Tradisi upacara ritual petik laut bagi masyarakat nelayan Desa Blimbing Paciran Lamongan.

TRADISI UPACARA RITUAL PETIK LAUT BAGI MASYARAKAT NELAYAN
DESA BLIMBING PACIRAN LAMONGAN
Skripsi:
Disusun untuk memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S-1) dalam
Ilmu Perbandingan Agama

Oleh:
EVI KARTIKA ROHMAYANI
NIM: E72213051

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

ABSTRAK
Di Indonesia memang sangat beragam suku bangsa dan bahasanya banyak
sekali tradisi atau upacara adat, hal itu menjadikan banyak sekali tradisi atau
upacara adat yang telah menjadi suatu hal yang mutlak dilakukan oleh suatu

kelompok masyarakat, tradisi merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan dari
dulu sampai sekarang. Blimbing merupakan Desa yang terkenal dengan
masyarakat nelayan karena memang warga di sana yang hampir rata-rata mencari
rizki dengan cara melaut, tradisi Ritual Petik Laut juga merupakan sebuah tradisi
yang sangat di jaga kelestariannya oleh masyarakat Blimbing karena tradisi
tersebut merupakan peninggalan nenek moyang mereka. Tradisi Petik Laut
merupakan ritual dimana setiap orang dapat mengekspresikan segala sesuatu yang
itu masih berhubungan dengan agama dan budaya, sekaligus menjadi sebuah
ajang silaturahmi bagi setiap warganya.Ritual ini tak lepas ubahnya seperti ritual
yang menyatukan antara agama dan budaya dalam hamper semua kegiatan
ritualnya.Tujuan penlitian ini untuk mengetahui deskripsi tradisi ritual Petik Laut
serta makna Petik laut bagi masyarakat Desa Blimbing dan kondisi sosial,
ekonomi dan budaya.Metodologi penelitianini adalah Deskripti fkualitatif,
dengan metode pengumpulan data, di lakukan melalui beberapa metode yaitu
observasi, wawancara, lalu menggunakan metode analisa data, berguna untuk
menjelaskan data-data yang diperoleh dari pengumpulan data tersebut .Hasil dari
Penelitian ini adalah bentuk-bentuk Tradisi Upacara Ritual Petik Laut berupa
proses Upacara petik Laut yang diawali dengan pembuatan sesaji yang dilakukan oleh
sesepuh desa berupa hasil bumi, sejumlah perhiasan, nasi tumpeng, buah-buahan dan
seekor ayam. Sesaji tersebut diletakkan pada sebuah kapal kecil yang sudah dihias

secantik mungkin dan diarak ke pantai, Tradisi ini memiliki nilai-nilai sosiologis

(kemasyarakatan) mengundang atau mengumpulkan satu masyarakat desa
menjadi satu
Kata Kunci:Tradisi, PetikLaut, danmasyarakat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tradisi menurut artian bahasa adalah sesuatu

kebiasaan yang

berkembang di masyarakat baik, yang menjadi adat kebiasaan atau yang
diasimilasikan dengan ritual adat atau agama atau dalam pengertian yang lain,
sesuatu yang telah telah di lakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan,
waktu atau agama yang sama. Biasanya tradisi ini berlaku secara turun temurun

baik melalui informasi lisan berupa cerita atau informasi tulisan berupa kitabkitab kuno aau juga yang terdapat pada prasasti-prasasti.
Tradisi merupakan sebuah persoalan dan yang lebih penting lagi adalah
bagaimana tradisi tersebut terbentuk. Pergulatan Islam dengan sastra budaya Jawa
ternyata melahirkan tiga bentuk keislaman dengan landasan berfikir yang berbeda
dan kadang saling memancing konflik satu sama lain, yaitu : Islam santri, abangan
dan priyayi.Suku-suku bangsa Indonesia, khususnya suku Jawa sebelum
kedatangan pengaruh Hinduisme telah hidup teratur dengan animism-dinamisme
sebagai

akar

religiositasnya,

dan

hukum

adat

sebagai


pranata

sosial

mereka.Kebiasaan yang tumbuh pada masyarakat Indonesia khususnya di jawa
tidak begitu saja berlangsung, namun lebih diawali dengan terjadinya sinkritisme

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

antara dua faham.Kebiasaan-kebiasaan yang ada di Indonesia atau lebih spesifik
berbau campuran antara Islam dengan Hindu-Budha1.
Tradisi yang tumbuh pada masyarakat Jawa merupakan peninggalan dari
ajaran sebelumnya, seperti pemberian sesajen, sebagai usaha menyenangkan roh
yang

ada


disekitarnya,

biasanya

berupa

makanan,

kembang

dan

sebagainya.Disamping itu selamatan atau tradisi memenuhi hajat sehubungan
dengan kejadian yang ingin diperingati, di tebus, didudukkan, misalnya kelahiran
kehamilan, pindah rumah, mimpi buruk, bersih desa, khitanan dan lain-lain.2
Tatanan upacara sedikit berbeda sebagian meriah, sebagian yang lainnya ada yang
sederhana, tetapi struktur yang mendasari tetap sama senantiasa ada hidangan
khas tergantung maksud selamatan, do a, makanan dan sekedar sambutan
Islam sebagai suatu agama dapat diterima, tetapi cara hidup masyarakat

tetap tunduk kepada adat yang diwarisi dari generasi ke generasi, sementara
sebelum Islam datang ada islamisasi adat, tetapi karena bermacam sebab hasilnya
tidak banyak. Dengan menerima Islam sebagai agama, tetapi tanpa menerima pula
konsepsi Islam tentang kebudayaan atau tanpa menyelaraskan yang selama ini
diamalkan dengan prinsip atau asas kebudayaan Islam, maka perubahan yang
terjadi hanyalah perubahan agama dan tidak berlangsung pada perubahan cara
berfikir dan cara hidup3.

Simuh,Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, ( Jakarta: Teraju,2003),39-40.
Clifford Geertz,Abangan,Santri,Priyayi dalam Masyarakat Jawa,(terj) Aswab Mahasi,
(Jakarta:Pustaka Jaya,1989),13-15.

1
2

Sidi Ghazalba, Islam dan Perubahan Sosio Budaya,( Jakarta: Pustaka Al Husna,
1983),135.
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


3

Mitos merupakan salah satu contoh folklore lisan.Kedua aspek ini sangat
mempengaruhi terjadinya suatu ritual keagamaan.Seperti ketika suatu ritual
keagamaan tidak dilaksanakan maka masyarakat merasa tidak tenang karena
menganggap mitos dan folklore tidak dilakukan.Hal ini mengakibatkan rasa
ketidaknyamanan dalam masyarakat dan rasa ketakutan adanya kemarahan dari
Tuhan da Alam. Pelaksanaan ritual dalam suatu masyarakat dilaksanakan pada
waktu tertentu sesuai dengan tradisi pelaksanaan setiap tahunnya.4.

Adapula

tradisi yang dilaksanakan bukan hanya pada tanggal-tanggal tertentu tapi
dilaksanakan ketika terjadi fenomena yang mengharuskan tradisi tersebut
terlaksana, seperti kemarau panjang, paceklik, dan lain-lain
Seperti tradisi keagamaan yang dilakukan di Desa Blimbing, Kecamatan
Paciran, kabupaten Lamongan.Rangkaian acara yang dilakukan ini masih
berhubungan dengan tradisi lokal dalam aspek mata pencaharian masyarakat.Mata
pencaharian masyarakat Blimbing didominasi oleh nelayan, hal ini dikarenakan

merupakan daerah pesisir yang sangat dekat dengan laut, laut yang dimaksud
adalah laut jawa.
Upacara adat adalah salah satu tradisi Masyarakat Tradisional yang masih
dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan
masyarakat

pendukunganya.Selain

sebagai

usaha

manusia

untuk

dapat

berhubungan dengan arwah para leluhur, juga merupakan perwujudan
kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap alam atau

lingkungannya dalam arti luas.
4

Danandjaya, J. Folklore,(Jakarta: UI Press, 1986) , 43.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Hubungan antara Alam dan manusia adalah sebuah keharusan yang tidak
dapat di tolak, karena hubungan tersebut memiliki nilai-nilai sakral yang sangat
tinggi, hal ini diungkapkan dalam personifikasi mistik kekuatan alam, yakni
kepercayaan pada makhluk gaib, kepercayaan pada dewa pencipta, atau dengan
mengkonseptualisasikan hubungan antara berbagai kelompok sosial sebagai
hubungan antara binatang-binatang, burung-burung, atau kekuatan-kekuatan alam
Upacara adat erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan atau disebut
juga dengan Ritus. Ritus adalah alat manusia religious untuk melakukan
perubahan ia juga dikatakan sebagai simbolis agama atau ritual itu merupakan
Agama dan tindakan . Ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat
berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya, kepercayaan seperti

inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai perbuatan atau
tindakan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib penguasa
alam.Melalui ritual-ritual keagamaan (Religious ceremonies) maupun ritual-ritual
adat lainnya yang di rasakan oleh masyarakat sebagai saat-saat genting, yang bisa
membawa bahaya gaib, kesengsaraan dan penyakit kepada manusia maupun
tanaman5.
Adanya berbagai ritual dan tradisi yang dilakukan telah memperkokoh
eksistensi dari agama yang dianut oleh masyarakat karena berbagai tradisi yang
berkaitan dengan siklus kehidupan berkembang dan menjadi kuat ketika ia telah
mentradisi dan membudaya ditengah kehidupan masyarakat, dimana esensi
Koentjaraningrat, ,metode-metode penelitian masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1985) , 243.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

ajarannya sudah include dalam tradisi masyarakat karena tidak sekedar pepesan
kosong yang tidak memiliki isi dalam sanubari budaya masyarakat.

Tradisi lokal keagamaan yang terjadi di Desa Blimbing merupakan
kebudayaan yang menjadi ciri khas desa tersebut.Kebudayaan merupakan milik
bersama dan diturunkannya secara turun-temurun dari generasi kegenerasi
berikutnya menurut A. Adi Sukadana mengemukakan bahwasanya kebudayaan
yang ada dalam suatu masyarakat didukung oleh 3 komponen.Tiga komponen itu
adalah komponen material seperti pakaian dan makanan, kedua adalah komponen
spiritual yang merupakan kebutuhan rohaniah suatu masyarakat seperti sistem
kepercayaan, ketiga, komponen simbolik yaitu benda material yang mengandung
unsur spiritual6.
Tradisi ritual yang di lakukan di pantai di desa Blimbing Paciran
Lamongan ini merupakan sebuah budaya masyarakat muslim yang telah
dilakukan secara turun temurun, oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk
melakukan penelitian secara mendalam. Tradisi

Petik Laut

ini kemungkinan

telah ada sejak lama dan penulis bermaksud untuk mendapatkan makna yang
sesungguhnya terhadap tradisi dan perilaku keagamaan masyarakat tersebut. Oleh
sebab itulah maka penulis mencoba mengangkat tema penelitian tentang Tradisi
Upacara Ritual Petik Laut bagi masyarakat nelayan muslim di desa Blimbing
Paciran Lamongan.

Sukdana, A. A Antropologi- Ekologi,( Surabaya: Airlangga University Press. 1997) , 18.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah diterangkan pada latar belakang diatas,
maka penulis merumuskan dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tradisi upacara ritual Petik Laut masyarakat nelayan di Desa
Blimbing Kecamatan Paciran?
2. Bagaimana makna dari upacara Petik laut di Desa Blimbing Kecamatan
Paciran?
3. Bagaimana dampak sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Desa
Blimbing Kecamatan Paciran?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tradisi ritual Petik Laut masyarakat
nelayan di Desa Blimbing Kecamatan Paciran.
2. Untuk mengetahui untuk mengetahui makna dari Petik Laut di desa
Blimbing Kecamatan Paciran.
3. Untuk mengetahui dampak sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
Desa Blimbing Kecamatan Paciran

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

D. Kegunaan Penelitian
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu SAA khususnya MK Islam Budaya lokal,
dari segi antropologi dan juga fenomenologi, menambah wacana ilmu dan
menghasilkan konsep-konsep baru dalam upaya meningkatkan pemahaman
mengenai upacara manganan dan juga mnedapat penjelasan dari masyarakat Jati
tentang upacara manganan, dan bagaimana masyarakat Jati melaksanakan upacara
tersebut.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah suatu ilmu pengetahuan baru
bagi pembaca atau para audien tentang upacara Petik Laut, disamping itu dapat
memberi masukan bagi peneliti
E. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul tradisi upacara ritual petik laut bagi masyarakat
nelayan di desa Blimbing Kecamatan Paciran .Dalam memahami judul ini maka
penulis akan menjelaskan secara singkat mengenai judul tersebut. Tradisi:Adat
kebiasaan

turun

temurun

yang

masih

dijalankan

dalam

masyarakat

.Upacara:Perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan
dengan peristiwa penting. Ritual:berkenaan dengan ritus.Petik laut: Sebuah
upacara adat atau ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan dan untuk memohon
berkah

rejeki

dan

keselamatan

yang

dilakukan

oleh

para

nelayan.

Masyarakat:sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Nelayan :orang-orang
yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di
dasar, kolom maupun permukaan perairan.Muslim:orang-orang yang beragama
Islam.Desa Blimbing:Salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran
kabupaten Lamongan.
Jadi maksud

Studi tentang tradisi upacara ritual petik laut bagi

masyarakat nelayan Muslim di desa Blimbing Kecamatan Paciran

adalah

mengkaji tentang deskripsi dan perilaku keagamaan masyarakat Nelayan Muslim
melalui tradisi petik laut sebagai budaya peninggalan nenek moyangdan mengkaji
makna dari tradisi Petik Laut bagi Masyarakat Blimbing.
F. Tinjauan Pustaka
Sebagai

bahan

pertimbangan

serta

perbandingan,

penulis

akan

memaparkan beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan
penulis teliti. Hal ini digunakan sebagai bahan rujukan bagi penulis untuk
melengkapi tulisan. Disini ada beberapa tulisan yang menurut penulis ada
kaitannya dengan apa yang ditulis oleh penulis:
Pertama penelitian oleh Sugeng Kurniawan, berjudul

Kehidupan

keagamaan Masyarakat Nelayan dan Upacara Sembunyu Di Desa Prigi
Watulimo

penelitian ini memaparkan tentang kehidupan atau cara hidup

keagamaan masyarakat nelayan di Desa Prigi dalam kaitannya dengan upacara
adat dalam bentuk sesaji yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Syuro / Muharram di
Pantai Prigi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Kedua penelitian ini di lakukan oleh Abdul Gafurur Rohim, yang berjudul
Tradisi Petik Laut Dan Pengaruhnya Terhadap Keberagaman Masyarakat
Nelayan Desa Pagerkulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember

.

Dalam

penelitian ini di jelaskan bahwa di Jember tepatnya di daerah sepanjang pantai
Pancer, Pugerkulon puluhan tahun yang lalu, dengan tradisi petik lautnya tentu
saja adalah masyarakat pesisir yang hidup sebagaimana di ungkapkan bahwa
Masyarakat Pesisir Pugerkulon hidup dengan berbagai penghayatan tradisi dan
kebudayaan yang sinergis dengan keberagaman yang ada. Ini bisa dicontohkan
misalnya dengan meriahnya tradisi upacara pantai, yang berbagai pengamatan
memiliki hubungan begitu harmonis dengan agama, telihat betapa sejak lama
perayaan tradisi laut dan praktik keberagaman meiliki hubungan yang begitu erat
dengan lingkungan dan aktivitas kebaharian sangat kental.Maka fokus penelitian
ini adalah menganalisis suatu tradisi yang mempengaruhi struktur pengetahuan
atau kesadaran keagamaan masyarakat nelayan Pugerkulon serta bagaimana
mereka mengkonstruksi pengetahuan keagamaannya terhadap dimensi sosial dan
ekonomi.
Ketiga penelitian ini di lakukan oleh Kurnia Oktaviulan Sari, yang
berjudul Upacara Petik Laut Di Desa Puger Jember . Dalam penelitian ini di
jelaskan bahwa di jember, ada sebuah desa yang dekat dengan pesisir, yaitu Desa
Puger, yang mana di Desa tersebut menghadirkan sebuah upacara yang
menggabungkan

antara

agama

dan

budaya.

Kecamatan

Puger,

dalam

penelitiannya beliau lebih fokus kepada sinkretisme antara agama dan budaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Penelitian yang keempat ini dilakukan oleh Luluk Maftuhatur Rohma,
yang berjudul

Studi Tentang Upacara Nyadran Masyarakat Nelayan Di Desa

Bluru Kidul Kecamatan sidoarjo . Dalam penelitiannya beliau memaparkan
bahwa upacara Nyadran di masyarakat nelayan setempat dan bahkan dari berbagai
daerah dan keyakinan masyarakat Bluru Kidul terhadap Upacara Nyadran
menganggap sebagai prosesi upacara nyadran yang keramat dalam menambah
keyakinannya bahwa Masyarakat Bluru Kidul meyakini bahwa Upacara Nyadran
ke laut dan ke makam Dwi Sekardadu (istri Syekh Maulana Ishaq) dianggap dekat
dengan Allah dan Nyadran ketempatnya, dapat memberikan berkah. Maka peneliti
lebih fokus terhadap pengaruh upacara nyadran bagi masyarakat nelayan di Desa
Bluru Kidul Sidoarjo.
Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Risnowati Martin yang
berjudul Ritual Petik Laut pada masyarakat Nelayan Sendang Biru Malang .
Beliau memaparkan Ritual Petik Laut yang dilakukan oleh masyarakat nelayan
Sendang Biru dari aspek Budaya bahari yang terfokus pada beberapa elemen yang
mendasarinya, yaitu religi, mata pencaharian, pengetahuan dan tekhnologi.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini lebih menonjolkan pada
deskripsi tentang proses ritual petik laut di Di Desa Blimbing Kecamatan Paciran
juga untuk mengetahui makna dari petik laut bagi masyarakat nelayan
Blimbing.karena belum ada yang meneliti di daerah tersebut maka penulis ingin
melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir di perguruan tinggi.
G. Metode Penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Dalam melakukan suatu penelitian, untuk mencapai suatu kebenaran
ilmiah harus menggunakan metode penelitian.Hal ini bertujuan untuk memperoleh
data yang valid dan mempermudah penulis dalam penelitian ini. Adapun data
yang diperoleh dalam penelitian dengan cara:
1.

Jenis Penelitian
jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. penelitian kualitatif

ini adalah proses dimana penilitian dan pemahaman yang didasarkan pada aspek
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial yang saat ini ada pada
permukaan masyarakat.Alasan penulis memilih metode jenis ini adalah subjek
yang diteliti ini terjadi pada fenomena lingkungan sekitar dan juga penelitian yang
merupakan hasil dari keyakinan masyarakat pada suatu tradisi.
2.

Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan untuk penelitian ini sebagai berikut:
a. Data Primer
Data ini merupakan hasil penulis saat terjun ke lapangan, yang berupa

keterangan yang berasal dari pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini. Maka
disini penulis perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas dengan fokus
permasalahan pokok saja. Mengingat segala informasi yang akan diperoleh dari
lapangan. Diantaranya subyek yang diteliti adalah masyarakat yang melakukan
tradisi petik laut.. Dalam mendapatkan informasi tentunya diperlukan pengamatan
tentang proses tradisi petik laut, Hal ini perlu agar tidak melebar dari pembahasan.
Serta dapat mendeskripsikan suatu gejala, fenomena yang terjadi sekarang ini.
b. Data Skunder

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Data yang diperoleh ini bersumber dari data yang sifatnya sebagai
pendukung data primer.Bentuk data skunder ini juga bisa seperti dokumen
penelitian yang sebelumnya. Pengumpulan data ini merupakan proses
pengumpulan dokumen (bahan-bahan tertulis) sebagai dasar penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode ini sesuai dengan jenis penilitian dan sumber data yang digunakan,
maka teknik pengumpulan data digunakan penulis sebagai berikut:

a. Observasi
Observasi ini merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mana
penulis melakukan pengamatan dilakukan secara sengaja mencatat, merekam dan
mengamati semua yang terjadi pada saat menyelediki fenomena tersebut. 7. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi untuk mengadakan penelitian
secara langsung tentang bagaimana proses tradisi Petik Laut di Desa Blimbing
Kecamatan Paciran Penulis terjun ke lapangan langsung untuk mencari data
selengkap mungkin.
b. Wawancara
metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara dan tanya jawab secara langsung8. Metode ini di pakai untuk
mengumpulkan data tentang bagaimana proses Petik laut yang diambil dari para
tokoh agama, seespuh atau tokoh masyarakat Desa Blimbing Kecamatan Paciran.
c. Dokumentasi
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogykarta: Fakultas psikologi UGM, 1986), 136..
Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Yogyakarta: Adi Offset, 1989), 192.

7
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Selain menggunakan metode wawancara dan observasi, akan tetapi
penulis juga menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan suatu
kejadian yang datang hanya sekali, bisa ditulis, dicetak, surat, buku harian dan
lainnya. Adapun dokumentasi ini menggunakan kamera, video dan suara dalam
memperoleh hasil dari wawancara.Bentuk dokumentasi ini berkaitan dengan
mencari data dari dokumen yang ada hubungannya dengan tradisi petik laut di
Desa Blimbing Kecamatan Paciran.
4.

Pengolahan Data
a. Editing, yaitu meneliti kembali catatan-catatan dari hasil pengumpulan
data untuk mengetahui apakah data-data tersebut sudah siap untuk
keperluan proses selanjutnya.9
b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut
macam-macamnya yaitu dengan jalan memberi tanda-tanda atau kodekode pada jawaban tersebut.10
c. Reduksi Data, yaitu data yang didapat di lapangan langsung diketik atau
ditulis dengan rapi, terinci serta sistmatis setiap selesai mengumpulkan
data. Data-data yang terkumpul semakin bertambah biasanya mencapai
ratusan bahkan ribuan lembar. Oleh sebab itu laporan itu harus dianalisis
sejak dimulainya penelitian. Laporan-laporan itu perlu di reduksi, yaitu
dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian kita.
Kemudian dicari temanyaa, data-data yang yang telah direduksi
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan

Kuncoro Ningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Paramedia, 1971), 270.
Ibid, 273.

9

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.
Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek
tertentu11
H. Sistematika pembahasan
Dalam pembahasan ini, penulis membagi sistematika pembahasan menjadi
empat bagian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman dalam
penjelasan, yaitu:
Bab pertama merupakan pendahuluan, yang mana pada bab ini mengawali seluruh
bagian dari rangkaian pembahasan yang terdiri dari, latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian dan sistemtika pembahasan.
Bab kedua merupakan pembahasan tentang landasan teori dari
penelitian ini, yang didalamnya menguraikan secara teoritis tentang deskripsi
umum tentang makna Petik Laut , pengaruh agama Islam dalam tradisi Petik Laut,
Agama dan Budaya dan teori-teori mengenai tradisi, upacara dan ritual.
Bab ketiga. merupakan pembahasan tentang deskripsi laporan yang
meliputi : deskripsi lokasi penelitian, sejarah Petik Laut di Desa Blimbing,
perkembangan dan pergeseran tradisi Petik Laut, pelaksanaan upacara Petik Laut,
dan analisis deskripsi Petik Laut.
Bab keempat merupakan akhir bab dari penelitian ini. Pada bab ini
membahas tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Husaini Usman,Metodologi Penelitian Masyarakat(Jakarta:Bumi Aksara Jl. Sawo Raya
No 18), 86-87.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Upacara Petik Laut
1. Makna Upacara Petik Laut
Kepercayaan masyarakat Jawa tentang roh dan kekuatan ghaib telah
dimulai sejak zaman pra sejarah.Nenek moyang orang Jawa beranggapan bahwa
semua benda yang berada disekitarnya adalah

bernyawa , dan semua yang

bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan ghaib.1Anggapan seperti ini
menyebabkan orang Jawa mengakui dengan adanya roh paling berkuasa melebihi
kekuatan diri manusia.
Yang di maksud dengan Petik Laut dapat di jelaskan menurut arti harfiah
sebagai berikut petik berarti ambil pungut atau peroleh. Petik Laut berarti
memetik, mengambil, memungut atau memperoleh hasil laut berupa ikan yang
mampu menghidupi nelayan.Jadi Petik Laut adalah sebuah upacara adat atau
ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki dan
keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan.Biasanya upacara adat ini
dilakukan di pulau Jawa.
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang khas, hal ini disebabkan
kondisi sosial masyarakat antar satu dengan yang lainnya berbeda. Kebudayaan
sebagai cara berfikir dan cara merasa menyatakan diri dalam seluruh segi
Budiono Herususanto, ✂✄☎m✆✝✄✞sm ✟✠✡☛☞☛ ✌☛✍☛
98.
1

( Yogyakarta: PT. Hanindita, 1983) ,


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

✎6

kehidupan kelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam ruang dan
waktu.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat beragam bagi manusia dalam
kehidupan masyarakat.Manusia memperlakukan kepuasan material dan spiritual,
kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagian besar terpenuhi oleh kebudayaan
berfungsi bersumber kepada masyarakat itu sendiri.Di samping itu kebudayaan
berfungsi untuk menghadapi kesulitan dan kekuatan alam dan lingkungan
sekitar.Hal ini dikarenakan kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu
dengan yang lainnya berbeda. Kebudayaan sebagai cara berfikir dan cara
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok manusia, yang
membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu.2
Hasil pemikiran, ciptaan dan karya manusia merupakan yang berkembang
pada masyarakat.Pemikiran dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia secara
terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi.Sejalan dengan adanya
penyebaran agama, tradisi yang ada pada masyarakat dipengaruhi oleh ajaran
agama yang berkembang.Hal ini terjadi pada masyarakat Jawa yang jika memulai
satu pekerjaan senantiasa diawali dengan membaca do a dan mengingat Tuhan
Yang Maha Esa, serta meyakini adanya hal-hal yang bersifat ghaib.3
Di Indonesia memang sangat beragam suku bangsa dan bahasanya banyak
sekali tradisi atau upacara adat, hal itu menjadikan banyak sekali tradisi atau
upacara adat yang telah menjadi suatu hal yang mutlak dilakukan oleh suatu

Sidi Gazalba✏ ✑✒ls ✓ ✔✒✕ ✖✗✘r ✙✒✚✒✕ ✛✜✢s✒l✣✘✔✒✤✒
( Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983),
43
3
Koentjaraningrat, ✥✗✙✘✔✒✤✒✒✕ ✦✒✧✒( Jakarta: Balai Pustaka, 1984 ) , 322.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

kelompok masyarakat, bahwasanya sejak dulu telah ada upacara adat yang di
namakan Petik Laut , telah bisa diketahui dari namanya, bahwasanya bahwa
tradisi ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan kelautan atau nelayan.
Mengingat di daerah Pantura merupakan daerah pesisir yang pendudukanya
didominasi oleh para nelayan.Masyarakat menunjukkan rasa syukur kepada Allah
SWT atas segala limpahan karunianya.4
Upacara tradisional pada hakikatnya dilakukan untuk menghormati
memuja,

mensyukuri

dan

meminta

keselamatan

pada

leluhurnya

dan

Tuhannya.Pemujaan dan penghormatan kepada leluhur bermula dari rasa takut,
segan dan hormat kepada leluhurnya.Perasaan ini timbul karena masyarakat
mempercayai adanya suatu yang luar biasa yang berada diluar kekuasaan dan
kemampuan manusia yang tidak tampak oleh mata.
Penyelenggaraan upacara adat dan segala aktivitas yang menyertainya ini
dapat dianggap sebagai penghormatan terhadap roh leluhur dan rasa syukur
terhadap tuhan, disamping itu juga sebagai rasa syukur terhadap Tuhan, sarana
sosialisasi dan pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah ada dan berlaku dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.5Masyarakat khususnya orang Jawa mempunyai
kepercayaan bahwa suatu peristiwa alam berkaitan dengan alam semesta,
lingkungan sosial dan spiritual manusia.
Upacara yang dilakukan oleh masyarakat, merupakan upacara religi yang
di laksanakan oleh semua masyarakat, yang didasarkan pada adat keebiasaan atau
Rahman Fauzi, ★✩✪✫✩✬tr✭✪ ★✩✬t✮ ✯✭✰✱t ✲✳✴t ✵// zakir Wordpress.com /2008/03/16 /
pengertian Petik Laut (jum at, 12 Mei 2017, 20.30)
5
Sidi Ghazalba, Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu ( Jakarta: Pustaka Antara, 1986) ,
144
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

suatu kepercayaan yang menandai kesakralan dan kenikmatan peristiwa tersebut.6
Menurut Koentjaraningrat mengatakan bahwa setiap upacara religi selalu memuat
komponen-komponen yang dianggap penting, yaitu: ✶✷✸tr ✹✸ ✺ Emosi Keagamaan
✶✸❁ , Peralatan
✻✷✼✽✸ , Sistem Keyakinan ✾✿❀✸ , Sistem Ritus dan Upacara ✻✷✷ m

Ritus dan Upacara, dan ✻✷ ✿l✸m , Umat agama.7
Upacara pada dasarnya merupakan bentuk perilaku masyarakat yang
menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya.Masyarakat menjelaskan tentang
masa lalunya melalui upacara.Melalui upacara, kita dapat melacak tentang asal
usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda kejadian alam, dan lain-lain.
Menurut kamus, kata upacara memiliki tiga arti pertama, tanda-tanda
kebesaran, kedua, peralatan (menurut adat istiadat) rangkaian tindakan atau
perbuatan yang terikat pada aturan tertentu menurut adat atau agama. Ketiga,
perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan
peristiwa penting.Dalam bahasa Inggris, upacara dapat di padankan dengan
nm
y
❂✷❃✷ o

, yang berarti ❃✿ ✽t ✸❄ for formal occasion. 8 Istilah ritual ini berasal dari

kata ritus yang secara kamus diartikan sebagai tata cara dalam upacara
keagamaan. Istilah ini bahkan seringkali digunakan sebagai sinonim bagi kata
upacara.
Ritual adalah segala hal yang berhubungan dan disangkut pautkan
dengan upacara keagamaan.Adanya ritual merupakan salah satu dari budaya

Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1992) , 379
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: UI Pres, 1980), 65
8
M. Safrinal Lubis, dkk, Jagat Upacara: Indonesia dalam Dialektika yang Sakral dan
yang Profan (Yogykarta: Ekspresibuku, 2007), 30
6
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

masyarakat yang penuh dengan simbol-simbol.9Sebagai makhluk yang berbudaya,
segala tindakan-tindakan manusia baik tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan
maupun religinya selalu diwarnai dengan simbolisme yaitu suatu tata pemikiran
atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri
kepada simbol-simbol.Simbolisme selain menonjol peranannya dalam hal religi
juga menonjol perananya dalam hal tradisi atau adat istiadat.Dalam hal ini
simbolisme dapat dilihat dalam upacara-upacara adat yang dilaksanakan oleh
masyarakat yang merupakan warisan turun temurun dari generasi yang tua ke
generasi berikutnya yang lebih muda.10
Tradisi atau adat adalah bagian dari kebudayaan yang masih eksis
dilakukan. Tradisi menurut kamus bahasa Indonesia merupakan suatu kebiasaan
yang dilakukan dari dulu sampai sekarang.11Setiap individu atau kelompok
mempunyai tradisi yang berbeda.Hal ini didasarkan pada karakter masing-masing
individu atau kelompok yang berbeda pula.Tradisi ada kalanya terbentuk oleh
lingkungan dimana dia berada dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala,
kemudian diteruskan karena hal tersebut merupakan peninggalan nenek moyang
mereka.12

Bustanuddin Agus❅ ❆❇❈❉❈ ❊❈❋❈❉ ●❍■❏❑▲▼❈◆ ❖❈◆▲❏s❈❅ P▲❈◗ u❘❍◆❇ ❈◆◗❈r❆❙o
ltrn❇❏
p
(Jakarta:
Raja
Grafindo
Persada,
2007)
,
96.
❆❇ ❈❉ ❈
10
Budiono Herususanto❅ P❏❚m❙ ❋❏ sm
u❈❱❈ ❲❈❳❈
(Yogyakarta: PT. Hanindita,
❍ ❊❈❋❈❉ ❯❑
1983 ) , 29-30.
11
Pius Artanto dkk, ●❈❉ u
s❨❏m
l❈■ ❘
lo
u❈❩
p
( Surabaya: penerbit Arkola, 1994), 756.
12
Ahmad Amin, ❬❏t❭❈ ❪❨ u
lm
(Jakarta: Bulan Bintang, 1995) , 87.
❆❭■ ❋❈❭),
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Ritual di bedakan menjadi empat bentuk yaitu13:
1.

Ritual magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang
bekerja dengan daya-daya mistis.

2.

Tindakan religious, kultus para leluhur juga bekerja dengan cara ini.

3.

Ritual konstitutif yang menggunakan atau mengubah hubungan sosial
dengan merujuk pada pengertian-pngertian mistis, dengan cara ini
ritual-ritual kehidupan mejadi sangat khas.

4.

Ritual faktitutif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau
pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan
kesejahteraan materi suatu kelompok.14 Ritual ini berbeda dengan ritual
konstitutif, karena tujuannya lebih dari sekedar pengungkapan atau
prubahan hubungan sosial, tidak saja mewujudkan kurban untuk para
leluhur dan pelaksanaan magi, namun juga pelaksanaan tindakan yang
diwajibkan oleh para anggota Jemaah dalam konteks peranan sekuler
mereka.

Agama Islam mngajarkan agar para pemeluknya melakukan ajaran-ajaran
ritualistik tertentu.Yang dimaksud dengan kegiatan ritualistik disini adalah
meliputi berbagai bentuk ibadah sebagaimana yang tersimpul dalam Rukun Islam,
yakni Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, Haji.15
Peranan

dari

upacara

(❫❴❵t ❛❜ )

menurut

Geertz,

adalah

untuk

mempersatukan dua sistem yang parallel dan berbeda tingkat hierarkinya ini
Max Gluckman, Essay On The Ritual of Social Relations( Manchester, 1966),23-24.
Nur Syam Islam Pesisir (Yogyakarta: LKIS, 2005) ,19.
15
H. M Dorori Amin, Islam Dan Kebudayaan Jawa( Yogyakarta: Gama Media, 2000),
130.
13
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

dengan menempatkannya pada hubungan-hubungan formatif dan reflektif antara
yang satu dengan yang lainnya dalam suatu cara sebagaimana masing-masing itu
dihubungkan dengan asal mula simboliknya dan asal mula ekspresinya. Bentukbentuk kesenian dan begitu juga dengan upacara, adalah sama keadaannya dengan
perwujudan-perwujudan simbolik lainnya, yaitu mendorong menghasilkan secara
berulang dan terus menerus mengenai hal-hal yang amat subyektif dan secara
buatan dan polesan dipamerkan.16
Dalam setiap ritual terdapat beberapa macam larangan. Pantangan dan
aturan-aturan tabu yang harus ditaati pada saat melakukan ritual. Larangan,
pantangan dan aturan-aturan tabu ini berhubungan dengan sifat keramat dari suatu
tempat benda dan alat-alat ritual serta pemimpin ritual.Peralatan dan perlengkapan
ritual

serta

ritual

itu

sendiri

merupakan

unsur

yang

tidak

dapat

dipisahkan.Peralatan dan perlengkapan ritual menjadi salah satu komponen
penting dalam ritual.Suatu ritual tidak dapat dilaksanakan bahkan dipandang tidak
sah, apabila peralatan dan perlengkapan yang menyertai ritual belum
tersedia.Secara umum, benda-benda peralatan dan perlengkapan yang dipakai
memiliki makna tersendiri bila dipergunakan dalam suatu ritual.17
2.

Pengaruh Agama Islam Dalam Tradisi Petik Laut
Dahulu memang tradisi

Petik Laut

ini berupa larung sesaji yang

dihanyutkan, karena masyarakat terdahulu masih percaya dengan kekuatan
animisme dan dinamisme yang merupakan bagian dari tradisi lokal yang dianggap
dekat dengan dengan kesyirikan, kemudian munculah berbagai pengaruh agama
Clifford Geertz, ❝❞❡ ❢ n
t❡rp❡❣t ❤to
nOf Culture
Ibid,97 .

16
17

( New York: Basic, 1973) , 451.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Islam dalam ritual, dan akhirnya tradisi petik laut saat ini telah menghilangkan
larung sesaji atau menghanyutkan sesajian ditengah laut.18 Menggunakan kapal
berukuran kecil yang didalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan, tumpeng
dan kepala sapi, namun hal tersebut dianggap syirik oleh agama islam, baik para
ulama maupun masyarakat. Sehingga sekarang tradisi ini dikaitkan kental dengan
budaya islam, sehingga larung sesaji digantikan dengan kegiatan yang lebih
memperlihatkan budaya keislaman didalamnya. Adanya larung sesaji ditengah
laut digantikan dengan tumpengan atau tasyakuran dan hiburan seperti pagelaran
musik campursari, pertunjukkan wayang, dan lain-lain. Dan cara tersebut
diselenggarakan semalam suntuk. Selain acara-acara yang disebutkan diatas,
tradisi petik laut juga dimeriahkan dengan arak-arakan perahu nelayan ditengah
laut.Dan warga sangat antusias dengan tradisi yang diadakan setahun sekali ini,
ratusan penduduk sekitar memadati sekitar tempat acara digelar.
Upacara adat ini diselenggarakan setahun sekali atau pada saat
berakhirnya musim angin kencang atau yang disebut oleh masyarakat sekitar
dengan sebutan musim baratan.Dimana saat musim baratan tersebut berlangsung
jarang sekali atau bahkan tidak ada nelayan yang bekerja dilaut, dikarenakan pada
musim ini terjadi angin yang sangat kencang, sehingga nelayan tidak berani
melaut. Pada saat musim baratan berlangsung ikan-ikan yang ada dilaut
berkembang biak dengan baik karena tidak ada nelayan yang menjaring ikan
dilaut, sehingga ikan selama masa itu telah berkembang biak dan setelah musim

18

Umar Kayam, ✐❥❦❧ ♠♥r ♦❧❧s ♣♥q♥y r♥s♥t✉

(Jakarta: PT Djaya Pirusa) , 51.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

baratan berakhir digelarlah upacara Petik Laut yang berarti memulai memetik
hasil laut yang sangat melimpah.
Dengan diadakannya upacara petik laut sekelompok masyarakat yang
hidupnya mengandalkan hasil laut bersuka cita, karena telah beberapa waktu
masyarakat nelayan telah berhenti melaut untuk sementara waktu, dan dengan
digelarnya upacara tersebut menandakan bahwa laut yang telah mejadi sumber
kehidupannya akankembalimemberikan limpahan rizki yang tentunya datang dari
Allah SWT. Upacara adat ini juga meiliki tujuan yang sebenarnya tidak begitu
diprioritaskan tujuan itu adalah dengan maksud adanya kerukunan dan hubungan
sosial yang baik antar masyarkat nelayan.

B. Agama Dan Budaya
Menurut Clifford Geertz , Dalam pendekatan ini, Geertz terfokus pada
unsur-unsur yang terdapat dalam budaya. Aspek atau unsur terpenting dalam
budaya adalah agama.Menurut Geertz, agama merupakan ✈✇①②t nrfor behaviour
atau pola tindakan. Agama disini dianggap sebagai bagian dari sistem kebudayaan
yang membekali manusia atau sebagai dasar manusia dalam melahirkan tindakan
dan perilaku kesehariannya.Pola bagi tindakan terkait dengan sistem nilai atau
sistem evaluatif.Dan pola dari tindakan itu terletak pada sistem simbol yang
memungkinkan pemaknaan dilakukan.19
Aspek-aspek teoritis pendekatan interpretatif terhadap agama, dijelaskan
Geertz pada salah satu esai yang dimuatnya kembali dalam The Interpretation Of
Clifford Geertz, Agama Dan Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 1995) , 8-9.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

③ul④t ⑤⑥s

( 1973), yang bertajuk

⑦⑥⑧l⑨⑧ on⑩❶ ⑩ ③④ult⑤⑩❷ ❸❹ts⑥m

( 1966 ). Geertz

memulai esai tersebut dengan menyatakan bahwa ia tertarik pada

dimensi

kebudayaan dalam agama. Menurutnya dalam satu kebudayaan terdapat sistemsistem budaya

yang salah satunya adalah agama, yang akan terlihat ketika

Geertz mendefinisikan tentang agama.
Bagi Geertz, agama merupakan bagian dari suatu sistem kebudayaan yang
lbih meresap dan menyebar luas, dan bersamaan dengan itu kedudukannya berada
dalam suatu hubungan dengan dan untuk menciptakan serta mengembangkan
keteraturan kebudayaan; dan bersamaan dengan itu agama juga mencerminkan
keteraturan tersebut.20Agama dan budaya memiliki hubungan saling keterkaitan
yakni salah satunya terletak pada sifat-sifat dan asal-usul kepercayaaan
keagamaan, hubungan logis dan historis antara mitos, kosmos dan ritus.21 Hal
yang sama juga diungkapkan Frazer, baginya agama adalah sistem kepercayaan
yang senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan tingkat
kognisi seseorang.
Suparlan menyatakan bahwa pada hakikatnya agama adalah sama dengan
kebudayaan, yaitu suatu sistem simbol atau suatu simbol pengetahuan yang
menciptakan,
menggunakan

menggolong-golongkan,
simbol

untuk

meramu

berkomunikasi

atau

merangkaikan

dan

untuk

dan

menghadapi

Ibid❺ 90.
Nuruddin dkk, ❻❼❽❾❽ ❿r❽➀➁➁s➂➃❽➄l ➅➆trot ➇➆❽➁rfan Hidup Masyarakat Samin dan
Tengger ( Yogyakarta: LKiS, 2003) , 126.
20
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

lingkungannya. Namun demikian, ada perbedaannya bahwa simbol agama adalah
simbol suci.22
Koentjaraningrat berpendapat bahwa ➈r ➉l➊➉➈

merupakan bagian dari

kebudayaan. Beliau menyimpulkan bahwa komponen sistem kepercayaan, sistem
upacara dan kelompok-kelompok religious yang menganut sistem kepercayaan
dan menjalankan upacara-upacara religious, jelas merupakan ciptaan dan hasil
akal manusia.Adapun komponen pertama yaitu emosi keagamaan, digetarkan oleh
cahaya Tuhan, religi sebagai suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan
tetapi cahaya tuhan yang mewarnainya dan membuatnya keramat tentunya bukan
bagian dari kebudayaan.23
Prosesi ritual petik laut selalu melibatkan penggunaan simbol-simbol
keagamaan, seperti pengajian al-Qur an, zikir, dan do a-do a Islam, dan atau
simbol-simbol budaya seperti sesaji dan tari-tarian.Simbol ini memiliki makna
dan

nilai-nilai

dibaliknya.24Baik

yang

bersifat

material

maupun

non

material.Dalam kajian budaya, simbol diyakini memiliki keterkaitan dengan
berbagai aspek kehidupan manusia yang itu bersifat sangat kosmologis.
Keterkaitan kebudayaan dan masyarakat itu tampak lebih jelas dilakukan
oleh sekelompok masyarakat yang cenderung memiliki banyak kesamaan dan
interaksi sosial. Kebudayaan cenderung akan senantiasa diikuti oleh masyarakat
pendukungnya

secara

turun-temurun

dari

generasi

ke

generasi

Nur Syam, ➋➌sl ➍ ➎➏➐ss➐r ( Yogyakarta: LKiS, 2005) , 16.
Koentjaraningrat➑ ➎➏➒➓➌➒ t➌r➔→o
ln
p
tr ➓➐
( Jakarta: UI, 1964) , 79.
24
Clifford Geertz, ➣➏↔↕➙➌➌y ➌➒ ➙➌➒ ➌➓➌➍➌ (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 51-52.
22
23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

berikutnya.25Meskipun anggota masyarakat datang silih berganti akibat faktor
kematian atau kelahiran.
Manusia senantiasa hidup berinteraksi dengan alam dan lingkungan,
hubungan tersebut bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi, interaksi sosial
ini merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas yang di sebut
juga

sistem sosial

26

yang dalamnya mengikuti pola dan aturan tertentu,

misalnya dalam upacara, ritus dan sebagainya.
Setiap pemujaan memiliki dua sisi ganda: satu negatif, dan yang satu
positif.27 Kedua sisi tersebut sama seperti dua sisi mata uang yang saling
berkaitan. Dalam pemujaan juga seperti itu, sisi negatif dalam pemujaan dapat
mempengaruhi sisi positif dalam pemujaan itu sendiri. Contohnya saja dalam
kegiatan ini, jika kita benar-benar meyakininya, maka semua yang kita inginkan
dapat terkabul.
Disini, apa yang diteorikan oleh Peter L. Berger bahwa agama dan budaya
saling menguatkan, tampaknya memang terlihat nyata. Di satu sisi agama
melegitimasi budaya yang ada pada masyarakat tersebut, dan disisi lain budaya
memberikan cover kepada agama sehingga agama dapat dengan mudah diterima
oleh masyarakat.
Di dalam tradisi Jawa, upacara yang terkait dengan kehidupan di
konsepsikan oleh para ahli antropologi sebagai upacara lingkaran hidup yang di
konsepsikan oleh orang Jawa sebagai ➛ls ➜➝ ➛t ➞ , yaitu suatu upacara makan
Soejono Soekamto, ➟➠➡➢➤➡➤t ➥ ➦ u
lm➧➨➩s➨lo➢➩
(Jakarta: Gramedia, 1969) , 74.
Koentjaraningrat, ➫➠➭➯➲➤➳➤➤➡ ➵➤➸➤ (Jakarta: Balai Pustaka,1984), 17.
27
Emile Durkheim, ➺➻➠ ➼➠l ➠m➤n
t ➥yforms of The Religious Life
, Sejarah Bentuk-bentuk
Agama Yang Paling Dasar,(Yogyakarta: IRCiSoD,2011),434.
25
26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

bersama makanan yang telah diberi do a sebelum di bagikan.28➽l➾➚➪t➾➶

tidak

terpisahkan dari pandangan alam pikiran partisipasi dan erat hubungannya dengan
kepercayaan pada unsur-unsur kekuatan sakti maupun makhluk-makhluk
halus.➽➹➾➚➪ ➾t ➶ ditujukan agar tidak ada gangguan apapun di dalam kehidupan
manusia.
Mengenai sistem ritus dan upacara religi koentjaraningrat menjelaskan
bahwa ritus dan upacara religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam
melaksanakan kebaktiannya kepada tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang, atau
makhluk halus lainnya dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan Tuhan
dan penghuni alam ghaib lainnya itu.29Ritus atau upacara religi biasanya
berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim, atau kadang-kadang
saja, tergantung dari isi acaranya, suatu ritus atau upacara religi biasanya terdiri
dari kombinasi yang merangkaikan satu, dua atau beberapa tindakan seperti
berdo a, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari dan menyanyi.
Upacara agama belum lengkap kalau tidak dihinggapi atau di jiwai oleh emosi
keagamaan, artinya cahaya Tuhan yang membuat suatu upacara itu menjadi
aktivitas yang keramat.
Sebagai suatu prosesi ritual, upacara adat dapat di pandang sebagai
kehendak untuk memperoleh pengharapan lebih baik dihari mendatang.Prosesi
ritual menurut Clifford Geertz dapat di kategorikan sebagai, ➽➹➾➚➪t➾➶➘ Menurut
Geertz, ls➾➚➪ ➾t ➶

di bagi ke dalam empat kategori: pertama, ➽➹➾➚➪ t➾n yang

berkaitan dengan masalah krisis kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan
IbidKoentjaraningrat➴ ➷➬➮➱✃❐❒❐❐❮ ❰❐Ï❐➴25.
Ibid,28.

28
29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

kematian.30Kedua, lsÐÑÒtÐ n yang berkaitan dengan perayaan hari-hari besar
Islam, seperti ÓÐÔÕÔÖ ×ÐØÙ, ÚÖÔÕ ÛÙÜt ÙÝ ÚÖÔÕ ÞÖßÐÝ dan sebagainya. Ketiga,
àÕÐÑÒ Ðt × yang berkaitan dengan integrasi sosial desa, seperti misalnya bersih desa

dan keempat, lÐs ÑÒtÐ×

yang bersifat aksidental, yaitu Ðls ÑÒtÐ×

yang terkait

dengan peristiwa-peristiwa yang tidak tetap waktunya, tergantung pada kejadian
luar biasa yang di alami seseorang, seperti sakit, melakukan perjalanan jauh dan
sebagainya.
Menurut Pasudi Suparlan, kebudayaan diperoleh melalui proses belajar
dari individu-individu sebagai hasil interaksi antar anggota-anggota kelompok
satu sama lain, yang nantinya akan terwujud suatu kebudayaan yag dapat dimiliki
bersama. Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tidak bisa
lepas dari nilai-nilai yang telah dibangunnya sendiri.31 Bentuk nilai- nilai budaya
tersebut akan berpengaruh bagi kehidupan manusia dalam masyarakatnya.
Suatu sistem nilai budaya sering juga berupa Öw
lo
r view

bagi manusia

yang menganutnya.Dalam istilah pandangan hidup ini budaya menjadi suatu
sistem nilai-nilai yang di anut oleh para individu dan golongan dalam tatanan
masyarakat. Koentjaraningrat lebih lanjut membagi kebudayaan dalam tujuh
unsur, pertama, sistem religi dan upacara keagamaan, kedua, sistem organisasi
sosial, ketiga, sistem pengetahuan, keempat, bahasa, kelima, kesenian, keenam,
sistem mata pencaharian hidup, dan ketujuh sistem tekhnologi dan peralatan.32
Clifford Geertz, Santri, Abangan, Priyayi dalam Masyarakat Jawa,(Jakarta: Pustaka
Jaya, 1983),125-130.
31
Sujarwa, Manusia dan Fenomena Budaya Menuju Perspektif Moralitas Agama,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) ,12.
32
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: P.T Gramedia,
1994),2.
30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Salah satu bentuk komunikasi antara manusia dan kekuatan ghain