Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 802006107 BAB I

(1)

1 A. Latar Belakang

Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun sangat disayangkan pendidikan di Indonesia tercoreng. Salah satu yang membuat hal ini terjadi adalah kenakalan para siswa didik. Kenakalan remaja di Indonesia saat ini meningkat dibanding dari tahun lalu. Kapolda Metro Jaya., Irjen Putut Eko Bayuseno, di Mapolda Metro Jaya, Kamis (27/12), bahwa kenakalan remaja, mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 tercatat 30 kasus, sementara pada tahun 2012 terjadi 41 kasus. “Artinya naik sebanyak 11 kasus atau meningkat 36,66 persen.” WBP.(2012).

Beberapa contoh kenakalan remaja yang saat ini banyak terjadi di Indonesia misalnya genk motor di kota-kota besar yang semakin meresahkan masyarakat, selain itu juga kenakalan remaja tawuran antar pelajar yang mengakibatkan banyak dampak yang sangat merugikan baik secara moril mapun materiil, bahkan tidak jarang sampai mengakibatkan korban tewas. Dari banyaknya kasus kenakalan remaja yang terjadi saat ini tidak jarang disebabkan karena faktor dari


(2)

orang tua, karena orang tua yang justru tidak memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya dengan alasan sebagai pembenaran. Mereka cukup tahu bahwa anak bersikap manis di rumah, sehingga mereka memilih untuk tutup mata dan menjadi tidak tahu bagaimana perilaku anak di luar rumah. Orang tua yang sibuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi menjadi tidak tahu-menahu (tidak mau tahu) anak mereka kemana, bergaul dengan siapa saja, juga apa saja yang dilakukan mereka. Siwi (2012).

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile delinquency. Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga


(3)

tindak kriminal. (Kartono, 2003). Kenakalan remaja atau delinkuensi menurut White (dalam Setyowati, 1999) adalah sebuah istilah hukum yang menunjuk pada remaja (biasanya di bawah usia 18 tahun) yang melakukan perbuatan kriminal atau menampilkan variasi perilaku yang secara spesifik tidak termasuk ke dalam hukum kriminal seperti membolos, melanggar jam belajar, lari dari rumah, melakukan hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan alkohol dan obat terlarang.

Dari pengertian diatas dapat dijadikan batasan dalam penelitian ini. Menurut Kartono (1999), pada usia ini remaja sedang memasuki tahap perkembangan remaja pertengahan yaitu usia 15-18 tahun, dimana remaja sedang memasuki bangku SMA. Pada usia ini remaja sedang mengalami proses pencarian jati diri, mempunyai keinginan untuk kencan, remaja juga memiliki rasa cinta yang mendalam, serta pada masa ini remaja sedang mengembangkan kemampuan berfikir abstrak dan juga suka berkhayal tentang aktifitas seks. Karaktristik remaja tersebut membuat remaja rentang untuk melakukan perilaku kanakalan remaja. Misalnya : remaja suka berkhayal mengenai aktifitas seks ketika remaja memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seks maka remaja akan melampiaskan dengan membaca buku porno, melihat film-film porno dan juga melakukan hubungan seks


(4)

dengan lawan jenis baik dengan pacar atau pergi ketempat pelacuran.

Kenakalan-kenakalan remaja saat ini tentunya membawa dampak atau efek yang sangat berpengaruh untuk diri remaja itu sendiri atapun orang-orang disekitarnya. Kenakalanyang dilakukan remaja membawa dampak atau akibat salah satunya bagi diri remaja itu sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan cenderung membuat mental-mental yang lembek, berfikirnya tidak stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Hal itu kan terus berlangsung selama tidak ada yang mengarahkan. Naely (2012)

Selain merugikan diri sendiri kenakalan remaja juga dapat berdampak bagi keluarga, Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Para orang tua apabila anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat terjadi ketidak harmonisan


(5)

didalam keluarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan terputus. Tentunya ini sangat tidak baik, sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika. Menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya saja terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya (xxdrgn.blogspot.com). Kenakalan remaja juga dapat memberikan dampak bagi lingkungan masyakat. Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Ini akan membuat masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan ataupun mengganggu ketentraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki moral rusak. Pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek, untuk merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan. (xxdrgn.blogspot.com).


(6)

Pada beberapa kasus kenakalan remaja bisa terjadi karena banyak tekanan yang dirasakan remaja yang datangnya dari luar diri remaja itu sendiri seperti kondisi keluarga yang tidak menyenangkan, perceraian orangtua, kurangnya komunikasi antar anggota keluarga, pertengkaran dengan saudara sekandung dan kesulitan ekonomi yang dialami keluarga. Di lingkungan sekolah juga banyak hal yang menimbulkan tekanan pada remaja seperti pekerjaan rumah yang berlebihan, guru yang tidak menyenangkan, ataupun ketidak senangan pada salah satu mata pelajaran. Tekanan lain datang dari ketidak cocokan dengan teman sebaya, perselisihan dengan teman sebaya ataupun teman sebaya yang membawa dampak negatif (Mutia, 2009).

Remaja memiliki karakteristik yang pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga seringkali ingin mencoba-coba, menghayal, dan merasa gelisah serta berani melakukan pertentanggan jika dirinya disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu, mereka sangat memerlukan pengarahan, keteladanan, konsistensi serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa (Hurlock, 1991). Ketika remaja sedang mengalami kebingungan dalam hidupnya, remaja memerlukan dukungan sosial keluarga terutama orang tua untuk membantu mengambilkan jalan yang terbaik ketika menghadapi berbagai perubahan-perubahan baik ataupun lingkungannya. Memberikan bimbingan agar rasa ingin


(7)

tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, produktif dan tidak menjurus pada perilaku-perilaku yang negatif, misalnya mencoba narkoba, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat terjadinya kehamilan (Sukamto dalam Ali & Ashori, 2000).

Menurut Pierce (dalam Kail & Cavanaugh 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan. Diamtteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, teman kerja dan orang-orang lainnya. Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Remaja yang mendapat dukungan dari keluarga berkeyakinan bahwa mereka disayangi, diperhatikan, akan mendapat bantuan dari orang lain bila mereka membutuhkannya (Santrock, 2003). Hartanti (2000) mengatakan apabila remaja mendapat dukungan keluarga akan mengalami berkurangnya kelelahan emosi dan stress


(8)

sehingga remaja menjadi tidak sedih lagi, tidak merasa kecewa dan mendapatkan masukan-masukan untuk masalah yang sedang dihadapi, akibatnya remaja akan mampu menyelesaikan masalah dengan sikap yang positif. Pada sebuah penelitian, diketahui bahwa remaja dapat menangani stres dengan lebih baik bila mereka memiliki hubungan yang dekat dan penuh kasih sayang dengan ibu mereka (Wagner, dkk dalam Santrock,2003).

Dari uraian diatas peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja tengah pada siswa SMA Theresiana Salatiga. Di SMA Theresiana juga diketahui bahwa siswa-siswa disana melakukan kenakalan remaja seperti membolos, terlambat dan tidak mematuhi peraturan tata terbib sekolah yang ada serta beberapa siswa diketahui suka minum-minuman keras diluar jam sekolah.

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari salah satu guru di sana mengatakan bahwa ketika orang tua dipanggil untuk datang ke sekolah karena anak melakukan pelanggaran disekolah, orang tua tidak ada respon apapun dan tidak datang ke sekolah untuk memenuhi surat panggilan dari sekolah. Kenakalan remaja yang terjadi di sekolah ini memang tidak tampak di lingkungan sekolah, karena jumlah siswa yang sedikit maka untuk anak melakukan kenakalan remaja itu juga sangat kecil karena mendapat pemantauan dari


(9)

pihak sekolah secara langsung, selain itu siswa sungkan untuk melakukan kenakalan di lingkungan sekolah seperti membolos atau datang terlambat, hal ini di tuturkan salah satu guru disana. Secara administrasi pun tidak ada laporan secara tertulis untuk anak-anak yang membolos atau melanggar tata tertib sekolah yang lainnya karena siswa langsung mendapat teguran dari guru dan wali kelas, kalau memang sudah terlalu banyak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa atau dengan kata lain anak tidak mau menurut maka akan mendapat pemanggilan dari bagian kesiswaan untuk mendpat bimbingan secara pribadi. Jika hal ini masih tidak mendapat respon dari siswa maka siswa akan mendapat surat peringgatan yang ditujukan kepada orang tua untuk datang ke sekolah.

Siswa-siswa SMA Theresiana memang tidak banyak yang melakukan kenakalan remaja di lingkungan sekolah seperti yang di utarakan oleh guru-guru disana, tapi pada kenyataannya mereka justru melakukan kenakalan diluar lingkungan sekolah seperti merokok, minum-minuman keras, kebut-kebutan dijalan dan juga ada beberapa yang sudah melakukan hubungan intim dengan pacar mereka. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak mendapat pemantauan dari orang tua maupun guru-guru mereka (wawancara siswa 16-02-2013).

Hasil penelitian sebelumnya oleh Mutia (2009) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial keluarga


(10)

dengan kecenderungan kenakalan remaja menunjukkan hasil korelasi sebesar r = -0,492; p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja.

Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari salah satu orang tua yang anaknya melakukan kenakalan remaja seperti membolos, sering tidak pulang kerumah, suka minum-minuman kerasdan juga tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua. Orang tua menyatakan bahwa sebenarnya ia selalu mendukung setiap kegiatan sekolah anak, memberikan fasilitas yang diperlukan oleh anak, remaja tersebut juga di sekolah kan di sekolah yang favorit. Orang tua juga senangtiasa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada remaja tersebut, tetapi anak masih melakukan kenakan remaja.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakan remaja tengah di SMA Theresiana Salatiga.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMA Theresiana Salatiga.


(11)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMA Theresian Salatiga.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tambahan data empiris yang telah teruji secara ilmiah mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja

2. Manfaat praktis a. Bagi orang tua

Melalui penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para orang tua agar memberikan dukungan sosial kepada anak-anak mereka yang berusia remaja agar anak tidak melakukan kenakalan remaja.


(12)

b. Bagi sekolah

1) Melalui penelitian ini diharapkan sekolah-sekolah dapat lebih bijaksana dalam menanggapi kenakalan yang dilakukan oleh remaja.

2) Melalui penelitian ini diharapkan sekolah-sekolah dapat membuat kegiatan-kegiatan yang positif yang mengembangkan kemampuan siswa kearah yang positif.

c. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat memahami fenomena kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat serta memberikan dukungan sosial terhadap para remaja yang berada di lingkungan peneliti.

d. Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memahami dampak dari kenakalan-kenakalan remaja.


(1)

tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, produktif dan tidak menjurus pada perilaku-perilaku yang negatif, misalnya mencoba narkoba, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat terjadinya kehamilan (Sukamto dalam Ali & Ashori, 2000).

Menurut Pierce (dalam Kail & Cavanaugh 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan. Diamtteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, teman kerja dan orang-orang lainnya. Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Remaja yang mendapat dukungan dari keluarga berkeyakinan bahwa mereka disayangi, diperhatikan, akan mendapat bantuan dari orang lain bila mereka membutuhkannya (Santrock, 2003). Hartanti (2000) mengatakan apabila remaja mendapat dukungan keluarga akan mengalami berkurangnya kelelahan emosi dan stress


(2)

sehingga remaja menjadi tidak sedih lagi, tidak merasa kecewa dan mendapatkan masukan-masukan untuk masalah yang sedang dihadapi, akibatnya remaja akan mampu menyelesaikan masalah dengan sikap yang positif. Pada sebuah penelitian, diketahui bahwa remaja dapat menangani stres dengan lebih baik bila mereka memiliki hubungan yang dekat dan penuh kasih sayang dengan ibu mereka (Wagner, dkk dalam Santrock,2003).

Dari uraian diatas peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja tengah pada siswa SMA Theresiana Salatiga. Di SMA Theresiana juga diketahui bahwa siswa-siswa disana melakukan kenakalan remaja seperti membolos, terlambat dan tidak mematuhi peraturan tata terbib sekolah yang ada serta beberapa siswa diketahui suka minum-minuman keras diluar jam sekolah.

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari salah satu guru di sana mengatakan bahwa ketika orang tua dipanggil untuk datang ke sekolah karena anak melakukan pelanggaran disekolah, orang tua tidak ada respon apapun dan tidak datang ke sekolah untuk memenuhi surat panggilan dari sekolah. Kenakalan remaja yang terjadi di sekolah ini memang tidak tampak di lingkungan sekolah, karena jumlah siswa yang sedikit maka untuk anak melakukan kenakalan remaja itu juga sangat kecil karena mendapat pemantauan dari


(3)

pihak sekolah secara langsung, selain itu siswa sungkan untuk melakukan kenakalan di lingkungan sekolah seperti membolos atau datang terlambat, hal ini di tuturkan salah satu guru disana. Secara administrasi pun tidak ada laporan secara tertulis untuk anak-anak yang membolos atau melanggar tata tertib sekolah yang lainnya karena siswa langsung mendapat teguran dari guru dan wali kelas, kalau memang sudah terlalu banyak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa atau dengan kata lain anak tidak mau menurut maka akan mendapat pemanggilan dari bagian kesiswaan untuk mendpat bimbingan secara pribadi. Jika hal ini masih tidak mendapat respon dari siswa maka siswa akan mendapat surat peringgatan yang ditujukan kepada orang tua untuk datang ke sekolah.

Siswa-siswa SMA Theresiana memang tidak banyak yang melakukan kenakalan remaja di lingkungan sekolah seperti yang di utarakan oleh guru-guru disana, tapi pada kenyataannya mereka justru melakukan kenakalan diluar lingkungan sekolah seperti merokok, minum-minuman keras, kebut-kebutan dijalan dan juga ada beberapa yang sudah melakukan hubungan intim dengan pacar mereka. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak mendapat pemantauan dari orang tua maupun guru-guru mereka (wawancara siswa 16-02-2013).

Hasil penelitian sebelumnya oleh Mutia (2009) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial keluarga


(4)

dengan kecenderungan kenakalan remaja menunjukkan hasil korelasi sebesar r = -0,492; p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja.

Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari salah satu orang tua yang anaknya melakukan kenakalan remaja seperti membolos, sering tidak pulang kerumah, suka minum-minuman kerasdan juga tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua. Orang tua menyatakan bahwa sebenarnya ia selalu mendukung setiap kegiatan sekolah anak, memberikan fasilitas yang diperlukan oleh anak, remaja tersebut juga di sekolah kan di sekolah yang favorit. Orang tua juga senangtiasa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada remaja tersebut, tetapi anak masih melakukan kenakan remaja.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakan remaja tengah di SMA Theresiana Salatiga.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMA Theresiana Salatiga.


(5)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMA Theresian Salatiga.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tambahan data empiris yang telah teruji secara ilmiah mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja

2. Manfaat praktis a. Bagi orang tua

Melalui penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para orang tua agar memberikan dukungan sosial kepada anak-anak mereka yang berusia remaja agar anak tidak melakukan kenakalan remaja.


(6)

b. Bagi sekolah

1) Melalui penelitian ini diharapkan sekolah-sekolah dapat lebih bijaksana dalam menanggapi kenakalan yang dilakukan oleh remaja.

2) Melalui penelitian ini diharapkan sekolah-sekolah dapat membuat kegiatan-kegiatan yang positif yang mengembangkan kemampuan siswa kearah yang positif.

c. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat memahami fenomena kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat serta memberikan dukungan sosial terhadap para remaja yang berada di lingkungan peneliti.

d. Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memahami dampak dari kenakalan-kenakalan remaja.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Agresivitas Remaja RW 5 Ngentak Salatiga T1 132009006 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 802006107 BAB II

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 802006107 BAB IV

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 802006107 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga

0 1 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga T2 832009002 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kematangan Emosi pada Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 132008055 BAB I

0 0 8