
berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan di Inggris di sekitar abad pertengahan. Pada
waktu itu misi utama berkoperasi adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi problemproblem ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri. Ide koperasi ini kemudian menjalar ke
Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lainnya di dunia. Di Indonesia, baru koperasi diperkenalkan pada
awal abad 20. 2
Dalam kata lain, koperasi adalah suatu cara alternatif dalam melakukan kegiatan usaha dalam menghadapi
mekanisme pasar yang tidak sempurna atau terdistorsi. Orang melakukan sesuatu kegiatan usaha punya satu
tujuan, yakni menaikan kesejahteraannya. Jadi, koperasi tidak lain tidak bukan adalah suatu cara alternatif
untuk menaikan kesejahteraan para anggotanya. 3
Sesuai Pasal 1 Undang-undang (UU) Nomor 25/1992 tentang perkoperasian, ciri-ciri koperasi sebagai
badan usaha dapat dipertegas dan dirinci sbb, yaitu:
1) Dimiliki oleh anggota yang tergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama
2) Para anggota bersepakat untuk membangun usaha bersama atas dasar kekuatannya sendiri dan atas
dasar kekeluargaaan
3) Didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya
4) Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggota dalam rangka
memajukan kesejahteraan anggota.

Koperasi sebagai badan usaha, dalam menjalankan kegiatannya untuk mencapai tujuannya itu tentu sangat
dipengaruhi baik oleh lingkungan internal (anggota, organisasi dan kelembagaan, manajemen, modal,
kegiatan usaha, keanggotaan, teknologi) maupun lingkungan eksternal (sosial, politik, informasi,
perekonomian, hukum dan sosial budaya) di tingkat regional, nasional dan internasional (Gambar 1)

Gambar 1: Lingkungan yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi
Faktor-faktor
internal

Kinerja
Koperasi

Faktor-faktor
eksternal

1

Bahan pelatihan dalam rangka PKM, FE-USAKTI, 31 Mei 2008, Jakarta.
Tambunan, Tulus (2008), ”Prospek Perkembangan Koperasi di Indonesia ke depan: Masih Relevankah Koperasi di dalam Era
Modernisasi Ekonomi”, Penelitian Dosen, Juni, Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti.

3
Sumarsono, Sonny (2003), Manajemen Koperasi. Teori dan Praktek, Jakarta: Graha Ilmu.

2

1

Di dalam lingkungan internal, selain komponen-komponen seperti anggota, organisasi, dll.nya itu, tata
kehidupan dalam oranisasi koperasi yang mengatur bagaimana hubungan di antara anggota dan pengurus
koperasi juga sangat berpengaruh terhadap kinerja sebuah koperasi Tata kehidupan ini secara prinsip diatur
oleh prinsip-prinsip koperasi. UU No. 25/1992 Pasal 5 merinci 7 (tujuh) prinsip koperasi Indonesia, yaitu:
1) Pengelolaan dilakukan secara demokratis
2) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota
3) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
4) Kemandirian
5) Pendidikan perkoperasian
6) Kerjasama antar koperasi
Anggota boleh dikatakan sebagai komponen terpenting untuk menggerakan kegiatan koperasi. Yang
dimaksud disini adalah keseriusan, kreativitas, kesetiaan serta keahlian yang dimiliki anggota (SDM). Ada

semacam hubungan timbal balik antara keseriusan anggota dalam menggerakan koperasi dengan kegiatan
koperasi yang memusakan anggota: anggota yang aktif membuat kinerja koperasi menjadi baik, ini pada
gilirannya membuat kesejahteraan anggota meningkat yang selanjutnya membuatnya tambah aktif, dan juga
menarik anggota-anggota baru (Gambar 2). 4

Gambar 2: Hubungan antara Kepuasan Anggota dan Kinerja Koperasi
Sumber daya
lainnya

Anggota aktif

Kinerja Koperasi

Output ↑

Kesejahteraan
anggota ↑

Kepuasan anggota ↑
4


Hendar dan Kusnadi (2005), Ekonomi Koperasi, Edisi Kedua, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

2

Pentingnya keanggotaan koperasi sebagai unsur yang menentukan dalam organisasi dan berarti juga
kinerja atau pencapaian output dari koperasi dinyatakan dalam UU No. 25/1992 Pasal 17 yang menyebutkan:
Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Dalam kedudukannya sebagai
pemilik, anggota adalah:
1) pemodal koperasi dan karena itu harus memberikan kontribusi modalnya kepada koperasi, sesuai dengan
ketentuan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga dan atau keputusan rapat anggota,
2) turut serta mengambil keputusan-keputusan agar segala tindakan koperasi sesuai dengan keinginan dan
kepentingan ekonomi anggota,
3) mengawasi segala sesuatu yang dilakukan oleh koperasi agar tidak menyimpang dari keputusan-keputusan
yang ditetapkan oleh anggota dan demi pengamanan terhadap modal yang ditanam oleh anggota ke dalam
koperasi. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai pengguna jasa atau pelanggan, anggota koperasi harus
berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha koperasi.

Selain dari kewajibanj yang harus dilaksanakan, dalam kaitan ini Pasal 20 UU No. 25/1992 juga dirinci
tentang hak anggota koperasi sebagai berikut:

1) Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota (RA)
2) Memilih dan/atau dipilih memjadi pengurus atau pengawas
3) Meminta diadakan RA menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar (AD).
4) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar RA baik diminta maupun tidak diminta
5) Memanfaatkan koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggotanya
6) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam AD

Pengawasan Dalam Koperasi

Lemahnya pengendalian atau penawasan intern merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
penyelewengan dalam suatu organisasi koperasi. Sebagai organisasi dibidang ekonomi dan sosial koperasi
sangat rawan terhadap resiko kerugian. Kerawanan tersebut dapat bersumber dari unsur intern maupun
ekstern.
1. Unsur-unsur intern.
a. Adanya sifat manusia yang curang, ambisi, malas, ceroboh, mau menang sendiri, dan sekongkol.
b. Organisasi melibatkan banyak orang yang mempunyai karakter yang berbeda; otoriter, demokratis,
dan independens.
c. Harta kekayaan koperasi relatif besar nilainya sehingga perlu diamankan.

3


d. Kegiatan usaha koperasi semakin kompleks sehingga perlu diatur prosedur, pelaksanaan, dan
otoritasnya secara baik.
2. Unsur-unsur ekstern
a. Adanya pihak-pihak atau oknum yang kurang menyukai kegiatan usaha koperasi karena persaingan
atau faktor-faktor lain.
b. Adanya kecenderungan dari oknum anggota koperasi yang cenderung ingin mendahulukan
kepentingan antara lain dengan cara:
¾ memanfaatkan celah-celah aturan lemah
¾ memanfaatkan kelemahan kepemimpinan koperasi
¾ memanfaatkan kelemahan manajemen koperasi

Oleh karena sangat diperlukan pengawasan di dalam koperasi. Hal ini dinyatakan jelas di dalam UU No
25/1992 Pasal 21 (yang merupakan acuan dasar bagi terbentuknya sebuah koperasi), bahwa perlengkapan
organisasi koperasi terdiri dari RA, 5 pengurus dan pengawas (Gambar 3). Pengawasan dilakukan secara
langsung oleh para anggota secara demokratis. Dalam kata lain, koperasi adalah organisasi demokratis yang
dikontrol oleh anggotanya yang secara aktif berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan dan membuat
putusan. Pengawasan bisa dilakukan oleh para anggota atau lewat lembaga khusus yang bertugas melakukan
pengawasan. Hal ini bisa diputuskan dalam RA yang ditetapkan dalam anggaran dasar AD. Jadi pengawas
bertanggung jawab kepada RA.

Dikatakan bisa dilakukan oleh anggota atau lembaga khusus, karena sesuai dengan UU. No.25/1992,
keberadaan lembaga pengawas pada struktur organisasi koperasi bukan merupakan sesuatu yang diharuskan.
Artinya, karena pengawasan terhadap koperasi pada dasarnya dilakukan secara langsung oleh para anggota,
maka tidak semua koperasi wajib memiliki lembaga pengawas. Kebutuhan akan lembaga pengawas pada
setiap koperasi sangat tergantung pada ukuran koperasi bersangkutan.
Tetapi, seperti yang dikatakan oleh Sumarsono (2003), 6 kehadiran sebuah lembaga yang secara khusus
bertugas mengawasi pengurus, memungkinkan dilakukannya pengawasan secara lebih sistematik dan
terlembaga terhadap berbagai aspek kegiatan pengurus. Dengan ditingkatkannya pengawasan terhadap
berbagai aspek kegiatan pengurus, maka peluang terjadinya penyimpangan dan penyelewengan dalam

5

Menurut pasal 23 UU no.25/1992, RA menetapkan: (1) AD, (2) kebijaksanaan umum, (3) pemilihan, pengangkatan,
pemberhentian pengurus dan pengawasan, (4) rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi serta pengesahan
laporan keuangan, (5) pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya, (6) pembagian sisa hasil usaha, dan
(7) penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi. RA koperasi dibedakan dua (2) macam, yaitu RA biasa dan RA
luar biasa. Lebih jelasnya, lihat Sumarsono (2003) (catatan kaki no.3).
6
Lihat catatan kaki no.3.


4

pengelolaan organisasi dan usaha koperasi diharapkan akan dapat dikurangi. Hal ini diharapkan akan
meningkatkan kepercayaan anggota terhadap koperasi (halaman 49).
Gambar 3: Struktur Organisasi Koperasi

RA

Panitia-panitia
Pembinaan anggota
Pendidikan/penyuluhan
Perkreditan
Dll

Pengurus

Badan Pemeriksa

Manajer


Staf:
-adm. umum
-adm. pembukuan
-kasier

Bagian/unit……

Bagian/unit……

Bagian/unit……

Bagian/unit……..

Sumber: Buku Pedoman Manajer Koperasi/KUD, 2000. 7

Penyusunan struktur pengawasan 8 sebaiknya dibuat dalam bentuk tertulis berupa Surat Keputusan (SK)
dimana keabsahannya harus diputuskan oleh pihak yang berwenang. Dalam kehidupan koperasi pihak
berwenang paling tinggi adalah RA, kemudian Pengurus dan Pengawas serta Manager atau Kepala-kepala
unit. Dalam pengesahan SK perlu diperhatikan segi kerumitan, bobot masalah dan biaya sehingga tidak semua
SK harus disahkan oleh RA.

Walaupun pengawasan dilakukan oleh para anggota atau lewat lembaga pengawas, penanggungjawab
implementasi struktur pengawasan intern adalah seluruh stakeholder yaitu: anggota (pengawas maupun bukan
pengawas), pengurus, manajer, dan karyawan. Pengawas bertanggung jawab menganalisis dan memastikan

7

Lihat catatan kaki no.3.
Struktur pengawasan perlu dibuat secara tertulis sebab ada adagium: “tidak ada kesalahan, tidak ada sanksi, tanpa adanya suatu
peraturan yang mendahului, harus ada kata sepakat dari orang yang berwenang”, dalam hal ini dapat diputuskan oleh RA, Pengurus,
Pengawas, atau seseorang yang ditunjuk.

8

5

apakah pengurus, termasuk manajer telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan pengawasan intern di koperasinya.
Jika pengawasan dilakukan tidak lewat lembaga khusus melainkan oleh para anggota, maka anggota
tersebut tidak dapat merangkap jabatan sebagai pengurus, sebab kedudukan dan tugas pengawas adalah
mengawasi pelaksanaan tugas kepengurusan yang dilakukan oleh pengurus. Apabila terjadi perangkapan

jabatan, maka laporan hasil pengawasan yang telah dilakukannya diragukan obyektivitasnya. 9
Pengawasan yang bertujuan untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi adalah lebih bijaksana
daripada memberi hukuman dan peringatan. Jadi, tugas pengawas sesuai UU No.25/1992 Pasal 39 adalah
sebagai berikut 10
1) Pengawas bertugas:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengolaan koperasi
b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya
2) Pengawas berwenang:
a. Meneliti catatan yang ada pada koperasi.
b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
Disamping itu, karena pengawasan yang bersifat mencegah itu lebih baik dan lebih bijaksana, maka tugas
pengawas hendaknya bertujuan: 11
1) Memberikan bimbingan kepada pengurus dan karyawan kea rah keahlian dan ketrampilan.
2) Mencegah pemborosan bahan/sumber daya, waktu, dan tenaga agar tercapai efisiensi perusahaan koperasi.
3) Menilai hasil kerja dengan rencana yang sudah ditetapkan.
4) Mencegah terjadinya penyelewengan.
5) Menyelesaikan atau Menjaga tertib administrasi secara menyeluruh.
Manfaat struktur pengawasan dalam koperasi dapat diuraikan dalam empat (4) butir penting, sedangkan
lingkupnya dalam dua (2) butir sebagai berikut:
1. Manfaat struktur pengawasan intern dalam koperasi
a) Mengamankan harta kekayaan koperasi sekaligus mencegah kebocoran
b) Meningkatkan efektivitas dan efesiensi koperasi
c) Meningkatkan kepastian hukum dalam aturan main mekanisme koperasi
d) Sebagai instrumen audit untuk memudahkan penelusuran jika terjadi pelanggaran
2. Lingkup struktur pengawasan dalam koperasi secara umum dibagi dalam dua bidang sebagai berikut:
9

Lihat selanjutnya Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto (2002), Perkoperasian, Sejarah, Teori, & Praktek, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
10
Penjelasan lebih luas, lihat: Hendrojogi (2004), Koperasi: Asas-asa, Teori, dan Praktik, Edisi revisi, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,
11
Lihat catatan kaki no.3.

6

a) Struktur pengawasan intern manajemen. Tujuannya untuk memastikan apakah pelaksana mentaati
semua prosedur yang ada dengan benar dan apakah prosedur yang ada telah menjamin efesiensi.
Sasarannya adalah:
¾ tepat prosedur, dapat dinilai dari kecepatan menyelesaikan pekerjaan dengan biaya yang lebih
murah.
¾ tepat

pelaksana,

berpengetahuan

dan

trampil,

dapat

dinilai

dari

tingkat

kerajinan,

ketelitian/kesalahan, dan volume pekerjaan yang diselesaikan.
¾ tepat otoritas, pemisahan wewenang, delegasi, tanggung jawab dapat dinilai dari tingkat
kepemimpinan, tanggung jawab terhadap pekerjaannya maupun pekerjaan bawahannya.
b) Struktur Pengawasan akuntansi. Tujuannya untuk memastikan apakah semua transaksi telah dicatat
dengan benar sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Sasarannya: tepat prosedur, tepat
jumlah/nilai, tepat waktu, tepat pencatatan, dan tepat otoritas.
Untuk mengukur apakah proses dan sistem pengawasan oleh anggota secara demokratis dilakukan
didalam sebuah koperasi dilakukan dengan benar, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan atau dapat
digunakan sebagai alat ukur, yakni sbb.:
1) penyelenggaraan RA tahunan;
2) rasio kehadiran anggota dalam RA;
3) Rencana kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB) disyahkan dan
Dilaksanakan;
4) Realisasi anggaran pendapatan koperasi;
5) Realisasi anggaran belanja koperasi;
6) Realisasi surplus hasul usaha koperasi;
7) Pemeriksaan intern dan ekstrn
Pengawas koperasi berdiri sejajar dengan pengurus. Ini artinya bahwa diantara keduanya tidak ada yang
lebih atas atau membawahi. Keduanya sama sederajat dimata anggota dan didalam manajemen koperasi.
Keduanya dipilih oleh anggota lewat RA, dan oleh karena itu keduanya bertanggung jawab pada RA, serta
keduanya melaksanakan amanat RA didalam mengelola kegiatan sehari-hari walaupun dalam fungsi yang
berbeda. 12
Agar pelaksanaan pengawasannya baik atau efektif sesuai tujuannya, maka setiap anggota pengawas harus
memiliki beberapa pengetahuan dasar sbb.: 13
1) Pengetahuan tentang perkoperasian, yang meliputi:
a. peraturan koperasi: UU koperasi, kepres/inpres, anggaran rumah tangga dan RA
12
13

Lihat catatan kaki no.3.
Lihat catatan kaki no.8

7

b. organisasi dan manajemen: landasan, asas dan prinsip koperasi, struktur dan sejarah koperasi
c. pengetahuan usaha: produksi, jasa dan pemasaran
2) Pengetahuan akuntansi, antara lain: sistem pembukuan, analisa neraca R/L, auditing, dan pembelanjaan.
3) Pengetahuan tentang hukum, meliputi antara lain: hukum pajak, hukum dagang, dan hukum perburuhan
4) Kebijaksanaan pemerintah, seperti misalnya kebijaksanaan dibidang ekonomi dan keuangan.
Terakhir, untuk mengadakan pemisahan yang tegas antara pengurus, pengawas, dan manajer koperasi,
karena ini sangat penting untuk menjamin efektifitas dalam pelaksanaan pengawasan, dibuat pedoman sbb.: 14
1) Pengurus adalah pelaksanaan usaha koperasi yang bertanggung jawab kepada anggota.
2) Pengawas adalah orang yang mengadakan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengurus dan dapat
memberi saran-saran demi kemajuan koperasi.
3) Manajer adalah orang yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola, selain petugas pelaksana
pekerjaan sehari-hari dan bertanggung jawab kepada pengurus.

14

Lihat catatan kaki no.8.

8