EKSPLORASI UMUM ENDAPAN FOSFAT DI KABUPATEN MAYBRAT
EKSPLORASI UMUM ENDAPAN FOSFAT
DI KABUPATEN MAYBRAT, PROVINSI PAPUA BARAT
Bayu Sayekti, Kusdarto, Irwan Muksin
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Lokasi Eksplorasi Umum terletak di Kampung Fanse, Kampung Khaliat, Kampung Soroan,
Kampung Komakoma dan Kampung Sauf, Distrik Ayamaru.
Secara administratif, lokasi daerah eksplorasi berada di daerah Kabupaten Maybrat, dengan
ibukota Kumurkek, Provinsi Papua Barat. Secara geografis terletak diantara daerah yang dibatasi
oleh koordinat : 132° 5' 44,1" BT - 132° 12' 57,9" Bujur Timur dan 1° 13' 46,5" LS - 1° 19' 22,4"
Lintang Selatan.
Stratigrafi daerah eksplorasi umum, berdasarkan lithostratigrafi dan pengamatan di lapangan
terdiri dari beberapa satuan batuan. Urut-urutan satuan batuan tersebut dari yang berumur tua ke
muda dapat diperikan sebagai berikut : Satuan Batugamping Kais, Satuan Endapan Danau
dan Satuan Aluvium.
Endapan fosfat di daerah eksplorasi umum ini, merupakan endapan fosfat guano yang telah
mengalami proses leaching dan pelapukan, serta diendapkan bersama dengan tanah (soil) hasil
pelapukan batugamping (Satuan Batugamping Kais). Tingginya curah hujan dan air bawah
permukaan mempercepat terjadinya proses tersebut, sehingga fosfat yang terdapat didaerah ini
merupakan hasil pengayaan dari proses leaching tersebut. Hasil analisa kimia menunjukkan kadar
P2O5 didalam lempung/tanah 4,04% - 21,92%.
Sumberdaya tereka fosfat (lempung fosfatan) di Distrik Ayamaru dan sekitarnya diperkirakan
sebesar 3.973.050 m3. Dari jumlah sumberdaya tereka, berdasarkan data dari pemboran tangan di
daerah eksplorasi umum dapat dihitung sumberdaya tertunjuk di daerah Soroan dan sekitarnya
sebesar 529.500 m3 serta di daerah Sauf dan sekitarnya sebesar 1.530.000 m3. Di daerah ini selain
fosfat, dijumpai juga bahan galian batugamping yang mempunyai sumberdaya kurang lebih
750.000.000 m3.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2008 oleh Pusat Sumber Daya
Geologi (PMG) melakukan kegiatan
Prospeksi Endapan Fosfat di Kabupaten
Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat,
dimana
fosfat dijumpai dalam bentuk
lempung fosfatan sebagai hasil pengayaan
dari proses leaching dan pelapukan fosfat
guano pada Batugamping Kais (Tmka),
dengan kandungan P2O5nya bervariasi dari
1,53% – 28,90%, diperkirakan sumber daya
hipotetik mencapai 1.100.000 m3, sehingga
merekomendasikan untuk dilakukannya
eksplorasi umum terhadap bahan galian
fosfat
guna mendapatkan gambaran
potensinya secara lebih akurat dan lengkap
serta dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan dari potensi bahan galian
fosfat.
Kegiatan Eksplorasi Umum endapan Fosfat
di wilayah Distrik Ayamaru, Kabupaten
Maybrat, Provinsi Papua Barat ini
dimaksudkan untuk menentukan sebaran dan
meningkatnya tingkat sumber daya serta
kualitas endapan fosfat di daerah yang
pernah diusulkan pada penyelidikan
terdahulu.
Secara administratif lokasi eksplorasi umum
terletak di Kampung. Soroan, Sauf, Khaliat,
Fanse, Distrik Ayamaru, Kabupaten
Maybrat, Provinsi Papua Barat. Secara
geografis terletak diantara daerah yang
dibatasi oleh koordinat : 132° 5' 44,1" 132° 12' 57,9" Bujur Timur dan 1° 13' 46,5"
LS - 1° 19' 22,4" Lintang Selatan. (Gambar
1).
Metoda penyelidikan yang digunakan
berkaitan dengan kegiatan Eksplorasi
Umum Endapan Fosfat antara lain
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data primer
Analisis Laboratorium
Pengolahan data
GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN
GALIAN FOSFAT
Daerah Eksplorasi Umum terletak di daerah
Plato Ayamaru, dapat dibedakan menjadi 2
satuan morfologi, yaitu satuan morfologi
perbukitan karst dan satuan morfologi
pedataran. Satuan morfologi karst,
menempati hampir di seluruh daerah lokasi
eksplorasi umum. Morfologinya dikontrol
oleh satuan Batugamping Kais. Terdiri dari
rangkaian bukit-bukit kecil (pegunungan)
berlereng agak terjal sampai terjal, dijumpai
gua serta terdapat cekungan-cekungan
(dolin-dolin) yang membentuk lembahlembah kecil sampai agak luas, adanya
endapan sedimen lempung berwarna merah
sampai kuning kecoklatan hasil dari
pelapukan batugamping. Ketinggian satuan
morfologi ini berkisar dari 350 m – 500 m.
Sebaran morfologi karst ini memanjang
dengan arah baratlaut-tenggara. Satuan
morfologi
pedataran,
morfologinya
dikontrol oleh satuan endapan danau (Danau
Ayamaru), dimana materialnya berupa
lumpur dan pasir. Endapan ini merupakan
cekungan pada bentang lahan karst yang
terbentuk akibat adanya depresi karena
terjadinya penyumbatan pada ponor (tempat
lolosnya air) oleh material sedimen.
Cekungan ini biasanya merupakan gabungan
dari dolin-dolin yang mengalami erosi
lateral sehingga terbentuk cekungan yang
lebih luas. Terjadinya penyumbatan ponor
atau tempat lolosnya air diakibatkan oleh
adanya material hasil erosi didaerah sekitar
dan terakumulasi di titik yang rendah seperti
cekungan (dolin) kemudian ketika hujan, air
yang jatuh kepermukaan akan tertahan
dipermukaan (tidak meresap kebawah)
sehingga terbentuk genangan.
Di daerah eksplorasi umum terdapat 1 (satu)
daerah aliran sungai (DAS), yaitu DAS
sungai Wensi yang mengalir ke arah
timurlaut.
Stratigrafi daerah eksplorasi umum,
berdasarkan lithostratigrafi dan pengamatan
di lapangan terdiri dari beberapa satuan
batuan. Urut-urutan satuan batuan tersebut
dari yang berumur tua ke muda dapat
diperikan sebagai berikut :
1.
2.
Satuan Batugamping Kais, pada
umumnya
menempati
hampir
keseluruhan dari lokasi eksplorasi
umum
dan
membentuk
satuan
morfologi karst, berwarna putih sampai
putih kekuningan (krem), masif, pejal,
keras sampai rapuh (keprus), di
beberapa tempat dijumpai gua (Gua
Swaksu, Gua Atmawo, Gua Mayamsus
dan Gua Air) didalamnya dijumpai
stalaktit dan stalakmit. Berdasar data
sekunder (Bayu Sayekti, dkk., 2008)
mempunyai kandungan 49,18 – 55,02%
CaO dan 0,26 – 0,72% MgO.
Berdasarkan dari hasil analisa data
primer, mempunyai derajat kecerahan
(brightness) 66,85 – 81,19 dan derajat
keputihan (whiteness) 84,40 – 91,89
serta dari hasil analisa kimia
mempunyai kandungan 51,86% CaO
dan 0,47% MgO..
Endapan Danau, terdiri dari lumpur
dan pasir; endapan pasiran terdiri dari
kuarsa berbutir sangat halus sekitar
Danau Ayamaru dan Danau Hain di
utara bagian tengah. Danau itu sendiri
merupakan cekungan pada topografi
karst, dimana terbentuk akibat adanya
depresi karena terjadinya penyumbatan
pada tempat lolosnya air oleh material
sedimen. Cekungan ini biasanya
merupakan gabungan dari dolin-dolin
yang mengalami erosi lateral sehingga
terbentuk cekungan yang lebih luas.
3.
Endapan Aluvial, endapan aluvial ini
berupa
endapan
residual
yang
merupakan hasil erosi dan sedimentasi
dari pelapukan batugamping. Tanahnya
merupakan tanah terrarossa atau
mediteran yang berwarna merah
kehitaman sampai kuning kecoklatan,
bertekstur lempung debuan dan
mempunyai PH rendah (bersifat asam).
Didalam endapan residual inilah
dijumpai/terakumulasinya
endapan
fosfat (lempung fosfatan), dimana
berdasarkan hasil analisa kimia
terhadap beberapa sampel tanah
(lempung) mempunyai kandungan P2O5
sebesar 4,04% - 21,92%.
Setelah dilakukan kegiatan eksplorasi dan
evaluasi, baik dari hasil lapangan yang
berupa analisa laboratorium (kimia,
petrologi dan XRD) serta hasil kajian dari
berbagai sumber pustaka, tanah yang
mengandung fosfat (lempung fosfatan) di
daerah Distrik Ayamaru, Kabupaten
Maybrat, Papua Barat terdapat dalam
endapan residual, dimana endapan fosfat ini
diperkirakan berasal dari ambrukan gua
yang telah mengalami proses pelapukan,
erosi dan sedimentasi sehingga membentuk
semacam cekungan/lembah dan diendapkan
kembali bersama tanah (soil) hasil
pelapukan batugamping. Endapan yang
mengandung fosfat, adalah berupa tanah
berwarna
kuning
kecoklatan
yang
merupakan hasil pelapukan dan pengayaan.
Setelah dilakukan analisa kimia terhadap
conto-contoh batuan/tanah mengandung
fosfat, baik yang berupa batugamping
maupun tanah, ternyata kandungan P2O5nya
bervariasi. Conto yang berupa batugamping
mempunyai kandungan P2O5 0,00%,
sedangkan
conto
yang
berupa
lempung/tanah mempunyai kandungan P2O5
dari 4,04% - 21,92% dan P total dari 1,76%
– 9,57%.
Hasil analisa XRD dengan kode conto
BHS.1 mineral yang dikandung lempung
fosfatan ini adalah Crandallite dan
Carbonate Hydroxy; kode conto BHS.2
mineral yang dikandung adalah Crandallite
dan Montmorillonite; kode conto BHS.3
mineral yang dikandung adalah Crandallite;
kode conto BHS.4 mineral yang dikandung
adalah Crandallite dan Carbonate Hydroxy;
kode conto BHS.5 mineral yang dikandung
adalah Crandallite dan Quartz; kode conto
BHS.7 mineral yang dikandung adalah
Crandallite dan Montmorillonite; kode
conto BHS.8 mineral yang dikandung adalah
Crandallite dan Montmorillonite; kode
conto BHK.1 mineral yang dikandung
adalah Crandallite; kode conto BHK.8
mineral yang dikandung Crandallite; kode
conto BHK.10 mineral yang dikandung
Gibbsite dan Crandallite.
Dari hasil analisa XRD mineral yang
dikandung deposit tanah yang mengandung
fosfat (lempung fosfatan) ini sebagian besar
adalah
mineral
Crandallite
[CaAl3(PO4)2(OH)5·H2O] dan ikatan P nya
disebut P Crandallite.
Berdasarkan hasil analisa kimia, XRD serta
korelasi kandungan Al2O3, CaO dan P2O5,
menunjukkan bahwa fosfat yang ditemukan
di daerah penyelidikan, terutama di
Kampung Sauf dan Kampung Soroan,
Distrik Ayamaru, merupakan endapan fosfat
guano yang telah mengalami proses
leaching dan pelapukan, serta diendapkan
bersama dengan tanah (soil) hasil pelapukan
batugamping (Satuan Batugamping Kais).
Tingginya curah hujan dan air bawah
permukaan mempercepat terjadinya proses
tersebut, sehingga fosfat yang terdapat
didaerah ini merupakan hasil pengayaan dari
proses leaching tersebut. Proses leaching di
daerah prospeksi berjalan pada kondisi pH
lebih besar dari 8 (keadaan basa), kelarutan
crandallite semakin besar sesuai dengan
mengecilnya pH pada proses tersebut.
Dengan demikian proses leaching di daerah
penyelidikan merupakan proses yang ideal
bagi pengendapan crandallite. Bersamaan
dengan proses tersebut mineral fosfat yang
terbentuk juga mengalami perubahan dari
kalsium fosfat (kolopan dan dahlit) menjadi
aluminium fosfat (crandallite).
Proses pelapukan pada kondisi tidak jenuh
air akan menghasilkan proses bauksitisasi
(hasil XRD conto BHK.10 mengandung
mineral Gibbsite), sebaliknya pada kondisi
jenuh air akan menghasilkan mineral
lempung. Dari hasil kandungan antara
Al2O3, CaO dan P2O5 pada lempung
fosfatan, proses pengayaan fosfat optimal
terjadi pada kondisi jenuh air. Sehingga
pada proses bauksitisasi pengayaan fosfat
relatif kecil, dimana bila terjadi proses
bauksitisasi kandungan Al2O3 relatif tinggi,
yaitu antara 28% - 40%.
Cakupan luas area yang ditempati oleh tanah
yang
mengandung
endapan
fosfat
berdasarkan pengamatan di daerah Ayamaru
dan sekitarnya, didasarkan dari lokasi
pengambilan conto permukaan dengan kadar
P2O5 sebesar 5,83% - 10,54% dan bawah
permukaan dengan kadar P2O5 sebesar
4,04% - 21,92%, mencapai 264,87 hektar
dengan tebal rata-rata yang dapat diamati
berdasarkan dari kedalaman bor tangan 1,5
m, sehingga sumberdaya tereka diperkirakan
3.973.050 m3. Berdasarkan dari data conto
bawah permukaan dengan menggunakan bor
tangan (BHS-01 sampai BHS-09) dengan
kedalaman 1m - 3,6m serta luas sebaran dari
cekungan-cekungan/lembah dimana endapan
tanah yang mengandung fosfat berada,
daerah Soroan dan sekitarnya (Gambar 2)
mempunyai total sebaran mencapai 35,3
hektar, sehingga didapatkan sumberdaya
tertunjuk sebesar 529.500m3, dengan kadar
P2O5 sebesar 10,75% - 21,44%. Sedangkan
endapan
tanah
yang
diperkirakan
mengandung fosfat di daerah Sauf (Gambar
1) berdasarkan data conto bawah permukaan
(BHK-01
sampai
BHK-10)
dengan
kedalaman 0,4m – 2,8m serta luas sebaran
mencapai 153 hektar, sehingga didapatkan
sumberdaya tertunjuk sebesar 1.530.000 m3,
dengan kadar P2O5 sebesar 4,04% - 21,92%.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN
PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN
Lebih dari 90% produksi fosfat di
Indonesia, khususnya kalsium fosfat
Ca3(PO4)2, digunakan untuk keperluan
industri pupuk, baik pupuk alam maupun
pupuk buatan. Sisanya dikonsumsi oleh
berbagai industri seperti kaca lembaran,
karet, industri kimia. Penggunaan fosfor
dalam bentuk unsur digunakan untuk
keperluan fotografi, korek api, bahan
peledak. Terdapat dua tipe dari unsur fosfor,
yaitu fosfor putih dan fosfor merah. Fosfor
putih hampir tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol dan larutan organik tertentu.
Fosfor putih digunakan dalam pembuatan
asam fosfat (H3PO4) dan bila dicampurkan
dengan lelehan metal seperti timah dan
tembaga menghasilkan alloy tertentu
(special alloy), fosfor dalam bentuk ferro
fosfor digunakan dalam berbagai industri
metallurgi, untuk memperoleh logam
dengan standar dan keperluan tertentu.
Deposit fosfat yang ditemukan di Indonesia
mempunyai kadar rendah sampai sedang,
meskipun pada lokasi tertentu dapat
mencapai kadar 40% P2O5. Terdapat pada
daerah yang terpencar, berupa endapan
fosfat gua atau batugamping fosfatan. Belum
ditemukan deposit dalam jumlah yang cukup
besar, kecuali untuk diusahakan dalam skala
kecil.
Untuk pemupukan tanah, fosfat dapat
langsung digunakan setelah terlebih dahulu
dihaluskan (sebagai pupuk alam). Akan
tetapi untuk tanaman pangan seperti padi,
jagung, kedelai, dan lain-lain, pupuk alam
ini tidak cocok, karena daya larutnya yang
sangat kecil di dalam air sehingga sulit
diserap oleh akar tanaman pangan tersebut.
Untuk itu sebagai pupuk tanaman pangan,
fosfat perlu diolah menjadi pupuk buatan.
Variabel yang sangat menentukan bagi
fosfat sebagai pupuk alam adalah nilai
kelarutannya terutama kelarutan dalam asam
sitrat 2%, kelarutan pada asam tersebut
mencerminkan seberapa besar fosfat yang
dapat diserap oleh akar tanaman. Nilai
kelarutan fosfat dalam air ditentukan oleh
jenis mineral fosfat, mineral hidroksiapatit
merupakan mineral fosfat yang mempunyai
kelarutan tinggi, dengan demikian idealnya
untuk pupuk alam digunakan endapan fosfat
yang kandungan mineral hidroksiapatitnya
cukup tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Setelah dilakukan eksplorasi umum,
endapan fosfat yang berupa tanah
berasal dari endapan fosfat guano yang
telah mengalami proses pelapukan dan
diendapkan bersama tanah (soil) hasil
2.
3.
pelapukan batugamping, tingginya
curah hujan dan air bawah permukaan
mempercepat
terjadinya
proses
pelapukan. Secara fisik tanah pelapukan
ini berwarna kekuningan sampai kuning
kecoklatan, liat dan lembek bila kena
air,
sebaran
menempati
daerah
cekungan/lembah
perbukitan
batugamping yang ditumbuhi semak
belukar. Jumlah sumberdaya tereka
endapan tanah yang mengandung fosfat
diperkirakan 3.973.050 m3. Dari jumlah
sumberdaya tereka di daerah eksplorasi
umum, berdasarkan data dari pemboran
tangan dapat dihitung sumberdaya
tertunjuk di daerah Soroan dan
sekitarnya sebesar 529.500 m3 serta di
daerah Sauf dan sekitarnya sebesar
1.530.000 m3. Di daerah ini selain
fosfat, dijumpai juga bahan galian
batugamping
yang
mempunyai
sumberdaya ± 750.000.000 m3.
Mengingat penyelidikan mengenai
keterdapatan fosfat di daerah ini, secara
keterdapatan/keterjadian dijumpai suatu
jenis endapan baru (secara genetika
fosfat di daerah tersebut merupakan
hasil proses pengayaan), hasil ini akan
memberikan data baru sebagai bahan
pertimbangan untuk pengembangan
potensi endapan fosfat di daerah
lainnya, terutama apabila dari hasil
analisa laboratorium menunjukkan,
bahwa tanah hasil pelapukan batuan
yang mengandung unsur fosfat di
daerah tersebut dapat digunakan
sebagai bahan baku pupuk alam sesuai
dengan aspek kualitas, kuantitas, lokasi
dan pemasaran. Oleh karena itu bahan
galian ini dapat memberikan hasil yang
lebih besar apabila daerah tersebut
dijadikan lahan tanaman industri
pertanian/perkebunan terpilih yang
menguntungkan
bagi
masyarakat
sekitar, sehingga diperlukan adanya
penelitian lebih lanjut tanaman apa
yang cocok untuk dikembangkan di
daerah tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan kerjasama
penelitian dengan pihak terkait :
Departemen Pertanian, Universitas,
Asosiasi Produsen Pupuk dan semua
pihak yang berkepentingan dalam
industri
pertanian,
dari
mulai
eksplorasi, pengolahan dan sampai
penggunaan. Dengan adanya saling
tukar informasi, maka potensi dan
penggunaan lempung fosfatan dalam
bidang pertanian akan berjalan baik.
Untuk
meningkatkan
efisiensi
penyerapan fosfat oleh tanaman, perlu
adanya
pemberian
inokulan
Phosphobacterin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bayu Sayekti, dkk., 2008 Prospeksi
Endapan Fosfat Di Kabupaten Sorong
Selatan, Provinsi Papua Barat, Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
2.
Engelbertus Turot, …..,”Uji Coba
Tanah Endapan Fosfat Krandalit
(TEFK) Bakar Asal Ayamaru Sebagai
Pupuk P Pada Tanaman Padi Sawah“
Fakultas Eksakta, Universitas Kristen
Papua, Sorong.
3.
Pigram, CJ., dkk., 1989, “Peta Geologi
Lembar Teminabuan, Irian Jaya, skala
1 : 250.000”, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
4.
Ruslan, M., dkk., 1993,”Laporan
Penelitian Endapan Fosfat Di Daerah
Ayamaru Dan Sekitarnya, Sorong Irian Jaya” Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geoteknologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
5.
Soedirman, A. Dkk., 2002 ”Laporan
Inventarisasi dan Evaluasi Mineral
Non Logam di Kabupaten Sorong dan
Manokwari Provinsi Papua” Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung.
6.
T. Waltham, 2008,”Sinkhole hazard
case histories in karst terrains”
Quarterly Journal of Engineering
Geology and Hydrogeology.
Gambar 1. Peta Lokasi Eksplorasi Umum
Gambar 2. Peta Sebaran Endapan Fosfat di Daerah Sauf
Gambar 3. Peta Sebaran Endapan Fosfat di Daerah Soroan
DI KABUPATEN MAYBRAT, PROVINSI PAPUA BARAT
Bayu Sayekti, Kusdarto, Irwan Muksin
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Lokasi Eksplorasi Umum terletak di Kampung Fanse, Kampung Khaliat, Kampung Soroan,
Kampung Komakoma dan Kampung Sauf, Distrik Ayamaru.
Secara administratif, lokasi daerah eksplorasi berada di daerah Kabupaten Maybrat, dengan
ibukota Kumurkek, Provinsi Papua Barat. Secara geografis terletak diantara daerah yang dibatasi
oleh koordinat : 132° 5' 44,1" BT - 132° 12' 57,9" Bujur Timur dan 1° 13' 46,5" LS - 1° 19' 22,4"
Lintang Selatan.
Stratigrafi daerah eksplorasi umum, berdasarkan lithostratigrafi dan pengamatan di lapangan
terdiri dari beberapa satuan batuan. Urut-urutan satuan batuan tersebut dari yang berumur tua ke
muda dapat diperikan sebagai berikut : Satuan Batugamping Kais, Satuan Endapan Danau
dan Satuan Aluvium.
Endapan fosfat di daerah eksplorasi umum ini, merupakan endapan fosfat guano yang telah
mengalami proses leaching dan pelapukan, serta diendapkan bersama dengan tanah (soil) hasil
pelapukan batugamping (Satuan Batugamping Kais). Tingginya curah hujan dan air bawah
permukaan mempercepat terjadinya proses tersebut, sehingga fosfat yang terdapat didaerah ini
merupakan hasil pengayaan dari proses leaching tersebut. Hasil analisa kimia menunjukkan kadar
P2O5 didalam lempung/tanah 4,04% - 21,92%.
Sumberdaya tereka fosfat (lempung fosfatan) di Distrik Ayamaru dan sekitarnya diperkirakan
sebesar 3.973.050 m3. Dari jumlah sumberdaya tereka, berdasarkan data dari pemboran tangan di
daerah eksplorasi umum dapat dihitung sumberdaya tertunjuk di daerah Soroan dan sekitarnya
sebesar 529.500 m3 serta di daerah Sauf dan sekitarnya sebesar 1.530.000 m3. Di daerah ini selain
fosfat, dijumpai juga bahan galian batugamping yang mempunyai sumberdaya kurang lebih
750.000.000 m3.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2008 oleh Pusat Sumber Daya
Geologi (PMG) melakukan kegiatan
Prospeksi Endapan Fosfat di Kabupaten
Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat,
dimana
fosfat dijumpai dalam bentuk
lempung fosfatan sebagai hasil pengayaan
dari proses leaching dan pelapukan fosfat
guano pada Batugamping Kais (Tmka),
dengan kandungan P2O5nya bervariasi dari
1,53% – 28,90%, diperkirakan sumber daya
hipotetik mencapai 1.100.000 m3, sehingga
merekomendasikan untuk dilakukannya
eksplorasi umum terhadap bahan galian
fosfat
guna mendapatkan gambaran
potensinya secara lebih akurat dan lengkap
serta dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan dari potensi bahan galian
fosfat.
Kegiatan Eksplorasi Umum endapan Fosfat
di wilayah Distrik Ayamaru, Kabupaten
Maybrat, Provinsi Papua Barat ini
dimaksudkan untuk menentukan sebaran dan
meningkatnya tingkat sumber daya serta
kualitas endapan fosfat di daerah yang
pernah diusulkan pada penyelidikan
terdahulu.
Secara administratif lokasi eksplorasi umum
terletak di Kampung. Soroan, Sauf, Khaliat,
Fanse, Distrik Ayamaru, Kabupaten
Maybrat, Provinsi Papua Barat. Secara
geografis terletak diantara daerah yang
dibatasi oleh koordinat : 132° 5' 44,1" 132° 12' 57,9" Bujur Timur dan 1° 13' 46,5"
LS - 1° 19' 22,4" Lintang Selatan. (Gambar
1).
Metoda penyelidikan yang digunakan
berkaitan dengan kegiatan Eksplorasi
Umum Endapan Fosfat antara lain
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data primer
Analisis Laboratorium
Pengolahan data
GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN
GALIAN FOSFAT
Daerah Eksplorasi Umum terletak di daerah
Plato Ayamaru, dapat dibedakan menjadi 2
satuan morfologi, yaitu satuan morfologi
perbukitan karst dan satuan morfologi
pedataran. Satuan morfologi karst,
menempati hampir di seluruh daerah lokasi
eksplorasi umum. Morfologinya dikontrol
oleh satuan Batugamping Kais. Terdiri dari
rangkaian bukit-bukit kecil (pegunungan)
berlereng agak terjal sampai terjal, dijumpai
gua serta terdapat cekungan-cekungan
(dolin-dolin) yang membentuk lembahlembah kecil sampai agak luas, adanya
endapan sedimen lempung berwarna merah
sampai kuning kecoklatan hasil dari
pelapukan batugamping. Ketinggian satuan
morfologi ini berkisar dari 350 m – 500 m.
Sebaran morfologi karst ini memanjang
dengan arah baratlaut-tenggara. Satuan
morfologi
pedataran,
morfologinya
dikontrol oleh satuan endapan danau (Danau
Ayamaru), dimana materialnya berupa
lumpur dan pasir. Endapan ini merupakan
cekungan pada bentang lahan karst yang
terbentuk akibat adanya depresi karena
terjadinya penyumbatan pada ponor (tempat
lolosnya air) oleh material sedimen.
Cekungan ini biasanya merupakan gabungan
dari dolin-dolin yang mengalami erosi
lateral sehingga terbentuk cekungan yang
lebih luas. Terjadinya penyumbatan ponor
atau tempat lolosnya air diakibatkan oleh
adanya material hasil erosi didaerah sekitar
dan terakumulasi di titik yang rendah seperti
cekungan (dolin) kemudian ketika hujan, air
yang jatuh kepermukaan akan tertahan
dipermukaan (tidak meresap kebawah)
sehingga terbentuk genangan.
Di daerah eksplorasi umum terdapat 1 (satu)
daerah aliran sungai (DAS), yaitu DAS
sungai Wensi yang mengalir ke arah
timurlaut.
Stratigrafi daerah eksplorasi umum,
berdasarkan lithostratigrafi dan pengamatan
di lapangan terdiri dari beberapa satuan
batuan. Urut-urutan satuan batuan tersebut
dari yang berumur tua ke muda dapat
diperikan sebagai berikut :
1.
2.
Satuan Batugamping Kais, pada
umumnya
menempati
hampir
keseluruhan dari lokasi eksplorasi
umum
dan
membentuk
satuan
morfologi karst, berwarna putih sampai
putih kekuningan (krem), masif, pejal,
keras sampai rapuh (keprus), di
beberapa tempat dijumpai gua (Gua
Swaksu, Gua Atmawo, Gua Mayamsus
dan Gua Air) didalamnya dijumpai
stalaktit dan stalakmit. Berdasar data
sekunder (Bayu Sayekti, dkk., 2008)
mempunyai kandungan 49,18 – 55,02%
CaO dan 0,26 – 0,72% MgO.
Berdasarkan dari hasil analisa data
primer, mempunyai derajat kecerahan
(brightness) 66,85 – 81,19 dan derajat
keputihan (whiteness) 84,40 – 91,89
serta dari hasil analisa kimia
mempunyai kandungan 51,86% CaO
dan 0,47% MgO..
Endapan Danau, terdiri dari lumpur
dan pasir; endapan pasiran terdiri dari
kuarsa berbutir sangat halus sekitar
Danau Ayamaru dan Danau Hain di
utara bagian tengah. Danau itu sendiri
merupakan cekungan pada topografi
karst, dimana terbentuk akibat adanya
depresi karena terjadinya penyumbatan
pada tempat lolosnya air oleh material
sedimen. Cekungan ini biasanya
merupakan gabungan dari dolin-dolin
yang mengalami erosi lateral sehingga
terbentuk cekungan yang lebih luas.
3.
Endapan Aluvial, endapan aluvial ini
berupa
endapan
residual
yang
merupakan hasil erosi dan sedimentasi
dari pelapukan batugamping. Tanahnya
merupakan tanah terrarossa atau
mediteran yang berwarna merah
kehitaman sampai kuning kecoklatan,
bertekstur lempung debuan dan
mempunyai PH rendah (bersifat asam).
Didalam endapan residual inilah
dijumpai/terakumulasinya
endapan
fosfat (lempung fosfatan), dimana
berdasarkan hasil analisa kimia
terhadap beberapa sampel tanah
(lempung) mempunyai kandungan P2O5
sebesar 4,04% - 21,92%.
Setelah dilakukan kegiatan eksplorasi dan
evaluasi, baik dari hasil lapangan yang
berupa analisa laboratorium (kimia,
petrologi dan XRD) serta hasil kajian dari
berbagai sumber pustaka, tanah yang
mengandung fosfat (lempung fosfatan) di
daerah Distrik Ayamaru, Kabupaten
Maybrat, Papua Barat terdapat dalam
endapan residual, dimana endapan fosfat ini
diperkirakan berasal dari ambrukan gua
yang telah mengalami proses pelapukan,
erosi dan sedimentasi sehingga membentuk
semacam cekungan/lembah dan diendapkan
kembali bersama tanah (soil) hasil
pelapukan batugamping. Endapan yang
mengandung fosfat, adalah berupa tanah
berwarna
kuning
kecoklatan
yang
merupakan hasil pelapukan dan pengayaan.
Setelah dilakukan analisa kimia terhadap
conto-contoh batuan/tanah mengandung
fosfat, baik yang berupa batugamping
maupun tanah, ternyata kandungan P2O5nya
bervariasi. Conto yang berupa batugamping
mempunyai kandungan P2O5 0,00%,
sedangkan
conto
yang
berupa
lempung/tanah mempunyai kandungan P2O5
dari 4,04% - 21,92% dan P total dari 1,76%
– 9,57%.
Hasil analisa XRD dengan kode conto
BHS.1 mineral yang dikandung lempung
fosfatan ini adalah Crandallite dan
Carbonate Hydroxy; kode conto BHS.2
mineral yang dikandung adalah Crandallite
dan Montmorillonite; kode conto BHS.3
mineral yang dikandung adalah Crandallite;
kode conto BHS.4 mineral yang dikandung
adalah Crandallite dan Carbonate Hydroxy;
kode conto BHS.5 mineral yang dikandung
adalah Crandallite dan Quartz; kode conto
BHS.7 mineral yang dikandung adalah
Crandallite dan Montmorillonite; kode
conto BHS.8 mineral yang dikandung adalah
Crandallite dan Montmorillonite; kode
conto BHK.1 mineral yang dikandung
adalah Crandallite; kode conto BHK.8
mineral yang dikandung Crandallite; kode
conto BHK.10 mineral yang dikandung
Gibbsite dan Crandallite.
Dari hasil analisa XRD mineral yang
dikandung deposit tanah yang mengandung
fosfat (lempung fosfatan) ini sebagian besar
adalah
mineral
Crandallite
[CaAl3(PO4)2(OH)5·H2O] dan ikatan P nya
disebut P Crandallite.
Berdasarkan hasil analisa kimia, XRD serta
korelasi kandungan Al2O3, CaO dan P2O5,
menunjukkan bahwa fosfat yang ditemukan
di daerah penyelidikan, terutama di
Kampung Sauf dan Kampung Soroan,
Distrik Ayamaru, merupakan endapan fosfat
guano yang telah mengalami proses
leaching dan pelapukan, serta diendapkan
bersama dengan tanah (soil) hasil pelapukan
batugamping (Satuan Batugamping Kais).
Tingginya curah hujan dan air bawah
permukaan mempercepat terjadinya proses
tersebut, sehingga fosfat yang terdapat
didaerah ini merupakan hasil pengayaan dari
proses leaching tersebut. Proses leaching di
daerah prospeksi berjalan pada kondisi pH
lebih besar dari 8 (keadaan basa), kelarutan
crandallite semakin besar sesuai dengan
mengecilnya pH pada proses tersebut.
Dengan demikian proses leaching di daerah
penyelidikan merupakan proses yang ideal
bagi pengendapan crandallite. Bersamaan
dengan proses tersebut mineral fosfat yang
terbentuk juga mengalami perubahan dari
kalsium fosfat (kolopan dan dahlit) menjadi
aluminium fosfat (crandallite).
Proses pelapukan pada kondisi tidak jenuh
air akan menghasilkan proses bauksitisasi
(hasil XRD conto BHK.10 mengandung
mineral Gibbsite), sebaliknya pada kondisi
jenuh air akan menghasilkan mineral
lempung. Dari hasil kandungan antara
Al2O3, CaO dan P2O5 pada lempung
fosfatan, proses pengayaan fosfat optimal
terjadi pada kondisi jenuh air. Sehingga
pada proses bauksitisasi pengayaan fosfat
relatif kecil, dimana bila terjadi proses
bauksitisasi kandungan Al2O3 relatif tinggi,
yaitu antara 28% - 40%.
Cakupan luas area yang ditempati oleh tanah
yang
mengandung
endapan
fosfat
berdasarkan pengamatan di daerah Ayamaru
dan sekitarnya, didasarkan dari lokasi
pengambilan conto permukaan dengan kadar
P2O5 sebesar 5,83% - 10,54% dan bawah
permukaan dengan kadar P2O5 sebesar
4,04% - 21,92%, mencapai 264,87 hektar
dengan tebal rata-rata yang dapat diamati
berdasarkan dari kedalaman bor tangan 1,5
m, sehingga sumberdaya tereka diperkirakan
3.973.050 m3. Berdasarkan dari data conto
bawah permukaan dengan menggunakan bor
tangan (BHS-01 sampai BHS-09) dengan
kedalaman 1m - 3,6m serta luas sebaran dari
cekungan-cekungan/lembah dimana endapan
tanah yang mengandung fosfat berada,
daerah Soroan dan sekitarnya (Gambar 2)
mempunyai total sebaran mencapai 35,3
hektar, sehingga didapatkan sumberdaya
tertunjuk sebesar 529.500m3, dengan kadar
P2O5 sebesar 10,75% - 21,44%. Sedangkan
endapan
tanah
yang
diperkirakan
mengandung fosfat di daerah Sauf (Gambar
1) berdasarkan data conto bawah permukaan
(BHK-01
sampai
BHK-10)
dengan
kedalaman 0,4m – 2,8m serta luas sebaran
mencapai 153 hektar, sehingga didapatkan
sumberdaya tertunjuk sebesar 1.530.000 m3,
dengan kadar P2O5 sebesar 4,04% - 21,92%.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN
PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN
Lebih dari 90% produksi fosfat di
Indonesia, khususnya kalsium fosfat
Ca3(PO4)2, digunakan untuk keperluan
industri pupuk, baik pupuk alam maupun
pupuk buatan. Sisanya dikonsumsi oleh
berbagai industri seperti kaca lembaran,
karet, industri kimia. Penggunaan fosfor
dalam bentuk unsur digunakan untuk
keperluan fotografi, korek api, bahan
peledak. Terdapat dua tipe dari unsur fosfor,
yaitu fosfor putih dan fosfor merah. Fosfor
putih hampir tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol dan larutan organik tertentu.
Fosfor putih digunakan dalam pembuatan
asam fosfat (H3PO4) dan bila dicampurkan
dengan lelehan metal seperti timah dan
tembaga menghasilkan alloy tertentu
(special alloy), fosfor dalam bentuk ferro
fosfor digunakan dalam berbagai industri
metallurgi, untuk memperoleh logam
dengan standar dan keperluan tertentu.
Deposit fosfat yang ditemukan di Indonesia
mempunyai kadar rendah sampai sedang,
meskipun pada lokasi tertentu dapat
mencapai kadar 40% P2O5. Terdapat pada
daerah yang terpencar, berupa endapan
fosfat gua atau batugamping fosfatan. Belum
ditemukan deposit dalam jumlah yang cukup
besar, kecuali untuk diusahakan dalam skala
kecil.
Untuk pemupukan tanah, fosfat dapat
langsung digunakan setelah terlebih dahulu
dihaluskan (sebagai pupuk alam). Akan
tetapi untuk tanaman pangan seperti padi,
jagung, kedelai, dan lain-lain, pupuk alam
ini tidak cocok, karena daya larutnya yang
sangat kecil di dalam air sehingga sulit
diserap oleh akar tanaman pangan tersebut.
Untuk itu sebagai pupuk tanaman pangan,
fosfat perlu diolah menjadi pupuk buatan.
Variabel yang sangat menentukan bagi
fosfat sebagai pupuk alam adalah nilai
kelarutannya terutama kelarutan dalam asam
sitrat 2%, kelarutan pada asam tersebut
mencerminkan seberapa besar fosfat yang
dapat diserap oleh akar tanaman. Nilai
kelarutan fosfat dalam air ditentukan oleh
jenis mineral fosfat, mineral hidroksiapatit
merupakan mineral fosfat yang mempunyai
kelarutan tinggi, dengan demikian idealnya
untuk pupuk alam digunakan endapan fosfat
yang kandungan mineral hidroksiapatitnya
cukup tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Setelah dilakukan eksplorasi umum,
endapan fosfat yang berupa tanah
berasal dari endapan fosfat guano yang
telah mengalami proses pelapukan dan
diendapkan bersama tanah (soil) hasil
2.
3.
pelapukan batugamping, tingginya
curah hujan dan air bawah permukaan
mempercepat
terjadinya
proses
pelapukan. Secara fisik tanah pelapukan
ini berwarna kekuningan sampai kuning
kecoklatan, liat dan lembek bila kena
air,
sebaran
menempati
daerah
cekungan/lembah
perbukitan
batugamping yang ditumbuhi semak
belukar. Jumlah sumberdaya tereka
endapan tanah yang mengandung fosfat
diperkirakan 3.973.050 m3. Dari jumlah
sumberdaya tereka di daerah eksplorasi
umum, berdasarkan data dari pemboran
tangan dapat dihitung sumberdaya
tertunjuk di daerah Soroan dan
sekitarnya sebesar 529.500 m3 serta di
daerah Sauf dan sekitarnya sebesar
1.530.000 m3. Di daerah ini selain
fosfat, dijumpai juga bahan galian
batugamping
yang
mempunyai
sumberdaya ± 750.000.000 m3.
Mengingat penyelidikan mengenai
keterdapatan fosfat di daerah ini, secara
keterdapatan/keterjadian dijumpai suatu
jenis endapan baru (secara genetika
fosfat di daerah tersebut merupakan
hasil proses pengayaan), hasil ini akan
memberikan data baru sebagai bahan
pertimbangan untuk pengembangan
potensi endapan fosfat di daerah
lainnya, terutama apabila dari hasil
analisa laboratorium menunjukkan,
bahwa tanah hasil pelapukan batuan
yang mengandung unsur fosfat di
daerah tersebut dapat digunakan
sebagai bahan baku pupuk alam sesuai
dengan aspek kualitas, kuantitas, lokasi
dan pemasaran. Oleh karena itu bahan
galian ini dapat memberikan hasil yang
lebih besar apabila daerah tersebut
dijadikan lahan tanaman industri
pertanian/perkebunan terpilih yang
menguntungkan
bagi
masyarakat
sekitar, sehingga diperlukan adanya
penelitian lebih lanjut tanaman apa
yang cocok untuk dikembangkan di
daerah tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan kerjasama
penelitian dengan pihak terkait :
Departemen Pertanian, Universitas,
Asosiasi Produsen Pupuk dan semua
pihak yang berkepentingan dalam
industri
pertanian,
dari
mulai
eksplorasi, pengolahan dan sampai
penggunaan. Dengan adanya saling
tukar informasi, maka potensi dan
penggunaan lempung fosfatan dalam
bidang pertanian akan berjalan baik.
Untuk
meningkatkan
efisiensi
penyerapan fosfat oleh tanaman, perlu
adanya
pemberian
inokulan
Phosphobacterin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bayu Sayekti, dkk., 2008 Prospeksi
Endapan Fosfat Di Kabupaten Sorong
Selatan, Provinsi Papua Barat, Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
2.
Engelbertus Turot, …..,”Uji Coba
Tanah Endapan Fosfat Krandalit
(TEFK) Bakar Asal Ayamaru Sebagai
Pupuk P Pada Tanaman Padi Sawah“
Fakultas Eksakta, Universitas Kristen
Papua, Sorong.
3.
Pigram, CJ., dkk., 1989, “Peta Geologi
Lembar Teminabuan, Irian Jaya, skala
1 : 250.000”, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
4.
Ruslan, M., dkk., 1993,”Laporan
Penelitian Endapan Fosfat Di Daerah
Ayamaru Dan Sekitarnya, Sorong Irian Jaya” Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geoteknologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
5.
Soedirman, A. Dkk., 2002 ”Laporan
Inventarisasi dan Evaluasi Mineral
Non Logam di Kabupaten Sorong dan
Manokwari Provinsi Papua” Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung.
6.
T. Waltham, 2008,”Sinkhole hazard
case histories in karst terrains”
Quarterly Journal of Engineering
Geology and Hydrogeology.
Gambar 1. Peta Lokasi Eksplorasi Umum
Gambar 2. Peta Sebaran Endapan Fosfat di Daerah Sauf
Gambar 3. Peta Sebaran Endapan Fosfat di Daerah Soroan