PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI PERMAINAN SCATTERGORIES PADA SISWA KELAS IV MI ROUDLOTUL IHSAN SUKODONO.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI PERMAINAN
SCATTERGORIES PADA SISWA KELAS IV
MI ROUDLOTUL IHSAN SUKODONO
SKRIPSI Oleh:
IFTAHUL FIKRIYAH NIM. D77212095
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PGMI 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Iftahul Fikriyah, NIM D77212095, tahun 2016. “Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Mata Pelajaran Bahasa Jawa Melalui Permainan
Scattergories Pada Siswa Kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono.”
Kata kunci : Permainan Scattergories, Keterampilan Menulis Aksara Jawa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan lapangan bahwa siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono mengalami kesulitan pada materi menulis Aksara Jawa. Berdasarkan dokumen nilai ulangan harian, diperoleh data sebanyak 44% dari jumlah 29 siswa mencapai KKM yang ditentukan yakni 66. Hal ini tidak sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan yakni 85%. Fokus penelitian ini adalah mengajarkan keterampilan menulis Aksara Jawa melalui metode permainan
Scattergories. Penggunaan metode ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan permainan
Scattergories dalam meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Serta untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa melalui penerapan permainan
Scattergories.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan memperbaiki kinerja guru sehingga keterampilan menulis siswa meningkat. Peneltian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran yang meliputi 4 tahap; perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan model PTK ini maka tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan pada saat yang bersamaan. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi guru dan siswa, serta hasil tes tiap siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir soal tes keterampilan menulis siswa, dan lembar observasi. Tes ini digunakan untuk mengukur ketuntasan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa. Observasi digunakan untuk mengukur aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran pada materi menulis Aksara Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis Aksara Jawa melalui penerapan permaianan Scattergories dapat meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Sebelum penerapan permainan Scattergories ketuntasan belajar siswa sebesar 44% dengan nilai rata-rata 57, setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I mejadi 58% dengan nilai rata-rata 59, dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 86% dengan nilai rata-rata kelas 72. Dari hasil akhir tersebut maka pembelajaran menulis Aksara Jawa dikategorikan baik.
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di tingkat Sekolah Dasar. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD/MI meliputi dua aspek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Setiap aspek ini meliputi empat keterampilan, yaitu mendengarkan (nyemak), berbicara (micara), membaca (maca), dan menulis (nulis). Keterampilan menulis dalam pembelajaran Bahasa Jawa juga dikategorikan menjadi 2 macam. Pertama yakni keterampilan menulis huruf alphabet yang di dalamnya diajarkan cara menulis huruf lepas dan menulis tegak bersambung. Kedua yakni keterampilan menulis Aksara Jawa.1
Aksara Jawa seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa. Selain karena jumlah Aksara Jawa yang banyak, aturan dan bentuk penulisan yang rumit membuat siswa enggan untuk mempelajarinya. Faktanya Aksara Jawa juga jarang digunakan untuk keperluan komunikasi sehari-hari. Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka tidak mengherankan jika dewasa ini siswa merasa kesulitan ketika berhadapan dengan materi menulis Aksara Jawa.
1 Muhammad Irkham K.R.,Penggunaan Media Kartu Huruf Dalam Pembelajaran Aksara Jawa Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas II SDN Torongrejo 02 Kota Batu,
(8)
2
Dalam mengajarkan materi menulis Aksara Jawa guru juga dituntut untuk dapat menyelesaikan target ketuntasan belajar siswa, sehingga memerlukan perencanaan pembelajaran yang tepat. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru juga harus memerhatikan karakteristik masing-masing siswa. Selain itu alat bantu interaktif yang dapat menunjang ketercapaian pembelajaran juga masih jarang ditemui.
Pembelajaran yang baik harusnya dilakukan dengan memerhatikan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran menulis Aksara Jawa hanya dilakukan dengan sekedar menyampaikan bentuk-bentuk tulisan dan cara membacanya serta mengesampingkan apakah siswa paham dengan materi yang diajarkan atau tidak. Sehingga keterampilan menulis Aksara Jawa pada siswa masih sangat rendah.
Hal ini juga terjadi pada siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Jawa diketahui bahwa keterampilan menulis Aksara Jawa siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketepatan menulis Aksara Jawa siswa yang belum sesuai, sehingga tidak semua siswa dapat mencapai KKM yang ditentukan. Berdasarkan dokumen nilai ulangan harian yang dimiliki guru dari 29 siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono hanya 13 siswa yang mampu mencapai KKM sementara 16 siswa lainnya belum mencapai KKM yang
(9)
3
ditetapkan yakni 66. Jika diprosentasekan sebanyak 44% siswa mencapai KKM dan 56% siswa belum mencapai KKM.2
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Jawa ditemukan beberapa sebab mengapa masih banyak siswa belum mampu mencapai KKM. Salah satu alasannya adalah siswa kurang tertarik dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas. Pembelajaran yang berlangsung belum mampu membuat siswa aktif secara menyeluruh. Sehingga menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk dapat membuat proses pembelajaran yang lebih aktif dan membangkitkan kreativitas siswa.
Untuk menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif metode pembelajaran bermain merupakan salah satu hal yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam penerapannya guru harus lebih teliti memilih permainan yang sesuai. Permainan juga digunakan untuk memusatkan perhatian siswa selama proses pembelajaran. Sehingga melalui permainan tujuan pembelajaran dapat dicapai karena perhatian siswa selama proses pembelajaran lebih terpusat.
Oleh karena itu diperlukan permainan yang tepat, kreatif, dan menarik untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Salah satu bentuk permainan yang dapat digunakan adalah Scattergories. Permainan ini merupakan salah satu bentuk
2 Zuhdiyah Hasun, S.Hum. , Guru Bidang Studi Bahasa Jawa MI Roudlotul Ihsan Sukodono,
(10)
4
permaianan yang bertujuan mengingat kembali kata-kata (kosakata) yang pernah diajarkan. Permainan ini akan mengubah proses pembelajaran yang pasif menjadi aktif. Sehingga siswa akan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini juga akan meningkatkan keterampilan menulis pada siswa. Karena semakin siswa tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran maka perhatian siswa pada materi yang diajarkan juga akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah dicapai.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis membuat penelitian tindakan kelas yang berjudul :
“Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Mata Pelajaran Bahasa Jawa Melalui Permainan Scattergories Pada Siswa Kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian mengenai penerapan permainan ini. Dapat ditarik permasalahan yang dirangkum dalam rumusan masalah, antara lain : 1. Bagaimana penerapan permainan Scattergories dalam meningkatkan
keterampilan menulis Aksara Jawa siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa kelas IV di MI Roudlotul Ihsan Sukodono?
(11)
5
2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa pada siswa kelas IV di MI Roudlotul Ihsan Sukodono dengan penerapan permainan
Scattergories?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam peningkatan keterampilan menulis Aksara jawa pada siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono, yaitu dengan menggunakan permainan
Scattergories. Permainan ini dipilih karena dapat menarik perhatian siswa dan mengaktifkan siswa secara keseluruhan sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan permainan Scattergories dalam meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa pada siswa kelas IV di MI Roudlotul Ihsan Sukodono
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa pada siswa kelas IV di MI Roudlotul Ihsan Sukodono.
(12)
6
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Diharapkan dapat menambah inspirasi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dikelas serta membantu guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat pada proses belajar mengajar di kelas.
2. Bagi Siswa
Diharapkan siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna melalui penerapan permainan Scattergories, sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan minat belajar serta keterampilan berbahasa siswa semakin meningkat.
3. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peran guru dalam meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa pada siswa.
F. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut dibawah ini :
1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas IV Roudlotul Ihsan Suko Sukodono semester genap tahun ajaran 2015/2016, karena di kelas ini
(13)
7
terdapat kesulitan pada mata pelajaran Bahasa Jawa terutama pada peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa. PTK ini dilakukan sebanyak 2 Pertemuan , tiap pertemuan 2 jam pelajaran.
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Jawa kelas IV semester genap materi Menulis Kalimat Sederhana Menggunakan Aksara Jawa dengan Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana.
KD : 4.6 Menulis kalimat dengan huruf latin dan huruf Jawa/ carakan Madhura menggunakan sandhangan/ pangangghuy aksara Jawa/ carakan Madhura.
Indikator :1. Menulis kalimat menggunakan aksara jawa dengan sandhangan panyigeg wanda.
2. Menulis kalimat menggunakan aksara jawa dengan sandhangan wyanjana.
G. Definisi Operasional
1. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Keteranpilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan isi pikiran, gagasan, ide ke dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan kaidah-kaidah menulis. Dalam hal ini adalah upaya untuk menambah nilai kemampuan peserta didik dalam menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa. Pada penelitian ini indikator keterampilan
(14)
8
menulis difokuskan pada a. Keajegan Tulisan (ketepatan tulisan), b. Bentuk Tulisan (kejelasan bentuk tulisan), c. Kerapian Tulisan.
2. Mata Pelajaran Bahasa Jawa
Mata pelajaran Bahasa Jawa adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib di sekolah. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran yang diajarkan di MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD/MI meliputi 2 aspek yakni keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Pada penelitian ini difokuskan pada keterampilan menulis Aksara Jawa.
3. Materi Menulis Aksara Jawa
Yaitu materi pelajaran Bahasa Jawa kelas IV SD/MI semester genap. Hal ini sesuai dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Jawa yakni, “4.6 Menulis kalimat dengan huruf latin dan huruf Jawa/ carakan Madhura
menggunakan sandhangan/ pangangghuy aksara Jawa/ carakan Madhura”.
3. Permainan Scattergories
Merupakan salah satu bentuk metode permainan yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa kelas IV pada materi menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan menggunakan sandhangan panyigeg wanda dan wyanjana. Permainan ini dipilih dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa karena dapat menumbuhkan
(15)
9
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penerapannya permainan ini menggunakan bantuan media kartu huruf.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dari penelitian ini meliputi, bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V. Pada baguan awal di bab I berisi tentang pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Dalam bab I dibahas mengenai latar belakang masalah, dimana masalah yang diangkat di penelitian ini adalah tentang rendahnya keterampilan menulis Aksara Jawa di kelas IV MI Roudlotul Ihsan. Materi Aksara Jawa yang dipilih mengacu pada KD Bahasa Jawa yakni 4.6 Menulis kalimat dengan huruf latin dan huruf Jawa/ carakan Madhura
menggunakan sandhangan/ pangangghuy aksara Jawa/ carakan Madhura.. Untuk mengatasi permasalahan rendahnya keterampilan menulis Aksara Jawa, penulis memilih permainan Scattergories sebagai tindakan yang dipilih dalam penelitian ini. Pada bab I juga dibahas mengenai tujuan dan manfaat penelitian selain itu dibahas pula definisi operasional yang berdasarkan penelitian yang dilakukan.
Pada bab II penulis membahas mengenai kajian teori yang meliputi teori-teori tentang keterampilan menulis, pembelajaran Bahasa Jawa, serta permainan Scattergories. Pada bab III dibahas mengenai prosedur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. Pembahasan pada bab ini meliputi, metode penelitian yang digunakan, setting dan subjek penelitian, variabel yang diselidiki (yang meliputi variabel input, proses dan output), rencana tindakan,
(16)
10
data dan teknik pengumpulan data, analisis data, indikator kinerja serta tim peneliti dan tugasnya. Pada bab IV dalam penelitian ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil penelitian per siklus, hasil wawancara, dan pembahasan temuan hasil tindakan. Dan bab terakhir yakni bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
(17)
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Menulis
1. Hakikat Menulis
Pengertian menulis menurut Tarigan adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.3 Seseorang dapat dikatakan sedang menulis apabila memahami lambang grafik dari huruf yang ditulis. Dalam hal ini yaitu menulis Aksara Jawa. Akan tetapi, seseorang tidak dapat dikatakan sedang menulis Aksara Jawa kalau tidak memahami lambang grafik dari huruf tersebut. Apabila seseorang tidak memahami lambang grafik dari huruf yang ditulis, maka kegiatan yang dilakukan disebut melukis lambang grafik. Jadi dalam menulis seseorang dituntut memahami makna dari lambang grafik yang dutulis. Sedangkan dalam melukis lambang grafik seseorang tidak dituntut memahami makna lambang yang dilukiskan.
Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri dari rangkaian
3
(18)
12
huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan.4 Menulis juga merupakan suatu proses berfikir. Menulis dan berfikir saling melengkapi. Costa mengemukakan bahwa menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang.5 Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Hubungan antara menulis dan berpikir yakni melalui kegiatan menulis seseorang juga dapat mengomunikasikan apa yang sedang dipikirkan. Dan melalui kegiatan berpikir seseorang dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Menulis juga diartikan sebagai proses menggambarkan suatu bahasa dan proses menyampaikan gagasan. Kedua proses ini sama-sama mengacu pada menulis sebagai kegiatan melambangkan bunyi-bunyi berdasarkan aturan-aturan tertentu. Jadi segala ide, pikiran, gagasan yang ada disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebut pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan oleh penulis.
Dalam kegiatan menulis juga terjadi proses komunikasi. Proses ini dilakukan secara tidak langsung, tidak melalui tatap muka antara penulis dan pembaca. Agar tulisan itu berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis maka isi tulisan serta lambang grafik yang digunakan harus
4 Anwar Efendi, dkk, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara wacana,
2008), 327.
(19)
13
benar-benar dipahami oleh keduanya. Tulisan merupakan media komunikasi yang harus dipahami karena manfaatnya yang luas. Jadi menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan dengan bahasa tulis sebagai medianya. Dalam komunikasi tulis setidaknya ada empat unsur yang terlibat yakni, penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisa atau pesan, saluran atau medianya berupa tulisan atau pesan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
2. Tujuan Menulis
Seorang peulis harus mempunyai tujuan yang jelas dari tulisannya. Menulis bertujuan agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami dengan benar oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang digunakan. Hugo Hartig mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut6:
a. Assignment Purpose (tujuan penugasan)
Dalam hal ini penulis tidak memiliki tujuan dalam kegiatan menulis. Penulis hanya menulis, tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.
b. Altruistic Purpose (tujuan altruistic)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para
6
(20)
14
pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Penulis harus berkeyakinan bhwa pembaca adalah teman hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengomunikasikan suatu ide atau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistic dapat tercapai.
c. Persuasive Purpose (tujuan persuasif)
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin dengan kebenaran gagasan yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan suatu produksi barang dagangan, atau dalam kegiatan politik
d. Informational Purpose (tujuan informasi atau tujuan penerangan) Penulis menuangkan ide/gagasan dengan tujuan member informasi atau keterangan kepada pembaca. Disini penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.
e. Self Expressis Purpose (tujuan pernyataa diri)
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca. Melalui tulisannya, pembaca dapat memahami penulis bacaan tersebut.
f. Creative Purpose (tujuan kreatif)
Penulis bertujuan agar para pembaca. dapat memiliki nilai-nilai artistic atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan penulis.
(21)
15
Disini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar tahu apa yang disajikan oleh penulis, tapi juga merasa terharu membaca tulisan tersebut.
g. Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)
Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
Selain tujuan menulis yang telah diungkapkan diatas, tujuan menulis menurut Haliday (10-12), bahasa tulis digunakan untuk tujuan-tujuan:
a. Untuk tindakan, misalnya tanda-tanda publik, petunjuk televisi dan radio, rekening. daftar menu, buku telepon, kertas suara, petunjuk komputer)
b. Untuk informasi, misalnya koran, majalah, yang berisi peristiwa-peristiwa terkini, iklan, pamflet politik.
c. Untuk hiburan, misalnya strip komik, buku fiksi, puisi dan dram, sisipan koran, dan subjudul film.7
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis bertujuan menyampaikan informasi , ide, atau gagasan penulis
7 Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa, 12.
(22)
16
sehingga pembaca memahami maksud yang akan disampaikan oleh penulis dengan memperhatikan kesaman pemahaman bahasa tulis yang digunakan.
3. Jenis-jenis Menulis
Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di tingkat SD/MI jenis-jenis menulis yang diajarkan adalah sebagai berikut:
a. Menulis permulaan (huruf kecil)
b. Menulis permulaan (huruf besar pada awal kalimat) c. Menulis ejaan
d. Menulis prosa e. Menulis surat f. Menulis formulir g. Menulis paragraph
h. Menulis judul karangan dan kerangka karangan i. Menulis karangan puisi
j. Menulis laporan k. Menulis telegram l. Menulis teks pidato m. Menulis karangan drama.8
8
(23)
17
4. Pembelajaran Keterampilan Menulis di SD/MI
Seperti halnya keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis juga harus dimiliki oleh siswa. Keterampilan ini sudah dilatihkan di tingkat SD/MI. Pada kelas rendah biasanya ditanamkan dasar-dasar menulis. Jika dasar-dasar menulis yang dimiliki siswa sudah kuat maka siswa akan mampu menulis denga baik dan benar.
Dalam mengajarkan keterampilan menulis di SD/MI, perkembangan menulis anak juga harus diperhatikan. Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara perlahan. Perkembangan tulisan anak meliputi 4 tahap sebagai berikut:
a. Tahap prafonemik
Pada tahap ini anak sudah mengenal bentuk dan ukuran huruf tetapi belum bisa menyusunnya untuk menulis. Anak belum mengetahui prinsip fonetik, yakni huruf mewakili bunyi-bunyi yang membentuk kata.
b. Tahap fonemik awal
Pada tahap ini anak sudah mengenali prinsip fonetik, tahu cara kerja tulisan tapi belum bisa mengoperasikan prinsip tersebut.
c. Tahap nama huruf
Pada tahap ini, anak sudah bisa menggunakan prinsip fonetik, siswa dapat menggunakan huruf-huruf yang mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata.
(24)
18
d. Tahap transisi
Tahap ini ditandai dengan penguasaan anak terhadap tata tulis yang semakin lengkap, siswa juga sudah bisa menggunakan ejaan dan tanda baca dalam tulisan.
Pembelajaran menulis di sekolah dasar menurut Subarti Akhadiah, pembelajaran menulis di sekolah dasar terbagi atas:
a. Pembelajaran menulis permulaan
Pembelajaran ini meliputi persiapan menulis dengan melatih siswa memegang pensil dan menggoreskannya di kertas, menulis huruf dan merangkainya menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat sederhana.
b. Pembelajaran menulis lanjut
Dalam pembelajaran ini dapat dikelompokkan menjadi 4 pokok bahasan yaitu:
1) Pengembangan paragraf 2) Menulis surat dan laporan
3) Pengembangan bermacam-macam karangan 4) Menulis puisi dan naskah drama.9
9
(25)
19
5. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Keterampilan menulis biasanya diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan/ ide harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal, serta penggunaan ejaan.
Terdapat beberapa pengertian keterampilan menulis yang diungkapkan oleh beberapa tokoh berikut ini:
a. Atar Semi, mengartikan keterampilan menulis sebagai tindakan memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang.
b. Harris, mengartikan keterampilan menulis sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis.
c. The Liang Gie, mengungkapkkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada suatu halaman tertentu.
d. Keterampilan menulis diartikan juga sebagai keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain.10
10 Henry Guntur Tarigan. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan berbahasa.(Bandung: Angkasa.,
(26)
20
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian keterampilan menulit di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat memahami makna isi tuisan tersebut dengan baik.
6. Indikator Keterampilan Menulis
Untuk menjadikan siswa SD/MI terampil menulis perlu diberikan latihan dan praktik. Penelitian ini mekankan pada menulis Aksara Jawa. Keterampilan menulis Aksara Jawa tidak datang dengan sendirinya. Untuk dapat memiliki keterampilan ini siswa harus diajak praktik berulang kali melalui beberapa tahapan sederhana.
Kemampuan siswa SD/MI dalam memahami bahasa tulis sebagai wadah, alat, dan media untuk mengungkapkan ide/ gagasan merupakan aspek berbahasa yang paling rumit. Untuk dapat memiliki keterampilan menulis Aksara Jawa siswa harus memiliki penguasaan terhadap berbagai unsure kebahasaan dan unsur di luar bahasa Jawa yang akan menjadi isi tulisan yang dibuat. Oleh karena itu setiap siswa SD/MI yang sedang belajar menulis Aksara Jawa harus harus mengenal dan memahami setiap hurufnya.
Menurut Nurudin, asas menulis yang baik yaitu mencakup: a. Kejelasan
b. Keringkasan c. Ketepatan
(27)
21
d. Kesatupaduan e. Pertautan f. Penegasan.
Dari enam indikator menulis tersebut dalam menulis Aksara Jawa digunakan indikator ketepatan (keajegan tulisan) dan kejelasan (bentuk tulisan). Dua indikator ini diperlukan agar tidak terjadi salah huruf dan salah tulis. Dengan memahami bentuk setiap huruf dan kegunaan huruf membentuk kata, seorang penulis akan terhindar dari kesalahan menulis kata atau meletakkan huruf.11
Menurut Iskandarwassid dan Danang Suhendar dalam menilai tulisan terdapat beberapa kriteria yang digunakan, antara lain:
a. Kualitas dan ruang lingkup isi b. Organisasi dan penyajian isi c. Komposisi
d. Kohesi dan koherensi e. Gaya dan bentuk bahasa f. Mekanik
g. Kerapian tulisan h. Kebersihan
i. Respon afektif pengajar terhadap karya tulis.
(28)
22
Dari sembilan indikator di atas diambil indikator kerapian tulisan (dikutip dari buku Sardiman, 2011:93).12 Jadi indikator keterampilan menulis Aksara Jawa siswa SD/MI, meliputi :
a. Ketepatan tulisan (keajegan tulisan) b. Kejelasan (bentuk tulisan)
c. Kerapian tulisan.
B. Pembelajaran Bahasa Jawa
1. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD/MI
Bahasa Jawa secara diakronis berkembang dari bahasa Jawa Kuno. Bahasa Jawa Kuno berkembang dari bahasa Jawa Kuno Purba. Bahasa Jawa yang sekarang digunakan atau disebut bahasa Jawa Baru banyak mendapat pengaruh kosakata bahasa Arab, dipakai sebagai wahana baik lisan maupun tulisan dalam suasana kebudayaan Islam-Jawa. Dalam suasana tersebut ragam tulis bahasa Jawa tidak hanya ditulis dalam huruf Jawa atau huruf Latin saja, tetapi juga ditulis dengan huruf Arab.13
Bahasa Jawa adalah suatu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang masih hidup dan tetap digunakan dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Jawa juga
12 Iskandarwassid dan Danang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), 250.
13 Wedhawati, dkk, Tata Bahasa Jawa Mutakhir, (Jogjakarta: Departemen Pendidikan Nasional
(29)
23
merupakan salah satu bahasa daerah yang perlu dilestarikan supaya tidak hilang keberadaannya. Dalam upaya pelestarian dan pengembangan bahasa Jawa didasarkan pada beberapa hal, yakni:
a. Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sebagian besar penduduk Jawa. b. Bahasa Jawa memperkokoh jati diri dan kepribadian seseorang.
c. Bahasa jawa yang di dalamnya mencakup sastra dan budaya Jawa, medukung kekayaan khasanah budaya bangsa.
d. Bahasa, sastra, dan budaya Jawa merupakan warisan budaya adiluhung e. Bahasa, sastra, dan budaya Jawa dikembangkan untuk mendukung life
skill.
Bahasa Jawa dalam pembelajaran di SD/MI masuk dalam muatan lokal. Muatan lokal di sini dimaksudkan sebagai kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan cirri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal juga ditentukan oleh satuan pendidikan.14
Ruang lingkup muatan lokal mata pelajaran Bahasa Jawa, mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Aksara Jawa termasuk dalam aspek membaca dan menulis. Membaca Aksara Jawa
14 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 30.
(30)
24
diarahkan pada ketepatan dan kecepatan pemahaman isinya. Sedangkan menulis Aksara Jawa diarahkan untuk mengubah tulisan latin ke tulisan Jawa, pembelajarannya lebih difokuskan pada ketepatan tulisan, kejelasan bentuk tulisan, dan kerapian tulisan..
2. Materi Aksara Jawa
Aksara Jawa atau biasa disebut dengan Carakan merupakan huruf Jawa dasar berjumlah 20 yang belum dilekati sandhangan yang disebut dengan aksara Nglegena atau Dhenta Wyanjana.15
Tabel 2.1
Huruf Dasar Aksara Jawa
15 Warih Jatirahayu, Manca Warna Kawruh Pepak Basa Jawa, (Yogyakarta: Grafika Indah, 2005),
(31)
25
Setiap suku kata mempunyai pendamping pasangan berjumlah 20, yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup dengan suku kata berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup oleh wignyan, layar, dan
cecak.16 Aksara Jawa juga memiliki huruf kapital yang disebut Aksara Murda, yang digunakan untuk menulis nama orang, gelar, nama geografi, dan nama lembaga. Namun tidak semua Aksara Jawa mempunyai aksara Murda. Di dalamnya juga terdapat aksara swara (huruf vocal depan), lima aksara rekan dan pasangannya, beberapa sandhangan untuk mengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda tata tulis.17 Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada kegiatan menulis Aksara Jawa menggunakan sandhangan panyigeg wanda dan wyanjana.
Tabel 2.2
Sandhangan Panyigeg Wanda
16 Darusuprapto, Pedoman Penulisan Aksara Jawa, (Yogyakarta: Pustaka Nusatama, 1994), 5. 17 Sutrisna Wibawa, dkk, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta),
(32)
26
Tabel 2.3
Sandhangan Wyanjana
C. Permainan Scattergories
1. Hakikat Permainan
Bermain dan permainan merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia anak dalam hal ini siswa SD/MI. Bagi anak, belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar. Para siswa lebih suka suasana bebas tanpa ada tekanan, berinteraksi dengan teman, dan bermain. Menurut Zhafari permainan dalam pembelajaran merupakan suatu pemanasan atau penyegaran guna membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan penuh dengan antusias.18
(33)
27
Rumpf mengungkapkan bahwa adanya kemungkinan hubungan antara bermain dan aktivitas pembelajaran. Permainan dalam pembelajaran juga mempelajari tentang perasaan dan hal-hal abstrak seperti kemenangan dan menerima kekalahan. Selain itu permainan juga menguji dan meningkatkan kemampuan prestasi.19 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran dengan mensimulasi suatu permainan yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Sehingga proses pembelajaran akan berlangsung menyenangkan dan dapat membangun semangat siswa dalam belajar. Dalam penelitian ini bentuk permainan yang digunakan adalah Scattergories.
Pada hakikatnya Scattegories merupakan suatu metode permainan yang bertujuan mengingat kembali kosakata dari kategori tertentu. Manfaat dari permainan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman secara utuh terhadap materi yang diajarkan.20 Dalam penerapannya, permainan ini menggunakan media kartu huruf. Di mana yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah huruf Jawa atau Aksara Jawa.
Dalam proses pembelajaran permainan ini biasanya dilakukan secara berkelompok. Untuk siswa kelas tinggi permainan ini dapat digunakan secara berpasangan. Permainan ini dilakukan dengan mengumpulkan kategori-
19 Esti Pratika Ningsih, Metode Permainan dalam Pembelajaran Matematika (Januari, 8, 2013).
http://zaafarani-ariqah.blogspot.co.id/2013/01/metode-permainan-dalam-pembelajaran.html?m=1, diakses pada 28 Nopember 2015.
20 Amy Buttner, Aktivitas Permainan dan Strategi Penilaian untuk Kelas Bahasa Asing,
(34)
28
kategori kata yang telah dipelajari sebelumnya. Kata-kata ini dikumpulkan dalam satu set. Para siswa diminta untuk menuliskan sebanyak mungkin kata yang pernah dipelajari dalam waktu yang ditentukan.
Dalam proses pembelajaran Bahasa Jawa permainan in dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
b. Setiap kelompok diberikan kartu huruf berupa kertas kosong sejumlah anggota kelompok
c. Masing-masing siswa dalam kelompok menuliskan kata sesuai dengan kategori yang telah ditentukan
d. Dalam satu kelompok tidak boleh ada kata yang sama
e. Kata-kata yang sudah di tulis dalam tulisan latin dirubah menjadi bentuk Aksara Jawa
f. Masing-masing kelompok memilih satu orang untuk mewakili kelompoknya menyusun kata dari anggota kelompok di papan tempel yang telah disediakan
g. Siswa yang berhasil menyusun kata dengan cepat dan tepat maka kelompoknya dinyatakan sebagai kelompok pemenang.
(35)
29
2. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Scattergories
Permaian digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran yang berguna untuk membangkitkan semangat belajar siswa dan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Namun pemainan juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan permainan Scattergories adalah:
a. Sesuai dengan tahap perkembangan anak yang membutuhkan wahana dalam mengembangkan semua aspek-aspek perkembangannya, baik fisik, kognitif, maupun emosionalnya b. Dalam permainan ini siswa dituntut untuk berfikir cepat sehingga
secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan kemampuan berfikir siswa
c. Memusatkan perhatian anak dalam pembelajaran
d. Dapat mendorong semangat belajar siswa, dan secara tidak langsung mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang belajar.
Kekurangan permainan Scattergories adalah:
a. Membutuhkan persiapan yang matang b. Memerlukan persiapan media yang rumit
c. Butuh waktu yang lama untuk mengajarkan materi pembelajaran.21
21 Zahrotul Wardah, Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Bagi Anak Usia Dini ( Juni 20,
2015). http://m.kompasiana.com/ndull/kelebihan-dan-kelemahan-dari-metode-bermain-bagi-anak-usia-dini_54f70570a3331197238b45ea
(36)
(37)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dipilih dalam penelitian ini sebab penulis ingin meningkatkan kualitas pembelajaran secara khusus dalam hal meningkatkan prestasi belajar di MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Penelitian ini didesain untuk membantu guru mengetahui apa yang terjadi di dalam kelasnya. Informasi yang didapatkan oleh guru ini kemudian dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan. PTK ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru, keterampilan menulis Aksara Jawa siswa , kelas, dan sekolah secara keseluruhan.
Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan.22 Penelitian kualitatif mengkaji perpektif partisipan dengan berbagai strategi, strategi yang digunakan bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara, dokumen-dokumen, serta teknik-teknik pelengkap berupa foto maupun rekaman. Sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.
22
Nana Syaodih S., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 94.
(38)
32
Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan kelas ini menggunakan Model Kurt Lewin. Menurut Kurt Lewin konsep pokok action research
terdiri dari empat komponen, yaitu: 1. perencanaan (planning),
2. tindakan (acting),
3. pengamatan (observing), dan 4. refleksi (reflecting).
Gambar 3.1 Prosedur PTK model Kurt Lewin
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus23. Untuk mengatasi permasalahan di dalam kelas mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Apabila pada siklus pertama belum berhasi, maka dilakukan siklus kedua.
23
(39)
33
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, dan subjek penelitian.
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian atau lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Roudlotul Ihsan Suko Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu tanggal 12 dan 19 Mei 2016. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik Madrasah, karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
c. Siklus PTK
Penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa dengan Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana, dengan penerapan permainan Scattergories.
(40)
34
2. Subjek penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah peserta didik sebanyak 29 siswa.
C. Variabel yang Diteliti
Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab pemasalahan yang dihadapi yaitu:
1. Variabel Input :Siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono. 2. Variabel Proses :Penerapan permaianan Scattergories.
3. Variabel Output :Peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa dengan sandhangan panyigeg wandha dan wyanjana.
D. Rencana Tindakan
Model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah modal Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok yaitu: (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan (Action), (3) Pengamatan (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection).
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan berupa: 1. Rencana tindakan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan perencanaan antara lain sebagai berikut:
(41)
35
a. Persiapan pelaksanaan PTK
Dalam hal ini peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi untuk melaksanakan penelitian tindakan.
b. Persiapan partisipan
Memberikan simulasi kepada guru tentang penyelenggaraan dan melakukan konsolidasi dengan guru tentang cara melakukan penelitian dan pembagian tugas. Persiapannya meliputi:
1) Menyusun instrumen dan skenario penelitian
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Menyiapkan lembar observasi dan berbagai instrument pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
4) Menyiapkan media dan sumber belajar yang digunakan dalam penelitian
5) Menyiapkan alat evaluasi 2. Pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin dan direncanakan menggunakan dua siklus. Pada masing-masing siklus terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan c. Pengamatan atau observasi d. Refleksi
(42)
36
Secara umum, berikut adalah table pokok-pokok rencana tindakan pada tiap siklus yang akan dilaksanakan oleh peneliti:
Tabel 3.1
Pokok-pokok Rencana Kegiatan Penelitian
Siklus I Perencanaan:
Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif
pemecahan masalah
a. Menyusun RPP
b. Membuat jadwal kunjungan kelas c. Mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan di kelas d. Menyiapkan sumber belajar dan media
pembelajaran
e. Menyiapkan instrumen penilaian f. Menyiapkan lembar kerja siswa g. Mengembangkan format observasi
Pelaksanaan Tindakan
Mengacu pada RPP selama pembelajaran berlangsung, diantaranya:
Kegiatan Awal:
a. Memulai dengan salam dan berdo’a
(membaca do’a hendak belajar).
b. Guru menanyakan kabar siswa dan mengecek kehadiran
c. Apersepsi, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari “Aksara Jawa dengan Sandhangan Panyigeg Wanda dan
Wyanjana”.
d. Motivasi, membangkitkan minat dan semangat belajar siswa.
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
(43)
37
a. Guru menjelaskan secara singkat tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Siswa membentuk kelompok 7 kelompok kecil.
c. Setiap kelompok menunjuk 1 orang siswa sebagai ketua kelompok.
d. Setiap kelompok menerima LK untuk didiskusikan bersama kelompoknya. e. Masing- masing ketua kelompok maju
untuk mengambil kategori kata (sandhangan: layar, wignyan, cecak, pangkon, cakra, keret, pengkal) yang akan ditulis, dan mengambil kartu kata (berupa kertas kosong) untuk semua anggota kelompoknya.
f. Setiap siswa dalam kelompok menulis 1 kata dalam bahasa Jawa sesuai dengan kategori yang didapatkan. g. Ketua kelompok mengumpulkan kartu
kata yang suadah diisi dari setiap anggota kelompoknya dan menukar dengan kelompok lain (kelompok sesudahnya, untuk kelompok 7 ditukar ke kelompok 1).
h. Ketua kelompok kembali membagikan kartu kata yag sudah ditukar pada masing-masing anggota.
i. Setiap siswa dalam kelompok menulis kata yang didapatkan dalam bentuk aksara Jawa di kartu katanya.
(44)
38
j. Ketua kelompok kembali mengumpulkan kartu kata yang sudah dikerjakan dan menempelkan pada papan tempel yang sudah disediakan di kelas sesuai dengan kelompoknya. k. Bersama-sama siswa guru mengecek
jawaban dari masing-masing kelompok.
l. Setiap jawaban yang benar akan mendapatkan bintang, dan kelompok yang paling banyak mendapatkan bintag adalah pemenang.
Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa melakukan refleksi mengenai pembelajaran pada hari tersebut.
b. Guru mengecek pemahaman siswa dengan melakukan umpan balik (tanya jawab).
c. Guru memberikan penguatan dan membuat kesimpulan dari proses pembelajaran pada hari itu.
d. Guru memberikan tugas individu kepada siswa untuk mengerjakan soal latihan.
e. Guru memotivasi siswa agar mempelajari materi berikutnya.
f. Guru menutup pelajaran dengan membaca hamdalah.
(45)
39
Pengamatan Pada tahap pengamatan ini hal-hal yang
diperhatikan yaitu sebagai berikut:
a. Situasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan permainan
Scattergories.
b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
c. Kekompakan siswa dalam bekerja kelompok.
d. Kemampuan siswa dalam membuat dan meyelesaikan tugas kelompok. e. Kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan yang berkaitan dengan materi.
Refleksi a. Mencatat kendala yang terjadi selama
penerapan permainan Scattergories.
b. Melakukan diskusi dengan guru kolabolator untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi efisiensi dan waktu dari setiap macam tindakan.
c. Melakukan dengan tindakan perbaikan sesuai hal evaluasi untuk dilakukan siklus berikutnya.
d. Evaluasi tindakan pada siklus I.
Siklus II
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
(46)
40
a. Peserta didik
Untuk mendapatkan data tentang keterampilan menulis Aksara Jawa. b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan peneraan permainan Scattergories
pada peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa pada materi Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana.
c. Teman sejawat/kolaborator
Teman sejawat/kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif, baik dari siswa maupun guru.
2. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini ditujukan kepada guru dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini.
a. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, seberapa proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Dengan observasi, diharapkan gejala ketidakberhasilan atau kekeliruan dalam rencana tindakan dapat diketahui sedini mungkin
(47)
41
sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1) Aktivitas guru pada proses pembelajaran dengan penerapan permainan Scattergories.
2) Aktivitas peserta didik pada proses pembelajaran dengan penerapan permainan Scattergories.
Aspek yang diamati untuk diberikan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam kelompok meliputi:
1) Keaktifan baik dalam kelas maupun kelompok
Keaktifan siswa baik dalam kelas maupun kelompok sangat berperan pada keberhasilan pembelajaran. Siswa yang pasif akan sulit menerima pesan dan informasi yang disajikan guru.
2) Kekompakan dengan anggota kelompok
Kerjasama yang baik atau kekompakan dalam setiap anggota kelompok sangat membantu terciptanya rasa antusias pada pembelajaran yang dilakukan.
3) Motivasi
Motivasi dalam diri manusia sangat berpengaruh dalam berbagai kegiatan termasuk pembelajaran. Motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran akan mendukung peserta didik dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
(48)
42
Kedisiplinan sangat penting dalam pembelajaran. Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah wujud sikap yang menunjukkan keseriusan belajar siswa terhadap suatu materi pembelajaran.
b. Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang kendala siswa dalam belajar, prestasi belajar siswa, metode yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara. (Format panduan wawancara terlampir)
c. Evaluasi atau penilaian 1) Tes
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa pada materi Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana dengan melihat nilai yang diperoleh siswa. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan permainan
Scattergories.
Tes yang digunakan adalah tes tulis. Tes tersebut akan dijadikan sebagai acuan tambahan untuk mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas. Skor tes ini juga dijadikan penentu peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa pada materi Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
(49)
43
prestasi dan keaktifan siswa terhadap menulis Aksara Jawa dengan Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana melalui penerapan permainan Scattergories.
Instrumen yang digunakan adalah butir-butir soal tes menulis Aksara Jawa. Adapun kisi-kisinya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Penilaian Siklus
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Bentuk soal : Isian Kelas/Semester : IV/2 Jumlah soal : 10 butir
No Unsur yang
Hendak Diukur
Indikator Bentuk
Penilaian
Teknik Penilaian
Instrumen Penilaian
1. Keterampilan menulis
Peserta didik dapat menulis kalimat
menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan Panyigeg Wanda
Isian Tes Tulis Butir Soal (6 butir)
2. Peserta didik
dapat menulis kalimat
menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan Wyanjana
Isian Tes Tulis Butir Soal (4 butir)
(50)
44
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Siklus
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Bentuk soal : Isian Kelas/Semester : IV/2 Jumlah soal : 10 butir
No Indikator Kompetensi
Indikator Butir Soal Bentuk Penilaian Nomor soal Skor
1. Menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan sandhangan panyigeg wanda Menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan layar
Isian 1,3 10
Menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan wignyan
Isian 2,6 10
Menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan cecak
Isian 4 10
Menulis kalimat menggunakan
(51)
45
Aksara Jawa dengan
sandhangan pangkon 2. Menulis kalimat
menggunakan Aksara Jawa menggunakan sandhangan wyanjana Menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan cakra
Isian 5,9 10
Menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan keret
Isian 8 10
Menulis kalimat menggunakan Aksara Jawa dengan
sandhangan pengkal
Isian 10 10
(52)
46
d. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip nilai, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Untuk mendapat kebenaran data yang valid maka peneliti perlu melihat arsip-arsip dari administrasi guru mata pelajaran yang meliputi data mulai dari sebelum siswa belajar sampai sesudahnya.
Dokumentasi dalam penelitian ini diantaranya hasil karya karangan siswa berupa portofolio siswa, nilai keaktifan siswa, instrumen penelitian peningkatan peningkatan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa pada materi Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana, dan instrumen pengamatan aktifitas siswa. Dokumentasi yang didapatkan pada pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada lembar lampiran.
F. Validasi Instrument
Ada beberapa instrumen yang diuji dalam penelitian tindakan kelas ini, diantaranya adalah RPP, lembar observasi guru, lembar observasi siswa , dan butir soal sebagai tes hasil belajar peserta didik . Uji validitas ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah instrumen-instrumen tersebut telah layak digunakan atau belum. Untuk itu, peneliti memilih validator yang dianggap paham dalam bidang tersebut, yaiu Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Guru mata pelajaran Bahasa Jawa. Hasil dari validitas tersebut adalah sebagai berikut:
(53)
47
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Observasi Aktivitas Guru
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa 4. Lembar Butir Soal
G. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka selnjutnya dianalisis. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Dalam penelitian kuantitatif, analisis datanya menggunakan teknik statik. Statik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan induktif. Statistik induktif dapat berupa statistik parametris dan nonparametris.24
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Cara menganalisisnya dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa ada maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis datanya dihitung dengan menggunakan statistic sederhana sebagai berikut:
24
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 51.
(54)
48
1. Penilaian tes
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh peserta didik, kemudian dibagi dengan peserta didik yang berada di dalam kelas tersebut, sehingga diperoleh nilai rata-rata. Penilaian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
X = Σ�ΣX Keterangan: X : Nilai rata-rata
ΣX : Jumlah semua nilai peserta didik ΣN : Jumlah peserta didik
Suatu kelas dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai nilai rata-rata kelas minimal 66.00. Berikut adalah kriteria tingkat keberhasilan nilai rata-rata kelas peserta didik .25
Tabel 3.4
Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata Kelas Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata Kelas Kriteria
81-100 61-80 41-60 21-40
≤20
Sangat baik Baik Kurang Tidak baik Sangat tidak baik
25 Tim guru MI Roudlotul Ihsan Suko Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, Modul Pembelajaran, Tahun Pelajaran 2012-2013 MI Roudlotul Ihsan Suko
(55)
49
2. Penilaian ketuntasan belajar
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, seorang siswa dikatakan mencapai ketuntasan atau berhasil apabila telah mencapai taraf penugasan minimal dengan nilai 66. Sedangkan, kelas dapat dikatakan tuntas belajar apabila di dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai nilai lebih dari sama dengan 66.26
Table 3.5
Kriteria Tingkat Keberhasilan Kelas
Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria
81%-100% 61%-80% 41%-60% 21%-40%
≤20%
Sangat tinggi Tinggi Kurang Rendah Sangat rendah
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
�ersentase =Jumlah peserta didik yang tuntas belajar x Jumlah peserta didik % Data hasil analisis tersebut selanjutnya dapat disajikan melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui
26 Tim guru MI Roudlotul Ihsan Suko Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, Modul Pembelajaran, Tahun Pelajaran 2015-20136 MI Roudlotul Ihsan Sukodono.
(56)
50
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase, dan diberikan pembahasan.
3. Pengambilan tingkat persentase hasil observasi
Untuk menghitung persentase hasil observasi yang dilakukan kepada siswa dan guru maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:
�ersentase =Jumlah skor yang diperoleh x Jumlah skor maksimum %
Kelas dikatakan berhasil apabila hasil observasi menunjukkan bahwa aktifitas guru dan siswa memenuhi 80% dari aspek-aspek yang diamati. Hasil penilaian yang diperolah tersebut diklasifikasikan menjadi penyekoran nilai siswa dengan menggunakan kreteria standart penilaian MI Rooudlotul Ihsan Sukodono sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Tingkat Keberhasilan Aktivitas Guru dan Siswa27
Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria
90%-100% 80%-89% 70%-79% 50%-69% 0-49%
Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
27
(57)
51
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan oleh peneliti, adalah:
1. Jika nilai rata-rata kelas ≥66 dengan penerapan permainan Scattergories
2. Jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah mencapai KKM 66. 3. Jika penilaian observasi aktivitas guru mencapai 80%
4. Jika penilaian observasi siswa mencapai 80%
I. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan secara kolaboratif, antara guru kelas sebagai guru pendamping dan mahasiswa sebagai peneliti. Tugas guru mendampingi peneliti dalam menerapkan permainan Scattergories pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Adapun rincian tugas guru dan mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. Guru
a. Nama : Zuhdiyah Hasun, S.Hum. b. Jabatan : Guru Bahasa Jawa c. Tugas :
1) Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran 2) Mengamati pelaksanaan penelitian
3) Terlibat dalam perencanaan, observasi, dan merefleksi pada tiap-tiap siklus.
2. Peneliti
(58)
52
b. NIM : D77212095 c. Status : Mahasiswa d. Tugas :
1) Menyusun perencanaan pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, dan membuat lembar observasi
2) Menyebarkan dan menilai instrumen penilaian siswa 3) Menilai hasil tugas dan evaluasi akhir materi
4) Pelaksana kegiatan pembelajaran
5) Melakukan diskusi dengan guru kolaborator 6) Menyusun laporan hasil penelitian.
(59)
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian diperoleh melalui pengumpulan data melalui kegiatan observasi yang dilakukan pada siswa dan guru, hasil wawancara, serta hasil tes pada tiap siklus. Selanjutnya data yang diperoleh diuraikan dalam bentuk siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan selama proses belajar di kelas. Sebelum melaksanakan siklus pembelajaran penelitian terlebih dahulu melakukan kegiatan pra siklus, untuk mendapatkan data awal mengenai keterampilan menulis Aksara Jawa siswa serta sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus I. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus sebagaimana akan dijelaskan berikut ini:
1. Pra Siklus
Tema penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan peneliti tentang kesulitan siswa dalam menulis Aksara Jawa. Hal ini berawal dari pengalaman peneliti ketika memberikan bimbingan belajar pada sebagian siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Siswa menganggap materi menulis Aksara Jawa adalah salah satu materi yang sulit dan tidak disukai. Materi menulis Aksara Jawa dirasa tidak menarik bagi siswa. Selain karena banyaknya huruf yang harus diketahui dan dihafal, materi ini juga tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari secara langsung. Sehingga siswa kesulitan dalam materi ini.
(60)
54
Berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti mencoba berdiskusi dengan guru Bahasa Jawa di MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 2-6 Mei 2016. Pada kegiatan ini peneliti belum melakukan penelitian di kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono pada mata pelajaran Bahasa Jawa dengan permainan Scattergories. Peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan guru kolaborator mengenai ketutasan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi menulis Aksara Jawa. Dari hasil wawancara diketahui ada 13 siswa yang mencapai KKM belajar dari 29 siswa.
Peneliti kemudian meminta dokumentasi guru tentang nilai ulangan harian siswa pada materi menulis Aksara Jawa. Dari hasil ini dapat diketahui perhitungan nilai ulangan harian yang digunakan sebaagai acuan pada pra siklus sebagai berikut (Lampiran 3, halaman 120):
a) Jumlah siswa yang tuntas = 13 b) Jumlah siswa yang belum tuntas = 16 c) Jumlah skor maksimal = 8
d) Nilai rata-rata yang diperoleh
X = ΣNΣX
Keterangan: X : Nilai rata-rata
ΣX : Jumlah semua nilai peserta didik
ΣN : Jumlah peserta didik
X = 66 9 = 57,24
(61)
55
e) Persentase Ketuntasan
Persentase =Jumlah peserta didik yang tuntas belajar x Jumlah peserta didik %
Persentase = x %
= 44 %
Berdasarkan nilai dokumentasi dari guru, diketahui pada pembelajaran ini secara keseluruhan nilai ketermpilan menulis aksara Jawa siswa dikatakan kurang, karena persentase ketuntasan belajar siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan yaitu 85% dan dari hasil ketuntasan belajar masih memperoleh persentase 44%. Secara individual keterampilan menulis Aksara Jawa siswa harus ditingkatkan sehingga menjadi lebih baik lagi.
Sebagai solusi dari untuk meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa, dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan pembelajaran menggunakan permainan Scattergories. Melalui penerapan pembelajaran ini, diharapkan keterampilan menulis aksara siswa akan meningkat
2. Siklus I
Siklus I dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan sebagaimana berikut:
(62)
56
a. Perencanaan
Awalnya peneliti dan guru kolaborator melakukan perencanaan untuk menentukan waktu dan bentuk pembelajaran yang dilakukan dalam siklus I. Dari hasil diskusi antara peneliti dan guru kolaborator, disepakati penelitian akan dilakukan pada tanggal 12 Mei 2016 dengan bentuk pembelajaran menggunakan permainan Scattergories.
Beberapa hal yang disiapkan peneliti dan guru kolaborator adalah sebagai berikut:
1) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Rencana pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk pelajaran Bahasa Jawa tingkat SD/MI. Selanjutnya dari KI-KD dikembangkan menjadi indikator-indikator pembelajaran yang digunakan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan permainan
Scattergories.
Rencana pembelajaran yang disusun, disesuaikan dengan latar belakang masalah yang ditemui sebelumnya. Maka dipilih materi Sandhangan Aksara Jawa. Sandhangan tersebut terdiri dari, Sandhangan Panyigeg Wanda (Layar, Cecak, Wignyan, dan Pangkon) serta Sandhangan Wyanjana (Cakra, Keret, dan Pengkal).
(63)
57
2) Alat dan Sumber Belajar
Selain materi yang akan disampaikan, peneliti dan guru kolaborator mendiskusikan alat dan sumber belajar yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Disepakati dari hasil diskusi yang telah dilakukan, media yang akan digunakan adalah kartu kata dan sumber belajar menggunakan buku pegangan siswa serta pepak bahasa Jawa.
3) Bentuk Evaluasi
Peneliti dan guru kolaborator kemudian menentukan evaluasi yang akan digunakan. Dari hasil diskusi, ditentukan evaluasi yang digunakan adalah tes tulis. Selanjutnya disiapkan 10 butir soal yang akan dikerjakan siswa secara individu. Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan rencana tindakan yang dilakukan, peneliti ingin mengetahui apakah penelitian yang dilakukan sudah berhasil atau belum. Apabila sudah berhasil maka siklus dihentikan. Jika belum sesuai harapan maka akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Kriteria keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah: Nilai rata-rata kelas minimal 66, Minimal 85% siswa memenuhi KKM yang diitentukan yakni 66, Guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dikembangkan sebelumnya sebesar 80%, dan Penilaian aktifitas siswa mencapai 80%.
(64)
58
b. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti dan guru kolaborator melaksanakan kegiatan pembelajaran di Kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono. Pada pelaksanaan siklus I peneliti bertindak sebagai observer, guru kolaborator melakukan kegiatan pembelajaran dengan bantuan peneliti. Tahap perencaan dilakukan guru dengan baik. Tahap ini meliputi persiapan RPP, Media dan alat yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Selain persiapan yang dilakukan oleh guru, persiapan siswa juga dilakukan dengan cukup baik. Meliputi persiapan alat tulis dan mental dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya yakni masuk di kegiatan awal pembelajaran. Diawali dengan guru mengucapkan salam, dengan serentak sebagian siswa menjawab salam. Guru mengajak siswa berdo’a bersama
dipimpin oleh siswa yang bertugas pada hari itu. Setelah berdo’a, guru
meminta siswa terlebih dahulu untuk merapikan meja dan baju mereka. Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. Dengan semangat sebagian siswa
menjawab “Alhamdulillah, luar biasa, masuk syurga, Allahuakbar, yes!”
Dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya, guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan siswa tentang macam-macam sandhangan dalam Aksara Jawa. Sebagian siswa dengan seksama memperhatikan
(65)
59
penjelasan dari guru. Dari kegiatan apersepsi guru kemudian memotivasi siswa dengan meminta mereka menyebutkan kata dalam
bahasa Jawa yang berakhiran “r” dan “ng”. Siswa menyebutkan beberapa kata sesuai instruksi guru dengan cukup semangat. Pembelajaran dilanjutkan dengan guru menyampaikan informasi tentang materi pada pertemuan hari ini yakni lanjutan pertemuan
sebelumnya tentang “ Sandhangan Panyigeg Wanda lan Wyanjana”.
Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari tersebut,
dengan serentak siswa menjawab “iya bu”.
Pembelajaran dilanjutkan pada kegiatan inti. Guru menjelaskan secara singkat skenario pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa mendengarkan penjelasan dengan seksama. Selanjutnya guru meminta siswa membentuk 7 kelompok kecil dan memilih masing-masing ketua kelompok. Siswa kemudian berhitung dari 1 sampai 7 kemudian mereka berkumpul sesuai dengan nomor kelompoknya dan memilih satu orang sebagai ketua kelompok sesuai instruksi. Setelah kelompok terbentuk, guru membagikan lembar kerja (LK) pada masing-masing kelompok yang berisi petunjuk permainan Scattergories. Siswa membaca dengan seksama LK yang didapat secara berkelompok. Masing-masing ketua kelompok mengambil kategori kata yang sudah disiapkan oleh guru. Pada pembelajaran ini kelompok 1 mendapat kategori layar, kelompok 2 wignyan, kelompok 3 cecak, kelompok 4 pangkon, kelompok 5 cakra, kelompok 6 keret, dan kelompok 7
(66)
60
pengkal. Guru juga membagikan kartu kata sejumlah anggota kelompok masing-masing. Selanjutnya guru mengintruksikan kepada masing-masing siswa dalam kelompok untuk menuliskan 1 kata dalam bahasa Jawa sesuai kategori kata yang diperoleh. Siswa mendengarkan instruksi guru dan menuliskan 1 kata dalam bahasa Jawa. Setelah semua anggota kelompok selesai menulis, ketua kelompok kembali mengumpulkan kartu kata dari anggota kelompoknya. Kartu kata yang sudah terkumpul ditukar pada kelompok lain. Kelompok 1 memberikan kartu kata pada kelompok 2, kelompok 2 memberikan kartu kata pada kelompok 3, kelompok 3 memberikan kartu kata pada kelompok 4, kelompok 4 memberikan kartu kata pada kelompok 5, kelompok 5 memberikan kartu kata pada kelompok 6, kelompok 6 memberikan kartu kata pada kelompok 7, dan kelompok 7 memberikan kartu kata pada kelompok 1. Kartu kelompok yang sudah ditukar, dibagikan lagi pada masing-masing anggota kelompok. Siswa diminta untuk mengamati tulisan yang ada dalam kartu katanya, lalu menulis bentuk Aksara Jawa dari kata yang diperoleh. Ketua kelompok kembali mengecek jawaban dari masing-masing anggotanya, jika semua anggota sudah selesai menjawab, kartu kata dikumpulkan lagi. Sementara itu guru berkeliling mengamati hasil kerja siswa. Selanjutnya ketua kelompok bertugas menempelkan jawaban masing-masing anggota kelompok pada papan tempel yang disediakan. Guru bersama-sama dengan siswa mengecek jawaban masing-masing
(67)
61
kelompok. Setiap jawaban yang benar diberi 1 bintang, kegiatan ini dilakukan sampai semua jawaban sudah dikoreksi dan sudah di dapatkan pemenang dari permainan yang dilakukan (nilai kegiatan kelompok , lampiran 8 halaman 133).
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan penutup. Mulanya guru mengajak siswa melakukan refleksi dari kegiatan yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan tentang sandhangan aksara Jawa, kegunaan sandhangan layar dan seterusnya. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk meyampaikan perasaannya tentang pembelajaran hari ini. Sebagian dari mereka menjawab sangat tertarik dan senang dengan pembelajaran hari ini, beberapa lainnya menjawab masih bingung karena baru pertama melakukan pembelajaran semacam ini. Setelah itu dalam kegiatan penguatan guru menyampaikan lagi fungsi dari sandhangan yang sudah dipelajari dan bentuk penulisan yang benar serta memberikan kesimpulan. Selanjutnya guru membagikan soal latihan pada semua siswa dibantu oleh peneliti. Siswa mengerjakan secara individu. Setelah semua siswa mengumpulkan tugas guru mengakhiri kegiatan pembelajaran. Terlebih dahulu guru meminta siswa merapikan tempat duduk dan membersihkan sampah di sekitar bangkunya. Siswa berdo’a bersama dengan dipimpin oleh siswa yang bertugas. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam, dan secara serentak sebagian siswa menjawab salam dari guru.
(68)
62
c. Pengamatan
1) Hasil observasi siswa siklus I
Berdasarkan hasil observasi pada aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, diketahui bahwa keaktifan siswa masih perlu ditingkatkan lagi. Dari data hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat diuraikan sebagaimana berikut (hasil observasi siswa, lampiran 4 halaman 121):
a) Keterangan jumlah keseluruhan skor aktifitas siswa siklus I Skor total yang diperoleh adalah 85, sedangkan skor maksimal yang dapat diperoleh adalah 128. Berdasarkan hasil ini maka didapatkan persentase keaktifan siswa sebagai berikut,
Persentase =Jumlah skor yang diperoleh x Jumlah skor maksimum %
Persentase = x %
= 66 %
Berdasarkan perhitungan secara keseluruhan pada instrumen observasi siswa diketahui bahwa kegiatan belajar siswa tergolong dalam kategori cukup dengan perolehan skor 85. Idealnya dalam kegiatan pembelajaran siswa bisa mendapatkan skor 128. Perolehan skor siswa masuk dalam kategori kurang karena dalam pelaksanaan pembelajaran siswa belum terbiasa menggunakan permainan Scattergories.
(69)
63
Kegiatan semacam ini baru pertama kali mereka lakukan. Sehingga ada beberapa aspek yang pelaksanaannya kurang efektif.
Observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa ada beberapa aspek yang pelaksanaannya masih perlu perbaikan. Dari hasil observasi, peneliti dapat menguraikan statistik deskriptif tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut.
Pada tahap persiapan, siswa mendapatkan skor 8 dimana skor maksimal yang dapat diperoleh adalah 12. Jika dipersentasikan dari skor yang didapat menjadi 67%. Skor ini masuk dalam kategori cukup. Dikategorikan seperti itu karena pada persiapan alat tulis, beberapa siswa hanya membawa pensil tanpa penghapus. Selain itu sikap mental siswa pada saat memulai pembelajaran masih kurang. Saat pembelajaran akan dimulai mereka masih belum dalam keadaan rapi.
Dilanjutkan tahap pelaksanaan yang terdiri dari tiga komponen yakni, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada pelaksanaan kegiatan awal siswa mendapatkan skor 25 dari 36 skor ideal yang bias diperoleh. Jika dipersentasikan hasilnya adalah 69% dan masuk dalam kategori cukup.
Pada kegiatan awal, hasil observasi siswa dikategorikan masih kurang karena saat menjawab salam mereka menjawab
(70)
64
dengan serentak namun dalam keadaan belum rapi. Sehingga siswa mendapatkan skor 3 dalam aspek ini. Pada tahap apersepsi siswa hanya mendapatkan skor 2 dari 4 skor ideal yang bisa didapatkan. Hal ini dikarenakan pada saat guru melakukan apersepsi siswa dengan semangat menjawab namun masih ada yang mengobrol kiri kana dengan teman yang lain. Siswa mendapat skor 3 dari tujuan pembelajaran karena mereka mengetahui tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
Tahap selanjutnya adalah pada kegiatan inti pembelajaran. Secara keseluruhan siswa mendapat skor 30 dari 48 skor ideal pada tahap ini. Jika dipersentasikan menjadi 63%. Skor ini masuk dalam kategori cukup. Secara keseluruhan rata-rata pada tiap aspek siswa mendapat skor 2 dari 4 skor ideal. Hal ini dikarenakan siswa belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan permainan Scattergories. Sehingga pada proses pembelajaran mereka merasa bingung. Saat pembagian kelompok kelas menjadi gaduh, siswa belum bergegas menuju kelompok yang sudah ditentukan. Ketika pemilihan ketua kelompok juga masih belum efektif. Siswa saling tunjuk dalam menentukan ketua kelompok sehingga masih mendapat skor 2. Saat pembagian LK, siswa kurang mencermati LK yang didapatkan. Sehingga saat permainan berlangsung mereka bingung dan kurang memerhatikan instruksi. Sehingga kelas
(1)
82
oleh guru dan dikategorikan kurang. Pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 90% dengan rata-rata. Hasil tersebut dapat dikategorikan sangat
baik dan mencapai ketuntasan yang ditetapkan sebesar 80%.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat diagram peningkatan aktivitas
siswa setelah diberikan tindakan selama 2 siklus di bawah ini:
Gambar 4.2
Diagram Batang Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Persentase dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I masih
rendah yaitu 66%. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 91%.
Hasil tersebut dapat dikategorikan sangat baik dan mencapai ketuntasan
yang ditetapkan sebesar 80%.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat diagram peningkatan aktivitas
guru selama 2 siklus di bawah ini:
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
I II III IV
No. Aspek Pengamatan
Hasil Observasi Siswa
(2)
83
Gambar 4.3
Diagram Batang Hasil Observasi Aktivitas Guru
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan dianalis diatas dapat
dikatakan bahwa pembelajaran siswa mengalami peningkatan. Dengan
demikian, pengaplikasian Permainan Scattergories dalam pembelajaran
Bahasa Jawa dapat membantu tercapainya peningkatan keterampilan
menulis aksara Jawa kelas IV A pada materi sandhangan panyigeg wanda
dan wyanjana.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
I II III IV V VI
No. Aspek Pengamatan
Hasil Observasi Guru
(3)
84 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dengan melewati dua siklus dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penerapan metode permainan Scattergories dalam kegiatan pembelajaran
bahasa Jawa materi sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana
dilaksanakan dalam 2 siklus pembelajaran. Pada siklus I pembelajaran
penerapan metode permainan Scattergories belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan yakni 80% untuk penilaian aktivitas guru dan
siswa. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I sebesar 66% menjadi
90% pada siklus II, dan hasil observasi aktivitas guru mendapat 66% pada
siklus I dan meningkat menjadi 91%. Pada siklus I siswa merasa belum
terbiasa dengan penerapan permainan Scattergories, sehingga ketuntasan
belajar siswa belum tercapai. Pada pelaksanaan siklus II, peneliti mengacu
pada kekurangan yang ada pada siklus I dan memperbaikinya dengan
menambahkan media pembelajaran dan merubah lembar jawaban tes siklus
II. Sehingga ketuntasan belajar siswa meningkat, hal ini diketahui dari hasil
observasi yang dilakukan pada guru dan siswa.
2. Pembelajaran dengan penerapan permainan Scattergories dapat
meningkatkan keterampilan menulis Aksara Jawa siswa. Hal ini ditandai
(4)
85
setiap siklus, prosentase nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa sebesar 44%
dengan nilai rata-rata pada pra siklus sebesar 57,24 dan meningkat menjadi
59% pada siklus I dengan nilai rata-rata 58,41, kemudian pada siklus II
menjadi 86% dengan nilai rata-rata 72,13. Hasil ini sudah memenuhi
persentasi ketuntasan belajar rata-rata yang ditetapkan sebesar 85%. Dengan
hasil akhir ini maka pembelajaran menulis Aksara Jawa pada kelas IV MI
Roudlotul Ihsan Sukodonodapat dikategorikan baik.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan penerapan Permainan
Scattergories pada siswa kelas IV MI Roudlotul Ihsan Sukodono, dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Permainan Scattergories dapat dijadikan sebagai alternative dalam
melaksanakan pembelajaran menulis Aksara Jawa dengan materi
Sandhangan Panyigeg Wanda dan Wyanjana karena dengan penerapan
permainan ini akan membuat kelas menjadi aktif dan proses pembelajaran
berjalan menyenangkan.
2. Penerapan Permainan Scattergories dalam pembelajaran Bahasa Jawa
sebaiknya dilakukan persiapan yang matang dan didukung oleh media yang
membuat penerapan permainan ini lebih efisien.
3. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan keterampilan menulis
Aksara Jawa dapat digunakan berbagai macam bentuk pembelajaran agar
(5)
86
DAFTAR PUSTAKA
Amy Buttner. 2013. Aktivitas Permainan dan Strategi Penilaian untuk Kelas
Bahasa Asing, diterjemahkan oleh Yovita Hardiwati. Jakarta: PT Indeks.
Anwar Efendi, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif,.
Yogyakarta: Tiara wacana.
Darusuprapto. 1994. Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta: Pustaka
Nusatama.
Henry Guntur Tarigan. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Iskandarwassid, Danang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ismet Basuki, Hariyanto. 2015. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Jauharoti Alfin, dkk. 2008. Bahasa Inodensia 1. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Muhammad Irkham K.R. 2010. Penggunan Media Kartu Huruf dalam
Pembelajaran Aksara Jawa Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas II SDN Torongrejo 02 Kota Batu.Malang: UIN Malang.
Muchlisoh, dkk. 1995. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Universitas
Terbuka.
Nana Syaodih S. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurudin. 2010. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press.
Samsu Somadayo. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sutrisna Wibawa, dkk. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
(6)
Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Warih Jatirahayu. 2005. Manca Warna Kawruh Pepak Basa Jawa. Yogyakarta:
Grafika Indah.
Esti Pratika Ningsih. 2013. Metode Permainan dalam Pembelajaran Matematika.
http://zaafarani-ariqah.blogspot.com.Online. diakses pada 28 Nopember 2015.
Zahrotul Wardah. 2015. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Bagi Anak
Usia Dini. Online. Diakses pada 29 Nopember 2015.
Zhafari. 2012. http://zhafarishop,blogspot.com. Online. diakses pada 28 Nopember