Tindak Tutur Negatif Pada Media Sosial : Studi Kasus Anak Usia Sekolah Dasar
ISBN 978-602-70471-2-9
TINDAK TUTUR NEGATIF PADA MEDIA SOSIAL : STUDI KASUS
ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Sugeng Riyanto
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta– Indonesia
Sugenx_bepe20@yahoo.com
ABSTRAK
Pemakaian bahasa yang dipakai oleh seorang penutur mencerminkan kemampuan kognitif atau
kemampuan berpikir seseorang. Sebab apa yang diungkapkan oleh lisan adalah satu hal yang
dipikirkan oleh orang tersebut. Kegiatan berkomunikasi yang disampaikan seorang penutur hendaknya
selain menyampaikan maksud dengan baik dan benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan
berbahasa dalam penyampaiannya. Berkaitan dengan kesantunan berbahasa, studi pragmatik erat
kaitannya dengan analisis bidang tersebut. Studi pragmatik menganalisis penggunaaan bahasa dalam
suatu situasi tutur atau cara pengungkapan bahasa dalam suatu peristiwa yang meliputinya. Hal itu
dikarenakan suatu ujaran tidak bias dilepaskan dari konteks percakapan. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa secara utuh yang memerhatikan konteks ujaran.
Konteks ujaran memiliki makna negatif ataupun positif disesuaikan dengan ujarannya. Media sosial,
baik group Whatsapp, facebook, BBM, Instagram, dan lain lain saat ini sudah menjadi teman akrab
bagi anak usia Sekolah Dasar (SD). Media sosial tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap
pemerolehan bahasa anak, baik pengaruh positif dan negatif. Pengaruh negatif bisa berbentuk
kesantunan negatif, yakni; (1) Adanya tindakan bullying terhadap mitra tutur secara berkelanjutan; (2)
kekerasan secara non verbal terhadap mitra tutur dalam sebuah group media sosial sehingga
menimbulkan permasalahan yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak usia sekolah dasar
meningkat. Selain itu, kecenderungan anak lebih asyik dengan media sosialnya dibandingkan mereka
berinteraksi secara langsung. Hal itu berpengaruh pada tingkat komunikasi mereka karena
kecenderungan lebih asyik berdiskusi melalui dunia maya di media sosial. Penelitian ini lebih
mengarahkan mengenai kesantunan negatif pada anak usia sekolah dasar pada media sosial yang ada
di kota Surakarta.
Kata Kunci : penutur, gagasan, kesantunan negatif
pengungkapan bahasa dalam suatu peristiwa
PENDAHULUAN
di-
yang meliputinya. Hal itu dikarenakan suatu
sampaikan seorang penutur hendaknya selain
ujaran tidak bias dilepaskan dari konteks
menyampaikan maksud dengan baik dan
percakapan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan
bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa
berbahasa dalam penyampaiannya. Berkaitan
secara utuh yang memerhatikan konteks
dengan kesantunan berbahasa, studi pragmatik
ujaran.
Kegiatan
berkomunikasi
yang
erat kaitannya dengan analisis bidang tersebut.
Mayarakat awam sering kali me-
Studi pragmatik menganalisis penggunaaan
mandang bahwa kesantunan berbahasa dan
bahasa dalam suatu situasi tutur atau cara
berperilaku merupakan bagian dari karakter
470
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
budaya seseorang atau masyarakat. Pandangan
yang
luas.
Mereka
berhadapan
dengan
itu membatasi pemikiran bahwa berbudaya
teknologi masyarakat dan proses belajar
santun sebatas sebagai kewajiban berbudaya.
bahasa mereka tidak terjadi hanya di sekolah
Padahal, jika dirunut secara lebih jauh dan
saja.
dan
Masa sekolah dasar sebagai individu
berperilaku merupakan hakikat keyakinan
yang sedang berkembang, barangkali tidak
mendasar, yakni keyakinan ibadah seseorang
perlu diragukan lagi keberaniannya. Setiap
kepada Tuhannya (Pardi, 2014:96).
anak sekolah dasar sedang berada dalam
mendalam,
kesantunan
berbahasa
Pendapat Pardi tersebut memberikan
perubahan fisik maupun mental kearah
penekanan akan pentingnya sebuah kesantunan
penyempurnaan. Tingkah laku anak dalam
berbahasa yang dipakai seseorang dalam
sosial dan nonsosial meningkat. Anak kelas 4
hubungan
berbudaya.
memiliki kemapuan tenggang rasa dan
Karakter santun dan penyayang merupakan
kerjasama yang lebih tinggi, bahkan ada yang
salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh nabi
menampahkan tingkah laku mendekati tingkah
dan rasul. Hal itu patut dijadikan contoh oleh
laku untuk anka remaja permulaan.
dengan
karakter
masyarakat dalam berinteraksi baik dengan
Prinsip-prinsip kesantunan berbahasa
sekalipun.
sesuai dengan pendapat Leech (1993:166-218)
Karakteristik siswa sekolah dasar dijelaskan
berbahasa santun merupakan susunan bahasa
sebaga pengetahuan guru. Masa usia sekolah
yang didasarkan, pertama maksim kearifan
dasar sebagai masa kanak-kanak akhir, masa
(tact maxim), yaitu memperkecil kerugian
ini berlangsung dari usis enam tahun hingga
pendengan;memperbesar
sebelas sampai duabelas tahun. Karakteristik
dengar,
utama usia sekolah dasar adalah siswa
(Generosity
menampilkan perbedaan individual dalam
keuntungan sendiri;memperbesar keuntungan
banyak hal. Misal: perbedaan intelegensi,
pendengar, ketiga maksim pujian (approbation
kemampuan
maxim),
teman,
sahabat,
perkembangan
dan
kognitif
musuh
dalam
bahasa,
kepribadian,
dan
perkembangan fisik anak.
Masa ini sebagai masa dimulainya
kedua
maksim
maxim),
yaitu
keuntungan
yaitu
pen-
kedermawanan
memperkecil
memperkecil
keluhan
pendengar; memperbesar pujian pendengar,
keempat maksim kerendahan hati (modesty
maxim),
yaitu
memperkecil
pujian
perkembangan psikososial, yaitu pada usia
diri;memperbesar perendahan hati, kelima
enam tahun sampai pubertas. Anak mulai
maksim kesepakatan (agreement maxim), yaitu
memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja
memperkecil ketidak-sepakatan antara diri
471
ISBN 978-602-70471-2-9
sendiri
dengan
orang
lain;memperbesar
2.
Mengidentifikasi maksud yang ingin
kesepakatan antara diri sendiri dengan orang
disampaikan anak usia Sekolah Dasar
lain;memperbesar kesepakatan antara diri
(SD) pada media sosial, baik Whatsapp,
sendiri dengan orang lain, dan keenam maksim
facebook, BBM, dan Instagram.
simpati (sympathy maxim), yaitu memperkecil
antipasti
anara
diri
sendiri
dan
orang
METODE PENELITIAN
lain;memperbesar simpati antara diri sendiri
Adapun jenis penelitian ini lebih
dan orang lain. Namun, strategi berkomunikasi
mengarah pada kualitatif. Penelitian kualitatif
yang digunakan oleh anak usia sekolah dasar
dilakukan dengan cara pendeskripsian dengan
masih banyak ditemukan kesantunan negatif.
menggunakan kata-kata dan bahasa dalam
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
membahas mengenai tuturan yang terdapat
memanfaatkan metode-metode yang alamiah.
pada media sosial, baik baik Whatsapp,
Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti
facebook, BBM, Instagram, dan lain lain
untuk mengungkap sebuah permasalahan
khususnya mengenai kesantunan negatif. Agar
mengenai kesantunan negatif pada media
penulis lebih memfokuskan pada data yang
sosial. Adapun objek penelitian ini lebih
akan dianalisis. Selain itu, data yang dipakai
memfokuskan pada kesantunan negatif pada
lebih terarah dan mempermudah dalam
kesantunan negatif pada media sosial, baik
menentukan data yang dipakai. Oleh sebab itu,
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
penulisan ini difokuskan pada komunikasi
Sumber data utama pada penelitian ini ialah
anak usia sekolah dasar berkaitan dengan
kata-kata, frasa, atau kalimat pada media
kesantunan
baik
sosial, baik Whatsapp, facebook, BBM, dan
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
Instagram. Adapun data dalam penelitian ini
Selain itu, permasalahan mengenai pengaruh
ialah kata-kata, frasa, atau kalimat yang
media sosial terhadap perilaku bersosial
mengandung
mereka. Berdasarkan permasalahan di atas
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu:
Metode pengumpulan data merupakan cara
1.
strategi
yang digunakan unttuk memperoleh data-data
kesantunan negatif pada anak usia Sekolah
yang sesuai dengan penelitian. Menurut
Dasar (SD) pada media sosial, baik
Mahsun (2005: 91) penggunaan bahasa secara
Whatsapp,
tertulis jika peneliti berhadapan dengan
negatif
Mendeskripsikan
Instagram.
472
media
sosial,
realisasi
facebook,
BBM,
dan
kesantunan
negatif
pada
penggunaan bahasa bukan dengan orang yang
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
sedang berbicara atau bercakap-cakap, tetapi
bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang
berupa bahasa tulis. Misalnya naskah-naskah
berbeda (Mahsun, 2005: 112). Metode ini
kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada media
digunakan
massa dan lain-lain. Metode simak ini
perbedaan makna yang berkaitan dengan
digunakan untuk mencari arti kesantunan
kesantunan
negatif, baik Whatsapp, facebook, BBM, dan
digunakan berupa teknik Pilah Unsur Penentu
Instagram. Setelah menggunakan metode
(PUP) dengan daya pilah sebagai pembeda
simak, dilanjutkan menggunakan teknik catat,
sifat dan watak aneka langue dan daya pilah
yaitu teknik lanjutan yang dilakukan ketika
sebagai pembeda referen. Apabila penelitian
menerapkan metode simak (Mahsun, 2005:
itu bertujuan untuk membagi satuan lingual
91). Dalam penelitian ini, peneliti menyimak
kata menjadi berbagai jenis, maka unsur
penggunaan kesantunan negatif dari sumber
lingual yang berupa referenlah, khusus untuk
data, kemudian data- data yang diperoleh
kata yang referensial, yang dijadikan dasar
dicatat dalam kartu data.
analisis (Mahsun, 2005: 114). Penyajian hasil
untuk
menganalisis
negatif. Teknik dasar
adanya
yang
Mengenai validitas data yang dipakai
analisis data yang digunakan dalam penelitian
pada penelitian ini lebih mengarah pada
ini ialah metode penyajian informal dan
trianggulasi sumber. Trianggulasi tersebut
formal.
mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan
mengungkapkan bahwa metode peyajian
data dengan menggunakan beragam sumber
informal
data yang berbeda (Patton dalam Sutopo,
menggunakan kata-kata biasa, sedangkan
2006:93). Adapun sumber data penelitian ini
penyajian formal ialah penyajian dengan
utamanya diperoleh dari tulisan-tulisan yang
menggunakan tanda atau lambang-lambang
mengungkapkan kesantunan negatif pada baik
tertentu
Sudaryanto
ialah
perumusan
(1993:145)
dengan
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
Menurut Mahsun (2005: 111) ada dua
metode utama yang dapat digunakan dalam
LANDASAN TEORI
Definisi Wacana
analisis data, yaitu metode padan intralingual
Definisi wacana banyak diungkapkan
dan metode padan ekstralingual. Dalam hal ini
oleh beberapa ahli. Pada mulanya, kata wacana
penulis
padan
dalam bahasa Indonesia digunakan untuk
intralingual yaitu metode analisis dengan cara
berkomunikasi. Istilah wacana mempunyai
menghubung bandingkan unsur- unsur yang
acuan yang lebih luas dari sekadar bacaan.
bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu
Pada akhir-akhir ini, para ahli menyepakati
menggunakan
metode
473
ISBN 978-602-70471-2-9
bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang
dimaksudkan seseorang (Yule,2006:05).
paling
Adapun
besar
yang
digunakan
dalam
Wijana
(1996:1)
Pragmatik
komunikasi (Rani, dkk, 2006:3). Wacana
didefinisikan sebagai cabang ilmu bahasa
digunakan oleh seseorang unuk berkomunikasi
yang mempelajari struktur bahasa secara
baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu,
eksternal, artinya bagaimana penggunaan
wacana
suatu bahasa diluar konteks kebahasaannya
juga
dimanfaatkan
untuk
menyampaikan gagasan.
tetapi lebih kepada penggunaan bahasa
1. Fungsi bahasa dalam komunikasi
dalam komunikasi. Leech (2011:8) bahwa
Seperti yang telah dikemukakan di
pragmatik merupakan studi tentang makna
atas, wacana merupakan penggunaan
dalam hubungannya dengan situasi-situasi
bahasa secara nyata dalam tindak sosial.
ujar (speech situation).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
Penggunaan bahasa yang demikian itu ada
Situasi
disimpulkan bahwa pragmatik merupakan
komunikasi selalu melibatkan beberapa
cabang ilmu linguistik yang mempelajari
komponen. Komponen tersebut adalah
baik yang terikat oleh konteks maupun
penyampaian pesan yang dapat berupa
tidak
pembicara atau penulis, penerima pesan
berpragmatik dimaknai mengenai maksud-
yang
maksud yang dapat diartikan secara lebih
dalam
situasi
dapat
komunikasi.
berupa
pendengar
atau
pembaca, makna pesan, kode yang berupa
lambing-lambang
yang
berupa
kebahasaan,
sarana,
dan
saluran
terikat.
Komunikasi
dalam
banyak dibanding apa yang diutarakan.
3. Klasifikasi Tindak Tutur
Menurut Yule (1996: 92) sistem
konteks
klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis
((Rani,dkk,2006:19)
fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak
2. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang
tutur,
yaitu
deklarasi,
representatif,
hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
ekspresif, komisif, dan direktif. Penjelasan
dan pemakai bentuk-bentuk itu. Di antara
dari kelima tindak tutur tersebut adalah
tiga bagian perbedaan hanya pragmatik
sebagai berikut.
sajalah yang memungkinkan orang ke
a. Deklarasi merupakan tindak tutur yang
dalam suatu analisis. Manfaat belajar
menghasilkan perubahan dalam waktu
bahasa melalui pragmatic ialah bahwa
yang singkat hanya melalui tuturan
seseorang dapat bertutur kata tentang
(Yule, 1996: 92).
makna
474
yang
diasumsikan
atau
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
kesantunan
seseorang
yang menyatakan keyakinan penutur
menyampaikan
pesan
benar atau tidak, seperti pernyataan
Adapun
suatu fakta, penegasan, kesimpulan,
(2012:1224) berasal dari kata santun.
dan pendeskripsian (Yule, 1996: 92).
Santun termasuk jenis kata sifat yang
b. Representatif merupakan tindak tutur
dalam
atau
kesantunan,
gagasan.
dalam
KBBI
c. Ekspresif merupakan tindak tutur yang
berarti (1) halus dan baik (budi bahasanya,
menyatakan sesuatu yang dirasakan
tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan;
oleh penutur, seperti
pernyataan-
(2) penuh rasa belas kasihan; suka
pernyataan psikologis kegembiraan,
menolong. Brown dan Levinson (1987:61)
kesulitan,
mengungkapkan
kesukaan,
kebencian,
teori
kesantunan
kesenangan atau kesengsaraan (Yule,
berkaitan dengan “wajah” seseorang.
1996: 93).
Dalam hal ini, wajah diartikan sebagai jati
d. Komisif merupakan tindak tutur yang
diri
seseorang
atau
wujud
pribadi
untuk
seseorang dalam suatu masyarakat. Wajah
mengikatkan dirinya terhadap tin-
dibagi menjadi wajah negatif dan wajah
dakan-tindakan di masa yang akan
positif. Keduanya diinginkan setiap orang
datang. Tindak tutur ini menyatakan
untuk
ungkapan janji, ancaman, penolakan,
keberadaannya. Namun, dalam kegiatan
ikrar (Yule, 1996: 94).
berkomunikasi,
dipahami
oleh
penutur
dihargai
dan
seseorang
dilindungi
bisa
saja
e. Direktif merupakan tindak tutur yang
melakukan tindakan yang mengancam
dimaksudkan penutur agar lawan tutur
wajah positif dan wajah negatif. Untuk
melakukan sesuatu, misalnya tindak
itulah, muncul sebuah teori kesantunan
memaksa,
yang berusaha melindungi keinginan
memerintah,
mengajak,
me-
wajah positif dan wajah negatif yang
ngijinkan dan sebagainya (Yule, 1996:
disebut kesantunan positif dan kesantunan
93).
negatif. Kesantunan tersebutlah yang
menyuruh,
memperingatkan,
menjadi acuan peneliti untuk memahami
4. Kesantunan
Adapun
kesantunan
merupakan
penelitian dengan baik
sebuah perilaku yang dilakukan oleh
5. Kesantunan
seseorang secara baik dan sesuai dengan
Negatif
norma-norma yang berlaku. Adanya norma
tersebut
mengindikasikan
adanya
Positif
dan
Kesantunan
Berkaitan dengan teori kesantunan
positif dan kesantunan negatif, Yule
475
ISBN 978-602-70471-2-9
mengungkapkan
gagasan
mengenai
konsep kesantunan positif dan kesantunan
negatif. Namun demikian, Yule lebih
menggunakan
istilah
dan tindakan permintaan maaf atas
pemaksaan atau penyelaan.
6. Wajah Positif dan Wajah Negatif
kesopanan.
Yule (2006:104) mengungkapkan
Kesopanan positif dan kesopanan negatif
bahwa wajah merupakan wujud pribadi
berkaitan dengan wajah positif dan wajah
seseorang dalam masyarakat. Jadi, dalam
negatif (Yule, 2006:107).
hal ini wajah tidak dilihat dari wujud fisik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa
wajah
positif
merupakan
kebutuhan
tetapi dari wujud pribadi seseorang. Dilihat
dari wujud pribadi seseorang, wajah
seseorang untuk dapat diterima, disukai
mengacu kepada makna sosial
dan sama keinginannya dengan anggota
emosional yang setiap orang memiliki dan
kelompok
negatif
ingin diketahui oleh orang lain. Adapun
merupakan kebutuhan seseorang untuk
kesopanan dapat diartikan sebagai alat
merdeka, memiliki kebebasan bertindak,
yang
dan tidak tertekan oleh orang lain. Maka,
kesadaran akan wajah atau kepribadian
kesopanan positif merupakan tindakan
orang lain. Dalam hal ini, jarak sosial
penyelamatan
penutur dan mitra tutur mempengaruhi
lain,
dan
wajah
wajah
yang
berkaitan
digunakan
dengan wajah positif seseorang. Hal ini
kesopanan
cenderung
komunikasi.
dilakukan
dengan
memperlihatkan rasa kesetiakawanan dan
menegaskan
bahwa
penutur
untuk
keduanya
dan
menunjukkan
dalam
ber-
Kesopanan dan berkomunikasi juga
juga
berkaitan dengan tindakan mengancam
mempunyai keinginan dan tujuan yang
wajah dan tindakan penyelamatan wajah.
sama dengan mitra tutur.
Tindakan ancaman wajah terjadi ketika
Selain kesopanan positif, dikenal
penutur
mengatakan
sesuatu
yang
pula istilah kesopanan negatif. Kesopanan
mengandung suatu ancaman terhadap
negatif merupakan tindak penyelamatan
lawan tuturnya berkaitan dengan ancaman
wajah yang diwujudkan pada wajah negatif
terhadap nama baik. Adapun tindakan
seseorang. Hal ini dapat diaplikasikan
penyelamatan wajah adalah ketika penutur
dengan
mengatakan sesuatu untuk mengurangi
kecenderungan
untuk
menunjukkan rasa hormat, menekankan
pentingnya minat dan waktu orang lain,
ancaman terhadap wajah lawan tuturnya.
Ancaman maupun penyelamatan
seseorang penutur dapat terjadi pada wajah
476
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
(2006:107)
1. Sub-strategi 6, (menggunakan permohonan
mengklasifikasikan wajah menjadi dua
maaf), seperti percakapan mesengger data
jenis, yaitu wajah positif dan wajah negatif.
satu.
seseorang.
Wajah
Yule
positif
merupakan
kebutuhan
Data 1
seseorang untuk dapat diterima, disukai
oleh orang lain, diperlakukan sebagai
anggota dari sebuah kelompok yang sama
dan mengetahui bahwa keinginannya
dimiliki pula oleh anggota lain dalam satu
kelompok. Adapun kesantunan negatif
didefinisikan sebagai kebutuhan untuk
Percakapan pada data satu dilakukan
merdeka, memiliki kebebasan bertindak,
oleh anak usia sekolah dasar dengan
dan tidak tertekan oleh orang lain.
menggunakan nama sebutan, yakni Boy
dan Reva. Seperti yang diketahui, Boy dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Reva adalah nama dua tokoh dalam sinetron
Strategi Kesantunan Negatif Anak Usia
Sekolah Dasar (SD) pada Media Sosial
Anak Jalanan yang dibintangi oleh Natasha
Strategi kesantunan negatif menurut
Brown
dan
dikelompokkan
Levinson
menjadi
(1987:130-210)
lima,
yakni
menyatakan secara langsung, jangan berasumsi
mengenai apa yang dikehendaki penutur,
jangan memaksa penutur untuk melakukan
suatu tindakan, mengomunikasikan bahwa
penutur tidak menghendaki memaksa petutur,
dan memberikan kompensasi bagi keinginan
lain petutur, yang berasal dari muka negatif.
Kelima
strategi
negatif
tersebut
masih
diuraikan kedalam sepuluh strategi. Berkaitan
dengan adanya strategi kesantunan negatif
anak usia Sekolah Dasar (SD) pada media
sosial, yakni.
Wilona dan Stefan William. Lalu apa isi
dari obrolan tersebut? Berikut transkripnya
:
Boy : Kamu marah ya sama aku lel aku
mintak maaf sayang ku
Reva : Y sayang
Boy : Sip senyum dong sayang kok
diem sih kamu ngambek
Reva : GK SAYANG
Percakapan tersebut di awali dengan
pertanyaan penutur (B) karena merasa mitra
tutur (R) terlihat tidak memedulikannya.
Selain itu, mitra tutur tudak tersenyum
seperti biasa dan adanya dugaan bahwa
mitra tutur sedang marah. Bagian awal
penutur menanyakan apakah mitra tutur
marah sama dia dan terlebih dahulu untuk
477
ISBN 978-602-70471-2-9
menjaga muka negatif maka meminta maaf
yakni adanya jawaban bahwa dirumahnya
dan
Untuk
saat ini kosong seperti biasa. Jawaban
menghindari atau mengurangi keterancaman
tersebut ditujukan kepada Boy selaku
terhadap wajah negatif tersebut, diperlukan
penutur. Selanjutnya adanya pertanyaan
kesantunan yang disebut kesantunan negatif.
dengan mananyakan kabar dan aktivitas
Kesantunan negatif ini tentu dimaksudkan
mitra tutur direspon secara positif denan
untuk melindungi wajah negatif yang
adanya ungkapan cinta dari mitra tutur. Hal
dilakukan dengan cara menunjukkan rasa
itu dikarenakan adanya rasa kerinduan yang
hormat, menekankan pentingnya permintaan
dialami oleh mitra tutur.
diikuti
sapaan
sayang.
maaf kepada mitra tutur. Selanjutnya, mitra
tutur membalas pertanyaan dengan Y sayang
2. Jangan memaksa penutur untuk melakukan
menandakan adanya jawaban yang tidak
suatu tindakan (strategi 3, yakni lakukan
menunjukkan muka negatif. Setelah itu,
secara
penutur
optimistis), seperti ungkapan pada data 3,
berharap
mitra
tutur
untuk
tersenyum dan tidak marah karena masih
terlihat
diam.
Akhirnya
mitra
hati-hati
dan
jangan
terlalu
yakni.
tutur
Data 3
menjawab bahwa ia tidak marah. Ungkapan
selanjutnya ada pada data 2, yakni.
Data 2
Percakapan yang dilakukan penutur
berusaha untuk tidak memaksakan secara
langsung keinginannya dan bersifat hatihati. Adanya upaya tidak memaksa mitra
tutur
Kesantunan
negatif
yang
disampaikan penutur pada mitra tutur
terlihat sesuai keinginannya. Hal itu terlihat
adanya tanggapan positif dari mitra tutur,
478
untuk
memperbolehkan
penutur
terlihat pada bagian awal percakapan. Pada
bagian
awal
percakapan,
penutur
mengungkapkan maksudnya untuk main
terlebih dahulu bersama teman-temannya.
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
Namun,adanya muka negatif dari jawaban
percakapan dimulai dengan salam terlebih
mitra tutur, yakni adanya kejengkelan
dahulu dilanjutkan dengan sapaan. Setelah
karena ia ingin curhat mengenai kakak kelas
mendapat respon positif dari mitra tutur,
yang sok kecantikan senyum senyum sama
penutur berusaha secara berhati-hati untuk
penutur.
menyapa
kembali
dan
menanyakan
Akhirnya dengan hati-hati penutur
beberapa hal yang selama ini ingin
mengungkapkan bahwa ia tidak suka
diketahuinya. Hal itu mendapat respon
dengan sikap kakak kelas yang dimaksud
positif dari mitra tutur. Meskipun penutur
oleh mitra tutur dan adanya emot cium
terlihat agresif dan menguasai komunikasi,
untuk meluluhkan kejengkelan mitra tutur.
mitra tutur tidak memperlihatkan muka
Kesantunan untuk menjaga muka negatif
negatif
mitra tutur sesuai dengan yang diharapkan
komunikasi tersebut berjalan dengan baik.
oleh penutur sehingga ia bisa main dan
Penutur sedang berusaha meminimalkan
dipesan untuk tidak sampai sore.
paksaan
kepada
penutur
terhadap
mitra
sehingga
tutur
atas
3. Mengomunikasikan bahwa penutur tidak
pertanyaan yang diajukannya dengan cara
menghendaki memaksa petutur (strategi 9,
memberikan pilihan jawaban kepada mitra
yakni nominalkan pernyataan). Ungkapan
tutur. Meminimalkan paksaan bertujuan
tersebut dapat diketahui dari data 4.
agar mitra tutur dapat memenuhi pertanyaan
Data 4.
penutur
dengan
Namun
disini
menyampaikan
penutur
sadar
opsi.
bahwa
pertanyaannya telah mengganggu wajah
negatif mitra tutur sehingga ia melakukan
penekanan dengan memberikan kebebasan
kepada mitra tutur. Penutur berupaya agar
mitra tutur tidak merasa kebebasannya
dengan mitra tutur boleh menjawab
pertanyaan sebagian, bahkan sepenuhnya.
Strategi yang digunakan penutur,
yakni mengomunikasikan untuk tidak
menghendaki memaksa petutur. Hal itu
Maksud
Kesantunan
Negatif
dan
Pengaruhnya terhadap Perkembangan
Anak Usia Sekolah Dasar (SD).
Maksud Kesantunan Negatif
Kesantunan merupakan sebuah istilah
dilakukan untuk menjaga muka negatif
mitra tutur sehingga pada bagian awal
yang
berkaitan
dengan
rasa
hormat,
479
ISBN 978-602-70471-2-9
penghargaan, sikap, dan perilaku yang pantas
membebaskan keinginannya. Adanya izin
diungkapkan,
yang dilakukan oleh penutur pada data 3
tetapi
ungkapan
tersebut
terkadang tidak sepenuhnya disampaikan
pun
secara
membebaskan ia melakukan tindakan
baik.
Kushartanti
(2009:
259)
menyatakan Baik kesantunan positif maupun
kesantunan negatif sering kali ditunjukkan
digunakan
agar
mitra
tutur
sesuai keinginan.
2. Menjawab keingintahuan penutur
dengan berbagai bentuk sapaan. Di Indonesia
Maksud yang ingin disampaikan
ada sapaan seperti saya, kami, Anda, Bapak,
pada data 4 sudah jelas bahwa penutur
Ibu, atau Saudara. Bentuk sapaan seperti ini
menginginkan suatu jawaban atas rasa
menyiratkan adanya jarak. Karena itu, bentuk
keingintahuannya, yang selama ini belum
sapaan ini biasanya dipergunakan sebagai
terjawab. Rasa keingintahuan tersebut
salah
ditujukan
satu
bentuk
kesantunan
negatif.
kepada
mitra
tutur
agar
Sementara itu, di beberapa kota besar seperti
menjawab sesuai dengan harapan penutur.
Jakarta, Bandung, atau Medan, ada pula sapaan
Meskipun sudah jelas bahwa penutur
seperti aku, gue, kamu, (e)lo atau lu. Ungkapan
sebenarnya ingin memastikan perasaan
sayang pun memiliki berbagai sapaan, dari
mitra tutur hanya kepada penutur. Namun,
Beb, cin, sayang, papa, mama, dan berbagai
strategi yang digunakan oleh penutur
sapaan
dengan menyebutkan beberapa nama agar
lainnya.
Adapun
maksud
yang
disampaikan penutur kepada mitra tutur pada
maksudnya
kesantunan negatif anak usia sekolah dasar,
langsung oleh mitra tutur.
yakni.
tidak
diketahui
secara
Pengaruh Media Sosial
Pengaruh
1. Menjaga muka positif penutur
Maksud yang ingin disampaikan
negatif
bisa
berbentuk
kesantunan negatif, yakni; (1) Adanya tindakan
penutur kepada mitra tutur pada media
bullying
sosial, yakni adanya harapan terjaganya
berkelanjutan; (2) kekerasan secara non verbal
muka positif. Muka positif tersebut terlihat
terhadap mitra tutur dalam sebuah group media
pada data 1, 2, dan 3. Tujuan utama dari
sosial sehingga menimbulkan permasalahan
penutur supaya mitra tutur membebaskan
yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak
penutur melakukan sesuatu sesuai dengan
usia sekolah dasar meningkat. Selain itu,
keinginannya. Selain itu, adanya sapaan
kecenderungan anak lebih asyik dengan media
sayang, maaf, dan emot cium hanyalah
sosialnya dibandingkan mereka berinteraksi
strategi
secara langsung. Hal itu berpengaruh pada
480
yang
digunakan
untuk
terhadap
mitra
tutur
secara
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
tingkat
komunikasi
mereka
karena
anak usia sekolah dasar, yakni menjaga muka
kecenderungan lebih asyik berdiskusi melalui
positif penutur dan menjawab keingintahuan
dunia maya di media sosial.
penutur. Berkaitan dengan pengaruh media
sosial terhadap perkembangan bahasa anak
usia sekolah dasar, yakni; (1) Adanya tindakan
SIMPULAN
Strategi
negatif
yang
Sub-strategi
6,
berkelanjutan; (2) kekerasan secara non verbal
(menggunakan permohonan maaf), Jangan
terhadap mitra tutur dalam sebuah group media
memaksa penutur untuk melakukan suatu
sosial sehingga menimbulkan permasalahan
tindakan (strategi 3, yakni lakukan secara hati-
yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak
hati dan jangan terlalu optimistis), dan
usia sekolah dasar meningkat. Selain itu,
Mengomunikasikan bahwa penutur tidak
kecenderungan anak lebih asyik dengan media
menghendaki memaksa petutur (strategi 9,
sosialnya dibandingkan mereka berinteraksi
yakni
secara langsung.
digunakan,
kesantunan
yaitu
nominalkan
pernyataan).
Maksud
bullying
terhadap
mitra
tutur
secara
kesantunan negatif pada media sosial pada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bramastia. 2012. “Kiamat Boyolali”. Solopos, 31 Desember 2013.
Brown, Penelope., and Stephen C. Levinson. 1987. Politeness Some Universals In
Language Usage. New York: Cambridge University Press.
Chamalah, Evi. (2012). “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Wacana SMS Pembaca
di Surat Kabar Suara Merdeka dan Radar Tegal”. Thesis. Semarang: FKIP
Unissula.
Depdiknas. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
Hasbul, Fathorrahman. 2013. “Membaca Konspirasi dalam Politik”. Solopos, 4
Februari 2013.
Maryani. (2014).“Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg DPRD dalam
Spanduk Pemilu 2013-2014 Di Kota Surakarta”.Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prihantoro, FX Triyas Hadi, 2013. “PPDB Online dan Kondisi Sekolah Swasta”.
Solopos, 25 Juni 2013.
Faizah, Naimul. 2014. “Kesantunan Negatif Tindak Tutur Menolak di Kalangan
Komunitas Wahana Tri Tunggal (WTT) terhadap Pembangunan Bandara di
Kulon Progo Kajian Pragmatik”. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
481
ISBN 978-602-70471-2-9
Noviastuti, Lia. (2014).” Kesantunan Berbahasa dalam Wacana Sms Pembaca Ada
Rubrik “Halo Jogja” Di Surat Kabar Harian Jogja”. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Rani, Abdul,dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemaknaan.
Malang: Bayumedia.
Sari, Ririn Linda Tunggal. 2011.”Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Negatif dalam
Reality
Show
Minta
Tolong
di
Rajawali
Citra
Televisi
Indonesia.Skripsi.Universitas Sebelas Maret.
Silalahi, Puspa Rinda.(2012).“Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa/I di Lingkungan
Sekolah SMP Negeri 5 Binjai”.Skripsi. Medan: FBS Universitas Negeri Medan.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suryati, Eti. (2013). “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Argumentasi Rubrik
“Pikiran Pembaca” Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Januari 2013,
Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Menulis Argumentasi, Dan Skenario
Pembelajarannya Pada Siswa Kelas X SMA”. Skripsi. Purworejo: Universitas
Muhammadiyah Purworeja.
Wibowo, Arif. 2013. “Dilema Muslim Huruf Latin”. Solopos, 18 Oktober 2013
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
482
TINDAK TUTUR NEGATIF PADA MEDIA SOSIAL : STUDI KASUS
ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Sugeng Riyanto
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta– Indonesia
Sugenx_bepe20@yahoo.com
ABSTRAK
Pemakaian bahasa yang dipakai oleh seorang penutur mencerminkan kemampuan kognitif atau
kemampuan berpikir seseorang. Sebab apa yang diungkapkan oleh lisan adalah satu hal yang
dipikirkan oleh orang tersebut. Kegiatan berkomunikasi yang disampaikan seorang penutur hendaknya
selain menyampaikan maksud dengan baik dan benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan
berbahasa dalam penyampaiannya. Berkaitan dengan kesantunan berbahasa, studi pragmatik erat
kaitannya dengan analisis bidang tersebut. Studi pragmatik menganalisis penggunaaan bahasa dalam
suatu situasi tutur atau cara pengungkapan bahasa dalam suatu peristiwa yang meliputinya. Hal itu
dikarenakan suatu ujaran tidak bias dilepaskan dari konteks percakapan. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa secara utuh yang memerhatikan konteks ujaran.
Konteks ujaran memiliki makna negatif ataupun positif disesuaikan dengan ujarannya. Media sosial,
baik group Whatsapp, facebook, BBM, Instagram, dan lain lain saat ini sudah menjadi teman akrab
bagi anak usia Sekolah Dasar (SD). Media sosial tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap
pemerolehan bahasa anak, baik pengaruh positif dan negatif. Pengaruh negatif bisa berbentuk
kesantunan negatif, yakni; (1) Adanya tindakan bullying terhadap mitra tutur secara berkelanjutan; (2)
kekerasan secara non verbal terhadap mitra tutur dalam sebuah group media sosial sehingga
menimbulkan permasalahan yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak usia sekolah dasar
meningkat. Selain itu, kecenderungan anak lebih asyik dengan media sosialnya dibandingkan mereka
berinteraksi secara langsung. Hal itu berpengaruh pada tingkat komunikasi mereka karena
kecenderungan lebih asyik berdiskusi melalui dunia maya di media sosial. Penelitian ini lebih
mengarahkan mengenai kesantunan negatif pada anak usia sekolah dasar pada media sosial yang ada
di kota Surakarta.
Kata Kunci : penutur, gagasan, kesantunan negatif
pengungkapan bahasa dalam suatu peristiwa
PENDAHULUAN
di-
yang meliputinya. Hal itu dikarenakan suatu
sampaikan seorang penutur hendaknya selain
ujaran tidak bias dilepaskan dari konteks
menyampaikan maksud dengan baik dan
percakapan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan
bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa
berbahasa dalam penyampaiannya. Berkaitan
secara utuh yang memerhatikan konteks
dengan kesantunan berbahasa, studi pragmatik
ujaran.
Kegiatan
berkomunikasi
yang
erat kaitannya dengan analisis bidang tersebut.
Mayarakat awam sering kali me-
Studi pragmatik menganalisis penggunaaan
mandang bahwa kesantunan berbahasa dan
bahasa dalam suatu situasi tutur atau cara
berperilaku merupakan bagian dari karakter
470
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
budaya seseorang atau masyarakat. Pandangan
yang
luas.
Mereka
berhadapan
dengan
itu membatasi pemikiran bahwa berbudaya
teknologi masyarakat dan proses belajar
santun sebatas sebagai kewajiban berbudaya.
bahasa mereka tidak terjadi hanya di sekolah
Padahal, jika dirunut secara lebih jauh dan
saja.
dan
Masa sekolah dasar sebagai individu
berperilaku merupakan hakikat keyakinan
yang sedang berkembang, barangkali tidak
mendasar, yakni keyakinan ibadah seseorang
perlu diragukan lagi keberaniannya. Setiap
kepada Tuhannya (Pardi, 2014:96).
anak sekolah dasar sedang berada dalam
mendalam,
kesantunan
berbahasa
Pendapat Pardi tersebut memberikan
perubahan fisik maupun mental kearah
penekanan akan pentingnya sebuah kesantunan
penyempurnaan. Tingkah laku anak dalam
berbahasa yang dipakai seseorang dalam
sosial dan nonsosial meningkat. Anak kelas 4
hubungan
berbudaya.
memiliki kemapuan tenggang rasa dan
Karakter santun dan penyayang merupakan
kerjasama yang lebih tinggi, bahkan ada yang
salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh nabi
menampahkan tingkah laku mendekati tingkah
dan rasul. Hal itu patut dijadikan contoh oleh
laku untuk anka remaja permulaan.
dengan
karakter
masyarakat dalam berinteraksi baik dengan
Prinsip-prinsip kesantunan berbahasa
sekalipun.
sesuai dengan pendapat Leech (1993:166-218)
Karakteristik siswa sekolah dasar dijelaskan
berbahasa santun merupakan susunan bahasa
sebaga pengetahuan guru. Masa usia sekolah
yang didasarkan, pertama maksim kearifan
dasar sebagai masa kanak-kanak akhir, masa
(tact maxim), yaitu memperkecil kerugian
ini berlangsung dari usis enam tahun hingga
pendengan;memperbesar
sebelas sampai duabelas tahun. Karakteristik
dengar,
utama usia sekolah dasar adalah siswa
(Generosity
menampilkan perbedaan individual dalam
keuntungan sendiri;memperbesar keuntungan
banyak hal. Misal: perbedaan intelegensi,
pendengar, ketiga maksim pujian (approbation
kemampuan
maxim),
teman,
sahabat,
perkembangan
dan
kognitif
musuh
dalam
bahasa,
kepribadian,
dan
perkembangan fisik anak.
Masa ini sebagai masa dimulainya
kedua
maksim
maxim),
yaitu
keuntungan
yaitu
pen-
kedermawanan
memperkecil
memperkecil
keluhan
pendengar; memperbesar pujian pendengar,
keempat maksim kerendahan hati (modesty
maxim),
yaitu
memperkecil
pujian
perkembangan psikososial, yaitu pada usia
diri;memperbesar perendahan hati, kelima
enam tahun sampai pubertas. Anak mulai
maksim kesepakatan (agreement maxim), yaitu
memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja
memperkecil ketidak-sepakatan antara diri
471
ISBN 978-602-70471-2-9
sendiri
dengan
orang
lain;memperbesar
2.
Mengidentifikasi maksud yang ingin
kesepakatan antara diri sendiri dengan orang
disampaikan anak usia Sekolah Dasar
lain;memperbesar kesepakatan antara diri
(SD) pada media sosial, baik Whatsapp,
sendiri dengan orang lain, dan keenam maksim
facebook, BBM, dan Instagram.
simpati (sympathy maxim), yaitu memperkecil
antipasti
anara
diri
sendiri
dan
orang
METODE PENELITIAN
lain;memperbesar simpati antara diri sendiri
Adapun jenis penelitian ini lebih
dan orang lain. Namun, strategi berkomunikasi
mengarah pada kualitatif. Penelitian kualitatif
yang digunakan oleh anak usia sekolah dasar
dilakukan dengan cara pendeskripsian dengan
masih banyak ditemukan kesantunan negatif.
menggunakan kata-kata dan bahasa dalam
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
membahas mengenai tuturan yang terdapat
memanfaatkan metode-metode yang alamiah.
pada media sosial, baik baik Whatsapp,
Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti
facebook, BBM, Instagram, dan lain lain
untuk mengungkap sebuah permasalahan
khususnya mengenai kesantunan negatif. Agar
mengenai kesantunan negatif pada media
penulis lebih memfokuskan pada data yang
sosial. Adapun objek penelitian ini lebih
akan dianalisis. Selain itu, data yang dipakai
memfokuskan pada kesantunan negatif pada
lebih terarah dan mempermudah dalam
kesantunan negatif pada media sosial, baik
menentukan data yang dipakai. Oleh sebab itu,
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
penulisan ini difokuskan pada komunikasi
Sumber data utama pada penelitian ini ialah
anak usia sekolah dasar berkaitan dengan
kata-kata, frasa, atau kalimat pada media
kesantunan
baik
sosial, baik Whatsapp, facebook, BBM, dan
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
Instagram. Adapun data dalam penelitian ini
Selain itu, permasalahan mengenai pengaruh
ialah kata-kata, frasa, atau kalimat yang
media sosial terhadap perilaku bersosial
mengandung
mereka. Berdasarkan permasalahan di atas
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu:
Metode pengumpulan data merupakan cara
1.
strategi
yang digunakan unttuk memperoleh data-data
kesantunan negatif pada anak usia Sekolah
yang sesuai dengan penelitian. Menurut
Dasar (SD) pada media sosial, baik
Mahsun (2005: 91) penggunaan bahasa secara
Whatsapp,
tertulis jika peneliti berhadapan dengan
negatif
Mendeskripsikan
Instagram.
472
media
sosial,
realisasi
facebook,
BBM,
dan
kesantunan
negatif
pada
penggunaan bahasa bukan dengan orang yang
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
sedang berbicara atau bercakap-cakap, tetapi
bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang
berupa bahasa tulis. Misalnya naskah-naskah
berbeda (Mahsun, 2005: 112). Metode ini
kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada media
digunakan
massa dan lain-lain. Metode simak ini
perbedaan makna yang berkaitan dengan
digunakan untuk mencari arti kesantunan
kesantunan
negatif, baik Whatsapp, facebook, BBM, dan
digunakan berupa teknik Pilah Unsur Penentu
Instagram. Setelah menggunakan metode
(PUP) dengan daya pilah sebagai pembeda
simak, dilanjutkan menggunakan teknik catat,
sifat dan watak aneka langue dan daya pilah
yaitu teknik lanjutan yang dilakukan ketika
sebagai pembeda referen. Apabila penelitian
menerapkan metode simak (Mahsun, 2005:
itu bertujuan untuk membagi satuan lingual
91). Dalam penelitian ini, peneliti menyimak
kata menjadi berbagai jenis, maka unsur
penggunaan kesantunan negatif dari sumber
lingual yang berupa referenlah, khusus untuk
data, kemudian data- data yang diperoleh
kata yang referensial, yang dijadikan dasar
dicatat dalam kartu data.
analisis (Mahsun, 2005: 114). Penyajian hasil
untuk
menganalisis
negatif. Teknik dasar
adanya
yang
Mengenai validitas data yang dipakai
analisis data yang digunakan dalam penelitian
pada penelitian ini lebih mengarah pada
ini ialah metode penyajian informal dan
trianggulasi sumber. Trianggulasi tersebut
formal.
mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan
mengungkapkan bahwa metode peyajian
data dengan menggunakan beragam sumber
informal
data yang berbeda (Patton dalam Sutopo,
menggunakan kata-kata biasa, sedangkan
2006:93). Adapun sumber data penelitian ini
penyajian formal ialah penyajian dengan
utamanya diperoleh dari tulisan-tulisan yang
menggunakan tanda atau lambang-lambang
mengungkapkan kesantunan negatif pada baik
tertentu
Sudaryanto
ialah
perumusan
(1993:145)
dengan
Whatsapp, facebook, BBM, dan Instagram.
Menurut Mahsun (2005: 111) ada dua
metode utama yang dapat digunakan dalam
LANDASAN TEORI
Definisi Wacana
analisis data, yaitu metode padan intralingual
Definisi wacana banyak diungkapkan
dan metode padan ekstralingual. Dalam hal ini
oleh beberapa ahli. Pada mulanya, kata wacana
penulis
padan
dalam bahasa Indonesia digunakan untuk
intralingual yaitu metode analisis dengan cara
berkomunikasi. Istilah wacana mempunyai
menghubung bandingkan unsur- unsur yang
acuan yang lebih luas dari sekadar bacaan.
bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu
Pada akhir-akhir ini, para ahli menyepakati
menggunakan
metode
473
ISBN 978-602-70471-2-9
bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang
dimaksudkan seseorang (Yule,2006:05).
paling
Adapun
besar
yang
digunakan
dalam
Wijana
(1996:1)
Pragmatik
komunikasi (Rani, dkk, 2006:3). Wacana
didefinisikan sebagai cabang ilmu bahasa
digunakan oleh seseorang unuk berkomunikasi
yang mempelajari struktur bahasa secara
baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu,
eksternal, artinya bagaimana penggunaan
wacana
suatu bahasa diluar konteks kebahasaannya
juga
dimanfaatkan
untuk
menyampaikan gagasan.
tetapi lebih kepada penggunaan bahasa
1. Fungsi bahasa dalam komunikasi
dalam komunikasi. Leech (2011:8) bahwa
Seperti yang telah dikemukakan di
pragmatik merupakan studi tentang makna
atas, wacana merupakan penggunaan
dalam hubungannya dengan situasi-situasi
bahasa secara nyata dalam tindak sosial.
ujar (speech situation).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
Penggunaan bahasa yang demikian itu ada
Situasi
disimpulkan bahwa pragmatik merupakan
komunikasi selalu melibatkan beberapa
cabang ilmu linguistik yang mempelajari
komponen. Komponen tersebut adalah
baik yang terikat oleh konteks maupun
penyampaian pesan yang dapat berupa
tidak
pembicara atau penulis, penerima pesan
berpragmatik dimaknai mengenai maksud-
yang
maksud yang dapat diartikan secara lebih
dalam
situasi
dapat
komunikasi.
berupa
pendengar
atau
pembaca, makna pesan, kode yang berupa
lambing-lambang
yang
berupa
kebahasaan,
sarana,
dan
saluran
terikat.
Komunikasi
dalam
banyak dibanding apa yang diutarakan.
3. Klasifikasi Tindak Tutur
Menurut Yule (1996: 92) sistem
konteks
klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis
((Rani,dkk,2006:19)
fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak
2. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang
tutur,
yaitu
deklarasi,
representatif,
hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
ekspresif, komisif, dan direktif. Penjelasan
dan pemakai bentuk-bentuk itu. Di antara
dari kelima tindak tutur tersebut adalah
tiga bagian perbedaan hanya pragmatik
sebagai berikut.
sajalah yang memungkinkan orang ke
a. Deklarasi merupakan tindak tutur yang
dalam suatu analisis. Manfaat belajar
menghasilkan perubahan dalam waktu
bahasa melalui pragmatic ialah bahwa
yang singkat hanya melalui tuturan
seseorang dapat bertutur kata tentang
(Yule, 1996: 92).
makna
474
yang
diasumsikan
atau
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
kesantunan
seseorang
yang menyatakan keyakinan penutur
menyampaikan
pesan
benar atau tidak, seperti pernyataan
Adapun
suatu fakta, penegasan, kesimpulan,
(2012:1224) berasal dari kata santun.
dan pendeskripsian (Yule, 1996: 92).
Santun termasuk jenis kata sifat yang
b. Representatif merupakan tindak tutur
dalam
atau
kesantunan,
gagasan.
dalam
KBBI
c. Ekspresif merupakan tindak tutur yang
berarti (1) halus dan baik (budi bahasanya,
menyatakan sesuatu yang dirasakan
tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan;
oleh penutur, seperti
pernyataan-
(2) penuh rasa belas kasihan; suka
pernyataan psikologis kegembiraan,
menolong. Brown dan Levinson (1987:61)
kesulitan,
mengungkapkan
kesukaan,
kebencian,
teori
kesantunan
kesenangan atau kesengsaraan (Yule,
berkaitan dengan “wajah” seseorang.
1996: 93).
Dalam hal ini, wajah diartikan sebagai jati
d. Komisif merupakan tindak tutur yang
diri
seseorang
atau
wujud
pribadi
untuk
seseorang dalam suatu masyarakat. Wajah
mengikatkan dirinya terhadap tin-
dibagi menjadi wajah negatif dan wajah
dakan-tindakan di masa yang akan
positif. Keduanya diinginkan setiap orang
datang. Tindak tutur ini menyatakan
untuk
ungkapan janji, ancaman, penolakan,
keberadaannya. Namun, dalam kegiatan
ikrar (Yule, 1996: 94).
berkomunikasi,
dipahami
oleh
penutur
dihargai
dan
seseorang
dilindungi
bisa
saja
e. Direktif merupakan tindak tutur yang
melakukan tindakan yang mengancam
dimaksudkan penutur agar lawan tutur
wajah positif dan wajah negatif. Untuk
melakukan sesuatu, misalnya tindak
itulah, muncul sebuah teori kesantunan
memaksa,
yang berusaha melindungi keinginan
memerintah,
mengajak,
me-
wajah positif dan wajah negatif yang
ngijinkan dan sebagainya (Yule, 1996:
disebut kesantunan positif dan kesantunan
93).
negatif. Kesantunan tersebutlah yang
menyuruh,
memperingatkan,
menjadi acuan peneliti untuk memahami
4. Kesantunan
Adapun
kesantunan
merupakan
penelitian dengan baik
sebuah perilaku yang dilakukan oleh
5. Kesantunan
seseorang secara baik dan sesuai dengan
Negatif
norma-norma yang berlaku. Adanya norma
tersebut
mengindikasikan
adanya
Positif
dan
Kesantunan
Berkaitan dengan teori kesantunan
positif dan kesantunan negatif, Yule
475
ISBN 978-602-70471-2-9
mengungkapkan
gagasan
mengenai
konsep kesantunan positif dan kesantunan
negatif. Namun demikian, Yule lebih
menggunakan
istilah
dan tindakan permintaan maaf atas
pemaksaan atau penyelaan.
6. Wajah Positif dan Wajah Negatif
kesopanan.
Yule (2006:104) mengungkapkan
Kesopanan positif dan kesopanan negatif
bahwa wajah merupakan wujud pribadi
berkaitan dengan wajah positif dan wajah
seseorang dalam masyarakat. Jadi, dalam
negatif (Yule, 2006:107).
hal ini wajah tidak dilihat dari wujud fisik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa
wajah
positif
merupakan
kebutuhan
tetapi dari wujud pribadi seseorang. Dilihat
dari wujud pribadi seseorang, wajah
seseorang untuk dapat diterima, disukai
mengacu kepada makna sosial
dan sama keinginannya dengan anggota
emosional yang setiap orang memiliki dan
kelompok
negatif
ingin diketahui oleh orang lain. Adapun
merupakan kebutuhan seseorang untuk
kesopanan dapat diartikan sebagai alat
merdeka, memiliki kebebasan bertindak,
yang
dan tidak tertekan oleh orang lain. Maka,
kesadaran akan wajah atau kepribadian
kesopanan positif merupakan tindakan
orang lain. Dalam hal ini, jarak sosial
penyelamatan
penutur dan mitra tutur mempengaruhi
lain,
dan
wajah
wajah
yang
berkaitan
digunakan
dengan wajah positif seseorang. Hal ini
kesopanan
cenderung
komunikasi.
dilakukan
dengan
memperlihatkan rasa kesetiakawanan dan
menegaskan
bahwa
penutur
untuk
keduanya
dan
menunjukkan
dalam
ber-
Kesopanan dan berkomunikasi juga
juga
berkaitan dengan tindakan mengancam
mempunyai keinginan dan tujuan yang
wajah dan tindakan penyelamatan wajah.
sama dengan mitra tutur.
Tindakan ancaman wajah terjadi ketika
Selain kesopanan positif, dikenal
penutur
mengatakan
sesuatu
yang
pula istilah kesopanan negatif. Kesopanan
mengandung suatu ancaman terhadap
negatif merupakan tindak penyelamatan
lawan tuturnya berkaitan dengan ancaman
wajah yang diwujudkan pada wajah negatif
terhadap nama baik. Adapun tindakan
seseorang. Hal ini dapat diaplikasikan
penyelamatan wajah adalah ketika penutur
dengan
mengatakan sesuatu untuk mengurangi
kecenderungan
untuk
menunjukkan rasa hormat, menekankan
pentingnya minat dan waktu orang lain,
ancaman terhadap wajah lawan tuturnya.
Ancaman maupun penyelamatan
seseorang penutur dapat terjadi pada wajah
476
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
(2006:107)
1. Sub-strategi 6, (menggunakan permohonan
mengklasifikasikan wajah menjadi dua
maaf), seperti percakapan mesengger data
jenis, yaitu wajah positif dan wajah negatif.
satu.
seseorang.
Wajah
Yule
positif
merupakan
kebutuhan
Data 1
seseorang untuk dapat diterima, disukai
oleh orang lain, diperlakukan sebagai
anggota dari sebuah kelompok yang sama
dan mengetahui bahwa keinginannya
dimiliki pula oleh anggota lain dalam satu
kelompok. Adapun kesantunan negatif
didefinisikan sebagai kebutuhan untuk
Percakapan pada data satu dilakukan
merdeka, memiliki kebebasan bertindak,
oleh anak usia sekolah dasar dengan
dan tidak tertekan oleh orang lain.
menggunakan nama sebutan, yakni Boy
dan Reva. Seperti yang diketahui, Boy dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Reva adalah nama dua tokoh dalam sinetron
Strategi Kesantunan Negatif Anak Usia
Sekolah Dasar (SD) pada Media Sosial
Anak Jalanan yang dibintangi oleh Natasha
Strategi kesantunan negatif menurut
Brown
dan
dikelompokkan
Levinson
menjadi
(1987:130-210)
lima,
yakni
menyatakan secara langsung, jangan berasumsi
mengenai apa yang dikehendaki penutur,
jangan memaksa penutur untuk melakukan
suatu tindakan, mengomunikasikan bahwa
penutur tidak menghendaki memaksa petutur,
dan memberikan kompensasi bagi keinginan
lain petutur, yang berasal dari muka negatif.
Kelima
strategi
negatif
tersebut
masih
diuraikan kedalam sepuluh strategi. Berkaitan
dengan adanya strategi kesantunan negatif
anak usia Sekolah Dasar (SD) pada media
sosial, yakni.
Wilona dan Stefan William. Lalu apa isi
dari obrolan tersebut? Berikut transkripnya
:
Boy : Kamu marah ya sama aku lel aku
mintak maaf sayang ku
Reva : Y sayang
Boy : Sip senyum dong sayang kok
diem sih kamu ngambek
Reva : GK SAYANG
Percakapan tersebut di awali dengan
pertanyaan penutur (B) karena merasa mitra
tutur (R) terlihat tidak memedulikannya.
Selain itu, mitra tutur tudak tersenyum
seperti biasa dan adanya dugaan bahwa
mitra tutur sedang marah. Bagian awal
penutur menanyakan apakah mitra tutur
marah sama dia dan terlebih dahulu untuk
477
ISBN 978-602-70471-2-9
menjaga muka negatif maka meminta maaf
yakni adanya jawaban bahwa dirumahnya
dan
Untuk
saat ini kosong seperti biasa. Jawaban
menghindari atau mengurangi keterancaman
tersebut ditujukan kepada Boy selaku
terhadap wajah negatif tersebut, diperlukan
penutur. Selanjutnya adanya pertanyaan
kesantunan yang disebut kesantunan negatif.
dengan mananyakan kabar dan aktivitas
Kesantunan negatif ini tentu dimaksudkan
mitra tutur direspon secara positif denan
untuk melindungi wajah negatif yang
adanya ungkapan cinta dari mitra tutur. Hal
dilakukan dengan cara menunjukkan rasa
itu dikarenakan adanya rasa kerinduan yang
hormat, menekankan pentingnya permintaan
dialami oleh mitra tutur.
diikuti
sapaan
sayang.
maaf kepada mitra tutur. Selanjutnya, mitra
tutur membalas pertanyaan dengan Y sayang
2. Jangan memaksa penutur untuk melakukan
menandakan adanya jawaban yang tidak
suatu tindakan (strategi 3, yakni lakukan
menunjukkan muka negatif. Setelah itu,
secara
penutur
optimistis), seperti ungkapan pada data 3,
berharap
mitra
tutur
untuk
tersenyum dan tidak marah karena masih
terlihat
diam.
Akhirnya
mitra
hati-hati
dan
jangan
terlalu
yakni.
tutur
Data 3
menjawab bahwa ia tidak marah. Ungkapan
selanjutnya ada pada data 2, yakni.
Data 2
Percakapan yang dilakukan penutur
berusaha untuk tidak memaksakan secara
langsung keinginannya dan bersifat hatihati. Adanya upaya tidak memaksa mitra
tutur
Kesantunan
negatif
yang
disampaikan penutur pada mitra tutur
terlihat sesuai keinginannya. Hal itu terlihat
adanya tanggapan positif dari mitra tutur,
478
untuk
memperbolehkan
penutur
terlihat pada bagian awal percakapan. Pada
bagian
awal
percakapan,
penutur
mengungkapkan maksudnya untuk main
terlebih dahulu bersama teman-temannya.
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
Namun,adanya muka negatif dari jawaban
percakapan dimulai dengan salam terlebih
mitra tutur, yakni adanya kejengkelan
dahulu dilanjutkan dengan sapaan. Setelah
karena ia ingin curhat mengenai kakak kelas
mendapat respon positif dari mitra tutur,
yang sok kecantikan senyum senyum sama
penutur berusaha secara berhati-hati untuk
penutur.
menyapa
kembali
dan
menanyakan
Akhirnya dengan hati-hati penutur
beberapa hal yang selama ini ingin
mengungkapkan bahwa ia tidak suka
diketahuinya. Hal itu mendapat respon
dengan sikap kakak kelas yang dimaksud
positif dari mitra tutur. Meskipun penutur
oleh mitra tutur dan adanya emot cium
terlihat agresif dan menguasai komunikasi,
untuk meluluhkan kejengkelan mitra tutur.
mitra tutur tidak memperlihatkan muka
Kesantunan untuk menjaga muka negatif
negatif
mitra tutur sesuai dengan yang diharapkan
komunikasi tersebut berjalan dengan baik.
oleh penutur sehingga ia bisa main dan
Penutur sedang berusaha meminimalkan
dipesan untuk tidak sampai sore.
paksaan
kepada
penutur
terhadap
mitra
sehingga
tutur
atas
3. Mengomunikasikan bahwa penutur tidak
pertanyaan yang diajukannya dengan cara
menghendaki memaksa petutur (strategi 9,
memberikan pilihan jawaban kepada mitra
yakni nominalkan pernyataan). Ungkapan
tutur. Meminimalkan paksaan bertujuan
tersebut dapat diketahui dari data 4.
agar mitra tutur dapat memenuhi pertanyaan
Data 4.
penutur
dengan
Namun
disini
menyampaikan
penutur
sadar
opsi.
bahwa
pertanyaannya telah mengganggu wajah
negatif mitra tutur sehingga ia melakukan
penekanan dengan memberikan kebebasan
kepada mitra tutur. Penutur berupaya agar
mitra tutur tidak merasa kebebasannya
dengan mitra tutur boleh menjawab
pertanyaan sebagian, bahkan sepenuhnya.
Strategi yang digunakan penutur,
yakni mengomunikasikan untuk tidak
menghendaki memaksa petutur. Hal itu
Maksud
Kesantunan
Negatif
dan
Pengaruhnya terhadap Perkembangan
Anak Usia Sekolah Dasar (SD).
Maksud Kesantunan Negatif
Kesantunan merupakan sebuah istilah
dilakukan untuk menjaga muka negatif
mitra tutur sehingga pada bagian awal
yang
berkaitan
dengan
rasa
hormat,
479
ISBN 978-602-70471-2-9
penghargaan, sikap, dan perilaku yang pantas
membebaskan keinginannya. Adanya izin
diungkapkan,
yang dilakukan oleh penutur pada data 3
tetapi
ungkapan
tersebut
terkadang tidak sepenuhnya disampaikan
pun
secara
membebaskan ia melakukan tindakan
baik.
Kushartanti
(2009:
259)
menyatakan Baik kesantunan positif maupun
kesantunan negatif sering kali ditunjukkan
digunakan
agar
mitra
tutur
sesuai keinginan.
2. Menjawab keingintahuan penutur
dengan berbagai bentuk sapaan. Di Indonesia
Maksud yang ingin disampaikan
ada sapaan seperti saya, kami, Anda, Bapak,
pada data 4 sudah jelas bahwa penutur
Ibu, atau Saudara. Bentuk sapaan seperti ini
menginginkan suatu jawaban atas rasa
menyiratkan adanya jarak. Karena itu, bentuk
keingintahuannya, yang selama ini belum
sapaan ini biasanya dipergunakan sebagai
terjawab. Rasa keingintahuan tersebut
salah
ditujukan
satu
bentuk
kesantunan
negatif.
kepada
mitra
tutur
agar
Sementara itu, di beberapa kota besar seperti
menjawab sesuai dengan harapan penutur.
Jakarta, Bandung, atau Medan, ada pula sapaan
Meskipun sudah jelas bahwa penutur
seperti aku, gue, kamu, (e)lo atau lu. Ungkapan
sebenarnya ingin memastikan perasaan
sayang pun memiliki berbagai sapaan, dari
mitra tutur hanya kepada penutur. Namun,
Beb, cin, sayang, papa, mama, dan berbagai
strategi yang digunakan oleh penutur
sapaan
dengan menyebutkan beberapa nama agar
lainnya.
Adapun
maksud
yang
disampaikan penutur kepada mitra tutur pada
maksudnya
kesantunan negatif anak usia sekolah dasar,
langsung oleh mitra tutur.
yakni.
tidak
diketahui
secara
Pengaruh Media Sosial
Pengaruh
1. Menjaga muka positif penutur
Maksud yang ingin disampaikan
negatif
bisa
berbentuk
kesantunan negatif, yakni; (1) Adanya tindakan
penutur kepada mitra tutur pada media
bullying
sosial, yakni adanya harapan terjaganya
berkelanjutan; (2) kekerasan secara non verbal
muka positif. Muka positif tersebut terlihat
terhadap mitra tutur dalam sebuah group media
pada data 1, 2, dan 3. Tujuan utama dari
sosial sehingga menimbulkan permasalahan
penutur supaya mitra tutur membebaskan
yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak
penutur melakukan sesuatu sesuai dengan
usia sekolah dasar meningkat. Selain itu,
keinginannya. Selain itu, adanya sapaan
kecenderungan anak lebih asyik dengan media
sayang, maaf, dan emot cium hanyalah
sosialnya dibandingkan mereka berinteraksi
strategi
secara langsung. Hal itu berpengaruh pada
480
yang
digunakan
untuk
terhadap
mitra
tutur
secara
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
tingkat
komunikasi
mereka
karena
anak usia sekolah dasar, yakni menjaga muka
kecenderungan lebih asyik berdiskusi melalui
positif penutur dan menjawab keingintahuan
dunia maya di media sosial.
penutur. Berkaitan dengan pengaruh media
sosial terhadap perkembangan bahasa anak
usia sekolah dasar, yakni; (1) Adanya tindakan
SIMPULAN
Strategi
negatif
yang
Sub-strategi
6,
berkelanjutan; (2) kekerasan secara non verbal
(menggunakan permohonan maaf), Jangan
terhadap mitra tutur dalam sebuah group media
memaksa penutur untuk melakukan suatu
sosial sehingga menimbulkan permasalahan
tindakan (strategi 3, yakni lakukan secara hati-
yang lebih luas; dan (3) tindakan agresif anak
hati dan jangan terlalu optimistis), dan
usia sekolah dasar meningkat. Selain itu,
Mengomunikasikan bahwa penutur tidak
kecenderungan anak lebih asyik dengan media
menghendaki memaksa petutur (strategi 9,
sosialnya dibandingkan mereka berinteraksi
yakni
secara langsung.
digunakan,
kesantunan
yaitu
nominalkan
pernyataan).
Maksud
bullying
terhadap
mitra
tutur
secara
kesantunan negatif pada media sosial pada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bramastia. 2012. “Kiamat Boyolali”. Solopos, 31 Desember 2013.
Brown, Penelope., and Stephen C. Levinson. 1987. Politeness Some Universals In
Language Usage. New York: Cambridge University Press.
Chamalah, Evi. (2012). “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Wacana SMS Pembaca
di Surat Kabar Suara Merdeka dan Radar Tegal”. Thesis. Semarang: FKIP
Unissula.
Depdiknas. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
Hasbul, Fathorrahman. 2013. “Membaca Konspirasi dalam Politik”. Solopos, 4
Februari 2013.
Maryani. (2014).“Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg DPRD dalam
Spanduk Pemilu 2013-2014 Di Kota Surakarta”.Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prihantoro, FX Triyas Hadi, 2013. “PPDB Online dan Kondisi Sekolah Swasta”.
Solopos, 25 Juni 2013.
Faizah, Naimul. 2014. “Kesantunan Negatif Tindak Tutur Menolak di Kalangan
Komunitas Wahana Tri Tunggal (WTT) terhadap Pembangunan Bandara di
Kulon Progo Kajian Pragmatik”. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
481
ISBN 978-602-70471-2-9
Noviastuti, Lia. (2014).” Kesantunan Berbahasa dalam Wacana Sms Pembaca Ada
Rubrik “Halo Jogja” Di Surat Kabar Harian Jogja”. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Rani, Abdul,dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemaknaan.
Malang: Bayumedia.
Sari, Ririn Linda Tunggal. 2011.”Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Negatif dalam
Reality
Show
Minta
Tolong
di
Rajawali
Citra
Televisi
Indonesia.Skripsi.Universitas Sebelas Maret.
Silalahi, Puspa Rinda.(2012).“Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa/I di Lingkungan
Sekolah SMP Negeri 5 Binjai”.Skripsi. Medan: FBS Universitas Negeri Medan.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suryati, Eti. (2013). “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Argumentasi Rubrik
“Pikiran Pembaca” Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Januari 2013,
Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Menulis Argumentasi, Dan Skenario
Pembelajarannya Pada Siswa Kelas X SMA”. Skripsi. Purworejo: Universitas
Muhammadiyah Purworeja.
Wibowo, Arif. 2013. “Dilema Muslim Huruf Latin”. Solopos, 18 Oktober 2013
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
482