Tindak Tutur Negatif Pada Media Sosial : Studi Kasus Anak Usia Sekolah Dasar

ISBN 978-602-70471-2-9

TINDAK TUTUR NEGATIF PADA MEDIA SOSIAL : STUDI KASUS
ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Sugeng Riyanto
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta– Indonesia
Sugenx_bepe20@yahoo.com

ABSTRAK
Pemakaian bahasa yang dipakai oleh seorang penutur mencerminkan kemampuan kognitif atau
kemampuan berpikir seseorang. Sebab apa yang diungkapkan oleh lisan adalah satu hal yang
dipikirkan oleh orang tersebut. Kegiatan berkomunikasi yang disampaikan seorang penutur hendaknya
selain menyampaikan maksud dengan baik dan benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan
berbahasa dalam penyampaiannya. Berkaitan dengan kesantunan berbahasa, studi pragmatik erat
kaitannya dengan analisis bidang tersebut. Studi pragmatik menganalisis penggunaaan bahasa dalam
suatu situasi tutur atau cara pengungkapan bahasa dalam suatu peristiwa yang meliputinya. Hal itu
dikarenakan suatu ujaran tidak bias dilepaskan dari konteks percakapan. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa secara utuh yang memerhatikan konteks ujaran.

Konteks ujaran memiliki makna negatif ataupun positif disesuaikan dengan ujarannya. Media sosial,
baik group Whatsapp, facebook, BBM, Instagram, dan lain lain saat ini sudah menjadi teman akrab
bagi anak usia Sekolah Dasar (SD). Media sosial tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap
pemerolehan bahasa anak, baik pengaruh positif dan negatif. Pengaruh negatif bisa berbentuk
kesantunan negatif, yakni; (1) Adanya tindakan bullying terhadap mitra tutur secara berkelanjutan; (2)
kekerasan secara non verbal terhadap mitra tutur dalam sebuah group media sosial sehingga
menimbulkan permasalahan yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak usia sekolah dasar
meningkat. Selain itu, kecenderungan anak lebih asyik dengan media sosialnya dibandingkan mereka
berinteraksi secara langsung. Hal itu berpengaruh pada tingkat komunikasi mereka karena
kecenderungan lebih asyik berdiskusi melalui dunia maya di media sosial. Penelitian ini lebih
mengarahkan mengenai kesantunan negatif pada anak usia sekolah dasar pada media sosial yang ada
di kota Surakarta.
Kata Kunci : penutur, gagasan, kesantunan negatif

pengungkapan bahasa dalam suatu peristiwa

PENDAHULUAN
di-

yang meliputinya. Hal itu dikarenakan suatu


sampaikan seorang penutur hendaknya selain

ujaran tidak bias dilepaskan dari konteks

menyampaikan maksud dengan baik dan

percakapan. Oleh karena itu, dapat dikatakan

benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan

bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa

berbahasa dalam penyampaiannya. Berkaitan

secara utuh yang memerhatikan konteks

dengan kesantunan berbahasa, studi pragmatik

ujaran.


Kegiatan

berkomunikasi

yang

erat kaitannya dengan analisis bidang tersebut.

Mayarakat awam sering kali me-

Studi pragmatik menganalisis penggunaaan

mandang bahwa kesantunan berbahasa dan

bahasa dalam suatu situasi tutur atau cara

berperilaku merupakan bagian dari karakter

470


Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

budaya seseorang atau masyarakat. Pandangan

yang

luas.

Mereka

berhadapan

dengan

itu membatasi pemikiran bahwa berbudaya

teknologi masyarakat dan proses belajar

santun sebatas sebagai kewajiban berbudaya.


bahasa mereka tidak terjadi hanya di sekolah

Padahal, jika dirunut secara lebih jauh dan

saja.

dan

Masa sekolah dasar sebagai individu

berperilaku merupakan hakikat keyakinan

yang sedang berkembang, barangkali tidak

mendasar, yakni keyakinan ibadah seseorang

perlu diragukan lagi keberaniannya. Setiap

kepada Tuhannya (Pardi, 2014:96).


anak sekolah dasar sedang berada dalam

mendalam,

kesantunan

berbahasa

Pendapat Pardi tersebut memberikan

perubahan fisik maupun mental kearah

penekanan akan pentingnya sebuah kesantunan

penyempurnaan. Tingkah laku anak dalam

berbahasa yang dipakai seseorang dalam

sosial dan nonsosial meningkat. Anak kelas 4


hubungan

berbudaya.

memiliki kemapuan tenggang rasa dan

Karakter santun dan penyayang merupakan

kerjasama yang lebih tinggi, bahkan ada yang

salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh nabi

menampahkan tingkah laku mendekati tingkah

dan rasul. Hal itu patut dijadikan contoh oleh

laku untuk anka remaja permulaan.

dengan


karakter

masyarakat dalam berinteraksi baik dengan

Prinsip-prinsip kesantunan berbahasa

sekalipun.

sesuai dengan pendapat Leech (1993:166-218)

Karakteristik siswa sekolah dasar dijelaskan

berbahasa santun merupakan susunan bahasa

sebaga pengetahuan guru. Masa usia sekolah

yang didasarkan, pertama maksim kearifan

dasar sebagai masa kanak-kanak akhir, masa


(tact maxim), yaitu memperkecil kerugian

ini berlangsung dari usis enam tahun hingga

pendengan;memperbesar

sebelas sampai duabelas tahun. Karakteristik

dengar,

utama usia sekolah dasar adalah siswa

(Generosity

menampilkan perbedaan individual dalam

keuntungan sendiri;memperbesar keuntungan

banyak hal. Misal: perbedaan intelegensi,


pendengar, ketiga maksim pujian (approbation

kemampuan

maxim),

teman,

sahabat,

perkembangan

dan

kognitif

musuh

dalam


bahasa,

kepribadian,

dan

perkembangan fisik anak.
Masa ini sebagai masa dimulainya

kedua

maksim

maxim),

yaitu

keuntungan

yaitu

pen-

kedermawanan
memperkecil

memperkecil

keluhan

pendengar; memperbesar pujian pendengar,
keempat maksim kerendahan hati (modesty
maxim),

yaitu

memperkecil

pujian

perkembangan psikososial, yaitu pada usia

diri;memperbesar perendahan hati, kelima

enam tahun sampai pubertas. Anak mulai

maksim kesepakatan (agreement maxim), yaitu

memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja

memperkecil ketidak-sepakatan antara diri

471

ISBN 978-602-70471-2-9

sendiri

dengan

orang

lain;memperbesar

2.

Mengidentifikasi maksud yang ingin

kesepakatan antara diri sendiri dengan orang

disampaikan anak usia Sekolah Dasar

lain;memperbesar kesepakatan antara diri

(SD) pada media sosial, baik Whatsapp,

sendiri dengan orang lain, dan keenam maksim

facebook, BBM, dan Instagram.

simpati (sympathy maxim), yaitu memperkecil
antipasti

anara

diri

sendiri

dan

orang

METODE PENELITIAN

lain;memperbesar simpati antara diri sendiri

Adapun jenis penelitian ini lebih

dan orang lain. Namun, strategi berkomunikasi

mengarah pada kualitatif. Penelitian kualitatif

yang digunakan oleh anak usia sekolah dasar

dilakukan dengan cara pendeskripsian dengan

masih banyak ditemukan kesantunan negatif.

menggunakan kata-kata dan bahasa dalam

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

membahas mengenai tuturan yang terdapat

memanfaatkan metode-metode yang alamiah.

pada media sosial, baik baik Whatsapp,

Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti

facebook, BBM, Instagram, dan lain lain

untuk mengungkap sebuah permasalahan

khususnya mengenai kesantunan negatif. Agar

mengenai kesantunan negatif pada media

penulis lebih memfokuskan pada data yang

sosial. Adapun objek penelitian ini lebih

akan dianalisis. Selain itu, data yang dipakai

memfokuskan pada kesantunan negatif pada

lebih terarah dan mempermudah dalam

kesantunan negatif pada media sosial, baik

menentukan data yang dipakai. Oleh sebab itu,

Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.

penulisan ini difokuskan pada komunikasi

Sumber data utama pada penelitian ini ialah

anak usia sekolah dasar berkaitan dengan

kata-kata, frasa, atau kalimat pada media

kesantunan

baik

sosial, baik Whatsapp, facebook, BBM, dan

Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.

Instagram. Adapun data dalam penelitian ini

Selain itu, permasalahan mengenai pengaruh

ialah kata-kata, frasa, atau kalimat yang

media sosial terhadap perilaku bersosial

mengandung

mereka. Berdasarkan permasalahan di atas

Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.

dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu:

Metode pengumpulan data merupakan cara

1.

strategi

yang digunakan unttuk memperoleh data-data

kesantunan negatif pada anak usia Sekolah

yang sesuai dengan penelitian. Menurut

Dasar (SD) pada media sosial, baik

Mahsun (2005: 91) penggunaan bahasa secara

Whatsapp,

tertulis jika peneliti berhadapan dengan

negatif

Mendeskripsikan

Instagram.

472

media

sosial,

realisasi

facebook,

BBM,

dan

kesantunan

negatif

pada

penggunaan bahasa bukan dengan orang yang

Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

sedang berbicara atau bercakap-cakap, tetapi

bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang

berupa bahasa tulis. Misalnya naskah-naskah

berbeda (Mahsun, 2005: 112). Metode ini

kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada media

digunakan

massa dan lain-lain. Metode simak ini

perbedaan makna yang berkaitan dengan

digunakan untuk mencari arti kesantunan

kesantunan

negatif, baik Whatsapp, facebook, BBM, dan

digunakan berupa teknik Pilah Unsur Penentu

Instagram. Setelah menggunakan metode

(PUP) dengan daya pilah sebagai pembeda

simak, dilanjutkan menggunakan teknik catat,

sifat dan watak aneka langue dan daya pilah

yaitu teknik lanjutan yang dilakukan ketika

sebagai pembeda referen. Apabila penelitian

menerapkan metode simak (Mahsun, 2005:

itu bertujuan untuk membagi satuan lingual

91). Dalam penelitian ini, peneliti menyimak

kata menjadi berbagai jenis, maka unsur

penggunaan kesantunan negatif dari sumber

lingual yang berupa referenlah, khusus untuk

data, kemudian data- data yang diperoleh

kata yang referensial, yang dijadikan dasar

dicatat dalam kartu data.

analisis (Mahsun, 2005: 114). Penyajian hasil

untuk

menganalisis

negatif. Teknik dasar

adanya

yang

Mengenai validitas data yang dipakai

analisis data yang digunakan dalam penelitian

pada penelitian ini lebih mengarah pada

ini ialah metode penyajian informal dan

trianggulasi sumber. Trianggulasi tersebut

formal.

mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan

mengungkapkan bahwa metode peyajian

data dengan menggunakan beragam sumber

informal

data yang berbeda (Patton dalam Sutopo,

menggunakan kata-kata biasa, sedangkan

2006:93). Adapun sumber data penelitian ini

penyajian formal ialah penyajian dengan

utamanya diperoleh dari tulisan-tulisan yang

menggunakan tanda atau lambang-lambang

mengungkapkan kesantunan negatif pada baik

tertentu

Sudaryanto

ialah

perumusan

(1993:145)

dengan

Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
Menurut Mahsun (2005: 111) ada dua
metode utama yang dapat digunakan dalam

LANDASAN TEORI
Definisi Wacana

analisis data, yaitu metode padan intralingual

Definisi wacana banyak diungkapkan

dan metode padan ekstralingual. Dalam hal ini

oleh beberapa ahli. Pada mulanya, kata wacana

penulis

padan

dalam bahasa Indonesia digunakan untuk

intralingual yaitu metode analisis dengan cara

berkomunikasi. Istilah wacana mempunyai

menghubung bandingkan unsur- unsur yang

acuan yang lebih luas dari sekadar bacaan.

bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu

Pada akhir-akhir ini, para ahli menyepakati

menggunakan

metode

473

ISBN 978-602-70471-2-9

bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang

dimaksudkan seseorang (Yule,2006:05).

paling

Adapun

besar

yang

digunakan

dalam

Wijana

(1996:1)

Pragmatik

komunikasi (Rani, dkk, 2006:3). Wacana

didefinisikan sebagai cabang ilmu bahasa

digunakan oleh seseorang unuk berkomunikasi

yang mempelajari struktur bahasa secara

baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu,

eksternal, artinya bagaimana penggunaan

wacana

suatu bahasa diluar konteks kebahasaannya

juga

dimanfaatkan

untuk

menyampaikan gagasan.

tetapi lebih kepada penggunaan bahasa

1. Fungsi bahasa dalam komunikasi

dalam komunikasi. Leech (2011:8) bahwa

Seperti yang telah dikemukakan di

pragmatik merupakan studi tentang makna

atas, wacana merupakan penggunaan

dalam hubungannya dengan situasi-situasi

bahasa secara nyata dalam tindak sosial.

ujar (speech situation).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat

Penggunaan bahasa yang demikian itu ada
Situasi

disimpulkan bahwa pragmatik merupakan

komunikasi selalu melibatkan beberapa

cabang ilmu linguistik yang mempelajari

komponen. Komponen tersebut adalah

baik yang terikat oleh konteks maupun

penyampaian pesan yang dapat berupa

tidak

pembicara atau penulis, penerima pesan

berpragmatik dimaknai mengenai maksud-

yang

maksud yang dapat diartikan secara lebih

dalam

situasi

dapat

komunikasi.

berupa

pendengar

atau

pembaca, makna pesan, kode yang berupa
lambing-lambang
yang

berupa

kebahasaan,
sarana,

dan

saluran

terikat.

Komunikasi

dalam

banyak dibanding apa yang diutarakan.
3. Klasifikasi Tindak Tutur
Menurut Yule (1996: 92) sistem

konteks

klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis

((Rani,dkk,2006:19)

fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak

2. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang

tutur,

yaitu

deklarasi,

representatif,

hubungan antara bentuk-bentuk linguistik

ekspresif, komisif, dan direktif. Penjelasan

dan pemakai bentuk-bentuk itu. Di antara

dari kelima tindak tutur tersebut adalah

tiga bagian perbedaan hanya pragmatik

sebagai berikut.

sajalah yang memungkinkan orang ke

a. Deklarasi merupakan tindak tutur yang

dalam suatu analisis. Manfaat belajar

menghasilkan perubahan dalam waktu

bahasa melalui pragmatic ialah bahwa

yang singkat hanya melalui tuturan

seseorang dapat bertutur kata tentang

(Yule, 1996: 92).

makna

474

yang

diasumsikan

atau

Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

kesantunan

seseorang

yang menyatakan keyakinan penutur

menyampaikan

pesan

benar atau tidak, seperti pernyataan

Adapun

suatu fakta, penegasan, kesimpulan,

(2012:1224) berasal dari kata santun.

dan pendeskripsian (Yule, 1996: 92).

Santun termasuk jenis kata sifat yang

b. Representatif merupakan tindak tutur

dalam

atau

kesantunan,

gagasan.

dalam

KBBI

c. Ekspresif merupakan tindak tutur yang

berarti (1) halus dan baik (budi bahasanya,

menyatakan sesuatu yang dirasakan

tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan;

oleh penutur, seperti

pernyataan-

(2) penuh rasa belas kasihan; suka

pernyataan psikologis kegembiraan,

menolong. Brown dan Levinson (1987:61)

kesulitan,

mengungkapkan

kesukaan,

kebencian,

teori

kesantunan

kesenangan atau kesengsaraan (Yule,

berkaitan dengan “wajah” seseorang.

1996: 93).

Dalam hal ini, wajah diartikan sebagai jati

d. Komisif merupakan tindak tutur yang

diri

seseorang

atau

wujud

pribadi

untuk

seseorang dalam suatu masyarakat. Wajah

mengikatkan dirinya terhadap tin-

dibagi menjadi wajah negatif dan wajah

dakan-tindakan di masa yang akan

positif. Keduanya diinginkan setiap orang

datang. Tindak tutur ini menyatakan

untuk

ungkapan janji, ancaman, penolakan,

keberadaannya. Namun, dalam kegiatan

ikrar (Yule, 1996: 94).

berkomunikasi,

dipahami

oleh

penutur

dihargai

dan

seseorang

dilindungi

bisa

saja

e. Direktif merupakan tindak tutur yang

melakukan tindakan yang mengancam

dimaksudkan penutur agar lawan tutur

wajah positif dan wajah negatif. Untuk

melakukan sesuatu, misalnya tindak

itulah, muncul sebuah teori kesantunan

memaksa,

yang berusaha melindungi keinginan

memerintah,

mengajak,
me-

wajah positif dan wajah negatif yang

ngijinkan dan sebagainya (Yule, 1996:

disebut kesantunan positif dan kesantunan

93).

negatif. Kesantunan tersebutlah yang

menyuruh,

memperingatkan,

menjadi acuan peneliti untuk memahami

4. Kesantunan
Adapun

kesantunan

merupakan

penelitian dengan baik

sebuah perilaku yang dilakukan oleh

5. Kesantunan

seseorang secara baik dan sesuai dengan

Negatif

norma-norma yang berlaku. Adanya norma
tersebut

mengindikasikan

adanya

Positif

dan

Kesantunan

Berkaitan dengan teori kesantunan
positif dan kesantunan negatif, Yule

475

ISBN 978-602-70471-2-9

mengungkapkan

gagasan

mengenai

konsep kesantunan positif dan kesantunan
negatif. Namun demikian, Yule lebih
menggunakan

istilah

dan tindakan permintaan maaf atas
pemaksaan atau penyelaan.
6. Wajah Positif dan Wajah Negatif

kesopanan.

Yule (2006:104) mengungkapkan

Kesopanan positif dan kesopanan negatif

bahwa wajah merupakan wujud pribadi

berkaitan dengan wajah positif dan wajah

seseorang dalam masyarakat. Jadi, dalam

negatif (Yule, 2006:107).

hal ini wajah tidak dilihat dari wujud fisik

Telah disebutkan sebelumnya bahwa
wajah

positif

merupakan

kebutuhan

tetapi dari wujud pribadi seseorang. Dilihat
dari wujud pribadi seseorang, wajah

seseorang untuk dapat diterima, disukai

mengacu kepada makna sosial

dan sama keinginannya dengan anggota

emosional yang setiap orang memiliki dan

kelompok

negatif

ingin diketahui oleh orang lain. Adapun

merupakan kebutuhan seseorang untuk

kesopanan dapat diartikan sebagai alat

merdeka, memiliki kebebasan bertindak,

yang

dan tidak tertekan oleh orang lain. Maka,

kesadaran akan wajah atau kepribadian

kesopanan positif merupakan tindakan

orang lain. Dalam hal ini, jarak sosial

penyelamatan

penutur dan mitra tutur mempengaruhi

lain,

dan

wajah

wajah

yang

berkaitan

digunakan

dengan wajah positif seseorang. Hal ini

kesopanan

cenderung

komunikasi.

dilakukan

dengan

memperlihatkan rasa kesetiakawanan dan
menegaskan

bahwa

penutur

untuk

keduanya

dan

menunjukkan

dalam

ber-

Kesopanan dan berkomunikasi juga

juga

berkaitan dengan tindakan mengancam

mempunyai keinginan dan tujuan yang

wajah dan tindakan penyelamatan wajah.

sama dengan mitra tutur.

Tindakan ancaman wajah terjadi ketika

Selain kesopanan positif, dikenal

penutur

mengatakan

sesuatu

yang

pula istilah kesopanan negatif. Kesopanan

mengandung suatu ancaman terhadap

negatif merupakan tindak penyelamatan

lawan tuturnya berkaitan dengan ancaman

wajah yang diwujudkan pada wajah negatif

terhadap nama baik. Adapun tindakan

seseorang. Hal ini dapat diaplikasikan

penyelamatan wajah adalah ketika penutur

dengan

mengatakan sesuatu untuk mengurangi

kecenderungan

untuk

menunjukkan rasa hormat, menekankan
pentingnya minat dan waktu orang lain,

ancaman terhadap wajah lawan tuturnya.
Ancaman maupun penyelamatan
seseorang penutur dapat terjadi pada wajah

476

Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

(2006:107)

1. Sub-strategi 6, (menggunakan permohonan

mengklasifikasikan wajah menjadi dua

maaf), seperti percakapan mesengger data

jenis, yaitu wajah positif dan wajah negatif.

satu.

seseorang.

Wajah

Yule

positif

merupakan

kebutuhan

Data 1

seseorang untuk dapat diterima, disukai
oleh orang lain, diperlakukan sebagai
anggota dari sebuah kelompok yang sama
dan mengetahui bahwa keinginannya
dimiliki pula oleh anggota lain dalam satu
kelompok. Adapun kesantunan negatif
didefinisikan sebagai kebutuhan untuk

Percakapan pada data satu dilakukan

merdeka, memiliki kebebasan bertindak,

oleh anak usia sekolah dasar dengan

dan tidak tertekan oleh orang lain.

menggunakan nama sebutan, yakni Boy
dan Reva. Seperti yang diketahui, Boy dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reva adalah nama dua tokoh dalam sinetron

Strategi Kesantunan Negatif Anak Usia
Sekolah Dasar (SD) pada Media Sosial

Anak Jalanan yang dibintangi oleh Natasha

Strategi kesantunan negatif menurut
Brown

dan

dikelompokkan

Levinson
menjadi

(1987:130-210)
lima,

yakni

menyatakan secara langsung, jangan berasumsi
mengenai apa yang dikehendaki penutur,
jangan memaksa penutur untuk melakukan
suatu tindakan, mengomunikasikan bahwa
penutur tidak menghendaki memaksa petutur,
dan memberikan kompensasi bagi keinginan
lain petutur, yang berasal dari muka negatif.
Kelima

strategi

negatif

tersebut

masih

diuraikan kedalam sepuluh strategi. Berkaitan
dengan adanya strategi kesantunan negatif
anak usia Sekolah Dasar (SD) pada media
sosial, yakni.

Wilona dan Stefan William. Lalu apa isi
dari obrolan tersebut? Berikut transkripnya
:
Boy : Kamu marah ya sama aku lel aku
mintak maaf sayang ku
Reva : Y sayang
Boy : Sip senyum dong sayang kok
diem sih kamu ngambek
Reva : GK SAYANG

Percakapan tersebut di awali dengan
pertanyaan penutur (B) karena merasa mitra
tutur (R) terlihat tidak memedulikannya.
Selain itu, mitra tutur tudak tersenyum
seperti biasa dan adanya dugaan bahwa
mitra tutur sedang marah. Bagian awal
penutur menanyakan apakah mitra tutur
marah sama dia dan terlebih dahulu untuk

477

ISBN 978-602-70471-2-9

menjaga muka negatif maka meminta maaf

yakni adanya jawaban bahwa dirumahnya

dan

Untuk

saat ini kosong seperti biasa. Jawaban

menghindari atau mengurangi keterancaman

tersebut ditujukan kepada Boy selaku

terhadap wajah negatif tersebut, diperlukan

penutur. Selanjutnya adanya pertanyaan

kesantunan yang disebut kesantunan negatif.

dengan mananyakan kabar dan aktivitas

Kesantunan negatif ini tentu dimaksudkan

mitra tutur direspon secara positif denan

untuk melindungi wajah negatif yang

adanya ungkapan cinta dari mitra tutur. Hal

dilakukan dengan cara menunjukkan rasa

itu dikarenakan adanya rasa kerinduan yang

hormat, menekankan pentingnya permintaan

dialami oleh mitra tutur.

diikuti

sapaan

sayang.

maaf kepada mitra tutur. Selanjutnya, mitra
tutur membalas pertanyaan dengan Y sayang

2. Jangan memaksa penutur untuk melakukan

menandakan adanya jawaban yang tidak

suatu tindakan (strategi 3, yakni lakukan

menunjukkan muka negatif. Setelah itu,

secara

penutur

optimistis), seperti ungkapan pada data 3,

berharap

mitra

tutur

untuk

tersenyum dan tidak marah karena masih
terlihat

diam.

Akhirnya

mitra

hati-hati

dan

jangan

terlalu

yakni.

tutur

Data 3

menjawab bahwa ia tidak marah. Ungkapan
selanjutnya ada pada data 2, yakni.

Data 2

Percakapan yang dilakukan penutur
berusaha untuk tidak memaksakan secara
langsung keinginannya dan bersifat hatihati. Adanya upaya tidak memaksa mitra
tutur
Kesantunan

negatif

yang

disampaikan penutur pada mitra tutur
terlihat sesuai keinginannya. Hal itu terlihat
adanya tanggapan positif dari mitra tutur,

478

untuk

memperbolehkan

penutur

terlihat pada bagian awal percakapan. Pada
bagian

awal

percakapan,

penutur

mengungkapkan maksudnya untuk main
terlebih dahulu bersama teman-temannya.

Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

Namun,adanya muka negatif dari jawaban

percakapan dimulai dengan salam terlebih

mitra tutur, yakni adanya kejengkelan

dahulu dilanjutkan dengan sapaan. Setelah

karena ia ingin curhat mengenai kakak kelas

mendapat respon positif dari mitra tutur,

yang sok kecantikan senyum senyum sama

penutur berusaha secara berhati-hati untuk

penutur.

menyapa

kembali

dan

menanyakan

Akhirnya dengan hati-hati penutur

beberapa hal yang selama ini ingin

mengungkapkan bahwa ia tidak suka

diketahuinya. Hal itu mendapat respon

dengan sikap kakak kelas yang dimaksud

positif dari mitra tutur. Meskipun penutur

oleh mitra tutur dan adanya emot cium

terlihat agresif dan menguasai komunikasi,

untuk meluluhkan kejengkelan mitra tutur.

mitra tutur tidak memperlihatkan muka

Kesantunan untuk menjaga muka negatif

negatif

mitra tutur sesuai dengan yang diharapkan

komunikasi tersebut berjalan dengan baik.

oleh penutur sehingga ia bisa main dan

Penutur sedang berusaha meminimalkan

dipesan untuk tidak sampai sore.

paksaan

kepada

penutur

terhadap

mitra

sehingga

tutur

atas

3. Mengomunikasikan bahwa penutur tidak

pertanyaan yang diajukannya dengan cara

menghendaki memaksa petutur (strategi 9,

memberikan pilihan jawaban kepada mitra

yakni nominalkan pernyataan). Ungkapan

tutur. Meminimalkan paksaan bertujuan

tersebut dapat diketahui dari data 4.

agar mitra tutur dapat memenuhi pertanyaan

Data 4.

penutur

dengan

Namun

disini

menyampaikan
penutur

sadar

opsi.
bahwa

pertanyaannya telah mengganggu wajah
negatif mitra tutur sehingga ia melakukan
penekanan dengan memberikan kebebasan
kepada mitra tutur. Penutur berupaya agar
mitra tutur tidak merasa kebebasannya
dengan mitra tutur boleh menjawab
pertanyaan sebagian, bahkan sepenuhnya.
Strategi yang digunakan penutur,
yakni mengomunikasikan untuk tidak
menghendaki memaksa petutur. Hal itu

Maksud
Kesantunan
Negatif
dan
Pengaruhnya terhadap Perkembangan
Anak Usia Sekolah Dasar (SD).
Maksud Kesantunan Negatif
Kesantunan merupakan sebuah istilah

dilakukan untuk menjaga muka negatif
mitra tutur sehingga pada bagian awal

yang

berkaitan

dengan

rasa

hormat,

479

ISBN 978-602-70471-2-9

penghargaan, sikap, dan perilaku yang pantas

membebaskan keinginannya. Adanya izin

diungkapkan,

yang dilakukan oleh penutur pada data 3

tetapi

ungkapan

tersebut

terkadang tidak sepenuhnya disampaikan

pun

secara

membebaskan ia melakukan tindakan

baik.

Kushartanti

(2009:

259)

menyatakan Baik kesantunan positif maupun
kesantunan negatif sering kali ditunjukkan

digunakan

agar

mitra

tutur

sesuai keinginan.
2. Menjawab keingintahuan penutur

dengan berbagai bentuk sapaan. Di Indonesia

Maksud yang ingin disampaikan

ada sapaan seperti saya, kami, Anda, Bapak,

pada data 4 sudah jelas bahwa penutur

Ibu, atau Saudara. Bentuk sapaan seperti ini

menginginkan suatu jawaban atas rasa

menyiratkan adanya jarak. Karena itu, bentuk

keingintahuannya, yang selama ini belum

sapaan ini biasanya dipergunakan sebagai

terjawab. Rasa keingintahuan tersebut

salah

ditujukan

satu

bentuk

kesantunan

negatif.

kepada

mitra

tutur

agar

Sementara itu, di beberapa kota besar seperti

menjawab sesuai dengan harapan penutur.

Jakarta, Bandung, atau Medan, ada pula sapaan

Meskipun sudah jelas bahwa penutur

seperti aku, gue, kamu, (e)lo atau lu. Ungkapan

sebenarnya ingin memastikan perasaan

sayang pun memiliki berbagai sapaan, dari

mitra tutur hanya kepada penutur. Namun,

Beb, cin, sayang, papa, mama, dan berbagai

strategi yang digunakan oleh penutur

sapaan

dengan menyebutkan beberapa nama agar

lainnya.

Adapun

maksud

yang

disampaikan penutur kepada mitra tutur pada

maksudnya

kesantunan negatif anak usia sekolah dasar,

langsung oleh mitra tutur.

yakni.

tidak

diketahui

secara

Pengaruh Media Sosial
Pengaruh

1. Menjaga muka positif penutur
Maksud yang ingin disampaikan

negatif

bisa

berbentuk

kesantunan negatif, yakni; (1) Adanya tindakan

penutur kepada mitra tutur pada media

bullying

sosial, yakni adanya harapan terjaganya

berkelanjutan; (2) kekerasan secara non verbal

muka positif. Muka positif tersebut terlihat

terhadap mitra tutur dalam sebuah group media

pada data 1, 2, dan 3. Tujuan utama dari

sosial sehingga menimbulkan permasalahan

penutur supaya mitra tutur membebaskan

yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak

penutur melakukan sesuatu sesuai dengan

usia sekolah dasar meningkat. Selain itu,

keinginannya. Selain itu, adanya sapaan

kecenderungan anak lebih asyik dengan media

sayang, maaf, dan emot cium hanyalah

sosialnya dibandingkan mereka berinteraksi

strategi

secara langsung. Hal itu berpengaruh pada

480

yang

digunakan

untuk

terhadap

mitra

tutur

secara

Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

tingkat

komunikasi

mereka

karena

anak usia sekolah dasar, yakni menjaga muka

kecenderungan lebih asyik berdiskusi melalui

positif penutur dan menjawab keingintahuan

dunia maya di media sosial.

penutur. Berkaitan dengan pengaruh media
sosial terhadap perkembangan bahasa anak
usia sekolah dasar, yakni; (1) Adanya tindakan

SIMPULAN
Strategi

negatif

yang

Sub-strategi

6,

berkelanjutan; (2) kekerasan secara non verbal

(menggunakan permohonan maaf), Jangan

terhadap mitra tutur dalam sebuah group media

memaksa penutur untuk melakukan suatu

sosial sehingga menimbulkan permasalahan

tindakan (strategi 3, yakni lakukan secara hati-

yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak

hati dan jangan terlalu optimistis), dan

usia sekolah dasar meningkat. Selain itu,

Mengomunikasikan bahwa penutur tidak

kecenderungan anak lebih asyik dengan media

menghendaki memaksa petutur (strategi 9,

sosialnya dibandingkan mereka berinteraksi

yakni

secara langsung.

digunakan,

kesantunan
yaitu

nominalkan

pernyataan).

Maksud

bullying

terhadap

mitra

tutur

secara

kesantunan negatif pada media sosial pada

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bramastia. 2012. “Kiamat Boyolali”. Solopos, 31 Desember 2013.
Brown, Penelope., and Stephen C. Levinson. 1987. Politeness Some Universals In
Language Usage. New York: Cambridge University Press.
Chamalah, Evi. (2012). “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Wacana SMS Pembaca
di Surat Kabar Suara Merdeka dan Radar Tegal”. Thesis. Semarang: FKIP
Unissula.
Depdiknas. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
Hasbul, Fathorrahman. 2013. “Membaca Konspirasi dalam Politik”. Solopos, 4
Februari 2013.
Maryani. (2014).“Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg DPRD dalam
Spanduk Pemilu 2013-2014 Di Kota Surakarta”.Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prihantoro, FX Triyas Hadi, 2013. “PPDB Online dan Kondisi Sekolah Swasta”.
Solopos, 25 Juni 2013.
Faizah, Naimul. 2014. “Kesantunan Negatif Tindak Tutur Menolak di Kalangan
Komunitas Wahana Tri Tunggal (WTT) terhadap Pembangunan Bandara di
Kulon Progo Kajian Pragmatik”. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
481

ISBN 978-602-70471-2-9

Noviastuti, Lia. (2014).” Kesantunan Berbahasa dalam Wacana Sms Pembaca Ada
Rubrik “Halo Jogja” Di Surat Kabar Harian Jogja”. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Rani, Abdul,dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemaknaan.
Malang: Bayumedia.
Sari, Ririn Linda Tunggal. 2011.”Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Negatif dalam
Reality
Show
Minta
Tolong
di
Rajawali
Citra
Televisi
Indonesia.Skripsi.Universitas Sebelas Maret.
Silalahi, Puspa Rinda.(2012).“Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa/I di Lingkungan
Sekolah SMP Negeri 5 Binjai”.Skripsi. Medan: FBS Universitas Negeri Medan.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suryati, Eti. (2013). “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Argumentasi Rubrik
“Pikiran Pembaca” Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Januari 2013,
Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Menulis Argumentasi, Dan Skenario
Pembelajarannya Pada Siswa Kelas X SMA”. Skripsi. Purworejo: Universitas
Muhammadiyah Purworeja.
Wibowo, Arif. 2013. “Dilema Muslim Huruf Latin”. Solopos, 18 Oktober 2013
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

482